Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label instagram. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label instagram. Tampilkan semua postingan

5 Akun Resep Kuliner Wajib Follow Di Instagram

[SPONSORED POST]

Siapa yang hobi follow akun kuliner di Instagram? Sayaaa. Selain follow food blogger, saya juga suka mantengin akun-akun resep masakan. :)


Instagram itu menyenangkan sekali ya! Meski banyak yang masih suka-suka gue (which ya terserah juga sih lol), saya sendiri sih nikmatin banget liat foto-foto cantik di Instagram.

Iri banget akibatnya jikalau liat sesama ibu-ibu yang fotonya bagus-bagus banget. Apalagi akun resep masakan. Pertama saya nggak dapat dan terlalu males untuk masak jadi iri lah tentu, yang kedua kenapa fotonya profesional banget! Sebel! Aku iri! Aku butuh kamera baru! *modus* lol

Ibu-ibu yang share resep di Instagram kan sebenernya banyak banget ya. Tapi ya gitu, rata-rata cuma foto tampak atas dengan ganjal foto. Ini saya kurasi akun-akun yang sama-sama share resep masakan tapi fotonya profesional banget. Memang pake kamera yang nggak main-main juga sih, editingnya juga kece. Hiks.

Kalau udah gini niscaya akibatnya menyesali Instagram sendiri lah yang nggak tahu mau dibawa ke mana hahaha. Btw alasannya ialah saya lagi nggak mood amat nulis blog, saya jadi kisah di Instagram. Cerita pendek 5 paragraf yang semoga dapat menginspirasi. Hahaha. Boleh loh follow Instagram saya @annisast. *modus kedua* lol

Ya, jadi ini dia 5 akun Instagram yang share resep masakan dengan foto yang indah banget secara visual:

@justtryandtaste



Siapa yang nggak tau JTT cobaaaa! Yang pernah browsing resep masakan Indonesia niscaya pernah mampir di blognya. Instagramnya juga cantik banget, meskipun dia nggak share resep pribadi di caption tapi tetep share di blog. Tapi dibantu keyword-nya banget lho!

*

@pujihamzah



Mbak Puji ini cantik banget fotonya dan ajaran apa ya namanya yang gelap-gelap itu. Kan ada tuh ajaran white table, ini sebaliknya pokoknya hahaha. Apa sih saya nggak terang ah. Pokoknya follow dulu lah, dijamin mata termanjakan. Resepnya juga ditulis sederhana jadi simpel dimengerti.

*

@bundnina_kitchen



Bunda Ninaaaaa, kenapa bagus-bagus amat fotonya. Mouth-watering dan artsy sekali sungguh. Propsnya nggak main-main. Foto anggur aja dapat jadi cantik banget! Follow deh!

*

@hanhanny



Aku suka mbaknya alasannya ialah sering share resep kuliner ringan manis berair macem-macem banget. Beberapa foto dia saya bookmark tapi ya dibookmark doang nggak dihukum hahahaha. Ngiler banget liat foto bolu kukus gula merah huhu.

*

@ayudiahrespatih



Ini saya suka feednya alasannya ialah terang banget dan bukan yang gelap gloomy hahaha. Mbaknya juga suka bikin bento dan yang sebegitu lucunya aja dibilang abal. Apakah kalian gemaasss? *menoyor diri sendiri*

*

Makara ya itulah 5 akun Instagram resep masakan yang akan bikin feed kalian indah dan informatif. Mau masak juga tapi nggak punya alat masak yang mumpuni? Kumpulin stamp Alfamart yuukkk!

Hubungannya apa sis? Ih kalian masa belum tau jikalau tahun ini Alfamart punya Kejutan Awal Tahun 2017 Royal VKB Cookware. Cukup belanja Rp 30.000 (berlaku kelipatan) kalian akan dapet satu stamp Alfamart. Plus extra stamp jikalau di daftar belanja ada produk sponsor

Nah stamp yang udah terkumpul dapat ditukar dengan alat masak berbahan teflon dengan standar uji Eropa Royal VKB Cookware dengan harga diskon hingga 85%! Liat nih punya aku, cantik bangeeett. Aku nggak pake dulu alasannya ialah sayang-sayang, masih punya yang lain hahaha. Sungguh emak-emak sejati.


Nggak suka stamp fisik alasannya ialah ilang-ilangan dan nyelip di dompet? Duh canggihan dikit dong. Download aplikasi Alfastamp, aktifkan dengan nomer ID kartu Ponta Alfamart, udah deh dapat mulai kumpulin stamp digital. Ada bonus stamp juga waktu pengaktifan pertama kali.

Dan ibu-ibu ini memang pejuang diskonan sejati yaaa. Cookware-nya laris banget hingga banyak stok kosong di mana-mana. HHHHH.

Nah untung Alfamartnya sigap. Biar nggak kehabisan lagi, kini dapat pesan dulu mau order yang mana. Periode pemesanan barang 1 April 2017 – 21 May 2017. Untuk pemesanan ini dapat via kasir untuk stamp fisik dan via aplikasi untuk stamp digital. Gampang kaannn.

Barang dapat diambil sesudah minimal 4 ahad sesudah memasukkan pemesanan dan maksimal hinggal 30 Juni 2017. Barang harus diambil di toko daerah melaksanakan pemesanan. Untuk stamps digital, pastikan arahan toko yang dimasukkan sama dengan toko pengambilan.

Info lengkap klik di sini ya http://alfamartku.com/program #PilihanBundaAlfamart. Selamat hunting stamp! Jangan lupa foto-foto agar Instagramnya kece!

-ast-

Detail ►

Dear Ibu-Ibu Instagram


Dear ibu-ibu masa kini, rekan-rekan sejawatku di jagat Instagram,

Berat ya jadi ibu zaman sekarang. Malam-malam sepi, bosan sendirian pumping atau menyusui, hiburan satu-satunya ialah social media. Apalagi yang bisa dilakukan dengan sebelah tangan?

Scroll, scroll, scroll Instagram.

Ah lucu juga jika foto pake ini, beli ah! Klik bookmark, pindah ke aplikasi marketplace. Search barang yang tadi, ada!

Cek beberapa toko untuk perbandingan harga. Klik wishlist, gambar hati pun jadi merah, masuk ke dalam daftar impian yang entah kapan bisa tanggapan dibeli semua. Pas gajian aja deh dibayarnya!

Ingat! Cek dulu harga di marketplace sebelum beli di online shop Instagram alasannya ialah biasanya lebih murah! Kecuali jika emang cuma jual di Instagram ya.

Betapa Instagram menciptakan standar punya bayi dan balita jadi berubah ya.

Kok anaknya si A bajunya lucu-lucu banget, kok anaknya si B udah berenang di spa bayi sih, kok anaknya si C bangku makannya gemes! Mau!

Kalau dipikir-pikir mau untuk apa ya. Mau alasannya ialah butuh atau mau alasannya ialah ingin foto juga di Instagram?

Ah jika ini saya juga nggak bisa ngeles, iya ngaku salaahhh. :)

(Baca: Alas Foto untuk Instagram | Serba-serbi Ring Light Demi Instagram!)

Seberapa sering kita bela-belain beli barang yang bekerjsama tidak perlu jika saja Instagram tidak ada?

Iya sih semenjak dulu juga ibu-ibu sudah mendandani anaknya. Tapi seberapa besar pressure Instagram terhadap kelangsungan uang belanja kita?

Baju lucu dengan print limited edition, milestone card yang bekerjsama bisa dibuat sendiri, banyak sekali baju dan kostum yang hanya bisa digunakan sekali kemudian masuk lemari, selimut motif yang mahal padahal anaknya nggak terlalu suka, bibs gemes yang malah sayang jika kena kotor makanan, endebrei endebrei.

Kemudian handphone jadi tidak cukup lagi untuk foto. Mulai browsing kamera mirrorless, mulai browsing lensa. beli properti foto yang mana emang dikeluarinnya buat properti doang nggak bisa dipake apa-apaan lagi maakkk. Sekotak tuh ngejugruk di rumah.

Iyaaa, di rumah saya. Hahaha. Mana nih yang samaan juga, tos dulu sini gandengan sama-sama semoga kaya pager betis demo. :')

*Btw mending jika buat foto anak, lha saya banyakan buat foto diri sendiri. :))))))*

Belum lagi kepanikan ulang tahun. Bikin apa yaaa? Custom dan pake tema dong ya semoga lucu. Biar lucu jika apa? Kalau difoto hahahaha. Browsing Pinterest, DIY atau bayar orang. Sama aja. Yang puas bikin sendiri hebaatt, yang mending bayar juga nggak apa-apa lah. Yang penting jadi ya nggak?

Yang lebih penting apaaaa? Yang penting anggun difoto hahahaha.

Belum lagi masa-masa MPASI yang sungguh menyiksa bagi ibu-ibu bekerja dan tidak suka ke dapur kaya saya. Boro-boro dibuat dan dihias pernak-pernik Daiso, kuliner saya dimakan aja udah untung banget. Kebanyakan malah weekend makan buah doang, biarkan gizi seimbang dijaga oleh daycare lol.

Tertekan alasannya ialah ibu-ibu lain begitu banyak waktu dengan hias MPASI? Unfollow aja kelaarrr. Sekarang sih alasannya ialah udah lewat masa-masanya, saya santai aja sama yang suka upload MPASI dihias. Malah ngerasa ih lucu-lucu banget sih. Dulu mah sebal hahahaha. Merasa gagal, merasa nggak mampu, padahal nggak berusaha juga. Ya maklum ya, beralasan lebih praktis dibanding bertanding. Apeu lol.

Tapi katanya segala sesuatu akan lebih ringan jika kita berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Tidak semua orang perlu punya hal yang sama bukan? :)

IYAAAAA. Kalau mulai merasa terganggu, iri, atau malah menjadikan lubang dalam hati maka unfollow.

...

Ujar saya yang nyinyirin artis Instagram aja jadi blogpost nyahahaha. Becanda doang kok itu gengs, serius, tapi nggak serius saya iri atau apa. Nulisnya aja sambil ketawa-tawa. Lucu-lucuan aja menyuarakan hati ibu-ibu yang mungkin ingin cari temen, baiklah yaaa? YAAAA.

(Baca: Tentang Hidup Sempurna Artis Instagram)

Kaprikornus sekali lagi, rekan sejawatku di Instagram, tidak apa-apa kok beli barang lucu-lucu demi foto bagus. Tidak apa-apa juga terobsesi dengan feed Instagram demi kebahagiaan hakiki. Tertawalah dan anggap menata feed ialah komedi. Lucu-lucuan aja, jangan dibikin stres apalagi dibikin utang. Olrait?

Jangan lupa, kita bisa iri pada feed orang, tapi bayi kita tidak. Ia tidak akan protes kenapa bibs bayi sebelah motif geometrisnya lebih anggun dibanding bibs beliau yang gambar kartun biasa.

Ya, akan ada masanya beliau membandingkan barang dengan barang temannya tapi nanti. Nanti sekali beberapa tahun lalu. Dan ketika masa itu datang, ia mungkin sudah tidak mau difoto sambil ditata dengan properti.

Saya ngaku salah. Bukan untuk Bebe tapi untuk saya sendiri. Entah seberapa banyak barang yang saya beli hanya alasannya ialah Insta-worthy. Entah kapan saya akan berhenti. Yang terang untuk ketika ini, feed Instagramku ialah kebahagiaanku. :))))

Sampai jumpa di Instagram! Foto noise jangan di-upload ya!

Follow saya juga dong @annisast. HAHAHAHA MODUS KAPANPUN DI MANA PUN!

With love,
-ast-
yang gres beli lensa Cina murah meriah demi feed Instagram yang lebih baik 😂😂😂

Detail ►

7 Hari Tanpa Instagram

[TL;DR] Saya terlalu banyak membuang waktu untuk Instagram. Kemudian saya tobat. Tulisan ini terlalu panjang jadi kalau kalian males baca, pada dasarnya itu hahahaha.


Yang kenal saya niscaya tahu saya anaknya selalu berorientasi angka. Yang paling dipelototin sih page views blog ya, yang mengantarkan saya menerima tambahan 1juta views hanya dalam 3 bulan, dengan total 3 juta views selama 3 tahun saja. Hanya angka, tapi bikin senang alasannya tulisan-tulisan saya ternyata banyak yang membaca. :)

Karena semenjak dulu, social media yaitu daerah main yang sangat menyenangkan. Tempat utama untuk mencari informasi. Saya tidak lepas social media semenjak kala Friendster. Bahkan sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa saja, saya tetap eksis di Friendster pakai Opera Mini di Blackberry. Dulu, hampir 10 tahun yang lalu.

Tahun-tahun berikutnya dilalui dengan keluhan-keluhan wacana kuliah di Facebook. Tak usang pribadi pindah ke Twitter dan resmi jadi AnakTwitterTM yang selalu mengeluh lelah alasannya banyak alay di Facebook. Terus yang kurang penting bangsa Foursquare demi jadi mayor doang ya amponnn.

Beberapa tahun kemudian Instagram muncul exclusively di iOS dan saya pribadi punya lah! Namanya juga anak socmed! Tapi gres 3 bulan belakangan saya jadi peduli pada followers Instagram, meniatkan diri posting setiap hari, memperbaiki kualitas foto, menulis caption panjang dan bercerita alasannya sebelumnya bahkan saya jarang memberi caption. Keseriusan yang ditandai dengan followers naik 1000 lebih hanya dalam 1 bulan. Padahal sebelumnya hanya punya 2000 followers dalam 5 tahun. (sad lol)

Kemudian kalau sedang ada sponsored post maka saya jadi peduli pada reach Facebook, impression Twitter, dan banyak lagi. Ditambah saya yang rutin nge-blog, simpel social media jadi perpanjangan blog.

Lama-lama lelah.


Dan meski banyak orang yang menolak bermain di social media alasannya takut di-judge, saya sendiri sebetulnya tidak. Saya selalu menganggap internet yaitu daerah yang bebas bertanggungjawab. Saya punya argumen, kalian punya argumen.

Saya tidak pernah memaksakan pendapat saya pada siapapun, dan jangan pula memaksakan pendapat pada saya. Lagian masa semua orang harus sependapat sih, kan serem ya. Judge saya semau kalian dan saya tidak akan terganggu.

Yang kenal saya semenjak dulu di Twitter mungkin tau saya pernah sanggup aneka macam bahaya pembunuhan dalam beberapa hari di Twitter dan disuruh bunuh diri hanya alasannya saya menulis video klip sebuah boyband "biasa saja". BIASA SAJA BUKAN JELEK HHH.

Dan saya tidak kapok. Ternyata yang sanggup bikin saya berhenti main-main socmed yaitu diri saya sendiri. Saya sendiri kaget.

Dan ya, biang keroknya yaitu Instagram.

Saya senang melihat feed Instagram saya dan masih senang hingga sekarang. Saya senang menyusun foto semoga nyambung satu dengan lainnya, dengan sebelahnya, dengan atas dan bawahnya, menyerupai main game saja. Saya senang mengedit foto semoga terlihat “lebih Instagram”.

Iya alasannya foto Instagram itu punya karakteristik sendiri loh makanya muncul istilah Insta-worthy atau Instagram-able. Bukan semata alasannya dindingnya manis atau makanannya lucu, tapi komposisinya yang menciptakan sebuah foto menjadi sesuai dengan abjad Instagram.

Contoh paling sederhana, foto dramatis yang jadi headline koran belum tentu sedramatis itu ketika di-upload ke Instagram. Sebaliknya, foto flatlay dengan bunga mint dan aksesoris emas belum tentu cocok untuk halaman koran yang kebanyakan hitam putih. Di situ menyenangkannya Instagram.

Yang jadi persoalan bukan obsesi saya pada feed, tapi obsesi saya pada foto-foto di timeline! Sungguh membuang-buang waktu.

Naturally setiap beberapa menit saya membuka ponsel dan otomatis mencet icon Instagram kemudian scroll dan cek stories. Itu jadi habit dan berdasarkan saya bukan habit yang baik. Ya kecuali followers kalian 2juta orang dengan penghasilan dari Instagram ratusan juta rupiah dalam seminggu ya.

Scrolling Instagram menyita waktu sangat banyak dan saya tidak mau menyerupai itu. Saya tidak mau terobsesi. Saya tidak mau berdiri tidur dan yang pertama kali dilakukan yaitu cek notifikasi Instagram. Saya tidak mau lagi sedih alasannya jumlah followers berkurang.

Karena ya, Instagram yaitu Instagram. Saya kisah sebaik dan semenarik apapun maka akan hilang di timeline orang dalam beberapa hari. Sebagus apapun kontennya, tetap akan sulit dicari sesudah beberapa hari, archiving-nya tidak sebaik blog kan.

Sejak “serius” di Instagram saya juga jadi menyalakan notifikasi. Notifikasi komentar dan direct message. Awalnya saya senang alasannya wow banyak yang appreciate ya! Kesenangan yang hanya bertahan 3 bulan saja.

Lama-lama saya terganggu. Karena notifikasi menciptakan saya merasa ada urgensi membalas secepatnya dan sekali lagi, saya tidak mau menyerupai itu. Itu tidak baik, Instagram bukan prioritas. Berkali-kali saya sugestikan itu pada diri sendiri.

Saya juga terpaksa harus mengakui kalau saya (merasa jadi) oversharing, Padahal dulu saya yaitu barisan orang yang menolak mengamini bahwa saya berlebihan memakai social media. Saya beberapa kali bilang bahwa yang saya tulis di blog itu hanya kulitnya saja.

Orang bahkan tidak pernah tahu nama daycare Bebe, lokasi, atau bahkan nama lengkapnya. Ya di ketika orang menciptakan hashtag dengan nama lengkap bayi, saya bahkan hingga kini tidak pernah mempublikasikan nama lengkapnya. Dan waktu itu saya merasa berhak bilang saya tidak oversharing.

Tapi lama-lama toh saya berubah. Apalagi stories yang tidak menuntut foto bokeh dengan editing indah. Makan apa di-share, minum apa difoto dulu, sedang di mana juga difoto.

Mau apa sih sebenernya?

Saya mulai mempertanyakan diri saya sendiri. Saya jadi merasa lebih bersahabat pada hidup orang tapi makin absurd pada hidup sendiri.



*

Di antara kalian niscaya kini ada yang berpikir oh itu tanda-tanda FOMO alias Fear of Missing Out. Bisa ya sanggup tidak tergantung definisi FOMO-nya.

Kalau kalian perhatikan, saya malah jarang ikut-ikutan komentar hal yang sedang ramai. Buat saya FOMO itu ketika ada sebuah topik ramai dibicarakan orang, maka kita ikut juga membicarakannya baik di status atau pun di komentar alasannya takut dianggap ketinggalan. Atau ketika ada sesuatu yang sedang hits, pribadi ingin ikut juga punya atau membeli.

Saya tidak. Saya belum pernah mengantri berjam-jam demi makanan, saya tidak pernah ikut komentar apapun yang sedang ramai di social media melalui status atau komentar, saya tidak pernah ikut memakai kata “kekinian” hanya alasannya kata itu sedang tren. Ya tau sendirilah anaknya suka sebel kalau mainstream, so does it count as FOMO?

Yang saya takutkan itu bahwasanya tidak ada! Saya hanya senang melihat-lihat foto orang, apalagi foto yang aesthetic dan dipikirin banget gitu bukan foto asal. Saya senang buka-buka profile orang dengan foto bagus dan mengira-ngira ia pakai filter apa dan editnya gimana.

Instagram jadi procrastinate yang sangat berlebihan.

Siang itu balasannya saya kesal alasannya menerima tangan saya sekali lagi membuka ponsel HP dengan tidak sadar dan scroll timeline Instagram. Saya tutup aplikasi itu dan saya delete. Tak pikir panjang saya juga delete Twitter dan Facebook.

Padahal saya jarang sekali buka Facebook. Dari urutan keseringan membuka dan memposting sesuatu, saya paling sering buka Instagram, kemudian Twitter, gres Facebook. Tapi ketiganya saya hapus alasannya saya takut kalau saya hanya menghapus Instagram, saya akan tetap terjebak di ponsel dan kembali scrolling. Membuka Facebook atau Twitter.

Saya menghapus Instagram sempurna di posisi post saya 999 posts, nggak sengajalaahh ngapain sengaja. Saya tidak pasang sasaran kapan akan kembali, pokoknya saya ingin mereka tidak ada di ponsel saya dulu untuk sementara waktu. Saya bilang JG bahwa saya capek ketergantungan social media dan ia cuma ketawa aja. Saya bilang saya ingin sendiri dulu.

Karena selain urusan terobsesi juga ada peer pressure. Tapi soal peer pressure ini kita ceritakan lain waktu ya. :’)

Jelas ada juga unsur peer pressure alasannya kalau nggak mah niscaya kita semua hanya selfie sekali kemudian pribadi upload kan? Ini nggak. Selfie dulu yang banyaaakkkk gres kemudian dipilih yang berdasarkan kita paling bagus. Yang idungnya keliatan agak mancung, yang pipi keliatan agak tirus, yang mata keliatan nggak sayu. Capek banget kaya gitu.

Dulu saya sama sekali nggak punya persoalan self esteem dan pede-pede aja sama diri sendiri. Sekarang? Perasaan sih masih pede, tapi kok ya pilih foto diri sendiri aja lama, edit sana sini dulu biar nggak keliatan gendut blablabla. Yang kaya gitu masih ngaku percaya diri? Tsk.



*

Siang itu dilalui dengan santai alasannya toh sambil kerja. Mau share apa? Foto kubikel?

Malamnya kami ke UGD alasannya Bebe diduga cacar dan di sini cobaan bahwasanya dimulai. Saya ingin sekali share! Sampai deg-degan alasannya saya ingin share Bebe yang sungguh lucu pakai konstum Gecko PJ Masks sambil diperiksa dokter. Saya ingin ambil video ia berpose Super Gecko Muscle di depan apotek rumah sakit. Dan banyak lagi. Tapi saya bertahan.

(Baca cerita cacar air Bebe di sini)

Saya foto dia, saya videokan, tapi tidak saya share di mana-mana. Mau share di mana? Aplikasinya pun tak punya. :)))

Dan itu terjadi hingga dua hari berikutnya, tangan saya masih otomatis meng-unlock ponsel dan pribadi memencet icon daerah sebelumnya Instagram berada. Icon itu bergeser menjadi Line yang sebelumnya ada di sebelah Instagram. Berulang kali dalam sehari saya melaksanakan itu, tidak sengaja memencet Line alasannya menyangka itu Instagram. I am THAT addicted.

Dalam dua hari itu aneka macam yang ingin saya share, apalagi kami cuti dan di Bandung. Saya nonton Kick Andy dengan bintang tamu Doni ‘Animal Defenders’ dan Davina ‘Garda Satwa’. RASANYA INGIN SEKALI NGE-TWEET! Tapi saya bertahan. Otak saya otomatis meramu kalimat apa yang seharusnya saya tweet. saya akan tulis ini, kemudian reply dengan ini sambil mention si anu, dan seterusnya. Gila ya udah lebih dari 48 jam dan saya masih nggak inget kalau saya tidak perlu share

Saya balasannya menciptakan dua jalan keluar:

📱 Pertama, bertahan tidak membuka ponsel sama sekali. Ketika otak saya otomatis meminta tangan membuka lock, ia pribadi mengirim sinyal bahwa yang dicari tidak ada. Maka saya simpan HP dan melaksanakan hal lain, bermain dengan Bebe, menulis, nonton, apapun. Saya menjauhkan diri dari HP and it’s too damn hard. Saya sangat tergantung pada HP saya dan segala isinya sehingga memaksa berpisah menjadi sangat membingungkan.

📱 Kedua, ketika saya tidak tahan lagi maka saya buka HP dan membuka aplikasi lain. Saya punya satu folder khusus aplikasi news publisher yang biasanya saya pakai kalau sedang mengikuti satu kasus. Baca kronologi informasi dari apps itu yummy banget loh btw.

Cuma ya saya nggak pernah juga out of the blue buka cuma mau cek headline. DAN ITU SAYA COBA LAKUKAN KEMARIN. But no fun HAHAHA. Akhirnya back to basic, saya buka BuzzFeed dan BoredPanda, hingga saya sadar kalau saya tidak butuh Facebook alasannya 90% yang saya lakukan di Facebook yaitu membaca BoredPanda dan BuzzFeed. LOL

Kondisi ini hanya tiga hari pertama, hari keempat saya mulai terbiasa tidak otomatis membuka HP tanpa sadar. Saya mulai melaksanakan hal lain, saya mulai sadar kalau tanpa Instagram setiap 5 menit, hidup saya akan baik-baik saja. Mengecek Instagram sehari hanya 2-3 kali sehari pun tidak akan tertinggal apapun alasannya Stories bertahan 24 jam kan.

*

Hidup tanpa Instagram, saya jadi teringat salah satu ekspat Australia di kantor yang tujuan hidupnya yaitu traveling. Dia kerja di kantor saya setahun, jajan di kantin karyawan yang murah meriah, ke mana-mana naik ojek, kost di belakang kantor yang kurang layak demi menabung untuk keliling Indonesia di tahun berikutnya. Surprise-nya bagi saya adalah, ia tidak punya akun social media dan tidak menulis blog wacana perjalanannya. Padahal usianya lebih muda dari saya.

Belum usang ini juga saya nyeletuk ke temen kantor yang juga terobsesi feed Instagram “eh temen gue keliling Eropa tapi foto Instagram-nya sedikit, sayang banget ya!”

Dia impulsif bilang “iya ya”. Terus merenung berdua lol.

THEY’RE MAKING MEMORIES, NOT CREATING INSTAGRAM FEED.

Kenapa kami yang gundah coba?

Contoh real yang nggak pernah saya lakukan tapi selalu saya maklumi: nggak apa-apa banget dateng ke suatu daerah demi Instagram, nggak apa-apa banget ngantri kuliner hits juga demi Stories, tidak persoalan jalan-jalan hunting foto untuk Instagram hingga bawa properti ke manamana. Nggak apa-apalah masa dihentikan atau dinyinyirin, ya tujuan orang kan beda-beda.

Saya merasa salah alasannya ketika ada orang (well, orangnya millennials) yang ternyata TIDAK pernah melaksanakan itu maka saya menganggap ia “wow kok bisa!”.

Kenapa saya maklum ketika orang mau ribet demi Instagram tapi saya tidak maklum ketika sebaliknya? Kenapa saya tidak mempertanyakan orang mengantri cheesecake dari subuh tapi saya mempertanyakan orang absurd yang keliling Indonesia tanpa meng-upload foto?

Saya tidak boleh menyerupai itu.



Di hari keempat saya sempat upload satu foto alasannya ada hal yang tidak sanggup saya ceritakan di sini (YAELAH), pada dasarnya saya kasih a quick update dan ternyata ada juga yang dm saya nanya saya ke mana. Saya hanya upload kemudian saya hapus lagi Instagramnya. Dalam kondisi terharu banget sih huhu masih dicariin orang sementara sayanya kabur tiba-tiba. T_____T (maap kadang emang halu)

Hari ketujuh saya sudah tidak otomatis membuka lock dan mencari icon Instagram. Dan tanpa sadar, pikiran saya lebih tenang alasannya saya tidak terlalu banyak berpikir untuk orang lain. Saya jadi punya waktu jauh lebih banyak untuk diri sendiri.

*

Sebelumnya saya tidak pernah berhenti berpikir. Pikiran saya berjalan terus dan mencatatnya. Misal saya punya wangsit apa, biasanya pribadi diolah jadi draft berangasan blog, caption instagram atau minimal tweet. Jika panjang maka ditulis dulu di notes, jikalau pendek maka pribadi di-tweet.

Tapi kini alasannya pilihannya notes saja, pikiran selintas tetap jadi selintas, bukan lagi pribadi diolah untuk dikonsumsi publik. Dan itu bikin saya lebih damai. Bikin pikiran saya beristirahat.

Mbak Mira Sahid pernah bilang pada dasarnya "kamu kok kaya kebanyakan mikir?" Iya. Saya mikir terus. Saya nggak pernah berhenti mikir, makanya saya nggak pernah habis wangsit untuk blogpost, dan itu capek, capek sekali.

Sekarang saya sedikit mengerti apa yang terjadi dengan Michelle Phan, apa yang terjadi dengan Jesse dan Jeanna ‘BFvsGF’. Iya padahal masih jauhhhh, padahal saya masih sebutir kecil debu dibanding Michelle yang sebesar bulan (naon). Maka sebelum saya separah mereka dan benar-benar kabur dari kehidupan maya, saya lebih baik menguranginya dari sekarang.

Internet terlalu luas, jauh lebih luas dari yang sanggup kita genggam, jauh lebih dalam dari yang sanggup kita lihat. Itu yang menciptakan saya jadi gundah sebanyak apa yang bahwasanya sanggup saya pikirkan. Saya berpikir terlalu banyak.

*if that makes any sense*

Saya juga nggak akan sok nasihatin, “makanyaaa jangan gitu-gitu amat lah di socmed”. Ya mau gimana-gimana juga terserah orangnya lah. Ini yang bermasalah diri saya, nggak berarti orang akan punya persoalan yang sama juga. Saya punya persoalan dengan membagi waktu, nggak berarti orang lain akan punya merasakannya juga.

Begitulah.

Kaprikornus ambisius itu capek ya. Hahaha. Mana ambisiusnya di segala lini kehidupan pula. Udalah istirahat dulu ya. Saya terang tidak akan lagi tiap hari upload foto di Instagram, kalau blog sih sebisa mungkin masih tetap akan di-update ya meski tidak sesering dulu. Saya senang kok sharing di sini, dengan segala suka dukanya hahaha.

Kaprikornus itulah ceritanya kenapa saya menghilang seminggu hahaha. Pada kangen dong biar saya semangat lagi HAHAHAHA. Have a nice day!



-ast-

Detail ►

Uang, Kontrol Diri, Dan Instagram


Saya tuh jika udah nulis satu topik niscaya jadi gatel pengen nulis ituuu terus nyambung alasannya ialah jadi kepikiran mau nulis dari angle lain. Kadang dapat juga alasannya ialah baca komen terus pribadi aha! moment gitu alasannya ialah dapat jadi inspirasi goresan pena baru.

Nah kali ini, trigger tulisannya dari komen Maya Rumi di postingan Mengatur Keuangan Keluarga:

"mbak nisa gimana caranya menahan diri untuk tak terpengaruhi dengan liburan? mbak nisa sering banget nih blg di blog,, sharing juga dong mbak tips n trik-nyaa"

Sebenernya jawabannya sederhana banget: uang.

Saya pernah baca quotenya siapa gitu bahwa kontrol paling besar itu ada di uang. Bisa didefinisikan sebagai uang dapat dapetin segalanya termasuk kekuasaan, tapi dapat juga diartikan bahwa kontrol paling simpel itu sebenernya uang.

Kami punya prioritas yang kami anggap lebih penting daripada liburan. Kami memang nggak mengalokasikan uang buat liburan sama sekali. Kan banyak tuh yang alokasi liburannya dari bonus kantor, kami dapet bonus paling belanja dikit terus 80% niscaya masuk dana pendidikan Bebe.

Bukan nggak terpengaruhi sama sekali loh ya, mau bangeeett. Tapi realistis aja, punya uang nggak banyak, jadi mesti bulatkan tekad, uang segini mau buat apa?

Saya nggak mau pulang liburan terus malah nyesel, pulang liburan terus murung lihat uang yang kepake, apalagi pulang liburan terus malah jadi punya utang. Makanya aku sih so far belum tertarik sama cicilan 0% buat liburan. Nggak masuk buat saya, liburannya seminggu bayar utangnya setahun? Kalau masuk buat kalian sih nggak apa-apa hahahaha.

Dan urusan uang zaman kini ini dipengaruhi Instagram banget loh! 💸

Emang kampret ya Instagram ini. Dulu liat orang liburan di Facebook biasa aja kayanya, nggak jadi iri atau apa. Coba sekarang, seberapa banyak dari kalian yang jadi mau beli lipstik Make Over gara-gara postingan aku kemarin?

ITU BARU LIPSTIK.

Belum liat foto orang-orang liburan dan pake quote bahwa jadilah traveler jangan jadi turis, keliling dunia semoga lebih menikmati hidup lalala, hidup sederhana yang penting dapat backpacking keliling dunia, bucket list pengen ke sekian negara blablabla.

Pokoknya orang yang nggak pernah liburan dan nggak keliling dunia itu pengalamannya kurang. Instagram jadi salah satu motivasi orang untuk liburan semoga nggak stres dan terjebak rutinitas.

YAK SEKALI LAGI: GUE REALISTIS AJA SIH. *GETOK*

Saya sama JG kerja, nggak dapat cuti lama-lama. Kalau punya uang ya masih punya prioritas yang lain. Kalau ada waktu luang, udah capek banget ngurus rumah jadi ya tidur seharian aja atau makan di luar udah bikin happy banget. Remeh. Plus kami berdua nggak stres di kerjaan dan tidak merasa terjebak rutinitas jadi ya kalem aja.

Tapi kan ada ya yang emang seneng banget jalan gitu. Seneng banget traveling jadi rela melaksanakan apa aja demi dapat keluar dari rutinitas. Ya nggak apa-apa, tandanya kalian udah tau prioritas kalian buat apa.

Intinya liburan aja KALAU DUITNYA ADA DAN TIDAK MENGGANGGU POS LAIN APALAGI KALAU PUNYA ANAK. Itu doang.

*Atau jadi wartawan travel atau tekno lah, jalan-jalan terus niscaya hahaha*

Kalau kita pikirkan baik-baik, duduk kasus uang ini arahnya ke duduk kasus self control dan self acceptance.

Kalau kata Wikipedia, self control itu cara untuk mengatur emosi, pikiran, dan perbuatan. Ya udah jika gitu aturlah gimana caranya semoga uang yang ngontrol emosi, pikiran, dan perbuatan kita. Terdengar salah ya kok kita dikontrol uang. Tapi bener kok.

Oh jika nggak punya uang maka jangan simpel panas liat orang beli tas branded, oh alasannya ialah honor emang nggak cukup buat keliling Eropa ya unfollow orang yang liburan terus.

Karena Instagram ini bikin nggak terkendali banget. Bikin orang simpel ngerasa inferior, bikin orang ngerasa hidupnya kurang UANG terus hanya alasannya ialah membandingkan dengan hidup orang lain.

Urusan rumah aja. Wihhh banyak banget yang rumahnya bagus-bagus, jadi pengen ke Ikea, bela-belain jauh-jauh ke Ikea demi foto di lorongnya dan dapat foto-foto rumah untuk seterusnya.

Belum urusan baju, ih pengen baju itu soalnya dipake si A bagus banget. Urusan masak aja kini harus pake properti, MPASI harus dihias, dan liburan laahhh semoga feed nggak dalem ruangan terus dan ada biru-birunya langit. Pokoknya itinerary harus ke daerah yang Insta-worthy!


Kontrol diri kalian. Kalau udah ngerasa gitu terus, unfollow orang-orang yang bikin kalian iri atau delete aja Instagramnya sekalian. Toxic.

Kalian tau lah, aku juga dulu pernah gitu kok tapi terus capek. Dan jika aku “diperparah” sama blog kan. Makara seolah alasannya ialah blog banyak yang baca, aku ngerasa Instagram juga harus banyak yang follow dong! Kok dapat blog dibaca puluhan ribu orang tiap bulan tapi followers Instagram 2ribu terus!

Tips sana-sini juga bilang perihal niche blog lah, niche Instagram lah, seolah dari Instagram aku dapat kaya. Iya dapat jika lo Karin Novilda, nggak semua orang dapat kan padahal. Naif banget sih jika mikir semua orang bisa. Karena banyak yang foto Instagramnya bagus banget tapi followers cuma dikit. Makara ada faktor luck banget.

Belum lagi di komunitas atau group blogger itu niscaya pernah bahas tips meningkatkan secara optimal Instagram. Saya seolah jadi merasa "wah iya jika jadi blogger harus meningkatkan secara optimal Instagram juga dong". PADAHAL MAH KAN KATA SIAPA HARUS YA NGGAAAKKK?

Citra diri aku bergabung antara dongeng di blog dan foto Instagram. Sampai pada bilang weh annisast yang di blog judes itu ya (well maaf deh jika yang ini emang di dunia kasatmata juga hahaha), annisast niscaya kaya ya di stories kerjanya ngemall terus, annisast makan siang aja di Plaza Senayan, annisast posting make up terus niscaya koleksi make upnya banyak banget deh, annisast bayar daycare mahal gitu niscaya gajinya gede lalala.

Ini aku tau dari komen-komen dan temen-temen yang ngomong langsung. Padahal nggak ngerasa uang aku banyak sih kok dapat orang nganggep gitu? Setelah aku pikir-pikir oh itu alasannya ialah aku cenderung posting KELEBIHAN dan tidak posting KEKURANGAN.

(Baca lengkap obsesi aku pada Instagram di sini: Dear Ibu-Ibu Instagram)

Kalau makan sushi di PS gres deh masuk Instagram, jika makan di Pujasera belakang kantor ya nggak. Kalau kebetulan pake baju branded aja, difoto deh terus ditag brand-nya di Instagram, jika nggak branded ya nggak foto.

Sampai beli lensa gres yang bokeh demi feed. Properti dan lighting juga lengkap segala rupa. Stok foto make up tiap weekend semoga seminggu ke depan aman.

Who am I trying to impress?

NOBODY. Pengen keliatan keren aja di Instagram dan ngapain sih sebenernya ya? Seru sih stok dan susun foto, aku masih merasa itu seru TAPI CAPEK IH. Dulu aku nggak ikut CFD sama JG dan Bebe semoga aku dapat foto-foto di rumah, tapi wahhh kini mending keluar ya nemenin Bebe main sepeda.

Prioritas uang dapat dirapikan, tapi prioritas waktu sih bullshit. Pernah aku tulis di sini: Karena Saya Tidak Percaya Prioritas.

Bodo amat Instagram nggak punya stok foto cantik. Bodo amat followers nggak nambah-nambah. Saya udah di titik itu hahahaha. Dulu sih terlalu semangat. Anaknya gitu, jika lagi semangat semangat banget, begitu bosen ya udah bye.

Makara ya kini aku kalem aja, jika ada temen yang berpotensi bikin iri tapi nggak mau unfollow, jangan di-like semoga nggak nongol lagi di timeline. Jadinya aku jarang scroll timeline, upload jika lagi pengen aja, nggak lagi ngotot tiap hari. Foto-foto pake kamera sih tetep, cuma ya nggak sering diupload.

Ya sebagai blogger sih ngaruh ke personal branding ya. Karena jarang foto anggun ya jarang ditawarin produk make up. Kemarin masih ditawarin tapi sayanya udah males ngeluangin waktu. Ya udalah toh penghasilan utama kan masih gaji.

Karena ini udah menyangkut self acceptance.

Penerimaan diri ini bukan hanya soal fisik, tapi juga pencapaian hidup, dan kondisi keuangan! Instagram bikin self acceptance berserakan bagi pribadi yang kurang berpengaruh keimanannya. Saya ternyata di antaranya. Buktinya simpel banget terpengaruhi beli sesuatu cuma alasannya ialah liat orang pake di Instagram. KESEL. -_______-

Instagram udah layak ditinggalkan banget jika kita jadi malah sibuk mempertanyakan, kok ia di foto anggun sih niscaya alasannya ialah lighting bagus dan kamera mahal, kok ia udah dapat beli ini itu padahal mulai kerja di tahun yang sama, kok ia uangnya banyak sih tasnya mahal-mahal terus. Kok orang punya uang ya?

Padahal sebagian mungkin alasannya ialah mereka ialah orang-orang kaya saya, yang posting lebih-lebihnya terus. Dulu aku pernah nulis sih, ini waktu belum terobsesi Instagram: Karena Hidup Tak Seindah Foto Instagram.

Sekarang aku berusaha realistis aja. Kalau nggak punya uang ya bilang nggak punya uang, jika pusing nulis caption yang nggak usah jadi browsing quote orang hahaha, jika nggak punya foto ya nggak usah upload. Di blog juga sama. Kalau nggak pengen nulis ya nggak usah. Kalau mau murung ya nulis sedih, jangan kaya dulu kayanya tepat banget hingga jarang murung apalagi ngeluh nggak punya uang di blog hahahaha.

Kembali ke duduk kasus terpengaruhi liburan: waktu cuma punya segini, uang cuma punya segini, fokus pada tujuan yang REAL. Jangan kebanyakan liat orang liburan di Instagram!

Itu aja sih. Gimana berdasarkan kalian?

-ast-

Detail ►

Daftar Alasan Orang Dapat Jadi Selebgram

Kalian pernah nggak sih ada di momen lagi scroll Instagram terus nemu satu akun di explore yang entah siapa terus mempertanyakan sendiri "ini siapa sih kenapa followersnya 1juta?" 



Kalau di geng kami, yang paling sering nanya kaya gini itu siapa lagi jika bukan bankir di Medan sana yang nanya mulu ginian padahal udah sering dijawab hahahahaha. Iya ih mba Windi sering banget tanya "xxx itu siapa sih kok followersnya banyak?" yang mana biasanya saya jawab dengan "ya nggak butuh alasan kan untuk punya banyak followers?"

PADAHAL SEBETULNYA SELALU ADA ALASAN. Yaiyalah, nggak mungkin orang follow orang di Instagram tanpa alasan kan?

Kepo juga alasan loh. Makanya banyak tuh selebgram yang followersnya di atas 100ribu, likes selalu banyak, tapi yang komen beneran cuma 1-2 orang. Ya itu terjadi alasannya ialah orang follow beliau demi rasa kepo aja, di-like semoga postingan foto beliau tetep muncul di feed aja, udah gitu ya males komen ngapain? Mentok jika "menarik" banget sih ya di-share via DM ke para sahabat ghibah dunia maya. BUKAN BEGITU? 

Nah kembali ke alasan kenapa orang banyak followers, pertama kita bagi dua dulu menurut visualisasi. Ada yang fotonya memang bagus dan harus bagus alasannya ialah orang follow KARENA fotonya indah. Yang kedua, ialah orang-orang yang fotonya nggak perlu bagus tapi orang kepo banget sama kehidupannya ibarat artis TV atau akun gosip untuk ngomongin artis TV.

Kaprikornus apa alasan orang punya banyak followers di Instagram dan didapuk sebagai selebgram? Btw saya nulis ini dengan bayangan selebgram lokal ya bukan internesyenel.

*makin bawah makin males jelasin hahaha*

CANTIK. Ini ditaro pertama banget alasannya ialah tolong-menolong kalian nggak perlu punya prestasi, nggak perlu punya skill make up luar biasa, nggak perlu berkarya atau bekerja. Asal kalian manis dan dapat foto tidak blur, terang berkilau maka kans untuk jadi selebgram lebih tinggi daripada yang punya prestasi dan punya skill TAPI TIDAK CANTIK. Kaprikornus jika kalian bingung, "ini beliau siapa sih kok difollow orang?" balasan pertama yang paling mungkin ialah "cantik". Demikian. Dan ganteng, ok.

via GIPHY

KAYA. Ya sedikit lebih kaya dari sebagian besar rakyat Indonesia sehingga rumahnya rapi dan Insta-ready, sering traveling, bajunya mahal-mahal jadi desainernya dapat di-tag atau bahkan diundang ke fashion show-nya, punya kendaraan beroda empat atau motor unik yang bikin iri, dapurnya rapi dan higienis serta perintilannya bagus jadi siap difoto, share masakan di daerah yang harganya taulah ya, dll. Kalian PASTI follow orang semacam ini. XD

SANGAT KAYA. Ini level berikutnya. Level yang perginya pake jet pribadi, nginep di daerah liburan entah di mana saking jarangnya orang liburan ke sana, makan masakan yang namanya aja gres denger, endebrei, endebrei. Bisa ditemukan dengan hashtag #richkidsofinstagram.

Artis TV, jika artis TV followers-nya dikit di IG tandanya ya doi emang sekuter aja kali di TV-nya juga ya. Entahlah saya kan tak punya TV lol.

Keluarga artis, kakaknya, adiknya, neneknya, kakeknya, sodaranya you name it. Kalau keluarganya serasi biasanya sering ngumpul terus di-tag jadi ikut di-follow juga.

Pengasuh anak artis, kaya si Koneng dan Lala lah ya serta siapa itu pengasuhnya anaknya Ashanty? *gak follow lol*

Pemain bola

Kontroversial atau sensasional, dapat alasannya ialah pake baju terbuka atau kontroversi lain.

Feednya rapi. Terutama feed pastel atau BW sekalian. Plus point jika cantik.

Foto masakan semua

Sering share resep

Foto MPASI dihias

Modif mobil

Toy photography

Edukatif

Traveler. Plus point jika cantik. Ya jika manis emang jadi plus point di semua bidang sih lol. 

via GIPHY

Rumahnya rapi

Rajin kasih tutorial atau DIY
Anak lucu, ya semodel dengan alasan cantik.

Minimalism scene dan pernah di-feature Instagram lol

Komik/ilustrator

YouTubers. YouTubers hampir niscaya punya banyak followers juga di Instagram tapi jika selebtwit belum tentu. Keajaiban alam.

Agamis atau goals lain dari sisi agama.

Ustaz

Hafiz atau hafizah

Fitness/body shaping
. Plus point jika cantik. *IYA IYA*

Inspiratif. Ya macam @grace.melia gitu lol

Dancer dan suka share video cover dance dengan lagu ngetop.

Profesi apapun yang berseragam. Ini harus ganteng atau manis sehingga jadi polisi manis atau satpam ganteng.

Binatang peliharaan lucu dengan foto artistik. Plus point jika ownernya manis DAN kaya.

Pacarnya mereka-mereka yang di atas ini.

DAN KALAU BELI FOLLOWERS LOL. Bisa dicek di socialblade.com untuk cek apakah doi terduga beli followers atau nggak lol.

Apa lagi coba ada yang mau nambahin? Jangan resah lagi ya kenapa orang dapat jadi selebgram!
-ast-

Detail ►