Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri jangan-dulu-menikah-kalau. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri jangan-dulu-menikah-kalau. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Cut The Carb, Cara Praktis Kendalikan Nafsu Makan

[SPONSORED POST]


Kalau ngomongin berat badan, saya sering dianggap remeh. Sebabnya tubuh saya kecil. Hahaha. Padahal makan saya banyak. Yang sering dianggap jadi biang kerok cuma satu: menyusui.

Iya, ketika hamil, berat tubuh saya hanya naik 10 kilogram. Melahirkan dan menyusui, turunnya 12 kilogram. Malah minus kan. Padahal ketika itu makan saya banyak sekali, dua kali porsi sebelum saya hamil dan melahirkan. Tapi ya tampaknya masuk akal sebab semua demi ASI yang melimpah.

Kini usia Bebe sudah 2 tahun 3 bulan, udah nggak nyusu-nyusu amat. Tau-tau saya timbang tubuh … jeng jeng … naik 3 kilo dari berat sebelum hamil! Ada apa ini?!

Setelah ditelusuri itu ternyata sebab porsi makan saya masih porsi makan ibu menyusui yang harus pumping 3 kali di kantor. Padahal kini saya sudah berhenti pumping, menyusui pun hanya sebelum tidur. Sementara porsi makan saya hampir selalu seporsi penuh ukuran rumah makan padang, bukan rumah makan cepat saji yang sedikit sekali itu hahaha.

Tapi kan saya harus kuat sebab Bebe masih suka digendong. *ALASAAANNN!* *plak*



Saya kemudian sadar bila contoh ini sama sekali nggak bener. Apalagi ada temen kantor yang memang sakit diabetes. Setiap hari makannya nasi coklat dan menjaga sekali asupan gulanya. Sampai-sampai ia bila beli bubble tea itu bukan less ice less sugar kaya saya, tapi no ice no sugar. Itu bubble tea apa sayur sop? *cry*

Apalagi semenjak Bebe mulai makan ibarat orang sampaumur alias nggak lagi makan masakan bayi. Saya selalu pilihkan masakan yang paling sehat untuk dia. Dan yang terpenting, jauhkan dari konsep warung dan jajanan sebab nggak sehat semuaaa.

Kemudian saya bercermin pada diriku sendiri. Kok ya saya jaga makan Bebe sementara saya sendiri nggak jaga makan? Padahal harusnya saya dan JG menjaga makan semoga dapat terus sehat dan main lama-lama sama Bebe kan.

(Baca: Bekal Makan Siang dan Problematika Takut Tidak Dimakan)

Mulailah heboh food combining yang mana nggak bertahan hingga kini hahahahaha. Udahlah nggak perlu tanya alasannya sebab itu sia-sia. Alesan paling mantep sih sebab susah bila nggak bekel sendiri, jajanan di kantin lebih menggoda. lol

Akhirnya saya mencoba cara paling gampang yaitu diet karbo alias memotong karbo. Saya hingga pesen bolak-balik sama JG bila bekelin makan siang itu nasinya dikurangin setengah sebab saya nggak menyusui lagi, nggak butuh kalori sebanyak itu lagi.

Sebenernya buat yang nanya kenapa saya kurus, itu sebab makan saya juga nggak jorok-jorok amat sih. Jajan gorengan nggak pernah, menggoreng sendiri di rumah pun jarang sekali. Snack berisi angin belaka atau biskuit gitu juga jaraaangg banget. Sarapan udah bertahun-tahun nggak pernah karbo, antara buah atau yogurt plus muesli. Makan siang dan makan malemnya itu loh yang suka nggak ketahan.

Ini bekal makan siang saya ahad lalu. NASINYA SEGITU HUHU padahal sebelum hamil mah nggak pernah habis nasi segitu. Plus tumis daging dan terong panggang ala-ala Tasty lol. Yang kecilnya itu yogurt tertutup muesli.



Ini bekal makan siang saya sekarang. Sarapan melon, nasi plus omelet tofu keju dan kembang kol kukus. Karbonya jadi setengah! Masih laper nggak tiba-tiba nasi berkurang setengah? Nggak dong sebab plus makan SOYJOY dua jam sebelum makan. Dan SOYJOY dimasukin microwave itu yummy banget gaes. ASLIIII.

Saya gres tau SOYJOY dapat dimasak dulu sebelum dimakan. Lah sebelumnya nggak ada yang pernah bilang atau ngasih tahu! Iseng pas buka bungkus kok di belakang ada keterangan cara penyajian. Dimasukin ke microwave katanya 10 detik. Dicoba masukin semenit terus saya lemes sebab enaknya kebangetan, kaya brownies loh serius. Coklatnya leleh.

Dan tentu saja sebelumnya saya meremehkan, apaan nih cuma sepotong kecil gini gue mana kenyang? Kemudian masukin microwave 2 kafe SOYJOY. Baru dimakan satu setengah aja ternyata udah kenyang banget. Kaprikornus satu aja cukup sih bila saya mah.


Terus pas kemarin dateng ke program Lunch with SOYJOY, hebat gizinya mbak Seala Septiani M.Gizi menjelaskan bila dalam satu hari bersama-sama insan dengan body mass index ideal (tidak kegemukan) hanya butuh karbohidrat sekitar 1,5 mangkok nasi sehari. Lebih dari itu sudah dapat menjadikan kegemukan dan diabetes loh. T_______T

Kaprikornus ya pilihannya yaitu makan siang dengan nasi setengah porsi plus makan malam dengan nasi satu porsi atau sebaliknya. Makan siang full satu porsi, makan malam setengah. Saya sih pilih makan siang setengah dan makan malam full sebab nggak tahu, lebih lapar malam daripada siang sih.

Tapi kan laper kak, bila makan nasinya sedikit?

Percayalah itu hanya sugestimu belaka, dek.

Iya faktor kebiasaan juga besar lengan berkuasa loh. JG buktinya, dulu bila makan nasinya niscaya dua porsi. Sekarang dapat banget satu porsi, berat badannya turun 13 kilogram dari pas nikah hingga sekarang.

Nikah kan harusnya bikin gemuk bila buat cowok? No, bila kau gemuk sehabis menikah itu bukan tanda bahagia, itu tandanya kau dan istri nggak dapat menjaga contoh makan dan kurang mengingatkan satu sama lain untuk hidup lebih sehat. :)

Dan yang dimakan sebelumnya juga besar lengan berkuasa loh sama porsi makan kita selanjutnya. Sarapan buah dan sarapan bubur misalnya, pas makan siang rasanya niscaya lebih lapar bila kita sarapan bubur. Ya sebab buah dicernanya pelan-pelan, jadi energinya muncul pelan-pelan. Beda sama bubur yang kalorinya tinggi, cepat jadi gula dalam darah, kesudahannya cepet bikin laper lagi.

Masih ragu untuk diet karbo?

Coba dulu dong ah. Dibantu SOYJOY 2 jam sebelum makan. SOYJOY ini terbuat dari kedelai yang dapat menjaga gula darah tetap stabil dan nafsu makan pun jadi berkurang. Makan nasi setengah pun tetap kenyang. Kedelai juga kaya serat dan protein, masakan yang kaya serat dicerna lebih santai oleh tubuh jadi nafsu makan pun kembali lebih lama. Gluten free juga loh!

Dan ternyata bukan cuma saya yang niat berubah hidup lebih sehat sehabis punya anak. Ringgo Agus Rahman dan Sabai Dieter juga demikian. Mereka jadi hidup lebih sehat sehabis Bjorka lahir.

*Btw saya ngefans banget sama mereka hahaha. Selalu nggak sabar nonton YouTube Pesan untuk Bjorka plus follow banget Instagram mereka yang feed-nya bikin iri sebab fotonya bagus-bagus.*

Jangan lupa follow juga Instagram @Soyjoyid untuk info mengenai healthy lifestyle.

Yuk kurangi karbo dan hidup lebih sehat!

-ast-

Detail ►

Karena Menikah Bukan #Lifegoals

Tidak menikah dan bercerai yaitu pilihan. Jangan menghakimi orang yang tidak menikah, juga orang yang menentukan berpisah dengan suami atau istrinya. Karena menikah bukanlah #lifegoals.


Saat remaja, yang ada di bayangan saya soal konsep menikah hanya seputar pesta pernikahan. Ingin menikah di hutan, ingin wedding dress selutut menyerupai yang digunakan Han Ji Eun di serial Full House, ingin pake Dr Martens untuk menikah. Tidak pernah khawatir soal kehidupan ijab kabul itu sendiri.

Beranjak kuliah dan dewasa, saya mulai bertanya-tanya apakah menikah sama dengan senang selamanya? Bagaimana kalau saya ingin sendirian sementara harus satu rumah terus dengan suami?


Itu twit saya tahun 2010. Itu yaitu titik di mana saya mulai sadar kalau menikah harus dengan orang sempurna atau lebih baik tidak menikah sama sekali! Saya mulai sadar kalau tidak menikah dan bercerai yaitu pilihan. Saya berguru tidak menghakimi orang yang tidak menikah dan juga tidak memandang sebelah mata orang yang menentukan berpisah dengan suami atau istrinya.

Menikah, tidak menikah, tetap menikah, dan berhenti menikah itu sebenar-benarnya pilihan.

Dan sebalnya, urusan menikah ini lebih rempong untuk perempuan. Masih banyak wanita yang ditanya kapan nikah padahal usia gres 20 tahun. Umur 25 jadi deadline menikah, laki-laki masih mending, deadlinenya biasanya di umur 30. Pertanyaan "kapan nikah?" jadi pertanyaan wajib untuk semua orang, padahal siapa bilang semua orang HARUS dan MAU menikah?

Kamu menentukan untuk menikah sekarang, kau menentukan untuk menikah nanti. Kamu menentukan untuk menikah dengan dia, kau menentukan untuk tidak menikah dengan ia dan menunggu laki-laki yang kau anggap lebih baik. Kamu kesudahannya menentukan untuk tidak menikah. Semua ihwal pilihan.

Maka saya agak kecewa dengan goresan pena yang mengutip buku Henry Manampiring (dikenal sebagai @newsplatter di Twitter) berjudul Tips Dapat Jodoh dari Henry Manampiring untuk Perempuan Pintar yang Sulit Dapat Pasangan.

Perempuan yang dimaksud di artikel itu yaitu para wanita alfa atau alpha female, wanita yang secara natural biasanya bakir dan berjiwa pemimpin.

Artikelnya panjang, saya tidak tahu apakah bukunya memang berisi kalimat-kalimat di bawah ini atau ini penafsiran dari penulis artikel. Mind you, goresan pena saya ini juga akan panjang.

Artikelnya kurang lebih berisi bahwa alpha female biasanya terlalu berpengaruh dan kurang peka sehingga sulit menikah. Masalahnya ada kalimat-kalimat yang menyiratkan seolah tujuan hidup semua orang yaitu menikah, seolah kalau kau wanita bakir dan tidak menikah maka kau harus berubah! (kalimat dari artikel orisinil saya tulis miring).

Ketika kau berhasil menawarkan sisi aktual dari kerja kerasmu, percayalah bahwa lelaki niscaya akan tertarik.

Perempuan bakir dan mahir katanya sering 'ditakuti' oleh laki-laki sehingga sulit mendapat pasangan.

Dan meminta para wanita ini untuk “menurunkan” kriteria laki-laki idaman supaya cepat sanggup pasangan. Juga ihwal laki-laki yang terintimidasi alasannya kelebihan-kelebihan yang dimiliki sang alpha female. Aku kok sedih. Kenapa semua dilakukan demi laki-laki? T______T

Jangan terlalu pemilih. Sebagai wanita yang hebat, masuk akal bila kau mempunyai kriteria yang tinggi. Tapi, bukan berarti kau berkeras untuk mendapat sang alpha male semoga kau dan ia tampak serasi.

Kalimat ini serupa pembenaran atas kalimat orang “makanya jadi wanita jangan pinter-pinter amat nanti susah sanggup laki”. Hih!

Seperti yang jutaan orang lainnya juga mengamini, menikah sama sekali bukan prestasi. Kalian hanya kebetulan bertemu satu orang yang bersedia saling merecoki satu sama lain seumur hidup, menyamakan prinsip hidup, dan tinggal bersama. Makara alasannya kau menikah bukan berarti kau lebih superior dari orang yang belum menikah.

(Baca: Jangan Dulu Menikah Kalau ...)

Karena banyak loh yang pengen buru-buru lulus kuliah biar sanggup nikah, like hellow? Lulus kuliah biar sanggup punya ilmu yang berkhasiat buat orang lain aja gimana?

Percaya nggak sih, menikah itu cuma persoalan timing. Kalau hidup kau standar begini nih ya, kau pacaran dari SMA, kemudian putus. Kamu pacaran ketika kuliah kemudian putus juga. Kamu pacaran ketika kerja kemudian putus dengan alasan “belum siap nikah” atau ia menduakan sama bosnya, endebrei endebrei.

Kemudian kau punya pacar lagi di umur deadline menikah. Keluarga kau yang sebelumnya tidak peduli jadi mulai peduli ia kerja di mana, gajinya berapa, latar belakang keluarganya bagaimana. Kamu jadi pribadi merasa ia “the right one” padahal cuma alasannya “oh kini waktunya gue nikah deh, sepakat deh nikah sama dia”.

LAH IYA KAN PACARANNYA SAMA DIA.

Bisa juga kau jadi merasa “oh kini waktunya gue nikah ya, tapi duh nggak deh nikah sama dia, putus deh”. Diputusin alasannya kau merasa sudah waktunya kau menikah dan kau nggak mau buang-buang waktu sama dia. See, it’s all about timing!

Kembali ke urusan alpha female yang bikin takut laki-laki.

Saya tidak sepakat dengan artikel itu yang bilang cari jodoh lebih susah untuk wanita kuat. Bok, cari jodoh mah emang susah. Nggak peduli itu wanita karakternya apa.

Alpha female ini biasanya masih kuliah (lagi), punya bisnis yang sedang berkembang atau sedang di puncak karier ketika usia menikah maka mereka menunda menikah alasannya sedang semangat sekolah atau semangat bekerja. Apa itu salah? Ya nggaklah, itu kan pilihan.

Mereka ini banyak kok, saya ulang ya BANYAK yang kesudahannya menikah di usia 30 sekian. Sekolah sudah selesai, karier sudah mantap. Makara nggak valid sama sekali kalau bilang alpha female susah menikah.

Banyak juga yang menikah sambil tetap kuliah dan berkarier. Banyak wanita yang saya kenal menentukan menikah sambil kuliah dan berkarier alasannya kenapa tidak? Orang-orang ini yang sanggup kerja di siang hari, kuliah ketika weekend, SAMBIL HAMIL. Sering kan denger wanita mahir menyerupai ini?

Tapi memang banyak juga yang menentukan tidak menikah DULU alasannya ingin fokus di hal lain. Banyak juga yang menentukan TIDAK menikah alasannya memang tidak mau seumur hidup harus berdiskusi dengan orang lain soal pilihan-pilihan hidup.

Makanya saya geleng-geleng kepala dengan artikel itu alasannya kenapa ada kesimpulan kalau para alpha female ini harus menawarkan sisi aktual dari kerja keras AGAR LELAKI TERTARIK? Kenapa juga harus menurunkan kriteria laki-laki idaman SUPAYA CEPAT MENIKAH? Kenapa semua jadi dilakukan demi laki-laki?

Kalau kau alpha female dan ingin menikah, saya sepakat dengan bab memperluas bulat pertemanan dan introspeksi diri. Karena mau kau alpha female atau bukan, memperluas networking dan memperbaiki diri mah nggak ada salahnya. Walaupun juga, kau bukan sedang cari jodoh.

Iya betul, alasannya alpha female sulit menikah hanyalah stereotype. Ketika wanita bakir sulit menikah maka orang usil akan berkomentar “kepinteran sih makanya susah nikah”. Tapi ketika ini wanita nggak pinter-pinter amat, kariernya nggak bagus-bagus amat belum menikah juga, komentarnya ganti “makanya jangan pilih-pilih amat lah, jadinya susah nikah kan”.

Dan komentar menyerupai ini kan terjadi pada semua orang, cuma modelnya saja yang berubah. Kalau menikah pun nanti akan dikejar “ayo cepet punya anak keburu bau tanah loh” udah punya anak satu disuruh punya anak kedua. Udah punya anak kedua masih direcoki “dih anaknya dititipin pembantu kok nggak malu”. Udalah.

Perempuan, menikah atau tidak menikah. Sedang menikah atau sudah selesai menikah, tidak ada bedanya. Mereka tetap sanggup bekerja dan berkarya, tetap sanggup menciptakan bangga. Yang beda hanya judgment dari masyarakat.

Lagipula, MENIKAH ITU MEMANG HARUS PILIH-PILIH, pemirsa. Menikah dengan orang yang tidak sempurna hanya akan bikin kau stress, percayalah.

(Baca: 30 Hal yang Harus Didiskusikan Sebelum Menikah)

Menikah bukan #lifegoals. Daripada menurunkan kriteria hanya demi status menikah, cintai diri kau sendiri, buat dirimu bahagia, ikut komunitas hal-hal yang kau sukai, keliling dunia, cek bucket list, bungee jumping di Macau tower, diving di bahari terdalam, jadi volunteer orangutan, ciptakan hal baru, kuliah di kampus terbaik di dunia, bekerja lah di perusahaan terbaik dunia.

Jangan mengubah diri dan menjauhkan harapan demi laki-laki. Kalau kau berubah demi laki-laki dan menikahinya, belum tentu kau lebih bahagia. Karena laki-laki yang cocok buat kau yaitu laki-laki supportive yang tidak minder apalagi membatasi. :)

Satu hal lagi, jangan gampang terpengaruh omongan orang lain.

"Turns out, real life is a little bit more complicated than a slogan on a bumper sticker. Real life is messy. We all have limitations. We all make mistakes. Which means―hey, glass half full!―we all have a lot in common. And the more we try to understand one another, the more exceptional each of us will be." -- Judy Hopps, Zootopia Police Department. 
-ast-

PS: untuk pembaca baru. Ya, saya menikah dengan satu anak. :)

Detail ►

Mengurangi Intrik Rumah Tangga


AHEY JUDULNYA LOL

Tahun depan akan jadi tahun ketiga saya dan JG menikah, tahun kelima sama-sama. Gila sih ya ternyata serumah sama orang yang sama bertahun-tahun itu. 😂

Kalau orang liat kami dari luar sih ya semenjak dulu komennya selalu "seru banget sih kalian", "kalian mah jodoh banget udalah", things like that. Dikata kami ketawa-tawa mulu tiap detik, nggak berantem.

YA BERANTEM LAAHHH. Nggak berarti alasannya yakni kami bego-begoan terus jadi bukan manusia. 😂

Kalian kalian yang belum nikah, pas pacaran berantem itu problem yang sungguh cemen kan. Seperti:

"Kamu kemana sih seharian nggak dapat ditelepon?" --> kerja bro kerja.

"Main futsal aja sama temen-temen kamu, saya mah bukan prioritas di hidup kamu" --> padahal udah seminggu bareng-bareng.

"Kamu kok dari tadi nggak dengerin saya ngomong!" --> alasannya yakni cowoknya lagi parkir dan pemuda sampah banget soal multitasking.

"Terserah!" --> artikan sendiri. 90% berujung ceweknya ngambek lol.

(Baca: Cerita JG yang posesif pas pacaran)

Pas udah nikah? Berantem alasannya yakni hal yang LEBIH CEMEN LAGI DONG tentunya. HAHAHAHAHAHA

"Buka pintu dapat pelan nggak sih? Bebe berdiri kan!" --> dengan bunyi yang lebih kenceng dibanding bunyi pintu

"Kaos kaki kenapa awut-awutan gini sih!" --> sendirinya jilbab awut-awutan di mana-mana

"Sayang, kaos kakinya anyir kenapa sih masih dipake juga!" --> katanya sayang tapi marah-marah lol

DAN RATUSAN HAL CEMEN LAINNYA.

Dari urusan pencet odol hingga piring kotor. Peres baju gimana caranya, jemur baju itu begini loh, taro kabel ya digulung. Charger saya jangan dipake saya mau ngecaassss! Celana kau bau! Baju kau kusut ganti dulu lah telat dikit biar! Ya salah sendiri bangunnya siang kok telat pergi nyalahin aku!

WE COMPLAIN AND COMPLAIN AND COMPLAIN UNTIL WE DON'T GIVE A SHIT ANYMORE.

Iya, alasannya yakni berantem itu capek. Teriak itu butuh energi banyak.

Dan apa gunanya teriak jikalau kita toh masih mau ada ia buat dikuwel-kuwel. Buat jadi #instagramhusband. Buat dimintain bawain tas alasannya yakni harus gendong anak. Buat dimintain tolong masakin Indomie. Buat dibawelin setiap saat. Buat dicolek-colekin supaya sebel lol.

Kurang-kurangin berantem sama suami, gaes. Kalau sama pacar mah biarin aja, sekalian ngetes endurance ia lolol.

Makara ya pada dasarnya tiga tahun menikah ini saya mencar ilmu banyak nahan emosi. Indikatornya jikalau mengandung hal-hal di bawah ini, jangan diucapkan apalagi diteriakkan.

1. nggak penting dan nggak berfaedah
2. NGGAK MENGUBAH KEADAAN
3. sekiranya menyakitkan

Makara misal sama-sama berdiri telat. Bisa aja kan dibikin berantem model "kamu sih nggak bangunin aku!" dibalas dengan "ya kau juga nggak denger alarm kamu!" Blablabla. Kalimat itu mengandung ketiga indikator di atas.

Tidak penting dan tidak berfaedah alasannya yakni tidak mengubah keadaan. Tentu menyakitkan alasannya yakni ada satu pihak yang disalahkan padahal bukan salah dia. Mau teriak hingga bego juga tetep telat kan jadi ngapain deh berantem segalaaaa?

Kalau saya dan JG misal berdiri jam 7.

saya: "yah jam 7 nih sayang"

JG: "yah telat deh"

end

Udah telat mobilnya mogok.

JG: "YAAHHH KOK NGGAK NYALA MOBILNYA"

*sensitif alasannya yakni jikalau saya nadanya naik atau terkesan menyalahkan, maka akan terjadi pertengkaran yang tidak perlu dan buang-buang waktu*

saya: "jadi naik grab kita?"

JG: "ok"

end

❤️

Kalau salah satu ada yang salah dan menciptakan yang satunya marah? Yang murka boleh murka tapi yang salah sebisa mungkin TIDAK BOLEH MARAH. Meskipun yang salah kelewatan gitu contohnya ya udalah terima aja.

Karena mau ikut murka juga tidak mempunyai kegunaan gaes. Hanya akan memperbesar kobaran peperangan. Ujungnya tetep yang salah harus minta maaf kan. Di sini ego dipermainkan banget apalagi buat alpha female kaya saya, diomelin dikit berasa harga diri terinjak-injak HUAAAA RASANYA PENGEN IKUT NGAMUK JUGA. 😪

Tapi ya udah kan saya yang salah, sebaiknya yang salah harus lebih tenang, jawab dengan kaleum *meskipun jikalau saya biasanya saya udah nangis lol* Berusaha aja masukkan pikiran positif bahwa he didn't mean it, he's just angry and not showing his true self.

Kalau saya yang murka JG lebih annoying lagi sih. "Iya iya maaf ya geulis bageur aduh jikalau murka tambah manis waawww"

🙅🏻🙅🏻🙅🏻

Makara ya, begitu. Baru berasa banget jikalau lebih toleran berakhir dengan hidup berdua yang lebih damai. Meskipun ya terima aja rumah berantakan, piring kotor numpuk, itu bukan hal yang harus diberantemin. Maklum no mbak no nanny.

"Kamu nggak mau basuh piring? Aku juga nggak" PASS. Besok lagi aja.

"Kamu nggak mau basuh baju? Aku juga. Ayo kita laundry" SOLVED

"Kamu nggak mau masak lagi? Aku juga. Oke kita katering" SOLVED

Gampang kan?

(Baca: Tips Survive Tanpa Mbak dan Nanny untuk Ibu Bekerja)

Dan yes, marah-marah itu lebih mungkin terjadi ketika capek. Salah satu capek atau dua-duanya capek. Makanya jangan banyak komplain jikalau salah satu maunya tiduran terus sambil main hp. Main hp di kasur sama-sama juga termasuk quality time kok, jangan percaya majalah yang bilang quality time cuma pillow talk atau traveling bareng.

Satu lagi, jangan saling menyalahkan jikalau urusan anak alasannya yakni itu menyakitkan. Misal anak jatuh, jangan nyalahin istri lah alasannya yakni istri juga nggak mau itu anak jatuh. Kasihan banget saya sering baca curhat ibu-ibu yang disalahin suami alasannya yakni anaknya kenapa-napa. Nyalahin itu memang simpel mabrooo. Coba aja urus anak sendiri. Urusan anak prestasi bapaknya yang bangga, anak badung ibunya disalahin itu memang masih banyak terjadi. Kalau JG gitu mungkin saya sudah kabur dari rumah huft.

Kalau masalahnya besar? Ini saya nggak berani kasih saran lah, siapa saya ini umur aja belum 30 *heyak bawa-bawa umur*. Cuma ya, apapun itu, air cuek lebih bikin adem daripada air panas. Bicara dengan kepala cuek akan lebih tenang dibanding dengan kepala panas.

*

Intinya jangan simpel kebawa emosi. Karena perkataan menyakitkan dapat dilupakan, tapi bukan berarti tidak dapat diingat kembali.

Have a good day, luv! Yang punya tips mengurangi intrik-intrik rumah tangga boleh juga loh di-share! :D

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Penyesalan Dalam Hidup


Makara ya, hidup nggak selalu berjalan kaya yang kita mau kan ya. Ada penyesalan-penyesalan yang bila dipikirin, wow menyita waktu. Sedih, dan ya bikin kecewa.

Padahal disesali juga buat apa sih sebenernya mah. Nggak mengubah apapun. Cuma bikin bete aja kan. Kaya ada temen yang nyesel banget kenapa nggak terima lamaran cowoknya dulu, kini si mantan jadi kaya raya, istrinya cantik, anaknya lucu, rumahnya Instagramable, hidupnya sempurna. If only that was me, pasti gitu kan mikirnya.

Baca punya Nahla:

Padahal yeee, hidup si mantan tepat alasannya ialah beliau nikah sama istrinya itu loh. Mungkin juga beliau jadi kaya alasannya ialah justru nikah sama si istrinya kini bukan sama temen saya. Anaknya juga lucu alasannya ialah istrinya elok hahahaha. Tapi iya kan. 😂😂😂

Kalau dari saya, ada sedikit penyesalan kenapa dulu nggak ngotot kuliah di luar negeri atau minimal student exchange lah hahahaha. Nyesel sedikit aja sih alasannya ialah dulu kan nggak semudah kini info-infonya. Beda banget lah, zaman kini student exchange di kampus saya aja banyak banget jadwal dan negaranya, dulu mah nggak ada.

Selain itu, nyeselnya jadi sedikit aja alasannya ialah dulu juga saya memang menjalani yang terbaik dengan sangat smooth, saya lulus SPMB hanya dengan satu pilihan (tidak menentukan pilihan kedua alasannya ialah saya hanya mau kuliah jurnalistik). Lulus cum laude, dapet kerja yang menyenangkan, hingga sekarang.

Tapi namanya insan ya bila nggak ngeluh itu rasanya kurang hahahaha. Soalnya ngeliat temen-temen yang kuliah di luar negeri ih kerjanya lebih bagus, mereka jadi punya nilai plus dibanding kami yang cuma kuliah Indonesia. Nggak usah protes atau denial, ini kenyataan kok. Banyak perusahaan yang jelas-jelas menulis mengutamakan overseas graduate. Yayaya. Tampak tidak adil tapi ya sebenernya fair sih, suka-suka mereka lah lol.

Satu penyesalan lagi gres terjadi beberapa bulan lalu. Intinya saya menolak proposal interview dari perusahaan digital yang selalu dianggap 'Tuhan' untuk base Singapur. Iya emang gres proposal interview doang sih belum tentu keterima banget, masih jauh perjalanan. Tapi gilanya adalah, saya jadi menyesal menikah dan punya anak terlalu cepat.

(Baca: Cita-cita yang Tertunda alasannya ialah Anak)

Soalnya saya nggak mungkin kerja di luar negeri tanpa JG. JG mah mau-mau aja keluar kerja alasannya ialah harapan beliau ialah stay at home dad tapi sayanya yang nggak mau. Nanti saya niscaya cuma ketemu Bebe sebentar, nggak mungkin saya kerja 9-5 kaya sekarang. Lagian karier JG di kantor yang kini bagus, semua akomodasi bagus, asuransi, bonus semua aman, masa resign gitu aja? Saya nggak mau. Terlalu banyak yang akan hilang, dan yang terberat ialah memikirkan waktu-waktu saya bersama Bebe.

Saya kini seneng banget kerja 9-5 dan sama Bebe usang sekali. Jemput Bebe di daycare, main sepeda, main mobil-mobilan di perosotan (don't ask how), atau sekadar tengkurep nonton film bareng-bareng. Itu hanya mungkin bila saya kerja di kawasan yang jam kerjanya pasti.

Jadinya nyesel banget, coba bila belum nikah, coba bila belum punya anak. Satu hal yang bikin saya bertahan, saya lebih baik menyesal alasannya ialah tidak dapat kerja di sana dibanding menyesal alasannya ialah tidak memakai waktu saya sebaik mungkin bersama Bebe.

Tapi tetep, saya nangis dan ngelamun terus sekitar 2 minggu, tiap perjalanan pulang dari kantor itu di kendaraan beroda empat ngelamun aja terus. Malem-malem nangis. Nangis terus hahaha. Ya mending nangis sih daripada ditahan-tahan juga buat apa. Emosi itu harus dirilis gaes biar nggak jadi jerawat. Duh. Nggak heran saya nggak pernah jerawatan ya hahahaha.

Mungkin saya bukan ibu yang baik, bukan ibu ideal yang selalu terobsesi masakan organik dan hygienis, tapi saya selalu ingin lebih usang dengan orang-orang yang saya sayang. Bebe udah niscaya lah. Selain itu saya juga selalu ingin lebih usang sama JG, untuk ngobrol di kendaraan beroda empat dan ketawa-tawa. Maka kini saya lebih sering menunggu JG di daycare biar dapat pulang bersama, kadang hingga jam 7 malam gres JG tiba alasannya ialah yah, macetlah apalagi. Tapi dibanding ngobrol sama driver GrabCar, mending nunggu aja biar.

Emang dapat kaya gitu bila hidup kami nggak menyerupai sekarang? Belum tentu kan?

Intinya ... harus pake pada dasarnya nggak nih? lol

Ya intinya, percayalah hidup yang kita jalani kini itu ialah yang terbaik maka kita harus melakukannya dengan baik. Move on! Jangan biarkan kekecewaan memengaruhi hidup yang kita jalani kini alasannya ialah itu kemungkinan akan berakhir dengan kekecewaan yang lain.

Life isn't some cartoon musical where you sing a little song and all your insipid dreams magically come true. So let it go. - Chief Bogo, Zootopia Police Department

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Menikah Dalam Satu Kata


Begini, menikah sama sekali bukan hal sederhana. Apalagi harus merangkumnya dalam satu kata.

Tapi bagi saya ada satu kata. Kata ini sungguh selalu menciptakan saya tersenyum dan kadang menarik napas berat. Ya, menikah itu bukan hal yang ringan. Meskipun juga tidak berat.

Baca Menikah dalam Satu Kata berdasarkan Nahla

Saat masih anak-anak, menikah sesederhana punya keluarga. Menikah yaitu tiba ke pesta ijab kabul om dan tante kemudian tak usang mereka punya anak yang jadi sobat bermain kita. Hai para sepupu!

Beranjak remaja, definisi menikah mulai jadi sedikit rumit. Baru kenal dengan jatuh cinta, menikah yaitu hidup berkeluarga dengan orang yang kita pilih. Mulai juga menyadari kalau ada yang berhenti menikah alasannya yaitu banyak hal. Ayahnya jahat kabur dari rumah, ibunya tega sekali mau bercerai padahal tidak bekerja, kasihan anak-anak. Ya, kasihan anak-anak. Anak-anak itu, teman-teman kita dulu.

Dulu. Sekarang tentu tidak, saya tidak pernah mau judge orang menikah, belum menikah, tidak menikah, atau berhenti menikah. Belum punya anak atau tidak mau punya anak. Siapa yang jahat siapa yang salah.

Semua orang punya pilihan sendiri tapi ketika pilihanmu menikah, tak sanggup dihindari ada sebagian hidup yang berubah. Sebagian menjadi lebih kasar alasannya yaitu membangun keluarga butuh semangat luar biasa. Sebagian menjadi lebih malas alasannya yaitu untuk apa lebih semangat kalau leyeh-leyeh pun bahagia? Kalau tanpa bergerak dari kasur pun sarapan sudah siap sedia? *MAKASIH LOH SUAMIKU* lol

(Baca: Menikah Bukan #lifegoals)

Makara di usia saya yang ke-28, sudah tiga tahun menikah, apa satu kata yang sanggup merepresentasikan pernikahan?

KOMPROMI. COMPROMISE. COMPROMETTRE.

Yang terakhir bahasa Prancis. Just because. Google translate kok tenang aja. Artinya sama kok.

*skip*

kom.pro.mi
[n] persetujuan dng jalan tenang atau saling mengurangi tuntutan (tt persengketaan dsb): kedua kelompok yg berselisih itu diusahakan berdamai dng jalan -- source 

Ya apalagi untuk alpha female menyerupai saya, konsep ijab kabul yang sungguh patriarki itu really, super hard. Oke menikah BISA tidak patriarki tapi para suami naturalnya ingin jadi memimpin. Mungkin alasannya yaitu semenjak kecil dibesarkan dengan pria harus berpengaruh (oh well wanita JUGA), pria harus sanggup mengambil keputusan (IYA DAN PEREMPUAN JUGA). Laki-laki harus begini harus begitu yang padahal harus sanggup dilakukan semua manusia. Tidak peduli pria atau perempuan.

Padahal saya sudah menikah dengan JG yang well, cukup feminis untuk ukuran suami Indonesia. Kami tidak menggunakan konsep kiprah istri atau kiprah suami alasannya yaitu menyerupai yang JG bilang sendiri, ia mencari istri bukan mencari pembantu.

Jangan tersinggung dulu, kalau kalian istri-istri yang sukarela melayani suami sih ya ahli lah. Dan suami kalian harus appreciate itu, dengan beliin tas gres tiap bulan contohnya 😂 Ya atau beliin apalah yang kalian suka.

Konteks "pembantu" di sini yaitu suami-suami yang mau enaknya aja. Misal istrinya kerja, istrinya juga yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, diizinkan pake pembantu tapi istrinya yang disuruh bayar honor alasannya yaitu pekerjaan rumah kan pekerjaan istri! Udah gitu anak mulai usia sekolah istrinya juga yang harus antar jemput. Suami-suami keterlaluan menyerupai ini loh yang kami maksud dengan "hanya ingin dilayani".

Tapi tetap saja, sudah menikah dengan orang yang saya pilih sendiri pun tetap ada hal-hal yang menciptakan saya merenung dan berpikir "kenapa menikah sesulit ini? kenapa dulu gue pengen banget nikah sih?" 😂

Apalagi saya bekerja. Alpha female senang bekerja dan menikah itu nggak sanggup diwakilkan dengan kata selain kata kompromi. Paling sederhana, saya dan JG sama-sama harus lembur. Siapa yang harus jemput Bebe? Saya.

Sungguh saya masih ingin kerja juga! Tapi ya, saya menyerah dengan suka rela dan pulang lebih cepat untuk menjemput Bebe. Kalian sanggup bilang "iyalah lo ibunya!" Lha JG juga bapaknya, apa bedanya?

Dan banyak hal lainnya. Yang masuk akal bahwasanya alasannya yaitu kami dibesarkan dengan cara berbeda, melewati dua puluh sekian tahun dengan cara berbeda, sebelum balasannya bertemu dan tetapkan membuatkan pengalaman bersama. Meski 90% kami melihat duduk masalah dengan cara sama, ada 10% nya yang benar-benar berbeda dan itu sedih.

T________T

Saya dan JG jarang sekali berbeda pendapat. Jaraaaanggg sekali. Kebanyakan dialog kami "iya ya? iya juga, iya sih, iya emang ya" makanya kalau tiba-tiba ada yang beda atau nggak oke tapi prinsipil itu ujungnya hampir niscaya berantem. Kalau nggak prinsipil paling lewat doang kan "nggak ya? berdasarkan kau nggak? okay"

Tapi kalau prinsipil. Sedih.

T________T

Saya berguru untuk membisu dan menerima. Saya berguru untuk tidak membahas hal-hal kurang penting. Saya berguru untuk menyadari sepenuhnya bahwa diri saya bukan lagi milik saya sendiri. Bahwa tidak semua hal sanggup 100% menyerupai yang saya mau. Pun membesarkan Bebe. Bahwa semua harus berawal dengan diskusi.

And trust me adek-adek yang belum menikah, it's harder than you think.

Awal-awal menikah saya masih berprinsip berpengaruh kalau semua duduk masalah ya harus dibicarakan. Lebih baik bertengkar tapi semua unek-unek keluar daripada membisu dan kesal.

Sekarang tidak. Sekarang saya sanggup membisu dan tidak kesal lama-lama. Sungguh pencapaian luar biasa. Karena berantem itu capek luar biasa. Belum lagi mengatur emosi supaya tetap di tone bicara normal dikala bicara dengan Bebe. Wow susah. Maka saya menentukan untuk tidak bertengkar.

Saya menentukan menunggu beberapa hari dan kemudian bilang baik-baik. Itu pun lebih baik via chat. Chat sanggup dibaca berulang, chat sanggup dibaca pelan-pelan. Chat penyelamat hidupku lol. Semoga yang bikin WhatsApp masuk nirwana ya.

Lagi jarang banget sebenernya berantem alasannya yaitu hal besar. Paling sering dan paling kesal itu berantem cuma alasannya yaitu capek. Capek itu sumber amarah luar biasa ya. Padahal cuma ngomong apa gitu yang sebenernya sanggup diketawain, tapi alasannya yaitu lagi capek jadinya tersinggung. Jadinya berantem. Aduh.

Hal-hal besar sih nggak akan saya ceritakan di sini ya, hal kecil aja deh. Misal, JG selalu dengerin lagu kapanpun ia mau, sambil masak atau sambil basuh piring. Saya nggak suka dengerin lagu. Saya dengerin lagu kadang doang kalau lagi kerja alasannya yaitu saya nggak konsen! Apalagi kalau di rumah JG setel lagu, Bebe nonton film. Udah gitu dua-duanya ngajak ngobrol. Bisa dipause dulu nggak sih? Nggak suka banget ngobrol teriak alasannya yaitu suaranya ketutup sama lagu dan film.

Tiga tahun berlalu dan ya udah, nggak sanggup dipause ternyata gaes jadi ya daripada berantem maka saya membisu dan mendapatkan semua playlist dia. Ini hal terkecil dari kompromi alasannya yaitu kalau mau diberantemin sanggup banget. Tapi ah udalah, diem aja. Masa gitu doang berantem? Menjaga emosi itu menjaga kesehatan jiwa banget jadi saya sebisa mungkin nggak emosi sama hal-hal kecil.

Paling susah kalau lagi mens. Huhuhu. Saya benci kalah sama hormon tapi nangis ajalah supaya kalau lagi mens mah. Daripada berantem lebih baik nangis. Itu prinsip hidup HAHAHAHA.

(Baca: Tips Mengurangi Berantem dengan Suami)

Maka menikahlah sesudah melalui proses panjang wawancara! Jangan menikah tanpa kalian tahu bagaimana contoh pikirnya terhadap hal prinsipil. Karena jikalau tidak, kalian akan menghabiskan sisa hidup dengan berusaha mendapatkan perbedaan pendapat. Itu melelahkan dan bikin stres!

Nggak heran banyak istri-istri yang mengeluhkan suaminya di socmed. Kasian, sudah tidak tahu lagi mau dongeng pada siapa jadi bikin status supaya unek-unek sanggup keluar. Sini peluk, huhu.

Banyak juga group Facebook yang berbasis curhat untuk para perempuan. Saya pernah join beberapa hanya alasannya yaitu ingin tahu. Isinya ya gitu, curhat istri-istri suami saya begini suami saya begitu. Kemudian saya left group alasannya yaitu ngapain deh ah.

T________T

Saya percaya menikah dengan orang yang tepat itu less stressful jadi sabar aja yang belum nikah alasannya yaitu merasa belum nemu orangnya. Jangan menikah terburu-buru.

Dan hanya sesudah menikah saya gres sadar bahwa tidak ada ijab kabul yang sempurna. Kalau ada pasangan yang tampak perfect, maka percayalah itu hanya TAMPAK saja. 😂

Apalagi kalau kami dipuji oleh pasangan belum menikah "wah kalian seru banget ya nikah" IYA SERU BANGEEETT. HAHAHAHAHAH. Pasti berujung dengan JG menasihati "udalah jangan nikah buru-buru, pikir-pikir lagi aja" lol sialan.

Kalian tidak mau menikah? Good for you! Nggak apa-apa banget. Nikmati hidup tanpa harus berkompromi. Saya sendiri hingga kini galau kenapa saya mau nikah hahahahahha.

*

Demikian ngalor ngidul hari ini. Dan menyerupai biasa saya mau ikut nanya, apa satu kata yang paling mewakilkan ijab kabul berdasarkan kalian?

Bahagia? OH COME ON, jangan jawaban lame kaya gitu ya. Karena kalau nggak senang pikirkan ulang pernikahannya. Cinta? Yaiyalah kalau nggak cinta saya udah kabur ke ujung dunia sis. Ayo kata yang lain yaaa.

Jawab di kolom komentar atau bikin blogpost dan tag saya ya! :)

-ast-

Detail ►

Anak Dan Orangtua

Seminggu terakhir lagi heboh banget di timeline wacana anak yang tuntut ibunya yang sudah 83 tahun. Tuntutannya nggak main-main, Rp 1,8 miliar! Terus 90% komentar adalah: anak durhaka! Nggak tahu diri!

Oh well.


Yang saya lakukan pertama kali tentu mencari tahu ada apa. Ini kan perkara "unik" ya. Nggak tiap bulan ada anak nuntut orangtua, jadi niscaya ada apa-apanya. Dan semakin banyak saya membaca, semakin saya tidak ingin judge siapa-siapa.

Apalagi semenjak baca pernyataan si anak, wawancara khusus dengan Kumparan, kalau beliau ingin memberi pelajaran pada keluarga yang selama ini selalu memanfaatkan sang ibu.

Khayalan saya begini. KHAYALAN LOH YA INI. *BOLD CAPSLOCK*

Si ibu yaitu ibu zaman dulu. Pertama usianya memang sudah sepuh kan, kelahiran 1934 bayangin aja. Umur si ibu 83 tahun, sementara umur Yani (anak yang menuntut) 53 tahun. Beda usia 30 tahun.

Sementara Yani anak kesembilan dari 13 bersaudara. Berarti si ibu menikah muda, pribadi punya anak banyak. Ya ibu saya aja nikah umur 25, nenek saya nikah umur 25, saya nikah umur 25. Ini 30 tahun anaknya udah 9 kan.

Mungkin, mungkin dalam perjalanannya si ibu tidak dapat selalu adil. Banyak kan anak sakit hati sama ibunya dan ibunya nggak pernah tahu itu. Mana mah nikah muda dengan banyak anak. Plus belum dewasa juga merasa ibunya kaya raya (ini asumsi) jadi memanfaatkan ibunya untuk dukungan ke bank segala macem. Si ibu dalam rangka "sayang anak" jadi nggak dapat nolak anaknya mau apa.

Cuma Yani ini yang bener usaha, jadi beliau sebel sama sodara-sodara lainnya yang selama ini hidup yummy doang memanfaatkan si ibu. Sampai Yani dan suami nutup utang kakaknya dulu lah, dikasih kerjaan dulu lah. Selalu ada sodara kita yang nyebelin kaya gitu kan?

Selalu ada anggota keluarga yang terbiasa hidup yummy dari orangtua dan merasa selalu ada keluarga yang bantu, jadi hidup enak-enakan. Usaha ganti-ganti, kerja berat dikit ngeluh. Ngutang mulu ke anggota keluarga yang lain. Ngerepotin mulu tapi perjuangan nggak keliatan. Makanya Yani ini kesel, beliau ingin kasih pelajaran sama abang dan adiknya yang selama ini selalu ngerepotin.


*KHAYALAN SELESAI*


Tulisan sehabis ini harap dibaca pelan-pelan. Pelan-pelan ya. Dan saya (seperti biasa) tidak bicara soal agama, saya bicara dari sisi manusia. :)

Satu yang jadi pikiran dan cukup mengganggu saya adalah, kita selalu melihat dari sudut pandang anak durhaka pada orangtua. Pernahkah kita berpikir sebagai orangtua, bahwa kita juga mungkin "durhaka" pada anak?

Apakah semua orangtua menjalankan kiprahnya dengan sangat baik sehingga kita dapat pribadi judge semua orang yang tidak baik pada orangtua sebagai anak durhaka? Anaknya keterlaluan, memangnya seorang ibu PASTI tidak keterlaluan pada anak?

"Ya kan orangtua udah ngurus kita dan biayain kita semenjak bayi" TRUE. Itu benar. Dan ini tidak perlu dijawab dengan "apa anak pernah minta dilahirkan?" no, tidak sesederhana itu. Tapi ini dapat dirunut semenjak awal sekali, semenjak kita menikah.

Kita lihat dari sudut pandang kita sebagai orangtua.

Kita menikah, siapa yang senang ketika strip dua muncul? Siapa yang sangat senang belanja peralatan bayi, survey rumah sakit, senam hamil? Sebagian besar orang niscaya senang lah. Sebagiannya lagi yang kebobolan. Alih-alih senang biasanya mereka stres lol.

Siapa yang senang ketika anak pertama kali dapat berguling? Bisa jalan? Bisa ngomong "mama" pertama kali? KITA KAN. KITA BAHAGIA. Kita beliin mainan macem-macem dengan alasan supaya anak bahagia, padahal kita beliin anak mainan alasannya kita senang liat anak main dengan tenang. Liat anak senang punya mainan baru.

Kaprikornus logikanya tolong dibalik, bukan kita yang menciptakan anak senang kemudian suatu hari nanti si anak harus membalas itu. Tapi kita senang alasannya punya anak, kita senang melihat anak kita makan enak, kita senang melihat anak kita punya sepatu baru. Kita senang alasannya punya anak, bukan justru anak yang senang alasannya kita. Nangkep kan ya?

Ini jadi melandasi pertanyaan berikutnya: sebagai orangtua, pamrih kah kita?

Masuk akalkah kalau suatu hari nanti kita murka pada anak yang sudah terpelajar balig cukup akal "Durhaka kau sama orangtua! Siapa yang ngasih makan kau dari kecil?!"

Kok jadi pamrih gitu. Kalau nggak mau ngasih makan ya jangan. Kalau nggak mau urus ya titip panti asuhan. Ini kan kita kasih makan anak juga dengan bahagia, MPASI aja dihias-hias dan share di Instagram. Kita rela melaksanakan semua itu kan? Karena itu hal yang bikin kita senang kan?

Kaprikornus mari bercermin sama-sama. Beri yang terbaik untuk anak dan jadilah yang senang pertama kali ketika ia meraih mimpi-mimpinya. Ayo semua mulai investasi dana pensiun jadi ketika pensiun, kita tidak terlalu merepotkan anak. Apalagi kalau anak sudah berkeluarga.

Dan ya, meski demikian, bukan berarti jadi pembenaran untuk tidak sopan dan tidak berbuat baik pada orangtua loh ya. Berbuat baik lah. Kalau sudah kenal bertahun-tahun kita juga niscaya suka berbuat baik kan pada orang lain dengan alasan "udah kenal usang banget". Apalagi sama orangtua? Udah kenal semenjak lahir kan.

Kecuali kalau orang yang sudah kita kenal usang ini suka KDRT misalnya. Ya udahlah gimana lagi. Mungkin lebih baik kalau ditinggalkan aja. Hiks. Ini salah satu perkara "keterlaluan" kan. Kalau si ibu suka nyiksa sih berdasarkan saya udahlah tinggalin aja. Nggak sehat, nggak berarti tetep harus dihormati alasannya udah udah ngelahirin kita. Dia aja nggak menghargai kita sebagai manusia, untuk apa kita menghargai dia?

Khusus buat para orangtua dengan balita: jangan juga terlalu manjain anak. Sekarang anak nggak dikasih jajan nangis kemudian dikasih, 15 tahun kemudian nggak dikasih motor bisa-bisa bunuh ibunya alasannya tidak terbiasa dengan rasa kecewa.

Udah gitu aja. See you!

-ast-

Detail ►

Selingkuh

Ah, bahasan ini. Butuh waktu sebulan lebih buat saya untuk maju mundur mau menulis ini. Pertama sebab malas niscaya jadi panjaaaanggg (DAN BENAR ADANYA). Kedua sebab bahasannya sensitif. Ya, sebab alasan kedua mari goresan pena saya ini dibaca pelan-pelan. Oiya, menduakan di sini konteksnya menduakan ketika sudah menikah ya. :)


Di abad digital ini semua orang dapat dengan simpel bereaksi. Kalau dulu ada orang selingkuh, yang tau paling banter tetangga di rumah dan keluarga. Sekarang jadi ditambah juga followers social media, plus followers akun gosip yang makin merambah rakyat jelata.

Iya rakyat jelata. Dulu kan mau masuk infotainment itu susah, harus jadi bintang dulu di TV. Harus mati-matian nganter temen audisi terus main FTV. Lha kini bukan siapa-siapa aja dapat masuk infotainment Instagram. Yang penting kasusnya dianggap layak jadi cacian massa. Duh.

Pertanyaan saya yang utama, kenapa topik menduakan banyak banget yang pengen komentari? Kalau artis menduakan kan alesannya "publik layak tahu yang sebenarnya" kalau orang biasa selingkuh? Kenapa orang rame-rame komentar? Sampai jadi artikel khusus di portal community anak muda? Kenal juga nggak. temen juga bukan, sodara apa lagi. Jelas bukan.

Lalu kenapa ya?

Yang miris, yang lebih banyak dicaci yaitu pihak wanita yang jadi selingkuhan. Mereka ramai-ramai disebut pelakor, perebut laki orang. Sungguh urusan menikah ini, hingga pengkhianatan pun masih sangat patriarki.

Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan pria sebagai poros dan yang salah niscaya pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, pria jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi materi hinaan sesama perempuan.

(Baca wacana Pelakor di sini!)

Kakak ipar teman saya selingkuh, ada foto beliau sama wanita di dalam selimut berdua. Pembelaannya? "Ya namanya cowok, kaya kucing dikasih ikan mah diambil lah" Rendah banget ya, hingga mau dibandingkan sama kucing. Yang disalahkan oleh orangtua si pemuda siapa? Tetap si wanita lain sebab sudah memberi ikan. Ckckck.

Kaprikornus kalau bukan pelakor yang salah, yang menduakan itu salah siapa? Jawabannya: BUKAN URUSAN KITA.

Ya bukan urusan kita sama sekali. Urusan rumah tangga yang patut kita urus yaitu rumah tangga kita sendiri. Bukan rumah tangga orang lain.

Menikah untuk siapa? Untuk diri sendiri atau untuk memuaskan ego orang-orang di sekitar yang selalu seakan memaksa untuk buru-buru menikah?

(Baca: Menikah untuk Siapa?)

*

Coba lihat sekitar, seberapa banyak anggota keluarga yang menduakan atau diselingkuhi? Lihat di bulat lebih luas, seberapa banyak teman kita yang menduakan atau diselingkuhi? Seberapa banyak di lingkungan rumah? Di lingkungan kantor? BANYAK.

BANYAK SEKALI.

Berbeda contohnya dengan kasus orang bunuh diri live di Facebook gitu. Belum tentu 3 bulan sekali ada yang melakukannya. Kaprikornus masuk akal banget kalau memang jadi topik di mana-mana, di segala social media. Kalau menduakan kan topik bahasan sehari-hari banget. Adaaa aja isu menduakan mampir ke kuping. Temen kantor, sahabat, keluarga, artis. Dan topiknya selalu sama, ada yang berkhianat. Mengkhianati pernikahan.

Ah, jadi bicara pernikahan.

*seruput kopi* *padahal nggak ngopi* *biar dramatis aja*

Kaprikornus ya, ijab kabul itu sakral. Disakralkan. Harus disakralkan supaya tidak disalahgunakan. Kalau tidak sakral nanti seenak udel ganti pasangan tiap 6 bulan sekali kan repot. Pdkt sama keluarga aja berapa bulan, nyiapin resepsi nikah aja dapat setahun.

Nah tapi mungkin ya, mungkin nih ya orang-orang yang menduakan ini memang tidak menganggap ijab kabul sebagai sesuatu yang sakral. Seperti kata mbak Roslina Verauli yang pernah saya kutip:

"pasti ada duduk kasus dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan menduakan kemudian jadi masalah."

Coba diresapi kalimatnya.

Masalahnya dapat macem-macem. Ada yang menganggap istrinya di rumah terlalu ceriwis dan ngatur-ngatur kemudian beliau cari wanita yang dapat diatur. Ada yang menganggap istrinya terlalu superior, terlalu pintar, kemudian beliau cari wanita yang tidak terlalu akil supaya dapat lebih superior. Ya macem-macem lah.

Tapi kan ada yang keluarganya sempurna, tapi tetep selingkuh!

Ya ada. Alasannya dapat dua. Pertama, ya tepat kan nurut ngana. Siapa tau istrinya nggak pernah dapat diajak diskusi politik terus suami cari wanita yang dapat diajak diskusi politik. Atau sebaliknya, suami nggak pernah mau dengerin keinginan istri, si istri merasa diabaikan kemudian istri cari perhatian yang lain. Kan dapat banget.

Ya atau apalah, mungkin tepat di mata orang lain, tapi salah satu tetep ada hole yang nggak dapat diisi sama pasangannya. Hole, bolong, alasan klasik.

Alasan kedua. Alasan paling masuk logika berdasarkan saya sih: monogami bukan untuk semua orang.

Monogami (Yunani: monos yang berarti satu atau sendiri, dan gamos yang berarti pernikahan) yaitu kondisi hanya mempunyai satu pasangan pada pernikahan.

Iya tidak semua orang dapat dengan satu pasangan menikah saja seumur hidup. Seperti juga poligami tidak untuk semua orang. Saya tidak mau poligami tapi saya yakin memang ada pasangan-pasangan yang memang senang berpoligami. Seperti juga ada pasangan-pasangan yang memang senang bermonogami.

Masalah muncul ketika penganut monogami ternyata menikah dengan orang yang tidak sadar kalau beliau bahu-membahu tidak mampu monogami.

NAH.

Kaprikornus ada duduk kasus juga di situ. Selain urusan hole, ada juga poin bahwa ada orang-orang yang memang tidak cukup dengan satu pasangan saja. BEGICU.

Ruwet jadinya, gengs. Yang poligami juga nggak dapat bilang "mending poligami daripada selingkuh". Nggak begitu juga sebab nyatanya, udah istri udah 4 aja ada yang tetep punya simpenan. Sementara istri satu dan menduakan juga mungkin memang bukan niat pengen sah istri banyak. Ada yang emang pengen main-main aja jadi nggak mau poligami. Manusia kan beda-beda, bos.

Poligami tetep menduakan ada, monogami nggak mau nikahin selingkuhan padahal dikasih izin istri pertama juga ada. Lha dongeng anak selingkuhan diurus sama istri pertama aja banyak kok ya kan. Kaprikornus gimana dong, ini sungguh sangat complicated. Plus berteriak-teriak jauhi dan musuhi pelakor itu nggak menuntaskan masalah.

Atau bilang pelakor emang harus diberantas. Weh, suami menduakan sama pemuda juga banyak dongeng ah. Saya nggak baiklah banget jadinya kalau hanya menyalahkan pihak perempuan. Apalagi banyak yang kenyataannya pihak perempuannya (si selingkuhan) pun dibohongi. Ngakunya udah mau cerai lah sama istri pertama, ngakunya lebih cinta lah sama si selingkuhan.

Kalau kata 9gag, bulldog kawin sama shitzu. BULLSHIT.

Apalagi kadang kecocokan juga dapat dengan simpel ditemukan. Ya pas nikah mah cocok-cocok aja sama pasangan yang ini. Lama kelamaan kok nggak cocok? Kok nemu orang lain malah cocok sama yang lain ini?

Maka itulah topik kita selanjutnya yaitu kesetiaan dan komitmen.
Menikah itu memaksa kesetiaan dan kesetiaan itu bukan untuk semua orang. Sanggupkah untuk tidak menyakiti hati pasangan dengan cara apapun? Karena jatuh cinta kan tidak pandang status menikah atau nggak. Banyak yang mengaku jatuh cinta lagi padahal sayang sama pasangan di rumah nggak berubah. Sanggupkah berkomitmen pada SATU kesetiaan seumur hidup? -- Pernikahan dan Kesetiaan

*

Apa arti setia? Apa arti selingkuh?

Kita sepakati sama-sama dulu ya kalau menduakan itu melanggar akad untuk hanya bersama satu pasangan. Ini mah udah niscaya lah, ada akad ijab kabul yang dilanggar. Kecuali pas nikah emang bentuknya open marriage gitu, atau nikah sebab bisnis, nikah sebab politik, beda urusan ya.

Masalahnya ada di definisi setia dan selingkuh. Tiap orang punya definisi beda-beda, bahkan suami istri aja dapat punya definisi beda-beda. Makanya suka ada istri yang ngamuk sebab baca chat cewek padahal suaminya nggak ngapa-ngapain. Karena cemburuan? Ya, tapi juga sebab berbeda mendefinisikan selingkuh.

Kaprikornus definisi menduakan misalnya:

Bagi si A yaitu "chat sama cewek di luar urusan kerjaan"

Tapi bagi si B yaitu "jalan berdua tanpa bilang, jalan berdua tapi bilang itu nggak selingkuh"

Atau bagi si C yaitu "have sex sama cewek lain, kalau cuma chat mesra atau pegangan tangan mah biar lah, beliau orangnya emang touchy-feely"

Ini melahirkan macam-macam tujuan selingkuh. Ada yang pengen aja nyoba pasangan lain, ada yang emang bosen aja sama istri/suaminya, ada yang cari adrenalin, ada yang khilaf, macem-macem lah.

Karena macem-macem, jadinya hasil karenanya juga beda-beda. Ada yang bebal, abis ketauan selingkuh, ngaku khilaf, minta maaf, kemudian menduakan lagi. Ada yang ngaku salah, minta maaf, kemudian ninggalin istrinya sebab merasa bersalah. Ada yang ngaku salah kemudian ninggalin istrinya DAN ninggalin selingkuhannya. Ada yang ngaku salah kemudian nggak ulang lagi, selamanya kembali berkomitmen dengan satu pasangan.

Makanya dari awal saya bilang ini menduakan sehabis menikah. Karena banyak kok yang pas pacaran pacarnya banyak, pas nikah adem ayem aja nggak kepikiran punya banyak lagi.

Nggak dapat juga judge bilang "Kurang nakal sih waktu muda, jadi pas udah nikah nakal deh". Yaelah, yang dari muda hingga bau tanah baik juga ada. Yang waktu muda nakal terus pas udah nikah tetep menduakan juga banyak. Yang menduakan mulu waktu muda, hingga nikah, terus tobat juga ada.

Who are we to judge?


Tapi pada dasarnya apapun definisi selingkuh, pada dasarnya menduakan dapat terjadi sebab tidak ada penghargaan terhadap komitmen. Tidak ada penghargaan pada pasangan. :)

*

Simpulan karenanya berdasarkan saya adalah, monogami tidak untuk semua orang tapi menduakan itu mengkhianati komitmen. YA INI MAH UDAH TAU KELES, SIS.

Buat saya, yang perlu dilakukan yaitu lower your expectation of marriage. Rendahkan ekspektasi kalian pada pernikahan. It's better to be surprised than to be disappointed.

Kasarnya, kasarnya banget nih: percaya lah pada pasangan kita tapi siapkan yang terburuk, jangan terlalu yakin 100% pasangan kita nggak akan selingkuh. Karena beliau sendiri sebenernya nggak dapat jamin. Namanya jatuh cinta, khilaf, atau kalau kata JG, syahwat kadang mendahului otak.

Iya, kalian nggak salah baca. Nggak tau lagi gimana bikin kalimat yang lebih yummy dibaca sebab kalian tau saya nggak suka basa-basi tapi ya, itu intinya.

Nikahnya dibawa santai ajaaa, jangan sedikit-sedikit berantem. Jangan mengubah hidup pasangan meski udah nikah. Biarkan beliau tetep ngerjain hobinya, biarkan beliau tetep ngejar cita-citanya, jadi nggak ada beban "nikah kok hidup saya jadi gini". Cari tahu passion pasangan terus dukung! Passion bikin bahagia! Meskipun niscaya ada yang berubah sih, tapi kan disesuaikan, makanya komunikasi itu penting.

(Baca: Mengurangi Berantem-berantem Setelah Nikah)

Kaprikornus kalau hingga terjadi, kita mungkin akan lebih simpel memaafkan sebab sudah menyiapkan. Karena selalu ada alasan. Khilaf juga boleh kan namanya manusia, asal bukan khilaf terus berulang-ulang aja.

Mungkin loh ya. Makanya saya nggak berani judge ibu-ibu yang bertahan meski suaminya menduakan berkali-kali. Mungkin mereka tahu persis masalahnya di mana jadi memaklumi. Sakit hati mungkin iya, tapi maklum makanya bertahan.

Tapi kalau alesan bertahan sebab ekonomi kasian sih huhu. Makanya wanita harus berdaya! Harus punya penghasilan sendiri!

Atau bertahan sebab anak. Pertanyaan saya selalu "apakah lebih baik membesarkan anak di ijab kabul yang tidak sehat? Atau lebih baik membesarkan anak tanpa ayah/ibu tapi lingkungannya sehat?" Saya belum punya jawabannya.

Abis ini saya siap dibully "kok bikin menduakan seolah masuk akal sih!" Nggak masuk akal tapi sangat sering terjadi toh? Abis gimana, memang nggak ada benang merah atau sesuatu yang dapat bilang "jika A maka beliau selingkuh, atau kalau B maka beliau tidak akan selingkuh". Kaprikornus tips biar pasangan nggak menduakan juga susah dibuat.

*

Saya terlalu banyak dengar dongeng langsung, semua rujukan yang saya sebut di sini positif adanya. Saya kenal pelaku menduakan yang memang suka main cewek, yang baik-baik aja di rumah, yang sudah poligami tetap selingkuh, hingga ibu-ibu yang bahkan saya nggak liat kekurangan suaminya.

Well, ternyata kekurangan suaminya di ranjang sih jadi harus gimana coba. Diomongin diapain juga suaminya nggak dapat berubah jadi orang lain.

Dan patut diingat, ada juga yang menduakan tapi itu bikin beliau lebih bahagia. Dia menduakan dan menemukan kebahagiaan lain, sehingga beliau dapat selalu happy di rumah. Justru sebab punya simpenan beliau dapat jadi lebih sayang sama keluarga. Kaprikornus nggak selalu kalau orang menduakan terus jadi nggak perhatian sama pasangannya.

Model yang terakhir begini biasanya deg-degan takut kaya tupai. Karena terlalu lama, nyaman, dan senang punya simpenan, takut karenanya jatuh jua alias ketauan sama pasangannya. LOL. Ini kisah positif juga gengs, diceritakan eksklusif oleh pihak pertama. Beserta rujukan tupai-tupainya. :)))))


Orang tidak berubah sebab pernikahan, orang berubah sebab dirinya sendiri. *tetep*

Juga rendahkan ekspektasi pada segala hal. Sejak awal nikah, jangan ngarep dikasih bunga, dikasih surprise tiap ulang tahun, atau hal-hal semacam itu. Kalau butuh didengarkan maka bicara, maka request, "DENGERIN AKU DONG" gitu. Pengen apa, butuh apa, bilang.

Kaprikornus ketika ada orang lain yang ngasih perhatian, nggak simpel leleh sebab komunikasi kita dengan pasangan lancar. Ketika ada yang flirting, pasangan suami istri yang komunikasinya lancar kemungkinan besar malah lapor sama pasangannya.

Kalau malah berantem, ya berarti punya duduk kasus kepercayaan. Kalau malah jadi banyakan berantemnya dibanding nggak berantemnya? Ya berarti mungkin memang nggak cocok?

T_____T

Susah ya nikah?

Kalau kata mbak Vera (again mbak Vera, doi dapat difollow loh di Instagram @verauli.id):

Cinta butuh dipelihara supaya terpelihara.

Iya ijab kabul butuh dipelihara, butuh usaha, berusaha selalu kasih yang terbaik, kasih waktu, kasih perhatian, dan sebagainya. Pernikahan kan bukan Tesla, jadi nggak dapat autopilot. Pernikahan harus diusahakan berdua, jadilah pilot dan co-pilot. *maafkan analogi yang sungguh tekno*

Tapi yah, ini cuma dari saya yang kebetulan terpapar aneka macam curhat soal selingkuh. Maaf sekali kalau ada yang menyakiti dan maaf kalau banyak yang bikin kaget.

Sekian dan terima kasih.

-ast-

Saya tidak baiklah pelakor yang harus menjaga diri. Yang dihentikan meladeni suami orang lain. Kenapa? Baca di sini; wacana Pelakor.

PS: Karena menulis ini saya jadi tahu ada istilah pebinor. Perebut bini orang. Ya, at least kini seimbang. Meski sekali lagi: urusan kita apa hingga harus melabeli orang dengan pelakor atau pebinor?

Detail ►

Pelakor

Postingan ini sambungan dari postingan sebelumnya: Selingkuh. Silakan mau baca dulu yang ini, atau baca dulu yang sebelumnya, sama saja. :)


Di postingan sebelumnya itu saya menulis sedikit soal pelakor. Betapa istilah pelakor ialah istilah yang sungguh patriarki. Menyalahkan wanita atas sesuatu yang bukan salah ia sepenuhnya. Hey, it takes two to tango!

Dan goresan pena saya sebelumnya netral, bisa istri atau suami yang selingkuh. Kali ini sudut pandang saya dari pihak perempuan.

Di bawah ini kutipan dari goresan pena saya sebelumnya:
Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan laki-laki sebagai poros dan yang salah niscaya pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, laki-laki jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi materi hinaan sesama perempuan. Kalau dalam kekerabatan menduakan saja yang dicaci wanita oleh wanita lain, bagaimana laki-laki mau dan BISA menghargai perempuan?

Pelakor. Istilah yang selain patriarki, juga sangat negatif. Makanya jadi rawan bully. Yang menduakan berdua, yang dibully perempuannya. Suami-suaminya justru lebih sedikit dicaci. Sedih deh. Rata-rata komentarnya ibarat di bawah ini:

"Sebagai sesama wanita masa nggak tenggang rasa sih? Kok ngerebut suami orang? Kok mau-maunya jadi simpenan lelaki beristri? Perempuan macam apa!"

Yah, padahal kan bisa dengan gampang dijawab dengan:

"Itu suami situ kok nggak tenggang rasa sih sama istrinya? Kok sempet-sempetnya merebut hati wanita lain? Mau-maunya punya simpenan padahal beristri! Suami macam apa!"

Iya dong, tenggang rasa itu seharusnya pada orang terdekat dulu. Pertanyakan dulu tenggang rasa suami pada istri sebelum kita mempertanyakan tenggang rasa wanita lain pada kita. Kenapa coba wanita lain harus kasihan sama kita, suaminya aja nggak kasihan sama istrinya sendiri. :(

Dan banyak lho wanita yang tidak mau didekati lelaki beristri, apalagi jadi selingkuhan atau simpanan. Kalau begini kan semakin terang kesalahan ada di siapa. Mengapa suami-suami ini masih mengejar wanita yang bahkan tidak mau jadi simpanan? Yang sadar benar bahwa wanita itu tidak mau jadi yang kedua? Adrenalin?

Banyak juga dongeng istri kedua yang nggak tau bila selama ini laki-laki yang berjanji akan menikahi ia ternyata sudah punya istri. Atau yang ngakunya sudah pisah ranjang dan siap cerai, padahal ternyata masih serumah sama istrinya dan istrinya nggak tahu apa-apa. Ada apa dengan cowok-cowok semacam ini ya.

T_____T

Tapi bahkan ceritanya sudah ibarat itu pun yang disalahkan tetap hanya si perempuan. Salah alasannya ialah mengacaukan rumah tangga orang. Padahal menduakan kan nggak mungkin sendirian, mbaksis. Kalau sendirian namanya masturbasi.

(Baca: Menikah untuk Menyenangkan Siapa?)

Ada juga yang mengakui bila suaminya jatuh cinta pada wanita lain. Yang salah siapa? Tetap pihak perempuan.

"Suami saya jatuh cinta pada kamu, kau kok meladeni?! Kamu kan tau ia punya istri!"

Jatuh cinta pada siapa itu tidak diatur oleh undang-undang. Kita tidak tahu akan jatuh cinta pada siapa. Dan bila suami bisa jatuh cinta pada orang lain, orang ketiga ini juga BISA jatuh cinta pada suami orang lain. Pertanyaan jatuh cinta itu bisa dengan gampang dijawab:

"Yah tante, sayanya juga jatuh cinta. Emang suami situ doang yang bisa jatuh cinta?"


Meski demikian ya memang ada juga wanita yang sadar benar didekati laki-laki yang sudah menikah namun tidak menolak. Selain jatuh cinta, mungkin punya dilema ekonomi?

Karena pihak ketiga ini juga motifnya banyak. Banyak yang bukan sekadar jatuh cinta atau cari tantangan. Yang hingga dinikahi atau disimpan biasanya malah alasannya ialah faktor ekonomi. Banyak banget kan denger dongeng suami-suami yang ternyata punya simpanan di kampung? Atau bila memang tinggal di kota, para simpanan ini biasanya rela jadi simpanan alasannya ialah gaya hidup kan?

Butuh sugar daddy untuk mempertahankan gaya hidup, butuh sugar daddy untuk bayar kuliah, butuh sugar daddy supaya masa depan terjamin. Bukan dongeng baru.

Itu bila di kota, bila istri kedua di kampung? Dikirimi uang tiap bulan juga udah senang ya kayanya. Yang penting bisa makan, yang penting anak bisa sekolah, dan yang terpenting, nggak dapet label perawan renta di kampung. Yang penting punya suami!

Dan ya, salahkan para suami yang begitu bakir mengatur uang sehingga bisa membayar gaya hidup sang simpanan, sehingga bisa jadi sugar daddy. Sehingga bisa membagi waktu dengan istri di kampung. :(

*

Kenapa sih suami selingkuh? Adakah yang salah dalam rumah tangga?

Pasti ada. Gara-gara LDR doang bisa jadi dilema kan. Bisa juga kaya yang saya bilang kemarin, suami nggak sanggup monogami. Istrinya baik, penyayang, istri idaman banget tapi ya memang dasarnya aja si suami emang nggak sanggup sama satu perempuan. Kan tetep zonk.

Suami nggak sanggup monogami itu dilema rumah tangga banget loh.

Kalau memang istrinya nyebelin? Ya bilang dong sama istrinya, daripada di depan selalu manis tapi di belakang punya simpanan. Sebagai istri juga harus mau mendengarkan keluhan suami soal dirinya, jangan baper duluan.

Jangan dikritik suami kemudian drama dan merasa bantuan terhadap keluarga jadi nggak dihargai. Suami kritik kita kurang perhatian, terus drama nangis-nangis "aku tuh yang ngurus belum dewasa kita loh!" Ya kan nggak berhubungan. Ngurus anak berdua, ngasih perhatian ke satu sama lain juga harus berdua. Intinya sering-sering ngobrol lah. Daripada cari temen ngobrol lain? ;)

Suami-suami juga harus membebaskan istrinya untuk tetep mengerjakan passion, jangan cuma disuruh ngurus rumah tangga doang. Ini mah istrinya dikekang, segala dilarang, suatu hari menduakan atau poligami dengan alasan "istri nggak bisa diajak ngobrol serius selain urusan rumah tangga". YA NURUT NGANA. Yang larang siapa, yang salah tetap istri.

(Baca: Menikah dalam Satu Kata)

Tapi ya harus diakui juga memang ada istri-istri yang menguji kesabaran. Buat suami-suami dengan istri yang memang menyebalkan, solusinya cuma dua. Sabar seumur hidup atau ceraikan! Jangan malah menduakan kemudian membela diri dengan kekurangan istri. Itu jahat, itu menyakitkan.

Istri-istri juga. Kalau suami ada kurang itu ya dibicarakan lah. Kita nggak sempurna, ia juga. Kalau memang capek alasannya ialah suami nggak pernah bantu ngurus rumah ya bilang baik-baik, bukannya malah semua dikerjain sendiri tapi sambil ngedumel. Capek. Plus nggak sehat. Stres sendiri kan jadinya.

Dan hiks beneran lho saya murung sama perempuan-perempuan yang berteriak menyalahkan orang ketiga. Maaf sekali tapi bagi saya itu ialah bab dari denial, dari ketidakmampuan untuk mendapatkan kekurangan diri dan kekurangan suami. Dari ketidakmampuan mendapatkan ada kesalahan dari kekerabatan suami istri.

Kalau memang merasa punya dilema dalam rumah tangga, cari dukungan profesional. Banyak kan konsultan pernikahan. Kalian butuh orang ketiga untuk menengahi. Kalau salah satu tidak mau? Yakin masih niat mempertahankan pernikahan?

Komitmen itu harus direncanakan, bukan cuma dibutuhkan akan tetap terjaga. Rencanakan bahwa kita harus jaga ya komitmen ini. Bawa topik menduakan sebagai sesuatu yang biasa. Yang bisa dibicarakan kapan pun dengan suami.

*

Satu lagi soal bully pelakor: jangan memaksakan standar ideal kita pada orang lain.

Ini berlaku bagi orang-orang yang di socmed berteriak menyalahkan pelakor. Padahal kenal juga nggak sama pasangan suami istri itu, kenal suaminya nggak, kenal istrinya nggak. Cuma tau dongeng dari Instagram kemudian bully si pelakor. Kebetulan semua yang terlibat sering muncul di TV jadi merasa tahu semua sisi hidup mereka? Padahal nggak ya.

Mereka membully alasannya ialah memaksakan standar ideal soal ijab kabul pada orang lain. Padahal istri yang diselingkuhi belum tentu sakit hati hingga harus dibela sejagat social media lho. IYA BELUM TENTU.

(Baca: Pernikahan dan Kesetiaan)

Tahukah kalian bahwa tidak selamanya menduakan itu menyakiti?

Kebanyakan iya, saya setuju, tapi bila lantas bilang semuanya sih saya nggak setuju. Karena saya tau beberapa orang yang suaminya menduakan terus ya udah tetep senang "biarlah yang penting gue masih dikasih duit tiap bulan" atau "biarlah yang penting sekolah anak aman, gue bisa belanja, gue hepi, ia hepi, anak gue hepi". ADA.

Karena apa? Karena tujuan menikah setiap orang beda-beda. Nggak semua orang nikah alasannya ialah memang cinta.

Kan banyak juga yang nikah alasannya ialah status sosial. Kalau nikah sama si A maka ia akan jadi bisa bergaul dengan level sosial yang mana. Model pemanjat sosial begini nih yang biasanya lempeng aja bila pun pasangannya mau punya simpenan. Lha emang dari awal nggak cinta kan. Sebel doang mungkin levelnya bukan sakit hati.

Atau nikah alasannya ialah bisnis, bila nikah sama si O maka bisnis akan lancar, networking akan bagus. Bisnis lancar. Punya anak yang banyak semoga warisan terjamin aman.

Atau alasannya ialah politik. Kalau nikah maka karier politik lancar. Maka kemudian apa yang jadi dilema bila masing-masing tidak menghargai komitmennya? Apa yang jadi dilema bila kemudian salah satu selingkuh? Yang penting ijab kabul masih berjalan sesuai tujuannya kan?

Yang ribut kalian doang, merekanya bisa aja adem ayem sebenernya.

*

Kaprikornus ya, sebagai wanita bersuami, ayo kita berkomplot dengan suami-suami kita supaya kita tidak termakan untuk selingkuh. Ayo bicara, ayo ngobrol, ayo pillow talk. Bukannya berkomplot dengan perempuan-perempuan tidak dikenal dan berharap mereka tidak menyelingkuhi suami kita. :)

Jangan lupa baca goresan pena sebelumnya ya! Klik: selingkuh. Jangan lupa juga follow Instagram saya di @annisast! (lah kok modus lol)

-ast-

PS: Tulisan ini harus diberi credit pada Nahla alasannya ialah sepertiganya hasil brainstorming berdua lol.

Detail ►

Beda Prinsip


Dulu ya waktu masih punya TV di rumah dan suka nonton infotainment, satu hal yang selalu bikin saya mengernyit ialah alasan perceraian para artis yang bisa dirangkum dalam dua kata: BEDA PRINSIP.

Dulu saya selalu menganggap alasan beda prinsip itu sebagai alasan yang mengada-ada dan kurang real. Lagian masa alasannya ialah beda prinsip aja hingga harus cerai sih ih, yang beda agama aja banyak yang pernikahannya langgeng. Padahal apa yang lebih berprinsip dibanding agama coba?

Kemudian saya tumbuh cukup umur dan saat tetapkan menikah, prinsip yang dulu saya anggap sesuatu yang unreal itu ternyata penting banget!

Prinsip atau value lebih yummy jikalau sama memang, kecuali kalian orang yang sangat tenggang rasa, tepo seliro, bisa bertahan dan saling menghargai satu sama lain seumur hidup.

(Baca: 30+ Hal yang Harus Ditanyakan Sebelum Menikah)

Kalau kalian kaya saya yang sebisa mungkin menghindari konflik, nggak sabaran, ingin selalu punya teman untuk diskusi, maka ya mending dari awal nikahin orang yang menghargai values yang sama.

Apa aja values itu? Ya tentukan sendiri. Tentukan apa yang penting buat kalian dan diskusikan dengan pasangan kalian.

Contoh yang sepertinya sederhana padahal tidak sederhana sama sekali: istri boleh kerja nggak sehabis nikah?

Itu kedengerannya kaya persoalan simpel: “suami larang istri boleh aja dong alasannya ialah itu hak suami”.

Alesannya bisa macem-macem ada yang beralasan “Karena sayang, jadi supaya aja suami capek kerja keras cari uang (seolah istri di rumah nggak capek ngurus rumah)” ada yang bilang “istri urus anak aja supaya rumah diurus pembantu”. Banyak.

Padahal nggak sesimpel itu. Urusan melarang bekerja ini ada di area gender equality dan ini cakupan yang sangat luas plus sensitif.

(Baca: Mengurangi Pertengkaran Rumah Tangga)

Makara daripada tanya calon suami dengan “kamu bolehin saya kerja nggak sehabis nikah?” tanya dulu soal “gimana berdasarkan kau soal gender equality?”

Karena balasan dari pertanyaan kedua akan menawarkan akan ibarat apa beliau memperlakukan kalian sehabis nikah. Kalau ditanya pertanyaan pertama terus jawabannya “boleh kok” terus kalian percaya padahal sehabis nikah kesudahannya beliau melarang alasannya ialah “dulu saya bolehin alasannya ialah honor saya kecil, kini honor saya cukup jadi ga usah kerja lagi”.

Coba jikalau tanyanya soal gender equality. Bisa ketaker banget loh beliau pria ibarat apa. Bisa pribadi ketauan apakah beliau menganggap wanita bisa setara secara akademis dan karier atau beliau menganggap wanita sebagai pengurus rumah tangga.

Satu hal, jikalau ternyata balasan beliau ialah wanita harus membisu di rumah dan kalian 100% sepakat dengan itu ya go ahead. Maka prinsip kalian udah sama.

Tapi jikalau kalian percaya wanita dan pria harus setara ya jangan dilanjutin. Mending nggak usah jadi nikah percayalah padakuuu .

Kalau kalian menikah nanti kalian sedih. Nanti kalian nggak akan lagi hidup sepenuhnya alasannya ialah selalu ada penyesalan “padahal sebenernya saya pengen xxx”. Hidup dalam penyesalan itu nggak yummy gengs.

(Baca: How are We Gonna Raise Our Kids?)

Dan jikalau udah nikah, persoalan yang kayanya remeh juga bisa jadi besar alasannya ialah ya namanya prinsip ya, susah diubah. Hal yang kayanya nggak mungkin bikin berantem aja bisa banget jadi materi perpecahan.

Kalau saya sendiri memang gres sama JG yang ngerasa klik banget. Soulmate akuhhhh uwuwuwuw gemas. Hahaha.

Selama nikah, gres satu kali berantem alasannya ialah beda prinsip. Masalahnya yaitu … Bebe masuk playgroup tahun ini apa tahun depan? HAHAHAHAHA. Tampak remeh tapi bikin mayan tegang juga sih alasannya ialah sama-sama ngotot (saya lebih ngotot sih 😂).

Abis JG keukeuh amat tahun ini sementara saya ngerasa Bebe masih kecil laahh, belum butuh sekolah. Tapi JG ingin Bebe sekolah supaya cepet bisa bahasa Inggris. Ambisius banget! Makara kesudahannya sehabis merenung usang bersama-sama, diambil jalan tengah yaitu Bebe mencar ilmu bahasa Inggris di rumah lol.

Tapi ya so far so good lah, we share the same values. Dari urusan agama, politik, gender, komitmen, kejujuran, dan banyak lah. Tapi saya mikirnya kami bisa ibarat ini alasannya ialah kami banyak berdiskusi sih sebelum nikah. Ya maklum orangnya nggak bisa nggak ngomong ya hahahaha.

(Baca: Suami yang Nyebelin)

Satu hal, sehabis saya nikah gini gres saya sadar bahwa cerai itu tidak apa-apa! Dalam artian saya tidak akan judge orang bercerai alasannya ialah saya nggak ada di posisi mereka.

Karena insan bisa berubah, insan bisa TIDAK berubah, insan bisa jadi sangat menyebalkan sekaligus menyenangkan, dan sebagainya. Makara cerai alasannya ialah beda prinsip itu sangat bisa terjadi, bukan cuma mengada-ada. Jangan suka judge orang cerai alasannya ialah kita nggak tau ada persoalan sebesar apa di baliknya.

Makara buat kalian yang belum nikah, ayo samakan visi misi, prinsip, value, apapun itu namanya dengan calon suami/istri. Buat kalian yang udah nikah dan ngerasa beda prinsip, banyak-banyak sabar ya. Huhu. Abis gimana dong.

Udah ah kepanjangan, kupusing.

Selamat weekend!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Tipe Pemuda Dari Era Ke Masa


Judulnya panjang hahahaha. KEMBALI LAGI DI #SASSYTHURSDAY YANG YA AMPUN UDAH LAMA BANGET BOLOS! Abis Nahla sibuk dan saya malas jadi ya udah lol. Nggak perlu maksa alasannya yakni yang dapat memaksa itu hanya jadi dewasa. Adulting is so damn hard.

Sigh. Gue dan Nahla sebenernya lagi capek banget nih nulis topik "terpaksa dewasa" terus jadi hari ini kami mau senang-senang dengan topik remeh temeh yaitu tipe pemuda dari masa ke masa nyahahahaa. Sungguh topik majalah remaja sekali ya!

Baca punya Nahla:
Tipe Cowok dari Masa ke Masa

Gue sih yang ngasih ilham tapi kemudian sendirinya blur. Nggak inget dulu suka pemuda kaya apa ya? Emang punya yang namanya "tipe cowok"? Nggak sih kayanya, yang penting ngobrolnya nyambung aja. Dan speaking of "nyambung", nyambungnya anak SMP, SMA, dan kuliah serta kini itu niscaya beda sih.

Makara ya jikalau harus nyebutin tipe pemuda kesukaan sih gue beneran nggak dapat sama sekali. Yang penting mau dengerin gue ngomong, dah titik.

Pacar? Ya gitu aja, pas zaman sekolah sih yang penting suka lagu-lagu yang sama jadi nonton pensi dapat bareng ya kan. Bisa dibikinin mix tape juga pake radio. Lagu pilihannya ya gue otomatis sukalaahh kan setipe grup band kesukaannya nyahahaha. NAH! Makara mendingan kita ngomongin bias di grup band aja!

Bias ini bahasa masa kini sih ya, buat yang nggak tau, artinya itu member favorit kita. Disebut bias alasannya yakni apapun yang mereka lakukan, pandangan kita akan selalu bias kepadanya lol. Mau ia tidur mangap sambil ileran, kita tetep bilang ia ganteng. Bias sebias-biasnya nyahahaha.

Tapi ya, jauh sebelum kurun jadi reporter KPOP dan ketemu artis Korea, intinya gue emang lemah sama boyband. Anaknya fangirl boyband banget hingga nggak mau ngikutin One Direction alasannya yakni mewaspadai diri sendiri dapat lolos dari jeratannya. Ya udah cukup tau hitsnya ajalah, plus kepoin Gigi dan Zayn. Aku harus tobat!

Perjalanan boyband gue cukup panjang. Dari Sekolah Menengah Pertama sih ya. SD gue ngapain sih auk, nggak inget sama sekali. Kayanya pas SD gue masih baca buku banget gitu deh. Belum ada pressure untuk nonton MTV hahaha.

Gue Sekolah Menengah Pertama tahun 2001 dan itu lagi zamannya Westlife banget. Backstreet Boys sama *NSYNC udah beberapa tahun sebelumnya ya CMIIW (LUPA). Yang terang gue ngefans bangetnya sebenernya bukan sama Westlife. Tapi sama ...

...

BLUE!

Bias gue Lee Ryan. Bagi gue zaman SMP, Lee Ryan itu ganteng banget ya ampun.


Astaga kalian perlu tau gini doang gue Google Image-nya sambil blushing najong. :')))))

Gue ngefans sama Blue level pernah maksa ibu kantin sekolah Sekolah Menengah Pertama buat jual poster HAHAHAHAHAHA. Makara dulu Blue itu jadi bintang iklan Pepsi Blue. Nah kantin sekolah gue jual dong Pepsi Blue dengan kulkas biru gitu kan. Dikasih lah sama orang promosi Pepsi: POSTER BLUE SEGEDE GABRUK. Dulu sih rasanya gede banget ya, kemarin-kemarin pas beberes Konmari kok ya cuma ukuran A3 lol.

(Baca: Beres-beres Rumah dengan Konmari Method Yuk!)

Bahan posternya itu manis banget, bukan kertas tapi semacam plastik gitu. Kertas dilaminasi lah pokoknya manis banget, nggak dapat sobek. Dan nggak Pepsi Pepsi amat juga, cuma mereka bangun berempat pake baju biru debu terus ada logo Pepsi di bawahnya. Gue nanya dong ke ibu kantin, bu itu posternya buat saya aja. Karena terang ia dikasih dan ia nggak ngefans sama Lee dong nggak kaya gue!

Terus sama ibu kantin nggak boleh coba! IH MAU NANGIS! Terus gue bujuk-bujukin alasannya yakni itu kan itungannya poster official, hingga jadinya ia bilang "ya udah tapi beli!" HUAAAA terus jadinya gue beli Rp 1000 apa gitu lupa hahaha. Dulu uang jajan padahal Rp 1500 doang lolol jikalau sama les gres dikasih Rp 3500.

Tapi Blue ini underrated banget ya, kurang duit promosi gitu murung deh. Makara nggak sempet se-hits Westlife atau Backstreet Boys gitu hhhh. Padahal Lee Ryan potensial banget. Potensial apa ya, ya potensial ngetop alasannya yakni ganteng nyahahahaha.

Oke sebelum lanjut ke bias berikutnya, mari kita dengarkan dulu satu tembang dari Blue, All Rise. Yang nggak tau lagu ini nggak temenan! Haha!


Kalau kini di Blue ditanya siapa bias, gue pilih Simon sih ya. Suaranya manis banget! Dulu suka Lee alasannya yakni ia cute aja sih. Remeh lah saya mah.

Nah alasannya yakni Blue kurang promosi, naturally ya gue suka juga Westlife. Tau bener-bener tau semua lagunya. Nah di Westlife, bias gue Nicky Byrne sama Brian McFadden. Nah dari sini aja udah keliatan jikalau tipe pemuda gue itu random banget. Apapaan nggak ada benang merahnya sama sekali gini.

Suka Nicky alasannya yakni mukanya Amerika banget gitu. Model-model Aaron Carter. Suka Brian alasannya yakni ia tinggi gede aja sih. Auk ah nggak terang amat.

Yang terang pas Brian pacaran sama si Kerry Atomic Kitten itu gue yang sebel alasannya yakni Kerry pendek banget! Jari-jarinya juga pendek, gue inget mereka ngedate ke pantai gitu Kerry pake bikini dan buruk hih berani-beraninya pacaran sama Brian. Memang sungguh tidak masuk nalar sekali ya sebelnya hahaha.



Sama Westlife ini bersyukur sih alasannya yakni beberapa tahun kemudian pas mereka ke sini gue nonton HUHUHUHU. SUMPAH TERHARU. Tapi promotornya sempet rusuh sih, jual tiket di luar kapasitas Tennis Indoor Senayan yang kecil banget gitu. Gue nonton pekan raya kedorong-dorong hingga pengap banget dan jadinya melambaikan tangan ke kamera.

NGGAK DENG. Melambaikan tangan ke mas-mas yang jaga gitu di seat atas minta dipindah alasannya yakni gue sama temen-temen udah nggak berpengaruh banget. Ya udah jadinya pindah ke atas, duduk dan nyanyi-nyanyi sepanjang konser. Konser nostalgia banget senaaanggg!

Apa lagi ya?

Udah sih kayanya mereka doang yang ngaruh banget di hidup pas zaman Sekolah Menengah Pertama mah. Sekolah Menengan Atas dengerinnya udah grup band macam Hoobastank gitu. Dan itu bukan alasannya yakni ngerti tapi ya alasannya yakni temen-temen dengerinnya itu ya udah ikutan aja hahaha. 180 derajat banget sama Nahla deh jikalau soal musik mah.

Berikutnya punya bias lagi eksklusif yang ini. HAHAHAHAHA.


Ya gara-gara Boys Before Flower sih. Berikut-berikutnya sih dapat diliat di sini: daftar pemuda ganteng kesayangan (TOP BIGBANG FTW!). Di situ gres keliatan ada tipenya ya. Mungkin memang butuh jadi agak renta dulu hingga dapat memilih sukanya pemuda kaya gimana. Makanya jangan nikah muda ya gengs. Hahaha.

(Baca: Rumitnya Menikah)

Sebenernya pengen bahas juga Backstreet Boys sama *NSYNC sih tapi duh kepanjangan. Intinya jikalau di BSB gue suka Nick Carter lah who else! Combo sama Aaron Carter juga. Brother of the era. Kalau *NSYNC ya Justin Timberlake tentu saja alasannya yakni Britney Spears my queen! Kalau Britney konser di sini gue mau nonton!

Btw nanggung nostalgia, INGET MEREKA NGGAK? GILA SIH ANAK MTV MILENIUM MANA SUARANYAAAAA?!


Steps tahun ini 20 tahun! Mereka comeback dan punya album gres omg omg omg. Duh gue beneran harus bikin satu postingan ihwal nostalgia lagu favorit 90-an.

Masa-masa di mana jikalau mau tau grup band favorit itu bener-bener cuma dari majalah dan tabloid Fantasi. Harus rajin dengerin radio dan mantengin MTV alasannya yakni jikalau nggak gitu nggak akan tau apa-apa soal mereka. Masa-masa itu. :')

Kalau kalian gimana? Suka tipe pemuda kaya gimana? Siapa bias boybandnya? AYO NGAKU!

-ast-

Detail ►

Kehilangan Dan Kuota Kepemilikan


Bicara kehilangan, dua kali barang yang cukup "penting" harus terrampas dari kehidupan saya.

Tahun 2008-an saya pernah dihipnotis di Toko Petra, Bandung. Waktu itu hilang Blackberry pertama yang dibeli dengan uang tabungan sendiri. Kedua kemarin itu, ketika barang-barang yang raib malah bukan barang yang saya beli sendiri.

Keduanya cukup bikin melongo seharian. Dan ya ... sedih sekali. T_______T

Saya dongeng di grup dan semuanya kalem, Nahla bilang: "namaste, kita harus kasih positive vibes, udah anggap buang sial" --> anaknya emang positif banget sama harta benda.

Gesi bilang: "Kalo kata Kousuke papa Miiko: barang yang hilang membawa segala kesakitan dan ketidakberuntungan kita alias kaya kata nahla, buang sial" --> bahkan di ketika kesialan pun nge-quote-nya Miiko.

Mba Windi bilang: "tp udah dilihat blm ke seluruh rumah siapa tau ketelingsut" --> orangnya paling logis hahahaha heartless wtf.

Terus kata anak kantor saya Devina (cie Devina disebut namanya lol) "sejak saya ilang HP itu mbak, saya percaya semua orang pernah kehilangan, kaya ada kuotanya gitu".

Oh ya, kuota kehilangan, kuota kepemilikan. Kehilangan kali ini ternyata mengajarkan saya banyak hal.

*

Pagi itu gosip kehilangan belum saya ceritakan di group keluarga. Saya menunggu agak hening dan memikirkan kalimat yang pas alasannya saya sendiri masih shock memikirkan ada orang masuk rumah. Saya merangkai kata semoga kejadiannya tidak terlalu terasa horor.

Ketika kesannya saya bercerita, semua orang berduka, adik-adik saya pada kasih emot nangis. Sayanya jadi makin sedih huhuhu.

T_________T

Emosinya campur aduk. Sedih, khawatir, terutama takut. Iya saya takut banget alasannya malem sebelumnya di rumah cuma berdua Bebe. Saya jadi kepikiran, gimana jikalau orangnya masuk pas JG nggak ada. Saya dan Bebe dapat apa?

Gimana jikalau pas orang itu masuk ruang tamu ia tidak menemukan apa-apa? Apa ia akan lanjut masuk rumah dan bertemu kami bertiga? Seketika keganjilan saya menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu jadi terasa sebagai keberuntungan.

Jika hari itu normal dan kamera serta iPad ada di kamar menyerupai hari-hari biasanya, ruang tamu saya tidak akan terisi barang berharga. Apa yang akan si pencuri lakukan?

Segala emosi itu bercampur plus terpikir adik saya yang akan menikah final ahad ini. Rasa kecewa, hasrat kebendaan, dipadukan dengan obsesi pada Instagram ini memang menjerumuskan sekali ya.

*ujung-ujungnya Instagram* 😪

Nggak usang group buibu temen kuliah rame. Temen saya dongeng ada anak temennya umur 6 bulan yang gres aja meninggal alasannya SIDS (sudden infant death syndrome). Yang kacau dari SIDS itu nggak pernah diketahui penyebabnya kan, anak lagi tidur tau-tau meninggal aja nggak ada bunyi atau apa.

"Abis main terus tidur terus ia ga bangkit lagi, kata dokter kematian alami"

T_________T

Belum sekian menit bahas SIDS, guru daycare-nya Bebe chat ngirim beberapa foto Bebe yang dekil keringetan abis guling-guling main bola di halaman. Mukanya bahagia, tengil menyerupai biasa. Bebe nggak tahu, sepagian ibu dan appanya lagi sedih. Nyes banget rasanya liat Bebe yang happy sehabis denger gosip anak meninggal.

T_________T

Kehilangan saya ternyata nggak ada apa-apanya. Orang lain kehilangan sesuatu yang jauh lebih besar, sementara saya masih punya segalanya. Hidup saya nggak pernah kurang meski nggak berlebihan hingga dapat beli Hermes. Bebe sehat dan happy, suami support selalu, saya nggak kurang apa-apa.

Abis dikirim foto Bebe itu saya ngerasa Tuhan itu lagi ngegeplak nyamuk depan muka saya yang lagi ngelamun. Saya digeplak di depan mata biar kaget dan berhenti merenung terlalu lama.

Beberapa bulan ke belakang saya memang terlalu banyak mengeluh, terlalu sering ngerasa kurang, terlalu mikir kok hidup gini-gini aja sih. Kok kurang terus ini dan itunya.

Butuh hilang kamera dan iPad dulu gres saya ngerasa bahwa tanpa kedua benda itu aja ternyata hidup saya nggak kurang. Nggak sama sekali. Hidup saya cukup, sangat sangat cukup.

Saya juga jadi sadar satu hal: nothing is unlimited. Every single thing has a limit!
Hidup dan mati sih udah tentu ya. Tapi juga hak kepemilikan kita pada barang. Nggak ada satu pun yang dapat kita miliki selamanya. Semua benda punya "kuota".

Jatah saya untuk punya kamera dan iPad mungkin hanya 5 tahun. Itu pun harusnya saya sudah merasa beruntung lah, selama 5 tahun dapat memanfaatkan kamera dan iPad tanpa modal apa-apa sama sekali alasannya keduanya yakni pemberian.

Kalau pun nggak hilang, ketika kuota kepemilikannya habis ya barang itu PASTI akan nggak dapat dipake lagi. Entah rusak atau saya beli gres atau barangnya dikasih ke orang atau dijual.

Kalau pun kita simpan barang itu selalu, akan ada masanya ia berhenti kita pakai. Hanya akan terduduk di lemari atau di gudang dan kemudian ditasbihkan sebagai "barang kenangan".

Semua niscaya ada batasnya. SEMUA PUNYA WAKTUNYA, SEMUA PUNYA GILIRANNYA. Semua punya kuota kepemilikannya.

Tiba-tiba saya ikhlas. Saya eksklusif chat JG dan bilang mulai kini saya akan lebih menghargai waktu-waktu bersama Bebe dan JG alasannya ternyata mereka berdua lah sebenar-benarnya definisi bahagia. :')

Saya eksklusif merasa beruntung menikah dengan JG yang bahkan tidak bertengkar atau saling menyalahkan ketika terjadi petaka menyerupai ini. Padahal menyalahkan yakni hal termudah untuk menenangkan diri.

Dan ya, aneka macam saya tahu pasangan yang malah bertengkar ketika terjadi musibah. Hal sesederhana anak menangis saja dapat jadi sumber pertengkaran. Padahal untuk apa mencari kesalahan yang tidak perlu? Kami tidak, thank God.

JG dapat menyalahkan saya yang entah kenapa menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu. Saya juga dapat menyalahkan JG yang tidak mengunci pintu. Tapi kami tidak melaksanakan itu. Tidak peduli siapa yang salah, yang terperinci ketika ini kami butuh satu sama lain untuk saling membuatkan kesedihan.

Sorenya saya jemput Bebe dan bilang "cil, kamera sama iPad ibu ilang diambil orang, ibu sedih deh".

Manisnya, Bebe eksklusif peluk saya dan bilang "nanti jikalau sudah besar saya beli kamera dan aiped buat ibu".

CRYYYYY.

Sepanjang jalan ke rumah, Bebe yang duduk di car seat terus cium-cium tangan saya sambil bilang "Aku beli kamera, ibu seneng kan? Appa seneng kan? Tapi nanti jikalau sudah besal"

😢

Nyampe rumah ia eksklusif nyalain senter di HP nya dan sibuk nyenterin semua kolong. Kolong meja, kolong rak, sisi samping lemari. Saya tanya, lagi apa? Jawabannya?

"Aku lagi cari kamera dan aiped ibu" seolah kamera dan iPad saya hilang itu sama dengan mobil-mobilan ia yang "hilang" masuk ke kolong.

WHAT HAVE I DONE TO DESERVE THIS SWEET BOY 😭😭😭

*

Nahla selalu bilang "harta itu serem kak, serem banget". Iya saya gres sadar itu sekarang, semakin banyak kita punya sesuatu, semakin besar kemungkinan kita "sakit" alasannya kehilangan, semakin tinggi rasa khawatir dan curiga.

Tapi yaaa, realistis aja sih. Nggak bakal juga tiba-tiba hidup minimalis hanya dengan satu koper gitu kaya yang lagi trendi hahaha Nggak sanggup, secukupnya aja yaaaa. Hasrat kebendaan ini kan paling susah dibendung alasannya bikin senang dengan instan. Sigh.

Dan ternyata kemalingan gini masuk akal terjadi di kota-kota besar ya! Iya sih saya sering denger cerita, tapi banyak orang yang saya ceritain soal ini pernah kehilangan dengan cara sama juga, kehilangan di ruang tamu juga alasannya nggak kunci pintu. Oh well.

Kuota kehilangan itu benar adanya.

Malem itu juga kami ke kantor polisi, mengantri 1 jam lebih dan belum juga kebagian jatah dibuatkan laporan pencuriannya. Kami mengobrol dan menyadari bahwa semua orang di sini melaporkan sesuatu yang hilang alasannya dicuri!

Saya gres tahu lho, di kantor polisi ruangannya itu beda dengan bikin surat kehilangan atm hilang. Ini ruangannya tegang, ada satu ibu yang ternyata pencuri ketangkep basah, sedang diinterogasi. Beberapa calon pelapor lain menunggu dengan wajah capek. Ditambah pak polisi yang menjawab ketus alasannya harus jaga image-lah! Ada maling di ruangan gitu loh!

Wow, banyak orang kehilangan artinya banyak yang mencuri, artinya banyak yang butuh uang. Mungkin memang BUTUH uang untuk makan, untuk beli susu, untuk anaknya sekolah.

Iya saya yakin, maling nekat menyerupai ini tidak akan mengambil kamera dan iPad saya untuk dibelikan iWatch dong? Priority bro. Nggak mungkin kan malingnya persekutuan Danny Ocean alasannya masa iya yang dimaling cuma kamera dan iPad. 😶

Selintas saya mikir loh kok banyak orang jahat di dunia ini!

Tapi kemudian eksklusif tersadar bahwa nggak fair lah mikir kaya gitu alasannya kenyataannya orang baik juga banyak. Lebih banyak.

Orang-orang baik yang mau membantu mendorong kendaraan beroda empat ke pinggir jalan meski tidak kenal, yang tidak menjambret HP kita ketika sedang pesan ojek di sisi jalan yang ramai, yang rela ... apa lagi ya. Ya pada dasarnya banyakan orang baik kok! Dalam satu gedung kantor aja maling uang kantor paling berapa orang kan. Rasionya lebih banyak orang yang baik dan jujur kan!

Belum lagi memikirkan orang-orang yang harus mengambil kuota kehilangan mereka dengan cara yang garang dan tidak manusiawi. Yang dirampok dengan senjata tajam hingga disekap di kamar mandi.

Ya pada dasarnya saya masih jauh lebih beruntung. Maling kamera itu hidupnya niscaya tidak seberuntung saya. :')

Jadi ya jikalau kalian gres kehilangan barang kaya saya, ingatlah selalu bahwa semua orang punya kuota kehilangan. Semua barang punya kuota kepemilikan. Nothing's immortal.

Dan selayaknya ibu-ibu, mari kita tutup postingan ini dengan kata mutiara yaitu ... selalu ada pesan tersirat di balik setiap kejadian hahaha.

Kali ini hikmahnya yakni jadi beli kamera baru. Sebelumnya saya selalu ingin beli kamera tapi tak pernah punya alasan besar lengan berkuasa untuk beli alasannya kamera usang pun tidak apa-apa hahahaha #win

Kalian pernah hilang barang elektronik kesayangan juga? Hilang apa? Jangan sedih ya, mungkin kuotanya sudah habis! ;)

-ast-

Detail ►