Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri menikah-beda-kasta-dan-urusan-mertua. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri menikah-beda-kasta-dan-urusan-mertua. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Menikah Beda Kasta Dan Urusan Mertua

Dari postingan yang kemarin yang ihwal sekolah dan kelas sosial, aneka macam yang DM saya jika dulu mencicipi hal serupa. Gimana rasanya selalu minder di sekolah alasannya yakni temen-temennya jauh lebih kaya. Kaprikornus kasusnya beda kelas sosial di lingkungan sekitar kan ya.



Nah tapi terus ada yang DM beda sendiri. Pertanyaannya: gimana jika nikah sama orang yang kelas sosialnya beda? NAH DARI DULU NIH PENGEN NULIS INI.



Karena selama ini saya selalu menekankan kesamaan PRINSIP sebelum menikah. Dan prinsip itu dapat didiskusikan serta disepakati. Makanya salah satu postinan saya yang terpopuler yakni 30 pertanyaan yang harus ditanyakan sebelum menikah. Tapi seinget saya, saya belum pernah bahas sedikit pun urusan beda kasta dalam urusan keuangan dan kemungkinan keribetannya urusannya sama mertua di kemudian hari.

Sebagai background, jika dari sisi keluarga, keluarga saya dan JG nggak ada di kelas yang sama. Dulu keluarga JG tinggal di gang, hidupnya susah alasannya yakni bapaknya dulu cuma tenaga honorer dan belum jadi PNS, nggak punya kendaraan beroda empat apalagi liburan, bapaknya kerja keras agar 4 anaknya dapat sekolah dan harus kuliah. Keadaan mulai membaiknya kapan coba? Setelah JG kerja. :))))

Kaprikornus beliau kerja awalnya ya untuk keluarga banget. Beli kendaraan beroda empat agar kakaknya yang lagi hamil dapat lebih nyaman jika pergi-pergian, beli rumah agar mamanya dapat tinggal di kawasan yang lebih tenang. Makin idola banget nggak nih sama JG? XD

Untungnya bapaknya masih kerja banget untuk sekolah adik-adiknya jadi ya kami nggak perlu biayain adik-adik serta keluarga JG. Keadaan keluarganya juga udah jauh lebih baik daripada dulu. Nah sesudah kaya gini gres saya ketemu sama dia. Kaprikornus ketemunya emang beliau keliatannya udah "selevel" sama saya dan keluarga.

Nggak kok keluarga saya nggak kaya raya hahahahaha. Tapi emang saya nggak pernah hidup susah. Nggak pernah tau rasanya kurang uang untuk beli sesuatu atau kurang ongkos. Nggak punya kendaraan beroda empat sendiri dan naik angkot banget kok ke sekolah dari SD hingga kuliah. Mungkin alasannya yakni anak pertama ya, adik-adik saya sih mencicipi kondisi keluarga yang jauh lebih baik. Adik-adik saya dianterjemput supir jika les, saya sih dianterjemput ayah dulu soalnya belum punya supir pas saya kecil mah.

Anyway dari situ aja kalian dapat liat ya perbedaan itu bekerjsama dapat aja ada tapi kesudahannya nggak ada alasannya yakni apa? Karena saya sendiri dari dulu takut pacaran sama orang kaya hahahahahahaha.

Dulu ada temen saya yang kaya banget. Tipe yang tiba-tiba mobilnya gres alasannya yakni yang usang diambil paksa sama bapaknya. Diambil paksa alasannya yakni dinilai sudah terlalu tua. Padahal kendaraan beroda empat usang umurnya gres 2 tahun hahahaha.

Dia nggak naksir saya tapi itu semakin mengukuhkan bahwa saya nggak akan mau nikah sama anak orang kaya. Karena like duh, yang paling sederhana aja saya harus menggunakan baju apa ketika ketemu keluarganya? Hidup sudah penuh duduk masalah tak perlulah ditambah-tambah lol.

Intinya ya selalu berprinsip: find someone in your own league. Menikahlah dengan yang selevel dalam hal apapun termasuk ekonomi. Karena jika nggak begitu repot ngejarnya. Kalian selamanya akan jadi "si miskin" dalam keluarga dan akan banyak hal yang nggak kalian mengerti.

Belum lagi hidup kalian mau nggak mau niscaya akan ditanggung oleh salah satu pihak. Rumah dan seisinya dibeliin mertua, kendaraan beroda empat dibeliin mertua, HP dibeliin mertua, dana pendidikan anak ditabungin sama mertua, belanja bulanan dibelanjain mertua, supir dan nanny digaji mertua, uang kalian utuh banget makanya dapat liburan ke mana-mana. Tapi yang terjadi berikutnya biasanya adalah, keputusan rumah tangga kalian juga niscaya jadi ada campur tangan mertua.

Disuruh punya anak lagi nggak dapat nolak alasannya yakni "loh anak pertama aja kami yang biayai kan?" meski tidak tercetus tapi mungkin tersirat. Mertua minta apa niscaya nggak dapat nolak. Selalu ada urusan balas akal kan?

DAN INI BISA SAJA TIDAK TERJADI LOH YA. Saya nggak mau generalisir juga. Pasti ada mertua kaya raya tepat di luar sana yang nggak mau ikut campur urusan rumah tangga anaknya padahal ikut biayain semua. Cuma kebetulan nggak ada temen saya yang begitu hahahaha.

Temen-temen saya yang mertuanya lebih kaya niscaya ikut campur. Karena mereka menganggap dengan ngasih uang dan ikut campur sebagai bentuk sayang. Ikut campur nggak selamanya salah, tapi sekalinya salah (masa insan nggak pernah salah?) gimana mau ngeluh atau komplain sih orang selama ini hidup kalian dicukupi kan?

Sebenernya hal ini nggak akan terlalu repot jika kalian tipe nrimo. Oh kata suami gini, sepakat nurut. Oh kata mertua gini, sepakat nurut. Tapi jika tipenya kaya saya yang selalu punya pandangan sendiri dan nggak mau diganggu gugat orang lain? Ya repot. Makanya hingga kini nggak deh berusaha minta uang atau pemberian apapun dari orangtua dan mertua. Termasuk pemberian jagain Bebe alasannya yakni ya, kami hidup dengan cara ingin hidup dengan kami sendiri apapun itu.

Kaprikornus ya, menikahlah dengan yang sekasta jika kalian ingin hidup tenang. Menikahlah kemudian cari uang sendiri jika kalian ingin ijab kabul yang benar-benar diputuskan berdua tanpa campur tangan pihak lain.

Oiya, saya juga jadi inget beberapa waktu kemudian share soal KPR di Instagram Story. BANYAK BANGET BANGET BANGET yang gundah soal KPR alasannya yakni DP-nya dibayarin mertua. Mau dijual bilangnya bingung, mau diterusin kok ya nggak betah dan pengen pindah, dan lain sebagainya. Intinya jadi serba gundah alasannya yakni semenjak awal keputusannya tidak hanya berdua.

Kalau kalian tidak duduk masalah dengan hal-hal ibarat ini dan memang bertujuan pengen hidup yummy meski tidak punya suara, go ahead lah cari pacar kaya. Tapi jika kalian ibarat saya yang ingin ngatur hidup sendiri, mending cara pacar selevel dan kerjalah sendiri. Definisi hidup senang kan beda-beda ya buat semua orang. Ada yang lebih suka banyak uang meski sebenernya gretekin gigi tiap ada urusan keluarga, ada yang lebih suka damai-damai aja meski mau liburan aja nunggu anak masuk SD dulu lol.

Demikian. Semoga mencerahkan bagi kalian-kalian yang masih gundah soal pernikahan. Next saya mau bahas gimana mensiasati gaya hidup yang beda bagi suami istri. Istri boros suami ekonomis atau sebaliknya. NANTI YAAA.

Selamat weekend!

-ast-

Detail ►

Merasa Kalah Dan Semangat Kerja

Kemarin, saya Instagram stories perihal curhat rakyat jelata ahahahaha. Nggak jelata amat sih padahal, lebih tepatnya curhat kelas menengah.

Kita-kita yang yaaa bisa sih, uang untuk ditabung masih ada sih, tapi semua harus terjadwal banget. Karena ya sadar diri bukan siapa-siapa. Sadar diri nggak lahir dari keluarga yang namanya masuk di top 100 (malah bahkan top 1000 lol) richest Indonesian.

Udah pernah dibahas lengkaapppsss di sini: Tentang Nama Belakang



Btw ini saya sebagian copas dari story sebagian tambahin ya sebab rada beda angle. Kemarin di story sih konteksnya perihal nambah anak ya. Di sini mau dongeng lebih umum aja.

Beberapa ahad kemudian saya dan JG pernah bahas perihal nambah anak sebab si Bebe minta adik terus. Pembahasannya perihal mendapatkan kenyataan bahwa kami nggak mau punya anak lagi itu alasan utamanya bener-bener sebab ngerasa belum bisa secara keuangan. Lebih tepatnya BELUM MAMPU bukan nggak mau.

Shock sih, mencelos sih, sebab yaaa, kok sedih? Kok kebebasan punya anak juga ternyata privilege untuk mereka yang uangnya berlebih?

ANAK DATANG DENGAN REZEKINYA SENDIRI!

*Buset hingga diceramahin loh saya kemarin ahahaha tapi cuma sama 3 orang kok. Nggak ngaruh sama sekali sama pendirian aku. Kecuali ia mau kasih uang 5 miliar. TETEP*

Iya ngerti banget kok soal rezeki ini. Tapi rezeki kan harus dijemput oleh orangtuanya. Kaprikornus KAMI tetap realistis. Realistisnya dari sisi:

1. Mengukur skill, tingkat pendidikan, mentok honor di Jakarta udah ketaker lah kami kira-kira akan dapet berapa.

2. Mengukur tingkat kerja keras, kami bukan tipe yang kerja keras tak tau waktu gitu sebab lebih milih quality time sama keluarga. Kerja di daerah yang gajinya lebih tinggi SUDAH PASTI minta waktu lebih banyak.

3. Mengukur karier sekarang, yaaa punya anak lagi bisa sih. Bayar daycare dua anak bisa sih dimampu-mampuin. Tapi jikalau uangnya semua abis buat bayar daycare dua anak, NABUNG BUAT SD/SMP/SMA/kuliahnya gimana?

4. Mengukur kapasitas diri, kami bukan tipe pengusaha. Nggak semua orang MAU dan MAMPU loh bikin usaha. Kaprikornus ya untuk sementara maunya jadi karyawan aja. Gajian, asuransi nyaman, THR jalan.

Pas dongeng sama geng (di mana mereka tau segaji-gaji saya dan JG berapa sebulan dan sisa berapa sebulan), kata Nahla @haloterong bukan nggak bisa sih untuk punya anak lagi tapi standar ketinggian HAHAHAHA.

MEMANG. MEMANG KENAPA? LOLOL

Dengan standar itu, kami harus bilang jikalau memang tidak bisa secara materiil untuk punya anak kedua.

Turunin standar? Ke daycare yang lebih murah atau pake mbak aja di rumah? Masuk ke SD biasa aja?

NGGAK MAU. :(((((

Untuk apa anaknya lebih dari satu tapi nggak sesuai dengan apa yang kami harapkan dari generasi keluarga kami selanjutnya.

JANGAN NGITUNG REZEKI!

Astaga nggak ada yang ngitung rezeki sebab ngitungnya juga kumaha. Lha pindah kerja aja nggak dipikirin tau-tau pindah kan. Daripada ngitung rezeki mending ngitung kerja keras. Kalau ngitung rezeki coba aja itung rezeki anak jalanan. Dia rezekinya buat hidup doang? Dunia nggak adil. :((

Kenapa harus ngitung kerja keras, sebab kita bersama-sama kalah dari awal! *teriak-teriak mulu geulis*

Iya kalah dari orang-orang yang pas lahir jengjreng udah punya nama belakang terus tau-tau seumur hidup lezat aja gitu. Nggak pernah tau rasanya harus milih beli iPhone dulu apa Macbook dulu sebab ya tinggal BELI DUA-DUANYA LAH SO WHAT.

Lha kita mau liburan aja mikir dulu. Liburan dulu apa beli mesin basuh gres dulu ya? YA KALAH CUY. Beda level gitu.

(Baca: Orang Kaya Juga Ngerasa Dunia Nggak Adil Lho!)

Nah terus alhasil kita merasa kalah.

Iya deh nggak usah bandinginnya sama yang punya nama belakang ya. Kejauhan. Liat ke atas itu rada tau diri dong. Kalau mau bandingin yang bikin semangat ngirit dan semangat nabung ya, bandinginnya sama orang yang background keluarga sama, level pendidikan sama, dan level pekerjaan sama kaya kita. Kok ia uangnya lebih banyak?

Berarti ia hidup lebih sederhana dan lebih bisa nabung. Nah harus bikin semangat orang-orang kaya gini nih. Liat ke atas itu perlu banget asal tau batasannya.

Nah tapi kadang bandinginnya juga sama mereka yang hidup lebih lezat sebab masih dikasih banyak sama orangtua atau mertua. Masih dikasih uang bulanan, masih dibayarin liburan, masih dikasih segala-galanya.

Ngerasa kalah nggak?

 Saya nggak hahahahaha. Kalau saya sih lebih sebab nggak mau diatur hidupnya ya. Kaprikornus daripada ada uang tapi keputusan hidup diatur, lebih baik perjuangan sendiri tapi tidak diatur. Soalnya temen-temen saya yang uang jor-joran dari ortu dan mertua curhatnya ya cuma dua.

Abis dapet duit atau abis diatur hidupnya kemudian kesel dan misah-misuh LOLOL. Everything comes with a price, no?

(Baca: Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua)

Tapi kemarin ada yang DM katanya kesel banget sebab ia udah kerja keras segimananya pun, di kantor tetep keliatan kalah sama orang yang diprovide orangtua dan mertua. YAIYALAH UDAH PASTI.

Menurut saya sih justru jadikan semangat. Mikirnya: sepakat ortu dan mertua nggak bisa berarti kita harus jadi ortu dan mertua yang kaya bagi anak kita! TAPI INGAT JANGAN BANYAK ATUR PLIS HAHAHAHA.

Kenapa begitu, sebab orang yang kaya, ia niscaya punya salah satu keluarga di atasnya yang kerja keras sehingga turunannya bisa pribadi hidup lebih nyaman semenjak lahir.

Bisa ortunya yang kerja keras banget, bisa kakek/neneknya, bisa kakek/nenek buyutnya, bisa kakek/neneknya di zaman Belanda, serius lho ini. PASTI ADA. Kemudian turunannya makin maju makin maju.

Kaprikornus nggak perlu ngerasa kalah KARENA MEMANG SUDAH KALAH HAHAHA. Justru jadiin semangat buat kerja, semoga kita yang bisa mengubah generasi keluarga kita selanjutnya.

Apa iya bisa semangat kerja terus? YA NGGAK.

Nggak bisa lah. Ada kalanya mood parah banget tapi ada kalanya semangaaattt banget. Namanya juga insan ya. Intinya jangan kehilangan semangat dulu. Jangan ngerasa kalah terus malah jadi kendor dan ogah-ogahan cari uangnya huhu. Siapalah kita ini, jikalau mau bertahan hidup ya harus kerja.

Dan saya kemarin baca di mana gitu ya lupa. Di zaman sekarang, emang agak nggak mungkin cuma punya satu penghasilan doang. Kalau memang mau drastis mengubah keadaan, ya kerja banyak sih. Risikonya waktu banyak terbuang. Gimana lagi ya. Pilihan hidup.

Kaprikornus yuk semangat kerjanya yuk! Ubah generasi kita selanjutnya!

-ast-

Detail ►

Suami Yang Pernah Miskin


Tadinya mikir banget lho mau pake term “miskin” tapi ya ribet jikalau harus bilang “kurang mampu” gitu duh ya memang kenyataannya ada di kelas ekonomi rendah dan serba kekurangan kan apalagi namanya jikalau bukan miskin. Silakan cek di KBBI jikalau nggak percaya.

Seperti yang udah aku ceritakan di postingan ini Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua keluarga JG ini bukan di kelas menengah kaya keluarga saya. Di sana dijelasin detailnya gimana, diklik lho makanya baca dulu.

Ya aku juga pas kecil sempet sih ngerasain naik motor tapi nggak usang alasannya semenjak aku Taman Kanak-kanak lah, keluarga aku ya selalu punya mobil, tau rasanya liburan, nggak pernah tau rasanya nggak punya ongkos alasannya ya meski nggak kaya raya, kami cukuplah.

Tapi JG nggak sama sekali. Dia waktu kecil semiskin itu wow aku inget sih di sekolah dulu selalu ada anak yang keliatannya ya emang nggak mampu. Anak-anak yang nggak bisa jajan kecuali nabung dulu. Anak-anak yang seragamnya nggak putih lagi dan sepatu nggak pernah ganti.

Ternyata suamiku dulu begitu huhu dan kehidupan keluarganya berubah alasannya semua anaknya kuliah. Semiskin apa JG dulu?

Nggak kok, nggak jadi gelandangan banget atau hingga mulung sampah gitu. Tapi semua serba kekurangan, nggak pernah makan di luar, nggak tau artinya liburan, sekeluarga cuma punya satu motor yang umurnya udah puluhan tahun, dll.

Lengkapnya nonton video ini ya. Maafkan gelap alasannya kurang effort ngeluarin kamera hahaha jadi ini cuma pake kamera HP doang malem-malem pula YA GELAP BOS.


Yang aku inget, dan nggak terceritakan di video ini adalah: banyak tetangganya JG dulu yang bekerjsama bisa alasannya dari dulu punya barang bagus, motor Ninja, dll TAPI NGGAK KULIAH. Sekarang jadi apa? Ya mentok jadi OB atau security lah.

Hidupnya juga nggak naik kelas, tetep tinggal di gang, tetep nggak punya rumah sendiri, tetep susah aja. Makara plis jangan percaya sama orang yang bilang kuliah itu nggak penting KECUALI KELUARGA LO KAYA RAYA.

Kalau keluarga bisa modalin, mau kuliah nggak kuliah ya terserah. Lha ini buat sekolah aja pas-pasan kok ya nggak mau kuliah? Kalau kuliah minimal bisa dapet kerjaan dengan honor yang lebih baik dibanding lulusan SMA.

Dan aku hasilnya bersyukur banget sih alasannya keluarga suami mementingkan kuliah jadi JG sendiri sangat mementingkan pendidikan. Jadinya satu value sama aku yang rada ambi untuk cari sekolah buat Bebe.

Selain itu, kami juga stres sendiri emang urusan sekolah ini huhu. Stres alasannya liat sendiri di depan mata, betapa pemilihan daerah kuliah ini ngaruh ke dalam aksara seseorang. Ya stereotype sih emang tapi emang kerasa banget oh ia anak UI, oh pantes anak ITB, oh anak aturan Unpad, dll.

Atau menyerupai yang terangkum di story aku berikut ini:


JADI YUK SEMANGAT YUK NABUNG BUAT ANAK SEKOLAH!

-ast-

Detail ►