Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri sassythursday-pendidikan-seksual-pada. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri sassythursday-pendidikan-seksual-pada. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

#Sassythursday: Pendidikan Seks Untuk Anak


Minggu ini timeline dan WhatsApp group diramaikan dengan sebuah foto buku yang dianggap "porno" dan menciptakan ibu-ibu marah. Buku itu mengatakan anak kecil pria sedang "masturbasi", dalam tanda kutip loh ya.

Yang jadi dilema yaitu halaman buku yang tersebar hanya sepotong. Padahal ternyata di bukunya lengkap tertulis tips untuk orangtua dan kenapa bawah umur dihentikan melaksanakan itu.

Tapi ibu-ibu keburu ngamuk! KPAI hingga ikut nimbrung dan bilang buku yang tidak pantas blablablabla. Sampai masuk TV dan portal isu nasional.

Baca punya Nahla:

Saya sendiri, apakah terganggu dengan buku itu? Surprisingly, tidak.

Anak saya laki-laki. Ada fase di mana anak memang bahagia memegang kemaluannya. Fase ini normal dan tidak apa-apa. Ini yaitu fase berikutnya sehabis fase oral.

"Tapi itu buku nggak cocok buat anak-anak!"

Duh buibu, buku yang nggak cocok buat bawah umur itu BANYAK. Ya filternya ada di kita lah. Masa beli buku buat anak kita nggak cek dulu isinya? Masa membiarkan anak baca sendirian? Dari pas beli aja udah difilter kali, itu buku apa, isinya bagaimana, layak baca atau nggak. Dan sebagainya.

Kaprikornus ibu-ibu yang panik, marah-marah, dan bilang buku itu harus ditarik dari peredaran, I JUDGE YOU. I REALLY DO. Pasti nggak pernah nemenin anaknya baca buku ya? 😪

Yaiyalah, kita nggak dapat mengatur dunia biar tetep tepat secara moral. Kita yang harus jadi benteng pertama pertahanan tabiat anak kita. Bukan orang lain! Apalagi buku!

Gimana jikalau bawah umur baca di daerah lain? Di sekolah misalnya, di daerah yang tidak ada orangtua menemani.

Nah ini dia. Pendidikan seks untuk bawah umur seharusnya sudah diberikan jauh, jauh sebelum mereka dapat membaca. Karena memang ketertarikan mereka pada kemaluan, pada lawan jenis, kan sudah terlihat semenjak balita kan. Sejak dari belum dapat baca.

Saya sendiri memperkenalkan gender dan lebih spesifik lagi kemaluan pada Bebe sudah lama. Mungkin semenjak usianya belum dua tahun. Alasannya sederhana sebenarnya, saya ingin beliau jadi pria yang menghormati perempuan.

Soalnya balita itu kan asal seruduk aja, mau pemuda atau cewek jikalau lagi main ya timpa-timpaan aja. Saya nggak mau ibarat itu. Main tabrak-tabrakan, main timpa-timpaan, hanya dengan anak laki-laki. Tidak dengan anak perempuan.

Ngerti nggak Bebe? Ya nggak lah! Hahaha.

Menurut psikolog juga memang belum dapat membedakan laki dan wanita hingga usia 5-6 tahun. Tapi saya nggak menyerah, saya tetap bilang terus menerus soal konsep "ibu perempuan, appa laki-laki, Bebe laki-laki".

(Penjelasan psikolog lebih lengkap ada di sini: Mengenalkan Gender pada Balita)

Dan itu berjalan baik, kini usianya 2 tahun 8 bulan, beliau sudah mulai dapat membedakan pria dan perempuan. Dia tahu si A laki atau perempuan, mbaknya laki atau perempuan, aki laki atau perempuan, dan seterusnya.

Lebih spesifik lagi soal pendidikan seks, terutama "masturbasi" ibarat di buku itu. Ya Bebe sedang ada di masa beliau bahagia pegang kemaluannya. Dipegang aja, meski tidak sering tapi ada saat-saat di mana tangannya masuk ke celana dan pegang.

Temen saya juga cerita, anaknya wanita dan suka pegang vaginanya. Malah kadang dimainkan pakai mainan! Wah serem sih ya jikalau perempuan. Tapi kan itu memang fasenya, jadi harus dilewati aja. Asal dengan komunikasi. Bukannya dibiarkan atau dimarahi.

Saya sih kasih tahu aja, "jangan dipegang dong Be, nanti lecet". Biasanya beliau eksklusif nurut sih. Dan saya selalu cek, untuk mengatakan bahwa saya peduli. "Wah ini tidak apa-apa sih, tidak perlu dipegang ya" gitu.

Kuncinya cuma satu, jangan awkward! Kalau anak pegang tit*t aja kita jelasinnya awkward, saya takutnya anak jadi merasa bersalah. Padahal kan nggak perlu begitu. Karena meski mencicipi nyaman pegang kemaluan, it's not sexual!

Soal kemaluan dan soal seksual ini, saya mau saya jadi orang pertama yang Bebe tanya, makanya saya nggak boleh aib atau apa.

Lagi masa sama anak sendiri aib ah elah.

Dan jangan beri tanggapan yang tidak masuk akal. Beri tanggapan secara ilmiah meskipun anak mungkin butuh waktu untuk mencerna.

Mimpi basah, menstruasi, masturbasi, itu berdasarkan saya harus dijelaskan jauh sebelum si anak mengalaminya. Dan jelaskan secara medis, biar beliau tahu risiko-risiko yang beliau hadapi.

Jawaban-jawaban semacam "jangan gitu nanti Allah marah" itu rawan sih berdasarkan saya. Karena takutnya ada titik di mana anak ingin rebel, anak ingin melanggar aturan, dan jadilah dilakukan diam-diam. Nggak mau begitu dong?

Intinya saling terbuka lah sama anak, jangan sembunyikan sesuatu. Jangan buat anak ingin tau dan mencari tanggapan di luar.

Satu lagi, dampingi bawah umur baca buku! Mulai edukasi seks semenjak balita! Jangan hingga terlambat. :)

See you!

-ast-

Detail ►