Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Karena Rokok (Pasti) Dapat Menunggu


Hari Minggu kemudian jam 6 pagi, kami bertiga plus ibu aku jalan-jalan ke Gasibu. Niatnya sih mau lari, tapi ternyata track lari di lapangannya sangat crowded. Jangankan lari, jalan pun susah. Kami pun jadinya melipir, menyusuri Taman Lansia hingga bertemu Taman Cibeunying.

Itu loh taman yang ada robot Transformers angkot dan Bumblebee. Tamannya tidak terlalu besar tapi banyak daerah sewa mainan. Bebe mulai terdistraksi tukang pancing ikan mainan (Rp 5ribu boleh mancing ikan plastik sepuasnya btw), JG sudah nangkring di tukang lontong sayur, dan aku sendiri duduk di bawah patung. Mengamati sekeliling.

Pengunjung yang tiba rata-rata keluarga muda. Suami istri dengan anak balita, paling besar anak TK. Datang hanya untuk duduk-duduk dan jajan. Yang menyebalkan, sebagian besar dari orangtua itu merokok. Baik ayah maupun ibunya.

Ada yang sengaja duduk terpisah dengan anaknya yang sedang makan sosis bakar, ada yang duduk sebelah anaknya dengan rokok disembunyikan di balik tubuh seolah punggung akan menyerap asap rokok itu, ada yang terang-terangan saja merokok sambil menggendong anaknya yang masih sangat kecil.

Apa yang ada di pikiran mereka? Apa rokok tidak dapat menunggu?

Kalian sengaja berdiri pagi, berganti dengan baju yang lebih baik, para ibu bahkan sempat menggambar alis dan memulas lipstik. Demi dapat menghabiskan waktu bersama anak kan? Anak yang mungkin jarang kalian temani alasannya ialah sehari-hari ditinggal bekerja.

Merokok mungkin kesenangan kalian, tapi ditemani bermain oleh ayah dan ibu yang atensinya full, orangtua yang kedua tangannya dapat dipakai tanpa terganggu memegang rokok berasap mungkin jadi kesenangan anak kalian.

Merokok ialah hak kalian. Tapi menghirup udara bebas asap rokok ialah hak ANAK kalian.

Suami aku bukan perokok, pun aku sendiri, tapi aku yakin rokok dapat menunggu. Pasti dapat menunggu.

Merokoklah ketika sendirian, merokoklah di luar rumah, merokoklah ketika nongkrong dengan teman-teman, merokoklah di daerah yang disediakan khusus untuk merokok, jangan merokok di dalam rumah, jangan merokok di dalam rumah orang lain ketika bertamu. Mandi dan berganti pakaian lah sebelum masuk rumah dan memeluk anak serta istri atau suami.

Karena mereka, orang-orang yang paling kita sayang kan? ATAU TIDAK?

Bukan cuma satu dua artikel kan yang membahas risiko anak sakit pneumonia tinggi kalau berada di lingkungan yang merokok? Bukan satu dua penelitian kan yang membahas bahwa residu rokok masih tertinggal bahkan ketika asapnya sudah tidak ada?

Jadilah perokok yang bertanggungjawab. Asap rokokmu, tanggung jawabmu. Seperti juga kehidupan sehat anak-anakmu, tanggung jawabmu.

Rokok dapat menunggu. Ada puluhan jam yang kalian lewati tanpa belum dewasa kalian. Gunakan sebaik mungkin untuk merokok sepuasnya. Tapi sisihkan waktu 2-3 jam di Minggu pagi untuk membawa belum dewasa ke taman dan menghirup udara segar di bawah pepohonan. Udara segar yang tidak terganggu asap rokokmu lagi.

Untuk kalian yang punya pasangan merokok, tak perlu melarangnya berhenti. Hal sia-sia yang akan berujung pertengkaran saja. Ia akan berhenti ketika ia mau berhenti, bukan alasannya ialah kalian menyuruhnya berhenti. Tapi mintalah waktunya saja sedikit, waktu-waktu berkualitas bersama belum dewasa di mana ia menunda keinginannya merokok.

Demi kalian, demi belum dewasa yang lebih sehat.

Terima kasih.

-ast, ibu satu anak yang selalu menyuruh anaknya berteriak serta kabur kalau ada orang merokok. Bahkan ketika yang merokok ialah sekumpulan polisi di kantor polisi, "OM POLISI MELOKOK AKU HARUS KABULLL!!!"

GIVEAWAY HADIAH BALANCE BIKE MASIH DIBUKA LOH! KLIK!

Detail ►

Parenting Tidak Butuh Teori?


Suatu hari JG kisah soal temennya yang marah-marah alasannya merasa diceramahi teman lain soal parenting. Padahal temen yang ini memang kuliah psikologi anak dan berdasarkan saya sih beliau ya layak lah kalau mau share soal teori parenting. Teori kan, bukan praktek hahaha.

Menurut si teman yang marah, parenting itu natural alasannya insan sudah melakukannya semenjak dulu. Nggak perlu lah itu teori-teori, jalani aja sesuai naluri masing-masing.

Wow.

Saya kaget. Saya loh ya. Saya yang nggak pernah dateng ke satu pun seminar parenting atas kesadaran sendiri. Saya yang well, dateng ke seminar parenting alasannya jadi endorser. Saya yang nggak niat sedikit pun montessori di rumah, main edukatif, blablabla. Sebagian besar mainan Bebe yaitu mainan tidak edukatif, konsumtif, korban kapitalisme lah.*sigh*

Tapi saya percaya parenting sanggup 100% natural tapi lebih baik TIDAK. Membesarkan anak BUTUH teori pendukung.

Yaiyalah, kalau nggak pake teori pola realnya yaitu orang renta ngeyel yang keukeuh ngasih anaknya bubur padahal anaknya gres umur 2 bulan. Bengkak lah perut si anak, buburnya nggak sanggup kecerna semua. Operasi deh.

Dan heran aja sih sama orangtua zaman kini yang mengabaikan teori. Teori parenting zaman kini kan aksesnya simpel banget. Nggak kaya zaman orang renta atau nenek kakek kita dulu. Mereka mentok dapet teori parenting dari bidan atau posyandu kan.

Padahal teori parenting itu bikin hidup lebih simpel loh, beneran. Bikin hidup lebih hening alasannya teori tumbuh kembang anak itu sudah dipelajari bertahun-tahun. Tinggal pilih teori mana yang cocok untuk diterapkan dalam keluarga.

Contoh anak tantrum. Dulu anak tantrum akan dicap sebagai anak bandel, nggak tau aturan, ibunya nggak sanggup ngajarin, dsb. Ibunya pun akan ikut mendidih saat anak tantrum, karenanya anak dibungkam, diancam atau dipaksa diam. Harga dirinya hancur alasannya mengekspresikan diri dihentikan semenjak kecil.

(Baca: Tips Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum)

Nggak heran kan banyak di antara kalian yang terlalu takut bersuara? Terlalu takut punya pendapat, terlalu takut ngeblog, terlalu takut beropini. Tanyakan pada diri kalian sendiri, apakah waktu kecil sering disuruh diam? Terlalu sering dibentak semoga tidak berekspresi? Mungkin jawabannya iya.

Karena tantrum yaitu sarana berekspresi bagi balita, beliau tidak tahu bagaimana caranya murka maka ia tantrum. Teorinya adalah, kita jaga dia, perlihatkan bahwa kita berempati dengan kemarahannya, peluk hingga ia kembali tenang. Sesederhana itu. Tidak perlu ada judge bahwa beliau sulit diatur atau ibunya kurang disiplin, yang perlu kita lakukan hanya menunggu.

Tapi kalau kalian keukeuh, "ya nggak lah, anak gue ya anak gue. Kalau berdasarkan gue beliau nggak tau aturan, maka beliau memang nggak tau aturan."

Sesungguhnya hal tersulit dari orangtua yaitu mendapatkan kekurangan diri sendiri. Menerima bahwa kita tidak selalu benar. Menerima bahwa anak mencar ilmu melalui dunianya, bukan dunia kita. Anak melihat sesuatu dengan pola pikirnya, bukan pola pikir kita. Kita pernah jadi anak, anak tidak pernah jadi kita.

Makanya saya bahagia kalau ada yang chat kemudian berdiskusi wacana anak. Tandanya kalian serius membesarkan anak, tandanya kalian tidak main-main dan ingin memberi yang terbaik untuk anaknya. Meskipun ya sebel sih kalau nanya-nanya padahal udah dikasih linknya dan nggak dibaca dulu. Baca dulu ya, punya anak itu kan pada dasarnya mencar ilmu hal gres setiap hari.

Coba kalau kita pikir ulang. Sebelum lahiran, baca teori wacana melahirkan, wacana ASI, wacana perkembangan janin, dll. Anak lahir mulai baca teori soal pompa ASI, wacana leap atau growth spurt, wacana milestones. Anak mulai makan kita pun mencar ilmu lagi soal MPASI, soal gizi, tiba-tiba masak, tiba-tiba ke pasar, ya kan? Itu semua teori kan?

Terus emang diterapkan semua?

Ya nggak lah, banyak juga teori parenting yang memang nggak saya baiklah atau saya lakukan. Tapi kan kalau nggak baiklah ya gampang, tinggalin aja. Pilih lah teori yang memang sesuai kata hati. Tapi tetep, BELAJAR DULU, cari tau dulu pilihan-pilihannya.

Makanya saya ngerasa beruntung banget punya saluran ke psikolog anak dari daycare Bebe. Kalau nggak begitu, kapan coba sanggup curhat full wacana anak kita sendiri ke psikolog anak, nggak akan pernah sih pastinya. Makanya kalau abis dari psikolog, saya niscaya share hasilnya di sini alasannya saya pengen kalian yang nggak punya saluran ke psikolog sanggup ikut tau juga. Semoga bermanfaat ya. :)

So that's pretty much it. Parenting, dan hal apapun dalam hidup, akan lebih simpel jikalau kita tahu ilmunya. Itu aja sih.

Selamat hari Rabu! :)

-ast-

Detail ►

Survey Happy Tree House Daycare Jakarta

Lanjut lagi ke hasil survey daycare Jakarta Pusat yeaaayyy! Kali ini nama daycare-nya Happy Tree House Daycare di Setiabudi Jakarta.



Bagi saya dan JG, Setiabudi itu sempurna! Dari segi jarak enak, menjauh dikit sih dibanding daycare usang tapi dulu JG kost di Setiabudi dan itu bikin kenangan banget! Kami jajan di situ banget, nongkrong sama temen-temen di Circle K atau Lawson Setiabudi, nonton di Setiabudi One. Setiabudi is perfect.

Makanya begitu tau ada daycare di Setiabudi kami eksklusif cus untuk survey. Gimana hasil surveynya? Ini dia.

🏡 Lokasi

Happy Tree House Daycare ada di Jalan Setia Budi VIII No.18. Dia sejajar sama beberapa hotel gitu dan nggak pinggir jalan besar banget jadi cenderung sepi. Jalannya pun besar jadi nggak perlu heboh pagi-pagi gantian parkir sama orang bau tanah lain yang juga anter anak ke daycare.

🏡 Kondisi bangunan

Ada satu yang bikin agak kurang sreg. Kaprikornus satu bangunan ini dibagi dua, di atas kost-kostan dan di bawah daycare. Pintu pake kanal khusus tapi di pintu daycare nggak ada kanal sendiri. Kaprikornus satu pintu dengan kanal itu hanya dapat dibuka oleh orang daycare DAN penghuni kost.

Rada serem nggak sih soalnya kan kita nggak kenal siapa aja yang kost di situ. Saya kebetulan ngobrol banyak sama mbak Yuki (ownernya), ia bilang aman-aman aja sih sebab seharian pun pintu tetap dikunci dan hanya orangtua yang boleh masuk.

Tempatnya juga agak kecil, meskipun ada halaman samping dan kanan kiri beling jadi sinar matahari masuk manis banget. Ukuran kamar juga nggak terlalu luas, ruang makan sempit, ruang main sebenernya luas tapi ada sofa gede jadi akibatnya tetep sempit.

Saya ingin ruangan yang luas soalnya Bebe kan nggak mau diem banget anaknya. Kalau ruangannya sempit ia nanti nyenggol-nyenggol anak lain gitu kan gimana.

Tapi tetep, better cek sendiri dateng langsung. Ini mah berdasarkan saya aja loh ya, maklum sayanya emang banyak mau banget. Hahahaha.

🏡 Rasio caregiver dan anak

Lupa hahaha 1:3 deh jika nggak salah buat toddler. Dan pas saya survey ke sana, salah satu mbaknya itu dulu mbaknya Bebe di daycare. Pindah sebab apalah dulu lupa.

🏡 Jadwal harian

Seperti juga Kidee, Happy Tree House ini juga nggak ada preschool, Kaprikornus jadwalnya standar daycare lah, cuma kegiatannya banyak banget dan bertema! Mulai jam 11-12 dan jam 2-4 sore.

Tiap bulan ada presentasi home project. Pas saya ke sana, home project yang gres dikumpulin itu wacana binatang. Kaprikornus anak dikasih PR untuk bikin maket hewan dan tempat hidupnya gitu seru deh!

Untuk toddler class, setiap bulan ada goal khusus dengan tema yang berbeda dan di-break down jadi tema mingguan dan tema kecil harian. Yang ini kalian harus mampir banget deh ke Instagramnya @happytreehousedaycare. Mereka update kegiatannya dan seru-seru banget!

🏡 Mandi

Mandi sendiri-sendiri dan ada kebijakan dihentikan telanjang satu sama lain. PLUS POINT BANGET! Suka banget!

🏡 Makan

Sudah termasuk sarapan, makan siang, makan sore, snack 1 kali. Susu bawa sendiri. Makanan dimasak di dapur daycare yang letaknya jauh dari kamar dan tertutup dari area main. Aman lah pokoknya.

🏡 Tidur

Tidur ada di kamarnya yang kasurnya gres dipasang jika jam tidur. Tapi kamarnya kecil hiksss.

🏡 Program preschool

Nggak ada. Tapi berdasarkan saya sih project hariannya mereka udah selevel preschool banget! NICE!

🏡 Mainan

Mainan nggak terlalu banyak sih. Mungkin sebab kegiatannya banyak jadi nggak perlu mainan amat. Oiya mereka nggak punya halaman depan jadi main di halaman samping.

🏡 Jam buka - tutup - overtime

Buka jam 6.30 - 6 sore. Tapi 6.30 pagi kena overtime hingga jam 7 kecuali masih ditemani orangtua. Overtime Rp 15ribu 15 menit. Overtime sore gres dimulai jam 6.15 bukan jam 6. Baik banget yaaa. :)

🏡 CCTV

Ada CCTV dan online.

🏡 Toilet training

Lupa nanya. :|

🏡 Report harian

Report daycare harian.

🏡 Punishment

Sistem time out. Nggak problem sih hahaha.

🏡 Anak sakit

Seinget saya sih, nggak ada kamar isolasi ya.

🏡 Lain-lain

Field trip rutin satu bulan sekali. Dokter anak 3 bulan sekali, observasi dan kontrol psikolog 4-6 sekali, dokter gigi 6-12 bulan sekali. Kerja sama dengan Posyandu Setiabudi jadi jika ada kegiatan kaya vaksin MR gitu ya ada dokter dateng, vitamin A juga ada. Kaprikornus aman. :)

🏡 Biaya

Biayanya reasonable banget sih berdasarkan aku. Apalagi jika kerjanya tempat Setiabudi situ. Perfect banget lah ini.

Admission fee: Rp 2juta
Annual development fee: Rp 750ribu

Tuition fee:
Full day (5 hari seminggu): Baby Rp 3,9juta, Toddler Rp 4juta
Half day (5 hari seminggu, 6 jam sehari) atau Half Week (3 hari seminggu): Baby Rp 3,5juta, Toddler Rp 3,6juta
Daily rate: Baby Rp 350ribu, Toddler Rp 360ribu
Weekly rate: Baby Rp 1,6juta, Toddler Rp 1,7juta

Diskon 10% jika follow di Instagram loh!

*

Plus point lagi ownernya baik banget super super baik. Saya chat malem-malem juga dibales dan dapat diajak diskusi soal daycare lain. Malah yang yakinin saya untuk pilih daycare yang kini itu dia! Baik banget deh beneran hingga terharu. Enak jika ownernya baik jadi dapat curhat kan. Anaknya ia dua dan dua-duanya juga ditaro di Happy Tree House sih jadi nggak khawatir banget.

Yes, I think that's all! Masih ada sih review daycare Jakarta Pusat saya yang lain tapi nanti nulis jika sempet ya!

Baca review sebelumnya:

REVIEW LOVELY SUNSHINE DAYCARE BENHIL
REVIEW TWEEDE DAYCARE BENHIL (DAYCARE BEBE 3 TAHUN TERAKHIR)
REVIEW KIDEE CHILD CARE SENOPATI

dan kisah plus tips seputar daycare di tag:

TENTANG DAYCARE

Atau jika mau tanya-tanya eksklusif soal daycare dapat dm ke Instagram saya @annisast.

See you daycare mommies!

-ast-

Detail ►

Pertemanan Orang Dewasa


Urusan sahabat ini pernah aku bahas singkat di Instagram sih. Betapa makin tua, makin sedikit punya temen. Saya sih sadar banget, I'm a bad friend, shitty one, worst ever lah. Makanya temen aku sedikit banget simply alasannya aku jarang sekali dapat meluangkan waktu untuk mereka.

Oke jika temen mungkin banyak ya. Temen kantor, temen kuliah, temen deket yang masih suka pergi-pergi bareng gitu. Sahabat lah yang sedikit banget mah. Nggak punya malah hahaha. Sampai tahun lalu, aku nggak punya sahabat sama sekali. Sahabat aku ya JG uwuwuwuwu, bener-bener pertemanan orang remaja lol.

Baca punya Gesi. Dia abis nyerocos curhat soal temen terus ngajakin nulis lol:

Sebelum ngobrol intens sama Nahla, Mba Windi, dan Gesi sih selama beberapa tahun aku beneran nggak punya sahabat cewek yang dapat aku curhatin segala hal yang literally EVERYTHING tanpa harus nyembunyiin apapun. They know my dark side as much as JG does. I can talk about the past, my family, kids, all without being judged.

Untungnya mereka bertiga punya latar belakang sama, punya point of views mirip-mirip soal kehidupan, level sosial ekonomi sama, jadi mau ngomongin apa juga nggak pernah ada yang tersinggung. Makanya betah-betah aja sahabatan sama mereka. Bisa begini juga alasannya mulai temenannya pas udah sama-sama remaja kan.

Kenapa nggak punya sahabat sih?

Dulu mah punya lah. Selama sekolah hingga kuliah niscaya punya lah BFF gitu. Cuma seiring berjalannya waktu, aku yang memberi jarak sama mereka padahal merekanya masih suka rajin ngajak ketemuan. Huhu. Maaf ya kalian jika baca ini. T_______T

Iya aku memberi jarak alasannya aku ngerasa nggak mampu untuk maintain begitu banyak orang untuk tetap bersahabat sama kehidupan saya. Waktu kosong aku sedikit sekali, cuma pulang kerja (yang selalu terburu-buru alasannya harus jemput Bebe) dan weekend.

Weekend harus dibagi sama beres-beres kerjaan rumah, main sama Bebe, adakala event juga, dan ... tidur. Iya capek banget lah kini tiap hari gres nyampe rumah jam setengah 8 malem, jika juga harus janjian sama orang makan siang hari Sabtu itu rasanya kaya nggak hening berdiri siang.

Dan perlahan siapa yang lebih penting pun terbentuk dengan sendirinya kok. Temen-temen yang masih ketemuan hingga kini yaitu temen-temen yang ngerti jika malem aku cuma dapat ketemu di mall deket daycare Bebe. Mereka yang nggak pernah maksa ketemu dan jika ketemu pun mau sambil direcokin anak whatsoever.

(Baca: Tips Survive di Jakarta Tanpa ART dan Nanny)

Apalagi jika di Bandung.

Duh aku di Bandung seringnya cuma dua hari plis, nggak dapat ninggalin Bebe sama ibu aku pula alasannya Bebe maunya sama aku lah. Masa di Bandung udah mah cuma dua hari terus satu harinya aku harus pergi sama Bebe demi ketemu temen? Kasian ayah sama ibu ingin main sama Bebe.

Kalau pun di Bandung 3 hari alasannya long weekend, ya satu harinya di rumah mertua lah. Kan mertua juga mau ketemu Bebe. Kalau di Bandung lebih dari 3 hari gres biasanya aku mau diajak ketemuan. Tapi ya jarang-jarang juga sih di Bandung selama itu alasannya masa mau cuti? 

Sungguh complicated ya.

Karena aku udah ngelewatin cukup banyak hal soal urusan pertemanan ini. Ada yang aku nggak tau apa-apa tiba-tiba di unfriend di semua lini, aku confront pribadi nggak pernah berbalas. Patah hati sih, tapi ya udah. Ada yang bilang aku katanya "pura-pura" teman. Padahal aku nggak ngerti juga masalahnya apa, nggak ngerti kenapa mereka jadi ngejauhin dan nggak nganggep temen lagi. 

Mungkin alasannya sayanya juga thinking banget ya. Kaprikornus simpel bikin orang tersinggung alasannya semua diukur pake logika, bukan pake perasaan. 

Saya males harus basa-basi model Cinta di AADC gini:

Temen: "eh ketemuan dong"
Orang lain: "iya dong ayo kapan dong" (padahal males dan nggak niat sama sekali)
Temen: "iya lo bisanya kapan"
Orang lain: "iya kapan ya duhhh"
Temen: "lo deh yang nentuin"
Orang lain: "ya udah tar dikabarin deh sorean" (terus ngilang pergi ke Kwitang sama Rangga lol)

GUE NGGAK BISA GITU. Kalau mau ketemu pas dapat ya bilang bisa, jika nggak mau yang bilang nggak mau detik itu juga. 

Temen: "eh ketemuan dong"
Saya: "yah nggak dapat nih lagi capek banget Bebe daycarenya jauh"

END. Nggak perlu ada basa-basi kapan dong kapan dong. Kadang kelamaan mikir pengen basa-basi tapi seringnya malah kelupaan bales chatnya. Hhhh. Nggak heran kan aku nggak punya temen.

Tapi ya aku move on dan sadar bahwa pertemanan itu sesuatu yang fragile banget. Ada yang memang hilang seiring waktu, ada yang mati-matian kita perjuangan untuk mempertahankan padahal bahwasanya tidak perlu. Ada yang dapat retak *krak* tanpa kita tau alasan jelasnya. 

Sekarang aku percaya bahwa sahabat yang benar-benar sahabat tidak perlu dipertahankan. Mereka akan terus ada di sekitar kita tanpa kita usahakan. Mau ketemuan nggak usah pake rencana ini itu tau-tau jadi, makan malem dadakan tau-tau bisa. Atau malah level Gesi yang nggak janjian ketemuan pun tau-tau lagi sama-sama di Sency hahahaha.

Dan memang ada teman-teman yang tidak perlu diperjuangkan. Apalagi jika temen zaman ABG dulu, we're different person back then, things change. Nanti yang diomongin masa kemudian lagi, jika kita udah nggak begitu kemudian dipandang sebelah mata dan dibilang "wah lo berubah ya?"

Yaiya berubah lah. Kan tambah dewasa, tanggung jawab makin banyak. :)

Atau dapat juga alasannya dulu rasanya nyambungggg banget sama segala hal. Sekarang ketemu udah gede gini kok ya ngobrol apa-apa nggak nyambung. Udah nggak share value yang sama lagi, jadi resah sendiri kok dulu dapat temenan ya?

Kaprikornus jika kini ngebayangin, ih kangen ya sama si A padahal dulu ke mana-mana sama-sama banget, kok kini beliau jauh ya? Ya wajar. Karena itu kan DULU.

Dengan lingkungan dan contoh pikir kita yang dulu, kita BFF sama dia. Dengan lingkungan dan contoh pikir yang sekarang, ya nggak nyambung lagi ternyata temenan sama dia. Nggak dapat kita berteman sesudah jadi remaja sama dia.

Apalagi jika sahabat-sahabat kitanya toxic. Udalah jauhin aja nggak perlu tetep jadi sahabat "demi masa lalu, dulu beliau doang yang ngertiin gue". Demi masa kemudian terus bela-belain bikin repot hidup yang sekarang. BIG NO. Makasih aja atas semua kenangan seru dan dongeng masa lalu, kini kita hidup masing-masing yaaa.

Oke gitu aja. Kalian gimana? Masih punya sahabat? Atau menganggap suami dan anak serta sahabat kantor sebagai sahabat? Share yuk!

-ast-

Detail ►

Bebe Yang Romantis


Udah usang yaaaa nggak bikin update Bebe, terakhir kayanya pas ultah doang deh sementara ahad depan aja Bebe pas 3 tahun 3 bulan. Kalau ditanya orang anaknya umur berapa saya jawab 3,5 tahun aja semoga cepet lol.

Di 3,5 tahun kurang 3 bulan ini (RIBET) saya mau share betapa romantisnya Bebe! Hahaha. Enek enek deh kalian semua. Saya harus nulis ini mumpung beliau lagi manis-manisnya dan saya jikalau nggak nulis niscaya lupa.

Triggernya adalah, kemarin-kemarin sempet baca di Twitter perihal tiger mom yang nggak peduli perasaan anak asal goalsnya beliau tercapai. Goalsnya rata-rata ya attitude atau akademik gitu. Terus saya sendiri jadi share bahwa untuk sekarang, goals saya buat Bebe nggak banyak. Dua di antaranya ialah sekolah harus bagus dan Bebe HARUS merasa disayang!

Kenapa? Simpel aja jikalau beliau di rumah ngerasa disayang tandanya beliau nggak akan cari kasih sayang lain di luar rumah. KAYANYA LOH YA. Entahlah hahahaha.

💖 "Aku sayang ibu" 💛

Di keluarga saya, semenjak kecil kami tidak terbiasa bilang "aku sayang ibu" atau "aku sayang ayah". Sekarang pas udah gede pun mentok kasih emot cium atau love aja. Emang nggak affectionate dari kata-kata aja gitu loh.

Makanya saya pengen Bebe jadi anak yang dapat ngungkapin perasaan. Kaprikornus semenjak Bebe dapat ngomong, tiap inget saya niscaya bilang "ibu sayang xylo lohhh". Entah beliau nanggepin atau nggak. JG juga niscaya nimpalin "appa juga sayang xylo lohhhh". Sampai gres di enam bulanan terakhir beliau nimpalin "aku juga sayang ibu sama appa!"

HUAAAA MELELEH BANGET SUPER.

Dan kini beliau ngomongnya nggak usah saya duluan yang ngomong. Abis pup nih kan saya cebokin sambil beliau berdiri, beliau suka meluk sambil bilang "sayang ibuuu". Meleleh sekali kaannn. Tandanya beliau tau bahwa saya ngomong sayang sama beliau itu random aja, beliau pun melaksanakan hal yang sama.

(Baca: Anak dan Pengambilan Keputusan)

💖 Cium-cium 💛

Selain bilang sayang, beliau juga hobi meluk dan cium-cium pipi saya! Ini parah sih lebih bikin meleleh dari apapun juga. Kaprikornus suka tiba-tiba mendekat terus cium gitu. Ya ampun anak 3 tahun kenapa dapat lebih romantis dari pacar sihhhh.

Dan ya, urusan bilang sayang dan cium ini sih hanya berlaku untuk ibu dan kadang kala untuk appa. Kalau lagi nggak mood, beliau niscaya bilang "aku sayang ibu nggak sayang appa". Hahahaha.

Kalau abis dimarahin JG beliau bilang "aku sayang ibu nggak sayang appa" TAPI jikalau abis dimarahin saya pun beliau tetep meluk saya dan bilang "aku sayang ibu nggak sayang appa" HAHAHAHAHA.

(Baca: 5 Hal yang Tidak Perlu Dikatakan pada Balita)

💖 "Kalau udah besar saya beli ..." 💛

Satu lagi dari keromantisan Bebe adalah, beliau seneng ngomong "kalau udah besar saya beliin ibu ..."

Ini dimulai semenjak kamera sama iPad ilang. Udah pernah saya ceritain sih di sini: Kehilangan dan Kuota Kepemilikan

Waktu itu beliau ngomong berulang-ulang "Nanti jikalau sudah besar saya beli kamera dan aiped buat ibu, ibu bahagia kan?"

Dan itu berlanjut!

Sampai kini jikalau saya bilang ingin sesuatu beliau niscaya bilang "kalau sudah besar nanti saya beliin buat ibu".

Pernah gurunya di daycare muji "wah Xylo celananya gres ya!" beliau jawab "iya, nanti jikalau sudah besar saya beli celana gres buat kak Wina".

MANIS BANGET ANAKKU YA AMPUN AKU TERHARUUUU. Dan beliau cuma melaksanakan ini ke orang-orang yang beliau sayang loh. :')))

💖 "Ibu cantik!" 💛

Entah dari mana Bebe dapet konsep jikalau saya udah pake alis dan lipstik itu artinya cantik. Perasaan saya sama JG nggak pernah bilang jikalau make up = cantik. Atau emang saya buruk banget kali jikalau nggak dandan hahaha.

Tapi jikalau saya udah dandan beliau suka bilang "ibu cantik, ibu mau ke mana?" Atau beliau tiba-tiba suruh saya gerai rambut dan nggak diiket terus bilang "ibu rambutnya gini aja, manis kaya Elsa". Iya Elsa Frozen lah siapa lagi lol.

Saking seringnya beliau bilang ibu kaya Elsa saya hingga pengen beli baju Elsa HAHAHAHAHA. Anaknya total emang jikalau ngapa-ngapain, nggak suka setengah-setengah lol.

Atau kaya semalem, beliau nunjuk buku dongeng beliau yang tokoh utamanya princess pake mahkota. Dia bilang "ibu kok nggak punya mahkota gini?" saya bilang "iya nih kok ibu nggak punya mahkota ya?" Dia jawab "iya ibu kan cantik, kok nggak pake mahkota".

KYAAAAA. SUAMI NGGAK ROMANTIS TERBAYAR DENGAN ANAK YANG SUNGGUH MANIS.

Dan apakah beliau menganggap JG ganteng? OH TENTU TIDAK. Kalau Bebe abis bilang ibu manis appa suka jealous dan tanya "appa ganteng nggak?" NGGAAAKKKK. Gitu kata Bebe hahahaha. #somuchwin.

💖 Pegangan tangan 💛

Kalau duduk di carseat, maka pegangan tangan. Kalau pelukan udah pegel, maka pegangan tangan. Kalau udah capek jalan sambil pegangan tangan, maka duduk di stroller sambil pegangan tangan.

Intinya di mana-mana pegangan tangan sama Bebe huhu gemes.

*

So far saya merasa berhasil sih untuk urusan disayang ini. Karena meskipun sayang sayangan gini, kami nggak manjain juga sih. Nggak boleh ya nggak boleh, nggak sopan ya nggak sopan, tidur ya tidur. I'm so proud of myself lol.

Kaprikornus ya itu aja sih. Pesan untuk kalian yang mau punya anak romantis dan sweet kaya Bebe, dimulailah semenjak beliau bayi! Bilang sayang kapan pun, cium dan peluk kapan pun. Pastikan beliau selalu merasa disayang bahkan saat kita sedang mendisiplinkan dia.

Oke itu aja curhat hari ini. Buibu yang anaknya laki-laki, ayo tunjuk tangaaannn! Pasti pada romantis juga kan anaknya! 💖

-ast-

Detail ►

Susahnya Jadi Ibu ... (2)

*Ini draft lama, dari 24 Mei 2017 yang belum dipublish. Entah dulu kenapa marah-marah gini, niscaya ada triggernya. Kemudian alasannya isinya marah-marah jadi diendapkan ... dan kemudian lupa hahaha. Publish ajalah ya sayang juga diem di draft doang ;)*



Iya sih emang nggak ada yang bilang jadi ibu itu gampang. Tapi niscaya gres tau SEGITU susahnya jadi ibu sesudah anaknya lahir ya? Iyalaahhh.

Pas nikah niscaya banyaaakk banget yang tujuannya punya anak. Padahal nggak tau juga punya anak itu kaya apa. Mungkin itu yang namanya maternal instinct.

Iya ada kan orang-orang yang memang nggak pengen punya anak. Nggak pernah punya perasaan ingin punya anak dan itu TIDAK APA-APA. Karena jadi ibu itu susah, jangan memaksakan diri jadi ibu hanya alasannya orang-orang bilang eh kok kau nggak punya anak? Atau hanya alasannya orang bilang kini saatnya punya anak.

No, nikah aja persiapannya panjang kok, jadi masuk akal jika tetapkan punya anak sesudah berpikir panjang.

Dan ini bukan dilema rezeki ya jadi tolong tidak dijawab dengan anak lahir dengan rezekinya sendiri. Bukan itu, beda konteks. Namanya orang usaha, rezeki niscaya mengikuti lah. Tapi punya anak kan nggak sepenuhnya dilema khawatir akan rezeki.

Anak lahir sebagai tanggung jawab kita. Bagaimana kita akan didik dia? Bagaimana akan mengajari beliau sopan santun? Bagaimana mengajari beliau menghormati perempuan? Bagaimana mengajari beliau toleransi biar tidak jadi bigot?

Makara ya, punya anak BUTUH persiapan ilmu akan hal-hal itu. Makara ibu itu butuh persiapan mental meskipun nggak bisa gladi resik dulu! Nggak bisa tes skenario dulu. nggak bisa reading dulu. Punya anak itu pribadi performance, pribadi syuting dalam one take. Nggak bisa retake, yang ada hanya penyesalan. *sigh*

Di situ beratnya.

Apalagi untuk ibu-ibu tengah kaya aku gini ya. Tengah dalam artian, nggak kaya banget, nggak miskin banget. Nggak idealis banget hingga segala organik tapi nggak serampangan juga hingga MPASI umur 3 hari. Realistis tapi masih pengen ideal gitu lah.

Ada di tengah-tengah dan itu emang kampret sih. Dan bikin kepikiran.

Karena tentu ingin jadi ibu terbaik bagi anak kan, tapi mau ideal banget juga kok ... capek yaaa. Gagal konsisten jadinya, kemudian muncul ajaran "ah ya udalah gini juga nggak apa-apa kok". Beberapa ahad kemudian murung sendiri "gue jadi ibu kok nggak konsisten banget ya"

T_________T

Dan tekanan tiba dari diri sendiri alasannya diri sendiri yang perfeksionis ini susah sekali tidak membandingkan dengan ibu lain. Ibu lain kok gitu, kok gue nggak bisa banget ya begitu. Si X andal deh anaknya nggak kenal gadget hingga kini umur 5 tahun. Si Y andal banget deh anaknya lima homeschooling semua, gue kok nggak bakal mampu ya kayanya.

Kemudian nyerah di awal dan berbuah penyesalan-penyesalan kecil. Penyesalan ini bisa dihapus dengan "ya udalah" tapi masih kepikiran dikit HAHAHAHAHA.

Pertanyaan ini niscaya pernah mampir di kepala: apa kita ibu yang baik?

Kata orang, seorang ibu niscaya ibu terbaik buat anaknya. Tapi kok kayanya belum tentu ya. Soalnya banyak juga ibu yang jahat sama anaknya. Tapi kan kita nggak jahat. Tapi anak kok lebih mau makan sama mbak dibanding sama kita?

HHHHH.

Mau detoks gadget tapi kita sendiri nggak bisa detoks gadget. Mau lebih sering main di luar tapi kok ya kita sendirinya juga capek harus ngejar-ngejar beliau outdoor. Ingin homeschooling, baca buku sebelum tidur aja ngantuk banget rasanya.

Makara realistis rasanya lebih susah sesudah jadi ibu. Karena segala jungkir-balik yang kita lalui tiap hari itu bukan lagi alasannya kita ingin lulus SPMB atau sidang skripsi, segala tujuan alhasil bukan diri kita, tapi akan jadi apa anak kita.

Kemudian merasa gagal. Kemudian mulai tiba penyesalan.

Padahal, sadarilah. Keputusan untuk anak sebaiknya diambil sesudah ajaran yang matang. Makara jika dulu ngasih gadget, ya mungkin alasannya ada kebutuhan itu. Lihat alasan di baliknya, apa dulu bisa jika tanpa gadget?

Nggak bisa kan? Kalau dulu nggak bisa tanpa gadget, maka kini anak ketergantungan gadget yaitu risiko yang kita hadapi atas waktu-waktu yang didapat dari masa lalu.

Makara bisa mikir "ah tapi jika dulu nggak ngasih gadget juga ga mungkin makan, masa laper terus, nanti stres. Kalau stres nanti malah nggak waras ngadepin anak" Makara tidak perlu menyesal, alasannya dulu gadget itu membantu.

Saya sih jarang menyesal sama segala sesuatu alasannya jarang mengambil keputusan impulsif. Makara dipikirkan dulu. Waktu pertama kali ngasih gadget ke anak ya pertimbangannya alasannya ... alasannya kenapa nggak? Hahaha.

Belum lagi jika marahin anak bukan alasannya salah beliau tapi alasannya kita yang capek. Duh anak nggak salah apa-apa jadi kena bentak. Padahal sendirinya paling bisa bilang ke anak "tidak perlu sambil murka dong mintanya!"

Huhu.

Karena ini aku nggak berani untuk punya anak lagi. Tanggung jawab yang terlalu besar. What if I screw them up? What if I screw OUR LIFE up?

Komentar paling nggak sopan dan jahat dari segala urusan nambah anak: "nanti jika ada apa-apa (read: anaknya meninggal) nyesel loh" LIKE HELLO PEOPLE. JADI PUNYA DUA ANAK ITU BACK UP IN CASE YANG SATU MENINGGAL?

No. Makara ibu yaitu pengalaman batin, biarkan aku menikmatinya. Biarkan kalian menikmatinya. Jangan pernah bertanya kapan akan punya anak, jangan pernah bertanya kapan punya anak kedua, ketiga dan seterusnya. Kalau ada yang tetep nanya maka musuhin lol.

Selamat hari Jumat!

Btw ini part 1-nya: Susahnya Makara Ibu ...

-ast-

PS: Karena ini goresan pena lama, jadi banyak soal gadget sebagai pelarian. Sekarang Bebe udah nggak ketergantungan gadget lagi. Minggu depan aku dongeng proses detoksnya ya!

Detail ►

Gara-Gara Susu Racun

Iya gara-gara susu racun jadi pengen nulis hahaha.


Duh ini kenapa Seninnya tau-tau udah jam setengah 6 aja. Saya lagi melongo doang ini nunggu dijemput alasannya nggak bikin blogpost apa-apa hahaha. Harus banget nih Senin nulis? Cerita random aja semoga ya?

*BIARLAH BLOG JUGA BLOG GUE LOL*

Pengen dongeng Sabtu kemarin waktu dateng ke parents meeting di sekolah Bebe. Pembicaranya kuliah montessori di Kanada. Lulus kuliah beneran jadi guru Taman Kanak-kanak montessori juga di Kanada. Dia bicara soal dasar montessori selama 2 jam lebih, plus ada praktiknya juga.

Satu hal, orangnya negatif. T_____T

Oke mungkin bukan orangnya, tapi pemilihan kata-katanya. Saya yang tadinya semangat mau share kesudahannya di sini jadi drop gitu alasannya yaaa, ngerasa nggak satu frekuensi aja sama beliau. Kaprikornus mau share juga nanggung hahaha.

Salah satu topiknya itu wacana gimana masakan juga dapat ngaruh sama kualitas anak (iyalah ya anak kurang gizi gimana dapat konsen di sekolah kan). Dia minta satu pola susu yang biasa diminum anak. Standar bawah umur minumnya si susu kotak kecil dong ya, dikasih lah satu kotak susu itu ke dia. Terus dia ngitung gulanya ada 9 gram dalam satu kemasan rasa coklat.

(Baca: Selepas ASI, Apa Anak Harus Minum Susu?)

Dia bilang 9 gram itu sekian sendok teh, dikali berapa kotak yang diminum anak maka anak makan gula sekian sendok teh sehari. Quote-nya kurang lebih gini:

"Kita nggak tahu gula jenis apa yang dikasih. Anaknya jadi aktif banget kan? Kalian cuma kasih racun ke anak kalian."

TITIK. ASLI NGGAK ADA PENJELASAN APA-APA LAGI SOAL SUSU.

AND WOW GIRL, RACUN IS A STRONG WORD.

Saya colek JG terus JG bisik "kalemmm, terserah dia lah mau ngomong apa"

Iya sih tapi aku beneran heran deh. Maksudnya dia ngomong di lembaga terbuka, nggak dapat gitu ngomongnya positif? Ngomong gini kan bisa.

"Kita nggak tahu gula jenis apa yang dikasih. Anaknya jadi aktif banget kan? Tandanya terlalu banyak mengkonsumsi gula. Efek sampingnya lalalalala"

MENGAPA RACUN? Apakah benar ada anak yang keracunan sehabis minum susu kotak?

HHHH. Mungkin sayanya lagi mens jadi kesel, tapi beneran deh, dia pikir dia dapat ngasih semangat ke ibu-ibu sehabis DIA JUDGE NGASIH RACUN ke anak?

Kenapa ya ada orang-orang yang jikalau ngomong soal parenting itu seolah dia paling bener sedunia dan ibu lain hanya meracuni anaknya? Dan emang kenapa jikalau anak aku aktif toh aku nggak ngeluh juga. Toh aku hepi punya anak aktif alasannya aku nggak mau punya anak pendiam.

OH TERUS SEBELUM ITU DIA BILANG GINI *tiba-tiba inget*

"Makanya ASI itu penting banget alasannya itu bonding ibu dan anak. Kalau ibunya nggak kasih ASI, jangan salahin jikalau di masa depan anak nggak sayang sama ibunya"

O________O

Gila di dunia konkret mata aku udah super melotot hingga mangap banget. Itu jahat banget banget banget. Kenapa dia begitu, apa dia nggak tau jikalau banyak anak adopsi yang sayang banget juga sama orangtua angkatnya padahal YA JELAS NGGAK DIKASIH ASI. Judgmental banget sih nggak ngerti deh ijk.

(Baca: Untuk Kalian Ibu-ibu yang Baru Melahirkan Anak Pertama)

Tapi aku sama JG nggak mau memicu keributan kan jadi ya udah kami diam. Saya BERUSAHA membisu sih sebenernya alasannya JG mah nggak kesel-kesel amat kayanya hahaha. Biasalah suami-suami kan suka menanggapi segala sesuatu dengan lebih hening ya padahal mah istrinya udah nangis bombay. Hormon itu mah gengs. #kalem

Terus ada beberapa lagi lah kalimat dia yang negatif cuma kepanjangan jikalau diceritain semua.

Abis acara, aku diskusi sama JG dan setuju jikalau pembicara kaya gini sih emang harus 100% ideal dong ya, kan tugasnya dia emang ngasih tau mana yang "benar" berdasarkan ilmu yang dia punya. Urusan diterapkan atau nggak kan keputusan kita sendiri. Tapi tetep aja aku rolling eyes sama pemilihan kata-kata dia huhuhu.

*

Intinya *narik nafas* tolonglah hormati keputusan ibu-ibu lain. Kalian tim susu atau tim kibulan susu, ya jangan jadi nyalahin keputusan satu sama lain. Oh anak lo nggak minum susu, OK! Oh anak lo minum susu 10 kotak sehari, OK JUGA!

Ya okelah, kenapa nggak sihhhh. Karena faktor penentu kan banyak ya, yang nggak minum susu ya belum tentu jadi lebih pinter dibanding anak yang minum susu. Nggak dapat lah lo tarik kesimpulan gitu aja. Yang narik kesimpulan kaya gitu niscaya belum baca blogpost aku soal si neng A deh. *KEMBALI KE DIA LOL*

Kalau lo berhasil ASI 2 tahun ya udah hebat, jikalau lo nggak ngasih ASI sama sekali alasannya udah perjuangan tetep nggak keluar YA UDAH HEBAT JUGA. Kalau anak lo santai nggak pernah tantrum, ya udah hebat. Kalau anak lo tantrum di mall terus lo sabar nungguin dia selesai marah, YA UDAH HEBAT JUGA.

Kalau lo berhasil pake popok kain selamanya dan mampu basuh sendiri tanpa punya mbak ya udah hebat. Tapi jikalau lo nyerah di hari kedua dan pribadi pake pospak YA MASA NGGAK HEBAT? Kenapa ukuran andal apa nggak diukur dari hal-hal kaya gitu sih? Ibu yang ngasih yang terbaik itu ibu yang hebat!

Iya pada dasarnya semua ibu yang berusaha itu hebat! Jangan dengerin apa kata ibu-ibu lain yang sok paling tepat ya! Biar aja kita nggak sempurna, yang penting kita senang dan anak kita sehat sentosa!

Dan ya jikalau pun Bebe nggak dapat jadi astronot kerja di NASA alasannya aku kasih gula di susu 5 kotak sehari YA NGGAK APA-APA LAH. Kita selalu ingin anak kita jadi yang terbaik, tapi yang paling penting itu jadi orang baik. Dan minum susu tidak akan mengubah dia jadi orang jahat kan?

And speaking of racun, duile zaman kini jikalau gula di susu anak yang terang diawasi BPOM aja dibilang racun gimana masakan lain ya nggak? Hahaha. Apa coba zaman kini yang nggak racun dan nggak mengakibatkan kanker? Sayur aja harus organik jikalau mau beneran bebas pestisida mah. Mahal ya buibu.

Ok I'm sorry for the rant.

Anggap aja reminder untuk senantiasa tidak kritik keputusan ibu-ibu waras lain. Semoga Seninnya tidak jadi lebih jelek ya!

Thank you!

-ast-

PS: I googled her and found nothing. Kayanya doi emang cuma praktisi aja dan jadi konsultan deh nggak pernah jadi pembicara di mana-mana. Ilmunya sih lancar banget ngelotok cuma yaaa, semoga ada yang kasih beasiswa untuk public speaking ya. Aamiin.

Detail ►