Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Bebe Dan Toilet Pembinaan (1)


Belum apa-apa udah dikasih part (1) sebab sungguh postingan toilet pembinaan ini akan berseri. Sampai detik ini aja belum berhasil soalnya. 😭

Masuk ke usia 2 tahun, peer saya dari psikolognya Bebe cuma dua: weaning dan toilet training. Untuk yang pertama saya masih belum usaha. Pun sebenernya untuk yang kedua.

Yang pertama, saya tetapkan untuk extended breastfeeding dan tidak menyapih Bebe di umur 2 tahun sebab why not. Baca di mana-mana termasuk konsultasi psikolog, tidak ada yang salah dengan extended breastfeeding. Tidak ada hubungannya dengan kemandirian endebrei endebrei.

Intinya tidak ada pengaruh samping apapun kecuali repot di mall ingin nenen. Tapi sebab saya juga belum ngerasa direpotin banget jadi ya udah. Nenen ajalah. Nenenin Bebe is lyfe. lol

(Baca: To Wean or Not to Wean)

Nah yang kedua, toilet training. Terakhir ketemu psikolog (saat Bebe 2y1m, ketemu lagi kemarin 2y7m) itu sebenernya udah dikasih peer banget dan ditegaskan, toilet pembinaan ya bu! Saya iya iya aja tapi sungguh malas. Sungguh nggak bikin sasaran apa-apa apalagi hingga niat cuti demi potty train. Oh no, ngebayangin repotnya saya nggak kuku.

Sampai Sabtu, 28 Januari, 10 hari yang lalu. Bebe tiba-tiba menolak pakai diapers. "Gatel ibu, Salo pake celana aja," katanya sambil terus menolak pakai diapers.

Saya yang "ok mungkin ini saatnya"

...

terus stres.

T______T

Soalnya teori-teori toilet pembinaan itu bubar semua di Bebe. Oke judge lah saya kurang tegas apa gimana tapi beneran maksa anak pipis itu susah.

Teori 1: bawa anak rutin ke kamar mandi untuk pipis (misal setengah jam sekali)

Kenyataan 1: Bebe tampak tersinggung sebab saya memaksa beliau pipis padahal beliau merasa tidak ingin pipis. Kadang berhasil saya paksa ke kamar mandi tapi 80% saya gagal dan 10 menit kemudian beliau pipis di celana.

Kalaupun beliau balasannya mau ikut ke toilet, beliau ngomel "Salo sudah pipis ibuuu! Tuh kan ga keluar!" Padahal dinantikan bentar juga kemudian pipis. 😭

Teori 2: biarkan anak pipis di celana/training pants jadi beliau akan tidak nyaman dan balasannya mau pipis di kamar mandi

Kenyataan 2: Bebe tidak merasa celana berair itu tidak nyaman. Lempeng aja main dengan celana basah.

Ibu: "Be ayo dong pipisnya di kamar mandi aja agar celananya nggak basah"

Bebe: "biar deh di celana aja deh pipisnya"

T________T

Teori 3: beri tahu jika pipis di lantai itu kotor dan biarkan beliau lap sendiri agar kapok dan menyadari pipis di kamar mandi itu lebih mudah.

Kenyataan 3: sudah diberitahu tapi masih aja pipis di lantai dan jika disuruh pel ya beliau pel. Soalnya Bebe mayan sering numpahin sesuatu dan beliau pel sendiri jadi ngepel buat beliau itu no big deal. Disuruh pel ya pel.

Teori 4: APALAGI TEORINYA SIH? 24 hours toilet training? OH COME ON!

Kenyataan 4: *kibar bendera putih*

*

(Saya dongeng soal pertemuan dengan psikolog itu di postingan ini: The War of Toilet Training)

Ya udah pada dasarnya saya pasrah. Di hari keenam saya sadar Bebe jika mau pipis maka beliau pegang titit. Tapi ternyata beliau melaksanakan itu cuma 2 hari. Hari berikutnya beliau nggak melaksanakan apa-apa tau-tau weeerrr aja di lantai.

Kaprikornus beliau akan pipis dulu dikit, teriak "pipis ibu!" kemudian beliau tahan pipis yang tinggal setengah dan pipis di kamar mandi. Every. Single. Time. Dan sebab setengah pipis beliau lakukan di toilet, beliau merasa berhasil, merasa tidak ngompol padahal celana udah berair sama setengah porsi pipis.

😭

Tapi meski demikian saya bersyukur satu hal. Toilet pembinaan ini sepenuhnya keputusan Bebe, saya dan JG tidak meminta atau memaksa. Bebe yang ambil keputusan jika beliau nggak mau pake diapers lagi jadi saya nggak ada problem dengan konsistensi. Maksudnya Bebe konsisten tidak mau pake diapers jadi saya yummy maksanya jika butuh banget pake diapers hahahahahaha.

Kaya kemarin mau nonton konser dongeng Naura, saya minta Bebe pake diapers. Dia nolak tapi saya bilang untuk jaga-jaga aja, kita tetap pipis di toilet. Coba jika saya yang maksa beliau toilet training, nggak mungkin dong maksa pakein lagi diapers? Ibu nggak konsisten amat hahahahaha.

Lucunya pas kemarin di nonton konser Naura itu saya dan Bebe nyampe duluan ke Ciputra World. JG nyusul dari kantornya (karena sebelahan amat persis). Bebe tiba-tiba teriak mau pipis!

Karena udah saya pakein diapers dari daycare jadi saya santai, jalan ke toilet nggak buru-buru, santai ajaaa. Taunya hingga toilet diapersnya kering dong, berhasil Bebe nahan pipis. 😭

Kenapa pas pake diapers justru berhasil nahan pipis? Kenapa pas pake celana dalem justru niscaya keluar dulu dikit hingga ganti celana mulu?

Asli weekend kemarin kerjaan saya cuma mengulang kalimat-kalimat ini "salo mau pipis?", "salo pipis yuk", "salo pel dulu pipisnya", "salo pipis dulu lah yuk", "salo jangan lari nanti kepeleset", "salo pipis nggak?", "salo jangan pipis di celana ya". REPEAT 100000 TIMES. SO EXHAUSTING OMG.

Cucian gimana? Numpuk banget yes dan hampir tiap hari nyuci tapi nggak repot soalnya mesin basuh saya canggih GAHAHAHAHAHAHAHHA. Beneran deh Bebe memang pengertian minta lepas diapers dikala ibu dan appa udah punya mesin basuh gres lol. Kalau harus kucek oh no nggak tega banget sama diri sendiri. 😂

(Baca: Review Mesin Cuci Front Loading Samsung)

Dan yah, laporan kemarin hari kesepuluh, Selasa 6 Februari kegagalan urusan celana dalem dimulai, diapers dipake lagi seharian soalnya Bebe demam. 😭 Mandi aja nggak, kasian jika bolak-balik ke toilet duh godaan syetaaannn. 😭 Bebe nolak pake diapers tapi sedikit diberi pengertian sebab ya gimana lagi, kasian.

Ya mungkin ini proses. Mungkin 24 hours toilet pembinaan itu hanya berhasil di Pinterest. Bukan untuk ibu-ibu kaya saya. Udah 240 jam lebih ini belum ada kemajuan.

*krai*

Saya sendiri apa kabar punya anak 10 hari tanpa diapers? Nervous parah tiap pagi di kendaraan beroda empat sebab takut Bebe ngompol di mobil. Meskipun so far berdiri tidur niscaya pipis dulu sebelum naik ke mobil. Baik pipis sempurna di toilet, di kasur, atau di lantai. Yang penting nggak di kendaraan beroda empat soalnya repot. 😭

Oke itu part 1 dari war saya memerangi diapers. Nantikan part selanjutnya and wish me tons of luck!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Menikah Dalam Satu Kata


Begini, menikah sama sekali bukan hal sederhana. Apalagi harus merangkumnya dalam satu kata.

Tapi bagi saya ada satu kata. Kata ini sungguh selalu menciptakan saya tersenyum dan kadang menarik napas berat. Ya, menikah itu bukan hal yang ringan. Meskipun juga tidak berat.

Baca Menikah dalam Satu Kata berdasarkan Nahla

Saat masih anak-anak, menikah sesederhana punya keluarga. Menikah yaitu tiba ke pesta ijab kabul om dan tante kemudian tak usang mereka punya anak yang jadi sobat bermain kita. Hai para sepupu!

Beranjak remaja, definisi menikah mulai jadi sedikit rumit. Baru kenal dengan jatuh cinta, menikah yaitu hidup berkeluarga dengan orang yang kita pilih. Mulai juga menyadari kalau ada yang berhenti menikah alasannya yaitu banyak hal. Ayahnya jahat kabur dari rumah, ibunya tega sekali mau bercerai padahal tidak bekerja, kasihan anak-anak. Ya, kasihan anak-anak. Anak-anak itu, teman-teman kita dulu.

Dulu. Sekarang tentu tidak, saya tidak pernah mau judge orang menikah, belum menikah, tidak menikah, atau berhenti menikah. Belum punya anak atau tidak mau punya anak. Siapa yang jahat siapa yang salah.

Semua orang punya pilihan sendiri tapi ketika pilihanmu menikah, tak sanggup dihindari ada sebagian hidup yang berubah. Sebagian menjadi lebih kasar alasannya yaitu membangun keluarga butuh semangat luar biasa. Sebagian menjadi lebih malas alasannya yaitu untuk apa lebih semangat kalau leyeh-leyeh pun bahagia? Kalau tanpa bergerak dari kasur pun sarapan sudah siap sedia? *MAKASIH LOH SUAMIKU* lol

(Baca: Menikah Bukan #lifegoals)

Makara di usia saya yang ke-28, sudah tiga tahun menikah, apa satu kata yang sanggup merepresentasikan pernikahan?

KOMPROMI. COMPROMISE. COMPROMETTRE.

Yang terakhir bahasa Prancis. Just because. Google translate kok tenang aja. Artinya sama kok.

*skip*

kom.pro.mi
[n] persetujuan dng jalan tenang atau saling mengurangi tuntutan (tt persengketaan dsb): kedua kelompok yg berselisih itu diusahakan berdamai dng jalan -- source 

Ya apalagi untuk alpha female menyerupai saya, konsep ijab kabul yang sungguh patriarki itu really, super hard. Oke menikah BISA tidak patriarki tapi para suami naturalnya ingin jadi memimpin. Mungkin alasannya yaitu semenjak kecil dibesarkan dengan pria harus berpengaruh (oh well wanita JUGA), pria harus sanggup mengambil keputusan (IYA DAN PEREMPUAN JUGA). Laki-laki harus begini harus begitu yang padahal harus sanggup dilakukan semua manusia. Tidak peduli pria atau perempuan.

Padahal saya sudah menikah dengan JG yang well, cukup feminis untuk ukuran suami Indonesia. Kami tidak menggunakan konsep kiprah istri atau kiprah suami alasannya yaitu menyerupai yang JG bilang sendiri, ia mencari istri bukan mencari pembantu.

Jangan tersinggung dulu, kalau kalian istri-istri yang sukarela melayani suami sih ya ahli lah. Dan suami kalian harus appreciate itu, dengan beliin tas gres tiap bulan contohnya 😂 Ya atau beliin apalah yang kalian suka.

Konteks "pembantu" di sini yaitu suami-suami yang mau enaknya aja. Misal istrinya kerja, istrinya juga yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, diizinkan pake pembantu tapi istrinya yang disuruh bayar honor alasannya yaitu pekerjaan rumah kan pekerjaan istri! Udah gitu anak mulai usia sekolah istrinya juga yang harus antar jemput. Suami-suami keterlaluan menyerupai ini loh yang kami maksud dengan "hanya ingin dilayani".

Tapi tetap saja, sudah menikah dengan orang yang saya pilih sendiri pun tetap ada hal-hal yang menciptakan saya merenung dan berpikir "kenapa menikah sesulit ini? kenapa dulu gue pengen banget nikah sih?" 😂

Apalagi saya bekerja. Alpha female senang bekerja dan menikah itu nggak sanggup diwakilkan dengan kata selain kata kompromi. Paling sederhana, saya dan JG sama-sama harus lembur. Siapa yang harus jemput Bebe? Saya.

Sungguh saya masih ingin kerja juga! Tapi ya, saya menyerah dengan suka rela dan pulang lebih cepat untuk menjemput Bebe. Kalian sanggup bilang "iyalah lo ibunya!" Lha JG juga bapaknya, apa bedanya?

Dan banyak hal lainnya. Yang masuk akal bahwasanya alasannya yaitu kami dibesarkan dengan cara berbeda, melewati dua puluh sekian tahun dengan cara berbeda, sebelum balasannya bertemu dan tetapkan membuatkan pengalaman bersama. Meski 90% kami melihat duduk masalah dengan cara sama, ada 10% nya yang benar-benar berbeda dan itu sedih.

T________T

Saya dan JG jarang sekali berbeda pendapat. Jaraaaanggg sekali. Kebanyakan dialog kami "iya ya? iya juga, iya sih, iya emang ya" makanya kalau tiba-tiba ada yang beda atau nggak oke tapi prinsipil itu ujungnya hampir niscaya berantem. Kalau nggak prinsipil paling lewat doang kan "nggak ya? berdasarkan kau nggak? okay"

Tapi kalau prinsipil. Sedih.

T________T

Saya berguru untuk membisu dan menerima. Saya berguru untuk tidak membahas hal-hal kurang penting. Saya berguru untuk menyadari sepenuhnya bahwa diri saya bukan lagi milik saya sendiri. Bahwa tidak semua hal sanggup 100% menyerupai yang saya mau. Pun membesarkan Bebe. Bahwa semua harus berawal dengan diskusi.

And trust me adek-adek yang belum menikah, it's harder than you think.

Awal-awal menikah saya masih berprinsip berpengaruh kalau semua duduk masalah ya harus dibicarakan. Lebih baik bertengkar tapi semua unek-unek keluar daripada membisu dan kesal.

Sekarang tidak. Sekarang saya sanggup membisu dan tidak kesal lama-lama. Sungguh pencapaian luar biasa. Karena berantem itu capek luar biasa. Belum lagi mengatur emosi supaya tetap di tone bicara normal dikala bicara dengan Bebe. Wow susah. Maka saya menentukan untuk tidak bertengkar.

Saya menentukan menunggu beberapa hari dan kemudian bilang baik-baik. Itu pun lebih baik via chat. Chat sanggup dibaca berulang, chat sanggup dibaca pelan-pelan. Chat penyelamat hidupku lol. Semoga yang bikin WhatsApp masuk nirwana ya.

Lagi jarang banget sebenernya berantem alasannya yaitu hal besar. Paling sering dan paling kesal itu berantem cuma alasannya yaitu capek. Capek itu sumber amarah luar biasa ya. Padahal cuma ngomong apa gitu yang sebenernya sanggup diketawain, tapi alasannya yaitu lagi capek jadinya tersinggung. Jadinya berantem. Aduh.

Hal-hal besar sih nggak akan saya ceritakan di sini ya, hal kecil aja deh. Misal, JG selalu dengerin lagu kapanpun ia mau, sambil masak atau sambil basuh piring. Saya nggak suka dengerin lagu. Saya dengerin lagu kadang doang kalau lagi kerja alasannya yaitu saya nggak konsen! Apalagi kalau di rumah JG setel lagu, Bebe nonton film. Udah gitu dua-duanya ngajak ngobrol. Bisa dipause dulu nggak sih? Nggak suka banget ngobrol teriak alasannya yaitu suaranya ketutup sama lagu dan film.

Tiga tahun berlalu dan ya udah, nggak sanggup dipause ternyata gaes jadi ya daripada berantem maka saya membisu dan mendapatkan semua playlist dia. Ini hal terkecil dari kompromi alasannya yaitu kalau mau diberantemin sanggup banget. Tapi ah udalah, diem aja. Masa gitu doang berantem? Menjaga emosi itu menjaga kesehatan jiwa banget jadi saya sebisa mungkin nggak emosi sama hal-hal kecil.

Paling susah kalau lagi mens. Huhuhu. Saya benci kalah sama hormon tapi nangis ajalah supaya kalau lagi mens mah. Daripada berantem lebih baik nangis. Itu prinsip hidup HAHAHAHA.

(Baca: Tips Mengurangi Berantem dengan Suami)

Maka menikahlah sesudah melalui proses panjang wawancara! Jangan menikah tanpa kalian tahu bagaimana contoh pikirnya terhadap hal prinsipil. Karena jikalau tidak, kalian akan menghabiskan sisa hidup dengan berusaha mendapatkan perbedaan pendapat. Itu melelahkan dan bikin stres!

Nggak heran banyak istri-istri yang mengeluhkan suaminya di socmed. Kasian, sudah tidak tahu lagi mau dongeng pada siapa jadi bikin status supaya unek-unek sanggup keluar. Sini peluk, huhu.

Banyak juga group Facebook yang berbasis curhat untuk para perempuan. Saya pernah join beberapa hanya alasannya yaitu ingin tahu. Isinya ya gitu, curhat istri-istri suami saya begini suami saya begitu. Kemudian saya left group alasannya yaitu ngapain deh ah.

T________T

Saya percaya menikah dengan orang yang tepat itu less stressful jadi sabar aja yang belum nikah alasannya yaitu merasa belum nemu orangnya. Jangan menikah terburu-buru.

Dan hanya sesudah menikah saya gres sadar bahwa tidak ada ijab kabul yang sempurna. Kalau ada pasangan yang tampak perfect, maka percayalah itu hanya TAMPAK saja. 😂

Apalagi kalau kami dipuji oleh pasangan belum menikah "wah kalian seru banget ya nikah" IYA SERU BANGEEETT. HAHAHAHAHAH. Pasti berujung dengan JG menasihati "udalah jangan nikah buru-buru, pikir-pikir lagi aja" lol sialan.

Kalian tidak mau menikah? Good for you! Nggak apa-apa banget. Nikmati hidup tanpa harus berkompromi. Saya sendiri hingga kini galau kenapa saya mau nikah hahahahahha.

*

Demikian ngalor ngidul hari ini. Dan menyerupai biasa saya mau ikut nanya, apa satu kata yang paling mewakilkan ijab kabul berdasarkan kalian?

Bahagia? OH COME ON, jangan jawaban lame kaya gitu ya. Karena kalau nggak senang pikirkan ulang pernikahannya. Cinta? Yaiyalah kalau nggak cinta saya udah kabur ke ujung dunia sis. Ayo kata yang lain yaaa.

Jawab di kolom komentar atau bikin blogpost dan tag saya ya! :)

-ast-

Detail ►

Review Pensil Alis Just Miss 708A Brown

Just Miss Eyebrow Pencil 708A Brown


Wah ini nih, Just Miss ini dulu sering banget liat di Stroberi gitu kan terus saya suka serem sendiri kenapa murah bangeeett. Tapi ternyata Just Miss ini bukan merek abal-abal, ia merek resmi, ada BPOM dan punya website jadi dapat beli online!

Kali ini Wina me-review pensil alis dengan harga 7ribu aja pemirsa. Murce banget. Gimana review Wina? Simak yaaa!






💖 Made in Indonesia!

💖 Harganya murah dibandingkan dengan pensil alis Viva Cosmetics, Emina, atau merk lokal lainnya.

💖 Pensil alis sudah dilengkapi dengan sikat alis dan rautan pada kedua ujung.

💖 Higienis alasannya yaitu ujung pensil tertutup bab rautan.

💖 Teksturnya creamy, ngga keras ibarat tipikal pensil alis.

💖 Warnanya pigmented banget. Kalau yang suka alis terlihat natural, harus smudge lagi dengan spoolie.

💖 Warna coklatnya beneran coklat, bukan yang coklat-orange sehingga kesannya lebih natural.

💖 Staying power OK, dapat tahan seharian walau terkena air wudhu (waterproof).

💖 Praktis dibersihkan dengan makeup remover atau micellar water



💔 Ukuran pensil terbilang lebih panjang (karena ada sikat alis dan rautan di ujungnya) dibandingkan pensil alis pada umumnya. Negatifnya, nggak muat di makeup pouch yang rata-rata berukuran 10-15cm.

💔 Sikat bawaannya kaku dan keras, harus pelan-pelan menyikatnya ke alis.

💔 Nggak smudgeproof. Kalau ngga sengaja mengusap alis pakai tisu, akan transfer ke tisu.



Rp 7ribu untuk 1gr



Just Miss website, toko kosmetik



Yes alasannya yaitu harganya terjangkau sekali.



🌟🌟🌟✰✰

3 out of 5

Sampai jumpa di #SelasaCantik berikutnya!
Follow Wina di social media dan main-main ke blognya ya!

BLOG | IG: @mrswynnz | Twitter: @mswynnz


Detail ►

#Sassythursday: Random


Halo halooo,

Gimana libur satu hari di tengah minggu? Semangat kerja lagi atau rasa-rasa ingin cepet weekend? 😂

Saya mah capek hahahaha. Soalnya seharian sama Bebe, nemenin Bebe main sambil jagain quick count (kantor saya live quick count di Twitter dan Facebook fyi), dan JG sakit. Rontok sis.

Ya udah jadi #SassyThursday nya temanya random ajalah. Males mikir huhu. Saya mau life updates aja ala-ala YouTubers ya. Ada hal apa di hidup saya seminggu terakhir ini?

Nahla randomnya mau dongeng Macbook baru, ya bolehlah masa nggak boleh hahaha. Soalnya Nahla yang ilustrator dan YouTube seminggu sekali laptopnya lemot banget huhu kasian. Kaprikornus pas beliau dibeliin Macbook kami bahagia sekali!

Baca punya Nahla:

The Knock-off

Saya lagi baca novel ini. Temanya sih seru ya perihal editor in chief majalah fashion level Anna Wintour yang cuti 6 bulan alasannya kanker. Pas balik kerja majalahnya udah jadi website dan app. Kantornya yang kaku berubah jadi kantor start up dengan bean bag dan makanan berlimpah. 😂😂😂

Bukunya menceritakan perbedaan generasi, dunia start up masa kini, dan gimana para baby boomers mengikuti keadaan satu lingkungan kerja dengan millennials dan gen Z. Cuma lama-lama agak bosen soalnya ceritanya lambaaaattt. Well, tapi akan saya selesaikan lah ingin tau soalnya relate banget sama hidup sehari-hari hehehe.

Gagal ketemu Gesi

Iya ahad ini Gesi lagi di Jakarta cuma hingga Jumat. Rencananya mau ke Sea World hari Rabu tapi sayanya sakit mata. 😩

Mata saya nggak belekan atau merah atau infeksi tapi udah 3 hari berair terus. Daripada nularin orang lain kan mending diem ajalah di rumah.

Eh ketambahan JG demam, udalah nyerah nggak dapat ke mana-mana. Kerja aja dari rumah sambil temenin Bebe main.

Speaking of Bebe ...

Threenager comes early!

Bebe gres akan 3 tahun di bulan Juni nanti tapi beliau sudah meninggalkan masa Terrible Two dan terlihat sekali sudah menjadi threenager. Sok tau nya nggak ada dua.

Dari artikel-artikel yang saya baca, terrible two itu kan sensitif, praktis tantrum/ngambek sama hal-hal kurang makna (jadi inget ada yang dongeng anaknya tantrum gara-gara pupnya disiram ibunya. 😂😂😂). Nah bila threenager ini kata kuncinya ialah IDGAF alias I don't give a fvck.

Ya jadi beliau lempeng aja. Melakukan hal abstrak kemudian saya marahin ya beliau nggak peduli. Seperti tetap bermain dengan celana lembap kena ompol beliau tetep cool aja kaya nggak ada apa-apa.

(Baca: Bebe Toilet Training)

Atau contohnya beliau ngapain terus saya marah, biasanya beliau tertunduk merasa bersalah. Ini lempeng aja seolah saya nggak ngomong apa-apa. Kondisi saya masih marah, beliau udah mengalihkan pembicaraan ke hal lain dan ketawa-tawa kaya nggak ada apa-apa.

Wow. 😂

Tapi hasilnya saya berhasil botakin Bebe!

Dulu pas punya cukuran gres itu, sebulan sekali saya potongin rambut Bebe dan JG. Kaprikornus dua-duanya rambutnya selalu pendek 1-3 mm lah. JG masih begitu hingga kini tapi Bebe udah sekitar 5-6 bulan nggak mau. Sebabnya didoktrin mbak-mbak daycare bila rambut panjang = ganteng. 😂

Saya nggak tahan soalnya anaknya pecicilan banget, rambut panjang dapat lepek nempel semua ke kulit kepala saking lembap keringet dan bau. Tiap mandi keramas lah udah, ribet. Kalau botak kan nggak bau, keramas pun bilasnya nggak susah. Lagi artis Korea juga bukan ngapain sih panjang-panjang 😂

Kemarin tiba-tiba Bebe bilang mau potong rambut tapi ingin pake gunting aja. Ya pake gunting dapat aja sih, tapi hasilnya jadi kaya tahanan penjara gitu kan nggak rata. Tapi bodo amat saya gunting dulu hingga pendek banget sambil terus dibujukin. Tiap saya liatin alat potong rambut beliau jerit keras ngamuk hingga hasilnya saya sadar satu hal: beliau ngamuk pas alatnya dinyalain, pas mati mah beliau kalem. OH MUNGKIN KARENA SUARANYA!

Ibu: "Be, Bebe tidak suka suaranya ya?"

Bebe: "IYA HUHUHUHU"

Suaranya kan mendengung keras gitu. Akhirnya alasannya saya jenius saya kasih beliau headset, berhasil deh botak. Terima kasih Frozen hahahaha. Iya pake headset nonton Frozen sambil potong rambut. 😂

(Baca: Cukuran Philips Mengubah Hidup)

Belajar Bahasa Inggris

Ya ini ahad kedua saya, JG, dan Bebe jadi bilingual. Psikolognya Bebe udah baiklah Bebe mencar ilmu bahasa lain jadi kami berencana beliau mau pre school bahasa Inggris nanti pas 3 tahun. Cuma alasannya banyak sekali pertimbangan hasilnya di rumah dulu deh bilingual.

Kami nggak mau semenjak bayi dua bahasa soalnya banyak yang bencana speech delay kan, sementara saya suka anak kecil banyabicara hahaha. Kaprikornus bahasa kedua diajarkan sehabis bahasa pertama dikuasai dengan baik.

Ini akan saya tulis terpisah alasannya butuh banyak masukan, apa metode paling efektif untuk mengajarkan bahasa kedua?

Udah sih itu aja?

Btw, neng Karin apa kabar naik kuda pake beha doang? Saya nggak nonton hingga selesai alasannya nggak mood mengumpat hahahaha. Makin usang jadi males sama Karin hedeh. Seiring prinsip beliau sih, nggak peduli banyak haters yang penting banyak duit. Oke oke.

Gitu aja #SassyThursday random pertama kami. See you next week!

-ast-

Detail ►

Agama Dan Manusia

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini?

Saya seminggu yang lalu, dikala anak saya ke rumah sakit alasannya yakni demam. Mengisi form isian pasien, ada kolom agama tertera. Suami saya nyeletuk pada petugas rumah sakit "mas, anak saya belum tahu agama beliau apa, saya harus isi apa?" Petugas itu melongo setengah terkejut.

Suami saya tertawa dan petugas menarik napas lega, menganggap suami saya bercanda. Tapi bagaimana bisa bayi ditanya agamanya apa? Bagaimana dengan orang yang tidak beragama? Apa yang harus beliau tulis di sana? Mengapa rumah sakit bertanya agama?

Di Indonesia saya tidak tahu jawaban tepatnya. Mungkin sesederhana jika pasien meninggal, sudah terperinci akan diperlakukan bagaimana. Itu satu. Tapi saya masih ingin tau dan kembali browsing. Kali ini dengan bahasa Inggris. Ternyata alasannya beberapa, selain bisa minta request pemuka agama untuk menemani berdoa, yang terpenting yakni diet khusus alasannya yakni agama tertentu tidak makan makanan tertentu.

Ah ya, masuk akal. Setidaknya untuk kebijaksanaan saya.

*


Isu agama ini sedang kencang berhembus maka kami pun jadi agak sensitif jika ada pertanyaan seputar agama. Apalagi dari institusi kemanusiaan menyerupai rumah sakit, saya kan jadi membayangkan hal-hal absurd seputar orang dari agama lain tidak diterima masuk rumah sakit. Mungkin nggak?

Jujur, sebagai pemeluk agama dominan di negeri ini, saya akhir-akhir jadi sering merasa risih. Hanya alasannya yakni digoyang isu Pilkada, kaum Muslim (khususnya di social media dan chat group) menyerupai kehilangan sopan santun.

Belum lagi aneka macam yang share hoax dan kebencian. Berita nggak terperinci awal mulanya di-share dengan kalimat yang sama menggebu-gebunya. Atau justru di-share dan istigfar, padahal isinya entah benar entah tidak.

Dan ini terjadi pada semua lapisan sosial, bukan hanya dari kalangan yang tidak berpendidikan. Tidak masuk dalam kebijaksanaan saya ada orang yang kuliah master hingga luar negeri tapi share gosip dari situs abal-abal yang penulisnya entah siapa, kantornya entah di mana. Bagaimana mungkin bisa lulus kuliah tapi tidak bisa menyaring mana gosip yang masuk kebijaksanaan mana yang tidak? Mengapa menyerupai diliputi kebencian yang amat sangat?

Saya gerah, sungguh. Timeline saya sesungguhnya cukup kondusif dari status-status bernada melecehkan agama lain tapi ada saja yang tidak sengaja terbaca. Biasanya dari kolom komentar orang dan saya gundah maksudnya apa? Mungkin tidak sadar alasannya yakni terbuai topik "pemimpin kafir"?

Contohnya beberapa hari lalu. Ini mungkin teladan paling sederhana. Di status seorang teman, Muslim, ibu-ibu sedang mengobrol. Topiknya perihal pak mantan. Entah kenapa jadi ada pembicaraan soal babi. Ya, sungguh tidak nyambung bukan?

"Mereka mah babi aja dimakan ..."

???

Duh, memangnya kenapa jika agama lain membolehkan orang makan babi? Jijik alasannya yakni haram? Orang lain ada yang menganggap makan ceker ayam juga jijik lho. Makan jeroan juga jijik alasannya yakni penyakit semua.

Lagian kan bukan cuma Islam yang melarang makan babi. Agama lain malah ada yang melarang makan hewan sama sekali, makanya banyak anutan agama yang mengharuskan atau menyarankan pemeluknya vegetarian. Yahudi aja nggak boleh lho makan babi. Iya, haram.

Atau nalar yang lebih pusing lagi, kemarin ada yang komen begini di status sahabat saya (saya copas):

"Ada orang munafik yg berbuat baik kpd muslim, kemungkinan 1. Menginginkan massa pendukung yg kbtln mayoritas, 2. Mengejar kekuasaan 3. Untuk memecah belah umat (krn ada pihak yg dibikin enak, utang budi) Enggak mungkinlah ahok berbuat baik hanya mengharap pahala dari Alloh azza wa jalla yg jelas2 beliau tidak mempercayainya??"

Orang yang tidak percaya Tuhan mustahil berbuat baik?

Terbayang orang-orang yang satu agama dengan pak Ahok mungkin akan geleng-geleng kepala alasannya yakni mau berbuat baik pun dianggap tidak mungkin? Hanya alasannya yakni percaya Tuhan yang berbeda?

Apa beliau nggak tau aneka macam orang di dunia ini yang tidak percaya Tuhan itu ada dan mereka tetap berbuat baik demi kemanusiaaan? Berbuat baik dan tidak berharap pahala bisa banget lho. Makara sukarelawan sana-sini, volunteer hingga ujung Afrika demi bantu orang kelaparan. Dan mereka tidak beragama, tidak terpikir soal pahala.

Saya juga jadi bertanya-tanya, apakah orang-orang ini tidak mengenal orang baik yang beragama lain? Orang baik yang atheist? Orang baik yang agnostic? Orang baik yang deist?

Sindiran "mainnya kurang jauh" itu jadi makin terasa bukan lawakan lagi. Mungkin memang mainnya kurang jauh jadi cuma tau agama sendiri dan agama yang lagi dibenci orang-orang aja. Agama lain itu kan tidak sesederhana Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Apalagi jika lihat agama orang-orang sedunia, waduh terlalu sesak jika agama dan kepercayaan hanya dibatasi oleh enam koridor menyerupai yang diakui negara kita.

Agama itu banyaaakkk sekali. Alirannya juga banyak. Para pengikutnya tentu merasa agama yang mereka peluk itu benar. Tidak usah saling membantah. :)

*

Sebetulnya, *tarik napas dulu* saya tidak peduli pilihan gubernur kalian siapa. Itu urusan langsung kalian dengan bilik suara. Pilih gubernur melihat agamanya silakan, pilih gubernur lihat rekam jejak silakan, anutan pemercaya gubernur bukan pemimpin juga silakan.

Yang saya duka adalah, banyak yang jadi terpancing untuk menghina pemeluk agama lain. Hanya alasannya yakni satu orang "menghina agama Islam" kemudian jadi pembenaran bagi para pemeluk Islam untuk menghina agama lain. Kan tidak begitu sis dan bro.

Kalian tidak terima ada orang menghina agama yang kalian peluk tapi kalian sendiri JUGA menghina agama lain. Makara menghina agama lain boleh tapi jika agama kita dihina kita marah? Itu sama halnya dengan kalian memarahi anak yang merebut mainan dari anak kalian, tapi ketika anak kalian merebut mainan anak lain kalian tidak marahi. Double standard, at its worst!

Seperti pak haji yang teriak akan memberi uang satu miliar untuk yang bisa membunuh Ahok. Kalau an eye for an eye and a tooth for a tooth diambil literal begitu mah banyak orang buta dan ompong di dunia ini, serem dong. Satu orang bunuh orang lain. Keluarga yang dibunuh balas membunuh, balas-balasan membunuh terus hingga insan punah.

Sungguh agama tidak mendefinisikan manusia.

"Kita bela agama, jika tidak begini Kristenisasi semakin merajalela!" Oh, bela agama semenjak Pilkada kemarin ini potongan dari Islamisasi? Membuat orang ingin masuk Islam kah?

Malah teman-teman non-muslim bertanya:

"Kalau mau jadi ustaz di Islam itu syaratnya apa ya? Kok banyak ustaz share kebencian dan hoax."

...

krik krik

...

NGGAK ADA.

Semua orang bisa jadi ustaz. Self-proclaimed juga bisa, mencar ilmu agama dan hafalin ayat semoga bisa kutip sana sini maka anda bisa melayakkan diri jadi ustaz. Coba jadi pastor atau pendeta, level yang harus dilalui banyak sekali. Dari sekolah seminari hingga wawancara ini itu. Nggak gampang.

Makara tolonglah jangan simpel percaya dan mengutip ustaz A ustaz B, pilih ustaz kalian baik-baik alasannya yakni semua orang juga bisa jadi ustaz.

Eh sesudah jadi ustaz malah share hoax. Ceramah di mesjid bawa-bawa partai, bawa-bawa "jangan pilih pemimpin kafir". Suami saya menghitung benar, semenjak urusan pilkada ini salat Jumat selalu disisipi unsur politik. Tapi ketika turun ke jalan teriaknya "kami bela agama, ini bukan duduk kasus politik!" Ya gimana, semenjak awal urusan agamanya dicampur sama politik kok.

Ibu saya malah terang-terangan diminta menentukan satu partai tertentu dikala Pilpres lalu! Di pengajian! Saya nggak habis pikir gimana caranya lagi mengkaji Al-Quran terus tiba-tiba pak ustaz bridging ke nama partai.

T______T

Saya tidak bilang semua ustaz menyerupai itu makanya pilih guru agama kalian baik-baik. Lihat latar belakangnya, mencar ilmu agama di mana, sudah mencar ilmu berapa lama. Banyak kok ustaz-ustaz yang tidak menyebut diri sendiri dengan sebutan agamis (seperti ustaz, habib, dan lain-lain) tapi justru teduh, damai, dan tentu tidak share hoax apalagi kebencian. :)

*

Kalau sudah begini "pemakluman" saya cuma satu. Umat Islam di negeri ini merasa superior alasannya yakni agama mayoritas. Jadinya lupa lah pada Pancasila, lupa jika negara ini bukan negara yang berbasis agama. Bhinneka Tunggal Ika mah lupa, auk ke mana.

Saya jadi khawatir sekali lama-kelamaan isu agama ini melebar dan jadi mengkotak-kotakkan kehidupan sosial lebih parah lagi. Mau belanja ke pasar, nanya dulu agama penjualnya apa? Atau terparah malah dipisahkan pasar muslim dan non-muslim. Install ojek online ditanya agama apa semoga sesuai diantarnya sama yang se-agama. Lebay? Kecenderungannya ke sana loh. :(

Padahal kekerabatan vertikal yakni kekerabatan yang paling pribadi. Hubungan vertikal itu penting tapi horizontal juga tak kalah pentingnya.

Nggak bisa kita men-judge seseorang taat beragama hanya dari bajunya yang tertutup dan longgar. Nggak bisa juga kita men-judge seseorang kafir hanya alasannya yakni baju dan celananya ketat. Yang berhak menilai kadar keimanan seorang insan bukan insan lain. Ya? Ya.

Apa gunanya pakai atribut agama tapi hati dipenuhi kebencian? Dipenuhi kecurigaan? Merasa paling benar, merasa paling mahir hingga berani menyindir orang yang berbeda kepercayaan.

Ayolah kita hidup damai. Tanpa mengecilkan orang apalagi agama lain. Saling menghargai apapun agamanya, sukunya, rasnya, warna kulitnya. Pisahkan urusan menentukan gubernur dengan urusan lain. Karena sungguh, urusan Pilkada ini urusan remeh dibanding perpecahan negara hanya alasannya yakni kita tak bisa menjaga emosi di dunia maya.

Hidup bersosialiasasi niscaya lebih indah jika saling pundak membahu, saling membantu, saling melihat kebaikan masing-masing dan bukannya terus menerus mencari kejelekan orang lain. Ayo berpegangan tangan kaya di buku PPKN zaman dulu, baju kawasan boleh berbeda-beda tapi tangan saling bertaut dan tersenyum mengelilingi bola dunia. :))))

*

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini? Siapa yang bertanya?

-ast-

Detail ►

Drama Threenager

THREEENAGER COMES EARLY!

Bebe bulan ini 2 tahun 8 bulan tapi tiba-tiba perilakunya berubah. Kehebohan terrible two tiba-tiba hilang dan beliau menyerupai menjadi anak lain. Browsing sana sini ternyata beliau masuk ke dalam ciri-ciri threenager!

*ibunya pingsan*


Sungguh punya balita itu menguras energi sekali ya. Tapi yang lucu dari fase threenager ini yaitu beliau jadi sangat sangat bossy. Sampai speechless sebab jikalau nyuruh menyerupai banget ketiplek nadanya sama saya!

Kalau di terrible two kan bossy tapi sebenernya manja. Nggak dikasih apa ngamuk. Cuma memang permintaannya nggak masuk nalar aja. Nah jikalau threenager ini beliau merasa beliau yaitu sentra dari universe jadi ibu, appa, dan semua orang sekitar harus nurut sama apa yang beliau mau.

Ini hal-hal yang hanya dapat dirasakan ibu dengan anak tiga tahun. Anak tiga tahun yang udah sok iye banget kaya teenagers lol.

1. Ganti-ganti baju 

Beres mandi, ibu sebagai ibu siaga udah tau dong nggak pilihin baju sebab niscaya ingin pilih sendiri. Maka disuruh pilih baju sendiri, pilih celana sendiri. Matching atau nggak bukan soal! Yang penting bahagia! Untung baju Bebe warnanya netral semua, suka lucu jikalau anak cewek yang pilih baju terus bajunya nggak matching tapi ibunya nggak punya kuasa apa-apa hahahaha

Tapi si Bebe nih ya, lima menit sehabis baju terpasang rapi, Bebe kembali manyun. "Nggak mau baju ini, mau baju yang lain aja."

*ulang proses menentukan baju dari awal lagi*


2. Bossy

Dulu saya memandang sebelah mata orangtua yang manggil 'bos' ke anaknya. Ternyata memang ada fase anak bossy parah. Level nyuruh-nyuruh mulu astaga "Appa jangan nyanyi!" atau "Ibu jangan duduk di situ!" padahal ibu duduk di kasur doang nggak dudukin mainan atau apa.

T______T

3. Marah lebih lama

Marahnya lebih usang dibanding ketika terrible two. T______T Distraksi apapun tidak akan berpengaruh. Dulu lagi ngambek ditawarin beli es krim niscaya mau. Sekarang gigih "NGGAK MAU ES KRIM!" dan sogokan apapun nggak ngaruh lagi.

Tapi ternyata kaya gitu cuma sebab masih ingin marah. Ketika sudah nggak ingin murka dapat tiba-tiba ceria dan menyapa kaya nggak ada apa-apa. Sungguh!

Detik ini beliau ngomong pake nada bicara judes, detik berikutnya beliau ngomong pakai nada bicara ceria! Mood swing nya kaya ABG banget emang lol. Sabar ya buibuuu. *puk puk diri sendiri*

(Baca Drama Terrible Two Bebe di sini)

4. Nggak sabaran

Iya ibu dengan anak tiga tahun harus siaga kapan pun di mana pun. Soalnya motto hidup anak 3 tahun itu: I WANT IT AND I WANT IT RIGHT NOW. Selalu kaya gitu jikalau minta sesuatu. Tapi kan semua butuh proses ya. Mau makan aja harus ngambil piring dulu, ngambil nasi dulu. Duh dapat berulang-ulang beliau ngeluh "ibu lapel".

Ibu beranjak ngambil piring, keluhan kedua nadanya mulai tinggi. "IBU LAPEL!"

Ibu turut diaduk dong emosinya: "IYA IBU AMBIL NASI DULU"

Teriakan ketiga udah makin nggak sabar "IBU SALO LAPEEELLLL!" *jejelin nasi*


5. Slow slow slow

Meskipun nggak sabaran, beliau juga lambat huhuhu. Mau pergi aja urusannya usang banget. Ganti baju dua hingga tiga kali. Packing mainan sendiri, isi minum sendiri. Di tengah proses itu ada yang bikin beliau nggak happy, manyun dulu 15 menit. Ambil susu sendiri, pakai sepatu sendiri. Marah lagi sebab ibu membawakan tas ke mobil, maunya bawa sendiri. Terus aja. Ibu mah nggak apa-apa, ibu sabar. :')

6. Nggak ah capek!

Kalimat andalan banget. Salo baca buku yuk! Nggak ah capek! Salo mandi yuk! Nggak ah capek! Salo makan yuk! Nggak ah capek!


7. Ingin segala sendiri

Ingatlah jikalau threenager itu sudah dewasa! Jangan berani-berani bantu jikalau tidak diminta atau genderang perang pribadi berbunyi!

Kalau nggak minta tolong bukakan minum ya jangan dibukain lah. Kalau minta tolong bukakan, ya bukakan secepat mungkin. Gitu aja sih triknya. Gampang kan. KAN?


8. Sotoy

Ya menyerupai layaknya remaja lah, pada sotoy kan. Padahal mah tau apa HAHAHAHAHA. Bebe sotoy level ngejawabin mulu jikalau dikasih tau.

Ibu: "Be mandi yuk!'

Bebe: "BOLEH!"

atau

Ibu: "Be, buang sampah dong!"

Bebe: "Nggak usah deh ibu!"

*bengong*

Ibu: "Be, jangan simpan situ dong!"

Bebe: "Oooohh!"

OOOHHHHH. Sambil lempeng kaya nggak ada apa-apa gitu loh. Kalau dibilangin apa-apa jawabannya 90% oooohhh, 10% tidak dilakukan.

T_______T

9. Jahil

Iseng banget astagaaa. Ini traits apa lagi iseng aja apa memang fasenya sih. Iseng banget level colek-colek ketek sebab beliau tau saya geli. Makin saya sebel makin dilakuin. Ini turunan JG sih kayanya. HUHUHUHU.

10. They don't give a fvck

Ini sebenernya kata kuncinya. THEY DON'T GIVE A FVCK! Ya mau murka marah, mau lempeng lempeng, mau nangis nangis. Suka-suka gue.

Mau saya murka atau gimana ya beliau nggak peduli, beliau kaya nggak ada apa-apa. Dulu kan jikalau saya murka beliau nunduk terus nggak berani pegang atau ajak ngobrol saya. Sekarang mah saya dalam kondisi nada bicara masih menegur, beliau udah ngomong dan ketawa-tawa mengalihkan ke hal lain. Ya ampunnnn.

Ini juga yang menyulitkan toilet pelatihan sebab beliau ngotot pipis di celana aja dan nggak mau ganti. Ngomongnya lempeng aja "nggak apa-apa deh ibu, pipis di celana aja". Kemudian lanjut bermain. Kaya nggak ada apa-apa!

*

TAPI YA GIMANAAAA. Namanya juga fase huhu. Harus dilewati dengan sukacita dong ya. Katanya sabar aja, nanti hingga 6 tahun ada fase nyebelinnya terus kok lol.

HANG IN THERE BUIBU. STAY CALM!

*ngomong sama diri sendiri*

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Pendidikan Seks Untuk Anak


Minggu ini timeline dan WhatsApp group diramaikan dengan sebuah foto buku yang dianggap "porno" dan menciptakan ibu-ibu marah. Buku itu mengatakan anak kecil pria sedang "masturbasi", dalam tanda kutip loh ya.

Yang jadi dilema yaitu halaman buku yang tersebar hanya sepotong. Padahal ternyata di bukunya lengkap tertulis tips untuk orangtua dan kenapa bawah umur dihentikan melaksanakan itu.

Tapi ibu-ibu keburu ngamuk! KPAI hingga ikut nimbrung dan bilang buku yang tidak pantas blablablabla. Sampai masuk TV dan portal isu nasional.

Baca punya Nahla:

Saya sendiri, apakah terganggu dengan buku itu? Surprisingly, tidak.

Anak saya laki-laki. Ada fase di mana anak memang bahagia memegang kemaluannya. Fase ini normal dan tidak apa-apa. Ini yaitu fase berikutnya sehabis fase oral.

"Tapi itu buku nggak cocok buat anak-anak!"

Duh buibu, buku yang nggak cocok buat bawah umur itu BANYAK. Ya filternya ada di kita lah. Masa beli buku buat anak kita nggak cek dulu isinya? Masa membiarkan anak baca sendirian? Dari pas beli aja udah difilter kali, itu buku apa, isinya bagaimana, layak baca atau nggak. Dan sebagainya.

Kaprikornus ibu-ibu yang panik, marah-marah, dan bilang buku itu harus ditarik dari peredaran, I JUDGE YOU. I REALLY DO. Pasti nggak pernah nemenin anaknya baca buku ya? 😪

Yaiyalah, kita nggak dapat mengatur dunia biar tetep tepat secara moral. Kita yang harus jadi benteng pertama pertahanan tabiat anak kita. Bukan orang lain! Apalagi buku!

Gimana jikalau bawah umur baca di daerah lain? Di sekolah misalnya, di daerah yang tidak ada orangtua menemani.

Nah ini dia. Pendidikan seks untuk bawah umur seharusnya sudah diberikan jauh, jauh sebelum mereka dapat membaca. Karena memang ketertarikan mereka pada kemaluan, pada lawan jenis, kan sudah terlihat semenjak balita kan. Sejak dari belum dapat baca.

Saya sendiri memperkenalkan gender dan lebih spesifik lagi kemaluan pada Bebe sudah lama. Mungkin semenjak usianya belum dua tahun. Alasannya sederhana sebenarnya, saya ingin beliau jadi pria yang menghormati perempuan.

Soalnya balita itu kan asal seruduk aja, mau pemuda atau cewek jikalau lagi main ya timpa-timpaan aja. Saya nggak mau ibarat itu. Main tabrak-tabrakan, main timpa-timpaan, hanya dengan anak laki-laki. Tidak dengan anak perempuan.

Ngerti nggak Bebe? Ya nggak lah! Hahaha.

Menurut psikolog juga memang belum dapat membedakan laki dan wanita hingga usia 5-6 tahun. Tapi saya nggak menyerah, saya tetap bilang terus menerus soal konsep "ibu perempuan, appa laki-laki, Bebe laki-laki".

(Penjelasan psikolog lebih lengkap ada di sini: Mengenalkan Gender pada Balita)

Dan itu berjalan baik, kini usianya 2 tahun 8 bulan, beliau sudah mulai dapat membedakan pria dan perempuan. Dia tahu si A laki atau perempuan, mbaknya laki atau perempuan, aki laki atau perempuan, dan seterusnya.

Lebih spesifik lagi soal pendidikan seks, terutama "masturbasi" ibarat di buku itu. Ya Bebe sedang ada di masa beliau bahagia pegang kemaluannya. Dipegang aja, meski tidak sering tapi ada saat-saat di mana tangannya masuk ke celana dan pegang.

Temen saya juga cerita, anaknya wanita dan suka pegang vaginanya. Malah kadang dimainkan pakai mainan! Wah serem sih ya jikalau perempuan. Tapi kan itu memang fasenya, jadi harus dilewati aja. Asal dengan komunikasi. Bukannya dibiarkan atau dimarahi.

Saya sih kasih tahu aja, "jangan dipegang dong Be, nanti lecet". Biasanya beliau eksklusif nurut sih. Dan saya selalu cek, untuk mengatakan bahwa saya peduli. "Wah ini tidak apa-apa sih, tidak perlu dipegang ya" gitu.

Kuncinya cuma satu, jangan awkward! Kalau anak pegang tit*t aja kita jelasinnya awkward, saya takutnya anak jadi merasa bersalah. Padahal kan nggak perlu begitu. Karena meski mencicipi nyaman pegang kemaluan, it's not sexual!

Soal kemaluan dan soal seksual ini, saya mau saya jadi orang pertama yang Bebe tanya, makanya saya nggak boleh aib atau apa.

Lagi masa sama anak sendiri aib ah elah.

Dan jangan beri tanggapan yang tidak masuk akal. Beri tanggapan secara ilmiah meskipun anak mungkin butuh waktu untuk mencerna.

Mimpi basah, menstruasi, masturbasi, itu berdasarkan saya harus dijelaskan jauh sebelum si anak mengalaminya. Dan jelaskan secara medis, biar beliau tahu risiko-risiko yang beliau hadapi.

Jawaban-jawaban semacam "jangan gitu nanti Allah marah" itu rawan sih berdasarkan saya. Karena takutnya ada titik di mana anak ingin rebel, anak ingin melanggar aturan, dan jadilah dilakukan diam-diam. Nggak mau begitu dong?

Intinya saling terbuka lah sama anak, jangan sembunyikan sesuatu. Jangan buat anak ingin tau dan mencari tanggapan di luar.

Satu lagi, dampingi bawah umur baca buku! Mulai edukasi seks semenjak balita! Jangan hingga terlambat. :)

See you!

-ast-

Detail ►