Iya sedikit aja menerapkan metode KonMari alasannya yaitu saya nggak menerapkan semua tipsnya. Kenapa? Karena ada beberapa metode ia yang bikin saya agak "eh? no way!" HAHAHAHAHAHA.
KonMari ini nama beken dari Marie Kondo, wanita Jepang yang pekerjaannya yaitu konsultan rapi-rapi rumah. Iya, ia konsultan untuk orang yang mau rumahnya rapi terus! Rapi selamanya bukan rapi kini besok awut-awutan lagi KAYA SAYA. Dan saya yakin 90% dari kalian semua yang tidak punya mbak dan tidak punya darah untuk selalu beres-beres hahaha.
BTW INI AKAN PANJANG. Marie Kondo ini nulis buku best-seller judulnya "The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing" dan masuk ke daftar 100 orang paling besar lengan berkuasa di dunia tahun 2015 versi majalah TIME. Karena saya lagi beres-beres dan decluttering terus 2 tahun belakangan, saya baca deh buku ini.
Iya saya beres-beres 2 tahun belakangan alasannya yaitu anaknya susah move on. Tapi sungguh, dibanding 2 tahun lalu, barang-barang saya udah berkurang berbagai .
Tahun ini juga untuk pertama kalinya kami nggak bikin resolusi tahun gres alasannya yaitu resolusi tahun ini saya justru ingin decluttering hingga selesai dan jikalau dapat nggak perlu beli barang nggak penting dan besar lagi. Tapi gres aja Januari udah beli mesin basuh hahaha.
Saya nggak menghitung terperinci alasannya yaitu udah terlalu usang ini prosesnya, tapi jikalau pakai karung, baju saya, JG, dan Bebe yang keluar aja udah lebih dari 10 karung. Tas entahlah udah berapa banyak banget. Sepatu juga. Dan lemari saya masih tetep penuh. Sudah kosong, sudah lega, tapi saya belum sreg alasannya yaitu masih ada baju yang saya simpan alasannya yaitu sayang aja.
Masalahnya barang-barang yang saya "sayang aja" itu udah saya simpen bertahun-tahun tanpa dipake atau dibuka sama sekali! Terdiam aja tanpa disentuh. Mending jikalau rumah gede, ini kan nggak. Barang usang nggak keluar, barang gres makin banyak. Kan sebel rumahnya jadi makin sempit huhu.
Makara postingan ini saya dedikasikan untuk para hoarder menyerupai saya yang susah move on dari TAG HARGA BAJU hanya alasannya yaitu baju itu kesayangan dan nyarinya susah HAHAHAHAHA.
Does it spark joy? Tips utama dari metode KonMari ini adalah, kita harus pegang satu-satu barang dan rasakan apakah barang ini dapat memunculkan 'spark joy'.
Iya itu kriteria seleksi nomor satu: does it spark joy? Kalau nggak ya singkirkan aja alias BUANG. Kita nggak butuh banyak barang kok dalam hidup. Makin sedikit barang, makin lega ruangan daerah kita tinggal, makin tenang alasannya yaitu nggak cluttered. Nggak susah cari sesuatu alasannya yaitu kita tahu persis apa aja barang kita. Nggak praktis berantakan.
Ah ya gitulah pokoknya. Nggak dapat banget saya bikin kalimat memotivasi kaya KonMari.
Keep only those things that speak to your heart. Then take the plunge and discard all the rest. -- Marie Kondo
Oke jadi urutan tidying with KonMari method itu begini:
1. Pakaian (termasuk tas, sepatu, kaos kaki, legging, apapun yang kain-kain di lemari)
2. Buku
3. Dokumen dan kertas-kertas
4. Pernak-pernik
5. Barang kenangan
Gimana mulai beres-beresnya?
Sort by Category Iya jadi bukan by location. Kita kan biasanya jikalau beres-beres hampir niscaya menurut lokasi dulu. Beresin kamar dulu, dapur dulu, ruang tengah dulu. Metode KonMari tidak menyarankan itu alasannya yaitu begitu selesainya usang dan nggak runtut. Lebih baik menurut kategori dulu. Kategorinya yang 5 di atas itu tadi.
Karena kadang pakaian aja kita nggak semuanya taro di kamar. Ada yang nyasar ke lemari di ruang tengah atau mana gitu. Nggak satu tempat. Nah sebaiknya dibereskan sekaligus dulu semua, gres kemudian disimpan di satu tempat, jangan nyebar gitu.
INGAT: beres-beres menurut kategori, dan mulai lokasikan barang per kategori di satu tempat. Kata ia sih semua barang harus dijembrengin di lantai terus pegang satu-satu dengan lembut dan mikir apa mau dibuang apa mau disimpan. KALAU GUE LEMBUT MAH GUE SIMPEN SEMUA ATUH LOL.
(Baca: Suka Menumpuk Barang? Hidup Minimalis Yuk!) Ini detailnya.
1. Pakaian Lepas tag pada baju. Saya banyak banget baju masih ada tagnya dan kaos kaki yang masih dibungkus. Akhirnya direlakan lah sudah. Mereka bukan milik saya, akan lebih berkhasiat jikalau dikasih ke orang.
Yang paling bikin saya susah move on yaitu baju-baju waktu muda. T_____T Beli pake uang ayah, belinya mahal, trendi banget pula. Saya kaya nggak rela gitu dan itu digetok sama Marie huh sebel. Dia bilang:
But when we really delve into the reasons for why we can’t let something go, there are only two: an attachment to the past or a fear for the future.
SEBEL. KARENA MEMANG IYA. Akhirnya saya let go, alasannya yaitu ngapain atuh lah nyimpen hot pants atau baju-baju yang nggak mungkin saya pake lagi? Kalau pun nggak pake jilbab juga aib sama umur hahahaha.
Yang beli udah berbulan-bulan dan nggak saya pake juga saya let go. Intinya jikalau ada benda yang kalian selalu pikir sebagai "simpen aja nanti juga butuh" itu kemungkinan besar nggak bakalan dipake. Berlaku buat semuanya. *kemudian ngos-ngosan*
2. Buku-buku Seperti juga baju, buku yang sudah bertahun-tahun "akan dibaca nanti" itu kemungkinan tidak akan dibaca selamanya. Makara ya sumbangkan aja. Perlakukan buku menyerupai makanan, ada masa kadaluarsa nya jadi nggak stok masakan banyak-banyak toh?
Buku = masakan ini analogi saya bukan kata KonMari lol *proud*.
Iya jadi nggak beli buku jikalau masih punya buku yang belum dibaca. Baca dulu yang ada. Godaannya berat, tapi jikalau nggak gitu, kita numpuk buku yang belum tentu dibaca dan buang uang. Percayalah. Masa nggak percaya sama KonMari alasannya yaitu belahan buku ini saya relate banget hahahaha.
Kondo believes people keep books for far longer than necessary.
Makara jikalau buku udah dibaca setengah terus ditinggalin, ya udah berarti nasibnya itu buku emang cuma dibaca setengah. Buku itu harusnya dibeli kini dan dibaca sekarang. Kalau beli kini dibaca nanti, kemungkinan besar nggak akan dibaca. APALAGI jikalau udah beli buku baru. Beli buku gres 3, dibaca 1, beli lagi 3, dibaca 1, terus aja begitu. ITU SAYA. KZL.
Saya kini cuma nyisain Harry Potter sama Dan Brown aja. Segala novel udah disumbangin semua alasannya yaitu cuma bikin abu aja. Nggak bakal dibaca ulang percayalah.
Kecuali buku Bebe ya. Buku anak sih dibaca berulang-ulang banget kan. Makara rak buku di rumah isinya kini hanya buku Bebe dan beberapa buku JG. Saya pake Kindle dong. #TeamKindle
3. Dokumen BUANG SEMUA KERTAS. Hampir semua kertas di rumah itu nggak berguna. Resep yang nempel di kulkas entah kapan mau dicoba masak. Sekalinya masak malah googling. Laporan harian Bebe, struk belanja, bahan seminar apalah yang come on, nggak bakal dibaca lagi alasannya yaitu nggak peduli lah. Buang semuanya.
Saya juga punya satu laci yang harusnya isinya dokumen penting kaya Kartu Keluarga, paspor, akte kelahiran, dll. Laci itu pada karenanya malah jadi daerah naro peta, boarding pass, segala struk belanja yang saya anggap barangnya penting. Saya hingga punya satu amplop isinya struk belanja barang-barang waktu lamaran. Pentingnya sebelah mana auk ah. Sampah.
Kalau di rumah Bandung mah ada satu pouch gede isinya tiket bioskop astaga. Tiket bioskop semenjak cukup umur dengan pacar beda-beda hahahahaha. Sinting sama hoarder apakah saling berkaitan?
Tapi alasannya yaitu saya anaknya menyimpan kenangan banget, karenanya yang bener-bener sulit dibuang padahal sampah, saya foto terus upload di album khusus di Google Photo HAHAHAHAHAHA. Sampahnya pindah jadi sampah elektronik lol.
4. Pernik-pernik (termasuk perkabelan) Charger zaman dulu yang hpnya udah entah kemana, kabel charger rusak, dus hp, dan segala-gala dus yang entah kenapa disimpen segala. "Kali aja mau dijual" well jikalau kalian tipe yang jual beli sih silakan. Saya hampir nggak pernah jual apapun jadi udahlah buang aja.
Pin, kalung, cincin yang numpuk doang padahal udah nggak suka lagi atau udah patah. Tetep aja disimpen duh kenapa sih gue huhu. Belum lagi masihhh aja beli karet rambut, pin, patch, numpuk.
Dan yang jadi sampah juga souvenir atau buah tangan itu. Berapa persen sih souvenir nikahan dari kelas menengah yang bener-bener dipake? Buang aja atau nggak usah terima. Nggak apa-apa kok nolak souvenir nikahan, mbak pagar ayu penjaga buku tamu nggak akan marah. Kecuali yang nikah orkay yang souvenirnya dapat batik mahal atau malah Hermes kaya kakaknya neng blogger sebelah lol.
Karena sampah banget gengs. Gantungan kunci lah, daerah tisu lah, kipas lah mana mah kurang indah kan ada nama pengantinnya. Sekiranya tidak akan digunakan maka tidak usah diterima atau buang aja, kasih ke orang. :)
Oleh-oleh atau hadiah yang nggak kita suka gimana? Marie ngomongnya judes tapi ia benar.
Menurut Marie, hadiah dan buah tangan itu takdirnya hanya untuk diterima. Setelah diterima maka "tugas" nya selesai. Buang aja udah lol. Tradisi buah tangan ini emang harus dihapuskan sih. Harusnya dibikin hukum sosial bahwa bawalah buah tangan dalam bentuk masakan lol.
5. Barang kenangan
INI NIH. Saya punya sekotak isinya ... Kekoreaan. HAHAHAHAHAHA. CD album yang ada tandatangannya (yang nggak ada ttd nya udah saya giveaway in 2 tahun lalu), segala lightstick (sebutkan semua artis Korea yang konser di sini dan di Singapur 2011-2012 dan saya punya semua lightsticknya alasannya yaitu saya lemah banget sama sesuatu yang nyala-nyala huhu), id pers, press release, tiket konser, semua ada di kotak itu.
Akhirnya beberapa bulan kemudian kotak besar itu saya bawa ke Bandung dan saya sungguh besar hati alasannya yaitu merasa dapat move on dari kotak itu.
KEMUDIAN DIOMELIN MARIE LOL
Marie judes banget sih hih, masa katanya jangan pindahkan barang dari rumah kita ke rumah orangtua. KENAPA DIA TAUUUU?
*mewek*
Ternyata orang di seluruh dunia cenderung melaksanakan itu huhu. Rumah sendiri bersih, tumpukan pindah ke rumah orangtua hhhh.
Saya sendiri udah beres-beres kamar di Bandung hingga lemari kosong. Kardus sepatu isi barang-barang mantan udah keluar semua nyahahahahha. Buku aman, lega lah udah.
Menurut metode KonMari, orang berat let go barang jikalau yang ngasih itu orang yang disayang kaya orangtua atau keluarga. Padahal saat kita tanya mereka boleh ga ini dikasih ke orang? Mereka kaget alasannya yaitu nyangkanya barang itu udah ilang atau apa hahaha.
Foto gitu segala macem udah lah foto ulang terus upload. Sebisa mungkin simpan dalam bentuk digital aja. INI SAYAAA.
Karena ternyata ada yang menerapkan metode KonMari ini untuk digital stuff juga, jadi decluttering juga. Waaaaa saya nggak mau. Mending taro cloud udahlah. Huhu anaknya menyayangi kenangan banget, seneng dan senang liat barang kenangan.
Sampai sini aja soal kategori. NEXT!
*
Inti dari beberes ini yaitu set satu daerah untuk setiap barang dan pastikan jikalau abis pake, simpen lagi di situ. Wow tips yang berkhasiat sekali lol. Emang ada yang belum tau? Saya mah percaya talenta aja, talenta rapi sama talenta nggak rapi hahahahaha.
Terus beberes lah sendirian gengs, jangan ditontonin orang alasannya yaitu GANGGU. Baru mau buang apa malah disautin "kok itu dibuang?" atau "eh kau dapet itu susah banget loh masa dibuang?" ERGH. Udah sendirian ajalah.
Satu lagi tips Marie, ia simpan semua barang vertikal dan tidak ditumpuk. Emang sih lebih praktis diambil tapi ia bilang sayuran di kulkas aja ia taro ya bangkit wow. Ain't nobody got time for that. 😂
Yang saya nggak oke dari Marie yaitu ia menganggap tidying ini yaitu ritual. Make tidying a special event, katanya. Kalau bersih-bersih jangan pake daster, ia bersih-bersih itu dandan, pake dress, dan pake blazer. Biar rumahnya merasa dihormati. T_______T
Dia juga ngajak ngobrol rumahnya, ngajak ngobrol semua barangnya, bilang terima kasih sama kaos kaki alasannya yaitu udah kerja keras nemenin ia seharian. Dia juga kosongin tas ya tiap hari sehabis pulang ke rumah duh ribet sis, nggak punya toddler ya lol. itu pun tas dan barang-barang di dalemnya diajak ngomong alasannya yaitu barang jikalau diajak ngomong jadi lebih awet. OKAY? Saya males kali deh ah basa-basi sama barang hahahahaha
Dia juga percaya jikalau beres-beres rumah itu belahan dari detoks. Banyak yang mencret-mencret dan jadi kurus sehabis bersihin rumah masaaaa? Dia bilang ia nggak dapat buktikan ini secara medis. Yaiyalaaahhhh.
Jadi udah organizing ala KonMari banget nih sekarang?
Oh tentu saya belum sepeduli itu lol. Nyobain cara lipat baju metode KonMari sih ya tapi belum disusun vertikal. Saya cuma mengambil faedah KonMari bahwa barang yang udah usang nggak disentuh itu dapat DIBUANG loh. LOL
Kalau nanti rebound dan rumahnya awut-awutan lagi ya nggak apa-apa diberesin lagi aja. Yang penting minimal barangnya lebih sedikit dari sebelumnya ya kaaann.
Lagian masa semua orang ngatur rumahnya harus sama ah! Aku kan anaknya nggak suka sama-sama sama orang lolol.
Apakah jadi berhenti beli barang? YA NGGAK JUGA LOL. Tapi pada dasarnya yaitu let go barang lama. Banyak yang lebih butuh 10 karung baju saya dibanding ngejugruk di lemari doang. Buku kan lebih berkhasiat jikalau disumbangin. Bahkan kardus bekas aja dapat jadi uang buat tukang sampah kan. Gila sih kardus HP aja nggak pernah buang sama sekali, gres dibuang kini huhu. Dari Blackberry Javelin loh bayangin aja.
*
Segala urusan KonMari ini bikin saya jadi dikit-dikit beres-beres terus. Kemudian dipatahkan JG.
JG: "Ah gara-gara konmari nih kau jadi beres-beres terus"
Saya: "Ya biar rumahnya rapi aja, ini buktinya banyak 'sampah' banget kan rumah kita. Banyak yang nggak kepake dan saya keluarin"
JG: "Emang kenapa jikalau rumah kita banyak 'sampah'? Buktinya dulu aja kita senang meski rumah kita banyak sampah."
HMMMM IYA JUGA.
*berhenti beres-beres* lol
-ast-