Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri susahnya-jadi-ibu. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri susahnya-jadi-ibu. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Susahnya Jadi Ibu ... (2)

*Ini draft lama, dari 24 Mei 2017 yang belum dipublish. Entah dulu kenapa marah-marah gini, niscaya ada triggernya. Kemudian alasannya isinya marah-marah jadi diendapkan ... dan kemudian lupa hahaha. Publish ajalah ya sayang juga diem di draft doang ;)*



Iya sih emang nggak ada yang bilang jadi ibu itu gampang. Tapi niscaya gres tau SEGITU susahnya jadi ibu sesudah anaknya lahir ya? Iyalaahhh.

Pas nikah niscaya banyaaakk banget yang tujuannya punya anak. Padahal nggak tau juga punya anak itu kaya apa. Mungkin itu yang namanya maternal instinct.

Iya ada kan orang-orang yang memang nggak pengen punya anak. Nggak pernah punya perasaan ingin punya anak dan itu TIDAK APA-APA. Karena jadi ibu itu susah, jangan memaksakan diri jadi ibu hanya alasannya orang-orang bilang eh kok kau nggak punya anak? Atau hanya alasannya orang bilang kini saatnya punya anak.

No, nikah aja persiapannya panjang kok, jadi masuk akal jika tetapkan punya anak sesudah berpikir panjang.

Dan ini bukan dilema rezeki ya jadi tolong tidak dijawab dengan anak lahir dengan rezekinya sendiri. Bukan itu, beda konteks. Namanya orang usaha, rezeki niscaya mengikuti lah. Tapi punya anak kan nggak sepenuhnya dilema khawatir akan rezeki.

Anak lahir sebagai tanggung jawab kita. Bagaimana kita akan didik dia? Bagaimana akan mengajari beliau sopan santun? Bagaimana mengajari beliau menghormati perempuan? Bagaimana mengajari beliau toleransi biar tidak jadi bigot?

Makara ya, punya anak BUTUH persiapan ilmu akan hal-hal itu. Makara ibu itu butuh persiapan mental meskipun nggak bisa gladi resik dulu! Nggak bisa tes skenario dulu. nggak bisa reading dulu. Punya anak itu pribadi performance, pribadi syuting dalam one take. Nggak bisa retake, yang ada hanya penyesalan. *sigh*

Di situ beratnya.

Apalagi untuk ibu-ibu tengah kaya aku gini ya. Tengah dalam artian, nggak kaya banget, nggak miskin banget. Nggak idealis banget hingga segala organik tapi nggak serampangan juga hingga MPASI umur 3 hari. Realistis tapi masih pengen ideal gitu lah.

Ada di tengah-tengah dan itu emang kampret sih. Dan bikin kepikiran.

Karena tentu ingin jadi ibu terbaik bagi anak kan, tapi mau ideal banget juga kok ... capek yaaa. Gagal konsisten jadinya, kemudian muncul ajaran "ah ya udalah gini juga nggak apa-apa kok". Beberapa ahad kemudian murung sendiri "gue jadi ibu kok nggak konsisten banget ya"

T_________T

Dan tekanan tiba dari diri sendiri alasannya diri sendiri yang perfeksionis ini susah sekali tidak membandingkan dengan ibu lain. Ibu lain kok gitu, kok gue nggak bisa banget ya begitu. Si X andal deh anaknya nggak kenal gadget hingga kini umur 5 tahun. Si Y andal banget deh anaknya lima homeschooling semua, gue kok nggak bakal mampu ya kayanya.

Kemudian nyerah di awal dan berbuah penyesalan-penyesalan kecil. Penyesalan ini bisa dihapus dengan "ya udalah" tapi masih kepikiran dikit HAHAHAHAHA.

Pertanyaan ini niscaya pernah mampir di kepala: apa kita ibu yang baik?

Kata orang, seorang ibu niscaya ibu terbaik buat anaknya. Tapi kok kayanya belum tentu ya. Soalnya banyak juga ibu yang jahat sama anaknya. Tapi kan kita nggak jahat. Tapi anak kok lebih mau makan sama mbak dibanding sama kita?

HHHHH.

Mau detoks gadget tapi kita sendiri nggak bisa detoks gadget. Mau lebih sering main di luar tapi kok ya kita sendirinya juga capek harus ngejar-ngejar beliau outdoor. Ingin homeschooling, baca buku sebelum tidur aja ngantuk banget rasanya.

Makara realistis rasanya lebih susah sesudah jadi ibu. Karena segala jungkir-balik yang kita lalui tiap hari itu bukan lagi alasannya kita ingin lulus SPMB atau sidang skripsi, segala tujuan alhasil bukan diri kita, tapi akan jadi apa anak kita.

Kemudian merasa gagal. Kemudian mulai tiba penyesalan.

Padahal, sadarilah. Keputusan untuk anak sebaiknya diambil sesudah ajaran yang matang. Makara jika dulu ngasih gadget, ya mungkin alasannya ada kebutuhan itu. Lihat alasan di baliknya, apa dulu bisa jika tanpa gadget?

Nggak bisa kan? Kalau dulu nggak bisa tanpa gadget, maka kini anak ketergantungan gadget yaitu risiko yang kita hadapi atas waktu-waktu yang didapat dari masa lalu.

Makara bisa mikir "ah tapi jika dulu nggak ngasih gadget juga ga mungkin makan, masa laper terus, nanti stres. Kalau stres nanti malah nggak waras ngadepin anak" Makara tidak perlu menyesal, alasannya dulu gadget itu membantu.

Saya sih jarang menyesal sama segala sesuatu alasannya jarang mengambil keputusan impulsif. Makara dipikirkan dulu. Waktu pertama kali ngasih gadget ke anak ya pertimbangannya alasannya ... alasannya kenapa nggak? Hahaha.

Belum lagi jika marahin anak bukan alasannya salah beliau tapi alasannya kita yang capek. Duh anak nggak salah apa-apa jadi kena bentak. Padahal sendirinya paling bisa bilang ke anak "tidak perlu sambil murka dong mintanya!"

Huhu.

Karena ini aku nggak berani untuk punya anak lagi. Tanggung jawab yang terlalu besar. What if I screw them up? What if I screw OUR LIFE up?

Komentar paling nggak sopan dan jahat dari segala urusan nambah anak: "nanti jika ada apa-apa (read: anaknya meninggal) nyesel loh" LIKE HELLO PEOPLE. JADI PUNYA DUA ANAK ITU BACK UP IN CASE YANG SATU MENINGGAL?

No. Makara ibu yaitu pengalaman batin, biarkan aku menikmatinya. Biarkan kalian menikmatinya. Jangan pernah bertanya kapan akan punya anak, jangan pernah bertanya kapan punya anak kedua, ketiga dan seterusnya. Kalau ada yang tetep nanya maka musuhin lol.

Selamat hari Jumat!

Btw ini part 1-nya: Susahnya Makara Ibu ...

-ast-

PS: Karena ini goresan pena lama, jadi banyak soal gadget sebagai pelarian. Sekarang Bebe udah nggak ketergantungan gadget lagi. Minggu depan aku dongeng proses detoksnya ya!

Detail ►

Susahnya Jadi Ibu ...


Ih kok ngeluh?

Boleh dong ngeluh, boleh banget semoga waras. Tapi jangan sering-sering yaaa. Jangan hingga mengeluh mendominasi hari. Karena yang boleh mendominasi hari dan menjajah pikiran hanyalah ajaran upload foto apa di Instagram hari ini? BAHAHAHAHAH

Iya ih susah banget loh jadi ibu.

Dan sialnya kesusahan itu gres ketauan pas udah jadi ibu hahaha. Pas belum jadi ibu mah ya ngerasa bisa lah toh jadi ibu itu katanya kodrat. Toh jutaan wanita lain sedunia juga bisa jadi ibu. Kaprikornus kita juga niscaya bisa! 💪

Meskipun pas hamil agak-agak mellow sebab bisa nggak yaaa? Apakah saya bisa mengurus dan mendidik anakku? Ah saya niscaya bisa! Kan bisa belajar!

Kemudian kita pun belajar. Melahap aneka macam teori melahirkan hingga teori ASI, hafal semua! Teori parenting, teori MPASI, teori fase-fase balita. Teori ini teori itu. Seminar ini seminar itu. Talkshow ini talkshow itu. Follow banyak psikolog anak dan dokter di social media.

Males? SAMAAAAA. Saya juga nggak ikut kok seminar-seminar parenting itu bahahahaha saya nggak punya waktu sis. Saya ibu-ibu homeschooling alias berguru sendiri baeee. 😂

Rajin juga tanya-tanya ke temen yang tampak baiklah dan bisa ditanya. Dan yang terpenting, menentukan sobat tidak judgmental! Supaya nggak stres sebab urusan ASI bila temennya geng pengharam susu formula.

Waw jadi ibu ibarat kuliah tak kunjung henti, penuh teori dan praktikum setiap hari. Mana nggak ada ujiannya pula jadi nggak ngerti deh apa kita udah layak jadi ibu?

(Baca: Hal-hal yang Hanya Bisa Dirasakan Ibu Menyusui)

Ah susah emang sih ya.

Anak kan bukan cuma harus dikasih makan, bukan cuma praktis dibeliin mainan semoga tetap anteng. Belum ngajarin sopan santun. Belum ngajarin harus menghormati perbedaan. Belum ngajarin toilet training. Ah peer nya banyak banget!

Belum lagi anak harus dijaga emosinya!

Uhwaw, menjaga emosi anak sambil menjaga emosi diri sendiri itu lebih berat dari maraton 40KM. Mending maraton bisa latihan dulu, bisa alesan beli sepatu lari gres semoga samaan sama Jennifer Bachdim, lah menjaga mood anak setiap hari?

Jungkir balik sis, nggak bisa pake alesan belanja pula *LHA*. Anaknya literally jungkir balik lari-lari sana-sini padahal disuruh pake baju doang abis mandi, ibunya jungkir balik dalam pikiran. Butuh yoga emang nih ya, yoga pikiran semoga nggak jungkir balik terus. 😂

Yang harus dijaga emosi anak DAN emosi ibu kan sebenarnya. Karena anak tantrum leading ke ibu tantrum juga. Anak marah, ibunya ikut marah. Muter-muter. Padahal yang satu umur 3 tahun, yang satu umur 30 tahun. Ckckck. Emosi tidak mengenal usia.

Kalau udah tantrum, yang umur 3 tahun bisa happy seketika kaya nggak ada apa-apa. Lha yang umur 30 tahun? Abis tantrum guilty banget sebab kok ya nyari lawan berantem harus banget anak umur 3 tahun? Anak sendiri pula. 😂

(Baca: Tips Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum)

Susah lah emang.

Apalagi ngomongin guilty pleasure ibu-ibu sedunia: gadget. Wow wow. Bahkan yang ngasih screen time nggak lebih dari 3-4 jam sehari aja masih ngerasa guilty banget. Kok bisa orang lain anaknya nggak kena gadget sama sekali? KOK GUE NGGAK BISA?!

Ah saya nggak bisa sebab saya takut nggak waras. Kalau nggak dikasih gadget maka nggak bisa makan. Anak kalian bisa baca buku atau mewarnai? BERSYUKURLAH. Oh bisa sebab dibiasakan? Ah saya juga udah coba, nggak terbiasa-terbiasa tuh anaknya. Sayanya nggak bisa makan iya.

Padahal makan kan kebutuhan hidup paling hakiki ya nggak? HQQ bila kata anak gawl zaman sekarang.

Nyesel nggak ya di masa depan sebab ngasih anak gadget? Kayanya nggak ya. Kalau pun di masa depan beliau jadi kecanduan, ya terima aja. I PLEAD GUILTY. 🙇🏻‍♀️ Salahku 100% sebab mau hidup hening dikit pas beliau balita. Terima ajyaaahh. Nasib gengs.

Ckckck. Susah kan bener?

Pas anaknya bayi resah minta ampun urusan ASI. Apa ASI saya cukup? Kenapa ASI saya nggak ada? Atau malah kenapa ASI saya banyak banget hingga bayi dapetnya foremilk doang? Kenapa tetek nanah mau meledak tapi dipompa cuma dapet 20 ml? Kenapa breastpump mahal? Kapan saya bisa pake bra biasa lagi dan bukannya bra nenek-nenek?

Anak umur 2 bulan mulai resah sebab mau masuk kerja. Nangis-nangis ke suami pengen resign aja. Keputusan yang untungnya tidak diambil dan cukup ditertawakan sekarang. Karena bila resign, ai nggak bakal waras gaes.

Kantor yaitu sebenar-benarnya lari dari kenyataan ada anak bayi ngotot pengen beli Robocar Poli 250ribuan tapi 3 jam lalu dibuang sebab ingin Hot Wheels 30ribuan. #truestory 💆🏻

Apalagi bila anaknya 2 atau 3 tahun yaaa. Duile urusan pake celana posenya gimana aja problem banget. Terserah Bebe ajalah. Ibu ngikut Bebe aja, tapi masalahnya bila Bebe pose nungging gitu pake celananya gimana, Be?

Terus masih aja harus berdiskusi hal-hal kurang penting bagi ibu tapi mungkin penting bagi Bebe. Seperti ibu maunya mandi dulu, Bebe maunya minum susu dulu. Ya terserah Bebe aja, ngikut Bebe aja deh ibu mah.

Tapi bila sudah jam 11 malam dan ibu maunya Bebe bobo sementara Bebe maunya nonton PJ Masks terus ya ibu marah. Bebe nangis. Biar aja Bebe nangis sebab nggak semua yang Bebe mau bisa ibu kasih. Nangis hingga ketiduran ya plis, jadi nggak perlu ngelonin. 😂


Belum lagi urusan pup aja jadi urusan paling penting sedunia sebab ada anak bayi yang ngintilin mulu. Alesan basuh tangan lah, basuh kaki lah, hingga nggak punya alesan. Pengen sama ibu aja.

Udah gitu ngeluh-ngeluh sebab plis deh saya mau pup dengan tenang! Terus urusan mandi. Nyuruh-nyuruh anak mandi dengan alasan bacin asem. Padahal bacin asem itu dicari-cari dulu dan dicium-cium hingga puas. Hah! Konsisten dong!

Siapa yang di sini pernah pipis sambil nenenin? SAYAAAA! Kalian nggak sendirian gaes. Tenang aja.

Capek ya. HAHAHAHA. Capek-capek sebel pengen ngetawain diri sendiri. Woy kehidupan jadi ibu kok lawak banget. 😂😂😂

*

Tapi ya kok begini amat? Pas tidur malah dicium-ciumin terus. Pas lagi kalem malah dipeluk-pelukin terus hingga beliau sebel. Pas lagi duduk anteng malah jawil-jawil pipi terus gangguin anak. Makin beliau sebel makin seneng kita godain. Kita ibu macam apa!

Di kantor malah telepon suami bahasnya anak juga. Browsing Timehop cuma mau liat foto-foto Bebe waktu bayi. Foto-foto ditata rapi di Google Photos dengan album menurut usia bulan sebab saya nostalgia aja perfeksionis, maunya nostalgia menurut beliau usia berapa bulan.

Dan tiba-tiba anaknya gedean dan anteng sendiri malah jadi kangen, sebel, kenapa sih? Udah nggak butuh ibu ya? #drama

Belum lagi nafsu beli gadget berkurang drastis sebab fokus menabung untuk sekolah.

DUH BUIBUUUU! KITA INI IBU MACAM APA!

Kita ini ibu-ibu normal! Ibu-ibu yang bebas mengeluh sebab mengeluh itu hak segala bangsa! Hahahaha sini pelukan semua! Tenang aja bentar lagi THR-an jadi bisa belanja pelipur lara. 😂😂😂

Share ke temen kalian yang lagi jungkir balik juga ngurus bayi dan balita! LUV!

-ast-

Detail ►

Di Balik Layar Susahnya Jadi Ibu

sesibuk itu hingga ga sempet foto bukunya doang lol

Akhirnya buku saya dan Gesi terbit jugaaa!

*TIUP TEROMPET* *SEBAR CONFETTI*

via GIPHY

Sejujurnya prosesnya usang banget alasannya yaitu jarak memisahkan dan kami berdua sibuk banget. SIBUK BANGET HARUS DI-BOLD.

(Baca kisah Gesi di sini, mungkin lebih detail lol: Lahirnya Buku Susahnya Kaprikornus Ibu)

Mulai omongan awal itu di bulan September 2017 dan gres bulan depannya mulai nulis dikit-dikit tapi belum intens. Bikin kerangkanya aja usang banget alasannya yaitu pengen segala ditulis lol.

Kami berdua berhutang pada Google Docs dan Sheet banget sih alasannya yaitu jadinya dapat nulis berdua tanpa harus bolak-balik email. Dan iyes, kami nulisnya di Google Sheet bukan di Docs alasannya yaitu pusing mikirin ilustrasinya.

Kaprikornus kami nulisnya kaya gini dan surprisingly simpel banget jadinya alasannya yaitu jadi keliatan halaman mana yang masih kosong dan halaman mana yang udah selesai.


Masalah berikutnya juga kami tidak mau melulu bercerita ihwal diri sendiri jadi ada beberapa chapter yang dibentuk universal. Untuk chapter-chapter itu kami setuju untuk pake panggilan ayah-ibu instead of mami-papi atau ibu-appa.

Terus apalagi sih yang harus diceritain jikalau disuruh kisah proses kreatif itu HAHAHAHA BINGUNG. Abis nggak sempet foto banget nih halaman dalem bukunya. Tar saya share di Instagram aja yaaa.

Intinya kerja bareng Gesi nulis buku ini smooth banget. Kami berdua tipe perencana gitu jadi semua dibentuk to do list dan tersusun rapi kusenaaaanggg. Kebayang jikalau kolaborasi orang yang nggak rapi terus berserakan dan nggak terang deadline-nya wah bye kayanya nulis gini doang dapat stres.

Terus ini juga buku kedua kami jadi kurang lebih kami jadi punya bayangan kerja bareng penerbit. Kaprikornus nggak blank banget gitu. Dan di kurun WhatsApp ini betapa enaknya nulis buku dapat ngobrol di group dengan editor dan ilustratornya detik itu juga jadi revisi-revisinya cepet.

Isi bukunya kurang lebih kaya blog saya dan Gesi. Cerita ringan seputar motherhood yang nggak berpihak, no judgment, dan ada komentar dari expert untuk topik-topik tertentu yang memang butuh dikuatkan oleh expert ibarat dokter anak atau andal gizi.

Kalau kata JG sih bukunya seru banget! Sementara saya yang memandang sebelah mata dan komen:

“Iyalah yang nulis istri kau dan topiknya anak kamu?!” HAHAHAHA

Tapi agar kalian juga suka ya!

OIYA SOAL ILUSTRATOR!

Awalnya kami mau kerja bareng Puty. Simply alasannya yaitu beliau ibu-ibu juga jadi niscaya dapat ngerti apa yang kami mau. Tapi dalam perjalanannya kami harus berpisah ahahahaha alasannya yaitu ya kalian cek aja deh Instagram Puty, sungguh bertolak belakang sama saya dan Gesi kan.

Puty itu ilustrasinya simple, rata-rata two tone gitu dan cuma sesekali gambar full color. Nggak sesuai dengan gaya saya dan Gesi yang colorful banget. Kaprikornus pas Puty kasih pola halaman yang udah diilustrasi kami yang “sepi ya”.

Terus Puty revisi dan dibikin rame dan komen kami masih tetep “mmm, sepi ya” HAHAHAHA Emang beda selera tandanya ya. Kaprikornus kau pun berpisah for good. Karena jikalau dipaksain takutnya Putynya nggak hepi alasannya yaitu maksa keluar dari style beliau dan kami berdua pun tentu tidak hepi alasannya yaitu nggak sesuai dengan style yang kami mau.

Abis itu galau selama sekitar 2 ahad untuk cari ilustrator pengganti. Sampai kesannya editor kami menyebut nama Frans dan saya seneng banget alasannya yaitu udah usang banget follow Frans!

Long story short kesannya kami kerja bareng Frans yang gres aja lulus kuliah (apa masih kuliah ya kok lupa lol) dan usang lama usang lama lama, revisi ini dan itu banyak banget hingga kesannya selesai.

TERUS SIBUK LAGI.

TERUS LUPA KALAU LAGI NUNGGU BUKU TERBIT.

Minggu kemudian Gesi tanya ke editor kapan bukunya terbit dan dijawab ... “Senin 28 Mei udah ada di Gramedia”


LAHHHH KAPAN PO-NYA KALAU GITU? AHAHAHAHAHAHA.

Iya awalnya kami planning PO dengan dua merchandise khusus. Satu bikin sendiri satu lagi disponsorin Kawung Living. Karena udah lewat dan nggak keburu PO, kesannya kami bikin special offer deh.

Ini beliau special offernya. Bisa dibeli pribadi di Tokopedia paling lambat tanggal 7 Juni dan selama persediaan masih ada.


UPDATE: Saya nulis ini kemarin sore sebelum special offer. Special offer dibuka jam 7 malem untuk 90 buku dan habis dalam 7 jam aja jadi yaaaa ... habis. MAKASIH BANGET SEMUA YANG UDAH BELI YAAA!

AYO DIBELI! UDAH ADA DI GRAMEDIA HARGANYA RP 75RIBU AJA! CUS! Atau dapat juga klik link ini ya!

-ast-

Detail ►

Meragukan Empati

Nahla udah nulis soal empati ini sih (klik ya). Tapi saya sendiri gres kepikiran soal tenggang rasa ini sesudah tragedi beberapa hari lalu. Ini akan panjang yaaa. Baca hingga tamat yaaa!

Sebelum ke dongeng intinya, kalian harus tau bila dibanding Nahla atau Gesi, saya yakni orang yang sungguh heartless. People said I have zero empathy huhu tapi ya nggak lah. Nggak zero banget, saya cuma pilih-pilih kasihan sama siapa.

Iya pilih-pilih dan pake kebijaksanaan dulu jadinya jarang kasihan. Apalagi bila susahnya lantaran terperinci salah atau malas. HAH NGAPAIN KASIAN. Ya kan, people with no feeling banget kan bila kata BuzzFeed.


Parahnya, JG juga sama hahaha. Dia melankolis dengan cara tertentu tapi ia juga realistis banget! Cuma lebih sering saya sih yang bilang kasihan sama orang dan ia bantah.

Misal saya bilang “duh kasian ya si A, sama suaminya dilarang-larang ini itu blablabla hingga ia nggak bisa begini begitu blablabla”

JG: “Kenapa kasihan sih, kan ia sendiri yang pilih suaminya”

AHA! Saya pun nggak jadi kasihan.

Nah lantaran keseringan gitu kesannya saya juga jadi punya teladan untuk lihat dulu alasannya yakni tragedi gres kasihan. Sampai beberapa hari lalu.

Beberapa hari menjelang ulang tahun Bebe, saya harus ke daerah digital printing lantaran nggak punya printer di rumah. Kalau pun punya juga tetep harus beli kertas tebel kan jadi ya udah pulang kantor jam setengah 5-an gitu saya eksklusif ke daerah printing. JG jemput Bebe kemudian ketemu di sana.

Dengan sungguh inisiatif saya naik ANGKOT. KENAPA GUE NAIK ANGKOT. ITU PERTANYAAN YANG TIDAK TERJAWAB SAMPAI SEKARANG. MUNGKIN SUDAH JALANNYA.

Karena jarak kantor dan daerah printing itu deket banget mungkin cuma 2,5 km. Saya mikirnya “alah deket, nunggu ojek malah usang nunggu ojeknya dateng”. Makara saya eksklusif nyeberang dari kantor dan naik angkot.

Padahal bila diitung-itung cuma beda 2ribu peraakk. Naik angkot 4ribu, naik ojek 6ribu. Tapi ya sudahlah masalah ini disingkirkan dulu lantaran saya jadinya nyesel banget naik angkot gara-gara satu orang ini.

Makara jalanan itu macet banget. Saya duduk di sebelah kiri angkot sendirian, di sebelah kanan ada 3 ibu-ibu. Semuanya ngelamun (ya masa mau jungkir balik). Nah terus saya nggak sadar bila jendela kebuka, lantaran bukan saya yang buka jendelanya.

TAU-TAU ADA KEPALA ORANG PERSIS DI SEBELAH MUKA SAYA. DI BALIK JENDELA ANGKOT.


DEKET BANGET. Mas-mas umur 20an tahun, kulitnya item kebakar matahari, mukanya lemes kaya mau pingsan. Dia nyodorin sendal kulit di depan muka saya

Saya refleks mundur dong sambil megang tas. Dia bilang gini:

“Bu, hiji we bu. Kanggo meser kolek bu,” katanya dengan bunyi yang super lemes.

(Arti: “bu (beli) satu aja bu. Buat beli kolak bu”)

Saya shock berat dan di otak saya cuma satu: WHAT THE F, DOES HE SPEAK SUNDANESE?!!

Ya di Jakarta gitu loh, mending ia ngomong sama saya, sayanya ngerti. Lah bila ia ngomong ke orang lain? Saya mundur dan geleng-geleng doang sambil berharap angkotnya cepet maju. Dia ngomong itu berulang-ulang. Saya diem, pegang tas kuat-kuat. Sampai kesannya ia pergi.

Saya eksklusif tutup jendela dan shock.

Tiba-tiba ibu-ibu di depan saya bilang “Jualan sendal ya? Kasian ya”

Saya kembali liat ke pinggir jalan dan di sanalah dia. Jalan terseok-seok sambil bawa tas besar yang materi jins itu loh. Tasnya kaya berat banget gitu jadi jalannya tambah lemes. TERUS SAYA JADI KASIHAN.


Mana ini angkot jalannya lambat banget lantaran macet jadi saya bisa liat ia nawar-nawarin ke banyak orang (karena itu daerah rame deket pasar) dan semua orang nolak. Sampai kesannya ia terduduk di trotoar dengan muka pucet. Saya ngerasa bersalah lantaran kok tadi saya takut sama dia, ia cuma jualan kok. Tapi lagian mau beli juga saya nggak punya uang cash. Cuma punya 4ribu ini recehan buat bayar angkot.

Ah pokonya berkecamuk banget lah. Saya mikirin mungkin ia dari kampung mana gitu niat kerja di Jakarta, terus ternyata di Jakarta nggak seindah bayangan. Terus ia puasa harus jalan entah berapa kilometer.

Saya mikirin ia tinggal di mana di Jakarta. Apa ia makan sahur tadi subuh? Dia bisa pulang apa nggak ya? Dia kampungnya di mana ya? Berapa sendal yang udah ia jual hari ini ya? Apa nggak kejual sama sekali hingga beli takjil pun nggak mampu?

T__________T

Sampai kesannya saya bisa menguasai diri dan melihat ke seberang jalan … ADA JUGA MAS-MAS SERUPA!

Tapi yang ini nggak lemes meski mukanya susah sih ya. Dia duduk di trotoar depan warung padang terus nawar-nawarin ke orang yang lewat. Sendalnya sama, tas jinsnya sama.

Saya mikir hah syukurlah orang tadi niscaya nggak sendirian. Untung ada temennya. Saya hingga berkhayal mungkin mereka adek abang terus berjuang di Jakarta sama-sama. Dari situ saya sedikit lega lantaran yah namanya beban bila dibagi berdua mungkin bisa jadi lebih ringan.

Dan kesannya saya nyampe ke daerah printing. Ketemu JG. Saya bilang:

“Tadi saya naik angkot terus saya kaget ada mas-mas di nongol di jendela, ternyata jualan sendal, kasian sayang ia lemes banget gitu kaya mau pingsan, saya jadi kepikiran”

TAU APA TANGGAPAN YANG TERHORMAT @JAGO_GERLONG?

*PANIK*

“HAH?! KAMU NGAPAIN NAIK ANGKOT?! HP KAMU MANA?! KAMU NGGAK DICOPET KAN?! DOMPET KAMU MANA?!”





“Ada kok, saya nggak dicopet. Lagian emang kasian beneran ih bukan copet, ibu-ibu depan saya hingga kasian juga. Terus ada mas-mas yang lain juga kok di seberang jalan yang nggak lemes.”

“Hah, itu mah KOMPLOTAN. Ibu-ibu itu niscaya komplotannya juga. Biar kau lengah. LAGIAN NGAPAIN KAMU NAIK ANGKOT?!” kata JG.

Terus saya diem. Shock-nya jadi dobel.

T_____________T

Ok I completely understand your concern about my safety, angkot and copet thank you so much. Tapi saya yakin itu ibu-ibu bukan persekutuan laahhh. Itu ibu-ibu biasa pulang dari pasar. Dan ibu-ibu itu beneran kasian, buktinya saya nggak dicopet.

Sampai kini saya masih 50:50. Apa bener ia mau pingsan? Atau ia akting aja semoga orang kasian? Ya di Jakarta gini banyak banget kan orang-orang akting gitu demi dapet uang. HIKS.

(Baca: Sedekah di Tangan yang Salah)

Satu yang cukup menganggu saya, saya susah berempati tapi saat saya berempati, tenggang rasa itu diragukan. Dan sesudah saya pikir-pikir emang iya sih, mungkin banget ia nipu dan kita emang harus siap dengan penipuan semacam itu.

Saya pernah juga soalnya pulang ke rumah berdua Bebe terus tiba-tiba depan rumah ada kaya preman gitu ngakunya minta uang buat mesjid. Saya cuma punya selembar 100ribuan dan kesannya berpindah tangan lantaran saya takut nolak lah. Takut banget. Mana masih di garasi dan cuma berdua sama Bebe di rumah.

Saya tau dan sadar saya dipalak lantaran pas liat mapnya, map panti asuhan. Di tabel santunan juga panti asuhan.

T___________T

Ya pada dasarnya saya pernah beberapa kali kena tragedi gitu jadi JG udah sebel banget.

Tapi kan beda masalah ya, bila tadi lantaran kasian. Yang kedua lantaran dipalak. Meskipun ya memang bisa banget modus malak dengan cara bikin orang kasian. Bisa banget ngerti kok.

Hiks.

Tetep sedih. Karena mau kasihan sama orang aja harus pake waspada dulu. Harus pikir panjang dulu. Mengapa sudah tidak ada lagi yang murni di dunia ini HUHU. Kapan bisa bantu orang tanpa kepikiran apakah orang itu kriminal apa nggak ya?

Jakartaaaa. Macem-macem orang ada di sini dan yah, cukup horor bila nggak waspada sih. Apalagi ahad ini 2 orang kan ditembak di tempat. Satu yang gres ambil uang dari bank dan ditembak kepalanya dan satu lagi yang anak Trisakti ditembak lantaran neriakin maling motor di rumahnya.

Pertanyaan Gesi “apa bila tragedi gitu jadinya kita harus membisu dan bukannya ngelawan?”

Saya sih iya. Saya lebih baik diam. Takut banget soalnya. Saya nggak cukup berani melawan kejahatan. :(

*

Akhirnya hari itu ditutup dengan “pokoknya kau nggak usah naik-naik angkot lagi”

“Aku kan mau irit!”

“IRIT 2RIBU!”

Ok you win.

T___________T


-ast-

Detail ►

Souvenir Ultah Dan Prinsip Kehidupan

GILE JUDULNYA YA SOUVENIR ULTAH AJA PAKE PRINSIP KEHIDUPAN.

Dan ya, ternyata saya termasuk ibu-ibu extra Pinterest ya. Baru kuakui itu lol.

gara-gara dingklik kuning jadi fotonya kuning males atur white balance jadi ya sudahlah

Alkisah dari dulu saya nggak pernah neko-neko lho sama souvenir ultah Bebe. Ya pokoknya yang penting semua personalized aja (nggak neko-neko tapi pengen personalized lol). Tapi terus sekantor sama mbak Miund nih biang kerok.

Tahun pertama sekantor, doi bikin buku kisah yang digambar sendiri. PAKE CAT AIR LOH BUKAN DIGITAL. Ceritanya ditulis sendiri. Dicetak sendiri buat souvenir ultah Shera yang keempat.

Waktu itu saya cuma bisa “waawww manis yaaa murung banget saya nggak bisa gambar”.

A post shared by Asmara Wreksono (@asmarawreksono) on

Karena ya emang waktu itu saya belum mulai mencar ilmu gambar dan nggak bisa gambar sama sekali. Beberapa bulan berlalu dan Mbak Miund mulai lagi proyek buku kisah kedua untuk souvenir ultah Shera tahun depan.

Di situ saya udah rada panas juga sama twit-twitnya Pinot dan Ditut yang selalu ngomporin orang untuk mencar ilmu gambar. Long story short saya mencar ilmu gambar manual kemudian beli iPad untuk gambar digital dan tetapkan ok iPad ini harus menghasilkan souvenir ultah untuk Bebe.

Sungguh harapan yang receh ya.

(Baca kisah soal mencar ilmu gambar di sini ya: Tentang Gambar)

Terus muter otak banget sebab ya saya bisa gambar gres segini banget. Belum bisa banyak sekali pose insan dan bikin banyak sekali background hingga level bikin buku kisah gitu. Pusing pula mikirin jalan ceritanya kan. Duh.

Memutuskan bikin flash card sebab ya waktu itu Bebe lagi semangat banget mencar ilmu baca tulis pake flash card. Entah kenapa pribadi kepikiran aja seru banget ya bikin flash card yang semua gambarnya itu temen sekelas dan karakter favorit anak kaya PJ Mask gitu. Kaprikornus aksara A untuk temen Bebe yang namanya Aleron, aksara C untuk Canayya, G untuk Gekko, dan X untuk Xylo plus belakangnya ada kartu ulang tahun.

19 Maret 2018, tiga bulan sebelum ultah Bebe di 6 Juni, gambar pertama selesai. PUAAASSSS BANGET RASANYA.


Karena sini anaknya ambisius ya jadi flash card-nya juga bolak-balik, ogah pula hurufnya pake font jadi ya ditulis MANUAL. Huruf aja ada 26, jadi total ada 52 gambar yang harus diselesaikan dalam 3 bulan. Sempet nggak ya?

Sempet ternyata. Sebelum bulan pahala flash card udah selesai. Tapi kemudian semangat saya turun sebab mikirin packagingnya. Pengen bikin pouch sih, tapi saya nggak punya mesin jahit.

Detail ihwal souvenir ini liat di IG saya aja ya, di link ini.

Saya nggak bisa bikin teladan ya tapi jikalau jahit mah bisa lah. Modal untuk ngecilin dan mendekin seragam Sekolah Menengan Atas di masa kemudian HAHAHA. Tapi sebab nggak punya mesin jahit saya karenanya minta tolong ibu untuk jahitin. Ibu ok.

via GIPHY

EH UJUNG-UJUNGNYA SAYA BELI MESIN JAHIT LOL. Mesin jahit ini saya beli via Arisan Mapan (BACAAAA YA, KLIK AJA ARISAN MAPANNYA). Kebetulan juga ibu-ibu di rumah Bandung emang lagi pada ikut Arisan Mapan. Gila sih dulu endorse kok ya kini ngalamin beli sendiri sesuatu yang berguna.

Mesin jahit gres dateng pas ultah tinggal 2 minggu. Untungnya bulan pahala jadi saya ngeles ke Bebe jikalau ultah di sekolahnya ditunda sebab semua miss pada puasa. Padahal ya belum kelaaarrr ini jahit pouch.


Bahan pouchnya kanvas dan katun jepang, beli di Pasar Mayestik. Gambarnya saya jiplak dari iPad, terus diwarnai pake cat akrilik kemudian disetrika. Konon kata ayah saya yang suka nyablon, akrilik disetrika (disetrika di serpihan catnya ya) itu akan makin berpengaruh nempel ke kain. Saya nurut aja.

TERUS DIJAHIT DEH. Jahitnya cepet sih hari Sabtu atau Minggu 2 jam bisa dapet 5 pouch gitu. DAN SELESAI!

Setelah selesai, mesin jahit kembali masuk dus dan belum kebayang mau bikin apa lagi hahahahaha.

Pertanyaan terbesar: “Demi anak bela-belain banget ya kaya gini?”

Sebetulnya nggak juga sih. Ini demi diriku sendiri aja. Demi punya pencapaian baru, demi punya sesuatu yang bisa bikin diri sendiri bangga. Kebetulan aja punya anak dan jadiin alesan ultah anak sebagai cara mencapai itu.

Kaprikornus jikalau dibilang “demi anak” ya rada cringey sih sebab ya si Bebe belum ngerti jikalau bikin DIY-DIY ini effort jadi ini mah ibunya ajaaaa butuh kebanggaan baru. *HALAHHHH

Dan juga ya mau ngejar ultah anak pake sewa playground seharian juga kutakmampu kan jadi ya kembali pada prinsip melawan harga tak mampu, kulawan dengan DIY HAHAHAHA.

Tapi anyway, saya tau banget nggak semua orang suka DIY ya. Saya begini nggak instan kok. Gambar emang baru-baru aja tapi jahit mah dari dulu. Craft kan saya anaknya. Bisa dibaca di postingan ini: 2009 vs 2018.

Kaprikornus jikalau kalian nggak suka DIY, nggak bisa jahit, dan tetep pengen custom souvenir ultah anak ya tetep bisa, BIKIN DI KAWUNG LIVING AJAAAAA. NGGAK SANTAI MAAF.

Baca juga goresan pena Gesi di sini ya:

Karena sebagus itu beneran. Kaprikornus Kawung Living ini yang kemarin pouchnya jadi bonus PO buku saya dan Gesi “Indahnya Susahnya Kaprikornus Ibu” (BELI DONG, DI SINI YA LAGI PROMO BONUS STIKER LHO). Saya awalnya nggak expect apa-apa lho. Ya standar pouch kan begitu lah ya. Lagian saya udah punya beberapa pouch custom dan ya hasilnya gitu aja.

Pouch ultah pertama Bebe print juga sama dan biasanya sebab materi kanvas jadi otomatis pas di-print warnanya turun jadi agak “dekil” gitu. Nggak sesuai warna orisinil lah. Menyesal dulu belum tau Kawung Living.

warna kurang jreng dan pudar
Tapi jikalau yang buatan Kawung Living beneran manis banget hasil print-nya. Kalian tau kan ya saya nggak bilang manis jikalau nggak beneran bagus. Apalagi ini keduanya desain saya, dengan palet warna yang saya pilih sendiri dengan hati-hati dan lihatlah sendiri. Mirip banget sama warna di layar! Birunya agak terang tapi jadinya malah jadi lebih lucu hahaha Pink dan warna lainnya malah sama persis.



Kayanya hasil print-nya bisa sebagus ini sebab bahannya bukan kanvas biasa. Tapi entah juga ini materi apa ya yang terang kaya kanvas tapi halus gitu dan nggak setipis katun juga. Kaget beneran hingga saya dan Gesi waaaa manis waaaaa gitu pas dateng hahahaha.

Saya juga dibikinin plushie dan bantal yang super gemes ga sihhhh. Plushie-nya ini karakter saya di buku. Hasilnya nggak pecah dan nggak turun sama sekali warnanya. Rekomen banget beneraaannn.


zoom kualitas print, persis sama kaya ilustrasinya frans, ga turun, ga geser

Dan harganya nggak jauh beda lho sama custom print lain. Sama-sama aja. Saya, Gesi, dan Nahla pernah dibikin pouch custom matching berempat gitu sama Mba Windi, lucu gemas dengan warna pastel. Harganya lebih mahal dan kualitas print-nya tetep bagusan punya Kawung Living. TERBAIK!

Produk custom dari Kawung Living juga bukan cuma pouch dan plushie. Tapi bisa juga sarung bantal, mug, bantal leher, tablerunner, bahkan canvas rug! Lengkapnya bisa kalian lihat di sini: http://kawungliving.com/custom/

Bikin custom di Kawung Living juga bisa satuan lho. Tapi jikalau bikin banyak harganya makin murah. Kaprikornus cocok banget buat souvenir ultah yang rata-rata ngasih temen sekelas kan. Suka rada pusing sama daerah custom yang itungannya per lusin atau per sepuluh gitu. Sebel juga cuma butuh 12 jadinya harus pesen 20 huhu.

Nggak bisa gambar? TENAAAANGGG. Kawung Living punya katalog pattern yang one of a kind banget. Bisa ditambah nama atau goresan pena juga. Kaprikornus aman!



Kaprikornus ada yang lagi siapin ultah anak juga? Atau justru mau produk yang ready dan nggak custom, ada jugaaaa. Cus pesen souvenir di Kawung Living!

Website: kawungliving.com
Instagram: @kawungliving
Katalog gambar: @kawunglivingcatalogue

Detail ►

Drama Vaksin Difteri


Sekitar 2 ahad lalu, daycare Bebe manggil dokter dari rumah sakit untuk vaksin difteri. Yang divaksin bukan belum dewasa tapi semua miss, guru, dan orangtua. Ya udah kesempatan banget kan ya daripada harus ke RS sendiri, mana murah pula cuma Rp50ribu.

Dari awal dokternya udah bilang "ibu ini agak sakit ya alasannya vaksin difteri itu di otot. Kaprikornus beberapa hari juga akan pegel, bila demam minum parasetamol aja".

KAMI IRL: "Oh gitu dok? Oke"

KAMI DALAM HATI: "AHELAH VAKSIN DOANG SESAKIT APA SIH CIH"

Ternyata ya Tuhan DUA HARI ini tangan nggak dapat digerakin sama sekali! O______O

Dimulai dari jarumnya masuk cus gitu aja rasanya jauh dari digigit semut. Ini kaya digigit buaya satu lengan pribadi sakit gitu gitu deym (LEBAY BODO AMAT). Yang sakit bukan setitik seukuran lisan semut kaya vaksin biasa, satu lengan malehhhh sakit banget.

Pas obatnya masuk itu berasa otot lengan melemah. Bener-bener nih vaksin konspirasi wahyudi melemahkan kaum Muslim! Pas jarumnya ditarik, di situlah awal mula tangan nggak dapat gerak SAMPAI BESOKANNYA.

DEMIKIAN.

(Baca: Halu-halu Orangtua Baru)

Di kantor saya cranky, tangan kaku banget nggak dapat lurus atau naik ke atas. Benerin jilbab aja susah. Kaprikornus tangannya nyiku aja gitu terus membentuk abjad L. Makin sore alasannya satu tangan kurang gerak, satu pundak sakit, makin malem hingga leher sakit. T_____T

Ngeluhlah ke JG "AKU SAKIT BANGET HUHUHU BELIIN SALONPAS LEHER AKU KAKU HUHUHUHU"

JG: "Ih lebay, saya biasa aja nggak sakit sama sekali"

Dunia memang tidak pernah adil.

via GIPHY

Pokoknya seharian itu ribet lah sumpah, mandiin Bebe susah, masak susah, kesenggol dikit pribadi merepet ngamuk. Sampai besoknya masih pegel tapi udah mendingan. Hari ketiga gres normal banget. Selama 3 hari itu pula Bebe tahu persis bila saya sakit, jadi ya mayan sih sosialisasi ya bahwa orang cukup umur juga vaksin dan abis vaksin itu memang suka sakit.

Satu hal: merasa bersalah sama Bebe alasannya suka nuduh beliau drama bila abis vaksin. Suka nggak mau mandi dan nggak mau disentuh bekas suntiknya kan. Terakhir si Bebe vaksin PCV sama Hepatitis B bila nggak salah di paha kiri kanan sekaligus terus saya dengan brutalnya nyabut itu plester di hari kedua. Bebe ngamuk sengamuk-ngamuknya umat.

Ternyata emang sakit yah. Maaf ya, Be. T______T

(Baca: Susahnya Kaprikornus Ibu. Part 1 dan Part 2)

Dan sampailah kita pada hari Senin ahad lalu. Ownernya daycare pengumuman bila belum dewasa akan divaksin difteri hari Kamis. SAYA STRES. Trauma alasannya diri sendiri aja secranky itu apakah kusanggup memikirkan si Bebe akan rewel?

Tanya sana-sini alasannya Bebe kan udah full DPT 4 kali, apa perlu vaksin lagi? Kata orang-orang alasannya ini ORI (Outbreak Response Immunization) sebaiknya memang vaksin lagi dan tidak memandang status vaksin sebelumnya. Saya dan JG pun menyiapkan mental dan berjanji tidak akan meremehkan Bebe bila beliau bilang bekas vaksinnya sakit.

Hari Kamis jam 10 pagi beliau vaksin. Sebagai ibu-ibu males drama, saya nggak nemenin lah HAHAHAHA. Kalau ada ibu manja soalnya males tar jadi susah pergi kerja padahal hari itu saya ada event. Dan ternyata bener aja loh, beliau NGGAK NANGIS SODARA-SODARA. Kata missnya cuma ngek dikit pas jarum ditarik terus ya udah balik main. Waw anakku sungguh kuat.

Sorenya, JG dan Bebe jemput saya selesai event. Dipegang jidatnya rada anget. Terus beliau bolak-balik pipis mulu padahal kami ke mall cuma makan doang. Pipis 4 kali dong wow ada yang tidak beres. Mana beliau kalem duduk di stroller dan nggak lari-larian kaya biasa. Pas menuju parkiran beliau bilang gini "ibu, ini mall AC-nya hirau taacuh sekali, tangan saya dingin".

Ternyata beliau udah menggigil kedinginan huhu saya merasa gagal alasannya tidak menyadari beliau kedinginan. Duduk di carseat saya selimutin pake jaket tebel punya JG, dan risikonya beliau ketiduran. Tidur nyenyak di kendaraan beroda empat doang hingga rumah gelisah semaleman. Badannya menggigil, meluk saya terus. Dipakein termometer cuma 38 doang, dan alasannya saya mikirnya ini bukan sakit jadinya nggak dikasih obat. Biarlah tubuhnya melawan semoga berpengaruh ciat ciat ciat!

Semaleman demam hingga pagi. Tangan yang bekas disuntiknya itu bisul kaya digigit serangga, merah dan panas gitu kasian banget huhu. Pagi beliau teler banget keringetan dan masih anget, risikonya beliau nggak sekolah dan saya pun nggak kerja. #workingmomproblems

Hari Jumat itu seharian beliau cuma tiduran alasannya lemes, nangis ngerengek, tidur lagi, makan, lemes lagi, tidur lagi hahaha kasian banget orisinil alasannya ibu tau persis rasanya, Be. HAHAHA.

Hari pertama dan kedua mandi dan pake baju itu repot banget ya ampun. Karena beliau menjauhkan sejauh mungkin lengan kirinya dari jangkauan saya. Saya megang pundak doang beliau teriak kenceng. Mana JG nggak bantu lagi dan malah nakut-nakutin terus "appa buka ah perbannya" terus Bebe ngamuk teriak "JANGAAANNNN! AKU LAGI SAKIT! AKU LAGI SAKIT!"

via GIPHY

Kemarin, hari ketiga sehabis vaksin saya yakin itu udah nggak sakit alasannya keliatan beliau main tangannya udah nggak kaku. Tapi ya astaga dipegang lengannya itu beliau masih teriak alasannya apa? KARENA MASIH ADA PERBANNYA. Kaprikornus beliau masih sugesti itu sakit.

Saya pun bertekad lepas perban pas beliau meleng! Kesempatan muncul alasannya beliau pake kaos kutung dan lagi seru main es batu. Dari belakang saya pocel dikit itu perban, copot sebelah. Dia belum sadar lol. Lagian itu perban udah kena mandi 3 hari kan jadi udah nggak nempel-nempel amat ya. Saya tarik lagi dikit dan teriaklah beliau ngamuk HAHAHAHAHA.

Dia kesel tapi mau dipeluk. Saya bilang "maaf ya Be, abis tadi ibu liat perbannya copot sebelah (IYA MAAF IBU BOHONG) jadi ibu tarik aja eh ternyata copot. Emang masih sakit?"

"Nggak sakit tapi saya takut" GITU KATANYA HAHAHA.

Drama pun selesai. Abis itu mandi pun biasa, pake baju biasa hahahaha.

Usai sudah dongeng weekend kami kemarin yang penuh tawa dan air mata.

Selamat hari Senin! Jangan lupa vaksin difteri ya!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Foto Makanan


Videonya sih agak nggak nyambung ya berdasarkan gue. Dari pertanyaan "Pernah pamer masakan demi like dan komentar di media sosial?" hingga di selesai mereka mengajak menghargai makanan. Emang jika difoto, masakan itu jadi nggak kita hargai gitu? -________-

Intinya kita harus menghargai masakan dengan tidak memotretnya (?) sebab masih banyak "kaum" yang makannya hanya dengan nasi+telor, nasi+tempe, bahkan nasi+garem+bawang goreng. Bahkan ada yang makan telor sebab sedang ulang tahun.

Videonya ditonton hampir 1,5juta kali dengan 50k shares. Sakses lah kan emang tujuannya cuma bikin viral video bukan mau membuatkan pesan. Ya gimana pesannya juga nggak ada lol.

Yang heboh justru komentar orang yang share sebab merasa tersentuh dengan videonya. Di timeline gue banyak yang merasa tersindir lalu "nggak-nggak lagi deh foto makanan" hingga "untung gue nggak pernah foto makanan".

Luar biasa hingga bikin orang mikir 2x untuk posting foto masakan dan bisa mengambil laba sebab nggak pernah foto masakan (?). Untung kenapa jika nggak pernah foto makanan?

Gue nulis gini bukan sebab kesindir ya sebab GUE NGGAK PERNAH FOTO MAKANAN. Hahaha. Bisa dicek Instagram gue @annisast, nggak ada foto masakan sama sekali. Kenapa?

Pertama, gue nggak talenta foto masakan apalagi jadi food blogger, lupa mulu. Pasti keburu pribadi dimakan padahal udah niat mau review restoran. Ya gimana mau review jika makanannya habis duluan. Kurang amat review restoran nggak ada foto makanannya.

Kedua, meennn foto masakan juga karya seni. Sama susahnya kaya motret #minimalismscene di IG (JG lagi di ajaran ini btw, check his feed @jago_gerlong). Gue sering foto masakan tapi nggak jadi diupload sebab kok nggak cantik ya? Kok nggak menggugah selera ya? Kok gelap? Kok nggak menarik?

Iya sesusah itu.

Tapi gue nggak jadi merasa terganggu juga sama orang yang foto makanan, terutama yang fotonya memang cantik dan artistik. Gue malah mengagumi hasil fotonya. Kadang kabita ingin makan juga, tapi seringnya nggak peduli sebab banyak juga foto masakan indah tapi makanannya gue sebenernya nggak suka.

Banyak juga orang super kaya foto masakan yang seumur hidup kayanya nggak bakal bisa gue makan sebab entah belinya di mana muahahahah. Ini tipe-tipe rich kids of Instagram yang ke mana-mana pake jet pribadi padahal umur masih 18 tahun. Apa gue jadi iri dan pengen masakan mereka? Nggak juga. Apa mereka jadi nggak menghargai masakan sebab jika pengen sushi, mendadak suruh nelayan mancing di bahari terus chefnya dibawa ke rumah sementara gue makan Sushi Tei aja udah bahagia? Nggak juga kan?

Banyak juga ibu-ibu yang foto masakan terus share resep dan jadi ide bagi ibu-ibu lainnya. Dari foto masakan hari ini hingga foto bekal buat suami dan anak.

Dan gue nggak dapet sama sekali maksudnya "ayo lebih menghargai masakan dengan tidak memotretnya". Kenapa sebab difoto, kita jadi nggak menghargai makanan? Yang penting bersyukur aja ya nggak? Kecuali makanannya sambil diinjek atau didudukin gitu gres nggak menghargai. Atau makannya nggak habis dan dibuang-buang gitu gres nggak menghargai. Kalau difoto doang mah ah elaahhh.

Iya iya, banyak orang yang susah makan, tapi nggak ada hubungannya sama orang yang hobi food photography atuh. Zaman kamera belum ditemukan aja niscaya udah ada orang yang susah makan mah.

Tapi ya udah diliat sisi positifnya (masih ada sisi positifnya, saya anaknya kasatmata sekali) yakni mengingatkan jika banyak orang yang makannya menunya nggak variatif jadi bantu lah lebih banyak orang. :)

Gue sih naker orang aja dari komentar yang share muahahahha. Oh share begitu, oh praktis terpengaruh sama video semacam itu yang padahal nggak ada isinya. Oohh. *manggut-manggut* lolol

Udah ah.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Gampangnya Ribut-Ribut

gara reaksi orang atas press release Sari Roti jadi kepikiran betapa gampangnya social med #SassyThursday: Gampangnya Ribut-ribut

Iya ini gara-gara Sari Roti. EH NO, gara-gara reaksi orang atas press release Sari Roti jadi kepikiran betapa gampangnya social media ribut.

Banyak yang memang komplain dan menyuarakan pendapat. Tapi banyak juga yang sekadar "eh nulis status ini deh soalnya lagi rame supaya nggak ketinggalan". 😂

Baca punya Nahla:


Bukan cuma urusan Sari Roti ini ya, tapi keributan ini sering banget terjadi! Banyak banget hal yang sebenernya mah nggak perlu diributin sedunia maya eh tapi kok viral juga.

Saya sih kan anaknya kan selalu membanggakan anti mainstream ya jadi orang heboh meme ibu berdaster atau heboh ngomongin topik tertentu. YA GUE NGGAK MAU IKUTAN LOL. Apa yang orang lain bicarakan maka itu yang akan saya hindari. Karena ... males aja sama-sama orang lain. 😂😂😂 #ohsomillennials

Pernah semacam test the water atau social experience gitu bikin ribut sih tapi sekali doang abis itu ya udah. Cukup pengen tau gimana cara ibu-ibu menanggapi isu yang lagi rame di socmed. Tadinya itu buat materi goresan pena tapi kok ya males mulai nulisnya lol.

Kenapa orang seneng banget ribut di socmed?

Biar eksis

Modal kuota doang udah bisa jadi bab dari sejarah. Ya siapa tau di Year in Review topiknya masuk trending topic kan besar hati dong "oh gue ikutan juga tuh ngetweet itu". Kadang nggak tau-tau amat juga masalahnya tapi nge-tweet dululah, bikin status dulu lah, apa susahnya sih supaya eksistensi di dunia maya tetap terjaga?

Karena terbaca banyak orang


... dengan mudah. Ya cyn jikalau mau rumpi sama ibu-ibu kompleks eksklusif kan mesti ketemu dulu. Ini jarak memisahkan eksklusif bisa rumpi. Dari sekadar komen-komen hingga judge rahasia dan dibawa ke WhatsApp group lol.

Hati-hati ada yang screenshot! WhatsApp group yang membernya lebih dari 5 orang sudah harus diperlakukan public sih lantaran kita nggak mungkin percaya banyak banget orang akan bisa menjaga rahasia. 😉

Karena bisa mikir panjang

Apalagi buat tipe yang nggak bisa diskusi atau initiate percakapan, status socmed bantu banget untuk buka topik.

Mungkin itu salah satu alasannya yakni banyak orang di socmed banyak omong luar biasa. Sindir sana-sini, berisikin komen orang, heboh di semua linimasa sementara pas ketemu di dunia faktual diam membisu. Ditanya aja jawabnya yes or no doang. Dih jikalau di socmed mikir dulu yaaa? Apa malah googling dulu? 😂

Karena membela sesuatu dan kita merasa orang perlu tahu standpoint kita

Yaiya dong orang zaman kini jikalau diam malah dibully. Kalau diam dianggap tidak punya pendirian. Padahal mah ya bisa aja punya cuma nggak mau bilang-bilang weee.

Setelah masalah Trump **KASUS** saya nggak percaya lagi kehebohan di dunia maya. Gimana nggak, kemarin itu semua media like SEMUA MEDIA anti Trump. Mereka semua bikin artikel anti Trump dan apa pengaruh buruknya jikalau milih Trump, boro-boro berimbang.

Eh taunya menang lol. Kenapa coba? Karena ternyata banyak yang diam. Ini gres ketauan sehabis Trump menang dan mereka gres bilang jikalau selama ini mereka diam lantaran takut dibully. 😉

Ingin tahu siapa-siapa aja yang sepemikiran sama kita

Iya alias ngetes doang. Soalnya kadang banyak yang bikin speechless. Pendidikannya tinggi, kuliah mulu perasaan tapi terus share gosip hoax sambil ngotot. Ah elah. Gunanya apa sekolah tinggi-tinggi jikalau riset hoax apa bukan aja nggak mampu. 😩

*

Nah memang poin-poin di atas juga bisa jadi blunder. Bisa jadi mencerminkan kepribadian orang yang sebenarnya.

Kita bisa dengan simpel menakar kadar emotional intelligence seseorang dari cara ia menjawab komentar, dari cara ia menanggapi orang yang tidak sepaham. Dari cara ia curhat duduk kasus keluarga, mengeluhkan suami, cara ia bercerita soal tetangga.

Kita bahkan bisa tahu wawasan seseorang dari komentar ia pada isu-isu yang sedang hangat. Kadang suka kasihan alhasil sama orang yang udah ngotot tapi nggak tau dongeng lengkap. Ngotot begini padahal ditanya detail, nggak bisa jawab.

Saran nih yaaa, saran nih. Sebelum bikin status atau debat sama orang, BACA DULU YANG BANYAK. Baca ya bukan gosip. Kalau males baca, jangan debat. Karena debat itu menawarkan luasnya wawasan seseorang banget.

Atau ajak ngobrol orang yang sekiranya lebih tahu. Kalau saya, saya hampir selalu tanya JG atau temen-temen kantor dulu. Ada apa soal XYZ? Dia siapa? Backgroundnya apa? Diskusi dulu, cari tau dulu. Pasti ada pencerahan dibanding jikalau kita cari tau sendiri. Kalau sudah gini kita jadi bisa terang memilih sikap. Ini mah tau gosip cuma dari copas-copas orang di WhatsApp group, begitu ada yang bantah eksklusif bilang "dih bilang aja iri". GIMANAAAA?

Socmed emang paling kondusif untuk share foto liburan, barang baru, foto makanan, foto bayi, selfie, dan video panda. Setidaknya hal-hal yang nggak menakar intelegensia lol.

Btw nih ya dari sisi kecepatan, saya suka pengen ketawa sendiri jikalau liat Facebook. Rata-rata pada telat amat. Di Twitter udah trending topic dari pagi, eh di Facebook gres ramenya malem. Di kawasan lain ributnya udah mau selesai, di Facebook gres mulai. LOL

Jadi, ada topik keributan apa socmed hari ini?

-ast-

Detail ►

Pengalaman Operasi Amandel Cukup Umur 2019

Yang belum baca background kenapa saya gres operasi amandel kini dikala udah remaja dan bukannya waktu anak-anak, baca di blogpost sebelumnya ya: Akhirnya Operasi Amandel.

Sebelum operasi, saya tentu udah browsing juga kemungkinan amandel sembuh tanpa operasi. Tapi hasilnya ya suram, banyak yang bilang pake cuka apel lah, minum ini itulah, UDAH SEMUA dan failed. Sementara amandel bukan organ tubuh yang penting banget untuk insan di atas 12 tahun jadi bila bikin sakit ya sebenernya diambil aja.

Selain itu, saya sesungguhnya bukan cuma takut operasinya. Takut sama operasinya itu cuma 30%, 70% nya saya takut PASCA operasi nggak bisa makan. Ya Tuhan, kusukanya makan, bahagianya sebab makan, mikirin nggak bisa makan 2 ahad kok ya stres duluan?

Akhirnya browsing perihal operasi amandel sembuh berapa hari, berapa usang luka operasi amandel sembuh, dan yang bikin blogpost itu cuma dikit. Horor-horor pula. Plusss saya nanya-nanya sama yang udah pernah operasi amandel, meski mereka bilang lega sesudah operasi, mereka juga tetep bilang bila sakit banget dan setersiksa itu.

Kata temen-temen saya penyembuhan pasca operasi amandel itu:

- Nggak bisa makan seminggu, nelen sakit banget. Minum aja susah.
- Kaya nelen darah terus
- Mual banget
- Ngeludah ada darah, buang ingus ada darah
- Liquid diet, alias cuma bisa makan puding dan es krim DOANG.

Terakhir, anak kantor saya yang gres operasi amandel pertengahan tahun 2018 kemarin. Dia mengiyakan kehororan itu, malah ia hingga nggak masuk kerja 2 ahad dan belum bisa makan yummy hingga sebulan.

WOW. Kaprikornus sebelum operasi, saya udah punya perkiraan. Akan sesakit apa, harus ngapain, harus belanja apa untuk persiapan makan lembek seminggu? Kejadian nggak?

Nah, sebab ini ialah momen bersejarah, di mana saya tetapkan untuk operasi aja sesudah ditunda 20-an tahun, jadi saya mau nulis detik-detik jelang operasi dan proses pemulihannya. Long post, very long, nggak dibaca juga nggak apa-apa, ini kan demi ingatan dan kenangan saja hahaha.

H-1. Jumat, 11 Januari

Ibu saya dateng dari Bandung pake travel jam 1 siang. Langsung jemput Bebe ke daycare. Saya di rumah, masih ke dokter gigi dan siap-siapin barang yang mau dibawa ke RS.

Abis itu turun ke bawah dan beli makan sambil nunggu JG, ibu, dan Bebe. Mereka dateng, makan, terus siap-siap pergi. Bebe lagi main Lego sama ibu dan agak berkaca-kaca tapi nggak nangis. (Setelah saya pulang tanya Bebe, Bebe kok nggak nangis pas ibu pergi? Dia jawab "aku mau nangis tapi inget di dalam hati bila aki besok dateng, jadi saya nggak jadi nangis" WAW INGAT DALAM HATI LOLOL).

Sampai RS urus ini itu, masuk ruangan dan eksklusif dipasang infus. SAKIT. T______T Sakit hingga nggak bisa tidur. Yang sakit bekas tusukannya, masuk akal sih sebab kan ada BOLONGAN gres di tubub ini ya. HUH. Mulai panik? Dikit. Lebih ke pengen buru-buruh pagi semoga cepet selesai.

Story ke close friend bilang saya udah di RS dan siap operasi. Story ke bukan close friend sih masih on banget ngomongin tips bawa anak ke dokter gigi. Hahaha.

Hari H. Sabtu, 12 Januari

Kebangun jam setengah 5 subuh dan siwer dipikir udah setengah 6 KOK SUSTER NGGAK DATENG-DATENG? Udah suudzon apa dokternya ngaret apa gimana. Ketika diteliti lebih lanjut ternyata emang gres jam setengah 5 zzzz.

Setengah 6 pas suster dateng, ngasih baju operasi, dan tes alergi. SAKIT BANGET. Ya udah pernah sih tes alergi, tapi sebab udah pernah lho makanya tau sakit banget. Nangis. T_______T

Rada kocak pas suster kasih baju operasi, saya ganti di kasur dong sebab mager dorong infus ke toilet. JG bantuin saya ganti, terus apaan sik kok galau ini cara pake bajunya. Kemudian suster tiba dan bilang dua kata “TERBALIK BU”

HAHAHAHAHA. Kaprikornus ya tau kan ya baju operasi itu diiket di belakang dan pamer pantat, YHA saya pakenya MACAM KIMONO. Gila otak udah nggak lurus banget. Antara ngantuk kurang tidur dan nervous.

via GIPHY

Balikin baju dulu gres pindah ke bangku roda, infus ditaro di paha, jalan menuju ruang operasi. JG cuma boleh nunggu hingga luar ruang operasi terus saya dipindah ke kasur yang kecil banget. Dokter anestesi memperkenalkan diri dan nanya “bisa tidur nggak?”

Saya jawab “nggak bisa dok duh ini semalem infusnya sakit banget” Pas itu udah nggak terlalu sakit sih sebenernya. Terus dokternya bilang “saya bikin ngantuk ya, tapi belum tidur nih, nanti pindah kasur lagi dulu”. Dokter kemudian nyuntikin pake suntikan kecil gitu ke infus saya terus nanya “udah ngantuk?” BELUUUMMM.

Akhirnya masuk ke ruang utama operasi (tadi masih halamannya lol), cuma ada alat apaan tau sama lighting 3 buletan. Sungguh saya tuh pengen lebih deskriptif dari ini tapi kan mataku minus enam, nggak keliatan apa-apa juga huhu.

Abis itu saya disuruh geser untuk pindah kasur di bawah lighting-lighting itu (iya lampu iyaaa). Dokternya SEMPET banget bilang gini “bu, jangan banyak gerak ya kasurnya sempit nanti jatuh”. Dok dikata saya mau roll depan roll belakang apa gimana sih. Siapa juga yang berminat uget-uget ya. :((((

Dokter ngomong beberapa hal:

“Ada maag, bu?” - “Ada”
“Rutin minum obat harian?” - “Nggak”
“Oke saya suntik obat mual ya” *SUNTIK*
“Nanti sesudah operasi ibu nggak akan mual” - “oke dok*

Terus ia nyuntik lagi nih tanpa instruksi dan klarifikasi apapun. Saya sadar sih wah ini nih, tidur nih kini nih gitu.

“Ibu sudah pernah melahirkan?” - “Sudah dok”
“Anaknya berapa tahun sekarang?” - “4,5 taaaahunnnnn” … BYE NGGAK INGET APA-APA LAGI HAHAHAHAHA

…





Saya buka mata. Oh udah di halaman ruang operasi lagi ternyata. Ada dua suster jalan-jalan. Mikir wah udah selesai, tapi ngantuk, tidur lagi ajalah. TERUS MEREM LAGI DONG. :(

Kebangun lagi entah sekian menit atau jam kemudian yang terperinci rasanya segeerrrr banget. Kaya abis olahraga terus tidur gitu. Secara naluriah, saya panggil “susteerrr” padahal nggak tau mau bilang apa. Cuma pengen kaya “sus, fyi saya udah bangun” gitu. Di sini tenggorokan belum kerasa apa-apa, cuma pengecap sakit banget. Ujung pengecap depan kerasa bengkak.

Suster mendekat dan nanya “Udah nggak ngantuk, bu? Mau coba minum?” Saya jawab mau. Suster ambil Aqua gelas dan tusuk sedotannya terus saya bilang “ih sus kenapa sih nggak pake gelas beling aja, ini nggak ramah lingkungan, saya lagi coba zero waste ini resolusi tahun baru”.

...

YA BOHONG. Bohonglah mana kepikiran resolusi tahun gres sih yang kepikiran duh sakit nih tenggorokan dipake minum. Saya minum sedikit dan coba telen. SAKIT. Rasanya ekspresi saya pegel banget parah, pengecap bengkak, bawah pengecap kerasa sariawan banyak. potongan amandel kaya sariawan semua, dan tenggorokan berasa ada luka tersiram air, kerasa darahnya gitu. Tapi saya coba minum sebanyak mungkin terus susternya pergi lagi.

Rasanya kepala mulai pusing, pusingnya di potongan belakang. Baru sadar di situ bila di leher kaya ada alas tapi sekeras kayu. Kayanya penyangga semoga leher saya nggak gerak-gerak. Manggil suster lagi minta diambil si alas leher. Abis itu masih berasa pusing dan saya manggil suster lagi minta bantal yang empuk.

Duh diceritain gini kenapa riwil amat ya HAHAHAHA. Tapi susternya baik kok, nurutin aja saya bilang apa.

Tapi sesudah diambilin bantal itu gue dicuekin loh gila. *LOH KOK EMOSY*

Kaprikornus si suster menganggap saya belum sadar 100% terus doi duduk lagi di semacam meja resepsionis gitu (?). Saya juga ya diem aja kaya masih ngumpulin nyawa, tiba-tiba ada bunyi bayi nangis, disahuti orang bilang “perempuan ya xx kg jam xxxx” auk lupa berapa detailnya. Ternyata ada yang lahiran SC di dalem.

Saya panggil lagi “sus, ini saya nunggu apa ya?” WOW BARU SAJA SADAR SUDAH MULAI MEMBERI PRESSURE.

via GIPHY

Susternya nanya “ibu yakin mau ke ruangan sekarang?” Saya bilang iya sebab mau apa dahhh di situ juga. Dingin banget mana kasurnya keras dan sempit jadi nggak bisa roll depan roll belakang. -______-

Suster jadinya manggil suster ruangan untuk jemput saya. Suster ruangan tiba pake bangku roda, terus saya coba berdiri sendiri ternyata bisa. Ya udah berdiri sendiri, turun, dan duduk di bangku roda.

Udah keluar ruang operasi ada yang manggil! “Bu bentar bu!” bunyi suster cowok. Dia kemudian menyerahkan satu botol kecil. Waaa amandelkuuuu. Gede banget parah, yang satu hampir seruas jempol tangan saya, satunya lebih kecil.

Akhirnya lewat daerah JG duduk terus kalimat pertama yang saya bilang adalah: “Sayang! Sayang! Ini amandel aku!” dan kasihin amandelnya ke JG hahahaha. Seseneng itu amandel sumber penyakitnya sudah tidak bersamaku lagi.

Kata JG, dari selesai operasi hingga saya sadar itu 2 jam woooo usang ya. Beres operasi (operasinya 2 jam juga) itu dokternya keluar ngabarin bila operasinya lancar. Kupikir adegan gituan cuma di film aja, ternyata di dunia kasatmata juga.

no makeup no filter no edit *halah*
Nyampe kamar, bengong-bengong bentar, story lagi ngabarin close friend bila operasinya udah selesai, dan bener ternyata udah hampir jam 11. Rada galau sebab wah ini tenggorokan nggak sesakit yang dikira, niscaya masih ada sisa anestesi. Kalau gitu HARUS MINUM SEBANYAK MUNGKIN DONG! *biasa ambi*

Iya saya masih infus tapi sebab rasanya bisa minum biasa, saya minum sebanyak mungkin. Takutnya itu beneran sisa anestesi dan pas anestesinya full ilang, minumnya jadi sakit. Pelan-pelan sebab bila satu teguknya kebanyakan itu jadinya keselek dan batuk. Kalau batuk ya sakit. Minum rasanya masih kaya tadi di ruang operasi.

Jam besuk tiba, BEBE DATENG YEAYYYY! Happy banget dia. Gimana nggak happy sih ada aki, nini, dan dua adik saya sengaja dateng untuk nemenin ia doang. Ibu saya bilang mau bawa Xylo les renang lah kasian bila nggak les. Oh iya ya udah sih bawa aja. Yang les renang satu, yang nganternya 4 orang. Bhaiq.

Jam 1 mereka pulang, JG juga pulang untuk nyiapin les renang Bebe sebab peralatan les renangnya di kendaraan beroda empat semua.

Makanan dateng, saya makan sendirian.



Makannya bubur sumsum dan es krim Walls Populaire. Nggak ada rasanya dipikir sebab pengecap mati rasa. Lupa bila abis reduksi konka juga jadi ya idung juga mati rasa. Padahal udah bawa YLEO buat bantu tidur enak. Kalau nyium busuk Lavender aja nggak bisa gimanaaaa mau tidur enak?

Kepanikan kedua muncul dikala suster dateng untuk kasih obat. Obatnya via infus semua, ada penghenti pendarahan, antibiotik, satu obat yang saya lupa, dan satu lagi penahan rasa sakit. Salah satu di antaranya pas disuntikin itu sakitttt banget rasanya, kerasa masuk ke nadi. Tapi yang tersakit ialah ketika infusnya diganti dengan tabung kecil, obat penahan rasa sakit.

Obatnya 5 ml doang, dicairkan dengan 50 ml cairan apaaa gitu. Itu aja rasanya masih sekentel darah masuk nadi. Saya pernah transfusi kan pas melahirkan dan itu pegel, ganggu, TAPI NGGAK SAKIT. Nah ini harus abis 50 ml sehari 2 kali, dan selama itu juga tangannya sakit.

T________T

Panik eksklusif chat JG suruh cepet-cepet balik ke rumah sakit untuk saya riwili hahahahaha. Jam 1 masih kalem, jam 4 nangis HAHAHAHA.



AJAIBNYA. Setelah obat itu abis, luka di tenggorokan nggak kerasa perih lagi. Saya jadi ngerasa sehat sebab nggak kerasa ada luka. Sakit di tenggorokan cuma selevel sakit nelen biasa, minus rasa panas di amandel.

Susahnya itu ngeluarin dahak di tenggorokan sebab uvula (lidah kecil, elak-elakan bila kata orang Sunda) GEDE BANGET. Bengkak dan merah. Mau keluarin ingus lewat idung nggak bisa, lewat tenggorokan kehalang uvula. Sudahlah kupelihara saja dahak-dahak itu. EWWW.

Malemnya suster ngabarin bila saya nggak boleh pulang besok pagi zzzz soalnya dokter Mirta gres bisa visit sore. IH NGGAK MAU. Nggak bisa sebab ayah ibu saya harus pulang ke Bandung kan. Akhirnya maksa pulang Minggu pagi. Pas saya browsing juga bila di luar negeri ternyata pasien tonsillektomi ini nggak perlu nginep loh. Luar biasa.

Amandel akoohhh

H+1. Minggu, 13 Januari

ALHAMDULILLAH DIBOLEHIN PULANG TANPA KETEMU DOKTER.

Saya seseger itu loh. Rasanya cuma sariawan di beberapa titik dan sakit nelen, nggak demam atau apapun. Dan btw sesudah nanya suster ternyata di idung itu dikasih tampon gel. Karena saya reduksi konka kan, jadi dikasih tampon berbentuk gel untuk nahan lukanya. Ya masuk akal jadi nggak bisa nyium busuk apapun sama sekali. Napas sih lancar.

Nyampe rumah kerasa lemes sebab udah nggak infus kan. Bertekad minum banyak semoga nggak lemes lagi. Untung udah request ke ibu minta dibikinin bubur sumsum jadi kondusif jaya lah.

Oiya btw saya berniat bed rest cuma seminggu terus masuk kerja. Nggak mau 2 ahad kaya orang-orang. Bisa bosen banget dan duh males lah mikirin makan sendirian di rumah.

Update abis ini kebanyakan hanya akan seputar masakan ya. Karena masakan akan menawarkan kemampuan saya mengunyah dan menelan.

H+2. Senin, 14 Januari

Jam 3 pagi kebangun sebab dahak keluar semua, nongkrong di kamar mandi. Oles YLEO RC gres bisa tidur lagi.

Siangnya omg so hungry tapi gimana yaaa. Saya makan bubur sumsum, apel kukus, kabocha keju aja bolak-balik hingga enek. Mulai mikir apa turun apartemen dan beli siomay ya? Soalnya lebih sakit radang tenggorokan biasa sih dibanding ini. Ini tubuh rasanya fit, cuma nelen sakit. Udah.

Beneran deh, radang tenggorokan setahun 3-4 kali semenjak 2016 bikin sakitnya jadi ajaib banget. Jadinya lebih sakit radang tenggorokan biasa. Terakhir saya radang pas Natal itu nelen sakit, tenggorokan kaya kebakar, tubuh panas dingin hingga nggak bisa bangun. :(

Oiya, malemnya saya selalu mandi air anget untuk bantu ngeluarin ingus. Senin malem ingus keluar nggak selesai-selesai. Lamaan ngeluarin ingus daripada mandinya. Tapi ingusnya bening, sisaan tampol gel kayanya.

H+3. Selasa, 15 Januari

Semaleman tidur agak kurang yummy sebab batuk tapi terlalu males ngambil RC. Paginya berdiri tidur buang ingus berdarah terus. Worst day untuk hidung sebab seharian nyium busuk darah 😭

Terus laper banget sih sumpah. Akhirnya masak nasi, blender air + brokoli + ayam, jadiin bubur + butter. BODO AMAT. LAPAR. Ternyata bisa aja, nelen udah nggak sesakit itu. Tapi belum berani dibumbuin sebab mikirin masakan berbumbu masuk ke tenggorokan itu … TAKUT. Iya masih ada takutnya.

Kondisi tenggorokan udah ketutup white scab gitu, selaput putih kaya sariawan zaman dulu abis dipakein Albothyl (HALAH MASIH MUSIM AMAT ALBOTHYL). Katanya nanti white scabnya akan copot, perih dikit, gres sembuh.

H+4. Rabu, 16 Januari

LAPER BANGET SUMPAH. Terus ya udah bikin mie rebus dengan bumbu ala Bebe, totole dan bawang putih bubuk doang. Mie rebus telor bakso.

Pegel ternyata, 4 hari makan lembek, plus ekspresi abis didongkrak buat operasi, butuh latihan lagi untuk ngunyah makanan. Tapi not bad. Minimal nggak laper.

HIDUNG MASIH BAU DARAH. Tapi untuk pertama kalinya seumur hidup, bisa ngerasain hidung plong, napas lega banget. Biasanya selalu ada yang mampet dikit.

H+5. Kamis, 17 Januari

Mulai mikir duh apa masuk kerja aja ya besok? Kayanya sanggup sih? Terus browsing artikel lagi dan banyak yang bilang meski ngerasa sanggup dan kuat, sebaiknya take a week break from school or office semoga fit banget sebab sesungguhnya tubuh kita sakit, cuma LEGA aja sebab amandel ilang. Iya sih.

Siangnya bikin bubur lagi tapi pake … ayam panggang butter hahahaha. Malemnya udah makan Sei Sapi di Go-Food Fest!

Sekarang yang kerasa paling sakit ialah gigi geraham belakang yang emang lagi perawatan jalan masuk akar. Karena dibikin mangap pake besi gitu kan wah udalah shock sendiri pas liat alat dan prosesnya di YouTube. *NGAPAIN DILIAT MALIH*

Kaprikornus udah bikin komitmen sama dokter gigi ahad depan, sebab ya bila ahad ini belum bisa mangap. Sakit banget parah sih kaya giginya mau copot wtf.

H+6. Jumat, 18 Januari

MAU MUNTAH DI RUMAH TERUS. Sumpah jenuh banget hingga muak saking nggak keluar rumah seminggu lebih. Ngerjain satu artikel aja nggak selesai-selesai. Akhirnya turun, ke TaWan bawa laptop. Makan kakap asam manis, makan selesai, artikel selesai, terus kembali selimutan.

OHIYA LUPA BILANG YA. Seminggu itu cuti sakit tapi tiap hari tetep bikin satu artikel. #startuplyfe

Padahal tiap abis minum obat itu ngantukkkk banget. Kaprikornus abis minum obat pagi, kebut ngerjain artikel, terus harus tidur dulu soalnya pusing bila nggak tidur.

Malemnya udah makan NASI PADANG SEDERHANA HAHAHAHA. Makan cumi tapi nggak pake kuah. Kaprikornus nasinya kering. Wow, pegel sih ngunyah dengan rahang masih kaku dan sedikit sariawan, tapi saya baik-baik saja. Tenggorokan juga baik-baik aja.

H+7. Sabtu, 19 Januari

Jadwal ke dokter. Dokter shock bila saya udah bisa makan nasi (tapi nggak berani bilang nasi padang takut dijudge HAHA) dan bilang berulang-ulang “ibu kayanya ambang batas rasa sakitnya emang tinggi deh”.

Mungkin iya tapi di sekitar tenggorokan doang sebab biasanya sakit tenggorokannya lebih parah sih. Soalnya saya tipe yang cemen banget lhaaa diinfus aja nangis kok, tes alergi nangis, nangis mulu heran.

Terus jajan siomay. Makan siang kwetiau seafood, makan malem bakso samrat. NGGAK SEHAT AMAT DAH HIDUP.

Sariawan tinggal sisa satu, di pengecap sisi kiri. Lidah yang infeksi udah sembuh. Tenggorokan cuma kerasa kaya ada selaput gitu doang yang ganggu nelen. Masih kerasa pegel juga bila nelen.

H+8. Minggu, 20 Januari

Pagi sarapan Nestum, terus nemenin Bebe berenang sama sepupu-sepupunya di Waterbom sebab ada abang ipar dan mamah mertua. Jajan bakpao ayam, siangnya makan Burger King dan ayamnya.

WELL. Sekarang nulis ini sambil makan Indomie goreng telor plus tomat ceri pake kewpie sebab saya merasa bersalah makan Indomie HAHAHA. -______-

H+9. Senin, 21 Januari

Hari pertama kerja. Tenggorokan udah nggak sakit, agak gatel dikit kaya bila lagi batuk mau sembuh. Makan siang udah normal nasi cumi item dan tumis daun pepaya serta ... kerupuk lol. Ukuran uvula udah normal banget, udah nggak infeksi lagi. Udah bisa bilang sehat 98% sih kecuali idung masih rada gatel dikit dan masih kadang keluar dahak.

White scab udah hampir ilang semua, tapi ada semacam benang item gitu di daerah amandel. Pas browsing-browsing ternyata itu sisa darah, sisa potongan operasi gitu wow.

*

JADI YAH BEGITULAH. Di saya, operasi amandel remaja ini not that bad. Sakit tenggorokannya tolerable, mungkin sebab saya minum obatnya sempurna waktu juga sih. FYI operasinya sama Dr. dr. Mirta Hediyati Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) di RS Asri Siloam Duren Tiga. Biaya operasi amandel dan reduksi konka Rp 33juta, kelas 1, semua dicover asuransi kantor JG alhamdulillah ya.

Persiapan operasi amandel itu tinggal ke dokter THT dan set jadwal operasi. Abis itu cek darah dan rontgen paru, konsultasikan hasilnya ke dokter anestesi dan dokter seorang hebat penyakit dalam. Udah gitu, tinggal dateng pas hari H operasi deh.

Kalian ada yang amandelnya bermasalah juga? OPERASI SANAAAA.

-ast-

Detail ►

Adieu, 2018


Postingan pertama saya di 2018 berjudul "2018" WOW SUNGGUH OUT OF THE BOX BUKAN? -______-

And wow, now it's December 20 already. WOW! (JUST STOP SAYING WOW!)

Akhirnya Gambar Digital!

Selain gambar, hal besar yang terjadi tahun ini yakni resign dari The Jakarta Post. Kaya kurang jika bilang ini hal besar alasannya yakni ini HUGE. Ya lima tahun bolak-balik ke gedung yang sama hingga punya stall toilet favorit dan hafal detail bocel dinding di mana, gemeter banget sih harus memberanikan diri untuk bilang resign.

Ada takutnya tapi 80% excited alasannya yakni saya tau juga Mommies Daily kantornya se-friendly JP. JP friendly banget dengan bos yang super baik banget. Nggak pernah ributin cuti, nggak pernah masalahin apapun sepanjang kerjaan kita beres dan kita nggak punya duduk kasus sama orang lain. Kalau nggak baik gitu nggak bakal tahan 5 tahun nggak sih ahahahahaha.

Terus kenapa resign? BACAAAA: Mengapa Resign

Mengikuti kepindahan kantor, rumah juga pindah. Akhirnya nyoba tinggal di apartemen. Betah nggak betah dan kini sih tetapkan tetep lebih suka landed house KECUALI jika nanti kebeli apartemen beneran, bukan subsidi hahaha. Karena duduk kasus saya sih bukan ingin menjejak tanah alasannya yakni toh saya juga jarang ke luar rumah. Tapi alasannya yakni berisik banget.

Berisik lah bentuknya kaya perkampungan gitu kan. Plus tengah malem bahkan dini hari harus terbiasa denger bunyi lift "TING!" Menandakan ada orang gres pulang. Living in a tiny apartment with thousands of neighbours is a whole new experience. Namanya "orang daerah" tinggal di Jakarta yesss? Nggak punya landed house di tengah kota HAHAHA.

Baca pengalamannya di sini: Pengalaman Tinggal di Apartemen

Tahun ini juga buku kami terbit YASSSS. Buku ini ngerjainnya sih perfeksionis ya tapi urusan marketingnya kurang ambisius sih jadi ya entahlah males aja promonya hahahaha. Nggak bikin launching fancy, mau bikin book talk juga males ihhh, ya pada dasarnya bikin buku perihal parenting: achievement unlocked. UDAH GITU DOANG LOL.

Itung-itung nambah pengalaman nerbitin buku aja alasannya yakni jika anda bukan Dewi Lestari atau Tere Liye kan nggak mungkin kaya raya dari buku ya. Oh bukan, bukan mematahkan semangat loh buat kalian yang mau nulis buku. Harap maklum aja kelas pekerja kaya saya gini kan realistis aja ya pengennya kaya HAHAHA. Berkarya kemudian kaya wtf.

Cerita perihal buku dapat dibaca di sini: DI BALIK LAYAR SUSAHNYA JADI IBU
WAH BENER-BENER NIH. Liatin satu-satu archive blog gres sadar banget jika saya lewatin banyak hal besar banget tahun 2018 ini. Kalau nggak ditulis sih bye aja bakalan lupa. Kenapa sekaget ini alasannya yakni TAHUN INI SEMPET KE RUMAH PAK HABIBIE!

Salah satu highlight tahun ini banget so happy!

Nggak kebayang seumur hidup dapat ketemu Pak Habibie. Untuk ketemu aja nggak kebayang alasannya yakni meski jurnalis, sini kan ogah pegang desk pemerintahan. Lha ini bukan lagi ketemu TAPI TUR KE RUMAHNYA. Bangga sekali sama diri sendiri! Biar aja malu-maluin!

Meskipun itu dalam kondisi batuk alergi parah dan pulangnya lemes banget ke kantor JG kemudian pribadi ke UGD. Tak apa ke UGD yang penting udah ketemu Eyang Habibie luvs!

Kaya apa rumahnya? Masa belum baca? BACA DULU! Cerita dari Rumah Eyang Habibie & Ainun

Then life was getting so much busier.

Karena bertekad tahun ini harus dapat swipe up di IG story (duh receh maap). Ngotot banget alasannya yakni saya tuh sebenernya lebih suka nulis blog, tapi gemes alasannya yakni nggak dapat share di Instagram. Makara mau nggak mau ya harus dapat swipe up kannn.

Akhirnya menjadi ambisius dan sharing di IG story seminggu dapat 2-3 kali. BISA DEH SWIPE UP! Malah kini udah 15k followers ya ampun makasih yaaa kalian semua yang bersabar membaca stories akuuuu!

Karena merasa bisa, kesannya tahun depan maunya 50k followers. Biar apa sih? Ya agar sekali share itu yang baca banyak! Baru sadar selain nulis, passion saya yang lain itu sharing.

Iya seneng banget sharing dalam bentuk apapun. Nulis ayo, jadi speaker ayo, kulwap ayo, apapun lah! Makanya seneng banget jika diajak jadi pembicara atau bikin video. Dan makanya juga ahad kemudian ikut kelas public speaking. Nulis udah (ngerasa) baiklah ya skill ngomong juga harusnya diasah dong agar dapat sharing terus!

Cerita kesibukan final tahun dapat dibaca di sini: I Had The Busiest Week Ever

Terus tahun ini thank God dapat liburan. Liburan nekat sih sebenernya alasannya yakni masih money conscious banget. Masih ati-ati belanjain uang alasannya yakni selain nabung buat sekolah, juga pengen beli HP gres HAHAHAHA.

Cerita liburannya ini lho: Seharian di Legoland Malaysia
Speaking of beli-beli, (jarang banget bahas ginian tapi siapa tau jadi motivasi ya) seneng banget tahun ini dapat beli Macbook Pro cash setelah 3 tahun terakhir nulis di resolusi pengen Macbook Pro hahahaha. Hati rada mencelos jatuh dikit sih pas gesek debit cardnya tapi saya jadi bener-bener produktif banget. Lancar segalanya alasannya yakni laptopnya lancar hahaha.

Sisa-sisa belanja lainnya mari tidak perlu dibahas alasannya yakni saya suka sakit kepala jika mikirin uang ilang jadi barang. Anehnya jika ilangnya alasannya yakni makan suka nggak dipikirin. Kan ada yang orang yang "mending jadi barang lah!" Sori aja sih, saya mending gembel tapi makan enak. Makan yummy bikin bahagia. Huhu.

Seneng banget juga tahun ini dapat ulang tahun me time di Bali (karena sambil liputaaannn). Ulang tahun sambil liat sunrise sendirian dan bersyukur dapat ada di sini sekarang. Bersyukur untuk segalanya, untuk hidup yang lebih nyaman, untuk keluarga yang sempurna, untuk pikiran yang sedang baik-baik saja.

So 2018, I bid you adieu.

-ast-

Detail ►