You Are Enough
Label:
tentang,
tentang hidup
Seberapa sering liat quote “you’re enough”? Sesering itu banget ya, di Instagram, di Pinterest, di mana-mana.
You are enough. You are doing great.
Dua kalimat yang rasanya biasa aja jikalau kalian lagi nggak punya problem hidup. Tapi jikalau lagi punya anxiety, atau problem percaya diri, “you are enough” itu rasanya jadi dalem banget. Kadang malah bikin kesel karena:
Am I good enough?
Pertanyaan yang akibatnya muter-muter terus di kepala. Modelnya sanggup macem-macem: am I good enough for my spouse? My son? My parents? FOR MYSELF?
(Terkampret itu dikala kalimat ini dipelintir jadi materi buat putus. “Kamu terlalu baik buat aku” duhilah, seminggu kemudian punya pacar gres lol)
Ini berkaitan dengan kekhawatiran banget ya. Khawatir pasangan nyari pacar/istri yang lebih baik, khawatir anak nggak dapet yang terbaik dari ibunya, khawatir kita sendiri bukan anak yang baik, dan khawatir sama pencapaian diri sendiri.
Kalau lagi gini dan curhat sama orang biasanya nasihatnya “ya semua orang punya kekhawatiran masing-masing lah”. IYA SIH. Tapi kan kekhawatiranku sendiri juga penting BAGIKU! Hahahahaha.
Btw ya, trigger menulis ini salah satunya yaitu Rahmawati Kekeyi Putri Cantika . Terserah orang mau hina dia, bully ia kaya apa, satu hal yang saya pikirin pas nonton video ia yaitu ... wow ia percaya diri banget! Kaya saya ... di masa lalu.
:(
Rahmawati, you're doing great! Meski opininya pada sesuatu sanggup berubah tiap 5 detik, tapi semua istilah beauty yang ia pake bener semua loh. Kalau cara penggunaan kan terserah ia ya orang kok atur amat sih. Ngomongnya juga lancar, kuyakin ia ngefans Tasya Farasya alasannya yaitu gaya ngomongnya seakan-akan Tasya.
Beneran saya yang waawww, kangen amat sepede itu. Kangen amat liat dunia dari kacamata kita sendiri. Kangen amat yakin sama segala pilihan hidup huhu.
Kalau lagi liat Timehop, 8-9 tahun lalu, gila saya pedenya itu level super. Ngungkapin pendapat itu berani banget, negur orang, bahagia bertikai alasannya yaitu ya argumen gue BENER dan lo otomatis bego, nggak mikirin netijen alasannya yaitu dulu netijennya hampir masih satu bunyi semua. Yang norak-norak belum kenal socmed kayanya.
Terus juga urusan penampilan. #ootd yang bahkan cuma diupload di Twitter doang wihiii gayanya udah ala fashion blogger banget. Nggak heran alasannya yaitu di masa itu saya emang mikirin penampilan banget. Sampai punya daerah belanja favorit yang barangnya unik dan nggak banyak orang tau.
(Lihat fotonya di sini: 2009 vs 2018)
Seneng banget belanja dan mix & match baju. Keluar rumah nggak pernah asal-asalan, semua dipikirin dari sepatu hingga hal terkecil kaya karet rambut dan cincin serta gelang. Udah gambar alis semenjak gambar alis belum berupa kewajiban. Ya alasannya yaitu alisnya botak hahahaha. Pake heels muluk pula. Kuat syekali saya dulu yaaaa.
Terus dulu itu nggak peduli omongan orang level pacar sendiri bilang bajunya buruk aja saya bodo amat. ANDA SIAPA, SAYA TAHU APA YANG SAYA MAU LOL. Sekarang udah rapi mau pergi, JG bilang bajunya “kurang deh” (kurang lho bukan jelek) YA SAYA GANTI BAJULAH. Setidak pede itu huhu. NANGIS. :(
Apalagi ke kantor ya, apa aja yang keliatan duluan deh dipake. Cuma punya waktu sedikit untuk dandan dan pilih baju, mana sempet kaya dulu malem-malem mix & match terus setrika dulu. Nggak pernah lagi menentukan untuk melaksanakan itu alasannya yaitu kini saya lebih butuh tidur. Kerja, gambar, blogging, produktif nyari uang (HAHA), dan terutama harus full energi menghadapi Bebe.
CAPEK, BOS. Capek alasannya yaitu harus nyuci dan nyetrika sendiri kali ya. Kalau bajunya tau-tau udah rapi di lemari dan tinggal pake aja mungkin beda cerita. Bahkan mau masukin baju ke laundry aja males alasannya yaitu effort masukin baju ke laundry SAMA AJA sama masukin baju ke mesin cuci. Ambil dari laundry energi yang keluar SAMA AJA sama ngangkat cucian. Dilipet mah nanti-nanti jikalau inget hahahaha.
I used to be so proud and confident of myself, my face, my body. And now it’s gone. Rada kecewa sih sama diri sendiri hahahahahuhuhuhuhu.
Karena bahwasanya penampilan itu kuat pada 30% dogma diri saya. Ya masih punya sisa 70% sih untuk brain dan talent jadi masih punya modal untuk menertawakan diri sendiri alasannya yaitu tidak pede HAHA tapi tetep aja jikalau lagi dandan ya akibatnya pede. Kalau lagi nggak dress up ya akibatnya tetep pede tapi kurang 30% LOL.
Kaprikornus makin hari, makin tidak peduli, makin tidak pede. Sebuah bulat setan ya. Mau peduli tapi lebih suka tidur. Mau peduli tapi sayang uangnya dan ngirit-ngirit jikalau mau beli baju. Ah hidupkuuuu .
via GIPHY
Kenapa saya bilang makin nggak pede? Karena ya Tuhan, terbukti semakin hari semakin males selfie HAHAHAHA. Pas lagi mencar ilmu beauty tahun 2017 itu saya udah mulai turun dogma diri sama penampilan cuma masih maulah selfie-selfie gitu. Mundur ke tahun-tahun sebelumnya astaga itu Instagram isinya kok selfie semua sih.
Nyampe kantor aja dulu selfie loh. Senyumnya pede aja loh. Happy-happy aja loh. Ke mana itu semua pergiiii?
Malu alasannya yaitu dulu sering selfie? Nggak. Kecewa? Jujur rada iya. Sama diri sendiri alasannya yaitu kenapa kini harus tidak pede sihhhh?
Apa jadi masalah? Ya dan tidak. Kadang mikirin kok ya sama diri sendiri aja nggak sayang. Kadang mikirin kok ya masa sih nggak sanggup dress up kek dikit jikalau ke luar rumah agar nggak gembel amat.
Tapi kadang juga mikirin yah jikalau harus nyetrika dulu males amat cuy, pake sweater+jeans ajalah agar cepet kelar urusan. Lagian baju-baju trendi zaman kini kenapa sih ya modelnya banyakan katun-katun harus disterika gitu duh malaassss. Hahaha. Kaprikornus ya jawabannya tengah-tengah lah.
Kemalasan ternyata sanggup berujung ketidakpedean guys. Catat itu sebagai sebuah pencerahan. :))))))
Yang ribet, alasannya yaitu dogma diri urusan fisik lagi mentok banget, dogma diri sama hal lain jadi praktis drop. Sebel gitu alasannya yaitu jadi combo. Udah mah lagi nggak pede di fisik eh kampretnya suka tiba-tiba muncul perasaan nggak pede juga sama hal lain dalam hidup. Udah mah cuma punya 70% dogma diri eh ditabrak sama problem hidup yang lain.
Kelarlah langsung, inferiority complex. An inferiority complex consists of lack of self-esteem, a doubt and uncertainty about oneself, and feelings of not measuring up to standards. Itu kata Wikipedia dan ASLI KITU PISAN. Standarnya standar diri sendiri pula jadi kalian sanggup banget bilang "ah keliatannya kak Icha pede-pede aja". Ya itu kan standarmuuuuhhh, bukan standarkuuhhhh.
Ada berantem dikit sama JG gitu misalnya, saya sanggup ngawang-ngawang mikirin “am I good enough?” “am I doing great?” “am I a good partner?” “am I a good mom?”
Atau lagi kepikiran soal kerjaan misalnya, saya jadi resah mikirin "duh kenapa ya karier gini-gini aja" gitu terus hingga matahari terbenam.
Kaprikornus mari ucapkan mantranya bersama-sama:
I AM. I AM. I AM ENOUGH. I AM DOING GREAT.
Akhirul kata, saya ingin bilang terima kasih Rahmawati Kekeyi sudah mengingatkan saya untuk sanggup lebih pede lagi. Terima kasih dan tetap semangat!
-ast-
PS: Kalau kalian lagi inferiority complex atau punya anxiety lain, ngerti banget ketidakpedean diri sendiri nggak semudah sanggup diketawain dan dibodoamatin kaya gini. Wajar banget jikalau nangis-nangis alasannya yaitu nggak berharga. Asal nangis dengan sadar ya, embrace the feeling. Jangan lupa berteman juga ya agar nggak kesepian. :(
You are enough. You are doing great.
artwork by me. photo from unsplash. |
Dua kalimat yang rasanya biasa aja jikalau kalian lagi nggak punya problem hidup. Tapi jikalau lagi punya anxiety, atau problem percaya diri, “you are enough” itu rasanya jadi dalem banget. Kadang malah bikin kesel karena:
Am I good enough?
Pertanyaan yang akibatnya muter-muter terus di kepala. Modelnya sanggup macem-macem: am I good enough for my spouse? My son? My parents? FOR MYSELF?
(Terkampret itu dikala kalimat ini dipelintir jadi materi buat putus. “Kamu terlalu baik buat aku” duhilah, seminggu kemudian punya pacar gres lol)
Ini berkaitan dengan kekhawatiran banget ya. Khawatir pasangan nyari pacar/istri yang lebih baik, khawatir anak nggak dapet yang terbaik dari ibunya, khawatir kita sendiri bukan anak yang baik, dan khawatir sama pencapaian diri sendiri.
Kalau lagi gini dan curhat sama orang biasanya nasihatnya “ya semua orang punya kekhawatiran masing-masing lah”. IYA SIH. Tapi kan kekhawatiranku sendiri juga penting BAGIKU! Hahahahaha.
Btw ya, trigger menulis ini salah satunya yaitu Rahmawati Kekeyi Putri Cantika . Terserah orang mau hina dia, bully ia kaya apa, satu hal yang saya pikirin pas nonton video ia yaitu ... wow ia percaya diri banget! Kaya saya ... di masa lalu.
:(
Rahmawati, you're doing great! Meski opininya pada sesuatu sanggup berubah tiap 5 detik, tapi semua istilah beauty yang ia pake bener semua loh. Kalau cara penggunaan kan terserah ia ya orang kok atur amat sih. Ngomongnya juga lancar, kuyakin ia ngefans Tasya Farasya alasannya yaitu gaya ngomongnya seakan-akan Tasya.
Beneran saya yang waawww, kangen amat sepede itu. Kangen amat liat dunia dari kacamata kita sendiri. Kangen amat yakin sama segala pilihan hidup huhu.
Kalau lagi liat Timehop, 8-9 tahun lalu, gila saya pedenya itu level super. Ngungkapin pendapat itu berani banget, negur orang, bahagia bertikai alasannya yaitu ya argumen gue BENER dan lo otomatis bego, nggak mikirin netijen alasannya yaitu dulu netijennya hampir masih satu bunyi semua. Yang norak-norak belum kenal socmed kayanya.
Terus juga urusan penampilan. #ootd yang bahkan cuma diupload di Twitter doang wihiii gayanya udah ala fashion blogger banget. Nggak heran alasannya yaitu di masa itu saya emang mikirin penampilan banget. Sampai punya daerah belanja favorit yang barangnya unik dan nggak banyak orang tau.
(Lihat fotonya di sini: 2009 vs 2018)
Seneng banget belanja dan mix & match baju. Keluar rumah nggak pernah asal-asalan, semua dipikirin dari sepatu hingga hal terkecil kaya karet rambut dan cincin serta gelang. Udah gambar alis semenjak gambar alis belum berupa kewajiban. Ya alasannya yaitu alisnya botak hahahaha. Pake heels muluk pula. Kuat syekali saya dulu yaaaa.
Terus dulu itu nggak peduli omongan orang level pacar sendiri bilang bajunya buruk aja saya bodo amat. ANDA SIAPA, SAYA TAHU APA YANG SAYA MAU LOL. Sekarang udah rapi mau pergi, JG bilang bajunya “kurang deh” (kurang lho bukan jelek) YA SAYA GANTI BAJULAH. Setidak pede itu huhu. NANGIS. :(
Apalagi ke kantor ya, apa aja yang keliatan duluan deh dipake. Cuma punya waktu sedikit untuk dandan dan pilih baju, mana sempet kaya dulu malem-malem mix & match terus setrika dulu. Nggak pernah lagi menentukan untuk melaksanakan itu alasannya yaitu kini saya lebih butuh tidur. Kerja, gambar, blogging, produktif nyari uang (HAHA), dan terutama harus full energi menghadapi Bebe.
CAPEK, BOS. Capek alasannya yaitu harus nyuci dan nyetrika sendiri kali ya. Kalau bajunya tau-tau udah rapi di lemari dan tinggal pake aja mungkin beda cerita. Bahkan mau masukin baju ke laundry aja males alasannya yaitu effort masukin baju ke laundry SAMA AJA sama masukin baju ke mesin cuci. Ambil dari laundry energi yang keluar SAMA AJA sama ngangkat cucian. Dilipet mah nanti-nanti jikalau inget hahahaha.
I used to be so proud and confident of myself, my face, my body. And now it’s gone. Rada kecewa sih sama diri sendiri hahahahahuhuhuhuhu.
Karena bahwasanya penampilan itu kuat pada 30% dogma diri saya. Ya masih punya sisa 70% sih untuk brain dan talent jadi masih punya modal untuk menertawakan diri sendiri alasannya yaitu tidak pede HAHA tapi tetep aja jikalau lagi dandan ya akibatnya pede. Kalau lagi nggak dress up ya akibatnya tetep pede tapi kurang 30% LOL.
Kaprikornus makin hari, makin tidak peduli, makin tidak pede. Sebuah bulat setan ya. Mau peduli tapi lebih suka tidur. Mau peduli tapi sayang uangnya dan ngirit-ngirit jikalau mau beli baju. Ah hidupkuuuu .
Kenapa saya bilang makin nggak pede? Karena ya Tuhan, terbukti semakin hari semakin males selfie HAHAHAHA. Pas lagi mencar ilmu beauty tahun 2017 itu saya udah mulai turun dogma diri sama penampilan cuma masih maulah selfie-selfie gitu. Mundur ke tahun-tahun sebelumnya astaga itu Instagram isinya kok selfie semua sih.
Nyampe kantor aja dulu selfie loh. Senyumnya pede aja loh. Happy-happy aja loh. Ke mana itu semua pergiiii?
Malu alasannya yaitu dulu sering selfie? Nggak. Kecewa? Jujur rada iya. Sama diri sendiri alasannya yaitu kenapa kini harus tidak pede sihhhh?
Apa jadi masalah? Ya dan tidak. Kadang mikirin kok ya sama diri sendiri aja nggak sayang. Kadang mikirin kok ya masa sih nggak sanggup dress up kek dikit jikalau ke luar rumah agar nggak gembel amat.
Tapi kadang juga mikirin yah jikalau harus nyetrika dulu males amat cuy, pake sweater+jeans ajalah agar cepet kelar urusan. Lagian baju-baju trendi zaman kini kenapa sih ya modelnya banyakan katun-katun harus disterika gitu duh malaassss. Hahaha. Kaprikornus ya jawabannya tengah-tengah lah.
Kemalasan ternyata sanggup berujung ketidakpedean guys. Catat itu sebagai sebuah pencerahan. :))))))
Yang ribet, alasannya yaitu dogma diri urusan fisik lagi mentok banget, dogma diri sama hal lain jadi praktis drop. Sebel gitu alasannya yaitu jadi combo. Udah mah lagi nggak pede di fisik eh kampretnya suka tiba-tiba muncul perasaan nggak pede juga sama hal lain dalam hidup. Udah mah cuma punya 70% dogma diri eh ditabrak sama problem hidup yang lain.
Kelarlah langsung, inferiority complex. An inferiority complex consists of lack of self-esteem, a doubt and uncertainty about oneself, and feelings of not measuring up to standards. Itu kata Wikipedia dan ASLI KITU PISAN. Standarnya standar diri sendiri pula jadi kalian sanggup banget bilang "ah keliatannya kak Icha pede-pede aja". Ya itu kan standarmuuuuhhh, bukan standarkuuhhhh.
Ada berantem dikit sama JG gitu misalnya, saya sanggup ngawang-ngawang mikirin “am I good enough?” “am I doing great?” “am I a good partner?” “am I a good mom?”
Atau lagi kepikiran soal kerjaan misalnya, saya jadi resah mikirin "duh kenapa ya karier gini-gini aja" gitu terus hingga matahari terbenam.
Kaprikornus mari ucapkan mantranya bersama-sama:
I AM. I AM. I AM ENOUGH. I AM DOING GREAT.
Akhirul kata, saya ingin bilang terima kasih Rahmawati Kekeyi sudah mengingatkan saya untuk sanggup lebih pede lagi. Terima kasih dan tetap semangat!
-ast-
PS: Kalau kalian lagi inferiority complex atau punya anxiety lain, ngerti banget ketidakpedean diri sendiri nggak semudah sanggup diketawain dan dibodoamatin kaya gini. Wajar banget jikalau nangis-nangis alasannya yaitu nggak berharga. Asal nangis dengan sadar ya, embrace the feeling. Jangan lupa berteman juga ya agar nggak kesepian. :(