Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri tentang-keputusan-yang-mengubah-hidup. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri tentang-keputusan-yang-mengubah-hidup. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Tentang Melampaui Batas

[SPONSORED POST]


"Don't limit your challenge, challenge your limit."

Flashback ke lima tahun lalu, saya hingga kini masih sering termangu loh. Kok berani ya saya tinggal di Jakarta sendirian?

Waktu itu saya pengangguran, sudah lulus kuliah dan gres saja resign dari kawasan kerja saya alasannya yakni tidak betah. Maklum, pekerjaannya jadi sekretaris, nggak sesuai passion saya yang selalu menulis dan senang mendesain. I told this story a million times and repeat it again and again because that's how my story start.

Intinya saya untuk pertama kalinya #LampauiBatas dengan pergi sendirian ke Jakarta. Saya yang bahkan di Bandung pun selalu diantar ke mana-mana. Saya nekat bermodal Google Maps di Blackberry dan alamat kantor yang jadi tujuan interview. Turun travel dan naik taksi. Berjalan kaki mencari rumah sakit untuk tes kesehatan. Naik taksi lagi dan naik travel lagi. Pulang ke Bandung lagi usai tes penerimaan karyawan itu.

Interview sukses, saya diterima. Saya sangat excited dengan pekerjaan itu dan saya tidak menyadari dikala itu bahwa itu mengubah hidup saya sepenuhnya. Saya yang seumur hidup tinggal bersama orangtua kini sendirian di Jakarta. Saya harus mencari makan sendirian, saya harus jalan-jalan sendirian.

(Detailnya ada di postingan ini: Keputusan yang Mengubah Hidup)

Untuk pertama kalinya saya naik TransJakarta (yang ternyata nyaman ya asal tidak di jam sibuk), untuk pertama kalinya saya liputan keliling Jakarta. Keliling kota yang tidak saya kenal sama sekali sudut-sudutnya. Modal Google Maps dan kuota. Nekat.

Gimana nggak nekat, liputan saya itu kadang gres simpulan jam 12 malam. Saya sering sekali terdampar di pinggir jalan tengah malam alasannya yakni susah mencari taksi sementara TransJakarta sudah tidak beroperasi. Sekarang sih yummy ya tinggal pesan ojek online, lima tahun lalu?

Lima tahun kemudian yang lakukan ya pasrah duduk di trotoar menunggu taksi sambil menulis berita. Atau memesan taksi via telepon. Nggak ada takut-takutnya, maklum jiwa muda, jikalau dipikirin kini kok ngeri ya hahahaha. Apalagi jikalau pulang konser di Ancol, bok saya pernah jam 1 malem terdampar di gerbang pantai karnaval Ancol pulang liputan.

YES, BUKAN GERBANG UTAMA. Gerbang Pantai Karnaval yakni gerbang suram, kecil, dan jalan rayanya sangat berdebu. Ada jalan layang di depannya dan itu sepi banget. Yang lewat jalan itu cuma truk, pesan taksi pun nggak ada yang mau ambil. Tapi dulu senang bahagia aja, alhamdulillah selamat hingga kini hahahaha.

Memang kadang ada hal-hal yang harus kita lakukan me #LampauiBatas untuk mengetahui seberapa besar keberanian kita menghadapi hidup.

Selain duduk kasus pekerjaan dan kawasan tinggal, menikah juga buat saya yakni salah satu momen #LampauiBatas saya. Saya selalu punya ketakutan untuk menikah. Saya takut harus mengurusi rumah seharian dan tidak punya me time. Saya takut harus berhenti bekerja alasannya yakni punya anak. Saya takut tidak punya kebebasan yang sama menyerupai dikala belum menikah.

Tapi ternyata saya menikah, saya punya anak, dan segala kekhawatiran itu tidak terjadi.

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup)


Kalau di dunia blogging, saya sedang push the limit untuk bikin video seminggu sekali. Writing is always in my blood tapi syuting dan edit video belum pernah dilakukan huhu. Dulu pas kuliah ada sih mata kuliah yang harus syuting dan videoan TAPI BUKAN GUE YANG NGERJAIN HAHAHAHA. Kan kelompok gitu, saya giliran bikin script aja, yang syuting dan editnya mah temen saya yang lain.

Dan ternyata dahsyat ya emosi diaduk-aduk banget bikin video itu. Mana harus elok di depan kamera, harus mikirin topik, plus harus editnya pula. Berderai air mata banget deh. Tapi ternyata saya bisa, so far udah sebulan lebih saya aktif lagi di YouTube dan seminggu sekali setiap Senin masih on time upload video baru. Doakan selalu lancar yaaaa. Ini hal paling #LampauiBatas di sepanjang karier social media saya.

Nulis blog mah gampang, eksis di Instagram? Gampang juga lah tinggal stok foto. Twitter mah twit aja apapun yang diinget dan gunakan Facebook untuk share info lucu dari Buzzfeed. Tapi update YouTube, wah wah wah, nangis darah. Saya besar hati banget bisa bikin kesepakatan untuk bilang "new video every Monday" because it really pushes my limit. #LampauiBatas sekali!

Hidup ini penuh kejutan. Ketika kita berpikir hidup membosankan, kita hanya belum tahu bagaimana cara biar membuatnya lebih berwarna. Ayo lawan rasa malas dan takutmu, #LampauiBatas kemampuanmu! :)

-ast-

Detail ►

Rumitnya Menikah

Saya tidak bicara dari sudut pandang agama ya. Kalau mau dilihat dengan sudut pandang agama apapun silakan, tapi mungkin tidak akan sesuai. :)


Di usia saya sekarang, lingkungan pertemanan saya rata-rata sudah menikah dengan dua anak. Usianya memang sudah masuk untuk punya dua anak. Usia ideal bagi society, belum tentu ideal bagi diri sendiri sebab toh pada kenyataannya jumlah anak tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan rumah tangga.

Ada yang terus menerus bertengkar sebab suami menduakan berkali-kali tapi tetap hamil lagi, made up sex that only made the baby but not the family. Bayinya jadi tapi kekerabatan suami istri tetap berantakan. Anak kedua pula. Istrinya nggak kerja pun.

Ada pula yang memaksa menikah padahal tidak satu prinsip dengan calon suami, dengan alasan berharap suami sanggup membawa ke kehidupan yang lebih baik. Tapi ternyata tidak. Bagaimana sanggup kalau definisi "hidup lebih baik"-nya pun berbeda? Hidup bersama orang yang tidak satu value itu melelahkan. Mau bercerai kok ya suami terlalu sempurna? Punya alasan apa?

Ada yang suaminya mendadak mengubah janji sesudah menikah. Bayangan menikah menyenangkan jadi sebaliknya. Me time jalan-jalan dengan sahabat sesudah semingguan mengurus dua anak tidak diberi izin. Padahal sebelum menikah sudah ditanya bolehkah ini dan itu, jawabannya selalu boleh.

Bahkan hal "sesederhana" melarang istri bekerja saja sanggup jadi urusan panjang kalau istrinya memang tipe yang senang bekerja dan tidak sanggup hanya membisu di rumah. Belum lagi urusan mertua, urusan sekolah anak, urusan suami yang tidak mau bantu pekerjaan rumah tangga, suami yang tidak mau dititipi anak, dan buanyak lagi.

(Baca: Beda Prinsip Lebih Baik Tidak Makara Nikah Loh!)

Kalau mendengar cerita-cerita ketidakbahagiaan dalam janji nikah saya selalu merasa bersalah sebab masih suka ngeluh hahaha. Meski satu prinsip pada segala hal, ya kami juga punya duduk perkara kecil yang padahal sanggup diabaikan. Padahal dibandingkan duduk perkara orang lain sih duh remeh banget. Untuk hal-hal lain yang besar dan melelahkan, so far kami selalu satu suara.

Menghadapi Bebe, maka kami vs Bebe, menghadapi mertua dan keluarga saya maka kami vs mertua dan keluarga. Itu yang menciptakan kehidupan janji nikah saya rasanya tidak serumit orang-orang. Orang-orang yang seumuran saya loh ya, yang gres menikah 5 tahunan.

Karena banyak ya ternyata yang suami selalu membela ibunya dibanding istri. Pokoknya istri harus nurut ibu aja mau ibunya logis apa nggak. "Kamu nurut lah sama ibu aku!" Wow wow. Kenapa nggak kita diskusikan dulu berdua kemudian ambil keputusan BERDUA dan jelaskan ke mertua hasil keputusan BERDUA itu? Kan kau nikahnya sama saya bukan sama ibu kamu?

T________T

Padahal mertua nyuruhnya itu punya anak lagi meski anak pertama masih kecil, semoga capek sekalian katanya. Istri nurut ajalaahhh. Duh sakit kepala mikirinnya. Punya anak ya, mau kini mau nanti ya sama-sama capek. Kan terserah yang mau ngelahirin dong kapan mau beranak lagi. Kalau suami dan ibunya berkomplot nyuruh punya anak sementara yang hamil masih keberatan masa dipaksa? Emang wanita hidup cuma buat jadi medium beranak doang?

T________T

DAN INI TRUE STORY. Semua pola di atas tadi dongeng beneran. Dari orang yang nikah gres 3-5 tahun! Nikah gres 3-5 tahun aja repotnya udah kaya gini wow. Kalau kata Nahla, bayangkan harus hidup kaya gitu 50 tahun lagi.

Karena sering denger curhat model menyerupai ini, maka kini kalau ada orang bilang duh pengen buru-buru nikah, saya dan JG niscaya kompak bilang "Yakinnn? Duh pikir-pikir dulu lah". Dan kami serius soal itu. Kami tidak mau kalian jadi orang berikutnya yang curhat sebab "nikah kok gini amat ya". Hiks.

Pusing ya? Iya nikah itu pusing banget, complicated.

Dan ya, orang-orang menikah ini selalu bicara janji nikah seolah menikah ialah sesuatu yang paling menyenangkan di dunia! Well, no, except you find the perfect one.

Katanya "nikah aja nggak apa-apa, iya sih pusing, tapi enaknya juga banyak" YA ITU KAN ELO. Saya sih nggak berani menyarankan orang menikah hanya sebab janji nikah saya baik-baik saja. Ya saya baik-baik aja, orang lain? Kan belum tentu.

(Baca: Selingkuh dan Pelakor)

Banyak yang baik-baik saja tapi banyak juga yang berusaha terlihat baik-baik saja. Banyak yang tampak mesra di social media padahal menangis setiap malam. Banyak yang di luar sama-sama terus, di rumah mah ya masing-masing aja kaya nggak kenal. BANYAK. Banyak yang menikah socially bukan personally.

Karena semenjak awal, banyak yang pernikahannya itu soal "social acceptance". Ya dalam tanda kutip. Menikah sebab tertekan lingkungan, menikah sebab memang merasa sudah usianya harus menikah, menikah sebab keluarga meminta menikah, menikah sebab ya mau ngapain lagi bro, semua temen udah nikah. Ya nggak tau, ngapain kek, keliling dunia mungkin?

Makanya memilih tujuan menikah itu penting dibicarakan semenjak awal. Oiya kita mau nikah, apa tujuannya?

Misal tujuan menikahnya ialah "melanjutkan keturunan" maka sesudah menikah sasaran berikutnya ialah punya anak dong? Terus ternyata nggak dikasih anak. Jadinya logis kan kalau salah satu minta cerai sebab nggak sanggup punya anak? Atau misal kalau istrinya yang ternyata punya duduk perkara kesehatan, jadi logis dong kalau suami minta poligami? Ya sebab memang tujuan awalnya kan melanjutkan keturunan.

Saran saya sih cari yang tujuannya hidup bersama selamanya deh. Nonton film Test Pack sama calon pasangan, tanya pendapatnya kalau itu terjadi sama kalian. Bukan promosi, tapi film itu ngasih citra banget pasangan yang ideal berdasarkan saya. Menurut saya loh yaaa. :)

Tapi hening dulu, ada kok pasangan yang bener-bener bahagia. Kategori ini pun masih terbagi dua. Hahaha.

Pertama, yang satu prinsip hidup karenanya santai sama segala sesuatu. Perfect match made in heaven. Berantem cuma urusan siapa yang mandi duluan lol. Satu visi misi, nggak saling menuntut suami harusnya gini, istri harusnya gitu!

Kedua, salah satu sebenernya sebel tapi ya udah terima ajalah daripada pusing. Telen aja udah, eh sori, tulus aja udah. Namanya juga nikah ya kan, harus saling ikhlas, harus toleran namanya juga dua kepala jadi satu. :)

(Baca: Mengurangi Intrik Rumah Tangga)

Masalahnya, tulus itu nggak gampang. Nggak semua orang punya stok tulus luber-luber. Ada yang di depan suami dan keluarga tepat banget sebagai istri dan ibu. Tapi di social media ya ampuuunnn, 180 derajat. Terlihat sekali beliau butuh sahabat untuk bicara, butuh sahabat untuk berdiskusi. Nyamber sana-sini, komen sana-sini. Kan kasian jadinya.

Atau yang lebih sanggup menahan diri biasanya hanya curhat pada sahabat. Keluhan-keluhan yang tidak pernah terbayang sebab di luaran sana mereka ialah pasangan tepat yang bikin iri semua orang. Sahabat-sahabatnya ini yang jadi ikut duka huhu kasihan tapi nggak sanggup bantu banyak juga. :(

Inti dari semua ini adalah. Pikir yang banyak sebelum nikah! Tanya pertanyaan-pertanyaan ini ke calon pasangan! Dan wanita harus mandiri, tidak mandiri, tidak mau punya penghasilan tidak apa-apa tapi siapkan storage untuk tulus yang banyak yaaa. :)

Kalau sesudah ini kalian jadi ragu menikah, manis dong. Keraguan akan jadi kehati-hatian, dan menikah ialah keputusan yang harus diambil dengan hati-hati. Percayalah bahwa dengan ragu dan hati-hati, kalian akan menemukan seseorang yang sanggup membuatkan prinsip hidup selamanya. Menjalani hidup tanpa jadi orang lain, tanpa harus selalu bersembunyi di balik kata ikhlas.

Karena sesungguhnya, keikhlasan tidak dibutuhkan lagi di sebuah kekerabatan yang membuatkan prinsip hidup yang sama. Your life would be so much easier. Toleransi niscaya ada, tapi sungguh di hal-hal yang sangat kecil hingga tidak pantas disematkan sebagai sebuah keikhlasan. :)

Untuk kalian yang belum menikah, merasa menikah terlambat, tidak menikah, atau sudah berhenti menikah, hal apapun wacana janji nikah tidak mengurangi sedikit pun dari harga kalian di dunia ini. You're all worth it.

Selamat hari Senin! Baca goresan pena wacana janji nikah lainnya di sini ya! Tentang Nikah

-ast-

Untuk kesayangan aku, @jago_gerlong. Terima kasih untuk jadi kau yang menyerupai aku. Untuk diskusi duduk perkara yang tidak pernah panjang, untuk pertengkaran yang tidak pernah bermalam, untuk jadi tanggapan atas semua kebimbangan. I love you 💛 (TOLONG INI DISCREENCAP DAN BELIIN AKU IPHONE 7 DONG! HAHAHA)

Detail ►

Why I Love Jakarta | #Sassythurday Ft #Gesiwinditalk

OH HOW WE LOVE JAKARTA! By we I mean me and JG, dunno about Bebe because well, he's a baby ah gimana sih elah ginian harus dibahas.



Oke jadi #SassyThursday ahad ini collab lagi sama #GesiWindiTalk because why not duh. Tema tiba dari Nahla yang sungguh kreatif yaitu perihal mengapa kami begitu cinta kota masing-masing hingga nggak mau pindah satu sama lain! Bahkan saya nggak mau pindah ke Tangerang atau BSD meskipun tau persis di sana enak. Ya tapi lezat jikalau kerja dan segala-galanya di Tangerang/BSD juga yekaannn.

Baca punya mereka, siapa tau jadi pengen jalan-jalan ke sana!
Windi Teguh: Why I Love Medan
Grace Melia: Why I Love Jogja
Mevlied Nahla: BSD, Tangsel, dan Segepok Kenangan


Tadinya saya agak ragu gitu, mau Bandung apa Jakarta ya? Ya cinta sih sama Bandung tapi yaiyalah, Bandung kan hometown. Yang namanya kampung halaman mah selalu dirindukan ya nggak? Karena terlalu banyak kenangan dan keluarga besar di sana semua. Plus keluarga mertua juga, ya niscaya sayang lah sama Bandung.

Tapi kan kadang harus ninggalin yang disayang demi sesuatu yang dapat lebih sayang sama diri kita sendiri kaaan. ASIK.

Jakarta kayanya sayang banget sama saya HUHUHUHUHU. Level mellownya udah setara sama waktu ninggalin Bandung ini jikalau harus ninggalin Jakarta.

Karena di Jakarta, saya terperosok cinta.
Karena di Jakarta, cinta memilihku dengan nyata.
#eaaa jangan pada close tab ya lol 😂

(Itu juga kutipan dari puisi cinta masa lalu gengs, kolab kami sebelum ini. KLIK DAN BACA YAAAA)

Duh gue resah bikin list nggak ya hahaha. Bikin aja kali ya.

🏣 Jakarta Kota Mimpi 🚀

Itu benar. Itu tidak cheesy atau klasik, itu benar. Masih benar, minimal buat saya sendiri. Gimana nggak, saya pindah ke Jakarta sebab satu twit!

Dari satu twit yang kemudian bawa saya ketemu banyak banget artis Korea, wawancara aneka macam artis Korea, nonton konser gratis. Mimpi jadi kasatmata banget sebab pada dikala itu, saya lagi suka Korea banget!

Oke saya nggak tergila-gila sih ya kaya orang-orang hingga nabung atau apa, tapi saya lagi suka Korea banget dan Jakarta mewujudkan mimpi itu. Siapa yang kepikiran sih dapat ngobrol face to face sama Lee Min Ho jikalau nggak pindah ke Jakarta? Dirangkul Lee Seunggi? Ngobrol sama Siwon? Bigbang? Super Junior? Infinite? YOU NAME IT.

Hampir semua artis Korea yang ngetop pada zaman itu saya temui semua FOR FREE cuma sebab satu keputusan pindah ke Jakarta. Dan mimpi itu berlanjut pada mimpi berikutnya yaitu bikin buku di GagasMedia.

Yes, mimpi gue pas SMA/kuliah se-spesifik itu "mau nulis buku diterbitin GagasMedia". Dan itu terjadi sebab saya pindah ke Jakarta. Plis yang suka Korea dan mau beli bukunya masih ada di Tokopedia atau BukaLapak.

(Cerita lengkap dapat dibaca di sini: Keputusan yang Mengubah Hidup, Pindah ke Jakarta)

🏣 Jakarta Tidak Pernah Sepi 🚀

Bagi orang ekstrovert kaya saya, Jakarta itu menyenangkan sekali! Di Bandung jam 9 malem aja sepi banget, di Jakarta saya nggak takut bangun di pinggir jalan jam 12 malem pulang liputan nunggu taksi. Oh wow saya sungguh pemberani.

Zaman belum nikah, dapat nongkrong lama-lama hingga pagi, banyak temen, banyak makanan, sinyal selalu bagus, ah saya cinta. Gimana ceritanya coba jam 11 malem Semanggi masih macet. 😂😂😂

Di Bandung jam 8 malem aja saya suka udah horor sendiri pulangnya hahahahaha. Tapi yah, untuk ukuran saya yang nggak punya kecerdasan naturalis alias nggak peduli nggak nginjek tanah atau liat sawah, Jakarta is heaven! 🌠

🏣 Jakarta Sumber Suara 🚀

"Kepada ibu Annisa dinantikan di sumber suara"

Lawas nggak sih, apa event zaman kini masih ada yang menyebut area pengaturan sound system itu sebagai "sumber suara"? 😂😂😂

Intinya Jakarta yaitu sumber suara, sentra segalanya. Banyak event, banyak acara, banyak brand, banyak diskon. Jadinya banyak pilihan! Iya dari milih makanan, milih baju, hingga pilihan serius macam kerja di mana atau sekolah di mana.

Ya maklum ya ibukota. Sekolah dari yang bobrok hingga yang uang tahunannya setara harga satu rumah juga ada. Begitu pula dengan kerjaan, dari yang cuma malak di stasiun hingga honor sebulan ratusan juta.

Dihadapkan dengan pilihan sebanyak itu kita jadi apa?

JADI SEMANGAT! 💪🏻

🏣 Jakarta Penyemangat Hidup 🚀

Ini yaitu sumber kemellowan di posting-posting dengan tag Tentang Hidup. Ya gimana nggak mellow sih, liat ibu-ibu luntang-lantung di pinggir jalan bawa bayi sementara di jalan mobil-mobil yang lewat harganya miliaran.

Kesenjangan sosial itu kasatmata adanya dan terjadi di depan mata! Kadang sedih tapi semoga dapat jadi semangat dan sumber syukur ya.

Ya persis caption IG saya beberapa ahad lalu. Tentang gimana tempat rumah saya itu berdempetan banget rumah-rumah glamor yang garasinya seukuran kontrakan saya, sementara di belakangnya rumah-rumah petak yang bahkan nggak punya teras.

Tanpa hidup di Jakarta mungkin harapan saya nggak akan setinggi ini. Di Jakarta saya dan JG ketemu aneka macam orang hebat, orang andal yang kadang bikin minder tapi tanpa disadari bikin kami jadi menggantung mimpi lebih tinggi.

Juga ...

Kami bahagia di Jakarta sebab jauh dari orangtua HAHAHAHAHAHAHAHA

Jauh tapi nggak jauh-jauh amat jadi dapat pulang kapan aja termasuk weekend. Cuma ya, kami enjoy tinggal nggak terlalu erat dengan orangtua sebab jadi dapat ambil semua keputusan sendiri. Apalagi urusan Bebe.

Plus ...

Kami nggak tau mau kerja apa di Bandung. 😭😭😭

Really, kemarin JG sempet mau pindah ke kantor Bandung tapi kok ya tampak jenjang karier jadi lebih sulit ah sudahlah. Apalagi saya, nggak bakal dapet honor yang sama lah jikalau kerja di Bandung mah. 😭

(Baca: Tips Survive di Jakarta No Nanny No ART untuk Ibu Bekerja)

Sementara harapan dan gaya hidup sudah begini. Karena hal tersulit bukan naikin gaya hidup, tapi nuruninnya. 😔

🚓🚕🚗 TAPI JAKARTA MACET! 🚙🚚🚓

Memang iya weee. Percaya nggak sih saya sama JG itu jarang sekali mengeluhkan macet Jakarta? Kami berdamai sekali dengan kemacetan ini.

Padahal radius kantor saya, kantor JG, dan rumah jikalau dari daycare itu nggak hingga 10 km. 5 km lah, rata-rata ditempuh dengan 1,5 jam perjalanan jikalau lagi waras.

Kalau lagi nggak waras, kantor JG - daycare aja yang hanya 2,5 km dapat ditempuh dalam waktu? EMPAT JAM. HAHAHAHAHAHAHA.

Tapi kan banyak solusi juga, ya nggak perlu bawa kendaraan beroda empat kan dapat naik ojek. Kaprikornus kendaraan beroda empat taro di daycare, ke kantor JG pake ojek atau kadang pake sepeda. Aman terkendali kok, survive kok hahahaha.

Terus orang suka nanya: kenapa nggak motoran aja sih supaya nggak macet? Kan deket juga.

Ah motoran juga macet di Jakarta mah lol. Malah lebih capek jatohnya sebab naik motor, macet, keringetan. Beda setengah jam doang sih mending macet dan naik mobil, at least duduk nyaman. nggak keringetan, ngobrol enak, dapat sambil denger radio ketawa-tawa, Bebe dapat bobo dengan nyaman.

Kalau udah begitu masa mau ngeluhin macet lagi?

*

Tapi yah, harus diakui kadang bosan juga di Jakarta hahahahahaha. Bosan sebab ya namanya manusia, niscaya ingin lebih kan. Maunya sih JG kerja di Singapur gitu, saya di rumah aja blogging dan YouTube-an lol.

Juga urusan Pilkada DKI yang makin mengukuhkan jikalau Indonesia nggak layak huni, ingin pindah ke luar negeri aja. Huhu. Ingin ingin doang tapi perjuangan nggak. Argh.

Kaprikornus yah, itu alasan saya 6 tahun betah di Jakarta dan JG 9 tahun (apa 10 tahun ya). Kalau kalian? Senangkah di kota tempat tinggal sekarang? Kenapa?

-ast-

Detail ►

Merasa Kalah Dan Semangat Kerja

Kemarin, saya Instagram stories perihal curhat rakyat jelata ahahahaha. Nggak jelata amat sih padahal, lebih tepatnya curhat kelas menengah.

Kita-kita yang yaaa bisa sih, uang untuk ditabung masih ada sih, tapi semua harus terjadwal banget. Karena ya sadar diri bukan siapa-siapa. Sadar diri nggak lahir dari keluarga yang namanya masuk di top 100 (malah bahkan top 1000 lol) richest Indonesian.

Udah pernah dibahas lengkaapppsss di sini: Tentang Nama Belakang



Btw ini saya sebagian copas dari story sebagian tambahin ya sebab rada beda angle. Kemarin di story sih konteksnya perihal nambah anak ya. Di sini mau dongeng lebih umum aja.

Beberapa ahad kemudian saya dan JG pernah bahas perihal nambah anak sebab si Bebe minta adik terus. Pembahasannya perihal mendapatkan kenyataan bahwa kami nggak mau punya anak lagi itu alasan utamanya bener-bener sebab ngerasa belum bisa secara keuangan. Lebih tepatnya BELUM MAMPU bukan nggak mau.

Shock sih, mencelos sih, sebab yaaa, kok sedih? Kok kebebasan punya anak juga ternyata privilege untuk mereka yang uangnya berlebih?

ANAK DATANG DENGAN REZEKINYA SENDIRI!

*Buset hingga diceramahin loh saya kemarin ahahaha tapi cuma sama 3 orang kok. Nggak ngaruh sama sekali sama pendirian aku. Kecuali ia mau kasih uang 5 miliar. TETEP*

Iya ngerti banget kok soal rezeki ini. Tapi rezeki kan harus dijemput oleh orangtuanya. Kaprikornus KAMI tetap realistis. Realistisnya dari sisi:

1. Mengukur skill, tingkat pendidikan, mentok honor di Jakarta udah ketaker lah kami kira-kira akan dapet berapa.

2. Mengukur tingkat kerja keras, kami bukan tipe yang kerja keras tak tau waktu gitu sebab lebih milih quality time sama keluarga. Kerja di daerah yang gajinya lebih tinggi SUDAH PASTI minta waktu lebih banyak.

3. Mengukur karier sekarang, yaaa punya anak lagi bisa sih. Bayar daycare dua anak bisa sih dimampu-mampuin. Tapi jikalau uangnya semua abis buat bayar daycare dua anak, NABUNG BUAT SD/SMP/SMA/kuliahnya gimana?

4. Mengukur kapasitas diri, kami bukan tipe pengusaha. Nggak semua orang MAU dan MAMPU loh bikin usaha. Kaprikornus ya untuk sementara maunya jadi karyawan aja. Gajian, asuransi nyaman, THR jalan.

Pas dongeng sama geng (di mana mereka tau segaji-gaji saya dan JG berapa sebulan dan sisa berapa sebulan), kata Nahla @haloterong bukan nggak bisa sih untuk punya anak lagi tapi standar ketinggian HAHAHAHA.

MEMANG. MEMANG KENAPA? LOLOL

Dengan standar itu, kami harus bilang jikalau memang tidak bisa secara materiil untuk punya anak kedua.

Turunin standar? Ke daycare yang lebih murah atau pake mbak aja di rumah? Masuk ke SD biasa aja?

NGGAK MAU. :(((((

Untuk apa anaknya lebih dari satu tapi nggak sesuai dengan apa yang kami harapkan dari generasi keluarga kami selanjutnya.

JANGAN NGITUNG REZEKI!

Astaga nggak ada yang ngitung rezeki sebab ngitungnya juga kumaha. Lha pindah kerja aja nggak dipikirin tau-tau pindah kan. Daripada ngitung rezeki mending ngitung kerja keras. Kalau ngitung rezeki coba aja itung rezeki anak jalanan. Dia rezekinya buat hidup doang? Dunia nggak adil. :((

Kenapa harus ngitung kerja keras, sebab kita bersama-sama kalah dari awal! *teriak-teriak mulu geulis*

Iya kalah dari orang-orang yang pas lahir jengjreng udah punya nama belakang terus tau-tau seumur hidup lezat aja gitu. Nggak pernah tau rasanya harus milih beli iPhone dulu apa Macbook dulu sebab ya tinggal BELI DUA-DUANYA LAH SO WHAT.

Lha kita mau liburan aja mikir dulu. Liburan dulu apa beli mesin basuh gres dulu ya? YA KALAH CUY. Beda level gitu.

(Baca: Orang Kaya Juga Ngerasa Dunia Nggak Adil Lho!)

Nah terus alhasil kita merasa kalah.

Iya deh nggak usah bandinginnya sama yang punya nama belakang ya. Kejauhan. Liat ke atas itu rada tau diri dong. Kalau mau bandingin yang bikin semangat ngirit dan semangat nabung ya, bandinginnya sama orang yang background keluarga sama, level pendidikan sama, dan level pekerjaan sama kaya kita. Kok ia uangnya lebih banyak?

Berarti ia hidup lebih sederhana dan lebih bisa nabung. Nah harus bikin semangat orang-orang kaya gini nih. Liat ke atas itu perlu banget asal tau batasannya.

Nah tapi kadang bandinginnya juga sama mereka yang hidup lebih lezat sebab masih dikasih banyak sama orangtua atau mertua. Masih dikasih uang bulanan, masih dibayarin liburan, masih dikasih segala-galanya.

Ngerasa kalah nggak?

 Saya nggak hahahahaha. Kalau saya sih lebih sebab nggak mau diatur hidupnya ya. Kaprikornus daripada ada uang tapi keputusan hidup diatur, lebih baik perjuangan sendiri tapi tidak diatur. Soalnya temen-temen saya yang uang jor-joran dari ortu dan mertua curhatnya ya cuma dua.

Abis dapet duit atau abis diatur hidupnya kemudian kesel dan misah-misuh LOLOL. Everything comes with a price, no?

(Baca: Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua)

Tapi kemarin ada yang DM katanya kesel banget sebab ia udah kerja keras segimananya pun, di kantor tetep keliatan kalah sama orang yang diprovide orangtua dan mertua. YAIYALAH UDAH PASTI.

Menurut saya sih justru jadikan semangat. Mikirnya: sepakat ortu dan mertua nggak bisa berarti kita harus jadi ortu dan mertua yang kaya bagi anak kita! TAPI INGAT JANGAN BANYAK ATUR PLIS HAHAHAHA.

Kenapa begitu, sebab orang yang kaya, ia niscaya punya salah satu keluarga di atasnya yang kerja keras sehingga turunannya bisa pribadi hidup lebih nyaman semenjak lahir.

Bisa ortunya yang kerja keras banget, bisa kakek/neneknya, bisa kakek/nenek buyutnya, bisa kakek/neneknya di zaman Belanda, serius lho ini. PASTI ADA. Kemudian turunannya makin maju makin maju.

Kaprikornus nggak perlu ngerasa kalah KARENA MEMANG SUDAH KALAH HAHAHA. Justru jadiin semangat buat kerja, semoga kita yang bisa mengubah generasi keluarga kita selanjutnya.

Apa iya bisa semangat kerja terus? YA NGGAK.

Nggak bisa lah. Ada kalanya mood parah banget tapi ada kalanya semangaaattt banget. Namanya juga insan ya. Intinya jangan kehilangan semangat dulu. Jangan ngerasa kalah terus malah jadi kendor dan ogah-ogahan cari uangnya huhu. Siapalah kita ini, jikalau mau bertahan hidup ya harus kerja.

Dan saya kemarin baca di mana gitu ya lupa. Di zaman sekarang, emang agak nggak mungkin cuma punya satu penghasilan doang. Kalau memang mau drastis mengubah keadaan, ya kerja banyak sih. Risikonya waktu banyak terbuang. Gimana lagi ya. Pilihan hidup.

Kaprikornus yuk semangat kerjanya yuk! Ubah generasi kita selanjutnya!

-ast-

Detail ►

Tentang Buku 'Oppa Oppa'


Makara buat yang (masih juga) belum tau, saya pertama kali pindah ke Jakarta itu sebab dapet kerja sebagai wartawan seorang jago KPop. Saya wartawan seorang jago KPop pertama di Indonesia! Karena dulu yang liputan KPop ya wartawan musik aja, nggak seorang jago atau khusus banget KPop.

Dua tahun jadi wartawan KPop saya ketemu banyak banget artis. BANYAK BANGET NGET NGET. Dari liputan konser, press conference, interview eksklusif, hingga interview one on one. Dari cuma dapat satu ruangan hingga ngobrol dekat dan dirangkul serta dipeluk HAHAHAHA. Foto bareng mah sering banget lah.

(Baca selengkapnya di Keputusan yang Mengubah Hidup)

Itu menjelaskan kenapa followers Twitter saya tidak mengecewakan banyak. Karena dulu saya sering foto bareng artis KPop dan suka live tweet dari daerah liputan. Dan orang-orang kepo lol.

Saya juga beberapa kali ngetop hingga ke seluruh dunia *HAHA* sebab selfie (dulu mah istilahnya selca - self camera) sama artis Korea. Fotonya disebar sama fansite internasional dan disebut sebagai 'lucky fan' lol. Yang paling nyesek sih waktu saya jadi satu-satunya wartawan yang dibolehin masuk GBK pas lagi persiapan konser SM Town.




Makara panggung lagi dibangun, grass protector lagi dipasang, dan itu cuma saya sama satu fotografer boleh masuk. Itu pun dibolehinnya dadakan sebab nekat, abis wawancara bos promotor (salah satu cucu orang terkaya di Indonesia) di Pasific Place dan saya tembak di daerah "mau dong liat yang lagi bikin panggung" terus ia sepakat oke aja dan nyuruh asistennya buat nganter saya hahaha. Asistennya sebel tapi ya dibolehin masuk lha yang punya duit yang nyuruh? XD

Kemudian foto-foto panggung itu nyebar dan saya lupa pasang watermark. Muncullah watermark abal ... bahasa Cina. Yaelah. Sebel.

Dari situ kaya cepet banget lalu saya nikah, saya punya anak. Pas melahirkan, buku saya malah gres terbit hiksss. Makara nggak dapat promo-promo deh. Cuma beberapa kali aja wawancara radio. Padahal pengen meet & greet gitu huhu. Makara lewat deh momennya. :(

Dan buku ini perjalanannya tidak mengecewakan usang sih emang, sebab saya ogah rugi. Biasanya kan penulis punya naskah dulu lalu nyari penerbit, nah jika saya sebaliknya. Saya cari penerbit dulu gres nulis bukunya. Songong banget emang, padahal ini buku pertama lol. Saya ogah rugi takut udah nulis terus nggak dapet penerbit.

Akhirnya dapet deh GagasMedia yang emang diincer sebab dulu baca saya bahagia baca novel dari GagasMedia. Beberapa kali ketemu dengan editornya (hai Mbak Re!) akibatnya buku saya terbit. BUKU SAYA TERBIT YAAYYY!


(Saya pernah dongeng juga hal ini di sini: Giveaway Buku Oppa Oppa)

Salah satu #lifegoals ialah terbitin buku di GagasMedia terkabul!

Nah kenapa saya nulis ini sekarang, sebab dengan ajaibnya hingga kini saya masih dapet royalti. Ya nggak gede sih tapi tidak mengecewakan banget buat beli sepatu hahaha. Saya masih rutin dapet royalti dan saya bertanya-tanya pada beli bukunya di mana sih?

Soalnya terang udah nggak ada lah di Gramedia gitu. Sampai saya nemu di Google Play. WOW!

Makara saya nulis panjang lebar gini cuma mau bilang, jika kalian suka KPop ...

BELI DONG BUKUNYAAAA

HAHAHAHAHA. Dijamin seru asliii. Kemarin saya baca lagi dan wow kok dapat ya nulis seru gitu *SHAMELESS* maklum kan pake editor jadi nulisnya emang lebih deskriptif dan yummy dibaca dibanding blog yang editor-less *alah*.

Bukunya cuma Rp 35ribu aja kok. Mahalan dikit lah dari kopi-kopi kaliaannn hahaha. Yuk cus beli di sini ya!

http://bit.ly/bukuoppaoppa

Jangan iri dan baper ya tapi lolol.

-ast-

Detail ►