Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mempermasalahkan-uang. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mempermasalahkan-uang. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Mempermasalahkan Uang


Beberapa waktu lalu, aku RT sebuah twit di Twitter ihwal NPWP suami istri sebaiknya digabung agar potongan pajaknya nggak sebesar jikalau NPWP dipisah. Saya baca linknya ternyata harus urus ke kantor pajak sesuai domisili atau bikin NPWP gres blablabla pada dasarnya buat aku ribet aja.

Kemudian kami pun terlibat pembicaraan singkat yang bikin aku mikir ini:


Kenapa aku mikir, alasannya aku dan JG yaitu tipe orang yang chill soal duduk kasus uang dan gaji. Bagi kami, harus ke KPP di Bandung itu males aja cuma demi uang embel-embel yang bahkan nggak nyampe 500ribu sebulan. Nggak kepikiran sama sekali soal pengabdian ke negara atau apa. Sadar diri bayar pajak cuma segitu cukup apa sih, jauh lah jikalau harus didefinisikan sebagai pengabdian buat negara.

Oke patut digarisbawahi dulu ya: kami chill alasannya merasa ya udah sih honor cukup. Nggak ngoyo kerja lebih keras asal cukup aja. Plus kami juga alhamdulillah nggak harus membiayai orangtua atau adik-adik. Kaprikornus ya memang membiayai diri sendiri dan Bebe aja. Yang dapat diirit ya diirit, makan siang ya bekal, nggak punya tas atau sepatu branded ya nggak apa-apa.

Tapi balik lagi, kami MEMANG nggak pernah ngotot untuk urusan uang.

Nggak pernah ngotot hingga merasa harus ambil kerja part time demi uang tambahan. Nggak pernah ngoyo naikin performance blog atau nyari followers demi mikir “nanti dapat dapet duit” gitu, bukan demi uang tapi demi popularitas HAHAHAHA. Kami berdua nggak pernah kepikiran double job sama sekali hanya untuk dapet uang lebih banyak. Nanti work life balance-nya jadi kacau dong lol. Baca dulu makanya. XD

Bagi kami, honor bulanan dari kantor ya dicukup-cukupin aja. Kalau dapet uang dari blog ya alhamdulillah, nggak ngoyo hingga semua anjuran diambil, apalagi jikalau nggak sesuai niche. Berbulan-bulan nggak dapet job juga nggak duka alasannya ya, kan honor udah cukup juga.

Kalau ngeluh kenapa hidup gini-gini aja mah sering. Tapi itu nggak semuanya melulu alasannya uang sih. Sebagian besar alasannya ngerasa pencapaian dalam hidup yang masih kurang aja. Tapi udah tau kurang juga kok ya nggak perjuangan kuliah lagi atau apa.

Antara nggak ngotot dan pemalas sih ya emang.

Dulu waktu nulis ini Mempertanyakan Rezeki aku sebenernya lagi bahas soal sebuah job dan mbak Mira kaget alasannya aku dibayar terlalu kecil katanya. Saya padahal nggak ngerasa itu kekecilan dan ya malah serem jikalau dibayar kegedean. Tapi waktu itu aku jadi mikir kenapa sih hingga uang yang udah diterima aja masih kita pertanyakan terlalu besar atau terlalu kecilnya?

via GIPHY

Kami bahkan nggak pernah jual barang-barang hadiah. Kaprikornus misal dapet hadiah barang gitu ya dari lomba atau apa, jikalau kami nggak butuh barangnya ya dikasih aja ke orang. Meskipun jikalau dijual yang harganya tidak mengecewakan ya kaya kamera atau HP gitu, alasannya udah punya yang lebih cantik atau nggak butuh, ya udah dikasih aja ke keluarga yang lain. Kalau pas barangnya cantik DAN butuh ya dipake sendiri.

Apalagi jikalau perintilan kaya make up. Pernah mikir apa kita foto-fotoin aja ya terus jual? Tapi males dan ya, balasannya dikasih-kasihin aja. Mikirnya kenapa harus dijual juga ya, kan dikasih, sewajarnya ya kasih lagi lah ke orang. Berbagi rezeki tanpa modal kan jadinya hahahaha.

Sampai-sampai aku nggak pernah sekalipun jualan barang preloved loh! Kemarin-kemarin sempet mikir mau jual car seat Bebe yang udah kekecilan, tidak mengecewakan uangnya dapat nambahin beli yang baru. Tapi kemudian ah ngapain lah dijual, simpen aja buat dikasiin kali adik-adik aku punya anak nanti kan.

Makanya mau punya anak satu aja alasannya salah satunya ya males kerja untuk nyari uang embel-embel sih. Iya ngerti tiap anak punya rezekinya masing-masing, tapi kan orangtuanya harus berusaha kan? Ah kami terlalu malas. Malas capek.

Pantes kami nggak kaya-kaya ya HAHAHAHA. Tabungan juga segitu-gitu aja.

Apa kami justru kaya? Apa uang kami sebenernya banyak? Nggak lah, makan di luar aja masih mikir-mikir makanya JG bela-belain berdiri subuh demi masak makan siang kan.

Apa kami nggak pernah butuh uang banget banget banget gitu hingga dana darurat abis banget? Alhamdulillah belum ya. Jangan hingga deh.

Ini aku nggak judge loh ya, jikalau misal butuh banget buat berobat orangtua atau adik bayar kuliah, ya aku juga mungkin akan perjuangan jual-jual barang atau cari penghasilan embel-embel lain.

Ini buat kalian yang posisinya sama kaya saya, nggak perlu menghidupi keluarga tapi selalu menghubung-hubungkan apapun dengan uang. Kasarnya benda yang dijual kurang dari 100ribu aja jikalau dapat dijual, dijual deh.

Menurut saya, mungkin malah hal itu yang bikin kalian nggak pernah merasa cukup dan merasa selalu kurang uang. Karena kalian sendiri selalu menganggap “ah sayang banget dikasih ke orang kan mending dijual mayan uangnya buat jajan” gitu padahal nggak dijual juga dapat jajan kan?

Kalau aku mindset-nya selalu “ah cukuppp, niscaya cukup uangnya, jikalau nggak cukup nggak usah jajan” hahahaha alasannya ya ngepas banget kan tiap bulan gajinya ya segitu. Mungkin juga orang-orang yang aku kasih barang-barang selama ini pada hepi terus ngedoain banyak rezeki terus kan jadi ya, kami nggak pernah ngerasa kurang uang.

Mungkin juga ini alasan aku dan JG hepi selalu padahal ya hidup gini-gini aja. Karena kami berdua nggak terlalu mempermasalahkan uang.

Begitu. Kaprikornus buat kalian yang selalu ngerasa kekurangan uang, coba mindset-nya diubah deh. Jangan-jangan uang kalian sebenernya nggak kurang tapi kalian aja yang ngerasa nggak pernah cukup?

-ast-

Detail ►

Makanan, Manusia, Dan Uangku

Kemarin waktu di ojek otw pulang kantor saya mikirin banget pengen makan malem apa. Terus kesel sendiri alasannya ihhh bosen sama masakan di apartemen!



Padahal apartemen kami itu apartemen rakyat yang APA JUGA ADA. “APA JUGA ADA” ini yaitu nilai jual yang selalu dibanggakan semua orang yang tinggal di sini. Selalu “nggak ada yang nggak ada di sini, mau APA JUGA ADA”.

Apa juga ada ini rangenya dari aneka macam jenis insan hingga ya masakan yang menciptakan manusia-manusia ini hidup. *HALAH

Iya sebut aja satu masakan lokal top of mind kalian. Makanan Indonesia? Lengkap malah warung makan aja aneka macam kawasan ada. Makanan Korea? Ada. Makanan Jepang? Ada. Jajanan semacam cilok? Pempek? Siomay? Cincai!

Dari yang kaya gitu hingga semacam Shihlin, KFC, Hokben, d’Crepes, Pizza Hut, Dominos, apa juga yaitu sebut aja. Yammie Hotplate yang sudah langka aja ada hahaha.

Mana dari bulan November tahun kemudian itu ada Go-Food Festival di foodcourt. Semua masakan diskon 50%, dari cuanki, kebab, taichan hingga nasi liwet cumi asin nggak ada yang lebih dari 20ribu. Hidupku sesungguhnya terberkati sekali. T_______T

TAPI TETAP SAJA AKU BOSAN. Triggernya adalah, abis operasi amandel, lanjut JG operasi amandel, kami jadi belum ke mall sama sekali. Akhirnya saya pun mencari-cari yang tidak ada di apartemen.

Katanya semua ada? Iya ada sih tapi … kurang. Ada sushi tapi kurang enak, ada ramen tapi bukan ramen yang saya mau, ada semua tapi tetep bukan yang saya pengenin. :)))))

Di jalan itu saya jadi ketawa sendiri alasannya “oh saya manusiawi sekali, insan memang senangnya mencari-cari yang tidak ada padahal semua sesungguhnya sudah ada”.

Mencari-cari … yang tidak ada … KOK JADI DEEP GINI PEMBAHASANNYA?

(Baca postingan usang wacana kami yang tidak terlalu mempermasalahkan uang

Coba pikir baik-baik. Perasaan mencari-cari yang tidak ada ini yang bikin kita semua punya idola. Punya seseorang yang sangat kita kagumi. Karena beliau punya sesuatu yang kita nggak punya.

Mengagumi menteri wanita alasannya wah pinter banget sih beliau (nggak kaya diriku ini). Suka banget sama aliran Michelle Obama alasannya ya she’s perfect! (nggak kaya diriku ini). Mengidolakan artis ganteng alasannya ya gantengan beliau daripada suami lol. Nangkep kan maksudnya?

*halah gifnya sok imut*

Secara natural, insan memang mencari-cari hal yang tidak ada. Hal ini sanggup jadi lekat dengan tidak merasa puas. Dekat sekali dengan tidak merasa cukup. BISA JADI LHO. Bisa juga nggak.

Dan sialnya, tidak merasa puas dan sulit merasa cukup itu GAMPANG. Merasa puas dan merasa cukup itu SUSAH. Inikah yang namanya cobaan hidup? Belum lagi simpel banget judge hidup orang lain cuma dari foto-foto senang nan aesthetic-nya.

Bener deh, semenjak saya banyak share soal hidup dari kesepakatan nikah hingga keuangan di IG story, saya jadi terbukakan bahwa banyak sekali orang yang hidupnya nggak sesuai dengan apa yang ia tampilkan di Instagram.

Di Instagram sih fotonya liburan dengan tas-tas mahal, curhatnya cicilan KPR 80% honor hingga makan aja susah. Di Instagram sih fotonya indah, berdua dengan suami dengan caption romantis “my love”, curhatnya wacana suami yang nggak pernah sanggup diajak komunikasi dan nggak pernah mau dengar pendapat istri. Waw, cinta memang buta. Citra sanggup semudah itu dibentuk di dunia maya.

Namanya manusia, jikalau pun kenyataan uangnya nggak ada, ya halu-halu dikit bisalah di Instagram. Fake it until you make it, kan katanya. Nyari apa sih sebenernya? Nyari yang nggak ada? Kaya saya yang nyarinya siomay Imam Bonjol sementara di apartemen adanya siomay Jakarta yang entahlah, nggak pernah seenak siomay Bandung. T______T

Tapi sejujurnya inti dari hidup saya itu yaitu makanan. Kalau makan enak, mood jadi lebih baik. Dan alasannya bukan orang kaya, bertahan makan selalu lezat ini mengorbankan lifestyle lain kaya mobil, baju, sepatu, tas, makeup. Biar semua dipake hingga butut dan beli pun yang murah, yang penting makannya lezat lol.

Makara inget kata ibu saya dulu:

“Kamu mah hidup untuk makan, bukan makan untuk hidup!” SAKING GUE MAKAN MULU KERJAANNYA. Terus apa-apa suka pengen dihabisin hari itu juga hahahaha semacam nggak sanggup besok lagi jikalau urusan makanan.

Makara inget juga twit tahun 2017 betapa uang cuma jadi tai doang lol maaf garang tapi ini memang kenyataan lol.



Makara pada dasarnya apa, seus? Nggak taulah, saya PMS nih, udah dapet notif mulu di aplikasi HP untuk ngingetin harinya sudah dekat. Kalau PMS gini selalu gini tulisannya kan. Ngalor ngidul mikirin hal-hal yang nggak terang sih tapi jikalau dipikirin kok jadi dalem.

Dari milih masakan aja susah ngerasa cukup, gimana soal pencapaian hidup? Kalau dari hal yang receh aja susah bersyukur, gimana sanggup dipercaya untuk hal yang lebih besar lagi?

Oiya tadi nemu quote ini, rada bikin mikir sih. Mikir ngapain ya untuk mengubah hidup jikalau lagi ngerasa hidup kok gini-gini aja?

“If you want something you’ve never had, you’ve got to do something you’ve never done.”

Kata JG, jikalau gitu beliau pengen nerbangin pesawat aja jadi pilot alasannya belum pernah. Baik.

See you! Doakan saya sanggup makan lezat dan bersyukur selalu ya!

-ast-

Detail ►