Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri mengurangi-intrik-rumah-tangga. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri mengurangi-intrik-rumah-tangga. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Mengurangi Intrik Rumah Tangga


AHEY JUDULNYA LOL

Tahun depan akan jadi tahun ketiga saya dan JG menikah, tahun kelima sama-sama. Gila sih ya ternyata serumah sama orang yang sama bertahun-tahun itu. 😂

Kalau orang liat kami dari luar sih ya semenjak dulu komennya selalu "seru banget sih kalian", "kalian mah jodoh banget udalah", things like that. Dikata kami ketawa-tawa mulu tiap detik, nggak berantem.

YA BERANTEM LAAHHH. Nggak berarti alasannya yakni kami bego-begoan terus jadi bukan manusia. 😂

Kalian kalian yang belum nikah, pas pacaran berantem itu problem yang sungguh cemen kan. Seperti:

"Kamu kemana sih seharian nggak dapat ditelepon?" --> kerja bro kerja.

"Main futsal aja sama temen-temen kamu, saya mah bukan prioritas di hidup kamu" --> padahal udah seminggu bareng-bareng.

"Kamu kok dari tadi nggak dengerin saya ngomong!" --> alasannya yakni cowoknya lagi parkir dan pemuda sampah banget soal multitasking.

"Terserah!" --> artikan sendiri. 90% berujung ceweknya ngambek lol.

(Baca: Cerita JG yang posesif pas pacaran)

Pas udah nikah? Berantem alasannya yakni hal yang LEBIH CEMEN LAGI DONG tentunya. HAHAHAHAHAHA

"Buka pintu dapat pelan nggak sih? Bebe berdiri kan!" --> dengan bunyi yang lebih kenceng dibanding bunyi pintu

"Kaos kaki kenapa awut-awutan gini sih!" --> sendirinya jilbab awut-awutan di mana-mana

"Sayang, kaos kakinya anyir kenapa sih masih dipake juga!" --> katanya sayang tapi marah-marah lol

DAN RATUSAN HAL CEMEN LAINNYA.

Dari urusan pencet odol hingga piring kotor. Peres baju gimana caranya, jemur baju itu begini loh, taro kabel ya digulung. Charger saya jangan dipake saya mau ngecaassss! Celana kau bau! Baju kau kusut ganti dulu lah telat dikit biar! Ya salah sendiri bangunnya siang kok telat pergi nyalahin aku!

WE COMPLAIN AND COMPLAIN AND COMPLAIN UNTIL WE DON'T GIVE A SHIT ANYMORE.

Iya, alasannya yakni berantem itu capek. Teriak itu butuh energi banyak.

Dan apa gunanya teriak jikalau kita toh masih mau ada ia buat dikuwel-kuwel. Buat jadi #instagramhusband. Buat dimintain bawain tas alasannya yakni harus gendong anak. Buat dimintain tolong masakin Indomie. Buat dibawelin setiap saat. Buat dicolek-colekin supaya sebel lol.

Kurang-kurangin berantem sama suami, gaes. Kalau sama pacar mah biarin aja, sekalian ngetes endurance ia lolol.

Makara ya pada dasarnya tiga tahun menikah ini saya mencar ilmu banyak nahan emosi. Indikatornya jikalau mengandung hal-hal di bawah ini, jangan diucapkan apalagi diteriakkan.

1. nggak penting dan nggak berfaedah
2. NGGAK MENGUBAH KEADAAN
3. sekiranya menyakitkan

Makara misal sama-sama berdiri telat. Bisa aja kan dibikin berantem model "kamu sih nggak bangunin aku!" dibalas dengan "ya kau juga nggak denger alarm kamu!" Blablabla. Kalimat itu mengandung ketiga indikator di atas.

Tidak penting dan tidak berfaedah alasannya yakni tidak mengubah keadaan. Tentu menyakitkan alasannya yakni ada satu pihak yang disalahkan padahal bukan salah dia. Mau teriak hingga bego juga tetep telat kan jadi ngapain deh berantem segalaaaa?

Kalau saya dan JG misal berdiri jam 7.

saya: "yah jam 7 nih sayang"

JG: "yah telat deh"

end

Udah telat mobilnya mogok.

JG: "YAAHHH KOK NGGAK NYALA MOBILNYA"

*sensitif alasannya yakni jikalau saya nadanya naik atau terkesan menyalahkan, maka akan terjadi pertengkaran yang tidak perlu dan buang-buang waktu*

saya: "jadi naik grab kita?"

JG: "ok"

end

❤️

Kalau salah satu ada yang salah dan menciptakan yang satunya marah? Yang murka boleh murka tapi yang salah sebisa mungkin TIDAK BOLEH MARAH. Meskipun yang salah kelewatan gitu contohnya ya udalah terima aja.

Karena mau ikut murka juga tidak mempunyai kegunaan gaes. Hanya akan memperbesar kobaran peperangan. Ujungnya tetep yang salah harus minta maaf kan. Di sini ego dipermainkan banget apalagi buat alpha female kaya saya, diomelin dikit berasa harga diri terinjak-injak HUAAAA RASANYA PENGEN IKUT NGAMUK JUGA. 😪

Tapi ya udah kan saya yang salah, sebaiknya yang salah harus lebih tenang, jawab dengan kaleum *meskipun jikalau saya biasanya saya udah nangis lol* Berusaha aja masukkan pikiran positif bahwa he didn't mean it, he's just angry and not showing his true self.

Kalau saya yang murka JG lebih annoying lagi sih. "Iya iya maaf ya geulis bageur aduh jikalau murka tambah manis waawww"

🙅🏻🙅🏻🙅🏻

Makara ya, begitu. Baru berasa banget jikalau lebih toleran berakhir dengan hidup berdua yang lebih damai. Meskipun ya terima aja rumah berantakan, piring kotor numpuk, itu bukan hal yang harus diberantemin. Maklum no mbak no nanny.

"Kamu nggak mau basuh piring? Aku juga nggak" PASS. Besok lagi aja.

"Kamu nggak mau basuh baju? Aku juga. Ayo kita laundry" SOLVED

"Kamu nggak mau masak lagi? Aku juga. Oke kita katering" SOLVED

Gampang kan?

(Baca: Tips Survive Tanpa Mbak dan Nanny untuk Ibu Bekerja)

Dan yes, marah-marah itu lebih mungkin terjadi ketika capek. Salah satu capek atau dua-duanya capek. Makanya jangan banyak komplain jikalau salah satu maunya tiduran terus sambil main hp. Main hp di kasur sama-sama juga termasuk quality time kok, jangan percaya majalah yang bilang quality time cuma pillow talk atau traveling bareng.

Satu lagi, jangan saling menyalahkan jikalau urusan anak alasannya yakni itu menyakitkan. Misal anak jatuh, jangan nyalahin istri lah alasannya yakni istri juga nggak mau itu anak jatuh. Kasihan banget saya sering baca curhat ibu-ibu yang disalahin suami alasannya yakni anaknya kenapa-napa. Nyalahin itu memang simpel mabrooo. Coba aja urus anak sendiri. Urusan anak prestasi bapaknya yang bangga, anak badung ibunya disalahin itu memang masih banyak terjadi. Kalau JG gitu mungkin saya sudah kabur dari rumah huft.

Kalau masalahnya besar? Ini saya nggak berani kasih saran lah, siapa saya ini umur aja belum 30 *heyak bawa-bawa umur*. Cuma ya, apapun itu, air cuek lebih bikin adem daripada air panas. Bicara dengan kepala cuek akan lebih tenang dibanding dengan kepala panas.

*

Intinya jangan simpel kebawa emosi. Karena perkataan menyakitkan dapat dilupakan, tapi bukan berarti tidak dapat diingat kembali.

Have a good day, luv! Yang punya tips mengurangi intrik-intrik rumah tangga boleh juga loh di-share! :D

-ast-

Detail ►

Rumitnya Menikah

Saya tidak bicara dari sudut pandang agama ya. Kalau mau dilihat dengan sudut pandang agama apapun silakan, tapi mungkin tidak akan sesuai. :)


Di usia saya sekarang, lingkungan pertemanan saya rata-rata sudah menikah dengan dua anak. Usianya memang sudah masuk untuk punya dua anak. Usia ideal bagi society, belum tentu ideal bagi diri sendiri sebab toh pada kenyataannya jumlah anak tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan rumah tangga.

Ada yang terus menerus bertengkar sebab suami menduakan berkali-kali tapi tetap hamil lagi, made up sex that only made the baby but not the family. Bayinya jadi tapi kekerabatan suami istri tetap berantakan. Anak kedua pula. Istrinya nggak kerja pun.

Ada pula yang memaksa menikah padahal tidak satu prinsip dengan calon suami, dengan alasan berharap suami sanggup membawa ke kehidupan yang lebih baik. Tapi ternyata tidak. Bagaimana sanggup kalau definisi "hidup lebih baik"-nya pun berbeda? Hidup bersama orang yang tidak satu value itu melelahkan. Mau bercerai kok ya suami terlalu sempurna? Punya alasan apa?

Ada yang suaminya mendadak mengubah janji sesudah menikah. Bayangan menikah menyenangkan jadi sebaliknya. Me time jalan-jalan dengan sahabat sesudah semingguan mengurus dua anak tidak diberi izin. Padahal sebelum menikah sudah ditanya bolehkah ini dan itu, jawabannya selalu boleh.

Bahkan hal "sesederhana" melarang istri bekerja saja sanggup jadi urusan panjang kalau istrinya memang tipe yang senang bekerja dan tidak sanggup hanya membisu di rumah. Belum lagi urusan mertua, urusan sekolah anak, urusan suami yang tidak mau bantu pekerjaan rumah tangga, suami yang tidak mau dititipi anak, dan buanyak lagi.

(Baca: Beda Prinsip Lebih Baik Tidak Makara Nikah Loh!)

Kalau mendengar cerita-cerita ketidakbahagiaan dalam janji nikah saya selalu merasa bersalah sebab masih suka ngeluh hahaha. Meski satu prinsip pada segala hal, ya kami juga punya duduk perkara kecil yang padahal sanggup diabaikan. Padahal dibandingkan duduk perkara orang lain sih duh remeh banget. Untuk hal-hal lain yang besar dan melelahkan, so far kami selalu satu suara.

Menghadapi Bebe, maka kami vs Bebe, menghadapi mertua dan keluarga saya maka kami vs mertua dan keluarga. Itu yang menciptakan kehidupan janji nikah saya rasanya tidak serumit orang-orang. Orang-orang yang seumuran saya loh ya, yang gres menikah 5 tahunan.

Karena banyak ya ternyata yang suami selalu membela ibunya dibanding istri. Pokoknya istri harus nurut ibu aja mau ibunya logis apa nggak. "Kamu nurut lah sama ibu aku!" Wow wow. Kenapa nggak kita diskusikan dulu berdua kemudian ambil keputusan BERDUA dan jelaskan ke mertua hasil keputusan BERDUA itu? Kan kau nikahnya sama saya bukan sama ibu kamu?

T________T

Padahal mertua nyuruhnya itu punya anak lagi meski anak pertama masih kecil, semoga capek sekalian katanya. Istri nurut ajalaahhh. Duh sakit kepala mikirinnya. Punya anak ya, mau kini mau nanti ya sama-sama capek. Kan terserah yang mau ngelahirin dong kapan mau beranak lagi. Kalau suami dan ibunya berkomplot nyuruh punya anak sementara yang hamil masih keberatan masa dipaksa? Emang wanita hidup cuma buat jadi medium beranak doang?

T________T

DAN INI TRUE STORY. Semua pola di atas tadi dongeng beneran. Dari orang yang nikah gres 3-5 tahun! Nikah gres 3-5 tahun aja repotnya udah kaya gini wow. Kalau kata Nahla, bayangkan harus hidup kaya gitu 50 tahun lagi.

Karena sering denger curhat model menyerupai ini, maka kini kalau ada orang bilang duh pengen buru-buru nikah, saya dan JG niscaya kompak bilang "Yakinnn? Duh pikir-pikir dulu lah". Dan kami serius soal itu. Kami tidak mau kalian jadi orang berikutnya yang curhat sebab "nikah kok gini amat ya". Hiks.

Pusing ya? Iya nikah itu pusing banget, complicated.

Dan ya, orang-orang menikah ini selalu bicara janji nikah seolah menikah ialah sesuatu yang paling menyenangkan di dunia! Well, no, except you find the perfect one.

Katanya "nikah aja nggak apa-apa, iya sih pusing, tapi enaknya juga banyak" YA ITU KAN ELO. Saya sih nggak berani menyarankan orang menikah hanya sebab janji nikah saya baik-baik saja. Ya saya baik-baik aja, orang lain? Kan belum tentu.

(Baca: Selingkuh dan Pelakor)

Banyak yang baik-baik saja tapi banyak juga yang berusaha terlihat baik-baik saja. Banyak yang tampak mesra di social media padahal menangis setiap malam. Banyak yang di luar sama-sama terus, di rumah mah ya masing-masing aja kaya nggak kenal. BANYAK. Banyak yang menikah socially bukan personally.

Karena semenjak awal, banyak yang pernikahannya itu soal "social acceptance". Ya dalam tanda kutip. Menikah sebab tertekan lingkungan, menikah sebab memang merasa sudah usianya harus menikah, menikah sebab keluarga meminta menikah, menikah sebab ya mau ngapain lagi bro, semua temen udah nikah. Ya nggak tau, ngapain kek, keliling dunia mungkin?

Makanya memilih tujuan menikah itu penting dibicarakan semenjak awal. Oiya kita mau nikah, apa tujuannya?

Misal tujuan menikahnya ialah "melanjutkan keturunan" maka sesudah menikah sasaran berikutnya ialah punya anak dong? Terus ternyata nggak dikasih anak. Jadinya logis kan kalau salah satu minta cerai sebab nggak sanggup punya anak? Atau misal kalau istrinya yang ternyata punya duduk perkara kesehatan, jadi logis dong kalau suami minta poligami? Ya sebab memang tujuan awalnya kan melanjutkan keturunan.

Saran saya sih cari yang tujuannya hidup bersama selamanya deh. Nonton film Test Pack sama calon pasangan, tanya pendapatnya kalau itu terjadi sama kalian. Bukan promosi, tapi film itu ngasih citra banget pasangan yang ideal berdasarkan saya. Menurut saya loh yaaa. :)

Tapi hening dulu, ada kok pasangan yang bener-bener bahagia. Kategori ini pun masih terbagi dua. Hahaha.

Pertama, yang satu prinsip hidup karenanya santai sama segala sesuatu. Perfect match made in heaven. Berantem cuma urusan siapa yang mandi duluan lol. Satu visi misi, nggak saling menuntut suami harusnya gini, istri harusnya gitu!

Kedua, salah satu sebenernya sebel tapi ya udah terima ajalah daripada pusing. Telen aja udah, eh sori, tulus aja udah. Namanya juga nikah ya kan, harus saling ikhlas, harus toleran namanya juga dua kepala jadi satu. :)

(Baca: Mengurangi Intrik Rumah Tangga)

Masalahnya, tulus itu nggak gampang. Nggak semua orang punya stok tulus luber-luber. Ada yang di depan suami dan keluarga tepat banget sebagai istri dan ibu. Tapi di social media ya ampuuunnn, 180 derajat. Terlihat sekali beliau butuh sahabat untuk bicara, butuh sahabat untuk berdiskusi. Nyamber sana-sini, komen sana-sini. Kan kasian jadinya.

Atau yang lebih sanggup menahan diri biasanya hanya curhat pada sahabat. Keluhan-keluhan yang tidak pernah terbayang sebab di luaran sana mereka ialah pasangan tepat yang bikin iri semua orang. Sahabat-sahabatnya ini yang jadi ikut duka huhu kasihan tapi nggak sanggup bantu banyak juga. :(

Inti dari semua ini adalah. Pikir yang banyak sebelum nikah! Tanya pertanyaan-pertanyaan ini ke calon pasangan! Dan wanita harus mandiri, tidak mandiri, tidak mau punya penghasilan tidak apa-apa tapi siapkan storage untuk tulus yang banyak yaaa. :)

Kalau sesudah ini kalian jadi ragu menikah, manis dong. Keraguan akan jadi kehati-hatian, dan menikah ialah keputusan yang harus diambil dengan hati-hati. Percayalah bahwa dengan ragu dan hati-hati, kalian akan menemukan seseorang yang sanggup membuatkan prinsip hidup selamanya. Menjalani hidup tanpa jadi orang lain, tanpa harus selalu bersembunyi di balik kata ikhlas.

Karena sesungguhnya, keikhlasan tidak dibutuhkan lagi di sebuah kekerabatan yang membuatkan prinsip hidup yang sama. Your life would be so much easier. Toleransi niscaya ada, tapi sungguh di hal-hal yang sangat kecil hingga tidak pantas disematkan sebagai sebuah keikhlasan. :)

Untuk kalian yang belum menikah, merasa menikah terlambat, tidak menikah, atau sudah berhenti menikah, hal apapun wacana janji nikah tidak mengurangi sedikit pun dari harga kalian di dunia ini. You're all worth it.

Selamat hari Senin! Baca goresan pena wacana janji nikah lainnya di sini ya! Tentang Nikah

-ast-

Untuk kesayangan aku, @jago_gerlong. Terima kasih untuk jadi kau yang menyerupai aku. Untuk diskusi duduk perkara yang tidak pernah panjang, untuk pertengkaran yang tidak pernah bermalam, untuk jadi tanggapan atas semua kebimbangan. I love you 💛 (TOLONG INI DISCREENCAP DAN BELIIN AKU IPHONE 7 DONG! HAHAHA)

Detail ►

Belajar Kalem


Sebelum kalian-kalian di dunia kasatmata protes “WOY, LO KALEM SEBELAH MANA DEH?!” mari saya luruskan dulu bahwa postingan ini hanya berlaku untuk kekaleman dalam menghadapi masalah, bukan kekaleman dalam berghibah di meja makan siang. NGERTI, BEBS? NGERTI DONG YA!

Kalau judes, itu perpanjangan dari saya yang suka to the point. Nggak suka basa-basi. Bagi orang yang suka basa-basi dan nggak enakan ya jadinya judes. Padahal saya cenderung santai loh dalam menghadapi sesuatu.

Boleh dicek di semua akun socmed, saya bukan tipe orang yang reaktif. Bukan tipe orang yang lagi rame perkara apa, pribadi ikutan bikin status juga. Bukan tipe yang praktis nge-reply orang defensif juga. Yaaa, diem-diem ajalah, kecuali emang diajakin Nahla bikin #SassyThursday ya. Saya sih hari-hari mah banyakan juga share video lucu atau menyentuh hati gitu. *halah

Tapi patut kalian garis bawahi, kalau saya BISA santai sekarang-sekarang doang sesudah nikah. HAHAHAHAHAHAHA. Dulu mah saya annoying lah super.

Sedikit dari drama saya waktu pacaran sanggup dibaca di postingan ini: Mengurangi Intrik Rumah Tangga

Pokoknya saya drama banget lah waktu pacaran. Sebisa mungkin menggunakan prinsip kalau sanggup ngerepotin beliau kenapa nggak? HAHAHAHA.

Prinsip itu tidak disengaja sih, maksudnya nggak niat ngerepotin. Emang manja aja, anaknya suka dimanjain. Rese ya. Rese banget level kalau pengen makan sesuatu YA ANTER KE RUMAH DONG SEKARANG JUGA.

Kalau nggak dibeliin ngambek bodo amat.

via GIPHY

Mungkin sebab di rumah anak pertama, udah punya adik dari umur 3 tahun, jadi selalu jadi yang berpengaruh dan sanggup diandalkan ya. Kaprikornus kalau punya pacar, saya memindahkan beban andalan itu ke pacar. Kurang lebih begitu.

Maka dari itu, mengingat masa muda yang sungguh sesuai dengan definisi cewek-cewek nyebelin, saya merasa BERHAK nulis tips berguru kalem. HAHAHAHAHAHA.

Jadi gimana caranya sis?

Pacaran sama orang yang sama nyebelinnya lol. Karena JG itu nyebelin banget, saya mau rese gimana juga beliau nggak peduli hahahaha. Bukan tipe yang mau-mau aja disuruh nganterin makanan malem-malem atau mau-mau aja diminta jangan futsal dan pergi sama saya.

NGGAK PERNAH MAU HIHHHH. Dia mah bodo amat saya marah-marah telepon nggak diangkat juga yang penting sanggup main PS sehari semalem. Emang rese dia, sama resenya sama saya. XD

Sama resenya, sama emosiannya, sama nggak mau kalahnya, sama keras kepalanya. Pokoknya kalau berantem itu kaya ngaca sama diri sendiri deh. Mau debat juga ngga bakal ada yang menang sebab energi ngototnya sama banyak. Maklum ultah cuma beda 2 hari ya, sama-sama Libra (kalau cocok aja ngomongin zodiak lol).

Ya udah pada dasarnya selama pacaran itu seringgggg banget berantem dan saya nggak peduli lho. Berantem ya berantem aja emang kenapa. Nggak pengen putus soalnya sayaaanggg banget hahahaha. Dan berantem nggak pernah lebih dari sehari sebab kangen lol. Kalian tau kan tipe-tipe pacaran yang seru banget dan nyambung di segala lini tapi juga exhausting banget kalau berantem. Mirip-miriplah sama kata orang, "jangan hepi banget nanti murung banget". Nah kurleb begitulah.

(Baca: Pertemanan Orang Dewasa)

Pas udah nikah TERNYATA saya lama-lama males juga berantem. Padahal terhitung jarang lho, nggak sebulan sekali amat ngotot-ngototan. Tapi tetep aja males. Kalau sanggup nggak ngomel kenapa harus ngomel sih? Lagian pas udah nikah kalau berantem besok paginya niscaya baikan sebab kami LUPA sama emosinya lol. Kaprikornus udah nggak pernah pergi kerja dalam kondisi berantem gitu. Tidur menyembuhkan hahahahaha.

Sekalinya berantem jadinya sebel banget sebab kok kita berantem sih? Kalau berantem gini kenapa nikah sih?

Kaprikornus masuk tahun kedua nikah saya bertekad untuk nggak berantem lagi SAMA SEKALI, sebab berantem itu capek dan nggak sanggup kabur gitu sebel. Bete juga mau gimana. Mau dongeng ke orang lain juga nggak mungkin kan sebab nggak suka umbar masalah. Mau posting di socmed ya nggaklah saya kan punya personal branding yang harus dijaga HAHAHA.

via GIPHY

Akhirnya saya berguru meredam emosi.

IYA, SAYA LHO. SAYA YANG RESE INI LOL.

SUSAHNYA YA TUHAN.

Ada masa-masa di mana JG ngomongnya udah naik dan saya tersinggung tapi saya BERUSAHA diem. Itu hingga nahan gigi gemeretekan gitu loh mau marahnya.

Tapi saya diem.

Karena untuk apa. Akhirnya saya hingga pada simpulan di postingan yang sebelumnya itu. Nggak boleh naikin bunyi kalau:

1. nggak penting dan nggak berfaedah
2. NGGAK MENGUBAH KEADAAN
3. sekiranya menyakitkan

Contoh:

Mobil mogok, JG panik sebab udah telat mau pergi kerja. Ngomongnya udah naik banget “aduh kenapa sih ini nggak nyala-nyala!”

Opsi tanggapan saya dua:

a. “MANA AKU TAU KOK NANYA AKU SIH?!”

b. “Ya udah biarlah, pesen Grab aja dulu kini gres tar malem panggil montir”

Opsi tanggapan beliau berikutnya bila saya jawab a: “YA KAMU KENAPA IKUTAN MARAH SIH, BANTUIN JUGA NGGAK BLABLABLABLA NGOMEL” *berakhir saya panas juga dan hasilnya berantem kemudian manyun*

bila saya jawab b, ada kemungkinan beliau masih panas juga dan saya akan tetep BERUSAHA kalem. Atau ya beliau juga nggak jadi marah.

Itu saya coba terus menerus sebab JG awalnya NGGAK SADAR kalau saya nggak lawan beliau lagi. Kaprikornus beliau masih praktis naikin suara. Lama-lama terbiasa loh. Terbiasa untuk nggak panas dan senggol bacok.

Lama-lama yaaa kaya nggak pengen ikutan murka lagi dan diem aja. JG nya juga lama-lama nggak praktis murka loh. Inget, kekaleman itu menular!

Kaprikornus ya udah kini kalau pengen marah, yang diinget pertama yaitu “marah/ngomel nggak ya? untuk apa ya marah/ngomel? ah nggak usah deh” gitu. Atau kalau lagi bete juga atau lagi capek, ya udah diem aja nggak usah nanggepin marahnya orang lain. Yang penting diri sendiri dulu jangan marah-marah.

via GIPHY

Apalagi buat kalian yang suaminya kalem. Apa nggak resah sendiri kita murka padahal dianya diem? Kenapa harus ngomel kalau yang diomelin aja kalem?

Kecuali kalau suami kalian KDRT ya, seek help! Kalau sekadar beda pendapat atau emosi gara-gara kunci ilang, macet, mogok, telat jemput sekolah, lupa bawa tas anak ke sekolah, gitu-gitu sih nggak usah lah dibikin berantem. Kalemmmm aja.

Meskipun nggak marah, kalau sebel jangan dipendam juga. Ya harus bilanglah agar beliau tau. Bilangnya lewat chat aja jangan ngomong pribadi hahahaha. Yang penting tersampaikan. Demi kehidupan yang less drama.

Sama anak juga kami berdua begitu lho. Bebe numpahin air, mecahin gelas, jatoh, apapun ya nggak perlu dimarahin lah. Rata-rata yang beliau lakukan out of curiosity kok. Masa iya sengaja numpahin air agar saya sebel, geer amat. Numpahin air agar tau rasanya main air di lantai kan? :))))

Sama hal-hal di luar kuasa kita juga. Kaya macet atau antrian panjang gitu, kenapa harus murka kalau emang antriannya panjang? Kalau dipotong antrian gres saya murka DAN TEGUR.

Terus apa kekaleman ini selalu berhasil? NGGAKLAH. Apalagi kalau lagi PMS ya wihiiiii sanggup panjang lebar saya chat ngomel-ngomel kalau beliau nyolot. Nggak apa-apalah sebulan sekali ya, asal nggak ngotot-ngototan lagi di dunia nyata. Itu cukup.

Kaprikornus yuk berguru santai yuk. Susah tapi niscaya sanggup kok. Kerasa banget bedanya kehidupan santai dan kehidupan kalian sebelumnya.

Ayoooo ambil kaca, siapa yang masih suka ngomel-ngomel padahal tau nggak terperinci juntrungannyaaaa? :D

-ast-

Detail ►