Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Mengajarkan Perbedaan Pada Anak


Setelah ricuh-ricuh segala rupa dibentuk kericuhan, saya eksklusif sadar satu hal: belum dewasa harus diajari soal perbedaan. HARUS DIAJARI dan jangan biarkan mereka berguru sendiri dari lingkungan. Iya jikalau lingkungannya toleran, jikalau nggak?

Mungkin SD saya di kampung banget ya tapi dulu waktu SD, temen-temen banyak yang udah suka ngomongin perbedaan ke temen sendiri macam “ih beliau mah Kristen” padahal kenapa harus ih coba? Anak non muslim biasanya jadi cenderung pendiam alasannya ialah entahlah, mungkin merasa dikucilkan?

Semoga cuma di sekolah saya aja ya yang memang masih di pinggiran Bandung. Makanya nggak heran, tetangga yang non muslim niscaya masukin anaknya di sekolah swasta alasannya ialah mungkin agar nggak kentara banget dominan dan minoritasnya.

Sekarang? Wihhhh, kemarin di Twitter rame soal ibu-ibu di TransJakarta yang nggak mau duduk sebelahan sama orang yang beliau duga beda agama. Itu emang jikalau duduk sebelahan najis apa gimana? Baca reply-replynya miris banget alasannya ialah jadi banyak yang curhat. Banyak yang di-cancel ojol alasannya ialah disangka non muslim, yang susah cari rumah kontrakan, dan banyak dongeng lainnya.

Belum lagi ada temen saya ditanya sodaranya yang kebetulan muslim dan gres masuk SD Islam, umurnya 6 tahun. Si anak bertanya: “Tante Katolik ya? Nggak boleh loh ya harus Islam”. O_____O

Terus saya jadi duka banget. T_____T Kenapa anak kecil sudah mengkotak-kotakan agama kaya gitu sih. T_____T

Tapi ya untungnya Pilkada membukakan mata dan kami jadi lebih niat sih ngajarin perbedaan ke Bebe. Konsepnya sederhana: orang itu beda-beda dan beda itu tidak apa-apa. Orang bebas menentukan ingin jadi orang menyerupai apa.

(Baca: Hal-Hal yang Berubah Pasca Pilkada DKI

Kaprikornus jikalau Bebe tanya apapun yang menyangkut agama, warna kulit, warna rambut, gender, mental & physical health (seperti anak berkebutuhan khusus atau berkursi roda), level ekonomi, dsb maka kami akan jawab menyerupai konsep tadi itu.

Soalnya beliau makin sering banget tanya pertanyaan model:

“Kok om itu gendut?”
“Kok beliau rambutnya keriting?”
“Kok tidak semua wanita pake jilbab?”

Jawabannya satu:

“Orang kan berbeda-beda, beda itu tidak apa-apa"

Dan jikalau pertanyaannya berupa pilihan menyerupai pakaian atau agama, maka ditambahkan jawaban:

"Semua orang bebas menentukan ingin jadi orang menyerupai apa”

Pun dengan mainan dan warna. Entah gimana sih beliau tau, mungkin alasannya ialah observasi sendiri alasannya ialah dari kecil kami tidak memberi gender pada mainan dan warna. Tapi kini beliau suka nyeletuk “pink kan elok banget, pink buat ibu aja, saya nggak suka warna pink kan saya laki-laki”. Kalau udah begitu biasanya saya tarik napas dan jawab “kalau kau tidak suka pink tidak apa-apa, tapi pria juga boleh loh suka warna pink”.

Netral. Dan usahakan selalu netral.

Atau jikalau liat pemulung di pinggir jalan. Kami jelaskan dengan konsep berbeda pekerjaan. “Om itu pekerjaannya memang menyerupai itu, beliau mencari uang. Mungkin dulu beliau tidak sekolah jadi tidak dapat kerja di kantor menyerupai ibu dan appa. Pekerjaan orang kan beda-beda”.

Pelan-pelan konsep perbedaan itu masuk banget ke kepalanya dan kini nanyanya jadi makin komprehensif.

“Kok om itu gendut? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”
“Kok beliau rambutnya keriting? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”
“Kok tidak semua wanita pake jilbab? Karena orang beda-beda ya ibu? Kenapa orang beda-beda?”

NAHLOH HAHAHAHA. Ya udah jelasin aja kenapa orang beda-beda, alasannya ialah backgroundnya beda, alasannya ialah ayah ibunya beda, dan banyak lagi alasan yang dapat dibentuk netral untuk tetep nunjukkin sama beliau jikalau dunia ini plural. Kalau di dunia ini orang tidak perlu sama dan itu tidak apa-apa. Dunia terlalu luas untuk dibentuk sepakat.

Tapi garis bawahi ya, tanggapan perbedaan ini untuk hal-hal yang tidak melanggar hukum, peraturan, atau sopan santun. Kalau nanyanya "kok om itu tidak pakai helm sih?" ya jangan dijawab alasannya ialah orang berbeda. Jawab aja "iya ih om kok tidak baik sih, naik motor tidak pakai helm kan tidak baik". Ini jadi mengacu pada baik dan tidak baik menyerupai yang saya tulis di sini ya: Mengajarkan Anak Baik dan Tidak Baik.

Kaprikornus demikianlah. Saya nulis alasannya ialah mungkin aja ada yang gundah juga soal ini tapi nggak tau mau mulai ngajarin anak dari mana. Tolong ya ibu-ibu, ayah-ayah semuanya. Ajari anak perbedaan, bertengkar alasannya ialah berbeda itu nggak ada gunanya sama sekali.

Happy Wednesday!

-ast-

Posting Komentar