Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-mogok-les-renang. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-mogok-les-renang. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Bebe (Mogok) Les Renang

Ampun ya dongeng Bebe les renang aja belum mulai eehhh udah mogok aja anaknya kemarin uhuhuhuhu ibu sedih.

Buat yang nggak follow Instagram saya (NGGAK NGERTI LAGI KENAPA HARUS NGGAK FOLLOW SIH AH) mungkin belum tau jikalau Bebe les renang setiap hari Sabtu. Sabtu kemarin itu pertemuan keempat. Ini udah saya stories sekilas sih tapi ribet nyarinya dan saya bertekad kan selalu nulis perkembangan Bebe di blog ini semoga jikalau lupa tinggal search dan baca.



Kenapa Bebe les renang?

Karena saya dan JG merasa ia kurang tinggi *tetep*. Ya meskipun kata dokter Aman Pulungan, latihan fisik nggak segitu ngaruh sih dibanding gen, tapi ya MENGAPA TIDAK DICOBA LAH YA.

Kedua, alasannya saya sebel banget Bebe itu Sabtu dan Minggu kerjaannya nonton doang. Ya itu emang hukum kami sih, tapi jadinya ia nggak ngapa-ngapain lagi. Mentok main di playground apartemen terus nonton lagi. “Kan kini Sabtu, saya kan memang boleh nonton”

(Baca Pengalaman Konsultasi dengan dr Aman Pulungan)

Ya iya sih tapi nggak seharian juga. Tapi gimana coba saya larangnya, lha emang itu aturannya kan. Satu-satunya cara mendebatnya ialah dengan ngasih kegiatan yang seru. Seperti ke mall (HAHA) atau ya les sesuatulah yang penting ada kegiatan ke luar rumah aja. Kalau di luar rumah ia nggak pernah minta nonton soalnya, semenjak detoks gadget, di kendaraan beroda empat juga kami strict nggak kasih HP.

Tapi kasih kegiatan apa ya? Tadinya kami mau les Inggris dengan pertimbangan ia nggak jadi Taman Kanak-kanak bahasa Inggris kan. Si Bebe jadinya mau Taman Kanak-kanak di daycare aja demi mengirit uang lol. Cuslah survey ke EF alasannya di sana ada kelas buat anak 4 tahun, namanya Small Stars (pernah saya bahas di sini) dan kegiatannya kaya playgroup gitu, bermain doang deh. Mewarnai, menggunting, nyanyi-nyanyi, cuma ya full bahasa Inggris.

Sayangnya, nggak ada kelas weekend! Untuk anak 4 tahun cuma ada di Selasa-Kamis jam 2. Untuk anak 5 tahun gres ada kelas weekend. Selain nggak ada yang nganter alasannya kami kerja ya LHA NGAPAIN? Ini kan tujuannya mencari kegiatan rutin di selesai minggu. Ya banyak sih workshop atau art class gitu semacam di Ganara Art Studio, tapi kami maunya yang rutin dan Bebe berguru sesuatu yang baru.

Ngobrol-ngobrol di group ibu-ibu kampus, tiba-tiba pembahasan mengarah ke les renang anak! Kebetulan di group itu satu temen saya coach renang, satunya malah mantan atlet renang. Jadilah membahas les renang anak di Jakarta mending di mana?

Les renang anak itu pilihannya ada tiga, private, ikut klub renang, atau ikut kelas.

Saya waktu kecil sih les renangnya private alasannya di bak renang deket rumah kebetulan ada kelas untuk private renang. Tapi kurang seruuuu. Nggak semangat gitu alasannya ya berdua aja sama coachnya. Pemanasan aja sendirian, nggak ada sobat menyebarkan suka sedih keluh kesah huhu.

Kedua, ikut kelas macam di Rockstar Gym gitu. Dia ada kelas renang kan ya, lezat pula latiannya di mall. Cuma saya justru mikir-mikir alasannya latihannya di mall hahaha.

Nah, waktu kecil itu adik bungsu saya ikut club dan keliatannya seru. Klub renang gini yang biasanya cetak atlet nih. Di Bandung, ia satu klub sama temen kuliah saya yang atlet itu. Latihannya rada militer lol. Makanya diputuskan Bebe ikut klub aja semoga sekalian belajarnya beneran sama orang-orang yang cetak atlet meskipun ya nggak mikir Bebe harus jadi atlet juga sih. Klubnya disaranin sama temen saya yang coach renang dan malem itu juga pribadi daftar hahahahaha seimpulsif itu.

Beneran disiplin banget lah, begitu dateng harus udah pake baju renang + kacamata + topi renang (kalau rambutnya ganggu dan nggak botak kaya Bebe lol). Masuk ke kolam, di pinggir pribadi simpan botol minum dan pelampung. Makara nggak ada urusan bolak-balik ke ibu minta minum segala.

Sebelum daftar, kami harus trial dulu dan tanya anaknya seneng apa nggak. Kalau nggak seneng nggak perlu daftar katanya. Dan keliatannya mereka nggak terima anak takut air gituloh. Kalau private kan pelatihnya suka membesarkan hati gitu, anak dibujuk-bujuk semoga mau berani. Kalau ini, anak nggak berani nyebur ya bye aja nggak usah jadi daftar HAHAHAHA.

Untunglah trial Bebe lancar dan boleh daftar. Saran saya jikalau anaknya takut air, dibiasain dulu di air. Soalnya berenangnya pribadi di yang dalem dan cuma pake pelampung board. Rada nakutin niscaya jikalau buat anak yang nggak biasa sama air.



Trial lancar alasannya saya sounding “nanti jikalau di bak kau nangis dan ibu-ibuan, kita pulang aja kau nggak perlu renang lagi”. Pertemuan kedua dan ketiga lancar … alasannya saya nggak ikut. Yang kedua pas ada Gesi dan Mba Windi di Jakarta jadi kami staycation di hotel. Yang ketiga, kami ada book talk di Grand Indonesia jadi Bebe sama JG juga.

Pertemuan ketiga ini rada traumatis hahahaha.

Bayangkan Bebe dan Aiden itu lari-larian semenjak jam 9 pagi di Museum Polri, lanjut main di GI hingga jam 3. Kemudian ia cus ke kolam, di jalan tidur bentar doang alasannya keburu nyampe. Nyampe bak eh loh pas yang latian dikit! Makara biasanya satu instruktur 3-4 anak, ini cuma 2 anak jadi ya 2 jam itu usang banget bolak-baliknya. Bebe hingga nangis alasannya capek dan hasilnya naik duluan sebelum les selesai HAHAHAHAHA.

Sampai rumah ia ngeluh-ngeluh “ibu, saya tuh capek banget tadi. Appa bilang sekali lagi aja saya nggak kuat, saya mau mandi aja.” Terus-terusan juga bilang jikalau lengannya pegel.

MINGGU DEPANNYA YAITU HARI SABTU KEMARIN DIA PUN MOGOK BERENANG.

Padahal dari rumah semangat, hingga kendaraan beroda empat tidur, bangun, ganti baju di kendaraan beroda empat masih semangat. Turun kendaraan beroda empat masih happy tapi minta gendong. Begitu liat kolam, meluk saya kenceng-kenceng dan sembunyiin muka di bahu.

20 MENIT KEMUDIAN … KAMI MASIH MEMBATU DI PINGGIR KOLAM.

Si Bebe itu bukan anak yang dapat dibujuk pake makanan jadi resah banget sih ngebujuknya. Nggak pernah dapat gitu dibujuk pake es krim atau burger, dan saya ogah ya bujuk les renang doang pake mainan. Intinya ia nangis nggak mau berenang alasannya takut capek. Kami pun kembali ke mobil.

SETENGAH JAM KEMUDIAN … MASIH DI PARKIRAN.

Karena si Bebe nangisnya nyebelin. Mobil diem nangis, kendaraan beroda empat maju dikit mau keluar parkiran nangis. Dia nggak dapat mutusin mau berenang apa nggak alasannya saya bilang “kalau kau nggak mau les renang ya udah, kita nggak perlu renang lagi alasannya untuk apa renang main-main doang. Baju renang dan kacamatanya dikasih aja ke aa (kakak sepupunya)”

KEJER SISTAAAA HAHAHAHAHA.

JG murka dan hasilnya kami keluar parkiran HANYA UNTUK MUTER LAGI KARENA SI BEBE TERIAK-TERIAK “NGGAK MAU PULANG”.

Kenapa diturutin amat tumben? Katanya nggak kalah sama anak tantrum?

Karena ya saya nggak mau terpengaruhi omongan diri sendiri juga. Kalau Bebe nggak mau les renang lagi selamanya dan bilang “ya udah saya nggak usah les aja, semoga aja kasih semua baju dan kacamatanya” Ya saya nggak mau jugaaaa. Maunya Bebe dapat berenang alasannya berenang itu skill kehidupan heuhhh. Berenang itu HARUS BISA. Ibunya emang ngomong tidak dijaga jadi repot sendiri.

via GIPHY

Akhirnya kami mendadak mengubah aturan. Enak yaaa jadi orangtua, mengubah-ubah hukum demi kehidupan yang lebih tenang hahahahaha. Aturannya adalah, mulai kini setiap Sabtu dan Minggu Bebe boleh nonton HANYA KALAU SUDAH LES RENANG. Kalau tidak les maka dihentikan nonton. Bebe sepertinya oke. Tampaknya alasannya belum mau ngomong. Pake insting keibuan aja saya sih. *PRET

Balik lagi ke parkiran, saya tunggu di mobil. JG sama Bebe turun berdua dalam kondisi masih nangis. Tapi mau dong les. Selesai les ia happy aja lompat-lompat malah breakdance menyerupai tidak terjadi apa-apa.

“I HATE YOU!” kata JG … pada saya HAHAHAHA. Karena ya udah fix banget sih Bebe manja hingga nangis kejer alasannya ibu ikut ke kolam. Kalau ada ibu sih ngomong manja, semua harus sama ibu. Kalau nggak ada ibu dan cuma sama appa sih berdikari banget, semua sendiri, ngomong aja nggak kaya bayi. IBU BIANG KEROK.

Makara demikian, hukum gres ini sedang kami ulang setiap malam dan disosialisasikan demi Sabtu depan yang tenang tanpa drama.

DOAKAN SAKSES YA.

-ast-

PS: Tidak menjawab nama klub secara publik ya kecuali tanyanya lewat DM saya pribadi ok. 

Detail ►

Anak Yang Dapat Mengambil Keputusan


Salah satu materi diskusi saya dan gurunya Bebe di sekolah dikala pembagian rapor 3 bulanan kemarin ialah soal bagaimana para miss harus memutar otak untuk membujuk Bebe melaksanakan sesuatu.

Iya, kasarnya, Bebe nggak dapat disuruh-suruh. Nggak dapat tuh pake kalimat semacam:

“Xylo, tidur siang yuk”

“Xylo, makan ya”

Bebe akan tersinggung dan hampir PASTI menolak meskipun beliau ngantuk atau lapar. Dari situ saya jawab, untuk ngasih background aja sih sama missnya.

Saya mengira (menduga lho, sebab nggak ada bukti), Bebe menyerupai itu sebab semenjak bayi ia selalu diberi pilihan. Kami tidak pernah mengambilkan keputusan untuk Bebe.

Kalau pun keputusannya diambilkan kami berdua, kami mengubah konteks biar seolah beliau yang pilih. Contoh, beliau tidur jam 10 malem terus. Kalau kami bilang eksklusif “mulai kini kau tidur jam 9 ya!” Dia PASTI akan tersinggung.

Makara kami mengubah pertanyaannya menjadi:

“Kamu tidurnya mau jam 8 atau jam 9?”

YA OTOMATIS DIA PILIH JAM 9 KAN. HAHAHAHA. Dia menentukan balasan yang kita inginkan.

via GIPHY

Kecuali yang memang berbentuk peraturan. Itu pun tetap diberikan pilihan. Misalnya hukum gres soal gadget on weekend yang saya pernah singgung di postingan ini: Bebe Mogok Les Renang.

Saya beri pilihan “Kamu boleh tidak les renang, tapi kau dihentikan nonton lagi di hari Minggu. Kalau kau mau tetap nonton di hari Minggu, kau harus les renang”

Makara pilihan yang harus dipilih Bebe:

a. Les renang jadi Minggu boleh nonton
b. Tidak les renang tidak apa-apa, tapi hari Minggu dihentikan nonton.

SULIT YA HAHAHAHA. Nangis-nangis dia. Tapi risikonya beliau pilih opsi A. Kalau nggak mau pilih? NGGAK BOLEH. Pilihannya cuma itu. Pilih sendiri yang berdasarkan kau baik. Saya hanya jelaskan pros & consnya.

Seperti juga soal kuliner sehat dan tidak sehat. Saya tidak pernah larang, tapi beliau tahu semua konsekuensi menyerupai sakit gigi atau sakit perut jadi beliau sering menolak jikalau ditawari makanan/minuman kemasan.

(Tips biar anak dapat jadi pengambil keputusan yang baik pernah saya tulis di sini: Anak dan Pengambilan Keputusan.)

Seumur hidupnya beliau begitu. Sekadar pilih kuliner apa, atau kaos kaki beda kanan kiri, nyeker atau pake sepatu, dan segudang konflik hidup balita lainnya. Maka ketika beliau eksklusif disuruh, beliau tersinggung dan mikir kurang lebih:

“PERMISI, ANDA SIAPA SURUH-SURUH HIDUP SAYA?”

HAHAHA.

Untungnya sekolah montessori ya, belum dewasa menyerupai Bebe ini diakomodir. Menurut Montessori, anak kecil ialah orang remaja yang masih mencar ilmu dan “terperangkap” di badan anak kecil. Makanya ia ya harus diberi kepercayaan menyerupai orang dewasa, menyerupai memakai alat makan beling, diperbolehkan menuang air dari teko sendiri, atau menggunting memakai gunting logam. Hal-hal yang dianggap “bahaya”, boleh dilakukan asal dengan pengawasan.

Missnya kemudian bilang (dan bikin saya terharu huhu bikin nggak merasa gagal-gagal amat sebagai orangtua):

“Ibu dan bapak sudah benar, menimbulkan anak sebagai subjek, BUKAN objek. Anak subjek, beliau punya pilihan dan keputusannya harus dihargai”

NGEMBENG DI TEMPAT SIH.

Makara ya setiap hari, missnya juga memelintir kata biar seolah Bebe mengambil keputusan sendiri. Untuk tidur siang, diberi pilihan dengan “kalau kau nggak tidur sekarang, ketemu appa dan ibu semakin lama. Mau ketemu usang atau ketemu cepet-cepet?” Ya cepet dong, makanya tidur. <3 br="">

Kenapa anak harus diberi pilihan?

 Karena jadi orang yang nggak dapat ambil keputusan itu RIBET. Meski banyak yang bilang pengambilan keputusan itu dapat diwariskan secara genetis, berdasarkan saya decision making itu nurture lho!

Berhubungan bersahabat dengan apakah seumur hidupnya, dengan banyak sekali pengalaman yang dihadapi, apakah anak dihargai di lingkungannya? Terutama ya oleh orangtuamya.

Apa minusnya anak yang dapat ambil keputusan sendiri?

Keras kepala hahahaha. Ya sebab beliau selalu diberi pilihan, beliau benci dipilihkan. Bisa meltdown banget jikalau dipilihkan sebab beliau tersinggung dan merasa tidak dihargai.

Apa plusnya anak yang dapat ambil keputusan sendiri?

Ia sangat mandiri. Lebih berdikari dari anak seusianya. Ia tahu apa yang ia mau dan tidak bergantung pada orangtuanya untuk tetapkan sesuatu.

Anak juga akan lebih percaya diri dan tidak gampang terbawa orang lain sebab ia percaya pada keputusannya sendiri.

Selain itu, ia akan merasa dihargai dan lebih dapat diajak diskusi. Ia mau berdiskusi bukan sebab takut, tapi sebab ia tahu pilihannya akan dihargai menyerupai orang dewasa.

KEYWORD: SEPERTI ORANG DEWASA.

Ya, saya selalu menganggap perasaan Bebe menyerupai perasaan orang dewasa. Orang remaja aja jikalau bangkit tidur pengen kedip-kedip dulu kan nggak mau eksklusif mandi, ya anak kecil juga sama.

Orang remaja aja kadang pengen makan banyak kadang males makan, ya anak kecil juga sama.

Orang remaja sebel banget jikalau dipaksa melaksanakan sesuatu, ya anak kecil juga sama.

Hanya sebab ia anak kecil, bukan berarti beliau tidak punya perasaan. Hanya sebab ia anak saya, bukan berarti pilihan dan perasaannya milik saya. Saya dan JG hanya membantu dan mengeksplorasi biar ia dapat menentukan pilihan yang terbaik.

Again, dapat begini sebab ya Bebe di daycare. Kalau di rumah sama saya 24 jam sih duh nggak bakal waras. Makara ibu rumah tangga itu bakat-bakatan, jikalau kaya saya nggak talenta sama sekali gini sih nyerah aja. Huhu.

Saya juga suka murung jikalau liat anak yang lagi main aja diatur. Kaya kemarin di CFD, Bebe main bola sendirian kemudian ada anak kecil cewek pengen ikutan main. Tapi ibunya ngatur banget, si anak gres pegang bola, ibunya teriak "throw! throw!" terus anaknya nurut. Berikutnya anak megang bola lagi ibunya teriak "kick! kick!" terus anaknya nurut. Berikutnya anaknya NUNGGU disuruh dulu dong gres beliau mau lempar atau tendang. Kan kasian ya. Biar aja sih terserah anaknya itu bola mau diapain.

Atau lagi main Lego bareng di kawasan mainan. Banyak orangtua yang ikut campur dan kritik hasil Lego buatan anaknya "ini kok merah sih dek, atasnya bagusan biru" atau "masa kendaraan beroda empat rodanya tiga, tambah lagi dong". Ya ampun main aja anak susah bebas. Main lhooo. Bebas aja sih.

Semoga di masa depan Bebe dapat jadi pengambil keputusan yang baik dan selalu percaya diri ya!

-ast-

BONUS GIF PETER KAVINSKY BECAUSE WHY NOT!


via GIPHY

Detail ►