Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Merasa Kalah Dan Semangat Kerja

Kemarin, saya Instagram stories perihal curhat rakyat jelata ahahahaha. Nggak jelata amat sih padahal, lebih tepatnya curhat kelas menengah.

Kita-kita yang yaaa bisa sih, uang untuk ditabung masih ada sih, tapi semua harus terjadwal banget. Karena ya sadar diri bukan siapa-siapa. Sadar diri nggak lahir dari keluarga yang namanya masuk di top 100 (malah bahkan top 1000 lol) richest Indonesian.

Udah pernah dibahas lengkaapppsss di sini: Tentang Nama Belakang



Btw ini saya sebagian copas dari story sebagian tambahin ya sebab rada beda angle. Kemarin di story sih konteksnya perihal nambah anak ya. Di sini mau dongeng lebih umum aja.

Beberapa ahad kemudian saya dan JG pernah bahas perihal nambah anak sebab si Bebe minta adik terus. Pembahasannya perihal mendapatkan kenyataan bahwa kami nggak mau punya anak lagi itu alasan utamanya bener-bener sebab ngerasa belum bisa secara keuangan. Lebih tepatnya BELUM MAMPU bukan nggak mau.

Shock sih, mencelos sih, sebab yaaa, kok sedih? Kok kebebasan punya anak juga ternyata privilege untuk mereka yang uangnya berlebih?

ANAK DATANG DENGAN REZEKINYA SENDIRI!

*Buset hingga diceramahin loh saya kemarin ahahaha tapi cuma sama 3 orang kok. Nggak ngaruh sama sekali sama pendirian aku. Kecuali ia mau kasih uang 5 miliar. TETEP*

Iya ngerti banget kok soal rezeki ini. Tapi rezeki kan harus dijemput oleh orangtuanya. Kaprikornus KAMI tetap realistis. Realistisnya dari sisi:

1. Mengukur skill, tingkat pendidikan, mentok honor di Jakarta udah ketaker lah kami kira-kira akan dapet berapa.

2. Mengukur tingkat kerja keras, kami bukan tipe yang kerja keras tak tau waktu gitu sebab lebih milih quality time sama keluarga. Kerja di daerah yang gajinya lebih tinggi SUDAH PASTI minta waktu lebih banyak.

3. Mengukur karier sekarang, yaaa punya anak lagi bisa sih. Bayar daycare dua anak bisa sih dimampu-mampuin. Tapi jikalau uangnya semua abis buat bayar daycare dua anak, NABUNG BUAT SD/SMP/SMA/kuliahnya gimana?

4. Mengukur kapasitas diri, kami bukan tipe pengusaha. Nggak semua orang MAU dan MAMPU loh bikin usaha. Kaprikornus ya untuk sementara maunya jadi karyawan aja. Gajian, asuransi nyaman, THR jalan.

Pas dongeng sama geng (di mana mereka tau segaji-gaji saya dan JG berapa sebulan dan sisa berapa sebulan), kata Nahla @haloterong bukan nggak bisa sih untuk punya anak lagi tapi standar ketinggian HAHAHAHA.

MEMANG. MEMANG KENAPA? LOLOL

Dengan standar itu, kami harus bilang jikalau memang tidak bisa secara materiil untuk punya anak kedua.

Turunin standar? Ke daycare yang lebih murah atau pake mbak aja di rumah? Masuk ke SD biasa aja?

NGGAK MAU. :(((((

Untuk apa anaknya lebih dari satu tapi nggak sesuai dengan apa yang kami harapkan dari generasi keluarga kami selanjutnya.

JANGAN NGITUNG REZEKI!

Astaga nggak ada yang ngitung rezeki sebab ngitungnya juga kumaha. Lha pindah kerja aja nggak dipikirin tau-tau pindah kan. Daripada ngitung rezeki mending ngitung kerja keras. Kalau ngitung rezeki coba aja itung rezeki anak jalanan. Dia rezekinya buat hidup doang? Dunia nggak adil. :((

Kenapa harus ngitung kerja keras, sebab kita bersama-sama kalah dari awal! *teriak-teriak mulu geulis*

Iya kalah dari orang-orang yang pas lahir jengjreng udah punya nama belakang terus tau-tau seumur hidup lezat aja gitu. Nggak pernah tau rasanya harus milih beli iPhone dulu apa Macbook dulu sebab ya tinggal BELI DUA-DUANYA LAH SO WHAT.

Lha kita mau liburan aja mikir dulu. Liburan dulu apa beli mesin basuh gres dulu ya? YA KALAH CUY. Beda level gitu.

(Baca: Orang Kaya Juga Ngerasa Dunia Nggak Adil Lho!)

Nah terus alhasil kita merasa kalah.

Iya deh nggak usah bandinginnya sama yang punya nama belakang ya. Kejauhan. Liat ke atas itu rada tau diri dong. Kalau mau bandingin yang bikin semangat ngirit dan semangat nabung ya, bandinginnya sama orang yang background keluarga sama, level pendidikan sama, dan level pekerjaan sama kaya kita. Kok ia uangnya lebih banyak?

Berarti ia hidup lebih sederhana dan lebih bisa nabung. Nah harus bikin semangat orang-orang kaya gini nih. Liat ke atas itu perlu banget asal tau batasannya.

Nah tapi kadang bandinginnya juga sama mereka yang hidup lebih lezat sebab masih dikasih banyak sama orangtua atau mertua. Masih dikasih uang bulanan, masih dibayarin liburan, masih dikasih segala-galanya.

Ngerasa kalah nggak?

 Saya nggak hahahahaha. Kalau saya sih lebih sebab nggak mau diatur hidupnya ya. Kaprikornus daripada ada uang tapi keputusan hidup diatur, lebih baik perjuangan sendiri tapi tidak diatur. Soalnya temen-temen saya yang uang jor-joran dari ortu dan mertua curhatnya ya cuma dua.

Abis dapet duit atau abis diatur hidupnya kemudian kesel dan misah-misuh LOLOL. Everything comes with a price, no?

(Baca: Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua)

Tapi kemarin ada yang DM katanya kesel banget sebab ia udah kerja keras segimananya pun, di kantor tetep keliatan kalah sama orang yang diprovide orangtua dan mertua. YAIYALAH UDAH PASTI.

Menurut saya sih justru jadikan semangat. Mikirnya: sepakat ortu dan mertua nggak bisa berarti kita harus jadi ortu dan mertua yang kaya bagi anak kita! TAPI INGAT JANGAN BANYAK ATUR PLIS HAHAHAHA.

Kenapa begitu, sebab orang yang kaya, ia niscaya punya salah satu keluarga di atasnya yang kerja keras sehingga turunannya bisa pribadi hidup lebih nyaman semenjak lahir.

Bisa ortunya yang kerja keras banget, bisa kakek/neneknya, bisa kakek/nenek buyutnya, bisa kakek/neneknya di zaman Belanda, serius lho ini. PASTI ADA. Kemudian turunannya makin maju makin maju.

Kaprikornus nggak perlu ngerasa kalah KARENA MEMANG SUDAH KALAH HAHAHA. Justru jadiin semangat buat kerja, semoga kita yang bisa mengubah generasi keluarga kita selanjutnya.

Apa iya bisa semangat kerja terus? YA NGGAK.

Nggak bisa lah. Ada kalanya mood parah banget tapi ada kalanya semangaaattt banget. Namanya juga insan ya. Intinya jangan kehilangan semangat dulu. Jangan ngerasa kalah terus malah jadi kendor dan ogah-ogahan cari uangnya huhu. Siapalah kita ini, jikalau mau bertahan hidup ya harus kerja.

Dan saya kemarin baca di mana gitu ya lupa. Di zaman sekarang, emang agak nggak mungkin cuma punya satu penghasilan doang. Kalau memang mau drastis mengubah keadaan, ya kerja banyak sih. Risikonya waktu banyak terbuang. Gimana lagi ya. Pilihan hidup.

Kaprikornus yuk semangat kerjanya yuk! Ubah generasi kita selanjutnya!

-ast-

Posting Komentar