Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label tentang blog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang blog. Tampilkan semua postingan

Penulisan Sponsored Post Pada Postingan Berbayar


Hai! Kembali lagi dengan Monday Techno! Kali ini saya mau membahas perihal mengapa saya selalu menulis [SPONSORED POST] di atas tulisan yang memang berbayar.

Saya sudah melaksanakan ini semenjak pertama kali blog ini menerima job. Bagi saya, ini hal yang wajib dan saya bahkan tidak pernah berpikir dua kali untuk tidak menulis sponsored post di postingan yang memang berbayar. Kenapa?

Dalam dunia jurnalistik media mainstream, ada etika-etika yang harus dipenuhi. Salah satunya ialah batas yang terang antara artikel yang berasal dari redaksi dan advertorial. Harus ada batas api atau firewall. Fungsinya ialah supaya pembaca tidak merasa dibohongi.

Coba deh cari di media mana pun di seluruh Indonesia. Kalau media online niscaya punya URL khusus untuk advertorial yang berbeda dengan URL artikel biasa. Font dan layout-nya pun diubah sedikit sehingga tidak nyaru dengan artikel biasa. Dan terang biasanya ada label bertuliskan ADVERTORIAL, INFORIAL, atau apapun yang menawarkan bahwa merk membayar untuk sanggup ditulis di sana.

Di koran atau media cetak juga sama. Biasanya diberi kotak khusus, dibatasi garis tipis untuk membedakan mana advertorial mana bukan. Dan PASTI ada label advertorial dan font yang dibentuk sedikit berbeda. Di dunia jurnalistik ini WAJIB. Kalau hingga ada yang tidak mematuhi, sudah niscaya media abal-abal dan diragukan kredibilitasnya.

(Baca: Standar Rate Card untuk Blogger)

Bagaimana dengan blog?

Kembali pada pemilik blog. Kalau ingin jadi content creator profesional sih berdasarkan saya ini wajib. Saya selalu mencantumkan SPONSORED POST di awal tulisan. Tidak di simpulan alasannya ialah saya sering bete sendiri jika sudah seru-seru baca tulisannya, eh kecele alasannya ialah di simpulan sebut brand, ternyata berbayar toh.

Bisa juga menyerupai Nahla, ia mencantumkan Sp. di judul loh bukan di body tulisan. Dan saya tetep beri label adv untuk mempermudah archiving.

Nanti orang jadi nggak baca? Masa sih? Seberapa banyak yang nggak jadi baca? Saya selalu pakai SPONSORED POST dan page viewsnya tidak jauh beda dengan postingan biasa. Durasi membaca juga sama dengan postingan biasa.

Sejauh mana harus diberi label SPONSORED POST?


Buat saya jika barangnya tidak kita beli sendiri, wajib ditulis SPONSORED POST. Goodie bag apa wajib direview? Tergantung. Kalau tidak ada request untuk review, ya tidak wajib.

Kan soft selling?

Soft selling beda sama berbohong ya. Apalagi jika bentuknya masking ads (atau biasa disebut juga dengan Astrosurfing), di mana kita seakan-akan beli barangnya PADAHAL DIKASIH. Kaya gini:

"Kebetulan banget tadi lewat store A dan ternyata lagi diskon up to 70% loh girls, borong lipstik deh. Kaprikornus kini saya mau review lipstiknya blablabla ..."

Padahal dibayar sama merk A. Itu nggak etis. Itu berbohong.

Xiaxue pernah nulis soal ini nih waktu ia ngebuka perkara besar perihal blogger dan masking ads. Kaprikornus ada satu administrasi blogger yang selalu menyuruh bloggernya untuk berbohong menyerupai ini. Wuih, rame banget alasannya ialah masking ads menyerupai ini illegal di beberapa negara.

source
Soft selling sanggup kok tidak bohong. Masukkan pengalaman kita ketika pakai produk dan buat jadi story telling. Atau sanggup juga dibentuk jadi goresan pena tips, orang tetap sanggup sesuatu meskipun ada produk tertentu di sana.

Tapi di brief katanya nggak boleh ada goresan pena sponsored atau adv!

Bukan sekali dua kali saya sanggup klien yang memberi brief model begini. Tapi tinggal disampaikan baik-baik jika kebijakan blog saya menyerupai itu, jika tidak sanggup saya lebih baik batal. Ya, saya lebih baik batal sanggup job daripada harus menghilangkan goresan pena SPONSORED POST.

Tapi so far, belum pernah ada klien yang membatalkan kolaborasi hanya alasannya ialah ngotot tidak mau ada goresan pena SPONSORED POST. Mereka juga biasanya mengerti jika itu tidak etis.

Nanti blog keliatan isinya iklan semua?

Emang kenapa sih jika isinya iklan semua? Hahaha. Asal nulisnya story telling atau tips, goresan pena advertorial itu menarik-menarik aja sih buat saya. Kalau keukeuh nggak mau isinya iklan semua, makanya rajin nulis dong. Kaprikornus advertorial beneran cuma selingan aja.

TAMBAHAN (MENJAWAB BEBERAPA PERTANYAAN DI KOMENTAR)

Kalau diundang event nggak dibayar tapi harus nulis gimana?

Pakai [EVENT REPORT] di atas postingan. Jelaskan di body post jika kemarin diundang oleh merk A untuk menghadiri program B.

Kalau content placement gimana?

Ini ketinggalan alasannya ialah saya nggak terima content placement jadi nggak kepikiran nulis hehehe. Kalau content placement technically bukan postingan kita yang disponsori kan. Kita menjual slot posting di blog kita untuk diisi orang lain. Bisa ditulis [ADVERTORIAL] atau [ADV] di atas postingan.

Kalau affiliate juga sama. Liat BuzzFeed deh, ia suka featured barang-barang Amazon kan? Bahkan media sesampah BuzzFeed aja (which I love so much sih lol ya tapi mereka sampah tetep tapi mereka seru HAHAHAHAHHA) pakai statement bahwa BuzzFeed may collect small share di artikel affiliate.

*

Saya memang strict sama hukum ini alasannya ialah selain blogging, jurnalistik memang dunia saya. Saya lima tahun kuliah jurnalistik, hampir 6 tahun kerja di media yang menjunjung tinggi isyarat etik jurnalistik, dan haram banget lah untuk anak jurnalistik jika tidak membedakan mana advertorial mana bukan.

Itu aja. Dan tetep loh ya, semuanya kembali pada pemilik blog masing-masing. Saya nulis ini alasannya ialah ternyata masih ada belum tahu jika etikanya menyerupai ini, bukan alasannya ialah sengaja tidak mau menulis.

Semoga bermanfaat ya! :)

-ast-

Detail ►

Tentang Rate Card Blogger

Berapa rate card yang pantas untuk blogger? Berapa fee yang layak untuk blogger?


Ngomongin uang mah nggak ada habisnyaaaa. Masih banyak juga ternyata blogger yang resah lantaran habis ditanya rate card terus nggak tahu mau jawab berapa. Hehehe. Tapi emang membingungkan sih dan ... sensitif.

Tapi saya coba tulis lah secara detail dan komprehensif lah ya *naon*. Sebenernya udah banyak yang nulis tapi lantaran masih banyak yang nanya ya tulis lagi lah! Karena mayan banyak juga yang japri nanya-nanya rate card ini hahahaha. Btw meski namanya rate card, bukan berarti bentuknya harus "kartu" loh ya. Istilah rate card ini pada dasarnya mah cuma nanya fee aja berapa. Ada teladan email saya di bawah.

TAPI NANTI LAH SCROLL KE BAWAHNYA, BACA DULU!

*rewel*

Kenapa rate card itu bikin bingung, karena:

1. Kita nggak tahu standar rate card itu berapa. Berapa sih jika blogger lain biasanya dibayar?
2. Sesama blogger biasanya merahasiakan rate card, kecuali yang dekat banget ya. Kaprikornus makin resah deh, ini kemahalan atau kemurahan?
3. Agency atau merk juga yang tampaknya nggak punya standar, tiba-tiba nawarin 100ribu, tiba-tiba nawarin 2-3juta. Berapa sih standarnya?

Nah, kini saya coba jawab satu-satu ya. Abis ini sebenernya nggak akan terjawab berapa sebenernya standar rate card blogger itu lantaran memang nggak ada standarnya. Karena memang mustahil dibentuk standar. Kecuali contohnya gitu tiba-tiba blogger-blogger se-Indonesia bikin konvensi terus memilih harga per view 5ribu rupiah! Nah jadi lezat kan tuh, tinggal di simpulan hasil page views dikali 5ribu rupiah.

Tapi kan itu tidak terjadi ya. Kaprikornus yang paling sempurna yaitu mengira-ngira sendiri, seberapa layak kita dibayar untuk satu tulisan?

(Baca: Penulisan SPONSORED POST pada Postingan Berbayar)

Menurut saya, lihat dari hasil page views kita per artikel, misal satu artikel rata-rata dibaca 5.000 kali. Ya sponsored post kita juga biasanya akan diliat segituan (meskipun biasanya cenderung lebih rendah). Nah layakkah 5.000 kali dibaca itu dibayar sekian? Sebenernya lebih sempurna dihitung user sih, seberapa banyak pembaca bukan seberapa banyak dibaca. Tapi klien biasanya minta laporannya page views jadi ya udalah ya page views aja yang dijadiin patokan.

Btw bang Harris Maul (sok ikrib bener) pernah bikin blogpost soal rumus menghitung rate card, tapi berdasarkan saya sih udah nggak relevan lagi lantaran page rank kan udah nggak di-update sama Google. Yang mau baca sanggup baca di sini.

Juga tergantung dengan followers kita di social media. Makin banyak followers makin tinggi juga daya jual kita lantaran kan biasanya kita otomatis lah share postingan blog di social media. Makanya kini banyak juga merk yang mau posting di blog tapi ngasih requirement minimum followers social media.

"Ah tapi si A viewsnya sehari cuma 500-an, followers socmed dikit, tapi katanya per sponsored post itu sanggup 5juta"

Memang sanggup aja, kan bebas suka-suka bloggernya mau kasih rate card berapa, tergantung kliennya juga mau ambil apa nggak rate card segitu. Haha.

Beberapa kali campaign bareng sama blogger-blogger lain, saya sempet tahu rate card beberapa blogger yang wow, hingga dua tiga kali lipat dari blog saya. Padahal cek di Alexa sih Alexanya masih tinggian saya. Liat total page views juga tinggian saya padahal ngeblog lamaan beliau hehehe, jadi seharusnya performance blog beliau masih di bawah saya.

Tapi jika saya kan mikirin pertanggungjawabannya ya, apa layak satu goresan pena hanya dibaca sekian orang terus saya dibayar sekian juta? Brand sanggup timbal balik apa dari saya? Apalagi yang goalsnya akuisisi alias mencari pembeli, wah dengan keluar uang sekian untuk bayar saya, seberapa banyak pembaca saya yang ikutan beli?

:)

Terus ada juga yang bilang "tapi jika postingan berbayar di blog saya fotonya banyak loh, reviewnya lengkap!" Iya itu sanggup banget jadi nilai plus juga, tapi ... yang baca banyak nggak? Maksud saya, jika fotonya elok banget tapi yang baca 50 orang kan gimana, mending fotonya biasa aja tapi yang baca 5.000 orang kan. *ya mending elok banget tapi yang baca 50ribu orang sih lol*

Kemudian klien berulang juga (kalau saya) treatmentnya beda. Misal saya sudah berkali-kali dengan agency A, saya biasanya tidak menaikkan rate semenjak awal. Cincai lah pake rate awal kolaborasi juga nggak apa-apa lantaran yang penting kan korelasi baiknya. Padahal contohnya jika ke agency baru, rate saya sudah di atas itu.

"Kompetitor" (alias sesama blogger) dan niche blog juga imbas loh. Misal beauty blogger nih, yang senior dan page viewsnya banyak banget aja banyak yang masih rela dibayar cuma pakai produk (tanpa uang cash), masa kalian yang gres kemarin sore bikin blog dan page viewsnya masih kecil banget pribadi minta produk dan uang? Nggak mungkin kan rasanya.

Tapi beauty blogger ini emang cenderung passion dan hobi ya, jadi biasanya dikasih produk aja happy dan pribadi ditulis di blog. Padahal kliennya nggak minta hahaha. Kaprikornus sulit buat beauty blogger baru, mau coba minta sesuai rate jadi nggak lezat lantaran kemarin aja dikasih lipstik pribadi direview masa kini minta produk dan uang tunai? Kemarin dateng event bahagia hati masa kini dateng ke event minta fee? Yah begitulah.

Beda sama brand-brand keluarga gitu yang sering baik hati kasih aja produk tanpa harus nulis di blog lantaran mereka tau biasanya jika parenting/lifestyle blog sudah kasih rate sendiri untuk satu postingan. Untuk terima kasih sih biasanya posting aja di socmed. Hehehe.

Terus bentuk rate card itu gimana sih? Apa harus pakai image .jpg atau file .pdf gitu? Kata teori-teori blogging profesional sih gitu tapi saya sih udah nyerah nggak pake lagi gituan HAHAHAHA.

Karena aduh ribet banget update socmed-nya, harus buka photoshop terus edit. Bisa aja sih pake goresan pena data bulan anu, tapi kan sayang jika followers udah naik banyak banget. Akhirnya saya nyerah pake jpg dan pdf itu dan jadinya copy paste aja email di bawah ini jika ada yang nanya rate. Tinggal update belahan followers. :)


Saya sih biasanya pribadi aja attach juga screencapture Google Analytic sebulan ke belakang meskipun nggak ditanya. Biar sanggup pribadi mempertimbangkan, harga segini worth it atau nggak? Brand yang udah pernah kolaborasi linknya saya kasih link tag ke "adv" dan "achievements". Udalah itu paling mudah sanggup diklik pribadi di emailnya, nggak perlu ribet mikirin bikin file .pdf berhalaman-halaman. Hahaha,

Mungkin ini sesat tapi ini simpel. -______-

Dan yang terpenting, tanyakan pada diri sendiri MAU NGGAK DIBAYAR SEGITU UNTUK SATU TULISAN?

Karena pada dasarnya cuma mau apa nggak doang kok. Kalau mau satu goresan pena di 100ribu ya nggak apa-apa, pasanglah rate di 100ribu. Kalau rela dibayar produk aja ya bilanglah begitu. Kalau mau satu goresan pena 1-2juta, ya tolak lah yang 100ribu dan ngasih produk doang, bilang aja baik-baik jika memang fee-nya nggak masuk sama rate blog kita.

Ingat, sekali lagi ini hanya soal mau dan tidak mau. Ya gimana jika page views gede, Alexa bagus, tapi masih mau 200ribu satu goresan pena sih kan terserah ya. Ini sebabnya susah banget untuk memilih standar rate blogger.

Dan, mau atau tidak mau ini juga yang memilih standar sebenernya. Brand juga jadi coba-coba, ah kemarin si A mau dibayar sekian, kok kau nggak mau sih?

Ini sebabnya performance blog itu penting. Kita sanggup bilang jika ya blog kita banyak yang baca, engagement tinggi, sering viral, komentar banyak (misalnya). Sebutlah kelebihan blog kita apa hingga layak dibayar di harga yang kita inginkan.

Tapi jika kasih rate mahal nanti pada kabur :(. Ya balik ke tujuan awal ngeblog. Mau cari uang atau mau berbagi? Kalau mau cari uang ya udah, sesuaikan dengan yang bayar. Kalau mau menyebarkan dan menyalurkan hobi menulis *AHEM* harus punya pendirian dong. Harus punya perilaku dan menghargai karya kita sendiri. :)

Kalau placement berapa? Ini nggak tahu lantaran saya nggak terima placement ads di blog. Saya maunya blog saya isinya goresan pena saya semua hahaha *obsessed*

Kalau cuma minta satu link berapa? Tema goresan pena bebas kok, nggak perlu sebut brandnya. Woh sebebas apapun juga tetep lah kita kan mikir inspirasi ke mana supaya linknya masuk, kaya yang ini. Saya sih biasanya turunin sedikit ratenya dari rate biasa. Tapi jarang juga sih soalnya entahlah kok jadi kaya lebih mikir ya nulisnya dibanding yang campaign dikasih brief lengkap.

APALAGI YA? Udah itu aja sih kayanya. Kalau ada yang mau ditambahkan komen aja yaaa. Kalau ada pertanyaan dan penting menyerupai biasa nanti saya edit dan saya masukkan di bawah ini.

Sampai jumpa di Monday Techno berikutnya!

Semoga jadi tercerahkan ya soal rate card blogger ini!

-ast-

Detail ►

Tips Menulis Blog Yang Menarik (1)

Halo semuanya, mumpung hari Senin saya mau share sesuatu yang produktif adalah tips menulis blog! Gila keren nggak tuh saya ngasih tips nulis hahahaha.


Saya sih berani ngasih tips nulis sebab ya ngerasa manis aja nulisnya HAHAHA. Ya iyalah, harus merasa bisa dulu dong gres kasih tips. Lagian saya sih pede goresan pena saya lezat dibaca lol. Terbukti ya dengan blog ini yang pembacanya ada terus hingga berjuta-juta kali kusenang deh. Makasih loh kaliaaannn! Makasihnya berjuta-juta kali juga. :*

Ini kayanya akan panjang sih tapi simak ya! Saya nulis ini iseng aja sih sebab kadang suka pengen main ke blog orang tapi kok ya tulisannya nggak lezat dibaca. Ceritanya nggak seru, point of viewnya biasa aja, cara nulisnya nggak Istimewa juga, eh terus malah baper curhat di socmed sebab blognya sepi. Introspeksi dulu kaliii. :)

Ini beliau tips menulis blog yang menarik ala annisast:

⭐ Nggak usah pusing sama kata ganti

Mau pake saya, pake aku, pake gue, bebas. Dan nggak perlu terus-terusan sama juga sih. Misal blog ini, di goresan pena yang cenderung serius maka saya memakai "saya", di postingan remeh temeh kaya #SassyThursday gitu pakenya "gue".

Yang memilih itu topiknya, saat kita ngobrol serius sama orang yang nggak kita kenal, kita cenderung memakai saya kan. Dan saat kita ngobrol sama temen-temen yang erat dengan topik ringan, maka kita pake "aku" atau "gue" kan. Makara ya nggak usah dibikin pusing!

Soalnya kata ganti ini ngaruh banget ke feel satu tulisan. Ketika kau berusaha ngomong serius tapi ngomongnya "kasar" dan pake lo gue, orang nangkepnya bisa beda. Bisa dianggap murka atau malah dianggap nggak serius. Begicu.

Sementara kita nulis blog kan nggak selamanya serius dan nggak selamanya bercanda kan. Makara sesuaikan kata ganti dengan topik dan feel tulisan.

⭐ Jangan menyingkat kata!

Gini ya saya kasih tau, menyingkat kata itu dipakai di SMS zaman dulu sebab keterbatasan karakter. Lah zaman kini kan nggak ada yang dibatasi kecuali Twitter, udalah jangan singkat apa-apa. Saya sih chat aja udah nggak pernah nyingkat apapun sama sekali. "Yang" bukan "yg", "belum" bukan "blm".

Ini ngaruh ke psikologis pembaca, baca singkatan itu capek, nggak nyaman. Mana kadang singkatan orang kan beda sama orang lainnya, boro-boro baca dengan enak, malah mikirin arti singkatannya dulu.

Makara tulis kata dengan utuh, nggak ada ruginya kok.

⭐ Perhatikan panjang paragraf

Yes, jangan kepanjangan dan jangan kependekan. Kalau saya sih maksimal 3 kalimat dalam satu paragraf. Jangan cuma satu kalimat dalam satu paragraf plis kalian bukan tribunnews ya. Baca paragraf yang terlalu pendek itu capek, sekalimat enter sekalimat enter hhhh.

⭐ Jangan mengulang kata yang sama

Sebisa mungkin jangan ulang kata yang sama baik dalam satu kalimat atau dalam satu paragraf. Karena itu MEMBOSANKAN. Contoh ini dari paragraf di atas:

Saya nulis ini iseng aja sih sebab kadang suka pengen main ke blog orang tapi kok ya tulisannya nggak lezat dibaca. Ceritanya nggak seru, point of viewnya biasa aja, cara nulisnya nggak Istimewa juga, eh terus malah baper curhat di socmed sebab blognya sepi. Introspeksi dulu kaliii. :)

Coba jikalau kalian nulisnya gini:

Saya nulis ini iseng aja sih sebab kadang suka pengen main ke blog orang tapi kok ya tulisannya nggak lezat dibaca. Ceritanya nggak seru, point of viewnya nggak seru, cara nulisnya nggak seru juga, eh terus malah baper curhat di socmed sebab blognya sepi. Introspeksi dulu kaliii. :)

((( MENGULANG KATA NGGAK SERU )))

Yang mana yang lebih lezat dibaca? Ya tentukanlah sendiri.

Mengulang kata boleh jikalau tujuannya menekankan. Contoh:

Tapi Blue ini underrated banget ya, kurang duit promosi gitu duka deh. Makara nggak sempet se-hits Westlife atau Backstreet Boys gitu hhhh. Padahal Lee Ryan potensial banget. Potensial apa ya, ya potensial ngetop sebab ganteng nyahahahaha. (lengkapnya di post ini)

Nangkep yaaa?

⭐ Proofread and proofread

Proofread itu penting. Kalau saya sih biasanya gres setengah aja udah saya preview dulu dan baca. Fungsinya jikalau ternyata alurnya kurang enak, masih bisa atur ulang. Kalau udah simpulan banget gres atur alur sih alhasil lebih ribet kan.

Dan jangan cuma baca sekali! Baca berkali-kali, pikirin dari sudut pandang orang yang baca, apa mereka ngerti apa maksud kita? Apa kita bisa mengirim emosi kita ke mereka?

Karena kadang kita nulis pakai bahasa tutur dan orang jadi resah maksudnya apa sebab mereka belum pernah ketemu eksklusif sama kita. Makara baca berulang-ulang itu penting.

*

Oke ini jikalau dilanjutin akan super panjang jadi saya bagi dua ya! Bagian keduanya bisa dibaca di sini:

Tips Menulis Blog yang Menarik (2)

-ast-

Detail ►

Tips Menulis Blog Yang Menarik (2)



Ini yaitu penggalan dua dari tips menulis blog yang menarik. Bagian satunya dapat dibaca di sini ya:

Tips Menulis Blog yang Menarik (1)

Oke di penggalan kedua ini akan masuk ke pemilihan topik. Milih topik ini emang ribet sih sebab yaaa topik sih banyak tapi yang mana yang cocok sama pembaca kita dan diri kita sendiri ya kan?

⭐ Tentang topik ...

Coba kenali diri sendiri, apakah ada fatwa kita yang Istimewa dan tidak biasa? Hal-hal tidak biasa ini biasanya disukai orang sebab bikin kaget hahahaha.

Kalau nggak kepikiran ummmm, ya jangan nulis opini sih. Karena ya untuk apa nulis opini jikalau opini itu yaitu opini yang umum?

Misal saya nulis perihal menduakan dan pelakor, itu rame sebab sementara semesta menghujat, saya cenderung "membela" pelakor. Kalau kalian ikut menghujat juga terus nulis sih ya kesudahannya tulisannya biasa aja, nggak spesial.

Tapi ya jangan cuma anti mainstream, harus punya argumen berpengaruh juga. Kalau nulis di luar kebiasaan orang banyak terus argumennya nggak berpengaruh sih ya siap-siap aja dibully. :)

Kaprikornus berdasarkan saya sih yaaa, jikalau kalian emang nggak punya cukup argumen, tulis yang ringan-ringan ajalah. Topik atau dongeng sehari-hari, tips seputar rumah, atau perihal tragedi hari itu juga oke. Atau berguru nulis komedi aja! Baca di blognya Raditya Dika dulu banget beliau suka share cara nulis komedi.

Karena kadang dongeng yang biasa aja dapat jadi menarik dan lucu jikalau kita dapat nulisnya. :)

Yang terpenting, tulislah sesuatu yang kita suka! Lebih simpel nulisnya!

⭐ Minta tolong baca dulu ke orang

Saya biasanya kasih dulu ke orang jikalau tulisannya kontroversial. Misal yang ini AGAMA DAN MANUSIA, emang sih nggak viral kaya yang lain hingga ratusan ribu views, tapi tembus belasan ribu lah viewsnya. Dan nggak ada yang bantah argumen, sebab mau bantah apa. Yang saya tulis emang bener kok.

Tapi tau bener apa nggak itu harus dinilai orang lain dulu. Tulisan itu saya kasih dulu ke JG, Gesi, Mba Windi, dan Nahla. Begitu mereka ok, gres saya publish. Kalau mereka belum sreg, saya edit dulu sana-sini sebab jikalau orang terdekat saya yang satu pikiran aja nggak sreg, apalagi orang lain?

Untuk topik kontroversial, pencarian plot hole sama orang terdekat itu penting hahaha. Tapi jikalau nulisnya lucu-lucuan kaya goresan pena si neng ini TENTANG HIDUP SEMPURNA ARTIS INSTAGRAM (A.K.A SI NENG A) saya nggak kasih ke orang dulu sebab takut ternoda kemurnian lucunya hahaha.

Sumpah gue kenapa jadi orang pede amat hahahahah

⭐ Endapkan

Ya, mengendapkan goresan pena itu penting. Kalau nggak penting-penting amat nggak perlu diendapkan lama-lama sih. Nulis malem, baca lagi pagi. Tapi kembali lagi, jikalau nulis yang kontroversial kaya SELINGKUH itu saya nulisnya seminggu lebih. Endapkan, edit, endapkan, edit, tiap hari aja begitu.

⭐ Keep it short

Ini nih, saya sering ngomelin mba Windi gara-gara nulisnya panjang banget astagaaa. Ngasih rujukan masalah aja dapat 5 dongeng sendiri, padahal mah 2 dongeng aja orang udah nangkep kok intinya.

Saya selalu edit banyak. Ketika proofread atau sesudah diendapkan, aneka macam yang saya hapus biar tidak bertele-tele. Yang penting pembaca nangkep intinya. Soalnya makin panjang nanti orang makin males bacanya. Scroll aja terus tapi inti problem nggak kesebut terus.

⭐ Latihan!

Iya beberapa waktu kemudian saya baca goresan pena orang perihal pengalaman beliau berguru nulis. Dia nggak punya background nulis apapun, cuma mendisiplinkan diri tiap malem nulis 400 kata jikalau nggak salah. EMPAT TAHUN SETIAP HARI TANPA PUTUS DIA NULIS.

Empat tahun kemudian beliau jadi kontributor tetap di beberapa publication dan punya kantor yang jual jasa nulis gitu buat CEO dan ghost writer. Dia bilang kalian nggak akan tahu apa itu disiplin hingga kalian mati-matian ngelakuin hal yang sama demi latihan untuk jadi lebih baik. Dan percaya nggak beliau latihan nulis di mana? Di Quora aja loh. Padahal kesannya Quora kawasan jawabin pertanyaan aja kan, tapi jadi kawasan latihan nulis buat dia. So inspiring!

Ya jikalau soal latihan ini saya nggak akan bantah sih sebab saya sendiri nulis udah usang banget! Kalau untuk dibaca publik, saya nulis semenjak Sekolah Menengah Pertama dan nggak putus hingga hari ini. Saya nulis untuk majalah dinding sekolah pas Sekolah Menengah Pertama dan SMA, saya kuliah jurnalistik, saya berkali-kali nulis resensi buku buat koran pas saya kuliah, saya jadi reporter, saya nulis buat publication lain, saya nulis buku, saya nulis blog. Sebagian besar hidup saya, saya habiskan nulis.

Dan itu kan dapat dianggap sebagai latihan! Terus menerus menulis yaitu latihan yang tak kunjung henti. Dengan latihan juga kita berguru diksi yang banyak sebab pas nulis mau nggak mau mikir dong nggak mau pake diksi yang sama terus. :)

Buat kalian yang punya blog, coba disiplinkan diri untuk nulis secara rutin. Kalau kalian nggak mau meluangkan waktu, nggak berusaha mencoba, ya mungkin nulis emang bukan buat kalian. Nyerah aja nggak apa-apa kok.

*loh kok judes*

*

Oke deh segitu aja. Panjang yaaaa. Semoga berkhasiat ya! Selamat menulis semuanya!

-ast-

Detail ►