Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mengajarkan-bahasa-inggris-pada-balita. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mengajarkan-bahasa-inggris-pada-balita. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Balita, Perlukah?

[SPONSORED POST]


Di blogpost saya ahad lalu, saya sudah sedikit bercerita perihal 2-3 ahad belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.

Eh malah tiba-tiba diundang EF dan MommiesDaily ke talkshow "Multilingual at Early Age, Why Not?" dan saya terharu saking pas banget momennya hahahaha. Iya beneran, pas mulai bilingual sama Bebe kemarin itu saya nggak tau akan diundang ke event ini. :')

Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.

Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca hingga simpulan lantaran membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya gres tahu perihal pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.

Yuk!

Bilingual dan speech delay


Iya ini sering banget jadi topik jikalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.

Nah, dari talk show ini saya jadi yakin jikalau bilingual atau bahkan multilingual itu nggak ada hubungannya sama speech delay atau terlambat bicara.

"Tapi ada anak temen gue bilingual dan beliau speech delay," sering dong denger kaya gitu?

Ya saya aja sering banget. Padahal berdasarkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada talenta speech delay, monolingual (satu bahasa) aja beliau niscaya gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?

Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak bisa sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah niscaya speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!

As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD

Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?

Dari bayi!

Tau nggak sih jikalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan yaitu bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan bunyi dan bahasa orangtuanya. Kaprikornus nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!

Peak time *halah* anak dalam berguru berbahasa yaitu dari 0 hingga 6 tahun. Lewat 6 tahun, berguru bahasa gres tidak akan secepat saat usia di bawah 6 tahun.

Baru hingga sini saya pribadi jadi lebih semangat ngajarin Bebe bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Mumpung gres 2,5 tahun yakan. Eh langsung dikritik sama mbaknya di daycare.

"Ah bu, Salo sih bahasanya udah bisa dua, Indonesia sama Sunda. Kalau dibilang 'ibak yuk' (mandi yuk) ngerti dia," kata mbak daycare yang kebetulan orang Sunda juga.

😂😂😂

Dan kemudian saya gembira HAHAHAHAHAHAHA. Soalnya alhasil Bebe bisa tiga bahasa! Trilingual, how cool is that! Ya zaman kini gituloh, bawah umur kecil di mall ngomong bahasa Indonesia aja nggak bisa, saking Inggris terus. Akan super cool jikalau Bebe bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Sunda!

Yosh! 

Kenapa anak harus berguru lebih dari satu bahasa?

Kalau saya sih lantaran ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa abnormal itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.

Terus iyaaa, saya kompetitif. Dalam artian saya ngeri sendiri melihat bawah umur lain udah pada bisa bahasa Inggris dari bayi. Salut banget sama ibu-ibu yang udah konsisten pake bahasa Inggris dari anaknya lahir. Apalagi yang konsisten ibunya bahasa Inggris dan bapaknya bahasa Indonesia. Soalnya ribeeettt!

Dulu juga pas hamil saya niatnya gitu, tapi pas lahir haaa bubar semua. Duh ngurus anak aja udah ribet apalagi harus memikirkan berkomunikasi pake dua bahasa. Saya masih waras hingga kini aja udah bersyukur lol. 


Nah jikalau berdasarkan Mbak Vera, ini kelebihan anak yang bisa lebih dari satu bahasa:

- Kognitif: anak bilingual IQ-nya lebih tinggi. Lebih baik dalam tes atensi, daypikir analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal, dan fleksibilitas berpikir.

- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan hukum dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik

Ya kan. Yang kepingan personal mungkin spesifik jikalau menguasai bahasa abnormal ya. Kalau bahasa kawasan apa bisa disamakan juga?

Bukan merendahkan bahasa kawasan tapi seberapa kuat sih kemampuan berbahasa kawasan dengan kemampuan bersaing untuk menerima pekerjaan yang lebih baik?

Kayanya nggak terlalu ngaruh ya. CMIIW. Tapi mungkin juga lantaran bahasa kawasan itu kurang Istimewa jikalau masih di negara aslinya. 

Tentang Language Mixing

"Ih tapi anak bilingual suka galau bahasa tau, ngomongnya jadi campur-campur Inggris Indonesia digabung."

Sering juga dong denger kaya gitu? Kaprikornus anak kecil bilang "ibu saya mau yang green!" atau "mommy i want eat nasi" itu namanya language mixing and it's a good thing! Karena itu berarti proses berguru berjalan lancar. Bukan malah berarti anak galau bahasa.

Iya, berdasarkan Mbak Vera, language mixing yaitu salah satu tanda anak sudah menguasai kedua bahasa. Cuma aja beliau masih galau atau lupa kata itu dalam bahasa satunya apa, jadi beliau sebut yang duluan keinget.

Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhD
Nah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, jikalau ada yang nanya "how are you?" niscaya otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.

Bolehkah berguru bahasa abnormal lewat YouTube?

Atau ya lewat gadget/TV lah menyerupai film atau lainnya?

Buibu, jawaban dari pertanyaan itu akan menciptakan kita merasa gagal sebagai orangtua HAHAHAAHHAHAHA.

Menurut Mbak Vera, anak sebaiknya tidak dikasih gadget hingga usianya ... 30 bulan atau 2 tahun 6 bulan. Supaya anak tetap bersahabat dengan ibunya dan tidak kecanduan.

*ayo nangis dan pelukan sama-sama lol*

Intinya gadget bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin ditunda dan dibatasi. Maksimal 2 jam sehari! Syukurlah, Bebe sehari kayanya nggak pernah sih lebih dari 3 jam. Aku nggak gagal-gagal amat lol.

Belajar bahasa dari gadget juga boleh tapi sebaiknya didampingi. Kaprikornus tetap ada kedekatan anak dan orangtuanya. Lebih anggun lagi membaca buku bahasa Inggris dibanding nonton pakai gadget. YAIYALAAHHH.

Karena bahasa itu sikap sosial. Dibutuhkan interaksi anak dengan insan hidup lain di sekitarnya. 

"Ah anak saya bahasa Inggris nya sepakat kok padahal cuma nonton Disney Channel doang."

Iya iyaaa. Percaya kok hahahaha. Ya namanya juga pilihan kan buibu, mau ngajarin pake media apa. Nggak ada yang paling benar atau paling salah ok!


Tapi soal gadget ini ada omongan Mbak Vera yang nyangkut banget sama saya hingga kepikiran. Kurang lebih gini:

"Anak kecanduan gadget itu bukan inti masalah, tapi jawaban dari suatu masalah. Orangtua niscaya punya masalah, anaknya melarikan diri dengan gadget. Sama dengan selingkuh, ada problem dulu yang menjadikan selingkuh, bukan menduakan kemudian jadi masalah."

WOW. Bener juga. Masalahnya ada di orangtua yang males nemenin anak maka anak dikasih gadget dan kemudian beliau kecanduan. Gitu kan? 

Apa cara paling efektif untuk mengajari anak bahasa asing?

Saya baca di mana gitu lupa, untuk bahasa kedua, anak bisa dipapar selama 30% sehari. Kaprikornus dari seharian, 70% bahasa pertama yang sudah beliau kuasai, 30% bahasa kedua.

Kalau berdasarkan mbak Vera, ini tips mengajarkan bahasa abnormal pada balita:

- Bantu anak mendengar sebanyak banyaknya
- Belajar diksi lewat nyanyian. Kaprikornus dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal beliau salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu anggun lantaran artinya beliau mencoba.

Gimana jikalau pengen banget berguru bahasa Inggris tapi orangtuanya nggak bisa mengajari? Ya itu tandanya butuh dukungan orang lain. EF English First ternyata punya lho aktivitas untuk balita. Saya gres tau banget lantaran dipikir untuk anak sekolah dan profesional aja.

EF punya aktivitas Small Stars untuk anak berusia 3 hingga 6 tahun. Programnya memakai metode EFEKTA System dengan tahapan Learn, Try, Apply, dan Certify.


Lengkapnya bisa dilihat di sini ya: Small Stars EF. Klik!

Tapi tetep lho, meski pendidikan bahasa Inggris di-outsource-kan pada EF, tugas orangtua tetap yang utama. Karena berdasarkan mbak Meta yang sudah jadi pengajar EF usang sekali, anak akan lebih berhasil berguru dengan dukungan penuh dari orangtua.

Kalau Bebe gimana?

Nah saya sendiri sengaja mengajarkan satu bahasa dulu (Bahasa Indonesia) ke Bebe hingga beliau benar-benar lancar. Sekarang nyesel nggak nyesel sih.

Nyesel lantaran kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel lantaran jikalau hingga Bebe speech delay, saya juga niscaya nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling praktis nyalahin diri sendiri huhu.

Awalnya beliau murka lho, lantaran merasa saya bicara sesuatu yang nggak beliau ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.

Kaprikornus ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"

Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, kini dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin beliau nangkep sih. Hahaha.

Minggu pertama beliau marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan hewan sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom

Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali berguru ngomong juga blabbering dulu.

Kaprikornus misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan beliau mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.

Rencananya nanti preschool nya gres akan bahasa Inggris atau nanti jikalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go hingga Bebe ke usia itu jadi kini masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.

*

Kaprikornus ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh semoga bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂

See you!

-ast-

Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik

Detail ►

Bebe Dan Bahasa Inggris, 6 Bulan Pertama

Sudah masuk bulan keenam semenjak Bebe pertama kali bilingual dengan bahasa Inggris di rumah. Saya mau update progress-nya nih. Siapa tau bikin semangat buat ibu-ibu yang juga mau coba bilingual di rumah. :)


Update dari mana yaaaa. Lhoh kok resah sendiri hahahaha. Oiya sebelum mulai saya mau bilang dulu jika no, bahasa Inggris saya nggak sebagus itu kok serius. Kalau bahasa Inggris saya anggun banget kali udah jadi wartawan di Amerika hahahaha (sepertinya praktis lol nurut ngana aja).

Tapi ya kalian-kalian yang millennials saya yakin dapat laahhh bahasa Inggris sehari-hari mah ya. Saya percaya kalian bisaaaa hahahaha. Dan ya, saya kan cuma ngomong sehari-hari sama Bebe mah. Mau ngomong apa juga ya kan.

Saya bikin poin aja ya! Ada 5 poin. Ayo simak baik-baik!

📢 Udah dapat apa?

Sebulan belakangan udah berani ngomong! Itu sih kemajuan yang sangat membanggakan hahaha sebab ada masa-masa beliau nggak mau ngomong sedikitpun. Dia ngerti saya tanya apa, tapi beliau tetap jawab dengan bahasa Indonesia. We've all been there, right? Ngerti sih ngerti tapi takut ngomong.

Dia udah tau anggota tubuh, binatang, warna, kendaraan, apa lagi ya yang basic-basic gitu lah. Bebe juga mulai merangkai kalimat dan ini bikin terharu. Oiya jangan kira pribadi bener ya! Saya kan ngikutin bayi-bayi blogger luar (yang cuma berguru bahasa Inggris aja) umur 2-3 tahun masih begitu aja kok Inggrisnya. Misal "my name Penny" bukan "my name is Penny" gitu.

Sekarang beliau kasih sesuatu ke saya dan bilang "is for you" (this is for you), jika nunjuk sesuatu dapat bilang "this one, this one, this, aaaannnnd this!", dapat nanya "where the other?", dapat bilang jika mau sesuatu "i want this", "i want sleep" pokonya i want i want aja nggak pake to hahaha. Bisa bilang "aylaik!" dan "so yummy!". Apa lagi ya. Bisa menggabungkan warna dan benda "black dog" "red firetruck" dll. Bisa nyanyi Twinkle Twinkle dengan pronunciation yang bener dan nggak ngarang lol.

Udah tidak mengecewakan banget lah, komunikasi sehari-hari tidak terhambat sama sekali. Dan cara ngomongnya itu ... LUCU BANGET SUMPAH HAHAHAHAHA #shamelessmom

📢 Metodenya apa?

Awalnya saya ngomong dua bahasa sekaligus tapi itu capek banget huuuu. Nggak kuat. Capek lah sebab ngomongnya jadi ngeluarin energi dua kali lebih banyak *anaknya itungan lol*. Tapi itu efektif banget loh kayanya. Soalnya Bebe jadi nggak nanya.

Kaprikornus saya bener-bener "Are you hungry? Kamu lapar?" atau "No you can't do that Xylo, nggak boleh begitu Xylo" BAYANGIN AJA CAPEKNYA.

Terus saya nyerah di bulan pertama hahahahahaha.

Akhirnya ya udah bodo amat, jika lagi males ya full Indonesia, jika lagi on banget ya full Inggris. Cuma sebab bahasa Indonesia beliau udah lancar banget beliau kesannya nanya jika ada kata yang beliau nggak ngerti. Misal saya bilang "don't throw it!", Bebe tidak tahu throw itu apa terus beliau nanya "throw apa tuh?" Saya jawab dan beliau biasanya pribadi coba pake "throw ajalah!" HAHAHAHA

Nah jadi kayanya emang lebih praktis mengajarkan bahasa kedua sesudah anak sangat lancar bahasa pertama. Kaprikornus komunikasi dapat pakai dua bahasa. Cuma ya ingat, sebaiknya mulai diajarkan bahasa kedua sebelum usianya 6 tahun ya!

Alasannya ada di postingan yang ini: Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita

Banyak juga yang memang membagi orangtua kan, ibunya full Inggris, ayahnya full Indonesia semenjak anak masih bayi. Nanti otomatis anak akan dapat keduanya asal konsisten. Nah jika ini saya males sebab saya sendiri pusing jika ngobrol bertiga hahaha pengen nyautin pake bahasa Indonesia juga dong kesannya sebab Bebe dan JG seru ngobrol pake bahasa Indonesia.

Ya pada dasarnya sayanya kurang nyaman lah hahaha *ALASAN!*

Nonton juga belum terlalu ngaruh ya. Katanya banyak anak yang andal bahasa Inggris sebab seharian nonton Disney Channel, Bebe nonton sih tapi kayanya nggak ngaruh banyak. Kaprikornus ya beda-beda, harus dicoba, jangan jadi anak dikasih nonton terus hanya demi beliau dapat bahasa Inggris tapi kita nggak coba metode lain hehehe.

Saya coba juga dengan buku dongeng bahasa Inggris sih. Lumayan ngaruh sebab jika ada kata yang beliau nggak ngerti, beliau stop kita dongeng dan nanya. Kaprikornus pada dasarnya interaksi ya! IYAAA.

📢 Reaksi Bebe gimana?

Awalnya marah. Kalau saya ngomong pake bahasa Inggris beliau teriak "NGGAK MAU!" nggak mau jawab maksudnya. Dia agak nggak terima gitu kenapa tiba-tiba ibu ngomong banyak tapi beliau nggak ngerti. Tapi ya nggak usah ditanggepin amat sih, harus ngotot aja kitanya.

Lama-lama beliau mulai jawab meski pakai bahasa Indonesia, mulai berani tanya kata yang nggak beliau ngerti, dan mulai berani ngomong.

Terus yang paling ngaruhnya banget sih ketemu anak orang yang ngomongnya bahasa Inggris juga. Kaprikornus beliau nggak ngerasa absurd sendiri. Dia merasa itu bahasa yang umum buat anak-anak. Setelah itu naturally beliau nggak murka lagi dan mulai terbiasa.

📢 Susah nggak sih?

Apapun yang perlu dilakukan dengan konsisten dan disiplin kan emang susah ya. Sekarang saya batasi aja dengan ngomong baik dalam bahasa Inggris, menegur yang perlu klarifikasi saya pakai bahasa Indonesia.

Bukan apa-apa, sebel tau panjang lebar nyeramahin anak terus anaknya nggak ngerti hahahaha.

Kaprikornus dibilang susah sih nggak susah ya, dibilang praktis juga ya nggak praktis sebab butuh niat kuat. Niat Bebe dapat bahasa Inggris semenjak bayi aja cukup sih sebab ya bawah umur lain pada dapat masa Bebe nggak. Lagian effortnya kan cuma dari orangtuanya aja, nggak perlu les atau apa. Kaprikornus niatkan!

📢 Apa nggak takut beliau lupa bahasa Indonesia?

Nggak lah, lingkungan beliau masih lebih banyak didominasi bahasa Indonesia kok, saya yakin beliau nggak akan lupa. Ngomong campur-campur sih iya banget dan itu masuk akal sebab anak masih berguru perihal code switching, bagaimana melatih diri biar dapat bicara full satu bahasa.

Good news-nya, jika sudah hingga code switching ya artinya anak sudah punya dua bahasa di otaknya. Senang ya!

Dan saya memang nggak pengen beliau cuma dapat bahasa Inggris doang sih makanya tetep nekenin bahasa Indonesia juga. Kasian nanti jika sekolahnya ternyata bahasa Indonesia takutnya pusing. Pokoknya sebelum urusan sekolah dimulai, Bebe harus lancar dulu kedua bahasa itu. Masuknya ke sekolah berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia liat uangnya nanti hahahahaha.

*

Oiya, untuk penyemangat, saya nonton videonya mbak Yonna Kairupan. Anaknya empat dan semuanya lancar bahasa Inggris dari kecil sebab di rumah bilingual. No, suaminya nggak bule dan anak-anaknya nggak di sekolah internasional. Karena konsisten aja dari kecil di rumah pakainya dua bahasa. Masa saya yang anak satu nggak sanggup?! #kompetitif

Nonton aja deh yaaa biar lebih jelas. Ada juga satu video lagi dengan bawah umur sebagai bintang tamu dan ditanya gimana perasaan mereka dapat bahasa Inggris semenjak kecil. Cari sendiri di channelnya hahahah.


Oke deh segitu aja dari saya. Nanti diupdate lagi jika udah ada progress yaaa!

See you when I see you!

-ast-

Detail ►

Jadi, Gimana Ngajarin Calistung?

Ini sih pertanyaan terbesar sehabis Bebe masuk usia preschool. Soalnya baca sana-sini denger si ini dan si itu katanya: jangan ngajarin calistung atau sekolah sebelum umur 7 tahun! Nanti anak kehilangan masa kecil! Ia akan bosan belajar! Motivasi belajarnya akan menurun! Mentalnya akan bermasalah di kemudian hari!


Ngobrol sama beberapa temen yang anaknya udah masuk SD, semua jawabannya sama: santai ajaaa tar juga bisa sendiri kok!

Tapi kok saya khawatir ya? HAHAHAHAHA. Takut Bebe nggak bisa baca zzzz. *parno*

Oke, sebagai backround, selama ini saya selalu pasang flat face tiap ada orang bilang “anak nggak boleh mencar ilmu formal sebelum 7 tahun alasannya yaitu akan jadi malas belajar, cepat bosan, blablabla”.

Sebabnya saya sendiri masuk SD umur 4,5 tahun dan sudah bisa baca sebelum masuk TK. Saya tidak pernah malas sekolah hingga kuliah. Dan terpampang konkret dari minus mata yang udah nyampe 2,5 di kelas 6 SD, saya sangat suka membaca. Saya tidak bisa tidur sebelum membaca sesuatu. Makara malas mencar ilmu dan cepat bosan hanya alasannya yaitu mencar ilmu formal semenjak kecil itu nggak berlaku di saya. Juga di banyak orang lain, yang komen di sini.

(Baca deh goresan pena mbak Nurisma Fira wacana pendidikan dini di Inggris. Umur 4-5 tahun udah pada bisa nulis kalimat loh di sana! Baca ya: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan

Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.

Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.

Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.

Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.

Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*

Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)

Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.

Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?

Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.

Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.

Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.

Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*

Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.

Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.

(Baca: Bebe's Favorite Books, Beli Buku Anak di Mana?)

Gimana ngajarinnya?

Metodenya dijelasin detail tapi akan sangat panjang bila dibahas di sini. Kuncinya di sini: JANGAN DIPAKSA. Daya konsentrasi anak berbeda-beda dan kehilangan konsentrasi bukan berarti ia malas belajar. Caranya kurang lebih gini:

1. Kenalkan karakter dalam dua karakter konsonan dan satu vokal dulu gres kemudian bisa kata yang lebih panjang. Makara kenalkan kata-kata menyerupai ban, cat, dot, pot, sol, alah apalagi ya ya pokoknya yang tiga karakter dulu. Bilang: b, a, n, ban.

2. Kalau sudah tertarik, berikutnya tes ia dengan nanya: karakter b yang mana? A yang mana? N yang mana?

3. Kalau sudah lancar, minta ia menyebut, ini karakter apa? Satu per satu hingga ketiganya bisa.

Nah tapi bila di poin kedua ia udah bosan ya udah berhenti aja belajarnya. Anak beda-beda, ada yang mau mencar ilmu baca tulis sejam, ada juga yang 5 menit bosan. Nggak apa-apa bila ia udah nggak mau ya berhenti aja. Syaratnya, bila ia lagi mau dan minta belajar, JANGAN DITOLAK. Semua bisa menunggu, fokus aja dulu ke ajarin dia.

(Baca: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan

Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.

Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.

Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.

Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.

Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*

Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)

Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.

Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?

Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.

Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.

Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.

Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*

Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.

Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.

(Baca: Stop Menyuruh Anak untuk Diam)

Untuk baca, katanya lebih mudah pake metode phonic. Bisa search di YouTube “phonic bahasa Indonesia”. Sebulan terakhir, saya dan JG tiap kali inget selalu memasukan phonic ke dalam topik pembicaraan sehari-hari. Misal Bebe lagi minum yogurt merek Yo (bukan iklan), maka komentar kami adalah:

“Wah Xylo sedang minum Yo. Y, O, YO”

Atau Bebe lagi bahas ban mobil. Ibu nyeletuk aja “Iya ban itu B, A, N BAN”

Ingat ngomong hurufnya pake phonic ya bukan baca karakter biasa. So far Bebe seneng dan jadi suka nanya “kalau jendela gimana ibu hurufnya?”

Sejak sekolah Bebe udah bisa tulis nama sendiri. Dia juga tau-tau hafal A hingga Z karakter kecil dan karakter kapital padahal belajarnya cuma iseng aja pake tempelan kulkas atau pas kebetulan di mana pun ada huruf, suka saya tanya ini karakter apa. Tapi ya gres hafal DOANG. Konsep menggabungkan karakter belum ngerti dia. Makanya ini saya sendiri ngotot mencar ilmu phonic. lol

Misal Y dan O ia tau itu YO alasannya yaitu saya sering ngomong. Tapi ditanya "M O jadi apa?" Nggak tau ia HAHAHAHAHA.

Untuk nulis, masih latihan otot jari yang saya sebut di atas bila di sekolah. Tapi bila ia di rumah semangat ngajak nulis, ya kami mencar ilmu menulis juga di rumah. Menulis karakter apapun, menggambar juga boleh yang penting pegang pensil, bila bosan ya berhenti.

Untuk berhitung, saya seringnya pake jari tangan doang. Kemarin-kemarin ia selalu skip six, jadi dari five eksklusif seven. Besokannya tiap saya turun mobil, ia harus kiss bye enam kali. Terus udah deh nggak lupa lagi. Hal-hal sederhana kaya gitu aja.

(Baca: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan

Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.

Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.

Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.

Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.

Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*

Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)

Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.

Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?

Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.

Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.

Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.

Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*

Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.

Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.

(Baca: Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlu?)

Untuk tambah-tambahan, paling mudah pakai mobil-mobilan dia. Satu kendaraan beroda empat ditambah dua kendaraan beroda empat jadi tiga kendaraan beroda empat dan seterusnya.

Buat jadi menyenangkan dan jangan pake target. Slow.

Tapi please note bila ini melelahkan sekali HAHAHAHAHAHA BOLD UNDERLINE. Main Lego atau baca buku lebih mudah, sungguh. Tapi ya udah daripada anaknya nggak belajar? Saya seneng Bebe mencar ilmu jadi capek-capek pulang kerja pun ya temenin lah bila pas ia mau mencar ilmu baca atau tulis.

Satu hal lagi.

Meski nggak kepikiran untuk Bebe, saya ngerti banget sama orangtua yang masukin anaknya ke les calistung. Karena ngajarin sendiri itu capek banget ya Tuhan. Nggak perlu dijudge macem-macem lahhh, bila emang di lingkungannya cuma ada SD yang wajib bisa calistung untuk masuk, masa orangtua nggak boleh panik dan ngasih anaknya les calistung sih?

Nanti anaknya nggak bisa masuk SD gimana? Nggak usah masuk SD dulu? T_____T Kadang nggak bisa menyamaratakan satu standar jadi nasional bila sekolahnya sendiri belum punya standar yang terperinci ya.

Makara ayo semangat mencar ilmu calistung buibu! Kita niscaya bisa melewati ini semua!

-ast-

Detail ►