Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label tentang sekolah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang sekolah. Tampilkan semua postingan

#Familytalk: Homeschooling, Yay Or Nah?


Kalau 20 tahun kemudian (alias pas saya SD) terus saya atau ada temen saya bilang ke orang tuanya. “Bu, saya nggak mau sekolah ah!”. Hampir niscaya si ibu menghela nafas kecewa atau ngamuk. Si anak akan dijudge sebagai anak pemalas dan (mungkin) juga dianggap bodoh.

Kalau zaman kini nggak ya ternyata. Pernyataan tidak mau sekolah bisa ditanggapi dengan pertanyaan serta pencarian minat dan bakat, kemudian homeschooling deh!

Baca punya Isti:

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Full Day School Idaman)

Coba jikalau saya tidak harus melewati semua pelajaran eksak itu. Coba jikalau saya dari kecil menulis dan terus menggambar. Mungkin saya kini sudah jadi senior editor di BuzzFeed (LHOH KOK CEMEN). Mungkin sudah jadi senior editor di Huffington Post lah katakan. Atau sudah kerja dari rumah aja jualan desain di Creative Market atau Etsy. 

Sekarang nulis juga nanggung di blog doang lol. Desain juga masih panjang perjalanan sebab kurang pengalaman. Saya nggak mau Bebe ibarat itu.

Ada temen kantor saya yang mahir banget gambar, namanya Sarah. Sarah ini emang desainer di kantor saya. Ini pola gambarnya. Instagramnya posting gambar semua bisa dilihat di sini.


Gambarnya halusss banget padahal ga pake alat mahal-mahal. Pake bolpen biasa gitu hikssss. Terus saya tanya, ia berguru gambar dari umur berapa? Dia jawab dari umur 4 tahun! EMPAT TAHUN. Dia seumuran sama saya jadi ia sudah menggambar selama 24 tahun! Tanpa putus! Kuliah desain!

Jadinya masuk akal kan gambarnya halus banget? Pengalamannya 24 tahun loh!

Orang-orang kaya gini yang bikin saya menyesal. Kalau kemampuan berguru saya sama kaya dia, dengan minat tanpa talenta menggambar, dan saya gres mulai sekarang, saya gres akan bisa sehalus itu 24 tahun lagi. WHY GOD WHY.

Atau Valentino Rossi, *jangan kira saya ngerti yah, ini diceritain JG* ia di sekolah dicap anak "nakal" sebab nggak pernah mau belajar. Tapi ia fokus satu hal yaitu balap, ia udah balap dari umur 4 tahun juga!

Nah, jadi pada dasarnya kiprah saya kini yaitu mencari minat dan talenta Bebe. Untuk dikembangkan semenjak dini. Untuk memilih nantinya ia perlu sekolah apa nggak. Soalnya kan kali aja ternyata Bebe suka belajar, ada loh ya orang yang hobinya memang belajar, berguru apapun ia suka. Ya udah jikalau gitu mah sekolah formal aja.

Kalau nggak tahu bakatnya apa?

Ya dicari pelan-pelan. Kalau hingga masuk usia sekolah belum tau bakatnya apa, saya sih kayanya mau sekolah dulu aja. Bisa ada orang ketiga juga (guru, sekolah) yang bantu saya untuk nemuin minat dan bakatnya. Kalau di tengah-tengah mau berhenti sebab sudah ketemu juga ya boleh.

*ngomong kaya simpel yah sebab belum terjadi aja sih*

Kalau minat dan talenta berubah di tengah jalan?

Nah ini nih yang jadi pertanyaan beberapa orang. Minat dan talenta waktu kecil kan nggak mencerminkan pilihan dikala cukup umur yah, jikalau berubah atau menyesal gimana?

Sungguh saya pun tak tahu hahahaha. Mungkin ya diasah lagi pelan-pelan, lagipula seumur hidup kan pencarian dan pembelajaran, jadi nggak apa-apa ya harusnya jikalau di tengah jalan mau berguru hal baru.

Ada yang bisa bantu jawab kah untuk poin ini?

Kalau galau mau kuliah di mana?

Kalau hingga lulus Sekolah Menengan Atas belum nemu juga minat dan talenta gimana dong, kuliah di mana dong? Nah, ambillah jeda waktu setahun. Kasih masa tenggang dulu *macam provider telco* Magang atau jadi volunteer, lihat dunia lebih luas.

Dulu saya judge orang yang nunda kuliah dengan "hih sayang banget waktunya! keburu bau tanah loh!". Sekarang mah wah, lebih sayang lagi kuliah hal yang nggak kita suka sih. Mending tunda dulu.

(Baca: Homeschooling. Yes or No?

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah)

Asal jangan menunda tapi terus bobo bobo aja di rumah ya. Tunda tapi terus cari sebenernya apa yang dicari dalam hidup.

Kalau nggak mau kuliah?

Tergantung alasannya apa hahahaha. Karena kuliah itu mengubah seseorang banget, bukan cuma urusan susah cari kerja nantinya. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab ngeband sih no ya, kecuali bandnya semenjak Sekolah Menengan Atas udah go international gitu. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab mau bisnis misalnya, ya kuliahlah, ambil manajemen, bisnis, atau finance.

Apalagi ya. Huh hingga ngos-ngosan banget nulis ini.

Kalau ada yang kurang kabar-kabariii. Kalau ada pertanyaan, tulis komen. Kalau pertanyaannya menarik nanti saya edit postingan dan saya tambahin di sini.

Happy weekend!

-ast-


Detail ►

Apakah Anak Perlu Preschool?

Ya, ini pertanyaan aku banget. Terutama sebab aku nggak mau buru-buru pindah daycare. Makanya pas kebetulan kemarin jadwal psikolog anak, aku pribadi tanya!


Daycare Bebe yang kemarin soalnya nyaman banget buat bayi hingga usia 3 tahunan. Karena memang nggak ada acara preschool-nya. Ada kelas sih tiap hari 2 jam, cuma ya seputar baca buku, menggunting, menempel, mewarnai, dan kadang kegiatan motorik halus gitu. Nggak ada kurikulum atau goal khusus.

Kegalauan aku diperparah sebab anak lain yang udah masuk usia 3 tahun juga, dipindahkan oleh orangtuanya ke daycare yang ada preschool-nya.

Emang harus ya anak sekolah di umur 3 tahun?

Kan masih kecil banget!

Menurut psikolog anak di daycare Bebe (namanya mbak Diana btw hehe), bukan preschool-nya yang penting tapi kegiatan sehari-hari anak. Apakah mendukung untuk perkembangan motorik, kognitif, dan sosial?

Kalau anak hanya di rumah, tapi ibunya rajin main stimulasi motorik, berguru yang mendukung stimulasi kognitif, dan main dengan sobat sebaya menyerupai tetangga untuk kebutuhan sosial, maka tolong-menolong tidak perlu preschool. Di rumah aja cukup.

Untuk anak menyerupai Bebe yang di daycare, insya Allah, dua kebutuhan pertama terpenuhi. Yang aku khawatirkan justru yang ketiga, apakah tidak apa-apa Bebe bermain dengan anak yang lebih muda terus? Perlu nggak sih ia main dengan sobat sebaya?

Surprisingly, mbak Diana bilang PERLU. Teman seumuran perlu sebab di usia 3 tahun, anak gres sadar jikalau ia ialah penggalan dari lingkungan sosial. Dia akan berguru interaksi yang berbeda dengan interaksi ia dengan anak yang lebih kecil.

Iya sih, dengan anak kecil itu Bebe cenderung meremehkan. "Dia kan masih kecil, ibu" atau "ah nggak mau, ia belum bisa ngomong" things like that. Nah jikalau dengan sobat sebaya mainnya memang lebih seru, bisa main role play atau main Lego sama-sama. Karena kemampuannya setara.

Kalau di rumah punya saudara kandung menyerupai adik gimana?

Sekali lagi, mbak Diana bilang berbeda. Apalagi relasi dengan adik biasanya dibumbui cemburu jadi akan berbeda dengan sobat sebaya. Dan di antara adik atau abang itu salah satu niscaya jadi leader atau yang berkuasa, jadi ya memang sebaiknya anak punya sobat main yang benar-benar seumuran. Maka preschool jadi jawaban.

Nah tapi kan aku dan JG anaknya kritis banget ya lol. Makara JG tanya ke temen kuliahnya yang juga psikolog anak. Apakah anak perlu preschool dan bermain dengan sobat sebaya?

Jawaban temennya JG? NGGAK PERLU-PERLU AMAT.

Hahahaha.

Menurut temennya JG, pendidikan usia 0-6 tahun itu nggak ada sasaran apa-apa jadi masih bisa freestyle banget, yang penting menyediakan sebanyak mungkin kesempatan untuk ia eksplor segala sesuatu. Yang penting di usia 6 tahun, anak bisa percaya diri, kreatif, aktif, mandiri, dan terangsang rasa ingin tahunya.

"Untuk sekarang, bisa membersamainya bermain menyenangkan itu udah keren banget"

Gitu katanya. Makara belum butuh sobat sebaya amat asal orangtuanya perhatian.

Hmmm. Mari mikir sama-sama hahahahahaha. Berarti pada dasarnya bisa perlu atau tidak perlu tergantung kebutuhan.

Kalau ibunya ibu rumah tangga dan bisa selalu membersamai anak bermain dengan menyenangkan sih berarti sepakat aja nggak perlu preschool. Tapi jikalau kaya aku yang kerja dan nggak sanggup harus bikin ini itu kaya ibu-ibu andal lain, ya mending preschool/PAUD aja.

TERJAWAB YA BUIBUUUU!

Kalau belum mau preschool mah banyak-banyakin kegiatan di rumah aja. Modal ngeprint doang juga kayanya banyak ya di Pinterest mainan edukatif buat anak. Jangan lupa sore-sore keluar rumah dan main sama anak tetangga.

Bebe sih di rumah nggak punya temen main sama sekali makanya daycare yang ada preschool-nya jadi tanggapan atas semua pertanyaan banget. Malem-malem tinggal quality time sama saya, baca buku atau mewarnai. Ah punya anak ternyata nggak ribet. *PLAK* *ANDA JANGAN BERBOHONG* *LOL*

Ya mau dipikirin ribetnya juga ribet banget lah bikin istigfar ahahaha. Mau dianggap praktis juga kok ya udah dibantu banget nih sama segala jasa daycare dan preschool. Tinggal GoJek doang nih harusnya bikin GoBaby, jasa langganan anter jemput bayi dan anak sekolah gitu hahaha. Aman jaya deh aku tinggal nunggu di kantor doang lol.

*di-judge ibu-ibu se-nusantara disuruh kembali ke rumah*

Oiya pelengkap sedikit ihwal milestone anak 3 tahun selain urusan sosial. Harus udah bisa lompat maju, lompat mundur, dan bangkit satu kaki! Bebe mah udah bisa banget ya, anaknya nggak bisa kayanya jalan dengan kalem tanpa dibumbui lari sambil lompat-lompat. Berdiri satu kaki juga bisa.

Kata mbak Diana, ini akan kuat sama perkembangan otaknya di masa depan. Anak yang gagal melompat ketika balita, akan punya kesulitan berpikir atau kemampuan intelektual yang berbeda dibanding anak yang bisa melompat ketika balita.

HMMM APAKAH AKU KURANG MELOMPAT YA SAAT KECIL SEHINGGA TIDAK BISA KULIAH DI AMERIKA?

Oke deh, demikian laporan psikolog kali ini. Konsul psikolog terakhir nih di daycare huhu. Tiga bulan ke depan supaya bisa share dengan psikolog di daycare gres ya!

Selamat hari Rabu!

-ast-

JANGAN LUPA IKUTAN GIVEAWAY AKU YA! HADIAHNYA BALANCE BIKE! INFO KLIK DI SINI!

Detail ►

Bebe Sekolah!


Hari ini hari kedelapan Bebe sekolah dan ya, saya cukup terharu sih sama perkembangannya. Iya, gres 8 hari udah kerasa beda!

Oke jadi daycare dan preschool Bebe ini konsepnya montessori. Nah, meskipun montessori itu lagi hype banget dan kaya diagung-agungkan semua ibu hingga pada niat #montessoridirumah, saya sendiri nggak jadi yang gremetan pengen banget Bebe sekolah montessori.

Pertama alasannya ya ini kan cuma preschool, saya sendiri jadinya belum punya goal apa-apa untuk Bebe. Yang penting ia dapat bergaul aja sama anak seumurannya alasannya di daycare usang kan ia main bener-bener sama anak kecil.

Terus kenapa hasilnya saya pilih preschool montessori?

Mmmm, nggak begitu. Preschool ini saya pilih bukan alasannya metode montessorinya, tapi alasannya daycare-nya bagus! Karena kan sebenernya preschool-nya mah sebentar banget ya, sehari cuma 2 jam. Sisanya kan justru ia main di daycarenya, jadi saya pilih alasannya sesuai dengan daycare yang saya mau.

Rumahnya luas, kena sinar matahari, ada playground luaaassss, mainan, sepeda, buku banyak banget, dan anak tidak selalu di kamar. Anak bebas ke mana pun. Lokasinya di perumahan sepi pula, jadi dapat naik sepeda di jalan depan rumah atau jalan-jalan ke taman. Beda sama daycare yang pernah saya review ini (KLIK DONG). Kaprikornus kebetulan aja bila metodenya montessori.

(Review daycare usang Bebe, 3 tahun loh di sini: Tweede Daycare Benhil)

🍎 Sosialisasi

Sejak awal kami cari preschool (sekitar bulan Juni), saya udah sering bilang ke Bebe bila nanti ia akan pindah sekolah.

Dua ahad sebelumnya hari H pindah, sosialisasi makin gencar. Bahwa nanti temannya akan anak besar semua, setiap hari saya kasih kalimat-kalimat yang menyiratkan sekolah itu seru sekali. Dan ia memang belum liat sekolahnya hingga hari pertama.

"Main sama anak kecil kan nggak seru ya, Be? Nanti di sekolah, temannya anak besar semua loh!"

"Be, nanti gurunya bukan Kak Wina lagi, gurunya cendekia loh. Nggak apa-apa kan ganti guru?"

"Be, sekolah Bebe besaaarrr sekali. Seru loh mainannya banyak, ada tenda dua, ada perosotan, banyak lah pokoknya"

Dan masih banyak lagi versi kalimat kaya gitu.

🍎 Hari pertama

Hari pertama yang resah siapa? Ibu dan appa tentu saja. Bebe sih semangat banget alasannya ia udah membayangkan sekolahnya seru. DAN UNTUNGNYA SERU!

Dia dateng masih pake baju tidur, saya eksklusif kenalin ke teachernya. Saya kasih liat bahwa ini loh rak bukunya, ini loh rak mainannya, ini loh ruang mainnya. Kemudian ia main sepeda. Saya tanya, mau liat kamar sama kamar mandinya dulu nggak? DIA MENGGELENG, SODARA-SODARA.

"Ibu dan appa boleh kerja?"

DIA MENGANGGUK, PEMIRSA.

Kemudian saya dan JG dicium dan bye kami berangkat deh ke kantor HAHAHAHA. Sungguh mudah. Nggak drama sama sekali hingga sekarang. Hari ketiga saya udah nggak anter, turun di kantor aja. Dia nggak nangis, nggak canggung atau apa. Semangat banget hingga sorenya nggak mau pulang.

Nah terus tiap hari kan dikirimin foto tuh sama missnya, hari pertama siang-siang liat foto kegiatan Bebe kok kayanya kalem amat ya. Saya forward ke group keluarga, adik saya bilang "kayanya masih kalem deh mbak, kaya yang pendiem".

Sorenya saya ngintip dulu pas jemput, ohhh pendiem bangeeettt! Dia lagi colek-colek temennya sambil bilang "aku dapat nyanyi robocar poli loh!" Kemudian ia nyanyi lagu robocar poli teriak-teriak sambil main piano plastik. Sungguh anakku pendiam, menyerupai ibu dan appanya. -_______-

Missnya juga nanya "bu, ini biasanya emang di daycare ya, berdikari banget nggak kaya anak baru" UHHH I'M SO PROUD HAHAHA.

🍎 Perubahan sehabis sekolah

Hari pertama sekolah ia makan 3 kali sendiri dan habis semua! Makan bubur kacang ijo sendiri juga habis semua! Duh emang di rumah dan di daycare usang dimanja banget sih makan selalu disuapin. Seminggu ini gres sekali ia makannya nggak habis. Mungkin nggak suka, nggak apa-apa saya mah nggak pernah maksa hehehe.

Siang udah nggak pake diapers dan cuma ngompol sekali. Ganti baju sendiri. Sekarang apa-apa maunya sendiri gitu. Pas baca-baca di website sekolahnya, goalsnya itu ternyata emang anak mandiri. Aku terharu banget deh sumpah.

Udah seminggu juga nggak nonton YouTube dan pegang HP cuma weekend doang itu pun pake alarm 1 jam doang. Ini sih emang niat sayanya juga ya, tapi menyenangkan juga ya punya anak yang nggak terdistraksi HP itu. LOVE!

🍎 Ngapain aja di sekolah?

Di sekolahnya kegiatannya banyak banget. Di hari pertama aja ia berguru siklus hidup kodok (lengkap dengan alat bantu dari karet, YES KECEBONG KARET), main badminton, meres jeruk, main-mainan montessori, dan menggunting serta melekat kodok kertas.

Kaprikornus tiap bulan ada tema-temanya gitu. Tiap hari ada aktivitas pelajarannya juga. Seru lah pokoknya, saya sendiri takjub gitu wow ternyata Bebe dapat ya!

Lucunya pas ke taman, Bebe harus jalan sambil ngegandeng dua toddler gitu jadi berguru tanggung jawab ahahahaaha gemash. Mana dikirimin foto terus, mantengin cctv terus, terharu lah pokoknya.

🍎 Kok serius amat belajarnya?

Iya banyak yang khawatir bila anak terlalu dini mulai berguru nanti katanya bosen sekolah pas gede. Saya menentukan nggak percaya hahaha. Kalau nanti misal pas SD Bebe nggak mau sekolah ya ditanya kenapa nggak mau? Kalau emang nggak mau banget ya udah nggak usah sekolah HAHAHAHA.

Rich Chigga aja nggak sekolah kan, ia homeschooling 2 tahun doang terus sisanya nonton YouTube tiap hari. Dan sori, saya nggak terima debat soal Chigga ya. *anaknya lemah sama rapper* XD

Saya nggak duduk kasus sih, ASAL KULIAH. Kaprikornus ya nggak perlu sekolah formal nggak apa-apa, tapi harus kuliah. Tandanya harus ambil ujian persamaan atau IB kan (kalau mau kuliah di luar negeri). Terserah nggak mau SD, SMP, Sekolah Menengan Atas tapi HARUS KULIAH. :)

*

Kekurangan sekolah Bebe ini cuma satu. JAUH BANGET DARI KANTOR DAN RUMAH. Deketnya dari kantor JG dan ya itu cukup bikin stres sih. Capek banget dapat 1,5 jam di jalan, dua kali lipat lebih usang dibanding dari daycare lama. Cuma alasannya bertiga di kendaraan beroda empat ya udah ketawain ajalah. Toh puas juga sama sekolahnya.

So yaaa, I think that's all! Sampai jumpa di kisah selanjutnya!

-ast-

Detail ►

Bebe Mencari Sd


Kemarin saya sempet mikir jikalau nyari preschool dan daycare aja saya survey hingga ke 7 tempat, apalagi cari SD ya? Pertimbangannya banyak juga sebab pertama, masuknya mahal jadi sebisa mungkin jikalau nggak ada perkara ya maunya nggak pindah sekolah dong. Kedua, bakalan 6 tahun dan akan menghabiskan masa kecil di sana. Makara mau yang bener-bener sreg.

Ternyata yang harus dipikirin banyak juga ya. *YAEYALAH*

(Baca semua tentang daycare di sini ya!)

Saya risikonya bikin Google Sheet dan di-share ke JG, nama sekolah, alamat, kurikulum, jarak dari rumah, uang pangkal, dan uang bulanan/tahunan. Sheet itu diisi dengan calon nama sekolah, sekolah yang nggak sreg nggak dimasukkan. Tiap kami sempat, kami diskusi dan browsing untuk melengkapi data-datanya, pros cons-nya, link-link blog yang pernah bahas, dan sebagainya.

Udah hampir setahun itu kayanya Google Sheet itu berjalan, masih tetep pusing juga hahahaha. Sharing aja yuk, sekalian mungkin ada kriteria yang saya kelewat. So far saya bikin kriteria kaya gini.

🏫 Lokasi erat rumah

Iya dong ya, meskipun kini ke daycare pun Bebe bisa sekali jalan 1 jam, tapi makin deket makin okelaahhh. Maunya yang deket-deket aja. Makara kami persempit pencarian ke Bandung Timur ATAU Bandung Barat. Karena rumah orangtua saya di Bandung Timur, rumah kami dan mertua di Bandung Barat lol.

Kalau Jakarta, prefernya Jakarta Barat, Pusat, dan Selatan. Meskipun saya masih resah apa Bebe mau sekolah di Bandung apa di Jakarta? Maunya sih di Bandung sebab kayanya lebih aman aja gitu, nggak sepanas Jakarta dan yaaa, gimana ya. Lebih "humble" aja kayanya lingkungannya.

Plus Bandung harusnya nggak serusuh Jakarta ya soal urusan keberagaman, if you know what I mean. Makara emang 80% berat ke Bandung sih. Tapi tetep kami bikin list Jakarta juga kok jadi masukan soal SD di Jakarta tetap siap diterima!

🏫 Sekolah umum

Bukan sekolah negeri dan sebisa mungkin sekolah umum (tidak berbasis agama apapun).

Maunya satu kelas nggak terlalu banyak muridnya sih semoga fokus aja. Terus juga pengen ekskul masa kini kaya robotika atau sinematografi. Maklum anaknya gampang terpesona pada ekskul keren lol.

Ini gara-gara diceritain temen ada SD mahal di Jakarta (stralah tak perlu disebut namanya) yang ada ekskul sinematografi terus film pendeknya ditayangin di Blitz hiksss. Dari sutradara, penulis skenario, hingga pemainnya anak SD semua! Keren banget kan saya sungguh iri. -_____-

🏫 Kurikulum/Metode Pengajaran

Kurikulum bebas, nasional, nasional plus. IB/Cambridge bolehhh tapi SPP nya jangan mahal-mahal. Ada nggak ya? Hahahaha. Sedih amat.

Kalau bisa bilingual dan jikalau bisaaaa banget full bahasa Inggris. Soalnya sadar diri nggak bisa bayarnya nih. Mentok ya udahlah ya pulang sekolah les atau di rumah jadi full bahasa Inggris. Tapi beneran sih maunya di sekolah juga pake bahasa Inggris gituuu, semoga dari kecil akademik Inggrisnya bukan conversational. *APA SIH IBU, IBU KOK BANYAK MAU*

Nggak mensyaratkan anak bisa calistung juga meski melihat Bebe sekarang, kayanya ia akan bisa sih calistung sebelum masuk SD HAHAHAHA SUNGGUH IBU HALU. Soalnya ini Bebe gres 3 tahun udah minta berguru baca terus sebab sebel liat ibunya baca timeline Twitter terus lol.

Montessori juga jadi nilai plus! Karena betah banget nih Bebe preschool montessori. Intinya pengen Bebe di sekolah yang nggak maksa anak duduk berguru jadi anaknya hepi di dalam kelas. Nggak mau juga ada sistem ranking dan terbukti lulusan bisa masuk ke Sekolah Menengah Pertama bagus. Yosh!

🏫 Bangunan

Jangan jelek-jelek amat lah, jikalau cantik banget dan banyak pohon serta taman ya jadi nilai plus. Yang penting kamar mandi nggak jorok, ada wastafel dengan sabun untuk basuh tangan, dan mushola yang proper. Ini kok kaya ngomongin mall ya. LOL

Soalnya saya waktu SD mending nahan pipis daripada harus pipis di sekolah saking toiletnya jorok. Padahal sekolah saya mayan jauh harus naik angkot. Adik-adik saya SD deket rumah jikalau mau pipis PULANG DULU KE RUMAH DONG. Makanya toilet itu penting banget huhu.

🏫 Lain-lain

Perpustakaan atau sekolah yang encourage membaca deh pokoknya. Ngerti akan kebutuhan anak yang unik dan beda-beda, jadi pendekatannya personal. Student oriented lah. Makanya paling yummy ya montessori sih sebenernya maahh. Tapi cari-cari kok susah ya di Bandung? Di Jakarta kayanya banyak deh.

Karena masih SD saya rada gimana gitu jikalau udah ada sasaran akademik banget yang dikejar. Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengan Atas gres deh nggak apa-apa. SD maunya masih rada “main”. Ya belajar, tapi nggak ngotot.

*PUSING KAN KALIAN SEMUA!*

Pusing dikit nggak apa-apa kok masih 3-4 tahun lagi tapi pengen netapin pilihan semoga segalanya pasti. Pengen mulai dateng-dateng open house juga tapi JUGA pengen dateng pas lagi sekolah biasa semoga liat belum dewasa dan suasana belajarnya. Harus cuti banget eym?

Yang pengen banget dikunjungi di Bandung itu Semi Palar sama Kuntum Cemerlang jikalau ke arah Barat, Gagas Ceria dan Mutiara Bunda jikalau di Timur. Mutiara Bunda sekolah Islam sih emang, tapi saya sreg banget deh, jadi tetep akan survey dulu lah.

Buibu ada yang anaknya di sekolah-sekolah yang saya sebut itu? Komen atau DM Instagram dong mau tanya-tanya bangeeettt.

Thank you!

-ast-

Detail ►

Sekolah Dan Kelas Sosial


Makara semenjak duluuuu sekali saya sering sekali denger orang ngomong soal bisa bayar sekolah tapi "nggak bisa sama kehidupan sosialnya" atau "sekolahnya sih murah, gaulnya yang mahal". Dulu jikalau denger itu saya niscaya mikir "halah ya udah nggak usah gaul sama ibu-ibunya ajalah kelar" dan "ya masa alasannya yakni nggak bisa gaul jadi nggak mau sekolah di situ".

SUNGGUH PEMIKIRANKU TERLALU SEDERHANA.

Karena semakin cukup umur diri ini, semakin sadar pula bahwa kok ternyata sekolah dan kelas sosial ini ada hubungannya ya? BENCIK. Dan ya murung sih sebenernya.

T______T

Pemikiran ini mulai muncul sehabis uang SD Bebe terkumpul super ngotot dalam waktu 3 tahun aja dari sasaran 6 tahun. Kemudian JG bilang gini "ya kita jangan jadi berhenti nabung lah, kita tetep nabung aja. Siapa tau uang SD Bebe jadi bisa lebih banyak, jadi Bebe bisa SD di daerah yang lebih manis lagi".

Di sini mungkin kalian menganggap kami shallow ya alasannya yakni menganggap sekolah mahal = bagus. Ya pernyataan itu tidak selalu benar dan tidak selalu salah sih. Karena banyak juga anak yang sekolah mahal tapi kok gitu-gitu aja?

Tapi kan argumennya gampang, jikalau udah di sekolah mahal dengan kemudahan segambreng, guru yang pandai dan mengayomi, ia gitu-gitu aja apalagi jikalau ia di sekolah biasa? Sebaliknya jikalau ada anak pinter di sekolah biasa, apa mungkin ia akan jauh lebih pinter di sekolah dengan kemudahan dan guru yang lebih? Logika aja ini maahhhhh.

Ya udah pada dasarnya kami agak-agak yeaayy senang alasannya yakni ada kemungkinan Bebe bisa sekolah di daerah lebih bagus. Pilihan jadi lebih banyak dan lebih leluasa. Meskipun babay rencana liburan hingga entah kapan hahahaha. Ternyata nggak bisa hening nabung liburan sebelum Bebe bener-bener niscaya sekolah di mana. :(

(Baca juga: Kriteria SD untuk Bebe)

Sampai suatu hari saya nggak sengaja baca thread panjang di Twitter (yang tidak bisa saya temukan lagi sayangnya). Tentang seorang ibu orang US sih, ia curhat betapa ia berharap anaknya nggak usah diundang ke birthday party temen sekelas. Karena jangankan beli hadiah ultah, buat ongkos ke pestanya aja ia nggak punya.

Saya bacanya masih yang "wahhh kasiaannn" terus retweet alasannya yakni murung gitu. Tapi ya udah masih nggak mikirin amat. DAN KEMUDIAN KAMI NONTON VIDEO ULTAHNYA ANAK ARTIS YANG GEMAS. *tebak sendiri lol*

Di video itu si anak lucu ulang tahun di sekolah. Sekolahnya di sini nih deket rumah saya. International school dong ya, pengantarnya bahasa Inggris. Metode sih sama kaya sekolahnya Bebe, montessori. Tapi ia pake Reggio Emilia approach juga jadi ceritanya paket lengkap lah. Saya jadi ingin tau juga berapa ya tuition fee-nya? Browsing sana-sini ternyata nggak semahal international school lain. Ya mahal tapi jikalau dibanding yang lain ini lebih murah.

Tapi bahkan di international school yang "murah" itu aja, saya mencelos liat hadiah dari temen-temennya. Di situ saya gres ngerasa relate sama si ibu-ibu Twitter yang berharap nggak usah diundang aja ke ultah daripada resah harus ngasih kado apa.

(Baca: Apakah Anak Perlu Preschool?)

Karena sebagai pecinta toko mainan dan wajib keliling toko mainan tiap ke mall, saya tau persis harga-harga kado itu. Semuanya jutaan HAHAHAHAHUHUHUHU. Atau ya mungkin ada kado-kado murah tapi tidak ditunjukkan dalam video ya siapa tau kan mari kita positive thinking lol.

Sekarang ambil tengahnya satu kado Rp 2juta. Sekelas ada 20 anak. Apakah dalam setahun saya harus punya budget Rp 40juta untuk beli kado DOANG? Kado buat ANAK ORANG pula? Nggak mungkin dong kita kasih mereka kado murah jikalau pas anak kita ultah ia ngasihnya kado mahal?

*merunduk makin rendah menyerupai orang berilmu* *berilmu dan minder beda tipis*

Saya kisah sama JG kemudian kami berdua menghela napas. Ternyata ini yang dibilang orang sebagai "mampu bayarnya tapi nggak bisa gaulnya" dalam urusan menentukan sekolah. Sedih banget.

via GIPHY

Sedih alasannya yakni ngerasa ya gap-nya akan ada terus. Orang kaya makin pinter dan ya gedenya makin kaya. Yang kelas menengah kebanyakan ya stay di tengah, kebanyakan akan jadi karyawan si orang kaya. Yang di bawah ya lebih susah lagi ngejarnya, kecuali sangat sangat sangat pintar.

Itu gres urusan kado ultah dan katanya banyak ya sekolah yang melarang rayain ultah di sekolah. Tapi tetep aja, gimana urusan gaulnya si anak? Urusan temen-temennya liburan ke negara entah apa sementara ya kami jikalau liburan ya nggak bisa bayar sekolah di situ. Urusan mainannya, urusan bajunya, urusan jajan dan makan di luarnya. HUHU.

Sekarang aja ada anak daycare-nya Bebe yang mobilnya Alphard. Si Bebe mempertanyakan loh: kenapa ia mobilnya besar sementara kita kecil? Anak 3 tahun bisa tau jikalau kendaraan beroda empat itu beda-beda. Sejujurnya saya sempet resah jawabnya dan nanya sama temen kantor "anak lo pernah nanya gitu nggak? Enaknya dijawab apa?" Untungnya masih bisa dijawab "mobil itu yang penting bisa jalan dan ada AC-nya, kita cuma bertiga jadi kendaraan beroda empat kecil gini cukup sekali".

Kebayang di umur 13 tahun pertanyaannya akan kaya apa jikalau sekolah di daerah yang nggak sesuai kelas sosial.

T______T

Oh iya. Ada lho anak yang tidak peduli sama hal-hal kaya gini. Ada banget saya tau belum dewasa yang nggak mikirin hal-hal ginian dan nggak peduli sama barang-barang kepunyaan temennya. TAPI YANG MIKIRIN JUGA ADA BANGET KAN. Dan kita nggak tau anak kita di golongan yang mana jadi ya apakah nggak sebaiknya memang pilih sekolah yang sesuai kelas sosial?

Pusing ya jadi orangtua. Saya pribadi relate gitu sama Geum Jandi pas masuk Shinhwa High School. Dia sempet nggak mau kan alasannya yakni takut sama pergaulannya, tapi orangtuanya ngotot alasannya yakni ingin anaknya dapet yang terbaik, gratis pula. Orangtua di mana-mana ternyata memang sama, bahkan di drama Korea. *HALAH*

Makara ya gitulah sharing hari ini. Tapi pedoman kaya gini mungkin hanya muncul dari kami-kami yang mati-matian nabung buat sekolah anak hingga nggak punya apa-apa. Kalau yang nggak ngoyo mungkin nggak mikir gini ya. Entahlah.

Kalian tipe yang mana? Sekolah di mana-mana sama aja atau mati-matian cari sekolah "sempurna" kaya saya dan JG?

-ast-

Detail ►

40 Pertanyaan Dikala Survey Sekolah Dasar

Jadi kemarin di Mommies Daily, saya nulis perihal hal-hal yang harus diperhatikan ketika menentukan SD. Nah, kini saya mau nulis hal-hal apa yang biasa saya tanyakan ketika survey ke sekolahnya langsung.

Kaprikornus ini versi lebih lengkap dan lebih PRIBADI sih lol. Iya, jikalau yang di MD kemarin lebih umum. Kaya jarak dari rumah, gedung dan keamanannya gimana, uang sekolahnya berapa, dll. BACA SENDIRI YA DI LINK DI ATAS.

Nah, jikalau di bawah ini banyak pertanyaan yang sifatnya memang yaaa berkaitan dengan prinsip pribadi dan keluarga. Makanya ini yang SAYA tanyakan lho ya. Kaprikornus saya nggak bilang kalian HARUS tanyakan ini juga.



Tapi siapa tau jadi wangsit pertanyaan juga buat kalian kan? Kalau soal kriteria secara umum pernah saya tulis di sini, klik dulu: Bebe Mencari SD

Sebelum masuk ke pertanyaan, biasanya saya lihat dulu gedungnya. Ini nggak perlu ditanya sih tapi observasi sendiri aja. Biasanya yang diperhatikan:

1. Apakah sinar matahari masuk ke kelas?
2. Apakah kelasnya ber-AC? Apakah kelasnya pengap?
3. Apakah toiletnya kids friendly? (kalau kloset dewasa, minimal tinggi wastafel sesuai dengan tinggi anak)
4. Bagaimana mushola dan kawasan wudhunya?
5. Di sekolah ada tamannya nggak? Ada area terbuka untuk lari-larian?
6. Ada bak renangnya? Bersih apa nggak?
7. Kantin gimana? Jual apa aja? Sehat apa nggak?

Setelah observasi, ini pertanyaan yang saya ejekan ketika survey SD. Maklum, masuk SD itu mahal, jangan hingga salah pilih.

Tes Masuk dan Uang Pangkal

8. Tes kompetensinya berupa apa? Apakah anak harus dapat baca tulis? Tanya sedetail mungkin di sini. Nggak dapat saya detailin sih alasannya ialah tergantung jawabannya.
9. Sistem penerimaannya gimana?
10. Berapa kuota setiap tahun? Berapa kuota untuk anak “luar” yang nggak Taman Kanak-kanak di situ?
11. Pendaftarannya dibuka semenjak kapan? Akan dikabari kapan jikalau diterima/tidak diterima?
12. Berapa uang pangkalnya? (biasanya langsung disodori kertas biaya sih) Tapi tetep baca baik-baik dan tanya apakah bayarannya bulanan atau per 3 bulan atau malah per tahun.
13. Tanya biaya ekskul, katering, antar jemput, dan tetek bengek lain.

Kurikulum dan Mata Pelajaran

14. Kurikulumnya apa? Certified apa nggak? Berapa pelajaran/guru yang certified? Kalau kurikulumnya nggak kita kenal, minta dijelaskan sebaik mungkin.
15. (Kalau Montessori), mixed age group nggak dalam satu kelas? Kalau iya, apakah dalam semua pelajaran atau hanya pelajaran tertentu?
16. Satu kelas berapa anak berapa teacher?
17. Mata pelajarannya apa aja di kelas 1-6? Ada kelas pemanis untuk anak yang nggak dapat mengikuti pelajaran?
18. Bahasa pengantarnya apa? 100% full Inggris atau masih bilingual? (banyak sekolah yang ngakunya full tapi kenyataannya bilingual)

Jam sekolah

19. Masuk jam berapa keluar jam berapa?
20. Ekskul kira-kira berapa jam?
21. Gimana proses antar jemput? Berapa usang toleransi jemput? Anak yang belum dijemput akan menunggu di mana? Siapa yang boleh jemput anak? (apa pake kartu apa gimana)

Kelas

22. Ada berapa kelas dalam satu angkatan?
23. Sistemnya moving class atau membisu terus di kelas yang sama?
24. Di kelas anak boleh makan minum bebas atau harus izin dulu guru? Minum harus izin guru kaya kita waktu sekolah dulu rada murung sih. Masa haus aja harus minum diem-diem.
25. Ada toilet di dalam kelas? Ada wastafel untuk basuh tangan?

Kenaikan kelas dan kelulusan

26. Gimana sistem evaluasi untuk naik kelas?
27. Kebanyakan lulusannya ke Sekolah Menengah Pertama mana? Gimana hasil UN tahun lalu? (Ini bergantung kurikulum ya)
28. Boleh absen berapa hari? Apakah jikalau absen ada pengurangan nilai?
29. Apakah pakai sistem ranking? Apa pakai sistem rewards untuk “anak berprestasi”? (Saya sih kesel denger sekolah anak temen yang ngasih reward ke anak yang datengnya paling pagi. POINNYA APA SIH ANAK KECIL HARUS DATENG PAGI KE SEKOLAH? Kan yang penting nggak telat!)

Bullying dan Masalah Lain

30. Bagaimana sekolah menghadapi bullying? Bagaimana menanggapi laporan anak yang mengaku dibully atau punya dilema dengan anak lain?

Agama dan Politik

31. Islamic valuenya gimana? Goalsnya apa?
32. Sekolahnya langsung muslim apa nggak?
33. Gimana sekolah ngajarin toleransi dan perbedaan?
34. Gimana posisi sekolah pada kondisi politik? (AKU NANYA BANGET SIH INI. Trauma liat sekolah swasta yang di spanduk ACARA SEKOLAH bawa-bawa politik waktu Pilkada DKI. BYE AJA.)

Lain-lain:

35. Ada upacara bendera nggak?
36. Ada ekskul apa aja?
37. Perpustakaannya gimana? Ada challenge baca buku nggak?
38. Menu katering siapa yang nentuin? Pake mahir gizi nggak?
39. Kalau ada bak renang, kedalamannya berapa? Dipake kapan aja? Keamanannya gimana? Dibersihkan tiap berapa lama? (kalau cuma jadi sarang nyamuk kan rada kurang lucu)

Tanya testimoni

40. INI WAJIB SIH SEBISA MUNGKIN. Tanya testimoni orangtua siswa yang anaknya udah sekolah di sana. Pernah ada dilema nggak, ada yang nggak sreg nggak, koordinasi dengan pihak sekolah lancar apa nggak, dll.

WAW BANYAK. Maklum ya, akan 6 tahun banget lho di sana. Akan jadi first impression juga bagi anak, sekolah itu seru nggak sih? Salah satu akad saya ke Bebe banget soalnya “ibu akan carikan sekolah yang seru buat Xylo” HUHU KOK JADI EMOSYENEL. T_____T

Lagian jikalau asal-asalan pilih SD dan menyesal ya, mau pindah juga nanti heboh lagi dong survey dan keluar uang pangkal lagi. Kaprikornus pikirkan baik-baik!

-ast-

Detail ►