Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

#Sassythursday: Nama Beken (Ft #Gesiwinditalk)


Kalau urusan seleb dunia maya, Nahla, Gesi, dan Mbak Windi ini emang partner paling sip banget lol. Dari pagi hingga malem urusannya beginian muluk ah elah suram amat hidup kitaahhh.

Topik kemarin sih sepakat banget, yaitu Anya Geraldine yang ternyata yaitu nama beken. Padahal mukanya match banget sih berdasarkan saya dengan nama Anya. Tapi ternyata nama aslinya yaitu Nur Amalina Hayati. Dan selama ini bila doi ikut kontes modelling, pakai nama asli. Nama Anya itu ternyata cuma nama Instagram.

Well, jadilah mari kita bahas soal nama beken!

Baca yang lain di:
Nahla: Kenapa HaloTerong

Annisast katanya nama beken juga padahal itu kan nama lengkap, ya emang nama orisinil gue kannn. Yang belum baca ceritanya bisa baca di sini: Di Balik Nama Annisast.

Nah bila JG itu gres nama beken. Semua orang kecuali temen kantor atau temen-temen kuliah, kini panggil ia mas Jege. Apalagi temen-temen gue, om Jege dan mas Jege. Apa itu JG?

JG yaitu jago_gerlong, nama akun socmed dia. Kenapa namanya itu? Karena ia orang Gegerkalong orisinil semenjak lahir, Iya, Gegerkalong deket rumahnya Aa Gym *name-dropper*. Nah terus ia mengaku-ngaku sebagai pendekar main PES (pro evolution soccer, fyi buibuk) se-Gegerkalong. Jadilah namanya @jago_gerlong. Jagoan PES se-Gegerkalong.

Alay? Biarlah urusan ia lolol.

Kalau Bebe? Mari kita flashback ke postingan tahun 2013. Ada klarifikasi nama Bebe di sini (di paragraf paling bawah hahahaha) ini ia Bebe 1st Post.

Btw postingan itu dipublish Maret 2014 tapi ditulisnya bulan Oktober alasannya yaitu saya takut jinx. Makara kepercayaannya itu kan nggak boleh bilang-bilang hamil selama 3 bulan pertama, kisah lengkapnya ada di sini: YES, I'M PREGNANT.

Ya pada dasarnya gue sih team yang nggak problem sama nama beken. Boleh boleh aja apalagi bila catchy dan praktis diingat. Lagi kenapa dimasalahin juga HAHAHAHAHA. Terserah lah mau pake nama beken atau nggak.

Tau nggak sih, Wulan Guritno aja nama aslinya Wulansari. Tetep manis kan? *lirik gesi*

Cuma yah kadang kala gue suka mikir gitu, dari mana sanggup wangsit nama beken yang jauh dari nama asli? Apa alasannya yaitu tidak puas pada nama santunan orang tua? Apa menganggap nama aslinya terlalu terbelakang dan kurang internasyenel?

Mungkin orangtuanya tidak tipe yang berpikir panjang soal nama jadi ya kasih ajalah apa adanya. Dan mana tau anaknya pas gede jadi artis kan. Tau jadi artis sih eksklusif dikasih nama Titi Kamal bukannya Kurniaty Kamalia. Bukannya jelek, tapi kurang catchy gitu loh. Sulit diingat.

Gue jadi inget JG pernah kisah temen kantornya lagi urus KTP, terus ada yang lagi urus surat keterangan tidak mampu, namanya ... Cristiano Ronaldo.

Itu nama beneran loh. Cristiano Ronaldo yang mengurus surat keterangan tidak mampu.

Ketika orang yang merasa keren tapi namanya sederhana (kalau nggak mau bilang ndeso, sorry to say) mengubah nama, apakah orang-orang yang beneran orang desa tapi namanya internasyenel harus pula mengubah nama?

Karena ternyata, nama juga punya strata, yang bisa-bisa berbeda dengan strata sosial yang nyata. *ceile rhymes amat*

Dan banyak juga kan yang mengubah nama sehabis punya suami atau punya anak. Nama suami okelah, kaya Windi Teguh, Windi istrinya mas Teguh. Atau Ummi Ismail, artinya si X yaitu umminya ismail lahhh. Sah-sah aja meskipun gue sih nggak pake alasannya yaitu entahlah. Not so me gitu.

Apalagi yaaa.

Udah sih kayanya gitu aja. Sungguh postingan yang kurang faedah dan makna. Maafkan.

-ast-

Detail ►

#Familytalk: Homeschooling, Yay Or Nah?


Kalau 20 tahun kemudian (alias pas saya SD) terus saya atau ada temen saya bilang ke orang tuanya. “Bu, saya nggak mau sekolah ah!”. Hampir niscaya si ibu menghela nafas kecewa atau ngamuk. Si anak akan dijudge sebagai anak pemalas dan (mungkin) juga dianggap bodoh.

Kalau zaman kini nggak ya ternyata. Pernyataan tidak mau sekolah bisa ditanggapi dengan pertanyaan serta pencarian minat dan bakat, kemudian homeschooling deh!

Baca punya Isti:

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Full Day School Idaman)

Coba jikalau saya tidak harus melewati semua pelajaran eksak itu. Coba jikalau saya dari kecil menulis dan terus menggambar. Mungkin saya kini sudah jadi senior editor di BuzzFeed (LHOH KOK CEMEN). Mungkin sudah jadi senior editor di Huffington Post lah katakan. Atau sudah kerja dari rumah aja jualan desain di Creative Market atau Etsy. 

Sekarang nulis juga nanggung di blog doang lol. Desain juga masih panjang perjalanan sebab kurang pengalaman. Saya nggak mau Bebe ibarat itu.

Ada temen kantor saya yang mahir banget gambar, namanya Sarah. Sarah ini emang desainer di kantor saya. Ini pola gambarnya. Instagramnya posting gambar semua bisa dilihat di sini.


Gambarnya halusss banget padahal ga pake alat mahal-mahal. Pake bolpen biasa gitu hikssss. Terus saya tanya, ia berguru gambar dari umur berapa? Dia jawab dari umur 4 tahun! EMPAT TAHUN. Dia seumuran sama saya jadi ia sudah menggambar selama 24 tahun! Tanpa putus! Kuliah desain!

Jadinya masuk akal kan gambarnya halus banget? Pengalamannya 24 tahun loh!

Orang-orang kaya gini yang bikin saya menyesal. Kalau kemampuan berguru saya sama kaya dia, dengan minat tanpa talenta menggambar, dan saya gres mulai sekarang, saya gres akan bisa sehalus itu 24 tahun lagi. WHY GOD WHY.

Atau Valentino Rossi, *jangan kira saya ngerti yah, ini diceritain JG* ia di sekolah dicap anak "nakal" sebab nggak pernah mau belajar. Tapi ia fokus satu hal yaitu balap, ia udah balap dari umur 4 tahun juga!

Nah, jadi pada dasarnya kiprah saya kini yaitu mencari minat dan talenta Bebe. Untuk dikembangkan semenjak dini. Untuk memilih nantinya ia perlu sekolah apa nggak. Soalnya kan kali aja ternyata Bebe suka belajar, ada loh ya orang yang hobinya memang belajar, berguru apapun ia suka. Ya udah jikalau gitu mah sekolah formal aja.

Kalau nggak tahu bakatnya apa?

Ya dicari pelan-pelan. Kalau hingga masuk usia sekolah belum tau bakatnya apa, saya sih kayanya mau sekolah dulu aja. Bisa ada orang ketiga juga (guru, sekolah) yang bantu saya untuk nemuin minat dan bakatnya. Kalau di tengah-tengah mau berhenti sebab sudah ketemu juga ya boleh.

*ngomong kaya simpel yah sebab belum terjadi aja sih*

Kalau minat dan talenta berubah di tengah jalan?

Nah ini nih yang jadi pertanyaan beberapa orang. Minat dan talenta waktu kecil kan nggak mencerminkan pilihan dikala cukup umur yah, jikalau berubah atau menyesal gimana?

Sungguh saya pun tak tahu hahahaha. Mungkin ya diasah lagi pelan-pelan, lagipula seumur hidup kan pencarian dan pembelajaran, jadi nggak apa-apa ya harusnya jikalau di tengah jalan mau berguru hal baru.

Ada yang bisa bantu jawab kah untuk poin ini?

Kalau galau mau kuliah di mana?

Kalau hingga lulus Sekolah Menengan Atas belum nemu juga minat dan talenta gimana dong, kuliah di mana dong? Nah, ambillah jeda waktu setahun. Kasih masa tenggang dulu *macam provider telco* Magang atau jadi volunteer, lihat dunia lebih luas.

Dulu saya judge orang yang nunda kuliah dengan "hih sayang banget waktunya! keburu bau tanah loh!". Sekarang mah wah, lebih sayang lagi kuliah hal yang nggak kita suka sih. Mending tunda dulu.

(Baca: Homeschooling. Yes or No?

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah)

Asal jangan menunda tapi terus bobo bobo aja di rumah ya. Tunda tapi terus cari sebenernya apa yang dicari dalam hidup.

Kalau nggak mau kuliah?

Tergantung alasannya apa hahahaha. Karena kuliah itu mengubah seseorang banget, bukan cuma urusan susah cari kerja nantinya. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab ngeband sih no ya, kecuali bandnya semenjak Sekolah Menengan Atas udah go international gitu. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab mau bisnis misalnya, ya kuliahlah, ambil manajemen, bisnis, atau finance.

Apalagi ya. Huh hingga ngos-ngosan banget nulis ini.

Kalau ada yang kurang kabar-kabariii. Kalau ada pertanyaan, tulis komen. Kalau pertanyaannya menarik nanti saya edit postingan dan saya tambahin di sini.

Happy weekend!

-ast-


Detail ►

Penulisan Sponsored Post Pada Postingan Berbayar


Hai! Kembali lagi dengan Monday Techno! Kali ini saya mau membahas perihal mengapa saya selalu menulis [SPONSORED POST] di atas tulisan yang memang berbayar.

Saya sudah melaksanakan ini semenjak pertama kali blog ini menerima job. Bagi saya, ini hal yang wajib dan saya bahkan tidak pernah berpikir dua kali untuk tidak menulis sponsored post di postingan yang memang berbayar. Kenapa?

Dalam dunia jurnalistik media mainstream, ada etika-etika yang harus dipenuhi. Salah satunya ialah batas yang terang antara artikel yang berasal dari redaksi dan advertorial. Harus ada batas api atau firewall. Fungsinya ialah supaya pembaca tidak merasa dibohongi.

Coba deh cari di media mana pun di seluruh Indonesia. Kalau media online niscaya punya URL khusus untuk advertorial yang berbeda dengan URL artikel biasa. Font dan layout-nya pun diubah sedikit sehingga tidak nyaru dengan artikel biasa. Dan terang biasanya ada label bertuliskan ADVERTORIAL, INFORIAL, atau apapun yang menawarkan bahwa merk membayar untuk sanggup ditulis di sana.

Di koran atau media cetak juga sama. Biasanya diberi kotak khusus, dibatasi garis tipis untuk membedakan mana advertorial mana bukan. Dan PASTI ada label advertorial dan font yang dibentuk sedikit berbeda. Di dunia jurnalistik ini WAJIB. Kalau hingga ada yang tidak mematuhi, sudah niscaya media abal-abal dan diragukan kredibilitasnya.

(Baca: Standar Rate Card untuk Blogger)

Bagaimana dengan blog?

Kembali pada pemilik blog. Kalau ingin jadi content creator profesional sih berdasarkan saya ini wajib. Saya selalu mencantumkan SPONSORED POST di awal tulisan. Tidak di simpulan alasannya ialah saya sering bete sendiri jika sudah seru-seru baca tulisannya, eh kecele alasannya ialah di simpulan sebut brand, ternyata berbayar toh.

Bisa juga menyerupai Nahla, ia mencantumkan Sp. di judul loh bukan di body tulisan. Dan saya tetep beri label adv untuk mempermudah archiving.

Nanti orang jadi nggak baca? Masa sih? Seberapa banyak yang nggak jadi baca? Saya selalu pakai SPONSORED POST dan page viewsnya tidak jauh beda dengan postingan biasa. Durasi membaca juga sama dengan postingan biasa.

Sejauh mana harus diberi label SPONSORED POST?


Buat saya jika barangnya tidak kita beli sendiri, wajib ditulis SPONSORED POST. Goodie bag apa wajib direview? Tergantung. Kalau tidak ada request untuk review, ya tidak wajib.

Kan soft selling?

Soft selling beda sama berbohong ya. Apalagi jika bentuknya masking ads (atau biasa disebut juga dengan Astrosurfing), di mana kita seakan-akan beli barangnya PADAHAL DIKASIH. Kaya gini:

"Kebetulan banget tadi lewat store A dan ternyata lagi diskon up to 70% loh girls, borong lipstik deh. Kaprikornus kini saya mau review lipstiknya blablabla ..."

Padahal dibayar sama merk A. Itu nggak etis. Itu berbohong.

Xiaxue pernah nulis soal ini nih waktu ia ngebuka perkara besar perihal blogger dan masking ads. Kaprikornus ada satu administrasi blogger yang selalu menyuruh bloggernya untuk berbohong menyerupai ini. Wuih, rame banget alasannya ialah masking ads menyerupai ini illegal di beberapa negara.

source
Soft selling sanggup kok tidak bohong. Masukkan pengalaman kita ketika pakai produk dan buat jadi story telling. Atau sanggup juga dibentuk jadi goresan pena tips, orang tetap sanggup sesuatu meskipun ada produk tertentu di sana.

Tapi di brief katanya nggak boleh ada goresan pena sponsored atau adv!

Bukan sekali dua kali saya sanggup klien yang memberi brief model begini. Tapi tinggal disampaikan baik-baik jika kebijakan blog saya menyerupai itu, jika tidak sanggup saya lebih baik batal. Ya, saya lebih baik batal sanggup job daripada harus menghilangkan goresan pena SPONSORED POST.

Tapi so far, belum pernah ada klien yang membatalkan kolaborasi hanya alasannya ialah ngotot tidak mau ada goresan pena SPONSORED POST. Mereka juga biasanya mengerti jika itu tidak etis.

Nanti blog keliatan isinya iklan semua?

Emang kenapa sih jika isinya iklan semua? Hahaha. Asal nulisnya story telling atau tips, goresan pena advertorial itu menarik-menarik aja sih buat saya. Kalau keukeuh nggak mau isinya iklan semua, makanya rajin nulis dong. Kaprikornus advertorial beneran cuma selingan aja.

TAMBAHAN (MENJAWAB BEBERAPA PERTANYAAN DI KOMENTAR)

Kalau diundang event nggak dibayar tapi harus nulis gimana?

Pakai [EVENT REPORT] di atas postingan. Jelaskan di body post jika kemarin diundang oleh merk A untuk menghadiri program B.

Kalau content placement gimana?

Ini ketinggalan alasannya ialah saya nggak terima content placement jadi nggak kepikiran nulis hehehe. Kalau content placement technically bukan postingan kita yang disponsori kan. Kita menjual slot posting di blog kita untuk diisi orang lain. Bisa ditulis [ADVERTORIAL] atau [ADV] di atas postingan.

Kalau affiliate juga sama. Liat BuzzFeed deh, ia suka featured barang-barang Amazon kan? Bahkan media sesampah BuzzFeed aja (which I love so much sih lol ya tapi mereka sampah tetep tapi mereka seru HAHAHAHAHHA) pakai statement bahwa BuzzFeed may collect small share di artikel affiliate.

*

Saya memang strict sama hukum ini alasannya ialah selain blogging, jurnalistik memang dunia saya. Saya lima tahun kuliah jurnalistik, hampir 6 tahun kerja di media yang menjunjung tinggi isyarat etik jurnalistik, dan haram banget lah untuk anak jurnalistik jika tidak membedakan mana advertorial mana bukan.

Itu aja. Dan tetep loh ya, semuanya kembali pada pemilik blog masing-masing. Saya nulis ini alasannya ialah ternyata masih ada belum tahu jika etikanya menyerupai ini, bukan alasannya ialah sengaja tidak mau menulis.

Semoga bermanfaat ya! :)

-ast-

Detail ►

Aplikasi Tabungan Jenius, Bank Reinvented

[SPONSORED POST]


Ada yang sering ngerasain repotnya mau buka tabungan baru? Harus tiba ke bank dan antre. Mau transfer harus nginget nomor rekening yang susahnya dan panjangnya kaya nomor telepon.

Berapa nomor rekening orang yang kau ingat? Nomer rekening sendiri aja belum cencuuu, kecuali online shop. Biasanya jika online shop inget tuh nomer rekening sendiri. :)

Saya sendiri hingga punya satu notes di hp isinya rekening bank semua. Iya semua soalnya banyak hahaha. Saya tipe yang membagi rekening bank sesuai kebutuhan. Ini buat nabung, ini buat investasi, ini buat cicilan rumah, ini buat saya gajian, dan satunya buat JG gajian. Kebayang nggak sih ribetnya harus mengingat sebanyak itu nomor rekening?

Nahhh, semua kerepotan ini akibatnya teratasi dikala saya kemarin diundang ke event media preview BrightspotxJenius dan mencicipi sendiri sebuah aplikasi tabungan bank yang cerdas banget namanya Jenius.



Waktu pertama kali denger, jujur saya yang lempeng aja. Alah, aplikasi bank paling-paling buat transfer doang kan pake m-banking atau internet banking mana tetep harus bawa-bawa token. TAPI TERNYATA NGGAK.

JENIUS INI APLIKASI TABUNGAN BANK TERCANGGIH YANG PERNAH SAYA COBA.

Activate

Secanggih apa? Pertama download dulu aplikasi Jenius di smartphone kamu. Ada di PlayStore dan App Store kok.

Nah lalu kita akan mengisi form biodata persis ibarat jika mau membuka rekening di bank. Tapi kan buka rekening butuh kartu identitas dan tanda tangan?

Yes bener banget. Ada fitur khusus di mana kau sanggup upload KTP dan NPWP. Foto selfie juga sama KTP untuk pertanda itu benar KTP kamu. Plus tanda tangan di kertas yang lalu di-scan!

Di mana lagi sanggup bikin tabungan tanpa perlu ke bank ya kaannn. Setelah selesai semua tinggal menunggu kartu ATM tiba ke rumah kamu. Atau jika kaya kemarin, di BrightspotxJenius kebetulan banyak booth di mana kita sanggup print kartu ATM nya langsung. Bikin tabungan dan pribadi sanggup kartu ATM dalam waktu kurang dari 20 menit.

Terhura bangeeettt saking gampangnya!

*terharu maksudnya terharu*

$Cashtag



Selain proses activate Jenius itu yang super gampang. bab serunya belum selesai. Setelah biodata semua terisi, kita akan ditanya nama akun. Persis ibarat nama akun social media. Nama akun ini diberi nama $Cashtag.

$Cashtag ini gunanya untuk mempermudah mengirim uang. Makara contohnya $Cashtag saya kan $annisast nih, kalian sanggup kirim uang ke saya hanya dengan ketik $annisast. $Cashtag ini yang bertindak sebagai nomor rekening jika di bank biasa.

Canggih kan! Btw saran aku, pakai $Cashtag yang sesuai dengan nama social media, jadi orang praktis inget jika mau ngirim uang hahahaha.

DAANNNN, kita sanggup add $Cashtag di halaman kontak. Makara orang-orang terdekat yang sering kita kirim atau mengirimi uang, ada listnya. Kirim ke banyak orang secara grup pun praktis banget.

Masih praktis lupa sama $Cashtag? Bisa juga kok kirim via no handphone atau email.

Sampai sini aja saya ngerasa jika Jenius ini banking reinvented!



Pay Me

Fitur ini untuk nagih utang HAHAHAHAHAHAHA. Makara temen kau punya utang, nah kau sanggup pakai fitur Pay Me untuk menagih. Nanti orangnya akan sanggup notifikasi yes or no akan ngirim uang sama kamu. Nggak usah rikuh lagi nagih-nagih utang lol.

Dream Saver

Ini semacam tabungan berjangka tapi sekali lagi, nggak perlu repot ke bank apalagi harus antri. Tinggal set goal mau tujuan berapa banyak uang. Kemudian set akan berkurang berapa saldo Jenius mu setiap hari. Nanti uang ini akan terpisah sendiri ke akun Dream Saver. Kalau goal sudah terpenuhi, uangnya akan kembali ke saldo aktifmu.

Split Bill

Sering makan bareng temen-temen terus pada nggak bawa cash semua dan akibatnya pake kartu satu orang untuk bayar? Nah Jenius punya fitur Split Bill, kita tinggal menagihkan berapa uang yang terpakai dan temen kita tinggal klik yes untuk bayar. Gampang banget, ga ada urusan tagih-tagih via WhatsApp terus minta no rekening terus transfer.

Takut aplikasinya disalahgunakan orang lain nggak apalagi jika HP ilang? Nggak dong, alasannya ialah pas activate itu kita diminta memasukkan password. Makara tetep harus login dulu untuk sanggup masuk ke akunnya.

*



Ini bank apa sih kok bikin apps keren begini? Jenius ini aplikasi tabungan bank punyanya bank BTPN. Makara nggak perlu khawatir, soalnya bukan bank gres atau nggak terdaftar atau apa. Pada tau dong bank BTPN mah ya kan.

Udalah daripada saya berbusa ngomong kecanggihan aplikasi Jenius ini, mending coba sendiri yuk! Kunjungi Jenius di link di bawah ini.


-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Youtubers Lokal Favorit




YouTube YouTube YouTube lebih dari TV boom!

Auk ih lirik itu kebayang mulu hahahaha. Karena banyak yang nyanyiin kali yah. Dari yang mocking hingga yang nyanyi beneran alasannya yaitu emang suka sama lagunya lol.

Siapa YouTubers lokal favorit kalian? Dan kenapa hingga ngefans?

Gue sih hingga punya dua akun YouTube loh, satu YouTube yang dipake buat upload video itu khusus buat subscribe YouTubers lokal. Satu lagi punya akun YouTube bekas dulu upload random liputan KPop khusus buat subscribe YouTubers luar.

Kenapa dipisah? Karena surprisingly topik yang gue tonton lokal sama internasional beda. Lokal gue random banget apa juga ditonton, dari vlog, beauty, hingga random kaya LDP atau Chandraliaow gitu. Kalau yang internasional banyaknya beauty guru gitu.

Nggak mau kecampur, nanti timelinenya berantakan. Kalau kini gampang, mau lokal, login pake akun lokal. Mau nonton tutorial, tinggal switch pake akun satunya. Recommendation pun akhirnya lebih terarah.

*anaknya mau YouTube-an aja idealis*

Baca punya Nahla di sini:

Atas dasar apa sih hingga subscribe YouTube orang yang bukan temen? Apa yah, ada beberapa pertimbangan sih. Gue biasanya nonton video ia alasannya yaitu muncul di recommendation, terus cek channelnya dan liat video lain wahhh bagus-bagus judulnya. Kemudian subscribe lolol. Iya saya segampangan itu. Makanya bikin judul menarik itu penting!

Kalau model Tim2one - Chandraliow gitu kan emang videonya dahsyat ya profesional abis. Bikin jiper para YouTubers newbie yang "cuma" bikin daily vlog doang. Bahkan kata doi, daily vlog itu membosankan alasannya yaitu yah, nggak butuh-butuh amat inspirasi untuk bikin videonya. Hiks. Biarlah jika doi yang ngomong mah ketauan emang keren juga LOL.

Gue suka Chandra soalnya suka random abis. Jokowi aja dapat mereka parodiin dan kocak sih. Atau kaya ini, entah lucunya di mana tapi gue nonton hingga abis dan pribadi merasa bego. Tapi lucu tapi nggak lucu tapi lucu gitu lah. Perasaan yang sungguh sangat membingungkan.


Btw, lagu "Gapapa Jelek yang Penting Sombong" udah 5juta views loh gengs. Nggak ngerti lagi, liriknya catchy, Devinanya pas banget, videonya klipnya mantep kaya video klip Kpop hahahaha.

Nah tapi apa gue cuma subscribe video yang bagus kaya Chandraliow? Yang syutingnya proper banget gitu? Nggak juga sih, di dunia internet ini tetep content is the king. Kaya Soleh Solihun.

Gue lagi seneng nonton channelnya Kang Soleh (doi senior gue di kampus btw, yang NGOSPEK gue jadi agak-agak ada memori tidak indah di sana HAHAHAHAHAHCANDA). Soleh ini cuma rekaman pake kamera depan iPhone 6, edit di iPhone juga pake iMovie dan sederhana banget sumpah. Cuma cut cut doang malah kadang ga dicut sama sekali hahahaha.

(Baca: YouTube Stars)

Tapi ia interview artis-artis dan interviewnya tajem banget. Ya gimana, komika sih ya bayangin aja. Nanyanya suka nggak pake ukuran gitu. Kaya ke Joshua Suherman "Jo, kok dapat muka kaya kau dapet pacar manis banget gitu?".

Kampret abis. XD

Intinya channel ia yaitu channel yang digarap sama sekali tidak profesional tapi yang nonton ribuan alasannya yaitu kontennya menarik. AKU IRI HAHAHAHAHA. Komeng aja diwawancara dapat jadi serius loh.

Oke next gue suka banget sama channenya Fitrop. Ini #goals gue banget soalnya ia YouTube-an sama suaminya yang sama-sama sialan banget lucunya. Videonya pun digarap bagus bangeeetttt. Ini parodi dari video klip Raisa.


*Btw buat belum dewasa radio Bandung (aka pendengar radio lol) circa 2004-2005, video ini nostalgia banget soalnya Ferari itu dulu partner siaran pagi Fitrop di radio Ardan Bandung.*

SIAPA LAGI YAAAA?

Oiya beauty.

Gue nonton juga kok video beauty lokal. Gue nggak ngerti sama diri gue sendiri kadang-kadang. Nonton tutorial beauty itu dapat berjam-jam TAPI NGGAK PERNAH DIPRAKTEKIN JUGA. Somehow gue cuma suka liat orang lain dandan. Dari muka dekil merah-merah hingga mulus glowing berkilauan. Apakah ini fetish wtf.

Plis katakan saya bukan satu-satunya huahahahaha.

Beauty video lokal yang gue tonton terus-terusan sih Sarah Ayu ya alasannya yaitu make upnya bagus dan ada Jovi nya hahahah. Vinna Gracia juga tapi doi kini banyak daily vlog, udah jarang tutorial. Dan Suhay Salim tentunya alasannya yaitu doi hebat banget dan tampak effortless gitu make up-nya.

*

(Baca: Sebulan di YouTube, gue gres tahu hal-hal ini)

Nih YouTubers yang gue sebut semua ini model videonya beda-beda semua tapi subscribersnya banyak banget semua. Gue jadi nggak dapat merumuskan, apa yang disukai penonton tanah air?

Jawabannya cuma satu, dan jawabanny berlaku juga di dunia blogging yang keras ini: KONTEN!

Yes. Konten yang bagus, nggak peduli kameranya apa, teknik editingnya gimana, yang terang kontennya harus berisi dan bermakna bagi nusa dan bangsa. Merdeka!

*kemudian stres sendiri memikirkan bikin video apa buat Senin depan HAHAHAHAHA*

Buat gue, YouTube masih melengkapi blog aja sih. Belum tau mau diapain jika harus bangkit sendiri. Dan meski gue nggak duduk perkara ngomong di depan kamera, gue lebih suka nulis. Nulis is lyfe. Gue dapat nulis tanpa harus merumuskan apa-apa, satu blogpost utuh dapat kelar hanya dalam setengah jam yang baca banyak. Gue nggak pernah writer's block alasannya yaitu keblock apanya deh nulis juga curhat? XD

Nulis dan blogging itu less effort alasannya yaitu jika bilang effortless nanti gue dibilang sombong, cih. Nggak kaya YouTube yang ngerjainnya berhari-hari yang nonton 100-200an. *sigh*

Sekian dan nonton plus subscribe dongggg YouTube gue!

-ast-

Detail ►

Share Kisah Sanggup Mampu Kamera? Ikutan Yuk!

[SPONSORED POST]



Inget nggak sih beberapa kisah saya soal #LampauiBatas?

Dari saya berhasil melawan ketakutan saya untuk pindah ke Jakarta sendirian hingga menciptakan janji untuk meng-upload video gres setiap hari Senin di YouTube. Cerita lengkapnya sanggup dibaca di sini dan di sini.

Semua orang niscaya punya kisah sendiri-sendiri perihal mendorong diri sendiri hingga melampaui batas dan berakhir bahagia. Atau malah berakhir membahagiakan orang lain. Kamu punya kisah juga?

Ikutan yuk kompetisi menulis kisah #LampauiBatas.

Caranya simpel banget:

1. Tonton hingga selesai video #LampauiBatas di bawah ini


2. Kunjungi website #LampauiBatas di sini dan login dengan akun social media kamu.

3. Tulis kisah pengalaman #LampauiBatas yang pernah kau lakukan, maksimal 300 kata

4. Sebarkan kisah ke social media, untuk mendapat ‘Like’ dari teman-teman kamu.

5. Terakhir, jangan lupa subscribe juga channel YouTube Mortar Utama di sini

Hadiahnya apa?

3 penulis kisah terbaik akan mendapatkan:
1 Kamera Camera Canon M10
2 Action Camera Brica B-Pro 5 Alpha

5 pemenang favorit akan mendapatkan:
Voucher Ace Hardware @ Rp 250.000,-

Kompetisi menulis kisah #LampauiBatas ini dimulai dari tanggal 4 - 31 Oktober 2016. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada tanggal 7 November 2016.

Yuk cepet ikutan!

-ast-

Detail ►

Menjaga Perasaan (Siapa?)


Akhir-akhir ini beberapa orang di sekitar saya mengeluhkan kenapa kita hidup untuk menyenangkan orang lain. To please the society, to meet everyone's expectations.

Saya sendiri yang sebelumnya mengeluhkan hal yang sama, mulai capek dan alhasil mempertanyakan sebaliknya. Memangnya tidak boleh jika hidup untuk menyenangkan orang lain?

Contoh paling sederhana, dulu waktu awal pacaran sama JG untuk pertama kalinya saya tidak boleh pakai baju yang terbuka. Celana pendek, rok pendek, baju-baju kutung semua tidak boleh dipakai.

Aneh sih alasannya yaitu ia anaknya liberal banget, tapi melarang-larang saya menyerupai itu. Padahal ayah ibunya ia juga nggak problem sama sekali. Makara terang melarang saya bukan alasannya yaitu takut orangtuanya marah, punya pacar kok bajunya seksi. Posesif sama liberal memang nggak akur kayanya.

Padahal saya dulu lagi seneng-senengnya pake rok pendek dan Dr Martens. Tapi apa kemudian saya merasa fake dan menjadi orang lain alasannya yaitu tidak boleh mengekspresikan diri dengan baju yang saya suka? Nggak juga sih.

Ya namanya juga menjaga perasaan orang yang kita sayang. Gitu kan?

Sekarang banyak orang yang jika hidup dengan menjaga perasaan orang lain pribadi merasa fake, pribadi merasa hidup kok penuh kepalsuan. Seolah memang kita hidup hanya untuk diri kita sendiri, padahal sebenernya nggak sepenuhnya gitu juga.

Kita kan nggak hidup sendirian. Beli sayur di pasar aja ngomongnya sopan dan nggak nawar alasannya yaitu kasihan. Waitress di restoran nganterin masakan telat aja nggak kita marahin pribadi padahal pengen banget, alasannya yaitu mikirin perasaan si waitress, gimana jika ia dipecat? Gimana jika ia ternyata single mom yang harus biayain anaknya?

Apa kita jadi fake alasannya yaitu menjaga perasaan si waitress?

(Baca: Masuk Akal itu Akalnya Siapa?)

Terus orang-orang yang suka mengumbar kata kasar, yang ngomong selalu to the point jadi mengagungkan "yang penting gue nggak fake". Ya lo nggak fake alasannya yaitu mungkin nggak ada perasaan orang terdekat lo yang perlu dijaga.

Saya gres menyadari ini, gres mencicipi sendiri. Karena saya merasa jika di blog saya selalu jujur. Saya hampir nggak pernah nulis alasannya yaitu nggak lezat sama orang lain. Saya tulis apa yang mau saya tulis meskipun itu menciptakan saya dimaki-maki. Saya nggak peduli.

Tapi ternyata saya nggak peduli alasannya yaitu orang yang maki-maki yaitu orang yang tidak penting buat hidup saya. Kenapa saya harus menjaga perasaan orang yang tidak penting buat hidup saya? Mbak sayur di pasar masih lebih penting alasannya yaitu jika nggak beli sayur nanti nggak masak nanti nggak makan dong.

Beda lagi saat urusannya keluarga. Saya selalu berusaha tidak melaksanakan sesuatu yang menciptakan ayah dan ibu saya kecewa. Apa saya fake? Mungkin iya, tapi tidak menciptakan orangtua khawatir dan kecewa JUGA menciptakan saya bahagia. Karena jika saya melaksanakan hal yang saya suka tapi menciptakan orangtua kecewa, apa saya akan sebahagia ini? Belum tentu kan.

Kalau kini saya nggak pernah umbar berantem sama JG apa saya jadi fake gitu? Nggak kan? Sebaliknya, nggak pernah umbar foto mesra sama JG apa saya jadi fake juga gitu? Nggak kan?

Kalau nggak umbar berantem:

"Cih fake abis, mana ada pasangan nggak berantem"

Kalau nggak umbar foto bahagia:

"Cih fake abis, katanya senang tapi selfie sendiri terus nggak pernah ajak suaminya"

"Kita hanya menentukan apa yang ingin kita bagikan pada orang lain dan mana yang ingin kita simpan sendiri."

Online dan offline. Maya dan nyata.

Karena saat kita berhenti menjaga perasaan orang lain, kita harus siap hidup tanpa lagi melibatkan perasaan kita sendiri. Kalau masih ingin perasaannya dijaga orang lain, maka harus siap pula menjaga perasaan orang lain.

Mungkin kini yang harus dilakukan bukan lagi mengeluhkan kenapa kita berpura-pura, tetapi jalani hidup apa adanya. Karena justru keluhan-keluhan itu yang mungkin menciptakan kita tidak bahagia.

Jadi, buat kau yang merasa tidak senang alasannya yaitu hidup penuh dengan kepalsuan, tidak ada yang menjamin hidup kau lebih senang kok jika kau lepas dari kepalsuan itu. Apalagi jika kepalsuannya melibatkan orang-orang yang kau sayang.

-ast-

Ini postingan emosional dalam perjuangan menciptakan positif hal-hal yang sedang negatif. Lebih lelah negatif atau lelah berusaha positif?

Detail ►