Jadi, Gimana Ngajarin Calistung?
Ngobrol sama beberapa temen yang anaknya udah masuk SD, semua jawabannya sama: santai ajaaa tar juga bisa sendiri kok!
Tapi kok saya khawatir ya? HAHAHAHAHA. Takut Bebe nggak bisa baca zzzz. *parno*
Oke, sebagai backround, selama ini saya selalu pasang flat face tiap ada orang bilang “anak nggak boleh mencar ilmu formal sebelum 7 tahun alasannya yaitu akan jadi malas belajar, cepat bosan, blablabla”.
Sebabnya saya sendiri masuk SD umur 4,5 tahun dan sudah bisa baca sebelum masuk TK. Saya tidak pernah malas sekolah hingga kuliah. Dan terpampang konkret dari minus mata yang udah nyampe 2,5 di kelas 6 SD, saya sangat suka membaca. Saya tidak bisa tidur sebelum membaca sesuatu. Makara malas mencar ilmu dan cepat bosan hanya alasannya yaitu mencar ilmu formal semenjak kecil itu nggak berlaku di saya. Juga di banyak orang lain, yang komen di sini.
(Baca deh goresan pena mbak Nurisma Fira wacana pendidikan dini di Inggris. Umur 4-5 tahun udah pada bisa nulis kalimat loh di sana! Baca ya: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan)
Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.
Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.
Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.
Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.
Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*
Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)
Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.
Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?
Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.
Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.
Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.
Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*
Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.
Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.
(Baca: Bebe's Favorite Books, Beli Buku Anak di Mana?)
Gimana ngajarinnya?
Metodenya dijelasin detail tapi akan sangat panjang bila dibahas di sini. Kuncinya di sini: JANGAN DIPAKSA. Daya konsentrasi anak berbeda-beda dan kehilangan konsentrasi bukan berarti ia malas belajar. Caranya kurang lebih gini:
1. Kenalkan karakter dalam dua karakter konsonan dan satu vokal dulu gres kemudian bisa kata yang lebih panjang. Makara kenalkan kata-kata menyerupai ban, cat, dot, pot, sol, alah apalagi ya ya pokoknya yang tiga karakter dulu. Bilang: b, a, n, ban.
2. Kalau sudah tertarik, berikutnya tes ia dengan nanya: karakter b yang mana? A yang mana? N yang mana?
3. Kalau sudah lancar, minta ia menyebut, ini karakter apa? Satu per satu hingga ketiganya bisa.
Nah tapi bila di poin kedua ia udah bosan ya udah berhenti aja belajarnya. Anak beda-beda, ada yang mau mencar ilmu baca tulis sejam, ada juga yang 5 menit bosan. Nggak apa-apa bila ia udah nggak mau ya berhenti aja. Syaratnya, bila ia lagi mau dan minta belajar, JANGAN DITOLAK. Semua bisa menunggu, fokus aja dulu ke ajarin dia.
(Baca: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan)
Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.
Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.
Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.
Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.
Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*
Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)
Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.
Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?
Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.
Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.
Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.
Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*
Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.
Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.
(Baca: Stop Menyuruh Anak untuk Diam)
Untuk baca, katanya lebih mudah pake metode phonic. Bisa search di YouTube “phonic bahasa Indonesia”. Sebulan terakhir, saya dan JG tiap kali inget selalu memasukan phonic ke dalam topik pembicaraan sehari-hari. Misal Bebe lagi minum yogurt merek Yo (bukan iklan), maka komentar kami adalah:
“Wah Xylo sedang minum Yo. Y, O, YO”
Atau Bebe lagi bahas ban mobil. Ibu nyeletuk aja “Iya ban itu B, A, N BAN”
Ingat ngomong hurufnya pake phonic ya bukan baca karakter biasa. So far Bebe seneng dan jadi suka nanya “kalau jendela gimana ibu hurufnya?”
Sejak sekolah Bebe udah bisa tulis nama sendiri. Dia juga tau-tau hafal A hingga Z karakter kecil dan karakter kapital padahal belajarnya cuma iseng aja pake tempelan kulkas atau pas kebetulan di mana pun ada huruf, suka saya tanya ini karakter apa. Tapi ya gres hafal DOANG. Konsep menggabungkan karakter belum ngerti dia. Makanya ini saya sendiri ngotot mencar ilmu phonic. lol
Misal Y dan O ia tau itu YO alasannya yaitu saya sering ngomong. Tapi ditanya "M O jadi apa?" Nggak tau ia HAHAHAHAHA.
Untuk nulis, masih latihan otot jari yang saya sebut di atas bila di sekolah. Tapi bila ia di rumah semangat ngajak nulis, ya kami mencar ilmu menulis juga di rumah. Menulis karakter apapun, menggambar juga boleh yang penting pegang pensil, bila bosan ya berhenti.
Untuk berhitung, saya seringnya pake jari tangan doang. Kemarin-kemarin ia selalu skip six, jadi dari five eksklusif seven. Besokannya tiap saya turun mobil, ia harus kiss bye enam kali. Terus udah deh nggak lupa lagi. Hal-hal sederhana kaya gitu aja.
(Baca: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan)
Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.
Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.
Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.
Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.
Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*
Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)
Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.
Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?
Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.
Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.
Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.
Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*
Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.
Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.
(Baca: Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlu?)
Untuk tambah-tambahan, paling mudah pakai mobil-mobilan dia. Satu kendaraan beroda empat ditambah dua kendaraan beroda empat jadi tiga kendaraan beroda empat dan seterusnya.
Buat jadi menyenangkan dan jangan pake target. Slow.
Tapi please note bila ini melelahkan sekali HAHAHAHAHAHA BOLD UNDERLINE. Main Lego atau baca buku lebih mudah, sungguh. Tapi ya udah daripada anaknya nggak belajar? Saya seneng Bebe mencar ilmu jadi capek-capek pulang kerja pun ya temenin lah bila pas ia mau mencar ilmu baca atau tulis.
Satu hal lagi.
Meski nggak kepikiran untuk Bebe, saya ngerti banget sama orangtua yang masukin anaknya ke les calistung. Karena ngajarin sendiri itu capek banget ya Tuhan. Nggak perlu dijudge macem-macem lahhh, bila emang di lingkungannya cuma ada SD yang wajib bisa calistung untuk masuk, masa orangtua nggak boleh panik dan ngasih anaknya les calistung sih?
Nanti anaknya nggak bisa masuk SD gimana? Nggak usah masuk SD dulu? T_____T Kadang nggak bisa menyamaratakan satu standar jadi nasional bila sekolahnya sendiri belum punya standar yang terperinci ya.
Makara ayo semangat mencar ilmu calistung buibu! Kita niscaya bisa melewati ini semua!
-ast-
Untuk nulis, masih latihan otot jari yang saya sebut di atas bila di sekolah. Tapi bila ia di rumah semangat ngajak nulis, ya kami mencar ilmu menulis juga di rumah. Menulis karakter apapun, menggambar juga boleh yang penting pegang pensil, bila bosan ya berhenti.
Untuk berhitung, saya seringnya pake jari tangan doang. Kemarin-kemarin ia selalu skip six, jadi dari five eksklusif seven. Besokannya tiap saya turun mobil, ia harus kiss bye enam kali. Terus udah deh nggak lupa lagi. Hal-hal sederhana kaya gitu aja.
(Baca: Larangan Calistung Sebelum Umur 7 Tahun Adalah Pembodohan)
Pas banget ahad kemudian di daycare Bebe ada parents meeting dengan tema “Mengapa Tidak Perlu Buru-buru Mengajarkan Calistung”. Yang ngasih materi owner daycare yang juga praktisi montessori jadi semua penjelasannya pake filosofi montessori. Kemudian saya tercerahkan! Dan tentu saja akan menyebarkan pencerahan itu pada kalian semua lol.
Pencerahannya sederhana: anak bukan dihentikan mencar ilmu calistung TAPI JANGAN DIPAKSA dan harus sesuai tahapan kemampuannya.
Udah segitu doang sih bila kalian mau berhenti baca di sini juga boleh lol.
Calistung itu BUKAN kemampuan naluriah. Makara kurang sempurna bila bilang “alah nanti juga bisa sendiri kok”. Nggak begitu. Membaca, menulis, dan menghitung bukan kemampuan naluriah. Beda sama merangkak, jalan, atau lompat. Nggak diajari pun bisa sendiri.
Karena bukan nature, maka harus di-nurture.
*dikeplak mas ganteng Ivan Lanin alasannya yaitu ngomong campur Inggris mulu*
Membaca, menulis, dan berhitung harus diajarkan dalam kondisi yang menyenangkan bukan alasannya yaitu ditakut-takutin nanti mental anak blablabla. Alasannya sederhana, supaya mencar ilmu jadi menyenangkan. Supaya anak bahagia membaca, supaya terbiasa menulis, supaya bahagia sama matematika. Supaya senang, bukan alasannya yaitu takut. :)
Ini lebih masuk buat saya dibanding ditakut-takutin anak akan bosan mencar ilmu blablabla. Hehehe.
Kapan kita tahu anak sudah siap mencar ilmu calistung?
Pertama, telinga anak harus dalam kondisi baik. Kedua, kosakata yang dikuasai harus sudah banyak dan tidak ada kesulitan dalam komunikasi sehari-hari. Karena membaca akan lebih mudah dikala anak bisa menghubungkan kata yang ia baca dengan benda yang ia tahu.
Dari segi fisik, akan lebih mudah bila otot-otot jari anak sudah lentur. Menulis membutuhkan 3 jari yang lentur: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Tiga jari ini digunakan untuk menulis, makan, menjumput, dan banyak lagi dan ketiga jari ini sebaiknya sering dilatih semenjak usia toddler.
Kalau dari Bebe telinga kan nggak ada masalah. Kosakata banyak juga dan udah bisa kalimat utuh dan kalimat bertingkat. Makara berdasarkan dua faktor ini sih Bebe siap banget mencar ilmu calistung.
Otot jari masih dilatih kan di sekolah. Latihannya bisa dengan transferring (mindahin pompom pake pinset dari KIRI ke KANAN ya), bisa dengan tracing (men-trace karakter pakai dua jari telunjuk dan jari tengah), memindahkan air dengan spons, dan banyak lagi. Itu semua buat latihan otot jari dan tangan semoga nulisnya halus dan nggak gerigi-gerigi. *alah*
Katanya daripada tracing karakter (menyambung garis putus-putus berbentuk huruf) mending tracing garis dan gelombang (huruf S terus menerus hingga panjang). Nantinya nulis karakter akan bisa sendiri bila udah lancar bikin garis dan gelombang.
Iya sih bener juga. Tapi alasannya yaitu saya nanggung punya beberapa buku dan flash card alphabets yang bisa dipake latihan jadi ya udah terusin aja hahahaha. Toh anaknya mau juga kan.
(Baca: Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlu?)
Untuk tambah-tambahan, paling mudah pakai mobil-mobilan dia. Satu kendaraan beroda empat ditambah dua kendaraan beroda empat jadi tiga kendaraan beroda empat dan seterusnya.
Buat jadi menyenangkan dan jangan pake target. Slow.
Tapi please note bila ini melelahkan sekali HAHAHAHAHAHA BOLD UNDERLINE. Main Lego atau baca buku lebih mudah, sungguh. Tapi ya udah daripada anaknya nggak belajar? Saya seneng Bebe mencar ilmu jadi capek-capek pulang kerja pun ya temenin lah bila pas ia mau mencar ilmu baca atau tulis.
Satu hal lagi.
Meski nggak kepikiran untuk Bebe, saya ngerti banget sama orangtua yang masukin anaknya ke les calistung. Karena ngajarin sendiri itu capek banget ya Tuhan. Nggak perlu dijudge macem-macem lahhh, bila emang di lingkungannya cuma ada SD yang wajib bisa calistung untuk masuk, masa orangtua nggak boleh panik dan ngasih anaknya les calistung sih?
Nanti anaknya nggak bisa masuk SD gimana? Nggak usah masuk SD dulu? T_____T Kadang nggak bisa menyamaratakan satu standar jadi nasional bila sekolahnya sendiri belum punya standar yang terperinci ya.
Makara ayo semangat mencar ilmu calistung buibu! Kita niscaya bisa melewati ini semua!
-ast-
Posting Komentar