Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label tentang rumah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang rumah. Tampilkan semua postingan

Beres-Beres Rumah Dengan (Sedikit) Metode Konmari Yuk!

Iya sedikit aja menerapkan metode KonMari alasannya yaitu saya nggak menerapkan semua tipsnya. Kenapa? Karena ada beberapa metode ia yang bikin saya agak "eh? no way!" HAHAHAHAHAHA.


KonMari ini nama beken dari Marie Kondo, wanita Jepang yang pekerjaannya yaitu konsultan rapi-rapi rumah. Iya, ia konsultan untuk orang yang mau rumahnya rapi terus! Rapi selamanya bukan rapi kini besok awut-awutan lagi KAYA SAYA. Dan saya yakin 90% dari kalian semua yang tidak punya mbak dan tidak punya darah untuk selalu beres-beres hahaha.

BTW INI AKAN PANJANG. 

Marie Kondo ini nulis buku best-seller judulnya "The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing" dan masuk ke daftar 100 orang paling besar lengan berkuasa di dunia tahun 2015 versi majalah TIME. Karena saya lagi beres-beres dan decluttering terus 2 tahun belakangan, saya baca deh buku ini.

Iya saya beres-beres 2 tahun belakangan alasannya yaitu anaknya susah move on. Tapi sungguh, dibanding 2 tahun lalu, barang-barang saya udah berkurang berbagai .

Tahun ini juga untuk pertama kalinya kami nggak bikin resolusi tahun gres alasannya yaitu resolusi tahun ini saya justru ingin decluttering hingga selesai dan jikalau dapat nggak perlu beli barang nggak penting dan besar lagi. Tapi gres aja Januari udah beli mesin basuh hahaha.


Saya nggak menghitung terperinci alasannya yaitu udah terlalu usang ini prosesnya, tapi jikalau pakai karung, baju saya, JG, dan Bebe yang keluar aja udah lebih dari 10 karung. Tas entahlah udah berapa banyak banget. Sepatu juga. Dan lemari saya masih tetep penuh. Sudah kosong, sudah lega, tapi saya belum sreg alasannya yaitu masih ada baju yang saya simpan alasannya yaitu sayang aja.

Masalahnya barang-barang yang saya "sayang aja" itu udah saya simpen bertahun-tahun tanpa dipake atau dibuka sama sekali! Terdiam aja tanpa disentuh. Mending jikalau rumah gede, ini kan nggak. Barang usang nggak keluar, barang gres makin banyak. Kan sebel rumahnya jadi makin sempit huhu.

Makara postingan ini saya dedikasikan untuk para hoarder menyerupai saya yang susah move on dari TAG HARGA BAJU hanya alasannya yaitu baju itu kesayangan dan nyarinya susah HAHAHAHAHA.

Does it spark joy?

Tips utama dari metode KonMari ini adalah, kita harus pegang satu-satu barang dan rasakan apakah barang ini dapat memunculkan 'spark joy'. Iya itu kriteria seleksi nomor satu: does it spark joy?

Kalau nggak ya singkirkan aja alias BUANG. Kita nggak butuh banyak barang kok dalam hidup. Makin sedikit barang, makin lega ruangan daerah kita tinggal, makin tenang alasannya yaitu nggak cluttered. Nggak susah cari sesuatu alasannya yaitu kita tahu persis apa aja barang kita. Nggak praktis berantakan.

Ah ya gitulah pokoknya. Nggak dapat banget saya bikin kalimat memotivasi kaya KonMari.

Keep only those things that speak to your heart. Then take the plunge and discard all the rest. -- Marie Kondo
Oke jadi urutan tidying with KonMari method itu begini:

1. Pakaian (termasuk tas, sepatu, kaos kaki, legging, apapun yang kain-kain di lemari)

2. Buku

3. Dokumen dan kertas-kertas

4. Pernak-pernik

5. Barang kenangan

Gimana mulai beres-beresnya?

Sort by Category

Iya jadi bukan by location. Kita kan biasanya jikalau beres-beres hampir niscaya menurut lokasi dulu. Beresin kamar dulu, dapur dulu, ruang tengah dulu. Metode KonMari tidak menyarankan itu alasannya yaitu begitu selesainya usang dan nggak runtut. Lebih baik menurut kategori dulu. Kategorinya yang 5 di atas itu tadi.

Karena kadang pakaian aja kita nggak semuanya taro di kamar. Ada yang nyasar ke lemari di ruang tengah atau mana gitu. Nggak satu tempat. Nah sebaiknya dibereskan sekaligus dulu semua, gres kemudian disimpan di satu tempat, jangan nyebar gitu.

INGAT: beres-beres menurut kategori, dan mulai lokasikan barang per kategori di satu tempat.

Kata ia sih semua barang harus dijembrengin di lantai terus pegang satu-satu dengan lembut dan mikir apa mau dibuang apa mau disimpan. KALAU GUE LEMBUT MAH GUE SIMPEN SEMUA ATUH LOL.

(Baca: Suka Menumpuk Barang? Hidup Minimalis Yuk!)

Ini detailnya.

1. Pakaian

Lepas tag pada baju. Saya banyak banget baju masih ada tagnya dan kaos kaki yang masih dibungkus. Akhirnya direlakan lah sudah. Mereka bukan milik saya, akan lebih berkhasiat jikalau dikasih ke orang.

Yang paling bikin saya susah move on yaitu baju-baju waktu muda. T_____T Beli pake uang ayah, belinya mahal, trendi banget pula. Saya kaya nggak rela gitu dan itu digetok sama Marie huh sebel. Dia bilang:

But when we really delve into the reasons for why we can’t let something go, there are only two: an attachment to the past or a fear for the future.

SEBEL. KARENA MEMANG IYA. Akhirnya saya let go, alasannya yaitu ngapain atuh lah nyimpen hot pants atau baju-baju yang nggak mungkin saya pake lagi? Kalau pun nggak pake jilbab juga aib sama umur hahahaha.

Yang beli udah berbulan-bulan dan nggak saya pake juga saya let go. Intinya jikalau ada benda yang kalian selalu pikir sebagai "simpen aja nanti juga butuh" itu kemungkinan besar nggak bakalan dipake. Berlaku buat semuanya. *kemudian ngos-ngosan*


2. Buku-buku

Seperti juga baju, buku yang sudah bertahun-tahun "akan dibaca nanti" itu kemungkinan tidak akan dibaca selamanya. Makara ya sumbangkan aja. Perlakukan buku menyerupai makanan, ada masa kadaluarsa nya jadi nggak stok masakan banyak-banyak toh?

Buku = masakan ini analogi saya bukan kata KonMari lol *proud*.

Iya jadi nggak beli buku jikalau masih punya buku yang belum dibaca. Baca dulu yang ada. Godaannya berat, tapi jikalau nggak gitu, kita numpuk buku yang belum tentu dibaca dan buang uang. Percayalah. Masa nggak percaya sama KonMari alasannya yaitu belahan buku ini saya relate banget hahahaha.

Kondo believes people keep books for far longer than necessary.

Makara jikalau buku udah dibaca setengah terus ditinggalin, ya udah berarti nasibnya itu buku emang cuma dibaca setengah. Buku itu harusnya dibeli kini dan dibaca sekarang. Kalau beli kini dibaca nanti, kemungkinan besar nggak akan dibaca. APALAGI jikalau udah beli buku baru. Beli buku gres 3, dibaca 1, beli lagi 3, dibaca 1, terus aja begitu. ITU SAYA. KZL.

Saya kini cuma nyisain Harry Potter sama Dan Brown aja. Segala novel udah disumbangin semua alasannya yaitu cuma bikin abu aja. Nggak bakal dibaca ulang percayalah.

Kecuali buku Bebe ya. Buku anak sih dibaca berulang-ulang banget kan. Makara rak buku di rumah isinya kini hanya buku Bebe dan beberapa buku JG. Saya pake Kindle dong. #TeamKindle



3. Dokumen

BUANG SEMUA KERTAS. Hampir semua kertas di rumah itu nggak berguna. Resep yang nempel di kulkas entah kapan mau dicoba masak. Sekalinya masak malah googling. Laporan harian Bebe, struk belanja, bahan seminar apalah yang come on, nggak bakal dibaca lagi alasannya yaitu nggak peduli lah. Buang semuanya.

Saya juga punya satu laci yang harusnya isinya dokumen penting kaya Kartu Keluarga, paspor, akte kelahiran, dll. Laci itu pada karenanya malah jadi daerah naro peta, boarding pass, segala struk belanja yang saya anggap barangnya penting. Saya hingga punya satu amplop isinya struk belanja barang-barang waktu lamaran. Pentingnya sebelah mana auk ah. Sampah.

Kalau di rumah Bandung mah ada satu pouch gede isinya tiket bioskop astaga. Tiket bioskop semenjak cukup umur dengan pacar beda-beda hahahahaha. Sinting sama hoarder apakah saling berkaitan?

Tapi alasannya yaitu saya anaknya menyimpan kenangan banget, karenanya yang bener-bener sulit dibuang padahal sampah, saya foto terus upload di album khusus di Google Photo HAHAHAHAHAHA. Sampahnya pindah jadi sampah elektronik lol.



4. Pernik-pernik (termasuk perkabelan)

Charger zaman dulu yang hpnya udah entah kemana, kabel charger rusak, dus hp, dan segala-gala dus yang entah kenapa disimpen segala. "Kali aja mau dijual" well jikalau kalian tipe yang jual beli sih silakan. Saya hampir nggak pernah jual apapun jadi udahlah buang aja.

Pin, kalung, cincin yang numpuk doang padahal udah nggak suka lagi atau udah patah. Tetep aja disimpen duh kenapa sih gue huhu. Belum lagi masihhh aja beli karet rambut, pin, patch, numpuk.

Dan yang jadi sampah juga souvenir atau buah tangan itu. Berapa persen sih souvenir nikahan dari kelas menengah yang bener-bener dipake? Buang aja atau nggak usah terima. Nggak apa-apa kok nolak souvenir nikahan, mbak pagar ayu penjaga buku tamu nggak akan marah. Kecuali yang nikah orkay yang souvenirnya dapat batik mahal atau malah Hermes kaya kakaknya neng blogger sebelah lol.

Karena sampah banget gengs. Gantungan kunci lah, daerah tisu lah, kipas lah mana mah kurang indah kan ada nama pengantinnya. Sekiranya tidak akan digunakan maka tidak usah diterima atau buang aja, kasih ke orang. :)

Oleh-oleh atau hadiah yang nggak kita suka gimana? Marie ngomongnya judes tapi ia benar.

Menurut Marie, hadiah dan buah tangan itu takdirnya hanya untuk diterima. Setelah diterima maka "tugas" nya selesai. Buang aja udah lol. Tradisi buah tangan ini emang harus dihapuskan sih. Harusnya dibikin hukum sosial bahwa bawalah buah tangan dalam bentuk masakan lol.

5. Barang kenangan

INI NIH. Saya punya sekotak isinya ... Kekoreaan. HAHAHAHAHAHA. CD album yang ada tandatangannya (yang nggak ada ttd nya udah saya giveaway in 2 tahun lalu), segala lightstick (sebutkan semua artis Korea yang konser di sini dan di Singapur 2011-2012 dan saya punya semua lightsticknya alasannya yaitu saya lemah banget sama sesuatu yang nyala-nyala huhu), id pers, press release, tiket konser, semua ada di kotak itu.

Akhirnya beberapa bulan kemudian kotak besar itu saya bawa ke Bandung dan saya sungguh besar hati alasannya yaitu merasa dapat move on dari kotak itu.

KEMUDIAN DIOMELIN MARIE LOL

Marie judes banget sih hih, masa katanya jangan pindahkan barang dari rumah kita ke rumah orangtua. KENAPA DIA TAUUUU? 

*mewek*

Ternyata orang di seluruh dunia cenderung melaksanakan itu huhu. Rumah sendiri bersih, tumpukan pindah ke rumah orangtua hhhh. 

Saya sendiri udah beres-beres kamar di Bandung hingga lemari kosong. Kardus sepatu isi barang-barang mantan udah keluar semua nyahahahahha. Buku aman, lega lah udah.

Menurut metode KonMari, orang berat let go barang jikalau yang ngasih itu orang yang disayang kaya orangtua atau keluarga. Padahal saat kita tanya mereka boleh ga ini dikasih ke orang? Mereka kaget alasannya yaitu nyangkanya barang itu udah ilang atau apa hahaha.

Foto gitu segala macem udah lah foto ulang terus upload. Sebisa mungkin simpan dalam bentuk digital aja. INI SAYAAA.

Karena ternyata ada yang menerapkan metode KonMari ini untuk digital stuff juga, jadi decluttering juga. Waaaaa saya nggak mau. Mending taro cloud udahlah. Huhu anaknya menyayangi kenangan banget, seneng dan senang liat barang kenangan. 

Sampai sini aja soal kategori. NEXT!

*

Inti dari beberes ini yaitu set satu daerah untuk setiap barang dan pastikan jikalau abis pake, simpen lagi di situ. Wow tips yang berkhasiat sekali lol. Emang ada yang belum tau? Saya mah percaya talenta aja, talenta rapi sama talenta nggak rapi hahahahaha.

Terus beberes lah sendirian gengs, jangan ditontonin orang alasannya yaitu GANGGU. Baru mau buang apa malah disautin "kok itu dibuang?" atau "eh kau dapet itu susah banget loh masa dibuang?" ERGH. Udah sendirian ajalah.

Satu lagi tips Marie, ia simpan semua barang vertikal dan tidak ditumpuk. Emang sih lebih praktis diambil tapi ia bilang sayuran di kulkas aja ia taro ya bangkit wow. Ain't nobody got time for that. 😂

Yang saya nggak oke dari Marie yaitu ia menganggap tidying ini yaitu ritual. Make tidying a special event, katanya. Kalau bersih-bersih jangan pake daster, ia bersih-bersih itu dandan, pake dress, dan pake blazer. Biar rumahnya merasa dihormati. T_______T

Dia juga ngajak ngobrol rumahnya, ngajak ngobrol semua barangnya, bilang terima kasih sama kaos kaki alasannya yaitu udah kerja keras nemenin ia seharian. Dia juga kosongin tas ya tiap hari sehabis pulang ke rumah duh ribet sis, nggak punya toddler ya lol. itu pun tas dan barang-barang di dalemnya diajak ngomong alasannya yaitu barang jikalau diajak ngomong jadi lebih awet. OKAY? Saya males kali deh ah basa-basi sama barang hahahahaha

Dia juga percaya jikalau beres-beres rumah itu belahan dari detoks. Banyak yang mencret-mencret dan jadi kurus sehabis bersihin rumah masaaaa? Dia bilang ia nggak dapat buktikan ini secara medis. Yaiyalaaahhhh.

Jadi udah organizing ala KonMari banget nih sekarang?

Oh tentu saya belum sepeduli itu lol. Nyobain cara lipat baju metode KonMari sih ya tapi belum disusun vertikal. Saya cuma mengambil faedah KonMari bahwa barang yang udah usang nggak disentuh itu dapat DIBUANG loh. LOL

Kalau nanti rebound dan rumahnya awut-awutan lagi ya nggak apa-apa diberesin lagi aja. Yang penting minimal barangnya lebih sedikit dari sebelumnya ya kaaann.

Lagian masa semua orang ngatur rumahnya harus sama ah! Aku kan anaknya nggak suka sama-sama sama orang lolol.

Apakah jadi berhenti beli barang? YA NGGAK JUGA LOL. Tapi pada dasarnya yaitu let go barang lama. Banyak yang lebih butuh 10 karung baju saya dibanding ngejugruk di lemari doang. Buku kan lebih berkhasiat jikalau disumbangin. Bahkan kardus bekas aja dapat jadi uang buat tukang sampah kan. Gila sih kardus HP aja nggak pernah buang sama sekali, gres dibuang kini huhu. Dari Blackberry Javelin loh bayangin aja.

*

Segala urusan KonMari ini bikin saya jadi dikit-dikit beres-beres terus. Kemudian dipatahkan JG.

JG: "Ah gara-gara konmari nih kau jadi beres-beres terus"

Saya: "Ya biar rumahnya rapi aja, ini buktinya banyak 'sampah' banget kan rumah kita. Banyak yang nggak kepake dan saya keluarin"

JG: "Emang kenapa jikalau rumah kita banyak 'sampah'? Buktinya dulu aja kita senang meski rumah kita banyak sampah."

HMMMM IYA JUGA.

*berhenti beres-beres* lol

-ast-

Detail ►

Mengurus Rumah Tanpa Nanny Dan Art


Ini yang paling banyak di-request di Twitter dan Instagram, gayanya sih administrasi waktu tapi nggak manage amat juga sih. Kaprikornus gimana sih ngatur waktunya supaya rumah tetep keurus padahal nggak punya art buat beberes dan nggak punya nanny buat jaga anak?

JAWABANNYA: NGGAK BAKALAN KEURUS. HAHAHAHAHA.

Iya ayolah buibu, we cannot have it all. Udah kerja, digaji, nggak perlu stres menghadapi anak seharian, nggak pernah mau tau drama nanny dan art, TERUS MAU RUMAH BERES JUGA? Ingat darling, tidak ada yang tepat di dunia ini okaayyy.

via GIPHY

Dulu saya pernah dongeng di sini, gimana kami dapat survive hidup di Jakarta tanpa nanny tanpa ART sama sekali. Nomer 4 ialah administrasi waktu. Nah tapi nggak dibahas lebih lanjut kan gimana detailnya. Kaprikornus kini saya mau ceritain detail ya.

Pertama, kita harus tau dulu prioritas kita apa. Kedua, bagi kiprah sama suami siapa ngerjain apa. Karena ya taulah ya ibu-ibu ambisius maunya semua tamat terus stres sendiri, marah-marah jadinya. Jangan lah, alasannya ialah untuk apa marah-marah tiada gunanya lol.

Nentuin prioritas sesimpel dengan jawab pertanyaan: apa yang bikin kalian ngerasa "cukup"? Gimana ya bahasanya, fulfilled and content gitu kerennya mah. Hayo apa pikirin baik-baik.

Bagi kami prioritas ialah utama ialah Bebe, tidur, makan, dan basuh baju. Itu dulu deh sisanya bila sempet aja. Biasanya saya main sama Bebe, JG basuh baju. Tapi makin Bebe gede, Bebe jadi kadang mau mainnya sama appa aja alasannya ialah ibu kurang seru hahaha. Ya udalah saya basuh baju toh praktis juga kan (sombong sesudah beli mesin basuh baru). Selain itu kan masih harus masak, basuh piring, nyapu ngepel, lipet baju, apalagi ya? Sampai nggak kepikiran saking nggak rutin dilakukan hahahaha.

Jadi gini rutinitas kami dari pagi:

🕕 Jam 6, JG masak atau saya masak buat bekal makan siang. Kalau lagi sok kaya biasanya nggak masak terus makan siangnya beli. Tapi seringnya sih masak alasannya ialah masak makan siang itu hemat banyak banget deh beneran. Bebe masih tidur nih makanya agak santai. Cheat masak nanti saya publish besok sore ya! Kepanjangan bila digabung ke sini. Udah 3/4 jadi sih tulisannya. Intinya nyiapin bekal makan siang super cepat kurang dari setengah jam. WOW NGGAK TUH LOL.

🕖 Jam 7 pergi semua. Anter saya ke kantor, anter Bebe ke daycare, JG cus ke kantor.

🕕 Jam 5-6 sore, JG jemput Bebe ke daycare. Saya nunggu di kantor bila masih ada kerjaan ya kerja, bila nggak ada yang nulis blog. Sebenernya dapat bila mau pulang sendiri, deket juga. Tapi ah ngapain, di jalan kan seru bertiga jadi saya nunggu dijemput aja.

Kalau JG kebetulan pulang agak malem alasannya ialah kerjaan banyak, saya yang jemput Bebe terus main deh di kantor JG abis itu pulang sama-sama. Hampir nggak pernah pulang duluan alasannya ialah yaaaa, supaya sama-sama aja lol. #obsesif

Dan sebenernya ngapa-ngapain pun damai bila makan malem udah aman. Nggak bakal ada drama berantem cuma alasannya ialah salah satu lagi laper. Oiya kami makan malem katering btw.

🕖 Jam 7-7.30 (normalnya) nyampe rumah. JANGAN LEYEH-LEYEH! JANGAN TIDURAN! TIDURAN IS THE ROOT OF ALL EVIL! Kalau udah tiduran udalah kelar nggak akan kelar ngapa-ngapain.

Karena Bebe mau main di lantai maka sapu dulu lantai daerah Bebe main sama kamarlah alasannya ialah kamar kami kecil banget seimprit. Nggak usah seluruh rumah, no no no itu terlalu ambisius. Sapu dan ngepel itu per section aja sesuai kebutuhan. Yang paling sering disapu ya daerah Bebe main dan yang paling sering dipel itu ya dapur alasannya ialah ada bekas-bekas makanan kan. Yang paling jarang ya ruang tamu alasannya ialah nggak pernah terima tamu hahaha.

Abis itu JG biasanya basuh baju ditinggal sambil basuh piring. Kalau JG capek ya saya basuh piring, bila saya capek juga ya udah nggak usah basuh piring nggak apa-apa. Kalem aja kenapa harus pusing sama hal ginian doang.

Udah gitu Bebe main sama JG saya biasanya gambar. Nah dulu waktu gambar ini biasanya saya pake buat lipetin baju. Karena gambar, kini baju yang dilipet jadi nggak pernah tamat hahahaha. Ya udalah nggak apa-apa.

(Baca: Mencari Skill Baru)

Dan semua urusan di sini prioritasnya Bebe. Kalau JG lagi basuh piring terus Bebe mau main ya udah berhenti cucinya. Saya pun demikian bila lagi gambar Bebe ngajak main ya udah main sama Bebe. Ya cuma ketemu Bebe malem dioptimalkanlah. Apalagi Bebe udah nggak nonton, nggak dapat deh dialihkan lagi jadi bener-bener harus ditemenin. Kaprikornus salah satu di antara kami akan main sama Bebe sementara satunya ngerjain kerjaan rumah.

🕘 Jam 9-9.30 siap-siap tidur. Terus ya udah leyeh-leyeh, ngobrol sama Bebe, tidur deh. Gitu doang nggak ada tips berarti sih.

Tipsnya cuma satu: nggak usah ngotot rumah harus selalu disapu pel, nggak usah murung liat tumpukan piring kotor, nggak usah stres liat baju belum dilipet. Kalem aja emang ada deadline-nya? Emang bila rumah kinclong tiap hari sesuai KPI terus dapet bonus? Kan nggak. Yang penting main dan ngobrol sama Bebe dan JG, tidur aman, masak aman, baju bersih. Itu kan inti dari kehidupan ini? Hahaha.

Emang ya ada orang yang nggak tahan sama berantakannya rumah. Tapi bila emang kalian nggak tahan MAKA JANGAN NGELUH KALAU HARUS BERES-BERES. Saya nggak tahan sama orang yang ngeluh capek beberes tapi pas dibilang ya udah nggak usah beberes beliau jawab “tapi kesel liat rumah berantakan”.

Yaaa kenapa ngeluh capek atuh? Kan tadi kesel liat rumah berantakan, sesudah beberes kok malah kesel alasannya ialah capek beberes? Asa nggak masuk akal. Dan banyak lhoooo orang begini.

Lebih sebel lagi bila keselnya bawa-bawa orang. “Kenapa saya terus yang beres-beres rumah sih?! Kamu malah leyeh-leyeh doang!” Lha bila nggak mau atau capek beberes ya udah nggak usah atuh ceu. Kenapa harus menggeret orang lain ke dalam dilema elu.

Kalau justru suami yang komplain rumah awut-awutan ya suruh beliau beresin sendiri. Kenapa juga harus kita yang beresin. Kan siang sama-sama kerja. Dan ingat urusan rumah tangga ialah tanggung jawab suami loh ya.

via GIPHY

Tapi bila emang nggak tahan banget liat rumah awut-awutan gitu ya bikin prioritas untuk beres-beres rumah yang niscaya menyita waktu lain. Waktu tidur kan paling? OGAH YAAAA KALAU SAYA SIH. Lebih baik tidur nyenyak usang dengan tumpukan baju belum dilipat dibanding tidur sebentar dengan baju terlipat. Ngantuk dan laper sumber amarah banget loh, dapat bikin berantem.

(Baca: Nggak Usah Nyetrika kan Gerakan Tanpa Setrika)

Karena saya dan JG sih tipe yang kalem banget. Males masak ya udah beli, males basuh piring ya udah besok lagi, males basuh baju ya udah nanti lagi, males nyapu ngepel lipet baju ya udah nanti-nanti aja. Yang penting nggak berantem jadi happy. Daripada rumah rapi tapi akhirnya capek banget dan berantem?

Emang nyaman tinggal di rumah berantakan? Ah udah biasa. Yang penting nggak kehujanan dan kepanasan kan? Makanya dari awal harus terang prioritas kalian apa.

Demikianlah. Berguna nggak? HAHAHAHA. Tunggu goresan pena soal cheat masak besok ya!

-ast-

Detail ►

Beres-Beres Rumah, Setahun Kemudian


Masih inget postingan saya perihal KonMari?

Yang belum baca dapat baca di sini ya: Beres-beres Rumah dengan (Sedikit) Metode KonMari

UDAH SETAHUN LOH ITU TERNYATA. Dan beres-beres rumahnya belum juga selesai. Hahahaha.

Mungkin beres-beres ini memang proses seumur hidup ya. Saya sama JG udah jarang beli mainan dan sesuatu yang nggak penting atas nama lucu belaka. Baju juga udah mayan jarang beli, tapi tetep aja di rumah banyak tumpukan yang usang nggak kesentuh.

Lama nggak kesentuh artinya kan nggak dipake, tapi kok ya nggak buang! Ini niscaya ketulah alasannya saya jikalau beres-beres nggak ngajak ngobrol barangnya lol. Jadilah seminggu kemarin kami mulai beres-beres ekstrem lagi.

Beres-beres biasa: rapi-rapi, yang dirapikan lebih banyak daripada yang dibuang.

Beres-beres ekstrem: buang-buang, yang dibuang lebih banyak daripada yang dirapikan.

Karena nggak punya waktu, beres-beres ini dilakukan sesempatnya malem sebelum tidur. Yang dibuang banyaaaakkkk banget. Termasuk barang-barang yang selama ini saya simpan dalam rangka "properti foto". Apa coba maksudnya, foto juga gitu-gitu doang dan barang-barang itu banyakan nggak kepakenya. Akhirnya semua masuk dus besar dan buang.

Pun tas-tas yang sebenernya udah bosen pake tapi kok ya belum rusak juga sih kan jadi ada perasaan "ah tar mau dipake ah" gitu loh. Padahal entaahhh mau kapan dipake, selama ini juga pake tas itu-itu aja. Masuklah semua ke dalam karung, kemarin dibawa ke Bandung dan serahkan pada ibu saya untuk dihibahkan lagi pada yang lebih membutuhkan.

Terus yang paling bikin pusing sedunia: KERTAS. Apalagi semenjak Bebe preschool ya, tiap hari ada laporan harian makan apa, berguru apa, dll. Setiap minggu, hasil karya si Bebe seminggu itu dibawa pulang ke rumah. Awalnya terharu huaaaa Bebe pahlawan bikin ini itu terus saya simpan baik-baik. Lama-lama pusing sendiri kok ya apa perlu kumembeli satu unit apartemen Meikarta untuk dijadikan gudang demi menyimpan prakarya finger painting Bebe? KAN TIDAK YA.

Akhirnya yang lucu-lucu saya foto aja, terus ya udah nggak seniat itu untuk bikin album sendiri juga. Didiemin di Camera Roll hp aja, nanti sekalian back upnya sama foto Bebe yang lain.

(Baca: Beres-beres Kenangan dengan Google Photos)

Yang tidak mengecewakan dramatis dari beres-beres kali ini yaitu FINALLY ngasih-ngasihin baju Bebe waktu bayi. Saya sih nggak persoalan ya dikasihin, tapi dulu ibu saya bilang gini "jangan lah kan nanti dapat dipake sama adik-adiknya". Itu semua alasannya Bebe cucu pertama jadi semua barang beliau nggak ada yang boleh di-preloved sama ibu saya. Semua barang beliau car seat, mainan, apapun itu, disimpen semua untuk adik-adik sepupu di masa depan yang entah kapan akan lahir.

Tapi kemarin di Bandung, kami iseng buka koper besar isi baju-baju Bebe waktu kecil dan ibu saya mellow. Katanya "kok kasian ya nanti jikalau ada bayi lagi, bayinya gres lahir kok bajunya bekas".

LHA. HAHAHAHAHA.

Akhirnya bubar sudah itu baju pun dikasihin semua. Saya nyimpen satu selimut kesayangan Bebe dan beberapa baju yang masih gemes aja rasanya. Semua piyama, popok, gurita gitu dikasih ke tetangga untuk dibawa ke kampungnya. Ya alasannya kami nggak punya kampung halaman, Bandung itu kampung halaman hahahaha.

Terus nih ya yang nyita tempat, Tupperware dan aneka macam kotak makan yang entah mengapa sering raib sebelah. Antara raib tutupnya atau raib kotaknya. Ya mending hilang tutupnya ya masih dapat dipake, lha hilang tempatnya mau diapain coba? Ya udah karenanya diberi saja salam perpisahan. BUAANGGGG!

Apalagi ya. Oiya piring-piring hias kado nikahan. Nggak banyak sih cuma ya dari nikah hingga kini nggak kami buka pun dusnya. Makara untuk apa? Akhirnya dikasih ke mama mertua. Dompet-dompet saya zaman dulu, yang juga disimpan dengan alasan yang sama dengan tas "belum rusak, nanti buat ganti-ganti" padahal jikalau mau ganti juga saya beli lagi hhhh. CAPEK. BUANG SEMUA.

Apakah rumah sudah kosong? BELUM LOH. Masih tidak mengecewakan penuh, masih banyak niscaya yang masih dapat dibuang.

Pertanyaannya: ngapain buang-buang barang sebanyak itu? Jawabannyaaaa?

KITA TANYA, GALILEO!

*ketaker umur lol*

Ya alasannya satu dan lain hal yang nanti akan saya ceritakan jikalau sudah selesai ya!

via GIPHY


Semoga Seninnya menyenangkan!

-ast-

Detail ►

Pengalaman Ngontrak Di Jakarta (1)

Waktu pindahan kemarin, saya supeeerrrr excited alasannya yaitu akan punya suasana baru. Se-excited itu hingga nggak ngeluh capek atau apa. Packing dengan senang dan unpacking dengan senang juga. Padahal ada kali 10 kali bolak-balik bawa barang pake Karimun dan cuma sekali pake Go-Box.
Baca bab 2:




Pindahan kali ini juga bikin saya mikir, udah berapa kali pindah ya di Jakarta? Makara kini mau iseng dongeng aja kisah-kisah selama ngekost dan ngontrak di Jakarta. Ternyata panjang banget jadi mau saya bagi dua dongeng ya. Pertama dongeng ngekost, nanti kedua dongeng kontrak rumah. Bodo amat jikalau nggak penting dan nggak mau baca, supaya close aja. *ngambek duluan lol*

Pertama kali kost di Jakarta tahun 2011, 3 bulan pertama dibayarin ayah tentunya alasannya yaitu ya fresh graduate ih nggak punya uang. Harga kost-nya Rp 900ribu sebulan sementara honor saya Rp 2,8juta sebulan HAHAHAHA.

Rumah kostnya bagussss, dua lantai dan saya di lantai 2. Rumah baru, full furnished dengan furniture yang juga bagus, mevvah dan nyaman. Kamarnya kecil sih cuma sekitar 3x3 meter persegi, nggak pake AC cuma ada exhaust fan doang. Yang horor yaitu suatu hari saya iseng ngelongok ke balik benteng rumah dan ternyata ada kuburan! Satu makam doang gitu satu nisan terus saya shock banget.

via GIPHY

Ibu kost lempeng aja bilang itu makam bapaknya. TERNYATAAAAA orang Betawi itu emang suka makamin keluarga di halaman ya hahahaha gres tau banget waktu itu. Selain di halaman belakang, banyak juga yang memang punya tanah keluarga khusus buat makam keluarga. Pas pindah ke Rawabelong sih udah nggak serem lagi liat makam alasannya yaitu yaaa, selang 3-4 rumah ada makam keluarga gitu kan.

Tiga bulan di sana, saya memutuskan pengen bayar kosan sendiri, dan mulailah cari kosan yang cocok dengan honor fresh graduate. Dapet kost dengan kamar super gede 5x5 meter lebih kali pokoknya gede banget super dengan harga Rp 500ribu aja!

Wah beneran lah ini good deal banget hingga gres sadar jikalau itu kamar KOSONG HAHAHAHA. Sementara kost sebelumnya full furnished kan JADI INI KASURNYA MANAAAA? Di umur 23 tahun, masih blur ihwal dunia dan segala keribetannya, tak tahu apa itu tagihan dan cicilan, gue harus beli kasur. #firstworldproblem

Kemudian saya beranjak ke Blok M Square untuk nyari kasur. Kalian nggak usah tanya dapet ilham dari mana nyari kasur kok ya ke Blok M? Waktu itu masih pendatang gres di blantika anak kost Jakarta plus belum angin puting-beliung e-commerce/marketplace/Instagram jadi ya mana tau beli spring bed di mana deh? Selain di mana, saya juga nggak ngerti harga dan apakah hal-hal yang perlu diperhatikan ketika membeli kasur?

Beruntungnya saya dipertemukan dengan tukang kasur di Blok M. Saya pilih satu spring bed ukuran 160 harganya Rp 750ribuan. Saya tergetar ingin kasur yang itu secara spesifik alasannya yaitu ... gambarnya Hello Kitty HAHAHAHAHAHAHA. Iya jadi kasur belum dewasa gitu, pink dan Hello Kitty. HEPI!

Waktu berlalu dan kamar kost gede serta kosong bikin pengen beli barang-barang terus. Saya hasilnya beli rak sepatu kayu, beli rak buku, beli kulkas hotel, beli banyak banget barang termasuk satu sofa tiup beli di Ace Hardware yang juga warna pink. Sofa ini yummy banget dipake duduk buat main game gitu dan harus berakhir kempes alasannya yaitu ketusuk bacokan cilok sama adik saya ZZZZ. Tragis sekali nasib si sofa. SEDIH HUHU.

kaya gini tapi pink of course

Kata orang bijak, belum ngerasain kost di Jakarta jikalau belum digusur alias disuruh pindah paksa.

EH KEJADIAN JUGAAA.

Makara suatu hari, ibu kost bilang sambil minta maaf banget jikalau kami cuma punya waktu 10 hari untuk pindah dari situ alasannya yaitu itu rumah UDAH DIJUAL SAMA KAKAKNYA. Ya Tuhan, ternyata itu tanah keluarga dan padahal ibu kost saya bagi-bagi uang kost sama kakaknya dan adiknya (adiknya yang ngurusin jikalau ada apa-apa di kost) EH BLENGCEK DIJUAL SAMA KAKAKNYA. Mungkin kakaknya BU ya sis, alasannya yaitu nongol ngurus kost aja nggak pernah kok ya tau-tau ngejual sepihak.

Untung 10 hari sih jikalau tiba-tiba besok harus mengosongkan kamar coba harus gimana. Temen-temen saya emang pada pernah juga sih digusur gini, JG juga pernah jadi waktu itu rasanya nggak sengsara amat. Asli deh nggak nyampe seminggu sesudah kami pindah, itu kost eksklusif rata dengan tanah dan diubah jadi semacam gudang penyimpanan barang rongsokan. T______T

Akhirnya gerilya lagi cari kosan dan dapet lagi dengan kamar lebih kecil dan harganya Rp750ribu HUHUHUHUHU SEDIH PARAH.

Meski lebih mahal, kost yang gres ini benteng kostnya SEBELAHAN sama kantor jadi selompatan banget jikalau mau ke kantor hahahaha. Sebelumnya jalan kaki 10 menit dan harus nyeberang naik jembatan penyeberangan, ini 2 menit juga nyampe. Nah alasannya yaitu semenjak awal di Jakarta kost selalu deket inilah terpatri dalam benak, jikalau tinggal itu deket kantor ajaaa. Apa-apa ketinggalan nggak stres, nggak kena macet pula.

Di kost ini nggak ada dongeng berarti alasannya yaitu saya sebentar doang keburu ditawarin kerjaan gres di kepingan Jakarta lain. PINDAH LAGIIIII. Dateng ke Jakarta cuma pake Kijang bawa kipas angin dan magiccom, pas pindahan pake kendaraan beroda empat pick up gede hahahahaha *dikeplak konmari*

Kost berikutnya jadi kost terakhir saya. Apa-apaan banget ya, gres 2 tahun di Jakarta, pindah kost kok ya hingga 4 kali. Bukan alasannya yaitu saya nggak betah lho! Keadaan yang memaksaku! *halah*

Kost terakhir ini harganya udah (agak) mahal. Udah (agak) kaya, udah nggak fresh graduate amat gajinya. Kost ini rumah baru, full furnished cuma saya minta kasur dikeluarin alasannya yaitu punya kasur sendiri. Ada exhaust, AC, dan kembali mevvah menyerupai masa-masa dibayarin ayah. WUHUUU. Akhirnya bisa bisa bayar kost cantik sendiri dengan harga ... Rp 1,3juta.

Asli waktu itu saya ngerasa kaya banget deh. Karena kost baru, listrik belum stabil jadi AC belum bisa nyala terus-terusan. Dan untuk pertama kalinya saya ngerasain bayar listrik sendiri!!! BUTUH TIGA TANDA SERU UNTUK MENEKANKAN BAHWA BAYAR LISTRIK MENGUBAH HIDUP!!!

Serius deh, membayar tagihan-tagihan SENDIRIAN mendewasakan kalian. Untuk pertama kalinya harga kost di luar harga tagihan listrik, untuk pertama kalinya beli listrik pake token sendiri. Pada ketika itu tagihan listrik nggak pernah nyampe Rp 50ribu sebulan hahahaha. Sungguh kurindukan masa-masa itu. Sekarang tidak mungkin banget eym tagihan listrik Rp 50ribu sebulan mah.

Di kost ini juga nggak usang alasannya yaitu NIKAH WUHUUUU. Akhirnya dapet duduk kasus yang lebih besar dibanding tagihan listrik yaitu ... nikah. HAHAHAHAHA.

via GIPHY

Apa persamaan dari semua kost itu?

SEMUA NGGAK ADA AC TAPI SAYA BERTAHAN HIDUP DENGAN SEHAT DAN BAIK-BAIK SAJA.

Muka malah lebih kinclong walaupun belum kenal urusan skin care yang menyita pikiran. Oh jikalau itu duduk kasus usia ya, sori deh abis suka ngenes gitu liat muka di umur 20-an awal yang sekinclong itu padahal nggak rajin skin care huhu.

Sekarang hidup tanpa AC rasanya cranky alasannya yaitu ada anak kecil ikutan cranky. Saya beneran nggak ngerti gimana bisa dulu hidup tanpa AC hingga hamil 7 bulan. Hidup bergantung sama kipas angin dan exhaust fan doang ya wooowww niscaya urusannya sama usia lagi sih.

Demikian dongeng kost saya yang entah berfaedah entah nggak. Yang terang satu hal, merantau mendewasakan. Merantau menguji mental. Dari segala urusan ribetnya kost itu, seinget saya nggak pernah sekalipun saya ngeluh ke orangtua. I solved my own problems, ALL OF THEM. Tentu dengan sumbangan pacar dan sobat deket saya yang emang tinggal di Jakarta ya. Tapi poinnya, tinggal jauh dari orangtua, sebisa mungkin nggak perlu ngerepotin orangtua. Takut disuruh pulang soalnya ahahahahaha.

Di bab kedua saya mau dongeng ribetnya cari rumah kontrakan di Jakarta dan gimana caranya jadi pengontrak yang baik. DITUNGGU YA. Senin depan insya Allah. Dalam rangka mau rutin ngeblog lagi nih. Doakan aku! Have a nice day!

-ast-

Detail ►

Pengalaman Ngontrak Di Jakarta (2)

Yang belum baca pecahan satu ayo dong dibaca dulu hahahaha: Pengalaman Ngontrak di Jakarta (1)


Di pecahan kedua ini saya mau dongeng ribetnya nyari kontrakan. Setelah pindah kost 4 kali, saya dan JG kesudahannya mau nikah, dan kami memutuskan nggak mau tetap tinggal di kostan.

Alesannya kurang terang juga hahahaha. Intinya pengen di rumah aja gitu. Kamar kost buat sendiri aja sempit apalagi buat berdua? Nanti jika pengen sendirian, menyendiri ke mana? Kalau di rumah kan dapat terpisah ruangan gitu loh minimal. Sori, saya emang gitu anaknya. Nikahnya belum, mikirin me time-nya udah hahaha.

Kami juga ingin punya dapur sendiri. Dapur kost kan bersama gitu ya, nggak nyaman aja sharing kompor sama orang. Nggak dapat seenaknya lah.

Dua bulan menjelang nikah, kami mulai ngider nyari rumah kontrakan. Cari di tempat Rawabelong alasannya yaitu deket kantor saya. Radius kurang dari 5 km jadi dapat naik angkot (BELUM ADA OJOL!).

KOK SUSAH YA?

Rumah yang dikontrakin sih banyak. Cuma saya banyak maunya juga. Nggak mau ini dan itu, liat lingkungan dan tetangga kanan kiri juga. Nggak mau rumah lama, nggak mau ada pecahan atap yang dari seng (karena panas). BANYAAKKK SEKALI KAMI SURVEY RUMAH. Sampai stres rasanya.

Nah sambil ngider ini udah nyiriin nih satu rumah. Ada 3 rumah kecil dengan bentuk sama persis, tapi pager sendiri-sendiri. Pinggir jalan gede, rumah baru, tetangga kanan kiri yaitu rumah orkay yang gede banget banget banget. Kaprikornus yakin nggak akan rese hahahaha.

Masalahnya satu, mahal. Kami telepon ke bu haji yang punya rumah, dan dia minta Rp2,5juta sebulan. Di tahun 2013 itu mahal loh rata-rata di tempat situ Rp1,7-2jutaan.

Tapi kebanyakan rumah yang cocok itu maunya dibayar kini juga. Lha gimana kan nikahnya masih dua bulan lagi. Bingung banget alasannya yaitu jika nyari mepet takut nggak dapet, nyari dari jauh-jauh hari disuruh bayar pribadi huhu.

Akhirnya kami pasrah. Kami berkunjung ke rumah bu haji yang Rp 2,5juta itu. Kondisinya saya belum pake jilbab ini dan ternyata ini bu haji jilbab panjang plus suaminya itu anak serta cucu kiai terpandang di tempat itu. Saya takut banget nggak dikasih itu kontrakan alasannya yaitu saya kafir, nggak pake jilbab hahahaha.

Berikut kutipan omongan bu haji selama kurang lebih 2 jam:

“Saya nggak akan pernah ngasih kontrakan ke orang non muslim”

dilanjutkan dengan

“Kalau pun orangnya muslim, tapi saya nggak suka, tetep nggak akan saya kasih juga”

via GIPHY

Tapi urusan berkomunikasi serta mengambil hati orang sih JG paling mahir ya. Sepanjang ngobrol itu orisinil kaya wawancara kerja dan kami harus meyakinkan dia serta suaminya agar mau ngasih kontrakan ke kami yang nikahnya masih 2 bulan lagi hahahaha.

Pertanyaannya seputar:

“Orangtuanya haji nggak?” (ALHAMDULILLAH IYA BU)

“Kalian udah pernah umroh?” (ALHAMDULILLAH SAYA UDAH, BU)

“Asli mana? Saya pernah ada yang ngontrak orang Padang dan repot” (ASLI BANDUNG BU, DI JAKARTA NGGAK PUNYA SIAPA-SIAPA)

“Pake bank apa nanti transfer uangnya? Bank Syariah X ya jika bisa” *ternyata si bapak pensiunan bank itu lol*

Plus kami harus dengerin juga dia curhat soal menyesal naro title Haji di KTP alasannya yaitu jadinya susah jika mau naik haji lagi, endebrei, endebrei, semua kami IYA kan dan didengarkan serta direspon dengan baik.

DAN DIKASIH!

Pak hajinya kaya seneng gitu ngobrol sama kami (OH PLEASE WHO DOESN’T?!) dan bilang “udah kasih ajalah sama mereka, kasian nggak punya siapa-siapa di Jakarta”

#win

Satu hal yang kalian perlu tau ya, itu ibu haji ajaibnya di pertanyaan wawancara doang! Lima tahun ke depan saya ngontrak di situ, ibu haji yaitu ibu kontrakan terbaique!

Lima tahun ngontrak, harga nggak dinaikin sama sekali. Kami nggak pernah diresein soal apapun dan kalem-kalem aja. Sampai kami tau dari tukang yang benerin ke rumah, jika bu haji itu baiknya pilih-pilih orang. :)))))

Iya jadi ibu haji ini kontrakannya banyak. Dari yang sejutaan sebulan hingga rumah gede banget 3 kamar yang 80jutaan setahun. Dengan demikian, dia punya tukang khusus yang kerjanya ya mantau rumah kontrakan. Kali-kali ada bocor atau pager rusak atau apa.

Kami mulai sadar, dari 3 kontrakan (kami di tengah), rumah kanan dan kiri itu nggak dikasih mau bayar bulanan sementara kami dari awal nggak diminta bayar tahunan. Plus ternyata salah satu dari mereka, harganya lebih mahal/naik tiap tahun hingga kesudahannya pindah. Wow, kenapa kira-kira?

Kata tukang itu kurang lebih “kalau yang ngontrak nyebelin, bu haji dapat jadi lebih nyebelin. Tapi jika baik gini kaya ke kalian, tandanya kaliannya juga nggak nyebelin”

OH WOW.

via GIPHY

Kalau dipikir-pikir, kami nggak pernah repotin bu haji sama sekali loh. Pager rusak ya benerin sendiri, ada bocor apa yang urusin sendiri, ada apapun yang terjadi sama rumah, ya selesaikan sendiri. Meskipun hingga abis ratusan ribu ya. Tapi kami nggak sedikit-sedikit ngeluh atau lapor. Bayar selalu LEBIH CEPAT, bukan sempurna waktu lagi. Kaprikornus ya, dia mau ngeresein juga ngeresein apa?

Makanya sebelum nuduh ibu kontrakan kalian rese, coba bercermin dulu. Kali kitanya juga rese? Kalau kalian ngerasa nggak rese, ya mungkin kalian emang apes aja ya hahahahaha. Alhamdulillah banget sih saya dapet ibu kontrakan yang nggak rese jadinya betah banget. Hidup jadi damai alasannya yaitu tempat tinggal nyaman.

Demikian dongeng ngontrak rumah di Jakarta, berikutnya mungkin mau dongeng hidup di apartemen kali ya.

PS: Saat Pilkada DKI, gosip pemilik kontrakan hanya pilih pengontrak muslim jadi tenar. Padahal dari dulu emang gitu kok hahaha. Yaaa, hak yang punya rumah ya, rumah juga rumah dia kan. :)

-ast-

Detail ►

Pengalaman Tinggal Di Apartemen

HALAAHHH BARU JUGA DUA BULAN LOL. Cuma rada drastis ini bedanya sama di kost dan di rumah jadi layak satu blogpost hahaha. Maksa bodo amat.


(Baca pengalaman lain selama tinggal di Jakarta: KOST DAN RUMAH)

Apartemen yang kami tempatin kini ini nggak gila sama sekali. Waktu pertama kali pindah ke Jakarta, saya sempet liat-liat beberapa unit studio tapi terus ya mahal dan nggak sedeket itu sama kantor.

Terus ada sodara ayah saya juga yang punya unit di sini terus bermasalah bayarnya dan kesannya dibeli sama ayah. Kaprikornus mayan sering bolak-balik ke sini dan kesannya ya biasa aja. Rame banget terus udah.

NGERASA KAYA GITU KARENA NGGAK ADA RENCANA PINDAH.

Waktu memutuskan pindah ke sini dan pertama liat unit yang akan kami tempati (punya temennya JG btw), saya gres sadar wah kok pintu satu sama lain deket banget ya? Lorongnya kok sempit ya? Ini temboknya kok tipis ya? Kok parkirannya becek dan aspalnya bolong-bolong ya? Kok di taman banyak yang ngerokok ya?

KOK INI GEDUNGNYA TINGGI DAN BANYAK BANGET ADA BERAPA RIBU MANUSIA TINGGAL DI SINI YA? APA NGGAK PADET BANGET! TERUS AGAK PANIK LOL.

Seketika eksklusif mikir “ini apa gue nggak akan serasa punya rumah di gang ya?”

Ternyata iya dan tidak.

Saya seumur hidup nggak pernah tinggal di gang sementara JG sih tinggal di gang banget waktu kecil. Di otak saya tinggal di gang itu berisik, sama tetangga (terlalu) sering papasan, harus banyak senyum sama tetangga jikalau ketemu, endebrei, endebrei. Rada mengerikan untuk ukuran saya yang nggak dapat default senyum gini mukanya.

Kenyataannya orang nggak peduli satu sama lain HAHAHAHAHA I LIKE IT. Sebagai ekstrovert yang suka ngobrol sama strangers tapi malas memelihara hubungan pertemanan, saya suka banget tinggal di sini sebab SEGITU banyak orang tapi nggak peduli satu sama lain.

Macam nungguin Bebe main di playground ya nunggu aja senyum sama sesama ibu-ibu yang nunggu juga terus main HP. Nggak ada urusan kenalan sama si ibu terus janjian playdate berikutnya hanya sebab si Bebe tampak seru main sama anaknya. Nggak ada urusan merasa harus ramah berbasa-basi sebab kita tetangga satu tower. HAHAHAHA.

Terus juga kusenang sebab banyak expat jadi si Bebe terbiasa melihat banyak sekali ras dan main sama anak-anaknya. SUNGGUH KALAU LAGI HALU KUMERASA KAYA DI SINGAPUR LOL. Yang nongkrong di warung kopi itu banyak sekali kebangsaan banget dari kaukasian, orang Arab pake gamis, Cina mainland yang ngomongnya cuma bahasa Cina hingga para Wakanda jualan narkoba (YA TUHAN MAAFKAN KENAPA GUE STEREOTYPING DAN NEGATIVE THINKING AMAT JADI MANUSIA).

via GIPHY

Saking nggak pedulinya sesama manusia, NGGAK ADA CATCALL SAMA SEKALI! Atau ya at least saya nggak pernah denger. Padahal plek tumplek banyak abang-abang nggak terang gitu dan juga banyak cewe-cewe yang bajunya kebuka banget. Kalian di rumah suka pake tank top dan hot pants rumah yang udah kumel dan melar kan? Atau daster tidur yang udah lusuh?

Nah ternyata model baju menyerupai itu dianggap sebagian insan layak dipake ke teras rumah mereka. Nah kebetulan nih di apartemen nggak ada teras kan jadi ya dipake aja di sekitar HALAMAN TOWER DAN KE MALL APARTEMEN HAHAHA. Ingat ya jikalau insan itu beda-beda dan beda itu? TIDAK APA-APA. :)

Karena yang pake jilbab panjang juga banyak. Terus apa jadi negur gitu? Nggak juga. Cuma ada spanduk aja di luar tulisannya “dilarang mengenakan pakaian tidak senonoh”. Sumpah ngakak pas pertama kali baca. Mungkin spanduk itu dipasang sebab jikalau negur eksklusif kok ya bikin berantem, jadi dibutuhkan kesadaran masing-masing aja. Gitulah.

Apalagi ya.

Segalanya ada. Sebut aja mau jajan apa, ada semua. Ke apotek tinggal turun, atm depan pintu banget kebetulan, galon dan gas tinggal WhatsApp eksklusif nongol depan pintu rumah. Yang jualan tajil banyak, masakan melimpah, tukang basuh sneakers ada (PENTING), toko grosir buat beli beras dan telor ada, toko buah ada, APA AJA ADA LAH POKOKNYA.

Apa jadi boros? Kami jadi malah ekonomis lho! Karena jadi jarang ke mall. Semua kebutuhan kini dapat dijangkau dengan jalan kaki. Sungguh love!

Negatifnya satu: berisik. Karena kanan kiri atas bawah kita ada keluarga yang tinggal juga, bunyi dapat dari mana aja. Kalau tinggal di rumah kan bunyi cuma dari tetangga kanan kiri jikalau misal mereka lagi maku dinding gitu misalnya. Lha ini atas bawah kiri kanan serong kanan kiri insan semua kan, ada yang geser dingklik kepentok dinding aja kedengeran.

Sama satu lagi saya rada insecure sebab dulu pintu kost kan selalu pake gembok suplemen ya. Pintu rumah apalagi. Pager digembok, pintu juga digembok. Iya sih dulu nggak punya security yang jaga 24 jam, tapi kini rasanya pintu rumah cuma dikunci aja tuh ….

Ya yang dapat naik dan punya susukan ke lantai kami cuma sesama tetangga satu lantai sih, tapi apa tetangga satu lantai dapat dipercaya? Gini-gini banget nih orang yang punya trust issues huhu.

APALAGI YA.

Udah sih sementara itu aja. Gimana rasanya nggak menjejak bumi? Biasa ajaaaaa. Tapi sekali lagi tolong catat sebab Bebe udah besar dan udah nggak eksplor amat ya. Kalau beliau masih merangkak atau jalan tak tentu arah sih kasian kayanya. Dan kami juga di rumah jikalau malem doang kan jadi ya so far so good.

SELAMAT SENIN SEMUANYA! DOAKAN KAMI BISA TINGGAL DI APARTEMEN PLAZA SENAYAN ATAU PAKUBUWONO RESIDENCE YA. THANK YOU.

-ast-

Detail ►