Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label sassythursday. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sassythursday. Tampilkan semua postingan

#Sassythursday: Rasisme



Gue nggak tahu jikalau sekolah di kota lain tapi belum dewasa sekolah di Bandung itu sadar ras sekali. Minimal kita punya teman dengan panggilan "Jawa" kan alasannya ia bukan orang Sunda?

Gue punya. JG juga.

Tapi dulu rasanya tak terpikir sama sekali bahwa itu yaitu hal rasis. Entah kami yang terlalu polos atau alasannya si "Jawa" pun tampaknya tidak murka atau kesal menerima julukan itu.

Poinnya adalah, kita dengan gampang menjuluki orang lain menurut rasnya dan kenapakah kita harus membeda-bedakan orang menurut ras?

Baca punya Nahla:

Entahlah mungkin naturalnya memang menyerupai itu. Kita merasa kita sama kemudian ketika kita menemukan seseorang dengan logat bicara yang berbeda, kita lantas tertarik dan lahirlah julukan yang rasis itu.

Masalahnya di mana? Mungkin bahwasanya tidak ada, tapi hal-hal menyerupai ini rawan menimbulkan perpecahan. Karena bisa saja orang minoritas itu menjadi tidak nyaman dan jadi timbul gesekan-gesekan yang sebenernya nggak perlu jikalau aja becanda ras itu nggak dilakukan.

Gue jadi inget temen yang orang Papua. Kulitnya hitam, rambutnya keriting. Seiring berjalannya waktu ia merawat diri dan mengubah kulitnya menjadi putih. Jauh lebih putih dibanding kulit orisinil Papua. Ia juga meluruskan rambut.

Kami dulu belakang layar men-judge ia alasannya "why are you trying so hard to be a javanese?" Sekarang sesudah dipikir-pikir, mungkin ia hanya "trying to fit in" alasannya jadi beda itu tidak mudah. Mungkin banyak ketidaknyamanan yang ia dapatkan dengan warna kulit aslinya sehingga ia berusaha jadi sama dengan orang-orang di sekitar dia.

Kasihan ya. :(

Tapi gue sendiri bisa dibilang beruntung alasannya ketika Nahla muncul dengan inspirasi menulis soal rasisme ini, gue sama sekali nggak tahu harus menulis apa. Gue gres sadar itu ternyata alasannya gue nggak terpapar soal rasisme. Gue nggak hidup di lingkungan yang begitu kolot dan membeda-bedakan orang menurut rasnya. Tapi gue tau, masih banyak daerah di negeri ini yang rasis sekali

Ditambah lagi dengan judgment rasis menyerupai "galaklah, batak sih!" atau "pelit banget sih kaya orang cina!". Well, orang galak nggak mesti batak dan orang pelit ada di setiap suku dan ras sih. Kenapa harus dikotak-kotakkan?

Kantor gue, perbedaan itu kerasa banget dan kami hidup berdampingan. Berbagai agama ada, yang tidak beragama ada, orang Jawa, Padang, Cina, hingga setengah Indonesia dan bukan orang Indonesia pun banyak. Hal-hal menyerupai ini tidak pernah jadi topik dialog and it's a good thing.

Buat kalian yang masih terima perlakuan rasis, ayo bersuara! Kalau ada yang becanda bawa-bawa ras dan kalian tersinggung, ayo bersuara! Minimal bilang aja "eh jangan rasis dong!" Karena mungkin aja si orang itu nggak sadar jikalau rasisme bisa menciptakan orang lain tersinggung. Mungkin ia menganggap itu biasa.

Dan dunia dikala ini lagi melek banget loh soal hal-hal menyerupai ini, thanks to Donald Trump yang rasis melulu orang jadi terbukakan matanya.

Hermione aja hingga berubah warna kulit jadi hitam saking di film-film Harry Potter sebelumnya, orang kulit hitamnya dianggap terlalu sedikit. Emoji aja bisa pilih warna kulit alasannya kenapa nggak? Kenyataannya nggak semua orang di dunia ini kaukasian kok.

BuzzFeed dan Cosmopolitan dong yang tercanggih. Mereka bikin artikel review lipstik dengan aneka macam warna kulit. Karena ya masa bikin artikel review satu warna lipstik tapi yang nyoba cuma orang kulit putih? Yang kulitnya coklat dan hitam juga ingin tahu dong gimana warna itu di kulit mereka.

Keren ya!

Apalagi ya? Ngantuk sih lolol. Cerita dong, ada yang pernah diperlakukan rasis?

PS: Setelah baca punya Nahla gue gres sadar jikalau hal rasis yang paling gue liat yaitu soal Ahok. Tapi yah, kasian banget sama yang masih teriak-teriak Ahok nggak layak jadi gubernur alasannya ia Cina. Kasian alasannya nggak bisa cari kekurangannya hingga teriak hal yang sebenernya nggak ada hubungannya dengan kemampuan jadi gubernur. Enough said. :)

-ast-

Saya bagi-bagi freebies loh! Quote untuk pajangan yang siap di-print dan dimasukkan ke dalam frame. Cek di sini yaaa: FREE PRINTABLE. Jangan lupa juga nonton video ahad ini, Get to Know Me Tag with KG & AST. Videonya ada di bawah postingan ini. :)

Detail ►

#Sassythursday: Rokok



Topik ahad ini banget ya kan. Gara-gara menyebar isu "harga baru" rokok yang naik banyak, entah seberapa banyak alasannya nggak ada yang merokok di lingkungan keluarga gue.

Terus ternyata harga gres itu tidak dapat dikonfirmasi pada siapa-siapa alias hoax. Padahal para perokok udah panik hingga nyetok segala, yang nggak ngerokok udah hepi.

Gue nggak anti perokok. Silakan aja jikalau mau bakar rokok asal asepnya nggak kena muka dan baju gue. Bau. Apalagi harus deket-deket orang yang amis rokok udah nempel sama amis tubuh if you know what i mean.

Itu loh, tipe orang yang tangan dan badannya tetep amis rokok mau sebersih apapun beliau basuh tangan dan semahal apapun laundry bajunya. Bau rokok busuk semacam itu bikin mual banget.

Baca punya Nahla:



Gue bersyukur banget alasannya nikah sama orang yang benci rokok hahahaha. Di antara ibu-ibu yang nyindir suaminya dengan share info-info soal ancaman rokok, gue sih adem ayem.

JG hates smokers so much he even suggested his office to ban smoking at the office's front lobby and they approved. Makara kini di luar gedung XL nggak ada yang ngerokok lagi, cuma boleh ngerokok di kantin, di smoking areanya. #win

Smoking area ini solusi paling baiklah sih berdasarkan gue. Lo ngerokok dan asepnya ya kehirup sesama perokok. Yang kasian jikalau di rumah punya bayi atau anak kecil. *ya anak gede juga kasian sih*

Karena kan abunya nempel di baju ya, terus hingga rumah meluk-meluk anaknya. Kasian anaknya.

Dan para perokok ini paling andal ngeles. Ngeles mulu kaya guru les. *WHAT* Serba mendadak pun kaya supir metromini dibajak anak STM tawuran. *ini apa sik?*

Kaya mendadak bahagia mencari udara segar dan nambah-nambahin beban nyuci baju.

"Nggak kok ngerokoknya cuma di luar rumah"

"Kalau ketemu anak ganti baju dulu kok"

Atau mendadak inget sejarah keluarga.

"Kakek gue aja umur 90 tahun ngerokok sehat wal afiat tuh"

Kakek lo ga makan junk food dari SD, broh.

Dan mendadak care sama urusan buruh.

"Kasian tau petaninya" atau "Kasian tau karyawan pabrik rokok"

Padahal buruh demo dihina-dina, kenapa buruh minta nambah upah. Ya buat beli rokoklah. Emang lo doang.

Kemudian mendadak peduli lingkungan.

"Lo nggak ngerokok tapi naik ojek, itu kan polusi"

Ya gue kan nggak ngisep knalpot truk di depan lisan gue. Dan lo meski naik kendaraan beroda empat kan kacanya dibuka juga alasannya sambil ngerokok. Why?

Plus mendadak merasa paling sehat.

"Gue ngerokok tapi hidup sehat kok, gue rajin olahraga"

Ummm, excuse me? Hidupnya kontradiktif amat ya.

Intinya buat gue, kalian yang ngerokok dan nggak tinggal sendirian alias tinggal sama keluarga apalagi sama anak, itu egoisnya sama orang yang bakar hutan dan bakar sampah. Orang lain cuma dapet ga enaknya doang. Kecuali ya kalian tinggal sendirian, terserah jikalau itu sih.

Dan tampaknya sia-sia berharap pemuda berhenti merokok alasannya cinta, girls. Liat aja ibu-ibu yang tahunan bujukin suaminya berhenti ngerokok dan suaminya keukeuh. Kalau pun berhenti, ya berhenti alasannya kemauan sendiri, bukan alasannya istri. Makara pesan moralnya bagi kalian yang belum nikah: jangan pacaran sama perokok lol.

See you next week!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Fame And Drugs


Judulnya bronx banget ya. Padahal mah mau ngomongin aa Gatot Bradjamusti dan Reza Artamevia. Betapa Reza pernah sangat populer dan kini beliau ditangkep polisi dan aktual make narkoba.

Gue rada mellow gimana gitu ngeliat Reza. She was a fabulous diva back then. Dengan dress kemben yang nggak ketat di bab dada tapi ngebentuk cup gitu. Baju model gitu ciri khas beliau banget. Tipe dress yang akan jadi korban nyinyiran "baju kok gitu amat? kurang materi ya?"

 Padahal mah mau ngomongin aa Gatot Bradjamusti dan Reza Artamevia #SassyThursday: Fame and Drugs

Jokes yang nggak pernah lucu. *sigh*

Baca punya Nahla:

Dari backing vocal Ahmad Dhani, jadi diva dan lagunya hits, nikah sama Adjie Massaid. Punya anak dua, Zahwa dan Aaliyah udah ngetop dari dulu semacam Rafathar lah ya jika zaman sekarang. Dan lalu cerai. Adjie menikah lagi dengan Angelina Sondakh dan kedua anak itu ikut Adjie dan Angel. Ada apa dengan Reza? Katanya dikala itu udah ikut aa Gatot?

Kenapa belum dewasa yang masih kecil itu tidak menentukan ikut ibunya?

Hubungan Zahwa, Aaliyah, dan Angelina Sondakh pun baik sekali. Dulu waktu Twitter awal-awal banget, gue follow mereka bertiga dan mereka bahagia. Sampai blar, Adjie meninggal (too soon, God), Angel masuk penjara.

Beberapa tahun kemudian, ibu kandungnya narkoba.

Kebayang nggak sih. Orang renta lo cerai, bapak lo meninggal, ibu tiri lo masuk penjara, dan ibu kandung lo narkoba.

T________T

Yang gue pertanyakan: kenapa harus make narkoba?

Ya alasannya ialah pengen aja sis.

Ya nggak dapat dong kaya gitu.

#monolog

Maksud gue ketika lo single, mungkin kekhawatiran lo make narkoba ialah ketagihan terus jadi miskin. Antara ketangkep polisi atau mati sakau (atau ditembak Duterte di Filipina).

Tapi ketika lo punya anak, harusnya mikir lebih panjang dong ya jika mau macem-macem? Apalagi lo orang terkenal. Kaprikornus anak orang populer aja udah berat apalagi ditambah dengan narkoba. Emaknya pun! Kok gue jadi nggak habis pikir.

Ya tapi memang banyak hal di dunia ini yang nggak perlu dipikirkan sih.

Kemarin juga bahas ini di kantor dan muncul dugaan: "pantes aa Gatot dibilang 'guru spiritual' ya, dibikin fly mulu mah kurang pengalaman spiritual apa!"

Hmmm. Iya juga.

Dan tadinya dengan judul itu gue mikir: kenapa ya banyak artis narkoba?

Tapi sehabis dipikir-pikir, loh ya pemakai narkoba yang bukan artis juga banyak sih harusnya. Cuma jika artis karenanya dapet spotlight lebih aja sih.

Lagian berat kali ya jadi artis yang akrab dengan dunia kaya gitu. Ya gimana, jam kerja ga tentu tapi uangnya banyak. Beda sama kita-kita ini yang kerja kantoran, mau party malemnya juga mikir-mikir takut besok masuk angin dan nggak dapat kerja. Nanti dipecat piye?

Salut banget sama artis-artis terutama anak grup band yang pernah kena narkoba terus kini bersih. Macam Slank gitu yang satu grup band make semua. Atau Ari Lasso yang dikeluarin dari Dewa 19 alasannya ialah make, ya daripada menghipnotis yang lain? Atau Hedi Yunus yang disuruh break dulu dari Kahitna untuk rehab. Whoa, informasi infotainment tahun 90an banget yah hahaha.

Intinya naon sihhh ngalor ngidul beginiii. Auk ah, udah jam 2.27 pagi jadi maap maap jika agak ngelantur. Intinya sih prihatin liat Reza. Kasian gituloh akoohhh.

Jauhi narkoba gaes. Mending nonton YouTube gue ajalah di bawah. HAHAHAHAHA.

Cowo-cowo tau ga arti baking, strobing, kabuki, waterline? Cewe-cewe tau ga arti knee down, jump start, dan burn out? Tebak-tebakan, yang gagal jawab makan makaroni ngehe sesendok! Yok nonton yok! *maksa*

See you next week!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Youtube Stars

 Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus #SassyThursday: YouTube Stars 
Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus. Dia nggak nangis drama sih tapi gue kasian deh jadinya. Mana udah lamaran dan ada videonya di YouTube, kupikir mereka akan nikah. :( Dan alasannya ya anaknya bukan yang caper banget gitu. Well, itu berdasarkan gue. Tapi bila hanya alasannya ia suka pakai bikini terus kalian menganggap ia caper mah ya ga apa-apa hahaha.

Nah terus kemudian saya teringat ucapan seseorang beberapa waktu lalu. Kurang lebih gini "kenapa sih pada suka sama selebgram? Artis aja bukan!".

Definisikan dulu "artis". Kalau berdasarkan lo artis yaitu orang yang muncul di TV, itu kan alasannya lo nonton TV. "Artis" atau "seleb" buat gue ya orang-orang yang ngetop di social media alasannya gue nggak nonton TV. Hiburan gue ya socmed, jadi fair dong berdasarkan gue bila mereka dibilang seleb juga.

Baca punya Nahla:

Kalau YouTube, gue cinta YouTube banget! Dari dulu! Dari zaman David Choi dan Michelle Phan masih culun! Gue download entah berapa banyak video-videonya David Choi alasannya keren banget (di zaman itu).

Sampai kini gue punya 2 akun YouTube. Satu buat subscribe YouTubers lokal, satu lagi buat subscribe YouTubers luar. Karena bila luar gue nontonnya semacam make up, beauty, cover song, reaction video. Sementara bila lokal topiknya random aja, gue suka nonton apa ajalah yang penting lucu. Dan alasannya mix gitu interestnya, gue nggak suka timeline gue jadi campur aduk. Makanya niat abis punya dua timeline YouTube lol.

Salah satu YouTube stars alias seleb YouTube yang lagi gue liatin banget itu Young Lex. Bukan, bukan alasannya ia lagi sama Karin terus. Gue udah liat Young Lex dari sebelum ia erat sama Karin. Belum usang sih, 2-3 bulan terakhir lah. Itu juga dikasih tahu Nahla. Hahahaha. Kata Nahla "kasar banget, kak!" Tapi semenjak kapan rap nggak kasar? :)))))

 Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus #SassyThursday: YouTube Stars
source: instagram.com/young_lex18

Dan pas nonton beberapa videonya, ternyata ini anak inspiratif amat! Dia udah tahu passion ia dari kecil banget dan ia usaha banget untuk itu. Nonton video Draw My Life-nya deh. Kerasa banget usaha untuk bisa hidup dengan passionnya. Dia juga bukan dari keluarga yang mampu, ia sempet jadi OB untuk bisa biayain kuliah dan hingga kini udah ngetop banget tetep tinggal di gang. :)

Cara ia ngerangkul fansnya juga sepakat berdasarkan gue. Dia bisa ngerti posisi fans yang masih muda, yang maunya tindik kuping, absen sekolah, dan encourage mereka untuk nggak melaksanakan itu (dulu) minimal hingga lulus sekolah.

Lagu dan videonya juga elok untuk ukuran DIY semua ya. FYI, gue zaman dulu emang suka lagu rap-rap lokal gitu. Anak Ardan Radio Bandung niscaya erat lah sama Ebith Beat A atau Alit (Alit da Baong), atau 7 Kurcaci, Fade 2 Black, Saykoji, dan SoulID. Waktu Ebith bikin lagu soal lirik ia dicuri sama Kremlin itu gilaaa, pecah banget. *MAAP YA MASA LALU BANGET CERITANYA LOL* *sementara itu Nahla dengerinnya klasik dan main biola lolol*

Young Lex ini jadi nostalgic buat gue, alasannya meski kini gue dengernya Justin Bieber yang lebih adem, gue tau banget rasanya jadi anak muda yang meledak-ledak dan diwakili sama lagu rap dari grup-grup indie lokal.

Tapi satu hal, ibarat yang Nahla bilang, ngomongnya kasar. Dan ia nulis "official" dengan "officialy". :))))))

Ini contohnya. Yang baper dan mau shock bilang "anak zaman kini kok gini amat" plis jangan nonton. Karena di judul videonya aja udah terperinci tuh explicit.

Betapa zaman kini setiap orang bisa mengejar cita-citanya sendiri lewat social media. Gue ngebayangin rapper lokal zaman dulu struggling untuk cari uang dan bertahan hidup dengan passion alasannya ya gimana. Kalau mau cari uang banyak harus mainstream lewat TV, tapi bila nongol di TV sebagian idealisme niscaya terjual alasannya mau nggak mau harus ngikutin pasar. Nggak bisa seenak udel.

Kalau di YouTube? Mau anjing-anjingin orang juga bila emang videonya elok mah tetep ada yang apresiasi, makin banyak yang nonton udah niscaya dapet penghasilan. Yang penting berkarya sebaik mungkin! Kolaborasi dengan aneka macam orang! Liat aja Young Lex views videonya jutaan dan ia percaya banget sama konsep kolaborasi, ia kerja sama sama banyak orang dan itu keren berdasarkan gue.

Makanya gue ketawa waktu ada yang bilang "Anak-anak kaya gitu nanti dicek HRD di masa depan, siapa yang mau memperkerjakan mereka?"

Woh, modal ratusan ribu followers di YouTube dan Instagram mah bisa hidup banget. Siapa yang bilang mereka mau kerja di perusahaan orang di masa depan bila bisa hidup dengan passion tanpa harus bergantung orang lain? Nih ya, asal karyanya bagus, fans banyak, buka bisnis yang sesuai sama pasar followers mereka. Pasti laku. Kuncinya cuma work haardddd!

YouTube itu second largest search engine in the world loh. Kedua sehabis Google (makanya dibeli Google juga). Hampir niscaya nggak akan tutup atau bangkrut. Gila, they rule the world! Duh gue mesti bikin satu goresan pena khusus nih soal bagaimana Google menguasai dunia hahaha.

Sementara itu di luar sana juga banyak ibu-ibu yang panik "kenapa harus ngomongnya agresif banget sih! Kalau ditiru anak kecil gimana?" Dijawab eksklusif sama Young Lex di salah satu video dia. Kata Young Lex dari zaman dulu juga udah banyak lagu agresif kenapa kini ia doang yang disalahin, di tamat video Jamrud - Surti aja ujungnya "surti f*ck you". Dan Jamrud kurang mainstream apa, muncul di TV loh mereka, video klip Surti itu. Nggak kaya YouTube yang user pilih tontonan sendiri. :)))))))

Dua sisi banget ya kan jadinya. Di satu sisi gue appreciate banget sama kerja keras orang-orang kaya Young Lex untuk berkarya sesuai apa yang ia suka. Sisi lainnya, kini gue juga punya anak.

...

Orang-orang semacam ini yang gue kagumi dulu, ternyata agak bikin khawatir juga sehabis punya anak hahaha. Kuncinya tetep cuma satu sih, ya dijaga dong anaknya jangan hingga nonton bila belum cukup umur. Bukan tontonan bawah umur kok itu, terperinci ada tulisannya explicit content.

*ngomong praktis bener, punya anak remaja aja belum pernah*

Karena ya, bila ia udah cukup dewasa dan ia tetapkan untuk jadi jadi rapper mah ya udah nggak apa-apa. Asal yakin sama passionnya sih kenapa nggak? Selama nggak nyakitin orang lain dan bisa jadi ide untuk banyak orang.

Kemudian banyak juga yang bilang "anak YouTube  itu kenapa sih suka ngerasa lebih sepakat dari artis TV?".

(anak YouTube tok ya secara kini artis TV juga punya series di YouTube yang viewsnya tetep gedean anak YouTube orisinil lol)

Kalau dari sisi kualitas ya sama-sama ajalah. Kan cuma tergantung selera mau suka sama yang mana. Mau yang tayangannya punya peraturan penyiaran atau nggak?

Dan anak YouTube juga nggak semuanya ngomong agresif gitu kan. Meskipun YouTubers luar juga yang agresif ngomongnya emang yang subscribers nya puluhan juta.

Banyak juga kok YouTubers lokal yang manis-manis. Bikin video beauty, parody, atau vlog konyol kaya Jovi Hunter yang bahkan considerate banget. Nggak ngerokok, nggak ngomong agresif di depan kamera meskipun ia mengakui ia sebenernya perokok dan suka ngomong kasar. Aduh saya superlaff deh sama Jovi. <3

Lagian akui sajalah, di mana-mana anak indie lebih ngerasa keren kok dibanding yang mainstream. Bukan cuma anak YouTube, banyak juga band-band yang stay indie, nggak mau masuk label besar alasannya nggak mau masuk TV dan disetir kapitalisme, disetir undangan pasar untuk diiringi joget basuh - jemur baju. :)))

Dan mungkin juga alasannya perjuangannya beda. Ya gimana, semua serba DIY, bikin lagu sendiri, rekaman sendiri, syuting video sendiri, modelnya ia sendiri, ngedit pun sendiri, udah gitu mati-matian cari penonton sendiri. Meski banyak yang udah punya tim, tetep aja timnya jauh jauh jauh lebih kecil dari korporasi TV. Timnya pun temen-temen sendiri. Semangatnya beda. 

Kalau grup musik yang muncul di TV kan berkarya nih, udah gitu terperinci diatur sama administrasi akan on air di mana, off air di mana. Ketaker lah sebulan kira-kira akan dapet uang berapa. Lah YouTube? Udah mati-matian bikin semuanya sendiri, masih harus deg-degan "ada yang nonton ya?".

Huft panjang juga ya. Kalian gimana? Punya YouTube stars favorit? Atau masih nonton TV?

-ast-

Detail ►

Pda, Yay Or Nah?



Oke jadi #SassyThursday ahad ini sewajarnya bahas Mario Teguh lah ya alasannya yaitu semua orang ngomongin itu ahad ini. Tapi ... gue sama Nahla nggak ngikutin muahahahahah. Gue bahkan belum pernah nonton utuh satu episode Golden Ways itu. Nggak follow dia di socmed mana pun jadi nggak punya kedekatan apapun jadi mau nulis apanyaaaa.

Nahla: "nulis soal anaknya aja kak, dia cuma caper apa gimana"

Aku: "masalahnya saya ga tau anaknya ngomong apa lagi selain ngaku-ngaku anaknya?"

Nahla: "aku juga nggak tertarik sih"

HAHAHAHAHAH *failed*

Jadilah kami memutuskan untuk membahas topik yang lebih bersahabat yaitu selebgram dan YouTubers AG yang bahagia memamerkan kemesraan sama pacarnya.

Baca punya Nahla:

Bukan, bukan cuma foto ciuman, tapi ciuman dan cuddling sambil ... pegang tongsis demi merekamnya jadi momen indah yang diabadikan di video YouTube astaga hidupnya ribet.

Maklum, sini mah anaknya praktis. Nggak kebayang di Bali maunya leyeh-leyeh terus harus terbebani pegang tongsis gopro. Lagi berendam air panas ... teteup pegang tongsis gopro dengan pose seolah nggak liat kamera. Berat banget hidup jadi YouTubers ya gaes.

Yang dilakukan Anya (tadi namanya sok dirahasiain hahaha) itu bab dari public display of affection (PDA). Cuma dulu PDA itu offline doang, kini dapat banget PDA online. Yes or nah?

Aku sih ... yes.

HAHAHAHAHAHA.

Because since the very first time, I do that kind of things too with JG. Maksudnya kami yaitu tipe yang cium pipi bibir di mana aja. Termasuk di depan kantor bila pergi naik motor dan tentyu saja diliatin satpam. Tapi JG nya suka keukeuh, anaknya posesip emang. Hahahaha.

Sampai kini ada Bebe, ya yang dicium sebelum turun kendaraan beroda empat jadi dua. Cium sebelum pergi kantor yaitu ritual yang belum pernah sekali pun tidak dilakukan. AAAHHHH AKU SAYANG KALIAN BERDUA. <3 <3 <3

Tapi tolong jangan bikin ilfeel itu aja sih. Jangan french kiss gitu lo gengs, bila di The Sims mah peck namanya. Muah aja cukup. Maksudnya semua kan ada tempatnya, bila mau PDA, jangan lakukan lebih dari 30 detik atau orang niscaya mulai risih liat kalian. Dan itu tidak baikkkk alasannya yaitu semua ada tempatnya. Kalau bebas banget nanti lama-lama ada yang ML di atrium mall kan bisa-bisa ditangkap satpam huhu.

Kalau online? Ya secukupnya juga lah. Asal nggak bikin repot aja. Gue sendiri sih nggak bakal kepikiran sebelum peluk "eh bentar, gopro mana gopro?" Kan nggak bakal inget yah. Ingetnya sehabis dilakukan jadi pun niscaya adegannya harus diulang nanti nggak natural lagi HAHAHAHA.

Dan sebenernya online ini cuma memperluas audience PDA aja sih. Bedanya dia dapat diulang-ulang dan bila nggak suka nggak perlu ditonton. Kalau di daerah umum kan memang mau nggak mau keliatan ya. Tapi meskipun niscaya ada yang liat, seberapa banyak sih yang liat.

Atau di konser gitu, yang liat kita backhug paling orang yang di belakang dan di sebelah kanan kiri. Yang depan aja belum tentu sadar. Nggak 50ribu orang juga kaya di YouTube.

Dan bedanya, bila PDA di daerah umum, kita sebenernya nggak peduli mau ada yang liat apa nggak. Kita cuma naturally pengen cium aja contohnya alasannya yaitu dibelikan sesuatu atau dipuji sesuatu atau pamit mau pisah daerah (gue ke event, JG main sama Bebe lol). Tapi bila di YouTube kan tujuannya memang untuk orang nonton. Makara yah, sama tapi beda sebetulnya.

Dan ini gimana kebiasaan dan abjad pasangannya sih. Kami memang tipe yang sangat terbuka satu sama lain. Gue sama ayah juga gituuu. Di daerah umum rangkulan dan gelendotan sama ayah. JG juga tipe yang cium-cium mamahnya terus.

Bahkan nulis gini aja jadi kaya PDA ya? Gue yakin yang nggak suka PDA niscaya risih juga nulis soal PDA. Ya nggak?

Untuk orang yang memang keep private things private mah yaaa nggak apa-apa juga. Yang penting nyaman aja. Cuma bila dapat ya liat positifnya aja. Misal liat gue cium pipi JG di eskalator (spesifik). Daripada mikir negatif "dih kaya nggak punya rumah aja", kan mending mikir "love is everywhere ya, nanti mau juga cium pipi suami ah".

Adem kaannnn. Nyahahahaha.

Kalau diliat yang belum nikah atau anak kecil gimana? Ya anak-anaknya dikasih tau dong bila hal-hal kaya gitu baiknya kapan dilakukan. Komunikasi yaitu kuntji!

Kalian gimana? Yay or nah dengan PDA?

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Hijab Dan Fashion Week


Makara beberapa hari terakhir ini media diramaikan gosip desainer Indonesia Anniesa Hasibuan sukses show di New York Fashion Week (NYFW). Anniesa disebut sebagai desainer Indonesia pertama yang tampil di main stage NYFW dan juga desainer pertama yang menampilkan karyanya dengan model yang semuanya mengenakan hijab.

Baca punya Nahla:

Makara pro kontra niscaya dong, alasannya seharusnya wanita tidak memamerkan pakaian yang glamor. Hijab ialah kesederhanaan jadi show hijab di fashion week itu sesuatu hal yang seharusnya dihentikan dilakukan. Itu yang kontra. Yang pro tentu alasannya bangga, ada desainer Indonesia yang karyanya sanggup dinikmati oleh para pecinta fashion di ajang dunia.

Satu lagi yang kontra justru muncul dari kalangan fashion itu sendiri. Mereka mengkritik bahwa masuk NYFW kan bayar slot blablabla, nggak dikurasi amat jadi bukan berdasarkan karya. Kemudian banyak yang bilang desainnya nggak original dan biasa aja, pada ngebandingin sama desainer lain. Malah ada yang bilang ia bikin celana aja nggak bisa. Wah, people can be so mean.

Gue sih jujur bangga. Keren lah ada orang Indonesia yang satu panggung sama Vera Wang dan Jeremy Scott. Mau desainnya pake jilbab atau nggak, gue tetep seneng sih. Apapun yang bawa nama Indonesia di dunia internasional secara positif kan harusnya didukung dong. Apalagi Anniesa sanggup standing applause dari penonton yang hadir.

Daripada selama ini Indonesia populer alasannya bom dan teror, kan nggak banget ya. Mendingan dong Anniesa bawa ke panggung bahwa hijab itu nggak menyeramkan. Hijab itu cara berpakaian yang menyerupai ini loh, sanggup anggun dan lezat dilihat.

Lagian berdasarkan gue nih yaa, bajunya sanggup digunakan untuk orang yang nggak berjilbab juga kok. Ya jika headscarf-nya mau dipake silakan, nggak juga bajunya tetap wearable.

*tapi kan siapa elu, kaya ngerti fashion aja*

Ya semoga ajaaa. Zaman kini kan orang sanggup mix and match baju aja passionnya eksklusif fashion. Suka jahit dikit eksklusif bilang hobinya desain baju. Punya anak satu terus bikin brand baju anak.

AHAKAHAKAHAKAHAKA maap maap sarkasnya suka kebawa mulu.

Iya sih tapi kenapa deh pada negatif amat orang-orang? Lama-lama yang saya nggak tahan dari negeri ini ialah negativity. Apa-apa diliatnya negatif mulu. Aku capek.

*lo juga keles*

Ada orang sukses, eksklusif dicari-cari ih ternyata ia begini begitu. Dia tau apa soal fashion, gres juga setahun jadi desainer. Si X udah dari dulu tuh desainnya begitu, udah tahunan. YA TERUS KENAPA? Yang masuk fashion week ia ya yang jadi gosip ia lah. 

Atau referensi sederhana, ada orang followersnya banyak, dinyinyirin ia kan cakep doang tapi nggak punya karya. Nurut ngana pose depan kamera itu bukan karya? Bukan skill? Coba deh gue tantang photoshoot 20 pose dalam satu jam. Bisa? Kepikiran posenya apa aja?

Belum lagi urusan atlet renang badannya di BLUR di tivi astagaaaa. Ada yang horny gara-gara liat atlet renang BERENANG di bak renang?

I JUST CAN'T HANDLE IT ANYMORE.

:(

Yah jadi intinya, dukung karya anak bangsa dan stop the negativity!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Nama Beken (Ft #Gesiwinditalk)


Kalau urusan seleb dunia maya, Nahla, Gesi, dan Mbak Windi ini emang partner paling sip banget lol. Dari pagi hingga malem urusannya beginian muluk ah elah suram amat hidup kitaahhh.

Topik kemarin sih sepakat banget, yaitu Anya Geraldine yang ternyata yaitu nama beken. Padahal mukanya match banget sih berdasarkan saya dengan nama Anya. Tapi ternyata nama aslinya yaitu Nur Amalina Hayati. Dan selama ini bila doi ikut kontes modelling, pakai nama asli. Nama Anya itu ternyata cuma nama Instagram.

Well, jadilah mari kita bahas soal nama beken!

Baca yang lain di:
Nahla: Kenapa HaloTerong

Annisast katanya nama beken juga padahal itu kan nama lengkap, ya emang nama orisinil gue kannn. Yang belum baca ceritanya bisa baca di sini: Di Balik Nama Annisast.

Nah bila JG itu gres nama beken. Semua orang kecuali temen kantor atau temen-temen kuliah, kini panggil ia mas Jege. Apalagi temen-temen gue, om Jege dan mas Jege. Apa itu JG?

JG yaitu jago_gerlong, nama akun socmed dia. Kenapa namanya itu? Karena ia orang Gegerkalong orisinil semenjak lahir, Iya, Gegerkalong deket rumahnya Aa Gym *name-dropper*. Nah terus ia mengaku-ngaku sebagai pendekar main PES (pro evolution soccer, fyi buibuk) se-Gegerkalong. Jadilah namanya @jago_gerlong. Jagoan PES se-Gegerkalong.

Alay? Biarlah urusan ia lolol.

Kalau Bebe? Mari kita flashback ke postingan tahun 2013. Ada klarifikasi nama Bebe di sini (di paragraf paling bawah hahahaha) ini ia Bebe 1st Post.

Btw postingan itu dipublish Maret 2014 tapi ditulisnya bulan Oktober alasannya yaitu saya takut jinx. Makara kepercayaannya itu kan nggak boleh bilang-bilang hamil selama 3 bulan pertama, kisah lengkapnya ada di sini: YES, I'M PREGNANT.

Ya pada dasarnya gue sih team yang nggak problem sama nama beken. Boleh boleh aja apalagi bila catchy dan praktis diingat. Lagi kenapa dimasalahin juga HAHAHAHAHA. Terserah lah mau pake nama beken atau nggak.

Tau nggak sih, Wulan Guritno aja nama aslinya Wulansari. Tetep manis kan? *lirik gesi*

Cuma yah kadang kala gue suka mikir gitu, dari mana sanggup wangsit nama beken yang jauh dari nama asli? Apa alasannya yaitu tidak puas pada nama santunan orang tua? Apa menganggap nama aslinya terlalu terbelakang dan kurang internasyenel?

Mungkin orangtuanya tidak tipe yang berpikir panjang soal nama jadi ya kasih ajalah apa adanya. Dan mana tau anaknya pas gede jadi artis kan. Tau jadi artis sih eksklusif dikasih nama Titi Kamal bukannya Kurniaty Kamalia. Bukannya jelek, tapi kurang catchy gitu loh. Sulit diingat.

Gue jadi inget JG pernah kisah temen kantornya lagi urus KTP, terus ada yang lagi urus surat keterangan tidak mampu, namanya ... Cristiano Ronaldo.

Itu nama beneran loh. Cristiano Ronaldo yang mengurus surat keterangan tidak mampu.

Ketika orang yang merasa keren tapi namanya sederhana (kalau nggak mau bilang ndeso, sorry to say) mengubah nama, apakah orang-orang yang beneran orang desa tapi namanya internasyenel harus pula mengubah nama?

Karena ternyata, nama juga punya strata, yang bisa-bisa berbeda dengan strata sosial yang nyata. *ceile rhymes amat*

Dan banyak juga kan yang mengubah nama sehabis punya suami atau punya anak. Nama suami okelah, kaya Windi Teguh, Windi istrinya mas Teguh. Atau Ummi Ismail, artinya si X yaitu umminya ismail lahhh. Sah-sah aja meskipun gue sih nggak pake alasannya yaitu entahlah. Not so me gitu.

Apalagi yaaa.

Udah sih kayanya gitu aja. Sungguh postingan yang kurang faedah dan makna. Maafkan.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Youtubers Lokal Favorit




YouTube YouTube YouTube lebih dari TV boom!

Auk ih lirik itu kebayang mulu hahahaha. Karena banyak yang nyanyiin kali yah. Dari yang mocking hingga yang nyanyi beneran alasannya yaitu emang suka sama lagunya lol.

Siapa YouTubers lokal favorit kalian? Dan kenapa hingga ngefans?

Gue sih hingga punya dua akun YouTube loh, satu YouTube yang dipake buat upload video itu khusus buat subscribe YouTubers lokal. Satu lagi punya akun YouTube bekas dulu upload random liputan KPop khusus buat subscribe YouTubers luar.

Kenapa dipisah? Karena surprisingly topik yang gue tonton lokal sama internasional beda. Lokal gue random banget apa juga ditonton, dari vlog, beauty, hingga random kaya LDP atau Chandraliaow gitu. Kalau yang internasional banyaknya beauty guru gitu.

Nggak mau kecampur, nanti timelinenya berantakan. Kalau kini gampang, mau lokal, login pake akun lokal. Mau nonton tutorial, tinggal switch pake akun satunya. Recommendation pun akhirnya lebih terarah.

*anaknya mau YouTube-an aja idealis*

Baca punya Nahla di sini:

Atas dasar apa sih hingga subscribe YouTube orang yang bukan temen? Apa yah, ada beberapa pertimbangan sih. Gue biasanya nonton video ia alasannya yaitu muncul di recommendation, terus cek channelnya dan liat video lain wahhh bagus-bagus judulnya. Kemudian subscribe lolol. Iya saya segampangan itu. Makanya bikin judul menarik itu penting!

Kalau model Tim2one - Chandraliow gitu kan emang videonya dahsyat ya profesional abis. Bikin jiper para YouTubers newbie yang "cuma" bikin daily vlog doang. Bahkan kata doi, daily vlog itu membosankan alasannya yaitu yah, nggak butuh-butuh amat inspirasi untuk bikin videonya. Hiks. Biarlah jika doi yang ngomong mah ketauan emang keren juga LOL.

Gue suka Chandra soalnya suka random abis. Jokowi aja dapat mereka parodiin dan kocak sih. Atau kaya ini, entah lucunya di mana tapi gue nonton hingga abis dan pribadi merasa bego. Tapi lucu tapi nggak lucu tapi lucu gitu lah. Perasaan yang sungguh sangat membingungkan.


Btw, lagu "Gapapa Jelek yang Penting Sombong" udah 5juta views loh gengs. Nggak ngerti lagi, liriknya catchy, Devinanya pas banget, videonya klipnya mantep kaya video klip Kpop hahahaha.

Nah tapi apa gue cuma subscribe video yang bagus kaya Chandraliow? Yang syutingnya proper banget gitu? Nggak juga sih, di dunia internet ini tetep content is the king. Kaya Soleh Solihun.

Gue lagi seneng nonton channelnya Kang Soleh (doi senior gue di kampus btw, yang NGOSPEK gue jadi agak-agak ada memori tidak indah di sana HAHAHAHAHAHCANDA). Soleh ini cuma rekaman pake kamera depan iPhone 6, edit di iPhone juga pake iMovie dan sederhana banget sumpah. Cuma cut cut doang malah kadang ga dicut sama sekali hahahaha.

(Baca: YouTube Stars)

Tapi ia interview artis-artis dan interviewnya tajem banget. Ya gimana, komika sih ya bayangin aja. Nanyanya suka nggak pake ukuran gitu. Kaya ke Joshua Suherman "Jo, kok dapat muka kaya kau dapet pacar manis banget gitu?".

Kampret abis. XD

Intinya channel ia yaitu channel yang digarap sama sekali tidak profesional tapi yang nonton ribuan alasannya yaitu kontennya menarik. AKU IRI HAHAHAHAHA. Komeng aja diwawancara dapat jadi serius loh.

Oke next gue suka banget sama channenya Fitrop. Ini #goals gue banget soalnya ia YouTube-an sama suaminya yang sama-sama sialan banget lucunya. Videonya pun digarap bagus bangeeetttt. Ini parodi dari video klip Raisa.


*Btw buat belum dewasa radio Bandung (aka pendengar radio lol) circa 2004-2005, video ini nostalgia banget soalnya Ferari itu dulu partner siaran pagi Fitrop di radio Ardan Bandung.*

SIAPA LAGI YAAAA?

Oiya beauty.

Gue nonton juga kok video beauty lokal. Gue nggak ngerti sama diri gue sendiri kadang-kadang. Nonton tutorial beauty itu dapat berjam-jam TAPI NGGAK PERNAH DIPRAKTEKIN JUGA. Somehow gue cuma suka liat orang lain dandan. Dari muka dekil merah-merah hingga mulus glowing berkilauan. Apakah ini fetish wtf.

Plis katakan saya bukan satu-satunya huahahahaha.

Beauty video lokal yang gue tonton terus-terusan sih Sarah Ayu ya alasannya yaitu make upnya bagus dan ada Jovi nya hahahah. Vinna Gracia juga tapi doi kini banyak daily vlog, udah jarang tutorial. Dan Suhay Salim tentunya alasannya yaitu doi hebat banget dan tampak effortless gitu make up-nya.

*

(Baca: Sebulan di YouTube, gue gres tahu hal-hal ini)

Nih YouTubers yang gue sebut semua ini model videonya beda-beda semua tapi subscribersnya banyak banget semua. Gue jadi nggak dapat merumuskan, apa yang disukai penonton tanah air?

Jawabannya cuma satu, dan jawabanny berlaku juga di dunia blogging yang keras ini: KONTEN!

Yes. Konten yang bagus, nggak peduli kameranya apa, teknik editingnya gimana, yang terang kontennya harus berisi dan bermakna bagi nusa dan bangsa. Merdeka!

*kemudian stres sendiri memikirkan bikin video apa buat Senin depan HAHAHAHAHA*

Buat gue, YouTube masih melengkapi blog aja sih. Belum tau mau diapain jika harus bangkit sendiri. Dan meski gue nggak duduk perkara ngomong di depan kamera, gue lebih suka nulis. Nulis is lyfe. Gue dapat nulis tanpa harus merumuskan apa-apa, satu blogpost utuh dapat kelar hanya dalam setengah jam yang baca banyak. Gue nggak pernah writer's block alasannya yaitu keblock apanya deh nulis juga curhat? XD

Nulis dan blogging itu less effort alasannya yaitu jika bilang effortless nanti gue dibilang sombong, cih. Nggak kaya YouTube yang ngerjainnya berhari-hari yang nonton 100-200an. *sigh*

Sekian dan nonton plus subscribe dongggg YouTube gue!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Suami Takut Istri


Oke jadi finally #SassyThursday ngomongin MT huft. Gue nggak ngikutin banget. Ngikutin lantaran beliau diomongin di grup-grup aja. Sampai ini ono nya lengkap. *ini ono naon*

Yah grup-grup WhatsApp ini ngomongin dari level beliau abis ngapain di tv hingga membuatkan screencapture IG beliau dan apa yang terjadi di baliknya yang mana bersumber dari orang-orang yang niat banget buka thread dan DISKUSI di lembaga lol.

Kaprikornus tanpa baca beritanya sedikitpun gue taulah ya. Cuma lantaran nggak ngikutin amat gue mau ambil dua poin penting dan bikin merinding *LEBAY NENG* dari masalah ini. Yaitu ihwal suami "takut" istri dengan pamer kemesraan di depan umum.

Baca punya Nahla:

Oke jadi SEMUA, semua orang yang bukan fansnya (atau mungkin kini fansnya juga) mengambil kesimpulan jika om MT ini ada di bawah kendali istrinya. Di bawah kendali penuh. Sampai-sampai katanya sebenernya yang update IG itu sebenernya istrinya mahahahahah.

Level ke mana-mana HARUS berdua. Semua job harus lewat istrinya dan bahkan doi nggak punya line telepon yang dapat terima telepon dari orang lain selain keluarga lantaran jika orang lain mau nelepon beliau ... harus lewat istrinya. Aduh.

Kok tampak kasihan?

Tapi coba pikir ulang, kasihan nggak ya? Karena jika beliau senang diperlakukan ibarat itu apa perlu dikasihani? Nggak sehat lantaran semua orang butuh privasi dan waktu sendiri? Tapi jika beliau nggak duduk kasus sih ya kan harusnya suka-suka beliau ya.

"Ah, nggak bakal ada pria yang mau digituin, rela ditekan sama istrinya, itu beliau terpaksa aja kali."

Itu komen seksis. ;) Sama ibarat "ah cewek mah nggak usah jadi bos, diem di rumah aja".

I mean semua orang punya pilihan dan beliau menentukan itu. Dia menentukan istrinya. Meskipun itu tampak geli dan udik buat kita.

JG selalu punya image jika beliau di bawah tekanan istrinya. IYA, GUE. Ya gimana, honor semua gue yang pegang, mau beli apa-apa harus acc dulu Menteri Keuangan. IYA, GUE.

Tapi kalian nggak tau aja sebenernya apa yang beliau mau juga gue kasih-kasih aja. Mau beli mainan apa juga boleh, mendadak mau beli ini itu juga beli-beli aja. Sebenernya ya bebas-bebas wae (kecuali tato -______-), cuma memang harus tanya gue dulu mahahahahah.

Kenapa coba? Karena sebelum ketemu gue hidupnya berantakan. HAHAHAHAHA. Nggak awut-awutan level mabok-mabokan lol tapi uang-uang entah kemana. Gaji padahal berkali lipat dari kini tapi nggak pernah punya tabungan, sementara cicilan rumah udah jalan dan tiap bulan selalu punya utang kartu kredit!

Pacaran sama gue, utang kartu kredit lunas semua, uang teratur, cicilan kebayar, masih dapat jajan. Makanya hingga sekarang, gue yang pegang uang.

Itulah gengs, selalu ada alasannya ialah di balik suami-suami yang tampak takut istri. 

Meskipun gue yakin ada juga sih yang takut beneran lol. Antara takut atau males aja lantaran jika dikonfrontir nanti istrinya ngomel panjang lebar berhari-hari dan malah jadi nggak hepi. Kaprikornus ya sudah diam. Diam bukan berarti takut, cuma nggak mau jadi duduk kasus aja.

*JG kau nggak begini kan, hah?*

Itu poin pertama. Yang kedua yang nggak gue banget ialah pamer kemesraan berlebihan dan too much info dengan screencap percakapan WhatsApp atau pembicaraan mereka. Mungkin om MT hanyalah Anya di masa depan wtf.

Ini udah pernah gue bahas di #SassyThursday yang PDA yay or nah. Gue sih ayo-ayo aja ciuman di mall lol tapi nggak upload chat mesra juga keles. Karena jarang chat mesra seringnya chat bego tidak penting muahahahhahaha. Nggak lah, hal-hal yang eksklusif ya sudahlah untuk pribadi.

Orang bilang beliau trying too hard kan untuk nunjukkin jika beliau nggak kenapa-napa sama istrinya. Tapi jika beliau nggak begitu orang juga akan mikir jika "ciee om MT berantem ya sama istrinya". Gimana dong serba salah.

Dan meskipun beliau tampak vulgar dan mengatakan semuanya. Banyak juga yang kita nggak tahu kan. Dia pilih apa yang akan beliau bagikan dan beliau menentukan itu.

Kaya orang bilang ke gue: "kok hidup lo semua ditulis banget sih? Gue sih orangnya menghargai privasi banget makanya gue nggak blogging"

Wahahahaha sebenernya gue juga begitu kok. Gue dan JG justru private banget, nikah aja males bilang-bilang. Lahiran aja nggak bikin status telah lahir blablabla. Nama lengkap Bebe aja hingga kini nggak pernah dipublish di internet apalagi dibikin hashtag.

Lagi makan di mana nggak pernah upload foto, lebaran pun nggak upload foto keluarga. Ada hal-hal yang mau gue share dan ada hal-hal yang mau gue simpan sendiri.

Gue nggak duduk kasus sama sekali sama kalian yang senang upload segala pelik kehidupan, ya gimana gue juga ngefans sama banyak banget anak blogger hingga tau nama lengkap dan Chinese namenya *melirik Dashiel dan Fighter Tiah* lol. Biasa aja liatnya nggak jadi sebel atau apa, tapi jika ada orang bilang gue orangnya share too much, ih berarti nggak merhatiin amat. Hahaha.

Kaprikornus yah intinya, apa yang kita liat di internet dan simpulkan sendiri itu hanya asumsi, dan perkiraan itu berbahaya lantaran leading ke fitnah.

Sekian dan terima transferan ke akun Jenius gue ya $annisast.

*ini nggak sponsored post cuma nebeng nitip link sponsored post lol*

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Wacana Berteman


Ini ialah penentuan #SassyThursday teralot. Sampai jam 9 malem belum tau mau nulis apa alasannya ialah auk yang lagi rame di timeline apa hahaha. Pada ngomongin politik dan agama semua duh malassss. Akhirnya muncullah topik yang simpel ditulis dan hanya akan berisi kisah langsung belaka muahahahaha.

Gue sama Nahla gila banget, aneehhh banget sering terjadi kesamaan. Bukan cuma sama-sama abstrak alasannya ialah terobsesi nanas dan terong atau suka warna-warna dan watercolor tropical kinda things tapi contoh pikir suka sama hingga merinding gitu hahaha asliii ngeri parah.

Tapi di sisi lain kami berdua juga beda banget. Gue lebih vokal dan suka bersuara sementara Nahla lebih pendiam. YESSS NAHLA PENDIAM, GENGS. Makara kali ini kami mau share bagaimana introvert-nya Nahla dan bagaimana extrovert-nya gue. Nahla yang introvert tapi simpel curhat ke orang sementara gue extrovert tapi jarang curhat sama orang lol.

Baca punya Nahla:

Oke jadi jikalau yang udah pernah ketemu gue, niscaya taulah jikalau gue anaknya nggak pemalu hahahaha. Kalau gue diem artinya lagi nggak mood banget (mungkin lagi mens lolol). Gue tipe yang nyapa orang duluan, say hi, sok akrab, dapat menginisiasi percakapan lebih dulu. Dan kebetulan JG juga orangnya gitu. Bisa di parkiran tau-tau lagi ngobrol sama orang kaya bersahabat banget padahal nggak kenal dan cuma tanya-tanya motornya.

Gue juga gitu. Gue tipe yang memuji sepatu mbak-mbak yang nggak gue kenal tapi sama-sama ngantri beli Chatime wtf. Gue tipe yang mengajak ngobrol semua anak kecil yang gue temui di toko mainan. Gue tipe yang memuji baju anak orang lain di dalem lift. HANYA KARENA PENGEN NGOBROL AJAH. HAHAHAHA.

Aku anaknya suka mengobrol. Kadang ada yang annoyed dan terganggu banget kemudian lempeng dan menganggap gue nggak pernah muncul di kehidupan dia. Tapi kebanyakan sih hepi ya, apalagi jikalau dipuji. Cih, dasar insan huahahaha.

Gue tipe yang berbasa-basi sama semua driver taksi. Gue tipe yang menanyakan hal yang sama berjuta kali pada supir taksi baik taksi modern ataupun konvensional "udah berapa usang jadi supir taksi pak?". Percakapan dapat berlanjut hingga gue tau anaknya pesantren di mana, istrinya kerja apa nggak, anaknya berapa, panjang lebar. Nggak kelar-kelar malah jikalau beliau ceritanya seru gue suka sebel alasannya ialah keburu nyampe rumah lol.

Tapi yah, sebenernya, temanku sedikit gaes. Yes, gue bukan social butterfly yang punya sahabat di mana-mana dan selalu punya orang untuk diajak nongkrong bareng. Gue bahkan nggak pernah nongkrong hahaha. Gue jarang sekali ikut reuni. Temen gue sedikit banget. Ini mungkin menjawab kenapa gue nggak duduk kasus nikah diem-diem hahaha.

Nggak tau ya, gue ngerasa semakin sedikit teman, semakin sedikit orang yang harus gue bahagiakan. Semakin sedikit harus menjaga omongan alasannya ialah takut si A tersinggung, takut bapaknya si B bete, takut emaknya si C sakit hati. Ya gue juga mikirin hal-hal kaya gini tapi semakin kecil circlenya, semakin bebas beropini lah haha.

Gue punya sahabat *NAHLA, I COUNT ON YOU* beberapa orang tapi ya udah itu aja. Nggak punya lagi hahaha. Dan semakin sampaumur gue semakin membedakan mana yang statusnya kenalan (cuma pernah kenal), mana sahabat (sudah berteman usang dan masih maintain good relationship), mana sahabat (ini yang gue curhatin), mana sahabat socmed (berteman, suka ngobrol, tapi di socmed doang).

Makara iya, sebaliknya dari Nahla, gue anaknya nggak simpel curhat. Sedikit sekali orang yang tau masalah-masalah gue. Gue cuma kisah duduk kasus gue ke JG. Mungkin alasannya ialah anak pertama ya, gue terbiasa untuk menuntaskan duduk kasus sendiri. Nggak pernah kisah ke orangtua juga alasannya ialah saya anak sehat tubuhku kuat. Anak berpengaruh menuntaskan duduk kasus sendiri. Curhat buat gue beda tipis sama ngeluh jadi berusaha dihindari.

Gue nggak bilang ini good things ya, tapi entahlah lebih nyaman kaya gini. Cuma segelintir orang yang tau jikalau gue punya masalah, imbasnya gue nggak drama alasannya ialah nggak perlu mikirin saran-saran orang lain. Gue cuma mau dikasih saran sama orang yang berdasarkan gue bener-bener penting. Ini makanya gue males curhat di socmed alasannya ialah siapa mereka hingga dapat ngasih saran ke hidup gue?

*sombong lu* *bodo amat*

Gimana sih katanya suka ngobrol tapi nggak punya temen terus ngobrol sama siapa? Iya memang sukanya ngobrol sama orang gres alasannya ialah orang gres itu menarik banget. Banyak hal-hal yang kita nggak pernah kebayang sebelumnya. Btw jadi inget mau bikin series gres soal kisah bersama driver taksi online. NANTI YAAAA.

Kalau sama sahabat-sahabat dan handai taulan sih kadang curhat meski seringnya sih gue yang dengerin mereka curhat kemudian ngasih saran-saran semacam gue ini paling bener aja hidupnya. *maap gengs lol* Tapi gue seneng sih memberi saran dan menganalisis orang.

Saking seringnya ngobrol sama orang, gue dapat menganalisis orang dari CHATNYA. Apa beliau nulis sambil marah? Apa beliau bohong? Apa beliau becanda? Apa beliau ngetik sambil ribet?

*

Apalagi ya.

Oiya saking gampangnya Nahla kepancing gue kadang suka kasian sama beliau alasannya ialah anaknya inosen banget lol. Kan serem ya tau-tau kisah apa gitu ke orang yang nggak terlalu kita percaya. Gue sih justru menghindar kisah langsung DENGAN BERTANYA CERITA ORANG HAHAHA.

Daripada gue kisah hidup gue, mending gue tanya-tanya orang dan dengerin kisah hidup dia. Makara apakah saya beneran extrovert? HAHAHAHA. Aneh banget saya extrovert yang tidak simpel curhat sementara Nahla ialah introvert yang simpel curhat. Mungkin banget ini ada teori psikologinya cuma gue sama Nahla aja yang nggak ngerti dan menganggap ini gila lol.


Udah sih. Kalau kalian gimana? Geng saya apa geng Nahla nih? Apa nggak dua-duanya?

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Foto Makanan


Videonya sih agak nggak nyambung ya berdasarkan gue. Dari pertanyaan "Pernah pamer masakan demi like dan komentar di media sosial?" hingga di selesai mereka mengajak menghargai makanan. Emang jika difoto, masakan itu jadi nggak kita hargai gitu? -________-

Intinya kita harus menghargai masakan dengan tidak memotretnya (?) sebab masih banyak "kaum" yang makannya hanya dengan nasi+telor, nasi+tempe, bahkan nasi+garem+bawang goreng. Bahkan ada yang makan telor sebab sedang ulang tahun.

Videonya ditonton hampir 1,5juta kali dengan 50k shares. Sakses lah kan emang tujuannya cuma bikin viral video bukan mau membuatkan pesan. Ya gimana pesannya juga nggak ada lol.

Yang heboh justru komentar orang yang share sebab merasa tersentuh dengan videonya. Di timeline gue banyak yang merasa tersindir lalu "nggak-nggak lagi deh foto makanan" hingga "untung gue nggak pernah foto makanan".

Luar biasa hingga bikin orang mikir 2x untuk posting foto masakan dan bisa mengambil laba sebab nggak pernah foto masakan (?). Untung kenapa jika nggak pernah foto makanan?

Gue nulis gini bukan sebab kesindir ya sebab GUE NGGAK PERNAH FOTO MAKANAN. Hahaha. Bisa dicek Instagram gue @annisast, nggak ada foto masakan sama sekali. Kenapa?

Pertama, gue nggak talenta foto masakan apalagi jadi food blogger, lupa mulu. Pasti keburu pribadi dimakan padahal udah niat mau review restoran. Ya gimana mau review jika makanannya habis duluan. Kurang amat review restoran nggak ada foto makanannya.

Kedua, meennn foto masakan juga karya seni. Sama susahnya kaya motret #minimalismscene di IG (JG lagi di ajaran ini btw, check his feed @jago_gerlong). Gue sering foto masakan tapi nggak jadi diupload sebab kok nggak cantik ya? Kok nggak menggugah selera ya? Kok gelap? Kok nggak menarik?

Iya sesusah itu.

Tapi gue nggak jadi merasa terganggu juga sama orang yang foto makanan, terutama yang fotonya memang cantik dan artistik. Gue malah mengagumi hasil fotonya. Kadang kabita ingin makan juga, tapi seringnya nggak peduli sebab banyak juga foto masakan indah tapi makanannya gue sebenernya nggak suka.

Banyak juga orang super kaya foto masakan yang seumur hidup kayanya nggak bakal bisa gue makan sebab entah belinya di mana muahahahah. Ini tipe-tipe rich kids of Instagram yang ke mana-mana pake jet pribadi padahal umur masih 18 tahun. Apa gue jadi iri dan pengen masakan mereka? Nggak juga. Apa mereka jadi nggak menghargai masakan sebab jika pengen sushi, mendadak suruh nelayan mancing di bahari terus chefnya dibawa ke rumah sementara gue makan Sushi Tei aja udah bahagia? Nggak juga kan?

Banyak juga ibu-ibu yang foto masakan terus share resep dan jadi ide bagi ibu-ibu lainnya. Dari foto masakan hari ini hingga foto bekal buat suami dan anak.

Dan gue nggak dapet sama sekali maksudnya "ayo lebih menghargai masakan dengan tidak memotretnya". Kenapa sebab difoto, kita jadi nggak menghargai makanan? Yang penting bersyukur aja ya nggak? Kecuali makanannya sambil diinjek atau didudukin gitu gres nggak menghargai. Atau makannya nggak habis dan dibuang-buang gitu gres nggak menghargai. Kalau difoto doang mah ah elaahhh.

Iya iya, banyak orang yang susah makan, tapi nggak ada hubungannya sama orang yang hobi food photography atuh. Zaman kamera belum ditemukan aja niscaya udah ada orang yang susah makan mah.

Tapi ya udah diliat sisi positifnya (masih ada sisi positifnya, saya anaknya kasatmata sekali) yakni mengingatkan jika banyak orang yang makannya menunya nggak variatif jadi bantu lah lebih banyak orang. :)

Gue sih naker orang aja dari komentar yang share muahahahha. Oh share begitu, oh praktis terpengaruh sama video semacam itu yang padahal nggak ada isinya. Oohh. *manggut-manggut* lolol

Udah ah.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Abusive Relationship


HAI SEMUANYAAAA!

Gimana minggunya? Sudah bersih-bersih timeline? Atau malah sudah higienis kaya saya dan cenderung adem aja alasannya dibersihkan perlahan semenjak dulu? Lol Ada satu dua terlewat ya harap maklum. Baca dulu dong di sini soal unfollow dan unfriend. Kali ajaahhh mau baca hahaha.

Oke alasannya timeline ahad ini nggak ada yang menarik, saya sama Nahla agak galau memilih topik. Soal demo aduh nggak deh ya enough is enough. Soal Trump ternyata banyak yang nggak peduli juga padahal topiknya dapat dibikin mirip. Rasis dan anti Islam banget itu orang, macam FPI banget lah cuma beda agama yang “dimusuhi” aja. *sigh*

BTW blog ini memang labil antara “gue” dan “saya”. Kadang ada topik ringan yang lebih cocok pake lu-gue dengan gaya bahasa santai alasannya saya menganggap itu topik dialog dengan sobat sebaya. Tapi ada juga topik yang butuh bahasa lebih serius. Saat itulah goresan pena saya lebih serius dan saya memanggil diri sendiri dengan saya.

Sama ibarat di kantor jikalau lagi makan siang bareng sama temen ngomongnya lu-gue kan, tapi pas meeting niscaya minimal jadi “aku”. Nggak pake lu-gue lah di meeting alasannya topiknya serius.

OKE SKIPPPP. Kali aja ada yang galau kenapa #SassyThursday tiba-tiba tampak serius lol. Karena topiknya kali ini memang serius. Abusive relationship. Duh nulisnya aja sedih. :(

Baca punya Nahla di sini:

Apa yang ada di benak kalian jikalau mendengar kata abusive relationship? Kasar main fisik tentu saja, tapi sebenernya abusive relationship kan lebih dari itu. Kata-kata juga dapat jadi sangat abusive.

Kemarin Nahla ngasih saya link ihwal cewek namanya Hanna. Dia cari korban di internet untuk dijadikan pacar dan selanjutnya dibully! Pokoknya cowok-cowok itu dibikin tergila-gila sama si Hanna ini terus diminta melaksanakan perbuatan aneh-aneh. Kaya ada satu perjaka yang diminta cukur rambut dan alis hingga botak. WHY?

Terus si Hannanya lempeng aja “cuma pengen liat aja lucu apa ga”. Terparah ada perjaka yang hingga masukin kepala KE KLOSET terus klosetnya di-flush. Karena disuruh si Hanna. WHY GOD WHY.

Para pelaku juga biasanya suka mengancam “kalau kau tinggalin aku, saya mau bunuh diri aja”. Kaprikornus si korban merasa takut beneran bunuh diri terus gimana? Kaprikornus terjebak deh.

Saya sendiri belum pernah mengalami abusive relationship sih. JG is super annoying when he is angry but yah, marahnya juga jarang-jarang sih meskipun sekalinya murka astaga bikin murung luar biasa. T______T

Ada temen Sekolah Menengan Atas saya yang pas kuliah pernah punya pacar model abusive begini. Kaprikornus mereka LDR terus si pacar suka drama gitu. Kalau temen sayanya nggak dapat dihubungi, beliau dapat nangis-nangis drama terus nyilet-nyilet tangan. Errrr. Tiap mau diputusin ngancem bunuh diri. GIMANA DOONGGG.

Dan sedihnya, banyak yang nggak sadar jadi korban abusive relationship. Kalau cewek-cewek biasanya alasannya mereka udah ter-brainwashed jikalau mereka nggak berharga. Semacam tertanam di otaknya jikalau putus/cerai maka hidup mereka akan selesai. Si pacar/suami ibarat menekankan jikalau cuma mereka yang mau jadi pasangan si cewek. KASIAN.

Kalau versi perjaka biasanya alasannya mereka merasa tertantang. Duh ini cewek lemah banget jadi saya harus melindunginya. YAKALI. Padahal si perjaka di-abuse gitu, diminta melaksanakan hal nggak masuk akal, atau dikata-katain terus pake kalimat-kalimat yang nggak lezat didenger.

Para pelaku juga nggak segan untuk menjelek-jelekkan dan berkata agresif soal keluarga kita. Sedih ya. Mereka juga biasanya super protektif, posesif lah gitu. Hubungan kaya gini nggak sehat banget sebaiknya diakhiri sajaaaa. Kaya pengalaman anak magang di kantor saya namanya Kenneth. Dia pernah dongeng soal abusive relationship-nya di sini. Judulnya Confessions of a male victim of relationship abuse.

YANG MALES BACAAAA I KNOW I KNOW *huft* Ini bab yang ingin saya highlight:

I was emotionally abused and insulted for almost the whole time that I was in that relationship. Every time an argument came up, I would be cussed at and made to feel emotionally broken. I allowed this person to dominate me and it caused me to accept the things she said as reality and convince myself that it was normal to be treated this way in a relationship.

I kept telling myself that this is what I deserved. Because I loved her, it was better for her to do it to me than to anyone else in her future. No matter what happened, I stopped caring about how I felt.

Kenneth ini anaknya agak gemuk dan ternyata dulu beliau kurus! Dia makan dan nggak peduli sama kesehatan alasannya stres sama pacarnya. Dan cewek ini mulai maki-maki dan bahas soal tubuh beliau yang menggemuk. Sampai jadinya beliau memutuskan untuk berhenti alasannya sadar hubungan ini tidak sehat. Kalau kalian mencicipi hal yang dirasakan Kenneth, ayo bergerak! Ayo mulai bicara!

Menurut saya pribadi sih (nggak tau ilmiahnya gimana) sifat abusive ini nggak menempel selamanya loh. Ada model yang abusive alasannya kebetulan pasangannya praktis di-abuse. Ada juga yang pas ganti pacar, nggak pengen meng-abuse. Kaprikornus emang nggak dapat diterka banget. Banyak dongeng model begini nih “kok pas pacaran sama gue beliau freak banget pas pacaran sama lo kok beda?” Itulah, sikap orang memang bergantung sama siapa yang dihadapinya.

Buat yang masih pacaran, pacar model begini jangan dinikahin! Itu udah warning banget. Kamu nggak akan dapat mengubah seseorang alasannya pernikahan. Percayalah.

Buat yang udah nikah dan suami atau istrinya abusive? Duh saya nggak tahu harus bilang apa alasannya seharusnya ini sih dihindari. Ada yang hingga harus rutin terapi loh alasannya sifat abusive ini, saking bahayanya dan di luar kontrol.

Kaprikornus ya, sebisa mungkin tau aksara pasangan sebelum dipacarin atau dinikahin. Soalnya banyak yang di depan umum sangat manis, tapi dikala tidak ada orang beliau pribadi berubah jadi sangat kasar.

Ayo mulai bicara. Ayo mulai berkomunikasi. Kalian lebih berharga. Ayo selamatkan ijab kabul sebelum dimulai.

*btw di tulisannya Nahla lebih detail ihwal bagaimana biasanya orang dengan abusive relationship* DIBACA YAAAA.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Kenapa Tidak Lambe Turah?




BAHAHAHAHAHAH BAHASAN PENTING ABAD INI. Oke jadi gue sama Nahla emang di satu sisi suka banyak sama gitu tapi di sisi lain beda banget juga. Kaya kesukaan ia sama anime, i have no idea. Dan yang terbeda, soal ia dan lambe turah lolol.

Baca punya Nahla:

Iya gue nggak follow lambe turah dan satu pun akun gosip di Instagram. Tadinya gue biasa aja, hingga Gesi nulis soal lambe turah dan gue merhatiin trit ia di Facebook KEB. Deym, gue doang yang nggak follow ternyata HAHAHAHAHAHA.

Nahla follow banget!

Dia bahkan ngasih gue beberapa akun untuk difollow kaya lambe turah dan jeng kelin apa gitu lupa. Terus sepakat gue coba follow. Kemudian ... gue unfollow lol. Simply alasannya yakni FOTO YANG DIUPLOAD ELEK. Gue kan anaknya visual banget, gue mau feed Instagram indah dan bukannya screencap-screencap begitu. *remeh*

Ini bukan humble brag (kaya yang dibilang mbak Jihan lol). Gue nggak merasa lebih apa gitu alasannya yakni ga follow lambe turah. Apalagi konteksnya Gesi adalah, ia habis waktu di lambe turah hingga tidak ada waktu baca berita. Iya gue baca gosip (ya gimana kerja di kantor gosip lol) tapi gue tetep follow kok artis-artis di IG, yang fotonya anggun aja hahahahaha.

Kenapa sih nggak follow? Kan seruuuu!

Oke pertama. Karena gue lelah sama gosip artis lokal. I mean it. Gue dulu di kantor usang emang pegang KPop, tapi sebulan sekali selama seminggu penuh, gue harus piket pagi atau piket malam dan piket weekend. Dan itu gue ngerjain semua gosip entertainment termasuk gosip artis lokal. Semingguan (kalau piket pagi-malem) dan dua hari penuh (kalau piket weekend). 

Gue pernah ada di dapur infotainment and judge me, it was SUPER fun. Tanya gosip artis lokal, Korea, dan Hollywood tahun 2011-2013 gue hafal semua. Gue tau detailnya mana yang beneran mana yang nggak, mana yang settingan mana yang beneran.

Sampai balasannya pindah kantor dan waawww ternyata hidup hening ya tanpa tau si anu mau cerai kek, mau ganti pacar sebulan 3x kek, mau bawain suami orang makan siang kek. Turns out it's none of my business at all 😂😂😂. *telat sadar* lol
*Intermezzo, makanya pas kemarin Sandra Dewi nikah dan belum dewasa kantor heboh ngomongin, komen gue adalah: oh dulu pacarnya bukan itu 😂. Pengetahuan artis lokal gue berhenti di 2013.*

Gue masih mau kok denger jikalau orang pada kisah si anu lagi begini loh. Oyaaa? Gimana gimana? Dengarkan ceritanya terus paling baca-baca dikit terus udah. Bukan kebutuhan hari-hari lol. Apalagi hingga harus merusak timeline IG HAHAHAHA.

Makara kan ini duduk perkara preferensi ya. Apa yang mau gue baca dan apa yang nggak mau gue baca. Begitu pula dengan kalian.

Dan lagi, gue nggak punya tv di rumah jadi kadang suka nggak tau nama artisnya. Nggak nonton sinetron pun, tau Prilly aja dikasih tahu Nahla dan shock abis pas tau followersnya jutaan di IG.

Jangan khawatir, gue juga bukannya baca gosip terus kok. Tau sendiri gue bacanya BuzzFeed HAHAHAHAHA. Dan gue ngikutin banget gosip YouTubers dan blogger. YouTubers lokal sih teuteup taunya dari Nahla jikalau YouTubers internasyenel kam memang masuk portal gosip ya. Kalau gosip blogger (terutama blogger Spore dan Malaysia) gue kadang hingga kepo ke mana-mana, ke gurugossiper hingga emak bapaknya adiknya segala gue follow deh hahahaha. See, cuma beda orang yang dibahas aja kok.
Satu alasan lagi selain kelelahan pernah kerja jadi wartawan entertainment, gue menjaga hati. Ahem.

Taulah ya, yang di-upload di IG dan di dunia konkret kadang beda. Di IG mesra banget sama istri, padahal kata akun gosip mereka selingkuh.

Pertanyaan gue: kenapa atuh nggak percaya aja sama apa yang mereka tampilkan di IG eksklusif mereka?

Karena gue pun merasa demikian, gue ingin dipercaya orang atas apa yang gue upload di socmed. Gue kaya nggak mau juga ada orang ngorek-ngorek hidup gue, hal-hal yang seharusnya tidak dibagi lalu malah jadi pembicaraan orang. Kasian gitu rasanya.

Tapi kan mereka public figure! Hidup mereka milik publik!

Alah itu mah ala-ala aja semoga ada alesan untuk ngorek dapur orang ya nggak? Dan nggak naif lah, itu kan urusan rumah tangga orang huhu. Aku siap jadi seleb jadi saya juga tidak mau rumah tanggaku diurek-urek orang huft. 😪

Makanya perhatiin deh di #SassyThursday, gue nggak pernah sebut nama orang. Gue kaya mikirin gitu jikalau nanti anaknya googling gitu terus baca opini gue dan opini gue sampah padahal gue cuma tau sepotong-sepotong dari akun gosip gimana. Terus mereka sedih. Makara gue nggak sebut nama semoga nggak dapat di-search. Iya, gue sepemikir itu lol.

Apalagi yaaa.

Inget loh, Lambe Turah ini nggak verifikasi beritanya jadi tolonglah jangan percaya 100%. Menurut gue loh ya ini. Ya udah gitu aja.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Kritik Tanpa Karya

 Apa cuma circle rapper berawalan Y berakhiran X doang #SassyThursday: Kritik Tanpa Karya
Sudah berkarya apa hari ini?

BAHAHAHAHAHA.

Abis akhir-akhir ini banyak yang bilang "kritik doang lo, nggak punya karya!" Eh banyak nggak yang bilang? Apa cuma circle rapper berawalan Y berakhiran X doang? LOL

Ya pada dasarnya banyak yang berprinsip, nggak usah dengerin orang lain yang nggak punya karya, mereka nggak berhak ngritik karya lo!

EMMM NGGAK GITU JUGA SIH YAAA.

Baca punya Nahla:

Oke karya lo banyak, lo terkenal, uang lo banyak, terus lo jadi nggak mau dikritik sama rakyat? Men, nggak masuk sih sama logika gue.

Maksud gue, komentator bola nggak mesti andal main bola kan? Lah elu-elu yang hobinya maki-maki pemain bola dan kritik "aarghhh harus begini harusnya begitu". Apa lo andal main bola? Nggak kan? Si komentator bola karyanya naon?

Atau desainer. Ada desainer yang aduh bajunya nggak banget. Terus apa lo harus punya karya dulu di bidang fashion design gres sanggup kritik si desainer? Nggak kan?

Nggak perlu andal main bola untuk jadi komentator bola ibarat juga nggak perlu jadi desainer untuk mengkritik desain orang lain.

Karena apa? Karena ada yang namanya penikmat.

Iya, penikmat gamelan boleh dong kritik orang yang main gamelan off beat misalnya. Padahal si penikmat mah sehari-hari juga pegawai biasa, nggak punya karya apa-apa. BOLEH KAN?

Dan ingat lagi, kalian berkarya untuk siapa? Untuk fans kan? Untuk penikmat karya kalian kan? Kalau fans kalian nggak punya karya juga masa nggak boleh kritik. Ya bolehlaahhh.

NOTE PLEASE NOTE:

Kritik itu BISA berdasar teori dan JUGA BISA berdasar selera.

Kalau lo punya teori, rap Yanglek (duh kesebut 😪) di majalah Hai nggak sesuai sama teori syllables di rap, terus lo kritik ia itu fair.

Kalau berdasarkan selera, kalian yang emang ngefans sama Yanglek kemudian mungkin ngerasa nggak perlu kritik.

Kalau berdasar selera, kalian yang sukanya musik melayu ya mungkin sanggup kritik juga dengan lagu apa deh kok isinya ngabsen properti di kantor doang?

Nangkep kan?

Oke referensi lain, Diana Rikasari atau Jeremy Scott yang selalu colorful dan tabrak warna. Plus glitter dan sequin sana-sini.

(Misal) secara teori busana, duduk kasus banget tabrak warna atau tabrak motif jadi mereka banyak dikritik.

Tapi jikalau pake selera gue dan JG, sepatu dikasih sayap dan baju warna-warna neon itu lucu-lucu aja seru jadi nggak perlu dikritik.

Tapi jikalau pake selera orang yang lebih kalem mungkin nggak cocok juga. Ya kan. Malah mungkin mereka stres atau sakit mata lol.

*btw teori busana gue pake "misal" alasannya yaitu entah ada nggak teori begitu?*

TAPI! Sebelum kritik itu baiknya memang punya knowledge cukup yaaa. Minimal memang penikmat lah kaya yang gue bilang di atas. Menurut gue loh yaaa. Karena jikalau tiba-tiba kritik tanpa punya knowledge itu biasanya suka terlihat ndeso huhu.

"Gue seneng foto si A dan si B, sering ke festival foto plus hafal banget fotografer yang notable di seluruh dunia, foto gue nggak bagus-bagus amat tapi gue ngerti lah foto anggun itu kaya gimana. Nah berdasarkan gue foto lo itu overexposure."

Misalnya loh yaaa itu.

Kecuali lo beneran nggak ngerti tapi pengen berpendapat aja, itu juga ya boleh tapi baiknya pake pengantar "gue nggak ngerti fotografi sih, tapi berdasarkan gue foto-foto lo overexposure".

*Padahal mah emang tone Instagramnya memang over dan white gitu hahahaha.*

Makara dengan demikian, nggak punya pengalaman politik juga boleh dong kritik pejabat negara. Tapi pastikan dulu tau kronologi, tau keseluruhan kisah dari sumber terpercaya yaa.

Abis melihat kondisi timeline, banyak yang ngotot padahal nggak tau kronologi. Huhu. Banyak yang nggak tahu kisah utuh. Apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, bagaimana. Harus tahu dulu semua poin itu gres debat yaa. Kalau nggak tau terus ngotot itu tidak baik, cari isu dulu sebanyak-banyaknya dari banyak sekali sumber. Tabayyun kan, olrait?

Makara pada dasarnya jikalau ada yang kritik mah terima aja lah. Nggak perlu jadi rempongin yang kritik apalagi di depan umum. Serah yang kritik dong mau bilang apa. Mau ia kasih solusi mau ia kritik doang. Mau ia punya karya atau nggak alasannya yaitu kritik dan punya karya itu nggak selamanya berhubungan.

Tinggal gimana kitanya aja menyikapi kritik. Sikapi kritik sanggup dengan:

1. Diamkan alias akal-akalan nggak baca.
2. Bilang terima kasih.

Nah, kritiknya diterima dan diwujudkan sebagai sesuatu lagi mah urusan kita, bukan urusan yang kritik. Paling dibilang bebal jikalau kritik mulu tapi nggak berubah mah. Tapi masa sihhh ada orang yang udah dihujat sedunia masih nggak mau mikir dikit mah lol.

Btw ini goresan pena banyak referensi amat ya hahahaha monmaap pemirsa!

PS: No, gue bukan haters bang rapper. Malah kemarin respek denger kisah sukses ia yang inspiratif. Tapi kemudian ilfeel jikalau hingga ngedissed senior di publik sih. Hiks. Dan serah juga ia mau ngapain cuma gatel aja sama quotenya ia kurleb "yang kritik juga nggak punya karya" maka itulah cikal bakal goresan pena ini hahaha

See you next week!

Detail ►

#Sassythursday: Catcalling



Iya, ini terinspirasi oleh post mas Arman Dhani di bawah soal pengalaman paling merendahkan yang dialami wanita di jalan. Membacanya saya sedih, duka sekali.



Hampir 5 tahun di Jakarta, saya tidak naik kereta, naik angkot pernah beberapa kali, naik Kopaja gres 2 kali. Iya sih naik TransJakarta dulu tapi bukan rutinitas (sesekali saja alasannya ialah kost deket kantor). Jarang sekali jalan sendirian, niscaya bersama sobat alasannya ialah saya penakut.

Baca punya Nahla:

Mungkin terakhir saya di-suit-suiti orang itu dikala Sekolah Menengan Atas alasannya ialah Sekolah Menengan Atas saya akrab pasar, catcalling jadi menyerupai sudah biasa. Malah terparah dikala ada exhibisionis pamer kemaluan di depan siswi-siswi yang lewat. Saya tidak di sana tapi teman-teman saya ketakutan sekali, mereka melapor pada guru.

Saya juga pernah mau pergi les berdua dengan sobat saya, wanita juga. Turun dari angkot, saya dan sobat saya masih harus berjalan sekitar 500 meter menuju tempat les. Padahal jalan ramai, tiba-tiba kami "dikepung" oleh mungkin sekitar 10 - 15 anak Sekolah Menengan Atas lain. Kami tidak kenal mereka, mereka bukan siswa tempat les kami.

Semua laki-laki. Mereka tidak menyentuh namun mereka berjalan bersama kami dan tertawa-tawa mengintimidasi. Mengobrol seolah kami tidak ada di tengah-tengah mereka.

Mereka benar-benar ada di sekeliling, jalan cepat pun tidak sanggup alasannya ialah beberapa orang sengaja berjalan lambat sangat akrab di depan kami. Pasrah, mau berlari pun sudah lemas duluan. Saya dan sobat saya saling menggandeng tangan kuat-kuat alasannya ialah sungguh takut sekali. Takut salah satu di antara kami ditarik pergi. 😣

Tapi menjelang tempat les yang sangat sangat ramai dan banyak orang yang kami kenal, mereka perlahan menjauh. Sampai jadinya tau-tau kami berjalan berdua lagi. Teman saya sudah hampir menangis, saya pun shock berat alasannya ialah tidak sanggup mencerna tadi itu maksudnya apa. Kenapa kami diperlakukan menyerupai itu?

Bertahun-tahun kemudian saya gres sadar bahwa oh mungkin mereka hanya iseng. Melihat dua wanita berjalan kemudian ingin menunjukkan power, ingin mengintimidasi. Entah apa yang didapat dengan melaksanakan hal tersebut. Bangga mungkin? Senang? 😕

Makara yah, pengalaman saya direndahkan di jalan sudah usang terjadinya. Karena kebetulan tempat rumah saya kini Islami sekali. Ada yang nongkrong di warung tapi berbaju koko dan sarung, sekadar mampir pulang salat di mesjid. Panitia 17 Agustusan pun dress code-nya tetap baju koko. Makara jikalau jalan sendirian, tidak ada yang catcalling juga.

Saya juga bertanya pada JG dan berdiskusi soal point of view beliau soal catcalling ini. Pertanyaan saya yang paling utama "kenapa harus suit-suitin cewek sih?". Kata JG "nggak tau ya, saya nggak pernah suit-suitin cewek di jalan tapi mungkin alasannya ialah mereka menganggap cewek yang lewat itu cantik."

Kemudian saya sebel banget alasannya ialah masa alasannya ialah elok doang sih! Dan JG tetep beropini "serius deh, jikalau nggak dianggap elok nggak akan dipanggil-panggil kok."

Duh tapi alasan "cantik" itu sungguh sangat sialan sekali alasannya ialah elok kan duduk perkara selera. Kalau itu alasannya pantas saja apapun bajunya, terbuka atau tidak, disuit-suitin mah tetep ya kan? Pantes jilbab sudah lebar, baju sudah longgar pun tetap disuit-suitin "assalamualaikum bu haji". 😠

Ada juga yang beralasan "ceweknya yang minta disuit-suitin" what! Itu serendah-rendahnya pria banget, beranggapan mereka sedemikian gampang tergodanya hanya alasannya ialah itu cewek dianggap cantik? Dan mereka berharap itu cewek gembira gitu disuit-suitin? Rendah sekali harga perempuan!

Makara harus bagaimana? Apa wanita harus menutup diri hingga wajah? NO! Laki-laki yang harus diajari menghargai perempuan.

Mungkin ini jadi terdengar klise alasannya ialah aneka macam yang bilang demikian kan, tapi memang benar! Kita terlalu sibuk meminta anak wanita kita menjaga diri hingga lupa bahwa anak pria kita harus diajari untuk menjaga perempuan. Untuk menghargainya, untuk tidak pernah merendahkannya.

Saya sendiri merasa demikian, mungkin alasannya ialah stigma yang terlalu berpengaruh menempel saya sering sekali berpikir "kayanya jikalau anak gue cewek, gue sanggup jantungan, untung anak gue laki." Karena saya berpikir jalanan sungguh tidak kondusif untuk perempuan.

Padahal punya anak laki-laki, peer besarnya ialah bagaimana beliau sanggup mengerti kiprahnya sebagai pria dan ini harus ditanamkan semenjak kecil. Bahwa tidak main garang dengan ibu, tapi boleh dengan appa. (main garang = gulat atau tindih-tindihan).

(Baca: Mengajarkan Gender pada Balita)

Yang paling penting juga adalah, bagaimana nanti Bebe harus melihat wanita equally. Dia dihentikan melihat wanita sebagai kaum kelas dua yang kerjanya hanya masak di rumah. Dia harus sanggup masak, harus sanggup melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dulu selalu disebut sebagai "pekerjaan perempuan".

Cara terbaiknya ialah dengan memberi contoh. Sampai kini Bebe mengasosiasikan masak dan ke pasar itu ialah kiprah appa, bukan ibu. Dia tau ibu sanggup masak alasannya ialah sering main masak-masakan sama saya tapi jikalau ada orang masak beliau selalu bilang "masak menyerupai appa". Itu teladan yang paling kecil sekali.

Berikut-berikutnya ya saya selalu menekankan hal-hal apa yang dihentikan dilakukan pada perempuan. Selalu saya tes dengan nama teman-temannya di daycare, apakah si A perempuan? Apakah si B laki-laki? Dia mulai sanggup membedakan bahwa teman-temannya yang pria lebih suka lari-lari sementara temannya yang wanita lebih suka memeluk boneka. Hal-hal menyerupai itu.

Mengapa dari usia sekecil ini? Karena saya takut terlambat. Berita anak SD sudah mengerti memperkosa menyerupai itu sama sekali tidak masuk pada budi saya, tapi itu terang jadi alarm bahwa tidak perlu menunggu usia tertentu untuk mengajari anak pria menghargai anak perempuan.

(Baca: How are we gonna raise our kids?)

Kembali ke catcalling, sungguh saya tidak melihat solusi instan dan urusan ini. Pendidikan harus merata, pengangguran harus diberantas jadi tidak banyak yang nongkrong tidak terang di pinggir jalan. Pendekatan agama juga seharusnya sanggup menjaga.

Katanya sanggup dilaporkan ke polisi, oh tentu lapor saja sih bisa. Ditindaklanjuti tidak? Belum tentu, lha wong kecopetan atau kemalingan di tempat kos aja entah tidak lanjutnya bagaimana. Apalagi catcalling, dianggap serendah-rendahnya harassment. But still, it's a harassment.

Kita harus bagaimana? Ada yang punya ide? Atau ada yang mau bercerita pengalaman catcalling juga? Komen di bawah yaaa.

-ast-

BTW Nahla lagi ikut competition. Dia bikin video soal bagaimana hidupnya harus sanggup di-switch jadi 6 peran. NONTON YA! Makasih banget jikalau sekalian mau like, komen, dan share!

Detail ►

#Sassythursday: Gampangnya Ribut-Ribut

gara reaksi orang atas press release Sari Roti jadi kepikiran betapa gampangnya social med #SassyThursday: Gampangnya Ribut-ribut

Iya ini gara-gara Sari Roti. EH NO, gara-gara reaksi orang atas press release Sari Roti jadi kepikiran betapa gampangnya social media ribut.

Banyak yang memang komplain dan menyuarakan pendapat. Tapi banyak juga yang sekadar "eh nulis status ini deh soalnya lagi rame supaya nggak ketinggalan". 😂

Baca punya Nahla:


Bukan cuma urusan Sari Roti ini ya, tapi keributan ini sering banget terjadi! Banyak banget hal yang sebenernya mah nggak perlu diributin sedunia maya eh tapi kok viral juga.

Saya sih kan anaknya kan selalu membanggakan anti mainstream ya jadi orang heboh meme ibu berdaster atau heboh ngomongin topik tertentu. YA GUE NGGAK MAU IKUTAN LOL. Apa yang orang lain bicarakan maka itu yang akan saya hindari. Karena ... males aja sama-sama orang lain. 😂😂😂 #ohsomillennials

Pernah semacam test the water atau social experience gitu bikin ribut sih tapi sekali doang abis itu ya udah. Cukup pengen tau gimana cara ibu-ibu menanggapi isu yang lagi rame di socmed. Tadinya itu buat materi goresan pena tapi kok ya males mulai nulisnya lol.

Kenapa orang seneng banget ribut di socmed?

Biar eksis

Modal kuota doang udah bisa jadi bab dari sejarah. Ya siapa tau di Year in Review topiknya masuk trending topic kan besar hati dong "oh gue ikutan juga tuh ngetweet itu". Kadang nggak tau-tau amat juga masalahnya tapi nge-tweet dululah, bikin status dulu lah, apa susahnya sih supaya eksistensi di dunia maya tetap terjaga?

Karena terbaca banyak orang


... dengan mudah. Ya cyn jikalau mau rumpi sama ibu-ibu kompleks eksklusif kan mesti ketemu dulu. Ini jarak memisahkan eksklusif bisa rumpi. Dari sekadar komen-komen hingga judge rahasia dan dibawa ke WhatsApp group lol.

Hati-hati ada yang screenshot! WhatsApp group yang membernya lebih dari 5 orang sudah harus diperlakukan public sih lantaran kita nggak mungkin percaya banyak banget orang akan bisa menjaga rahasia. 😉

Karena bisa mikir panjang

Apalagi buat tipe yang nggak bisa diskusi atau initiate percakapan, status socmed bantu banget untuk buka topik.

Mungkin itu salah satu alasannya yakni banyak orang di socmed banyak omong luar biasa. Sindir sana-sini, berisikin komen orang, heboh di semua linimasa sementara pas ketemu di dunia faktual diam membisu. Ditanya aja jawabnya yes or no doang. Dih jikalau di socmed mikir dulu yaaa? Apa malah googling dulu? 😂

Karena membela sesuatu dan kita merasa orang perlu tahu standpoint kita

Yaiya dong orang zaman kini jikalau diam malah dibully. Kalau diam dianggap tidak punya pendirian. Padahal mah ya bisa aja punya cuma nggak mau bilang-bilang weee.

Setelah masalah Trump **KASUS** saya nggak percaya lagi kehebohan di dunia maya. Gimana nggak, kemarin itu semua media like SEMUA MEDIA anti Trump. Mereka semua bikin artikel anti Trump dan apa pengaruh buruknya jikalau milih Trump, boro-boro berimbang.

Eh taunya menang lol. Kenapa coba? Karena ternyata banyak yang diam. Ini gres ketauan sehabis Trump menang dan mereka gres bilang jikalau selama ini mereka diam lantaran takut dibully. 😉

Ingin tahu siapa-siapa aja yang sepemikiran sama kita

Iya alias ngetes doang. Soalnya kadang banyak yang bikin speechless. Pendidikannya tinggi, kuliah mulu perasaan tapi terus share gosip hoax sambil ngotot. Ah elah. Gunanya apa sekolah tinggi-tinggi jikalau riset hoax apa bukan aja nggak mampu. 😩

*

Nah memang poin-poin di atas juga bisa jadi blunder. Bisa jadi mencerminkan kepribadian orang yang sebenarnya.

Kita bisa dengan simpel menakar kadar emotional intelligence seseorang dari cara ia menjawab komentar, dari cara ia menanggapi orang yang tidak sepaham. Dari cara ia curhat duduk kasus keluarga, mengeluhkan suami, cara ia bercerita soal tetangga.

Kita bahkan bisa tahu wawasan seseorang dari komentar ia pada isu-isu yang sedang hangat. Kadang suka kasihan alhasil sama orang yang udah ngotot tapi nggak tau dongeng lengkap. Ngotot begini padahal ditanya detail, nggak bisa jawab.

Saran nih yaaa, saran nih. Sebelum bikin status atau debat sama orang, BACA DULU YANG BANYAK. Baca ya bukan gosip. Kalau males baca, jangan debat. Karena debat itu menawarkan luasnya wawasan seseorang banget.

Atau ajak ngobrol orang yang sekiranya lebih tahu. Kalau saya, saya hampir selalu tanya JG atau temen-temen kantor dulu. Ada apa soal XYZ? Dia siapa? Backgroundnya apa? Diskusi dulu, cari tau dulu. Pasti ada pencerahan dibanding jikalau kita cari tau sendiri. Kalau sudah gini kita jadi bisa terang memilih sikap. Ini mah tau gosip cuma dari copas-copas orang di WhatsApp group, begitu ada yang bantah eksklusif bilang "dih bilang aja iri". GIMANAAAA?

Socmed emang paling kondusif untuk share foto liburan, barang baru, foto makanan, foto bayi, selfie, dan video panda. Setidaknya hal-hal yang nggak menakar intelegensia lol.

Btw nih ya dari sisi kecepatan, saya suka pengen ketawa sendiri jikalau liat Facebook. Rata-rata pada telat amat. Di Twitter udah trending topic dari pagi, eh di Facebook gres ramenya malem. Di kawasan lain ributnya udah mau selesai, di Facebook gres mulai. LOL

Jadi, ada topik keributan apa socmed hari ini?

-ast-

Detail ►