Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Anak Yang Dapat Mengambil Keputusan


Salah satu materi diskusi saya dan gurunya Bebe di sekolah dikala pembagian rapor 3 bulanan kemarin ialah soal bagaimana para miss harus memutar otak untuk membujuk Bebe melaksanakan sesuatu.

Iya, kasarnya, Bebe nggak dapat disuruh-suruh. Nggak dapat tuh pake kalimat semacam:

“Xylo, tidur siang yuk”

“Xylo, makan ya”

Bebe akan tersinggung dan hampir PASTI menolak meskipun beliau ngantuk atau lapar. Dari situ saya jawab, untuk ngasih background aja sih sama missnya.

Saya mengira (menduga lho, sebab nggak ada bukti), Bebe menyerupai itu sebab semenjak bayi ia selalu diberi pilihan. Kami tidak pernah mengambilkan keputusan untuk Bebe.

Kalau pun keputusannya diambilkan kami berdua, kami mengubah konteks biar seolah beliau yang pilih. Contoh, beliau tidur jam 10 malem terus. Kalau kami bilang eksklusif “mulai kini kau tidur jam 9 ya!” Dia PASTI akan tersinggung.

Makara kami mengubah pertanyaannya menjadi:

“Kamu tidurnya mau jam 8 atau jam 9?”

YA OTOMATIS DIA PILIH JAM 9 KAN. HAHAHAHA. Dia menentukan balasan yang kita inginkan.

via GIPHY

Kecuali yang memang berbentuk peraturan. Itu pun tetap diberikan pilihan. Misalnya hukum gres soal gadget on weekend yang saya pernah singgung di postingan ini: Bebe Mogok Les Renang.

Saya beri pilihan “Kamu boleh tidak les renang, tapi kau dihentikan nonton lagi di hari Minggu. Kalau kau mau tetap nonton di hari Minggu, kau harus les renang”

Makara pilihan yang harus dipilih Bebe:

a. Les renang jadi Minggu boleh nonton
b. Tidak les renang tidak apa-apa, tapi hari Minggu dihentikan nonton.

SULIT YA HAHAHAHA. Nangis-nangis dia. Tapi risikonya beliau pilih opsi A. Kalau nggak mau pilih? NGGAK BOLEH. Pilihannya cuma itu. Pilih sendiri yang berdasarkan kau baik. Saya hanya jelaskan pros & consnya.

Seperti juga soal kuliner sehat dan tidak sehat. Saya tidak pernah larang, tapi beliau tahu semua konsekuensi menyerupai sakit gigi atau sakit perut jadi beliau sering menolak jikalau ditawari makanan/minuman kemasan.

(Tips biar anak dapat jadi pengambil keputusan yang baik pernah saya tulis di sini: Anak dan Pengambilan Keputusan.)

Seumur hidupnya beliau begitu. Sekadar pilih kuliner apa, atau kaos kaki beda kanan kiri, nyeker atau pake sepatu, dan segudang konflik hidup balita lainnya. Maka ketika beliau eksklusif disuruh, beliau tersinggung dan mikir kurang lebih:

“PERMISI, ANDA SIAPA SURUH-SURUH HIDUP SAYA?”

HAHAHA.

Untungnya sekolah montessori ya, belum dewasa menyerupai Bebe ini diakomodir. Menurut Montessori, anak kecil ialah orang remaja yang masih mencar ilmu dan “terperangkap” di badan anak kecil. Makanya ia ya harus diberi kepercayaan menyerupai orang dewasa, menyerupai memakai alat makan beling, diperbolehkan menuang air dari teko sendiri, atau menggunting memakai gunting logam. Hal-hal yang dianggap “bahaya”, boleh dilakukan asal dengan pengawasan.

Missnya kemudian bilang (dan bikin saya terharu huhu bikin nggak merasa gagal-gagal amat sebagai orangtua):

“Ibu dan bapak sudah benar, menimbulkan anak sebagai subjek, BUKAN objek. Anak subjek, beliau punya pilihan dan keputusannya harus dihargai”

NGEMBENG DI TEMPAT SIH.

Makara ya setiap hari, missnya juga memelintir kata biar seolah Bebe mengambil keputusan sendiri. Untuk tidur siang, diberi pilihan dengan “kalau kau nggak tidur sekarang, ketemu appa dan ibu semakin lama. Mau ketemu usang atau ketemu cepet-cepet?” Ya cepet dong, makanya tidur. <3 br="">

Kenapa anak harus diberi pilihan?

 Karena jadi orang yang nggak dapat ambil keputusan itu RIBET. Meski banyak yang bilang pengambilan keputusan itu dapat diwariskan secara genetis, berdasarkan saya decision making itu nurture lho!

Berhubungan bersahabat dengan apakah seumur hidupnya, dengan banyak sekali pengalaman yang dihadapi, apakah anak dihargai di lingkungannya? Terutama ya oleh orangtuamya.

Apa minusnya anak yang dapat ambil keputusan sendiri?

Keras kepala hahahaha. Ya sebab beliau selalu diberi pilihan, beliau benci dipilihkan. Bisa meltdown banget jikalau dipilihkan sebab beliau tersinggung dan merasa tidak dihargai.

Apa plusnya anak yang dapat ambil keputusan sendiri?

Ia sangat mandiri. Lebih berdikari dari anak seusianya. Ia tahu apa yang ia mau dan tidak bergantung pada orangtuanya untuk tetapkan sesuatu.

Anak juga akan lebih percaya diri dan tidak gampang terbawa orang lain sebab ia percaya pada keputusannya sendiri.

Selain itu, ia akan merasa dihargai dan lebih dapat diajak diskusi. Ia mau berdiskusi bukan sebab takut, tapi sebab ia tahu pilihannya akan dihargai menyerupai orang dewasa.

KEYWORD: SEPERTI ORANG DEWASA.

Ya, saya selalu menganggap perasaan Bebe menyerupai perasaan orang dewasa. Orang remaja aja jikalau bangkit tidur pengen kedip-kedip dulu kan nggak mau eksklusif mandi, ya anak kecil juga sama.

Orang remaja aja kadang pengen makan banyak kadang males makan, ya anak kecil juga sama.

Orang remaja sebel banget jikalau dipaksa melaksanakan sesuatu, ya anak kecil juga sama.

Hanya sebab ia anak kecil, bukan berarti beliau tidak punya perasaan. Hanya sebab ia anak saya, bukan berarti pilihan dan perasaannya milik saya. Saya dan JG hanya membantu dan mengeksplorasi biar ia dapat menentukan pilihan yang terbaik.

Again, dapat begini sebab ya Bebe di daycare. Kalau di rumah sama saya 24 jam sih duh nggak bakal waras. Makara ibu rumah tangga itu bakat-bakatan, jikalau kaya saya nggak talenta sama sekali gini sih nyerah aja. Huhu.

Saya juga suka murung jikalau liat anak yang lagi main aja diatur. Kaya kemarin di CFD, Bebe main bola sendirian kemudian ada anak kecil cewek pengen ikutan main. Tapi ibunya ngatur banget, si anak gres pegang bola, ibunya teriak "throw! throw!" terus anaknya nurut. Berikutnya anak megang bola lagi ibunya teriak "kick! kick!" terus anaknya nurut. Berikutnya anaknya NUNGGU disuruh dulu dong gres beliau mau lempar atau tendang. Kan kasian ya. Biar aja sih terserah anaknya itu bola mau diapain.

Atau lagi main Lego bareng di kawasan mainan. Banyak orangtua yang ikut campur dan kritik hasil Lego buatan anaknya "ini kok merah sih dek, atasnya bagusan biru" atau "masa kendaraan beroda empat rodanya tiga, tambah lagi dong". Ya ampun main aja anak susah bebas. Main lhooo. Bebas aja sih.

Semoga di masa depan Bebe dapat jadi pengambil keputusan yang baik dan selalu percaya diri ya!

-ast-

BONUS GIF PETER KAVINSKY BECAUSE WHY NOT!


via GIPHY

Posting Komentar