Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-mencari-sd. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-mencari-sd. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Bebe Mencari Sd


Kemarin saya sempet mikir jikalau nyari preschool dan daycare aja saya survey hingga ke 7 tempat, apalagi cari SD ya? Pertimbangannya banyak juga sebab pertama, masuknya mahal jadi sebisa mungkin jikalau nggak ada perkara ya maunya nggak pindah sekolah dong. Kedua, bakalan 6 tahun dan akan menghabiskan masa kecil di sana. Makara mau yang bener-bener sreg.

Ternyata yang harus dipikirin banyak juga ya. *YAEYALAH*

(Baca semua tentang daycare di sini ya!)

Saya risikonya bikin Google Sheet dan di-share ke JG, nama sekolah, alamat, kurikulum, jarak dari rumah, uang pangkal, dan uang bulanan/tahunan. Sheet itu diisi dengan calon nama sekolah, sekolah yang nggak sreg nggak dimasukkan. Tiap kami sempat, kami diskusi dan browsing untuk melengkapi data-datanya, pros cons-nya, link-link blog yang pernah bahas, dan sebagainya.

Udah hampir setahun itu kayanya Google Sheet itu berjalan, masih tetep pusing juga hahahaha. Sharing aja yuk, sekalian mungkin ada kriteria yang saya kelewat. So far saya bikin kriteria kaya gini.

🏫 Lokasi erat rumah

Iya dong ya, meskipun kini ke daycare pun Bebe bisa sekali jalan 1 jam, tapi makin deket makin okelaahhh. Maunya yang deket-deket aja. Makara kami persempit pencarian ke Bandung Timur ATAU Bandung Barat. Karena rumah orangtua saya di Bandung Timur, rumah kami dan mertua di Bandung Barat lol.

Kalau Jakarta, prefernya Jakarta Barat, Pusat, dan Selatan. Meskipun saya masih resah apa Bebe mau sekolah di Bandung apa di Jakarta? Maunya sih di Bandung sebab kayanya lebih aman aja gitu, nggak sepanas Jakarta dan yaaa, gimana ya. Lebih "humble" aja kayanya lingkungannya.

Plus Bandung harusnya nggak serusuh Jakarta ya soal urusan keberagaman, if you know what I mean. Makara emang 80% berat ke Bandung sih. Tapi tetep kami bikin list Jakarta juga kok jadi masukan soal SD di Jakarta tetap siap diterima!

🏫 Sekolah umum

Bukan sekolah negeri dan sebisa mungkin sekolah umum (tidak berbasis agama apapun).

Maunya satu kelas nggak terlalu banyak muridnya sih semoga fokus aja. Terus juga pengen ekskul masa kini kaya robotika atau sinematografi. Maklum anaknya gampang terpesona pada ekskul keren lol.

Ini gara-gara diceritain temen ada SD mahal di Jakarta (stralah tak perlu disebut namanya) yang ada ekskul sinematografi terus film pendeknya ditayangin di Blitz hiksss. Dari sutradara, penulis skenario, hingga pemainnya anak SD semua! Keren banget kan saya sungguh iri. -_____-

🏫 Kurikulum/Metode Pengajaran

Kurikulum bebas, nasional, nasional plus. IB/Cambridge bolehhh tapi SPP nya jangan mahal-mahal. Ada nggak ya? Hahahaha. Sedih amat.

Kalau bisa bilingual dan jikalau bisaaaa banget full bahasa Inggris. Soalnya sadar diri nggak bisa bayarnya nih. Mentok ya udahlah ya pulang sekolah les atau di rumah jadi full bahasa Inggris. Tapi beneran sih maunya di sekolah juga pake bahasa Inggris gituuu, semoga dari kecil akademik Inggrisnya bukan conversational. *APA SIH IBU, IBU KOK BANYAK MAU*

Nggak mensyaratkan anak bisa calistung juga meski melihat Bebe sekarang, kayanya ia akan bisa sih calistung sebelum masuk SD HAHAHAHA SUNGGUH IBU HALU. Soalnya ini Bebe gres 3 tahun udah minta berguru baca terus sebab sebel liat ibunya baca timeline Twitter terus lol.

Montessori juga jadi nilai plus! Karena betah banget nih Bebe preschool montessori. Intinya pengen Bebe di sekolah yang nggak maksa anak duduk berguru jadi anaknya hepi di dalam kelas. Nggak mau juga ada sistem ranking dan terbukti lulusan bisa masuk ke Sekolah Menengah Pertama bagus. Yosh!

🏫 Bangunan

Jangan jelek-jelek amat lah, jikalau cantik banget dan banyak pohon serta taman ya jadi nilai plus. Yang penting kamar mandi nggak jorok, ada wastafel dengan sabun untuk basuh tangan, dan mushola yang proper. Ini kok kaya ngomongin mall ya. LOL

Soalnya saya waktu SD mending nahan pipis daripada harus pipis di sekolah saking toiletnya jorok. Padahal sekolah saya mayan jauh harus naik angkot. Adik-adik saya SD deket rumah jikalau mau pipis PULANG DULU KE RUMAH DONG. Makanya toilet itu penting banget huhu.

🏫 Lain-lain

Perpustakaan atau sekolah yang encourage membaca deh pokoknya. Ngerti akan kebutuhan anak yang unik dan beda-beda, jadi pendekatannya personal. Student oriented lah. Makanya paling yummy ya montessori sih sebenernya maahh. Tapi cari-cari kok susah ya di Bandung? Di Jakarta kayanya banyak deh.

Karena masih SD saya rada gimana gitu jikalau udah ada sasaran akademik banget yang dikejar. Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengan Atas gres deh nggak apa-apa. SD maunya masih rada “main”. Ya belajar, tapi nggak ngotot.

*PUSING KAN KALIAN SEMUA!*

Pusing dikit nggak apa-apa kok masih 3-4 tahun lagi tapi pengen netapin pilihan semoga segalanya pasti. Pengen mulai dateng-dateng open house juga tapi JUGA pengen dateng pas lagi sekolah biasa semoga liat belum dewasa dan suasana belajarnya. Harus cuti banget eym?

Yang pengen banget dikunjungi di Bandung itu Semi Palar sama Kuntum Cemerlang jikalau ke arah Barat, Gagas Ceria dan Mutiara Bunda jikalau di Timur. Mutiara Bunda sekolah Islam sih emang, tapi saya sreg banget deh, jadi tetep akan survey dulu lah.

Buibu ada yang anaknya di sekolah-sekolah yang saya sebut itu? Komen atau DM Instagram dong mau tanya-tanya bangeeettt.

Thank you!

-ast-

Detail ►

40 Pertanyaan Dikala Survey Sekolah Dasar

Jadi kemarin di Mommies Daily, saya nulis perihal hal-hal yang harus diperhatikan ketika menentukan SD. Nah, kini saya mau nulis hal-hal apa yang biasa saya tanyakan ketika survey ke sekolahnya langsung.

Kaprikornus ini versi lebih lengkap dan lebih PRIBADI sih lol. Iya, jikalau yang di MD kemarin lebih umum. Kaya jarak dari rumah, gedung dan keamanannya gimana, uang sekolahnya berapa, dll. BACA SENDIRI YA DI LINK DI ATAS.

Nah, jikalau di bawah ini banyak pertanyaan yang sifatnya memang yaaa berkaitan dengan prinsip pribadi dan keluarga. Makanya ini yang SAYA tanyakan lho ya. Kaprikornus saya nggak bilang kalian HARUS tanyakan ini juga.



Tapi siapa tau jadi wangsit pertanyaan juga buat kalian kan? Kalau soal kriteria secara umum pernah saya tulis di sini, klik dulu: Bebe Mencari SD

Sebelum masuk ke pertanyaan, biasanya saya lihat dulu gedungnya. Ini nggak perlu ditanya sih tapi observasi sendiri aja. Biasanya yang diperhatikan:

1. Apakah sinar matahari masuk ke kelas?
2. Apakah kelasnya ber-AC? Apakah kelasnya pengap?
3. Apakah toiletnya kids friendly? (kalau kloset dewasa, minimal tinggi wastafel sesuai dengan tinggi anak)
4. Bagaimana mushola dan kawasan wudhunya?
5. Di sekolah ada tamannya nggak? Ada area terbuka untuk lari-larian?
6. Ada bak renangnya? Bersih apa nggak?
7. Kantin gimana? Jual apa aja? Sehat apa nggak?

Setelah observasi, ini pertanyaan yang saya ejekan ketika survey SD. Maklum, masuk SD itu mahal, jangan hingga salah pilih.

Tes Masuk dan Uang Pangkal

8. Tes kompetensinya berupa apa? Apakah anak harus dapat baca tulis? Tanya sedetail mungkin di sini. Nggak dapat saya detailin sih alasannya ialah tergantung jawabannya.
9. Sistem penerimaannya gimana?
10. Berapa kuota setiap tahun? Berapa kuota untuk anak “luar” yang nggak Taman Kanak-kanak di situ?
11. Pendaftarannya dibuka semenjak kapan? Akan dikabari kapan jikalau diterima/tidak diterima?
12. Berapa uang pangkalnya? (biasanya langsung disodori kertas biaya sih) Tapi tetep baca baik-baik dan tanya apakah bayarannya bulanan atau per 3 bulan atau malah per tahun.
13. Tanya biaya ekskul, katering, antar jemput, dan tetek bengek lain.

Kurikulum dan Mata Pelajaran

14. Kurikulumnya apa? Certified apa nggak? Berapa pelajaran/guru yang certified? Kalau kurikulumnya nggak kita kenal, minta dijelaskan sebaik mungkin.
15. (Kalau Montessori), mixed age group nggak dalam satu kelas? Kalau iya, apakah dalam semua pelajaran atau hanya pelajaran tertentu?
16. Satu kelas berapa anak berapa teacher?
17. Mata pelajarannya apa aja di kelas 1-6? Ada kelas pemanis untuk anak yang nggak dapat mengikuti pelajaran?
18. Bahasa pengantarnya apa? 100% full Inggris atau masih bilingual? (banyak sekolah yang ngakunya full tapi kenyataannya bilingual)

Jam sekolah

19. Masuk jam berapa keluar jam berapa?
20. Ekskul kira-kira berapa jam?
21. Gimana proses antar jemput? Berapa usang toleransi jemput? Anak yang belum dijemput akan menunggu di mana? Siapa yang boleh jemput anak? (apa pake kartu apa gimana)

Kelas

22. Ada berapa kelas dalam satu angkatan?
23. Sistemnya moving class atau membisu terus di kelas yang sama?
24. Di kelas anak boleh makan minum bebas atau harus izin dulu guru? Minum harus izin guru kaya kita waktu sekolah dulu rada murung sih. Masa haus aja harus minum diem-diem.
25. Ada toilet di dalam kelas? Ada wastafel untuk basuh tangan?

Kenaikan kelas dan kelulusan

26. Gimana sistem evaluasi untuk naik kelas?
27. Kebanyakan lulusannya ke Sekolah Menengah Pertama mana? Gimana hasil UN tahun lalu? (Ini bergantung kurikulum ya)
28. Boleh absen berapa hari? Apakah jikalau absen ada pengurangan nilai?
29. Apakah pakai sistem ranking? Apa pakai sistem rewards untuk “anak berprestasi”? (Saya sih kesel denger sekolah anak temen yang ngasih reward ke anak yang datengnya paling pagi. POINNYA APA SIH ANAK KECIL HARUS DATENG PAGI KE SEKOLAH? Kan yang penting nggak telat!)

Bullying dan Masalah Lain

30. Bagaimana sekolah menghadapi bullying? Bagaimana menanggapi laporan anak yang mengaku dibully atau punya dilema dengan anak lain?

Agama dan Politik

31. Islamic valuenya gimana? Goalsnya apa?
32. Sekolahnya langsung muslim apa nggak?
33. Gimana sekolah ngajarin toleransi dan perbedaan?
34. Gimana posisi sekolah pada kondisi politik? (AKU NANYA BANGET SIH INI. Trauma liat sekolah swasta yang di spanduk ACARA SEKOLAH bawa-bawa politik waktu Pilkada DKI. BYE AJA.)

Lain-lain:

35. Ada upacara bendera nggak?
36. Ada ekskul apa aja?
37. Perpustakaannya gimana? Ada challenge baca buku nggak?
38. Menu katering siapa yang nentuin? Pake mahir gizi nggak?
39. Kalau ada bak renang, kedalamannya berapa? Dipake kapan aja? Keamanannya gimana? Dibersihkan tiap berapa lama? (kalau cuma jadi sarang nyamuk kan rada kurang lucu)

Tanya testimoni

40. INI WAJIB SIH SEBISA MUNGKIN. Tanya testimoni orangtua siswa yang anaknya udah sekolah di sana. Pernah ada dilema nggak, ada yang nggak sreg nggak, koordinasi dengan pihak sekolah lancar apa nggak, dll.

WAW BANYAK. Maklum ya, akan 6 tahun banget lho di sana. Akan jadi first impression juga bagi anak, sekolah itu seru nggak sih? Salah satu akad saya ke Bebe banget soalnya “ibu akan carikan sekolah yang seru buat Xylo” HUHU KOK JADI EMOSYENEL. T_____T

Lagian jikalau asal-asalan pilih SD dan menyesal ya, mau pindah juga nanti heboh lagi dong survey dan keluar uang pangkal lagi. Kaprikornus pikirkan baik-baik!

-ast-

Detail ►

Seharian Di Legoland Malaysia

Gimana pengalaman bawa anak ke Legoland dari Malaysia? SERUUUU!



Legoland Johor Bahru, Malaysia ini salah satu topik hits di kalangan balita. Salah satunya sebab beberapa temen sekolah Bebe udah pernah ke sana. Plus yang paling influencing dari para gerombolan balita ini yaitu … Ryan ToysReview pernah ke sana. Well ...

Makara ya SAYA mau juga dong. Iya yang mau banget tolong-menolong saya, bukan Bebe hahahaha.

Sebabnya sebab saya main Lego dari kecil banget! Makara bude saya (kakaknya ibu) tinggal di Denmark semenjak saya belum lahir. Pada tau kan ya jikalau Lego ini orisinil Denmark? Makara dulu, jikalau Bude pulang ke Indonesia, beberapa kali dibawain Lego. Sekarang Lego di rumah dan rumah nenek sebanyak itu hingga ditaronya di BASKOM. Dua bejana gede gitu hahahaha.

Saya main Lego dari piecesnya masih sederhana, dari warnanya masih merah kuning biru putih bubuk DOANG. Sampai punya yang warnanya udah pastel-pastel gitu. Sekarang beliin buat Bebe wih bentuknya udah canggih-canggih banget so cool. :’))))

Setelah baca-baca dari review orang yang udah pernah ke sana, Legoland ini juga mainannya lebih cocok untuk anak kecil jadi ya rada ngotot pengen ke sana sebelum Bebe masuk SD sih. Terus mikirnya lamaaaaa. Mikir lagi, nggak beli lagi, mikir lagi, nggak jadi lagi.



Sampai ngitung-ngitung dan pergi deh! Tapi nginepnya di rumah temen HAHAHAHA. Ngirit banget jadinya kan! Tapi ya jadinya berangkatnya dari apartemen temen kami di area Petaling Jaya. Padahal katanya ke Legoland ini lebih deket dari Singapur kan ya. Whatever yang penting perginya jadi rame-rame dan Bebe ada temennya!

Perjalanan ke Legoland dari Malaysia


Kami sewa kendaraan beroda empat sedan seukuran Camry gitu. GUEDE (maklum biasanya pake Karimun lol). Bangun jam 4 pagi, terus ceritanya siap-siap diem-diem gitu agar belum dewasa tetep tidur. BANGUN LOH saking excitednya hahaha.

Pergi jam 5 teng dengan kondisi belum dewasa masih pake piyama. Oiya,anaknya ada 3 ya, 5 tahun kurang, 4,5 tahun (Bebe), dan 3 tahun. Cowok semua bayangkanlah!

Perjalanan dari Petaling Jaya ke Johor Bahru itungannya cepet banget lho. Empat jam dengan jarak Bandung - Jakarta - Bandung coba. Lebih sebab jalan tolnya gede banget dan nggak macet sama sekali. Sempet berhenti juga di rest area untuk istirahat bentar, salat subuh, dan ngelurusin badan.

Anak-anak alhamdulillah aman, tidur sepanjang perjalanan, dan berdiri super excited! Kami cuma sarapan roti tapi nggak laper-laper amat sih. Ngemil terus dan ngobrol terus juga jadi ya seru-seru aja. Masuk Johor Bahru sekitar jam 9 lewat, belum dewasa dilap pakai tisu basah, digantiin baju, dan siap main!

foto miring tidak estetis tapi ingin mengatakan serempong apa bawa 3 balita HAHA

Urusan Tiket


Saya udah beli tiket Legoland buat 7 orang di Traveloka tapi nyampe sana zonk. Makara kami kan beli 4 tiket sampaumur dan 3 tiket anak, tapi dikirimin email barcode-nya cuma SATU.

Mas penjaga tiketnya keukeuh barcodenya harus ada 7 ya gimana coba hingga ubek email dan apps, tetep emang cuma ada satu. MAU NANGIS. Mana panas banget dan bawa 3 anak yang udah nggak sabar pengen masuk kan sebab udah keliatan di balik pager barcode itu ada beberapa badut Lego. YA CRANKY.

Coba nelepon CS Traveloka Indonesia nggak nyambung terus, jadinya nelepon CS Traveloka Malaysia HUHU untung temen saya nomernya Malaysia coba jikalau nggak niscaya nelepon doang mahal banget kan. Selesai nelepon, berkali-kali swipe email, cuma muncul email dari support doang jikalau komplain diterima.

Wah Bebe udah mulai marah-marah sih pengen masuk dan saya alihkan dulu dengan jalan-jalan di depan Legoland hotel (selain guest ngga boleh masuk) sementara para ayah nelepon bolak-balik untuk push dan memberi pressure pada CS agar tiketnya dikirimin.

Setengah jam kemudian, jadinya muncullah ketujuh tiket itu di email Ya udah alhamdulillah sih nunggunya cuma setengah jam, jikalau ditambah setengah jam lagi udah niscaya makin cranky lah mana makin panas kan.

Makara pesan sopan santun bagi kalian semua, jikalau beli tiket Legoland nya online, pastikan jumlah tiket sesuai jumlah orang! Biar dapat komplain dulu pas masih di Indonesia bukan udah nyampe sana gres ribet huhu.

Area Theme Park


Waktu tau kami ada rencana berangkat ke Legoland ada temen yang udah ke sana dan bilang “gitu doang kok parknya”. Makara saya low expectation banget TAPI TERNYATA KOK BAGUS YA HAHAHAHA. Seru lho beneran hingga nggak kerasa udah sore.

Mungkin juga sebab saya secinta itu sama Lego sih jadi ya puas banget. Pertama, Bebe main hal yang ia cita-citakan semenjak dulu yaitu bom bom car untuk dapat mendapat SIM. *sungguh ini sangatlah penting*

BTW semenjak jauh-jauh hari, saya udah wanti-wanti Bebe bahwa nanti di Legoland ia akan sering ditanya umurnya berapa. Dan bener aja dong tiap mau naik rides ditanya hahaha. Dari ditanya bahasa Inggris (yang dijawab dengan pede “4 YEARS OLD!”) atau bahasa Melayu (bengong dikit kemudian jawab “4 tahun”). Bebe pemberani untuk ukuran Bebe sih huhu.

Misi Bom Bom Car selesai dan Bebe sebahagia itu huhu. Lanjut bikin SIM dengan nambah bayar RM 24 (80ribuan), seneng banget hingga kini masih dikagumi banget itu SIM LOL.


Dari situ kami jadi laper banget dan eksklusif ke Market Restaurant dulu. Jangan khawatir makan sebab di tiap area ada daerah makannya kok. Makara jikalau di sini belum laper ya jalan lagi aja tar juga ada daerah makan lagi.

Menunya ya gitu-gitu aja, harganya di RM 30-an *LUPA MAAP* udah sama minum dan dessert semangka atau cheese cake. Oke aja sih untuk ukuran daerah wisata sebab porsinya juga besar, fish and chipsnya enak, dan french friesnya bentuk Lego. Lucu!



Kalau disuruh pilih rides, berdasarkan saya dan Bebe, yang paling seru itu NinjaGo, nama ridenya LEGO NINJAGO THE RIDE (idih namanya kok nggak kreatif ya), Kami duduk di sebuah kereta untuk 4-5 orang di ruangan gelap, pake kacamata 3D hingga seolah kami yaitu prajurit Ninja Go dan melawan musuh. Musuhnya dari naga hingga ular harus diswing-swing-swing gitu HALAH GIMANA SIH JELASINNYA.


Intinya di meja kereta itu ada sensor di mana jikalau kita kibasin tangan di atasnya, akan ngeluarin blade gitu untuk matiin si musuh. Dan sempurna di depan muka kita, ADA SKORNYA kita udah matiin berapa musuh. YA IBU KOMPETITIF DONG HAHAHA. Terus ya ibu dong ya skornya paling besar *proud* lol

Pokoknya selama di Legoland itu, selain Junior Driving School (alias bom bom car) dan NinjaGo kami main ini deh:

Rescue Academy: ini main ala-ala pemadam kebakaran gitu di mana kendaraan beroda empat pemadam kebakarannya HARUS DIPOMPA SEKELUARGA agar maju astaga menguji otot banget tapi Bebe suka banget!

contoh kendaraan beroda empat pemadam kebakaran
yang dapat maju dengan dipompa
menuju rumah kebakaran, anaknya ngerahin selang air ke rumah, bapaknya? MOMPA AIRNYA LAH HAHA

Kids Power Tower: Makara kita MENIMBA diri kita sendiri untuk naik ke atas tower dan turun dengan cara ngelepasin timbaannya. Literally menimba pake sarung tangan dong. Saya jijik banget tolong-menolong sharing gloves sama orang tapi ya daripada lecet kan. JG keukeuh nggak mau pake gloves dan beneran lecet.

Awalnya Bebe nggak mau naik terus saya sama JG naik berdua kemudian ia jealous dan nangis hahahaha. Akhirnya ia mau naik juga berdua saya tapi sayanya udah lemes banget jadi nggak dapat hingga atas tower zzzz. Mengapa harus menimba diri sih kan lebih penting menimba ilmu huhu.

ibu lelah menimba ilmu dua kali, bebe lepekkkk
Duplo Playtown: yaelah ini playground biasa tapi belum dewasa pada betah amat di sini. Kids being kids lol. Dan di sini ada anak ilang! Anak kecil cewek umur 2 tahunan nangis gitu nyari mamanya. Lha diajak ngomong bahasa Indonesia bengong, bahasa Inggris juga bengong. Kemudian JG gendong ini anak dari cari orangtuanya, NGGAK NEMU DONG. Terus ada pasangan lain yang juga panik, kemudian JG bersama pasangan ini mencari hingga luar playground sementara saya ya duduk aja nungguin Bebe lah. Nggak lucu nyari ortu anak lain terus Bebe malah ilang zzz.

Muter-muter nyari mas-mas penjaga nggak nemu juga, EH TERUS NONGOL DONG BAPAKNYA. Bapaknya ternyata dari tadi nunggu di pinggir playground gitu pengen saya goyangin dikit kepalanya deh memastikan otaknya penuh atau nggak. Ya mikir aja itu playground segede gitu, anaknya gres 2 tahun, DIBIARIN MAIN SENDIRIAN JAUH DARI PENGLIHATAN DAN TIDAK SADAR ANAKNYA TIDAK TERLIHAT? Rada terlalu percaya pada dunia ini atau bagaimana saya sungguh tak mengerti.


Horse Riding: ini juga rada kurpen, macam di Taman Safari zaman dulu, naik kuda muter di atas rel gitu tapi Bebe seneng banget jadi ya udah hahaha.



The Dragon: ini saya jebak JG HAHAHA. Makara saya sama Vani udah antri nih, JG nggak mau ikut. Pas lagi antri saya telepon ia dengan bunyi panik “SAYANG PLIS KE SINI DULU SEBENTAR ADUH POKOKNYA KAMU KE SINI DULU!” Kemudian JG datang, kemudian saya tangkap dan dihentikan pergi lagi sebab ini yaitu roller coaster yayyyy! 


Saya sih suka ya roller coaster tapi JG takut ketinggian makanya ia hingga jerit lebay parah gitu. Kenapa kupaksa? Karena ia suka maksa Bebe dengan “halah niscaya berani kok, gitu doang, niscaya berani kok nggak takut kok” KUUCAPKAN KATA-KATA YANG SAMA PADANYA HUAHAHAHAHA. Mayan lebih nakutin daripada di Dufan lho roller coasternya!

Di area Lego Technic kami nggak naik apa-apa sebab ridesnya rata-rata untuk anak besar. Cuma di situ ada air mancur yang muncul dari tanah dan selesailah mereka di situ anteng banget hingga baju berair semua. 

Abis itu nonton Star Wars dan ada semacam museum gitu lengkap soal Star Wars semua yang berakhir di store Lego Star Wars hahahaha jualaannn. Tapi Legonya lebih murah dari di Jakarta loh.


Terakhir kami ke Miniland, taman miniatur itu loh. Udah nggak cantik amat sebab udah pada pudar gitu warnanya. Saking B aja dan udah capek, di sini kami nggak foto sama sekali. Makara pas masuk itu alurnya dapat ke Junior Driving School dulu atau Miniland dulu. Untung kami ke Driving School dulu sih sebab jikalau dari arah situ mainannya anak kecil semua. Kalau ke arah Miniland dulu itu eksklusif ke mainan anak besar.

Sambil jalan pulang, naik LEGOLAND Express kereta terakhir. Yes, seharian banget di sana dari buka hingga tutup! Setelah kami turun kereta, semua rides udah tutup. Makara kami keliling park hanya untuk ngeliat penjaga rides beberes lol.

Oiya, banyak rides yang mengharuskan basah-basahan semacam arung penderasan tapi kumalas sebab pake sepatu kesayangan hahaha. Kalau nggak bawa baju ganti, ada alat pengering baju pake koin jadi dapat dikeringin langsung.


Simpulan


HALAH DIKATA MAKALAH KULIAH NGGAK SIH PAKE SIMPULAN SEGALA.

Simpulannya sih Legoland ini seruuuu buat belum dewasa mentok hingga umur 9 tahun kali ya, 10 tahun masih bisalah sebab mainannya emang banyakannya buat anak kecil. Anak kecil yang tingginya di atas 100 cm deh paling aman.

Soalnya ada beberapa rides yang strict sama 100 cm jadi Bebe nggak dapat naik sebab kurang huhu. Pas diukur pake stik pengukurnya itu rambutnya udah kena tapi kepalanya belum. Sedih ia hingga nangis terus ketiduran sebab pengen naik roller coaster tapi nggak boleh hahahaha.

Terus antriannya juga masuk akal banget rata-rata 5-10 menit antri padahal saya ke sana pas lagi di Malaysia lagi liburan sekolah! Wah shock sih pas antri masuk scan tiket itu sebab orangnya banyak banget, rombongan pake seragam juga banyak. Deg-degan di dalem ngantri banget tapi ternyata nggak. Antriannya masih sangat wajar.

Langsung ngerasa beruntung ke sana pake kendaraan beroda empat jadi dapat bawa barang sebanyak apapun. Nggak perlu juga mikirin naik bis pulang sebab secapek itu. Bayangin aja dari jam 10 hingga setengah 6 sore bawa 3 anak coba.

Jangan lupa bawa baju ganti lebih dari 1 sebab sepanas itu. Payung dan sunscreen juga wajib! Kalau nggak bawa stroller di sana dapat sewa stroller dan plis jangan kalap liat Lego yang semurah itu hahahahaha Berat bagasinya bos.

Pas pulang, Bebe bilang “Ibu, Ryan itu Legoland-nya beda loh! LEBIH BAGUS! Track mobil-mobilannya aja besaarrr”

HAHAHAH YAIYA BE, RYAN MAH LEGOLAND JEPANG ITUUUU. Jepang sama Malaysia yaaaa tidak mengecewakan jauh sihhhh.

Demikian pengalaman ke Legoland 2018 kami semoga dapat liburan lagi dalam waktu erat yaaaa. Semoga dapat kasih bayangan juga buat kalian yang mau ke Legoland.

See you!

-ast-

PS: Baru sadar jikalau fotonya dikit banget di kamera sebab di sana beneran main dan Bebe murka jikalau kami berhenti untuk foto hahahahaha

Detail ►

#Familytalk: Homeschooling, Yay Or Nah?


Kalau 20 tahun kemudian (alias pas saya SD) terus saya atau ada temen saya bilang ke orang tuanya. “Bu, saya nggak mau sekolah ah!”. Hampir niscaya si ibu menghela nafas kecewa atau ngamuk. Si anak akan dijudge sebagai anak pemalas dan (mungkin) juga dianggap bodoh.

Kalau zaman kini nggak ya ternyata. Pernyataan tidak mau sekolah bisa ditanggapi dengan pertanyaan serta pencarian minat dan bakat, kemudian homeschooling deh!

Baca punya Isti:

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Full Day School Idaman)

Coba jikalau saya tidak harus melewati semua pelajaran eksak itu. Coba jikalau saya dari kecil menulis dan terus menggambar. Mungkin saya kini sudah jadi senior editor di BuzzFeed (LHOH KOK CEMEN). Mungkin sudah jadi senior editor di Huffington Post lah katakan. Atau sudah kerja dari rumah aja jualan desain di Creative Market atau Etsy. 

Sekarang nulis juga nanggung di blog doang lol. Desain juga masih panjang perjalanan sebab kurang pengalaman. Saya nggak mau Bebe ibarat itu.

Ada temen kantor saya yang mahir banget gambar, namanya Sarah. Sarah ini emang desainer di kantor saya. Ini pola gambarnya. Instagramnya posting gambar semua bisa dilihat di sini.


Gambarnya halusss banget padahal ga pake alat mahal-mahal. Pake bolpen biasa gitu hikssss. Terus saya tanya, ia berguru gambar dari umur berapa? Dia jawab dari umur 4 tahun! EMPAT TAHUN. Dia seumuran sama saya jadi ia sudah menggambar selama 24 tahun! Tanpa putus! Kuliah desain!

Jadinya masuk akal kan gambarnya halus banget? Pengalamannya 24 tahun loh!

Orang-orang kaya gini yang bikin saya menyesal. Kalau kemampuan berguru saya sama kaya dia, dengan minat tanpa talenta menggambar, dan saya gres mulai sekarang, saya gres akan bisa sehalus itu 24 tahun lagi. WHY GOD WHY.

Atau Valentino Rossi, *jangan kira saya ngerti yah, ini diceritain JG* ia di sekolah dicap anak "nakal" sebab nggak pernah mau belajar. Tapi ia fokus satu hal yaitu balap, ia udah balap dari umur 4 tahun juga!

Nah, jadi pada dasarnya kiprah saya kini yaitu mencari minat dan talenta Bebe. Untuk dikembangkan semenjak dini. Untuk memilih nantinya ia perlu sekolah apa nggak. Soalnya kan kali aja ternyata Bebe suka belajar, ada loh ya orang yang hobinya memang belajar, berguru apapun ia suka. Ya udah jikalau gitu mah sekolah formal aja.

Kalau nggak tahu bakatnya apa?

Ya dicari pelan-pelan. Kalau hingga masuk usia sekolah belum tau bakatnya apa, saya sih kayanya mau sekolah dulu aja. Bisa ada orang ketiga juga (guru, sekolah) yang bantu saya untuk nemuin minat dan bakatnya. Kalau di tengah-tengah mau berhenti sebab sudah ketemu juga ya boleh.

*ngomong kaya simpel yah sebab belum terjadi aja sih*

Kalau minat dan talenta berubah di tengah jalan?

Nah ini nih yang jadi pertanyaan beberapa orang. Minat dan talenta waktu kecil kan nggak mencerminkan pilihan dikala cukup umur yah, jikalau berubah atau menyesal gimana?

Sungguh saya pun tak tahu hahahaha. Mungkin ya diasah lagi pelan-pelan, lagipula seumur hidup kan pencarian dan pembelajaran, jadi nggak apa-apa ya harusnya jikalau di tengah jalan mau berguru hal baru.

Ada yang bisa bantu jawab kah untuk poin ini?

Kalau galau mau kuliah di mana?

Kalau hingga lulus Sekolah Menengan Atas belum nemu juga minat dan talenta gimana dong, kuliah di mana dong? Nah, ambillah jeda waktu setahun. Kasih masa tenggang dulu *macam provider telco* Magang atau jadi volunteer, lihat dunia lebih luas.

Dulu saya judge orang yang nunda kuliah dengan "hih sayang banget waktunya! keburu bau tanah loh!". Sekarang mah wah, lebih sayang lagi kuliah hal yang nggak kita suka sih. Mending tunda dulu.

(Baca: Homeschooling. Yes or No?

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah)

Asal jangan menunda tapi terus bobo bobo aja di rumah ya. Tunda tapi terus cari sebenernya apa yang dicari dalam hidup.

Kalau nggak mau kuliah?

Tergantung alasannya apa hahahaha. Karena kuliah itu mengubah seseorang banget, bukan cuma urusan susah cari kerja nantinya. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab ngeband sih no ya, kecuali bandnya semenjak Sekolah Menengan Atas udah go international gitu. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab mau bisnis misalnya, ya kuliahlah, ambil manajemen, bisnis, atau finance.

Apalagi ya. Huh hingga ngos-ngosan banget nulis ini.

Kalau ada yang kurang kabar-kabariii. Kalau ada pertanyaan, tulis komen. Kalau pertanyaannya menarik nanti saya edit postingan dan saya tambahin di sini.

Happy weekend!

-ast-


Detail ►

Mengajarkan Perbedaan Pada Anak


Setelah ricuh-ricuh segala rupa dibentuk kericuhan, saya eksklusif sadar satu hal: belum dewasa harus diajari soal perbedaan. HARUS DIAJARI dan jangan biarkan mereka berguru sendiri dari lingkungan. Iya jikalau lingkungannya toleran, jikalau nggak?

Mungkin SD saya di kampung banget ya tapi dulu waktu SD, temen-temen banyak yang udah suka ngomongin perbedaan ke temen sendiri macam “ih beliau mah Kristen” padahal kenapa harus ih coba? Anak non muslim biasanya jadi cenderung pendiam alasannya ialah entahlah, mungkin merasa dikucilkan?

Semoga cuma di sekolah saya aja ya yang memang masih di pinggiran Bandung. Makanya nggak heran, tetangga yang non muslim niscaya masukin anaknya di sekolah swasta alasannya ialah mungkin agar nggak kentara banget dominan dan minoritasnya.

Sekarang? Wihhhh, kemarin di Twitter rame soal ibu-ibu di TransJakarta yang nggak mau duduk sebelahan sama orang yang beliau duga beda agama. Itu emang jikalau duduk sebelahan najis apa gimana? Baca reply-replynya miris banget alasannya ialah jadi banyak yang curhat. Banyak yang di-cancel ojol alasannya ialah disangka non muslim, yang susah cari rumah kontrakan, dan banyak dongeng lainnya.

Belum lagi ada temen saya ditanya sodaranya yang kebetulan muslim dan gres masuk SD Islam, umurnya 6 tahun. Si anak bertanya: “Tante Katolik ya? Nggak boleh loh ya harus Islam”. O_____O

Terus saya jadi duka banget. T_____T Kenapa anak kecil sudah mengkotak-kotakan agama kaya gitu sih. T_____T

Tapi ya untungnya Pilkada membukakan mata dan kami jadi lebih niat sih ngajarin perbedaan ke Bebe. Konsepnya sederhana: orang itu beda-beda dan beda itu tidak apa-apa. Orang bebas menentukan ingin jadi orang menyerupai apa.

(Baca: Hal-Hal yang Berubah Pasca Pilkada DKI

Kaprikornus jikalau Bebe tanya apapun yang menyangkut agama, warna kulit, warna rambut, gender, mental & physical health (seperti anak berkebutuhan khusus atau berkursi roda), level ekonomi, dsb maka kami akan jawab menyerupai konsep tadi itu.

Soalnya beliau makin sering banget tanya pertanyaan model:

“Kok om itu gendut?”
“Kok beliau rambutnya keriting?”
“Kok tidak semua wanita pake jilbab?”

Jawabannya satu:

“Orang kan berbeda-beda, beda itu tidak apa-apa"

Dan jikalau pertanyaannya berupa pilihan menyerupai pakaian atau agama, maka ditambahkan jawaban:

"Semua orang bebas menentukan ingin jadi orang menyerupai apa”

Pun dengan mainan dan warna. Entah gimana sih beliau tau, mungkin alasannya ialah observasi sendiri alasannya ialah dari kecil kami tidak memberi gender pada mainan dan warna. Tapi kini beliau suka nyeletuk “pink kan elok banget, pink buat ibu aja, saya nggak suka warna pink kan saya laki-laki”. Kalau udah begitu biasanya saya tarik napas dan jawab “kalau kau tidak suka pink tidak apa-apa, tapi pria juga boleh loh suka warna pink”.

Netral. Dan usahakan selalu netral.

Atau jikalau liat pemulung di pinggir jalan. Kami jelaskan dengan konsep berbeda pekerjaan. “Om itu pekerjaannya memang menyerupai itu, beliau mencari uang. Mungkin dulu beliau tidak sekolah jadi tidak dapat kerja di kantor menyerupai ibu dan appa. Pekerjaan orang kan beda-beda”.

Pelan-pelan konsep perbedaan itu masuk banget ke kepalanya dan kini nanyanya jadi makin komprehensif.

“Kok om itu gendut? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”
“Kok beliau rambutnya keriting? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”
“Kok tidak semua wanita pake jilbab? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”

NAHLOH HAHAHAHA. Ya udah jelasin aja kenapa orang beda-beda, alasannya ialah backgroundnya beda, alasannya ialah ayah ibunya beda, dan banyak lagi alasan yang dapat dibentuk netral untuk tetep nunjukkin sama beliau jikalau dunia ini plural. Kalau di dunia ini orang tidak perlu sama dan itu tidak apa-apa. Dunia terlalu luas untuk dibentuk sepakat.

Tapi garis bawahi ya, tanggapan perbedaan ini untuk hal-hal yang tidak melanggar hukum, peraturan, atau sopan santun. Kalau nanyanya "kok om itu tidak pakai helm sih?" ya jangan dijawab alasannya ialah orang berbeda. Jawab aja "iya ih om kok tidak baik sih, naik motor tidak pakai helm kan tidak baik". Ini jadi mengacu pada baik dan tidak baik menyerupai yang saya tulis di sini ya: Mengajarkan Anak Baik dan Tidak Baik.

Kaprikornus demikianlah. Saya nulis alasannya ialah mungkin aja ada yang gundah juga soal ini tapi nggak tau mau mulai ngajarin anak dari mana. Tolong ya ibu-ibu, ayah-ayah semuanya. Ajari anak perbedaan, bertengkar alasannya ialah berbeda itu nggak ada gunanya sama sekali.

Happy Wednesday!

-ast-

Detail ►