Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri rumitnya-menikah. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri rumitnya-menikah. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Rumitnya Menikah

Saya tidak bicara dari sudut pandang agama ya. Kalau mau dilihat dengan sudut pandang agama apapun silakan, tapi mungkin tidak akan sesuai. :)


Di usia saya sekarang, lingkungan pertemanan saya rata-rata sudah menikah dengan dua anak. Usianya memang sudah masuk untuk punya dua anak. Usia ideal bagi society, belum tentu ideal bagi diri sendiri sebab toh pada kenyataannya jumlah anak tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan rumah tangga.

Ada yang terus menerus bertengkar sebab suami menduakan berkali-kali tapi tetap hamil lagi, made up sex that only made the baby but not the family. Bayinya jadi tapi kekerabatan suami istri tetap berantakan. Anak kedua pula. Istrinya nggak kerja pun.

Ada pula yang memaksa menikah padahal tidak satu prinsip dengan calon suami, dengan alasan berharap suami sanggup membawa ke kehidupan yang lebih baik. Tapi ternyata tidak. Bagaimana sanggup kalau definisi "hidup lebih baik"-nya pun berbeda? Hidup bersama orang yang tidak satu value itu melelahkan. Mau bercerai kok ya suami terlalu sempurna? Punya alasan apa?

Ada yang suaminya mendadak mengubah janji sesudah menikah. Bayangan menikah menyenangkan jadi sebaliknya. Me time jalan-jalan dengan sahabat sesudah semingguan mengurus dua anak tidak diberi izin. Padahal sebelum menikah sudah ditanya bolehkah ini dan itu, jawabannya selalu boleh.

Bahkan hal "sesederhana" melarang istri bekerja saja sanggup jadi urusan panjang kalau istrinya memang tipe yang senang bekerja dan tidak sanggup hanya membisu di rumah. Belum lagi urusan mertua, urusan sekolah anak, urusan suami yang tidak mau bantu pekerjaan rumah tangga, suami yang tidak mau dititipi anak, dan buanyak lagi.

(Baca: Beda Prinsip Lebih Baik Tidak Makara Nikah Loh!)

Kalau mendengar cerita-cerita ketidakbahagiaan dalam janji nikah saya selalu merasa bersalah sebab masih suka ngeluh hahaha. Meski satu prinsip pada segala hal, ya kami juga punya duduk perkara kecil yang padahal sanggup diabaikan. Padahal dibandingkan duduk perkara orang lain sih duh remeh banget. Untuk hal-hal lain yang besar dan melelahkan, so far kami selalu satu suara.

Menghadapi Bebe, maka kami vs Bebe, menghadapi mertua dan keluarga saya maka kami vs mertua dan keluarga. Itu yang menciptakan kehidupan janji nikah saya rasanya tidak serumit orang-orang. Orang-orang yang seumuran saya loh ya, yang gres menikah 5 tahunan.

Karena banyak ya ternyata yang suami selalu membela ibunya dibanding istri. Pokoknya istri harus nurut ibu aja mau ibunya logis apa nggak. "Kamu nurut lah sama ibu aku!" Wow wow. Kenapa nggak kita diskusikan dulu berdua kemudian ambil keputusan BERDUA dan jelaskan ke mertua hasil keputusan BERDUA itu? Kan kau nikahnya sama saya bukan sama ibu kamu?

T________T

Padahal mertua nyuruhnya itu punya anak lagi meski anak pertama masih kecil, semoga capek sekalian katanya. Istri nurut ajalaahhh. Duh sakit kepala mikirinnya. Punya anak ya, mau kini mau nanti ya sama-sama capek. Kan terserah yang mau ngelahirin dong kapan mau beranak lagi. Kalau suami dan ibunya berkomplot nyuruh punya anak sementara yang hamil masih keberatan masa dipaksa? Emang wanita hidup cuma buat jadi medium beranak doang?

T________T

DAN INI TRUE STORY. Semua pola di atas tadi dongeng beneran. Dari orang yang nikah gres 3-5 tahun! Nikah gres 3-5 tahun aja repotnya udah kaya gini wow. Kalau kata Nahla, bayangkan harus hidup kaya gitu 50 tahun lagi.

Karena sering denger curhat model menyerupai ini, maka kini kalau ada orang bilang duh pengen buru-buru nikah, saya dan JG niscaya kompak bilang "Yakinnn? Duh pikir-pikir dulu lah". Dan kami serius soal itu. Kami tidak mau kalian jadi orang berikutnya yang curhat sebab "nikah kok gini amat ya". Hiks.

Pusing ya? Iya nikah itu pusing banget, complicated.

Dan ya, orang-orang menikah ini selalu bicara janji nikah seolah menikah ialah sesuatu yang paling menyenangkan di dunia! Well, no, except you find the perfect one.

Katanya "nikah aja nggak apa-apa, iya sih pusing, tapi enaknya juga banyak" YA ITU KAN ELO. Saya sih nggak berani menyarankan orang menikah hanya sebab janji nikah saya baik-baik saja. Ya saya baik-baik aja, orang lain? Kan belum tentu.

(Baca: Selingkuh dan Pelakor)

Banyak yang baik-baik saja tapi banyak juga yang berusaha terlihat baik-baik saja. Banyak yang tampak mesra di social media padahal menangis setiap malam. Banyak yang di luar sama-sama terus, di rumah mah ya masing-masing aja kaya nggak kenal. BANYAK. Banyak yang menikah socially bukan personally.

Karena semenjak awal, banyak yang pernikahannya itu soal "social acceptance". Ya dalam tanda kutip. Menikah sebab tertekan lingkungan, menikah sebab memang merasa sudah usianya harus menikah, menikah sebab keluarga meminta menikah, menikah sebab ya mau ngapain lagi bro, semua temen udah nikah. Ya nggak tau, ngapain kek, keliling dunia mungkin?

Makanya memilih tujuan menikah itu penting dibicarakan semenjak awal. Oiya kita mau nikah, apa tujuannya?

Misal tujuan menikahnya ialah "melanjutkan keturunan" maka sesudah menikah sasaran berikutnya ialah punya anak dong? Terus ternyata nggak dikasih anak. Jadinya logis kan kalau salah satu minta cerai sebab nggak sanggup punya anak? Atau misal kalau istrinya yang ternyata punya duduk perkara kesehatan, jadi logis dong kalau suami minta poligami? Ya sebab memang tujuan awalnya kan melanjutkan keturunan.

Saran saya sih cari yang tujuannya hidup bersama selamanya deh. Nonton film Test Pack sama calon pasangan, tanya pendapatnya kalau itu terjadi sama kalian. Bukan promosi, tapi film itu ngasih citra banget pasangan yang ideal berdasarkan saya. Menurut saya loh yaaa. :)

Tapi hening dulu, ada kok pasangan yang bener-bener bahagia. Kategori ini pun masih terbagi dua. Hahaha.

Pertama, yang satu prinsip hidup karenanya santai sama segala sesuatu. Perfect match made in heaven. Berantem cuma urusan siapa yang mandi duluan lol. Satu visi misi, nggak saling menuntut suami harusnya gini, istri harusnya gitu!

Kedua, salah satu sebenernya sebel tapi ya udah terima ajalah daripada pusing. Telen aja udah, eh sori, tulus aja udah. Namanya juga nikah ya kan, harus saling ikhlas, harus toleran namanya juga dua kepala jadi satu. :)

(Baca: Mengurangi Intrik Rumah Tangga)

Masalahnya, tulus itu nggak gampang. Nggak semua orang punya stok tulus luber-luber. Ada yang di depan suami dan keluarga tepat banget sebagai istri dan ibu. Tapi di social media ya ampuuunnn, 180 derajat. Terlihat sekali beliau butuh sahabat untuk bicara, butuh sahabat untuk berdiskusi. Nyamber sana-sini, komen sana-sini. Kan kasian jadinya.

Atau yang lebih sanggup menahan diri biasanya hanya curhat pada sahabat. Keluhan-keluhan yang tidak pernah terbayang sebab di luaran sana mereka ialah pasangan tepat yang bikin iri semua orang. Sahabat-sahabatnya ini yang jadi ikut duka huhu kasihan tapi nggak sanggup bantu banyak juga. :(

Inti dari semua ini adalah. Pikir yang banyak sebelum nikah! Tanya pertanyaan-pertanyaan ini ke calon pasangan! Dan wanita harus mandiri, tidak mandiri, tidak mau punya penghasilan tidak apa-apa tapi siapkan storage untuk tulus yang banyak yaaa. :)

Kalau sesudah ini kalian jadi ragu menikah, manis dong. Keraguan akan jadi kehati-hatian, dan menikah ialah keputusan yang harus diambil dengan hati-hati. Percayalah bahwa dengan ragu dan hati-hati, kalian akan menemukan seseorang yang sanggup membuatkan prinsip hidup selamanya. Menjalani hidup tanpa jadi orang lain, tanpa harus selalu bersembunyi di balik kata ikhlas.

Karena sesungguhnya, keikhlasan tidak dibutuhkan lagi di sebuah kekerabatan yang membuatkan prinsip hidup yang sama. Your life would be so much easier. Toleransi niscaya ada, tapi sungguh di hal-hal yang sangat kecil hingga tidak pantas disematkan sebagai sebuah keikhlasan. :)

Untuk kalian yang belum menikah, merasa menikah terlambat, tidak menikah, atau sudah berhenti menikah, hal apapun wacana janji nikah tidak mengurangi sedikit pun dari harga kalian di dunia ini. You're all worth it.

Selamat hari Senin! Baca goresan pena wacana janji nikah lainnya di sini ya! Tentang Nikah

-ast-

Untuk kesayangan aku, @jago_gerlong. Terima kasih untuk jadi kau yang menyerupai aku. Untuk diskusi duduk perkara yang tidak pernah panjang, untuk pertengkaran yang tidak pernah bermalam, untuk jadi tanggapan atas semua kebimbangan. I love you 💛 (TOLONG INI DISCREENCAP DAN BELIIN AKU IPHONE 7 DONG! HAHAHA)

Detail ►

Pacaran Bertahun-Tahun, Nikah Atau Putus?

PUTUS! HAHAHAHA.

(ini typo harusnya kart bukan ksrt tapi kumalas edit lagi jadi anggap aja majalah, kalau udah terbit ga dapat diralat HAHAHA)

Iya jadi saya beberapa kali denger orang curhat atau bahkan komen di blog ini dengan pernyataan “aku udah pacaran x tahun, tapi masih nggak yakin mau nggak ya nikah sama dia?”

Ya putus lah kan udah terang tuh nggak yakin. Ini berdasarkan abang ini loh ya, yang pernah pacaran “cuma” 5 tahun terus putus. Hahahaha. Saya kalau pacaran emang lama-lama banget deh dari dulu, sama JG malah paling sebentar.

Alkisah zaman kuliah, saya gres putus sama pacar waktu Sekolah Menengan Atas padahal pacarannya udah 5 tahun. Sebagai anak yang disenggol aja curhat, ceritalah saya sama dosen. Dosen ini perempuan, umurnya 30 something lah waktu itu. Pinter, S2 (yaiya kan dosen ah), dan lezat diajak ngobrol. Beliau bilang apa?

“Tenang aja cha, saya juga pacaran dari Sekolah Menengan Atas 11 tahun putus kok. Nikah malah sama temen S2,” katanya kalem.

Wow wow sebuah pencerahan!

Kenapa pencerahan, alasannya yaitu dari dosen, dari dongeng saya sendiri, dari dongeng orang-orang, semua dapat ditarik benang merah yang sama. Apakah itu?

(Baca: Rumitnya Menikah)

Gini, pacaran usang itu ada dua macem:

🙋 Yang bertahan pacaran alasannya yaitu memang saling dukung dan berkembang sama-sama. Dari tahun ke tahun tetep punya selera yang sama, tetep dapat diskusi banyak hal, tetep ngerasa bahwa oiya she/he’s the one untuk dongeng segalanya. Nggak terbebani dengan apapun.

🙆 Yang bertahan pacaran alasannya yaitu terbiasa. Ya maklum kan bertahun-tahun ketemu orang yang sama, semua keluarga udah kenal, sama temen udah diajak nongkrong bareng alasannya yaitu udah kenal usang juga, hingga kawasan makan favorit aja udah ngerti kalau kita couple banget. Yang ini nih yang suka bikin blur, emang beneran cocok apa alasannya yaitu kebiasaan aja sih apa-apa sama dia?

Kalau kalian masuk tipe yang pertama dan nggak pernah punya dilema (misal salah satu pernah selingkuh), maka bolehlah dipertimbangkan untuk menikah. Tapi kalau pernah ada dilema yang bikin sakit hati banget sih jangan ya, nggak lezat kalau pas balasannya nikah kepikiran terus seumur hidup. Nanti malah jadi materi diungkit kalau berantem.

Nah tapi kalau kalian masuk tipe yang kedua, putus ajalah udah. Karena ketika pacaran bertahun-tahun, ada pasangan yang tanpa sadar tetap orang yang sama dikala pertama kali jadian.

JRENG!

Misal saya pacaran pas Sekolah Menengan Atas putus pas kuliah, hingga udah kuliah pun berantemnya tetep berantem ala anak Sekolah Menengan Atas gitu. Nggak jadi remaja sama-sama. Mirip-mirip kaya kalau kita ketemu geng SMA, becandanya itu tetep becanda Sekolah Menengan Atas banget kan, nggak jadi becanda orang umur 30 tahun? Iya nggak?

Itu pun yang terjadi pada dosen saya, pacaran 11 tahun dari SMA, dilema yang muncul dan diberantemin itu masih sama dengan dilema waktu SMA. Padahal ceweknya udah S2 kan. Akhirnya ya nikah sama temen S2 alasannya yaitu secara referensi pikir mereka jadinya setara.

(Baca: Alasan Cerai: Beda Prinsip)

Iya urusan referensi pikir juga jadi dilema buat yang pacaran lama. Dalam 5 tahun misal cowoknya ya santai aja hidup nggak ambisius, sementara ceweknya udah dapet beasiswa kuliah ke luar, volunteer ini itu, balasannya si cewek hingga pada titik “ih kok nggak nyambung lagi ya ngomong sama kamu” TAPI DALAM HATI NIH BIASANYA NGOMONGNYA.

Karena udah pacaran usang banget jadinya kaya nggak mungkin gitu putus cuma alasannya yaitu nggak nyambung doang. Lah kan bertahun-tahun nyambung aja? Jadinya dragging pacaran terus dan ketika masuk usia nikah muncul kebimbangan “nikah nggak ya sama dia?”

JANGAAANNNN. Hahahaha.

Atau ada juga dilema yang kayanya nggak kerasa besar pas pacaran tapi dapat jadi besar banget kalau nikah. Contoh: calon mertua. Pas pacaran mah kayanya baik-baik aja nih si tante meskipun ya kadang banya mulut dikit sih segala dikomen tapi masbodoh lah kan jarang ketemu juga. Atau keluarganya banyak yang gengges nih, suka nyindirin fisik, tapi nggak apa-apa lah kan ketemu paling setahun sekali pas lebaran doang.

Hei hei hei tidak ibarat itu anak muda.

Si tante nanti akan jadi mama dan punya mama mertua tidak banya mulut itu yaitu kunci kebahagiaan utama. Dan keluarga yang gengges itu akan nomer satu paling heboh bahkan di urusan nama anak lah, ASI kita kurang lah, anak kita kekurusan atau kegendutan lah, rese. Demi ketenangan hidup mending pikir ulang deh. Karena nikah itu nggak selamanya urusan pribadi, sebagian besar yaitu urusan keluarga.

(Baca dulu ini makanya: Menikah untuk Siapa?)

Ini saya denger dari orang juga sih tapi kalau punya pacar, ingatlah selalu pada 3 masalah: orangtua, agama, LDR. Kalau kalian cuma ngalamin 1 masalah, maka dapat lah dijalani dan dicari solusinya. Tapi kalau udah kena dua, itu gres berat.

Kaprikornus kalau hanya orangtua nggak oke 🠞 dapat lah dibujukin hingga oke asal kalian nggak LDR dan seagama.

Atau kalian LDR 🠞 bisa lah diusahakan asal seagama dan orangtua setuju.

Atau kalian beda agama 🠞 bisa lah diusahakan asal nggak LDR dan orangtua setuju, nggak dilema anaknya nikah beda agama.

Nangkep kan? Coba kini kalau dua.

Beda agama dan orangtua nggak oke 🠞 duh berat banget kan. Gimana nih solusinya? Pasti panjang urusan.

Beda agama dan LDR 🠞 cuy beda agama aja udah berat, ketambahan LDR pula. LDR itu murung banget beneran deh. #MantanPejuangLDR

LDR dan orangtua nggak oke 🠞 ribet kan ini, emang salah satu mau ngalah dengan pindah kota? Udah pindah kota, mati-matian cari kerjaan gres dan kawasan tinggal baru, terus tetep dilepeh calon mertua. Berat ya nggak?

Dan seterusnya. Combo antara beda agama, orangtua nggak setuju, dan LDR juga jadi faktor pemberat banget apakah sebaiknya hubungan kalian lanjut apa nggak. Kecuali kalian sangat kuat, gigih, dan rela memperjuangkan cinta. Ehem. Karena berat bukan berarti tidak mungkin.

Yak coba diteriakkan sekali lagi!

Karena berat bukan berarti tidak mungkin!
*noh di bold dan large*

Sebagai penutup, ai mau promo dulu lah postingan lain. Baca postingan ini “Menikah Bukan #lifegoals” dan postingan lain Tentang Nikah di sini. Buat kalian yang resah kok gue nggak nikah-nikah sih.

Mohon maaf jikalau pada balasannya postingan ini bikin kalian putus sama pacar yang udah dipacarin bertahun-tahun dan sebenernya pengen putus tapi nggak punya alasan ya. Daripada nikah sama orang yang salah?

Tetap semangat! :)

PS: Seru ya nulis soal ginian, jadi valid alasannya yaitu berdasar pengalaman dan saya udah nikah. Abis kalau nulis topik nikah suka diketawain yang udah nikah 10 tahun lebih gitu, dibilang "alah gres nikah segitu doang banyak komentar". Padahal temen-temen saya yang gres nikah 3-5 tahun aja udah banyak yang cerai loh. Karena nikah, usang atau sebentar tetep nggak "doang". ;)

-ast-

Detail ►

Menularkan Kebahagiaan


Makara saya lagi baca-baca wacana how to raise a well-adjusted child terus nemu ini. Selesai baca pribadi senyum banget alasannya merasa ini saya dan JG, kami berdua begini banget uh sungguh love. Oiya saya bacanya di Rumitnya Menikah)

Makanya jika kalian ngerasa sama suami rasanya kok ya berantem terus, ya mungkin waktunya bercermin apa jangan-jangan kitanya yang lagi panas juga? Kerasa kan saat-saat PMS itu punya risiko berantem lebih tinggi dibanding jika lagi nggak PMS? Ya itu dia, alasannya kita panas, disenggol dikit nyolot, ya yang nggak sengaja nyenggol juga karenanya kebawa nyolot deh.

Coba deh rem sedikit, nggak selalu harus menang kok. Meskipun kita bener, kadang yang diharapkan ialah ya diem aja nggak usah ngotot. Kalau ngotot tar berantem, padahal berantemnya dilema receh. Ah buang-buang energi aja.

Makara untuk orang-orang yang judes kaya saya, PENTING sekali punya pasangan atau sahabat yang happy cenderung hiperaktif untuk menciptakan suasana selalu "hidup". Kebayang istrinya judes kaya saya terus suaminya juga senggol bacok. Kelar lah kehidupan, berantem terus pasti.

Tapi hal ini nggak berlaku waktu pas masih pacaran HAHAHA. Saya ialah pacar annoying, demanding, dan clingy. Ya bodo amat, jika nggak suka tinggalin aja lol. Kalau nggak mampu handle saya pas pacaran, maka nggak berhak terima saya sesudah nikah. ASEK. KESEL NGGAK LO SEMUA BACANYA? XD

(Baca: Pacaran Bertahun-tahun, Nikah atau Putus?)

Salah satu yang saya suka dari screencapture di atas ialah kalimat terakhir:

Being well-adjusted has just about everything to do with teaching yourself that the world is not about you.

Tau kan teladan dongeng keretakan rumah tangga yang paling banyak diceritakan ulang: berantem alasannya hal-hal kecil, suami mencet odol dari tengah mulu, istri maunya dari belakang dong agar rapi.

Atau ada kisah, suami NGOMEL alasannya istri salah potong wortel. Istri potong bundar sementara suami maunya setengah lingkaran. Saya jadi pengen pukpuk suaminya dan nanya "punya dilema hidup yang berat banget ya? MASA GITU AJA DIMASALAHIN DAN NGOMELIN ISTRI SIH?!"

Karena ya, ngapain atuh lah gitu aja marah. T_____T Mengapa alasannya hal kecil kaya gitu berantem. T_____T Kan nggak perlu ya.

Kalau masih merasa perlu marah, tandanya kalian belum well-adjusted dan sesuai quote di atas: nggak semua hal itu wacana kalian. Nggak semua hal ADA HUBUNGANNYA dengan kalian. Dunia nggak berkonspirasi untuk bikin kalian apes, nggak usah geer HAHAHA.

(Baca: Suami yang Nyebelin)

Nah urusan kekaleman menular ini juga berlaku ketika menghadapi anak loh! Kenapa saya dan JG suka ketawa-tawa aja jika Bebe ngamuk, ya alasannya kami satu bunyi untuk tetap santai ketika Bebe ngamuk. Makara ya kami paling ngetawain aja alasannya muka Bebe jika nangis itu lucuuuu banget. Menghayati gitu. #shamelessmom

Saya paling sebel soalnya jika denger dongeng istri dimarahin suami alasannya anaknya jatoh atau kejeduk. Ya udah sihhh, emang itu istrinya sengaja mau anaknya jatuh atau kejeduk? Emang jika dijaga suami DIJAMIN tidak akan jatuh dan kejeduk hayo?

Demikian. Daripada banyak ngomel dan menularkan kesebelan, mending ketawa-ketawa dan tularkan kebahagiaan! Ayo santai sama-sama agar seluruh dunia ikut santai juga!

-ast-

(Baca postingan wacana nikah lainnya di tag TENTANG NIKAH)

Detail ►

#Sassythursday: Tipe Pemuda Dari Era Ke Masa


Judulnya panjang hahahaha. KEMBALI LAGI DI #SASSYTHURSDAY YANG YA AMPUN UDAH LAMA BANGET BOLOS! Abis Nahla sibuk dan saya malas jadi ya udah lol. Nggak perlu maksa alasannya yakni yang dapat memaksa itu hanya jadi dewasa. Adulting is so damn hard.

Sigh. Gue dan Nahla sebenernya lagi capek banget nih nulis topik "terpaksa dewasa" terus jadi hari ini kami mau senang-senang dengan topik remeh temeh yaitu tipe pemuda dari masa ke masa nyahahahaa. Sungguh topik majalah remaja sekali ya!

Baca punya Nahla:
Tipe Cowok dari Masa ke Masa

Gue sih yang ngasih ilham tapi kemudian sendirinya blur. Nggak inget dulu suka pemuda kaya apa ya? Emang punya yang namanya "tipe cowok"? Nggak sih kayanya, yang penting ngobrolnya nyambung aja. Dan speaking of "nyambung", nyambungnya anak SMP, SMA, dan kuliah serta kini itu niscaya beda sih.

Makara ya jikalau harus nyebutin tipe pemuda kesukaan sih gue beneran nggak dapat sama sekali. Yang penting mau dengerin gue ngomong, dah titik.

Pacar? Ya gitu aja, pas zaman sekolah sih yang penting suka lagu-lagu yang sama jadi nonton pensi dapat bareng ya kan. Bisa dibikinin mix tape juga pake radio. Lagu pilihannya ya gue otomatis sukalaahh kan setipe grup band kesukaannya nyahahaha. NAH! Makara mendingan kita ngomongin bias di grup band aja!

Bias ini bahasa masa kini sih ya, buat yang nggak tau, artinya itu member favorit kita. Disebut bias alasannya yakni apapun yang mereka lakukan, pandangan kita akan selalu bias kepadanya lol. Mau ia tidur mangap sambil ileran, kita tetep bilang ia ganteng. Bias sebias-biasnya nyahahaha.

Tapi ya, jauh sebelum kurun jadi reporter KPOP dan ketemu artis Korea, intinya gue emang lemah sama boyband. Anaknya fangirl boyband banget hingga nggak mau ngikutin One Direction alasannya yakni mewaspadai diri sendiri dapat lolos dari jeratannya. Ya udah cukup tau hitsnya ajalah, plus kepoin Gigi dan Zayn. Aku harus tobat!

Perjalanan boyband gue cukup panjang. Dari Sekolah Menengah Pertama sih ya. SD gue ngapain sih auk, nggak inget sama sekali. Kayanya pas SD gue masih baca buku banget gitu deh. Belum ada pressure untuk nonton MTV hahaha.

Gue Sekolah Menengah Pertama tahun 2001 dan itu lagi zamannya Westlife banget. Backstreet Boys sama *NSYNC udah beberapa tahun sebelumnya ya CMIIW (LUPA). Yang terang gue ngefans bangetnya sebenernya bukan sama Westlife. Tapi sama ...

...

BLUE!

Bias gue Lee Ryan. Bagi gue zaman SMP, Lee Ryan itu ganteng banget ya ampun.


Astaga kalian perlu tau gini doang gue Google Image-nya sambil blushing najong. :')))))

Gue ngefans sama Blue level pernah maksa ibu kantin sekolah Sekolah Menengah Pertama buat jual poster HAHAHAHAHAHA. Makara dulu Blue itu jadi bintang iklan Pepsi Blue. Nah kantin sekolah gue jual dong Pepsi Blue dengan kulkas biru gitu kan. Dikasih lah sama orang promosi Pepsi: POSTER BLUE SEGEDE GABRUK. Dulu sih rasanya gede banget ya, kemarin-kemarin pas beberes Konmari kok ya cuma ukuran A3 lol.

(Baca: Beres-beres Rumah dengan Konmari Method Yuk!)

Bahan posternya itu manis banget, bukan kertas tapi semacam plastik gitu. Kertas dilaminasi lah pokoknya manis banget, nggak dapat sobek. Dan nggak Pepsi Pepsi amat juga, cuma mereka bangun berempat pake baju biru debu terus ada logo Pepsi di bawahnya. Gue nanya dong ke ibu kantin, bu itu posternya buat saya aja. Karena terang ia dikasih dan ia nggak ngefans sama Lee dong nggak kaya gue!

Terus sama ibu kantin nggak boleh coba! IH MAU NANGIS! Terus gue bujuk-bujukin alasannya yakni itu kan itungannya poster official, hingga jadinya ia bilang "ya udah tapi beli!" HUAAAA terus jadinya gue beli Rp 1000 apa gitu lupa hahaha. Dulu uang jajan padahal Rp 1500 doang lolol jikalau sama les gres dikasih Rp 3500.

Tapi Blue ini underrated banget ya, kurang duit promosi gitu murung deh. Makara nggak sempet se-hits Westlife atau Backstreet Boys gitu hhhh. Padahal Lee Ryan potensial banget. Potensial apa ya, ya potensial ngetop alasannya yakni ganteng nyahahahaha.

Oke sebelum lanjut ke bias berikutnya, mari kita dengarkan dulu satu tembang dari Blue, All Rise. Yang nggak tau lagu ini nggak temenan! Haha!


Kalau kini di Blue ditanya siapa bias, gue pilih Simon sih ya. Suaranya manis banget! Dulu suka Lee alasannya yakni ia cute aja sih. Remeh lah saya mah.

Nah alasannya yakni Blue kurang promosi, naturally ya gue suka juga Westlife. Tau bener-bener tau semua lagunya. Nah di Westlife, bias gue Nicky Byrne sama Brian McFadden. Nah dari sini aja udah keliatan jikalau tipe pemuda gue itu random banget. Apapaan nggak ada benang merahnya sama sekali gini.

Suka Nicky alasannya yakni mukanya Amerika banget gitu. Model-model Aaron Carter. Suka Brian alasannya yakni ia tinggi gede aja sih. Auk ah nggak terang amat.

Yang terang pas Brian pacaran sama si Kerry Atomic Kitten itu gue yang sebel alasannya yakni Kerry pendek banget! Jari-jarinya juga pendek, gue inget mereka ngedate ke pantai gitu Kerry pake bikini dan buruk hih berani-beraninya pacaran sama Brian. Memang sungguh tidak masuk nalar sekali ya sebelnya hahaha.



Sama Westlife ini bersyukur sih alasannya yakni beberapa tahun kemudian pas mereka ke sini gue nonton HUHUHUHU. SUMPAH TERHARU. Tapi promotornya sempet rusuh sih, jual tiket di luar kapasitas Tennis Indoor Senayan yang kecil banget gitu. Gue nonton pekan raya kedorong-dorong hingga pengap banget dan jadinya melambaikan tangan ke kamera.

NGGAK DENG. Melambaikan tangan ke mas-mas yang jaga gitu di seat atas minta dipindah alasannya yakni gue sama temen-temen udah nggak berpengaruh banget. Ya udah jadinya pindah ke atas, duduk dan nyanyi-nyanyi sepanjang konser. Konser nostalgia banget senaaanggg!

Apa lagi ya?

Udah sih kayanya mereka doang yang ngaruh banget di hidup pas zaman Sekolah Menengah Pertama mah. Sekolah Menengan Atas dengerinnya udah grup band macam Hoobastank gitu. Dan itu bukan alasannya yakni ngerti tapi ya alasannya yakni temen-temen dengerinnya itu ya udah ikutan aja hahaha. 180 derajat banget sama Nahla deh jikalau soal musik mah.

Berikutnya punya bias lagi eksklusif yang ini. HAHAHAHAHA.


Ya gara-gara Boys Before Flower sih. Berikut-berikutnya sih dapat diliat di sini: daftar pemuda ganteng kesayangan (TOP BIGBANG FTW!). Di situ gres keliatan ada tipenya ya. Mungkin memang butuh jadi agak renta dulu hingga dapat memilih sukanya pemuda kaya gimana. Makanya jangan nikah muda ya gengs. Hahaha.

(Baca: Rumitnya Menikah)

Sebenernya pengen bahas juga Backstreet Boys sama *NSYNC sih tapi duh kepanjangan. Intinya jikalau di BSB gue suka Nick Carter lah who else! Combo sama Aaron Carter juga. Brother of the era. Kalau *NSYNC ya Justin Timberlake tentu saja alasannya yakni Britney Spears my queen! Kalau Britney konser di sini gue mau nonton!

Btw nanggung nostalgia, INGET MEREKA NGGAK? GILA SIH ANAK MTV MILENIUM MANA SUARANYAAAAA?!


Steps tahun ini 20 tahun! Mereka comeback dan punya album gres omg omg omg. Duh gue beneran harus bikin satu postingan ihwal nostalgia lagu favorit 90-an.

Masa-masa di mana jikalau mau tau grup band favorit itu bener-bener cuma dari majalah dan tabloid Fantasi. Harus rajin dengerin radio dan mantengin MTV alasannya yakni jikalau nggak gitu nggak akan tau apa-apa soal mereka. Masa-masa itu. :')

Kalau kalian gimana? Suka tipe pemuda kaya gimana? Siapa bias boybandnya? AYO NGAKU!

-ast-

Detail ►