Money Can't Buy Happiness
Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.
Sering banget dong ya denger quote itu? Apalagi lagi Jakarta Great Sale gini plus abis THR-an. Rasanya bahagiaaaa dapat belanja tanpa takut ganggu cashflow bulanan. Hahaha.
Tapi kemarin saya baca caption Instagram temen Sekolah Menengan Atas JG dan jadi terenyuh. Dari mana jelasinnya ya.
*malah galau sendiri lol*
Oke pertama, “Money Can’t Buy Happiness” biasanya diterjemahkan bebas dengan “orang kaya juga belum tentu senang kok”. At least saya dulu selalu menerjemahkannya menyerupai itu. Dulu sebelum saya overthinking sama segala hal hahaha.
Nah dengan definisi sesempit ini, lahirlah frasa bantahannya ya kan:
Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.
Terus saya sempat yang … iya juga ya hahahaha. Prinsipnya ya asal ada uang, bayarlah kebahagiaan itu. Cari escape lain yang dapat dibayar dengan uang.
Saya ngikutin beberapa anak orkay di Instagram, salah satu dari mereka pergi-perginya ke daerah yang saya nggak pernah tau sebelumnya hahaha. Karena traveling ke daerah mainstream itu lame untuk orang kebanyakan uang ya nggak?
Tapi semakin saya remaja *sigh* saya merinding sendiri dengan anggapan semua dapat dibeli dengan uang alasannya yakni ya, bener-bener nggak semua hal di dunia ini dapat diganti dengan uang! Oh how I was so naive alasannya yakni menganggap semua dapat dibentuk lebih senang dengan uang!
Suami selingkuh? Ya nggak apa-apa asal dibayarin belanja sepuasnya di Paris. Orangtua cerai? Ya nggak apa-apa asal rekening kondusif jaya nggak perlu kerja seumur hidup dan traveling ke tempat-tempat yang bahkan saya nggak tau ada di dunia ini. Zzz
Dulu saya beneran menganggap itu tidak apa-apa loh, kan uangnya banyak, kan dapat beli semua hal, kan cari suami gres juga simpel alasannya yakni kaya, kan bila nggak elok jadi dapat operasi plastik. Dulu = pas belum nikah dan hidup sesimpel makan tidur kerja doang lol.
PADAHAL NGGAK BEGITU KAN. Ya ada yang dapat begitu tapi mostly nggak begitu kan?
T______T
Akan selalu ada luka yang tidak sembuh meski disiram uang hahahaha. Kesel amat bahasanya.
Makanya banyak orang yang kaya raya tapi ngerasa kosong. Ya gimana, mau ngerjain hobi juga demi apa. Kita kan passionate ngerjain sesuatu alasannya yakni tau rasanya gimana bila passion itu jadi uang. *tetep uang*
Lah bila nggak butuh uang alasannya yakni semenjak lahir udah terperinci punya properti berapa dan nggak pernah tahu jumlah spesifik uang di tabungan saking infinity-nya?
Ya everyone has their own battle, mau kaya atau nggak kaya niscaya ada aja masalahnya. Jadilah saya cenderung mencari ketidaksempurnaan dari teman-teman saya yang uangnya tampak tidak berseri alasannya yakni lahir dari keluarga kaya raya.
Tipe yang tiap weekend minimal ke Bali/Singapura, kendaraan beroda empat ganti tiap 2 tahun, anaknya lahir udah pribadi punya properti buat investasi, endebrei endebrei. Ketika saya menemukan cela, saya pribadi lega. Oke ia kaya tapi ia punya problem A yang untungnya saya tidak punya.
Salah? Ya nggak lah, namanya juga menghibur diri hahahaha.
BY THE WAAAYYY INI DIA INSTAGRAM TEMENNYA JG YANG DI AWAL TADI SAYA MENTION:
Dengannya sy bljr kebahagiaan dg sgt sederhana.Di usia yg sebaya dg sy,ia(krn keterbatasannya)begitu santai menjalani harinya,tnp beban hrs begini begitu atau sibuk mengejar ini dan itu.
CRY T__________T
Ini bikin saya mikir, orang makin banyak uang itu masalahnya makin banyak! Makin banyak yang harus dipikirin!
Digetok juga sama Kevin Kwan hahahahaha. Baru setengah nih baca buku Rich People Problems dan yah, meski ketawa-tawa alasannya yakni lawak banget saya rahasia mikirin lol.
Nih ya sebagai kelas menengah, kita nggak perlu mikirin maintenance satpam dan maid 30 orang. Bukan problem uangnya loh ya, tapi dramanya. Lah mbak satu aja di rumah bikin sakit kepala kan bila pacaran terus atau hidupnya jorok? XD
Belum lagi karyawan perusahaan. Lah kita abis melahirkan mau resign aja yang dipikir cuma anak bayi, bila punya 10.000 karyawan? Yang dipikirin 10.000 karyawan dan keluarganya kan. Belum lagi maintenance pesawat jet, urusan minum aja harus impor dari Swiss kan nggak dapat minum air lokal. HAHAHAHAHA.
Ah kan ada orang lain yang mikirin. Yaiya, tapi tanggung jawab ada di siapa?
Belum lagi alasannya yakni standarnya beda kan. Saya makan Genki Sushi aja bahagia, bila orkay harus bawa chef sushi dari Jepang pribadi semoga bahagia. Saya belanja di Jakarta Great Sale aja senang alasannya yakni irit, bila orkay bajunya couture semua kan otomatis lebih ribet.
(SUNGGUH PERBANDINGAN TIDAK SEPADAN YHAA HAHAHAHA)
Karena tidak tahu apa-apa, hidup jadi lebih sederhana. Kalau tahu lebih banyak, maka lebih banyak pula yang mengisi antrian pikiran.
Kaprikornus ya panjang lebar nulis ini cuma mau bilang: uang segini masalahnya segini, uang segunung masalahnya juga jadi segunung.
Kaprikornus mau uang yang mana? Eh salah, mau problem yang mana? ;)
-ast-
Posting Komentar