Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label tentang orang lain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang orang lain. Tampilkan semua postingan

Ide Basa-Basi Tanpa Bikin Tersinggung


Asumsinya bertemu sahabat lama. Berteman di media umum dan sering bertegur sapa di dunia maya. Saat bertemu, apa yang harus dibicarakan?

Nggak semua orang bisa basa-basi sementara basa-basi dirasa wajib apalagi jikalau bertemu langsung. Mau ngomong apa ya? Mending di socmed bisa bales pake like atau emoji doang. Kalau ketemu?

Awkward moment banget kesudahannya kan jikalau cuma "halo" cipika-cipiki terus diam. Kaprikornus keluarlah kata-kata yang biasanya malah jadi menyinggung padahal yang ngomong kadang nggak mikir dua kali jikalau perkataannya bisa melukai.

"Kok gemukan?" atau "Kok kurusan?" --> padahal tidak yakin benar ini orang kurusan atau gemukan, cuma kayaknya aja sih. Ya mana tau, nimbang tubuh bareng aja belum pernah.

"Kok iteman sih?" "Kucel amat neng?" --> none of your business.

"Belum isi aja nih?" *sambil pegang perut* --> percayalah meski bukan aku yang dibeginikan, aku dan suami beberapa kali menegur orang yang berkata ibarat ini pada orang lain. Kami bilang "Ibu tidak sopan, ibu dihentikan bertanya ibarat itu." Butuh keberanian luar biasa tapi orang-orang ini harus berhenti.

"Kapan nambah (anak)?" --> situ Tuhan?

Well. Belum apa-apa udah emosi deh jadinya. Tapi yah, tidak semua orang punya kemampuan interpersonal yang baik. Tidak semua orang tahu bagaimana harus bersikap tanpa melukai orang lain.

(Baca: Mempertanyakan Rezeki)

Dan sebagai orang yang memang suka ngobrol, aku beri wangsit basa-basi yang (semoga) tidak akan menciptakan orang tersinggung.

Tanyakan kabar

Standar lah ya. Justru sesudah tanya kabar ini yang krusial. "Hai apa kabar? *ngomong apa lagi ya* ... krik krik krik"

Tanyakan keluarga yang kita tahu persis keberadaannya atau pernah kita temui atau kita lihat fotonya di media sosial

"Anak yang paling besar kelas berapa sih sekarang? Sekolahnya di mana sih?" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar sekolah.

"Ibu apa kabar? Duh udah usang ya nggak ketemu ibu. Ibu masih suka jahit?" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar hobi orangtua. Ceritakan juga hobi orangtua kita.

"Adik kau yang dulu SD itu sudah kerja ya sekarang? Kerja di mana? Oh ya anak zaman kini memang lebih suka punya bisnis sendiri ya" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar bisnis.

Ingat, jangan tanya yang kita tidak tahu persis. Bagaimana jikalau sudah meninggal? Akan jadi lebih awkward lagi.

Tanyakan soal hobi

"Masih suka yoga? Sekarang yoga di mana?" --> jikalau nggak ngerti soal hobi dia, ini kesempatan kita untuk bertanya dan berguru hal baru. Saya senaaaanggg sekali ketemu orang dengan hobi yang tidak aku mengerti sebelumnya. Bisa jadi tahu banyak hal gres dan orang yang diajak bicara pun biasanya bahagia membicarakan hobi dia.

Ide pertanyaan seputar hobi yang kita tidak ketahui sebelumnya:
- Tanya wacana alat-alatnya, belinya di mana, ada produk lokalnya apa harus impor.
- "Ada komunitasnya nggak?"
- "Mahal nggak sih?" atau jikalau DIY "belajarnya di mana?"
- "Sejak kapan suka hobi ini?"
- DAN BANYAAAKKK LAGI. Nanti ngalir dengan sendirinya kok.

Kalau kebetulan ngerti soal hobinya, bagus dong jadi punya topik dialog yang sama. :)

Rumah

"Rumah masih di A? Kan kerja di kota B? Ditempatin siapa sekarang?" --> lalu bisa bercerita seputar harga rumah atau kontrakan.

"Rumahnya lucu banget deh di Instagram, siapa yang dekor?" --> lalu bisa mengobrol soal Ikea, dekor rumah, dan online shop Instagram lol

"Rumah orangtua masih di Gerlong?" --> lalu bisa mengobrol soal rumah orangtua, tinggal dengan siapa mereka, dll.

Pekerjaan (hanya jikalau kita tahu persis soal ia masih bekerja atau tidak)

"Eh masih kerja di agency A? Ada yang ngehubungin gue waktu itu nanya job ABCD ..." --> ini jikalau kalian blogger atau influencer nyahahahaha

"Neng, katanya resign ya? Pindah kerja atau di rumah aja?" --> PERTANYAAN KRUSIAL, HATI-HATI JANGAN JUDGE.

Jawaban:

A. Kaprikornus ibu rumah tangga. Saran reaksi: "Wah keren euy, aku mah niscaya nggak akan sanggup jadi ibu rumah tangga." --> lanjutkan mengobrol soal anak. Hindari dialog seputar sayang gelar kuliah, sayang karier, dll. None of your business.

B. Pindah kerja. Saran reaksi: "Oiya jadi apa sekarang? Masih jadi wartawan?" --> lanjutkan mengobrol seputar kerjaan.

(Baca: Dunia Tidak Selebar Daun Kelor, Jangan Gampang Baper!)

Dan yang terakhir ini yakni basi-basi yang tidak akan pernah gagal:

Puji (karena semua orang bahagia dipuji)

Kalau cewek:

"Lipstiknya bagus banget sihhhhh! Apa itu apa itu?" --> lanjutkan mengobrol soal lipstik yang tidak akan selesai meski sudah berjam-jam lol.

"Alis cetar bangeett. Pake pensil alis apa?" --> lanjutkan mengobrol soal makeup dan beauty guru.

"Tasnya lucu amaaatt? Beli di mana sih? Oh di Bandung? Di mananya?" --> lanjutkan mengobrol soal tas dan daerah beli tas lucu.

Kalau cowok:

"Motornya keren euy. Ini modif sendiri?" --> laki gue bisa ngobrol panjang sama orang nggak dikenal cuma ngomongin motor.

"Weh, sepatunya mantep. Lokal itu?" --> lanjutkan mengobrol soal sepatu.

Apalagi ya jikalau cowok? Duh gue nggak ada wangsit jikalau perjaka mah. Ya kalian para perjaka ngomongin apalah yang bisa menciptakan jadi dialog panjang.

Kalau orangnya bawa anak, puji anaknya, ajak obrol anaknya.

"Eh cantik/ganteng kelas berapa sekarang?" --> berdasarkan orangtuanya anak niscaya elok atau ganteng kan.

"Rambutnya bagus yaaa keriting" dan jikalau rambutnya lurus "Rambutnya bagus yaaa lurus".

KARENA RAMBUT KERITING DAN LURUS SAMA AJA. Kaprikornus harus sama-sama dipuji.

"Wah topinya Ironman nih, suka Avengers nggak?" --> lanjutkan mengobrol soal film favorit.

Kalau orangnya biasa-biasa aja dan nggak puji-able? 

Jangan maksa muji alasannya biasanya jadi tambah awkward. Ngomongin apa aja bisa sebenernya, aku mah hingga stroller aja bisa jadi materi dialog sama ibu-ibu yang nungguin anak di playground. 

Kalau orangnya nggak suka ngobrol dan hanya jawab sepotong-potong?

Ya udah jangan dipaksa ngobrol. Orang pendiam itu kan ada 2 macam. Satu yang bener-bener tidak suka ngobrol dan yang satu lagi suka ngobrol tapi malu. Yang tipe pertama tidak usah dipaksa, ya kaliii masa maksa-maksa orang. Tipe kedua biasanya beberapa menit juga udah cair.

Intinya sebisa mungkin jangan mengomentari fisik dan rezeki.

Bilang orang kurusan atau gemukan atau iteman atau putihan atau nanya kapan punya anak itu nggak ada keuntungannya sama sekali. Nggak bakal bisa berlanjut dialog juga. Yang ada malah selamat kau dapet award sebagai orang nyebelin.

Dan memang pertama kali ketemu orang sesudah sekian usang itu niscaya ada perasaan awkward kok. Santai aja nanti juga cair sendiri. :)

Semoga mempunyai kegunaan yaaa.

See you!

-ast-

(Baca postingan tentang kehidupan lainnya di sini)

Detail ►

Online Shop Nowadays


Makara gue gres menerima ancaman, gengs. Gue diancam akan di-blacklist jikalau dalam 24 jam nggak transfer ke online shop di mana gue beli pin Sailormoon seharga Rp 12ribu. Barang yang kurang penting memang ya. Gue bayar sih in the end alasannya pengen hahaha.

Bukan duduk kasus harga atau kepentingan barangnya (karena kapan gue beli barang yang penting selain belanja bulanan lol), tapi bahaya yang kini sering dilontarkan oleh para sis-sis online shop ketika chatting jikalau kita tanya-tanya barang. Hit & run = Blacklist! Waduh! Gimana nasib kehidupan konsumtif gue jikalau gue di-blacklist oleh ol shop!

Padahal masuk akal nggak sih customer nanya-nanya dulu sebelum beli? Wajar banget lah. Apalagi jikalau fotonya udah diedit dan dikasih filter. Atau pake foto official brand. Minta foto orisinil dulu boleh dong?

NGGAK BOLEH TAUUU. Kalau udah nanya-nanya terus nggak jadi beli maka black list! Di-block! Nggak boleh beli lagi selamanya.

HHHHHH.

Gini deh bayangkan, kini kita tiba ke mall terus nanya-nanya sama mbaknya. Ini kulit apa mbak? Awet nggak ya? Garansi nggak? Wah nggak ya? Oke deh makasih ya mbak. Kemudian kita pergi alasannya memang belum pengen-pengen amat beli dan mau survey dulu ke yang lain.

Minggu depannya kita mau dateng lagi ke toko itu tiba-tiba di stop sama mbaknya "MAAF ANDA DI-BLACKLIST KARENA KEMARIN TIDAK JADI BELI."

Dih, sehat mbak?

"Wah nggak sanggup disamain gitu dong, tenant di mall kan memang punya karyawan nggak ribet kaya ngurus online shop sendirian. Apalagi gue ibu-ibu, ribet harus bales WhatsApp dulu atau nyuapin anak dulu."

Iya santai sis, santaaaiiii.

Karena ancaman-ancaman demikian, gue jadi suka mikir ratusan kali dulu sebelum menghubungi si seller. Beneran anggun nggak ya barangnya? Mau beli nggak ya? Untuk mengurangi interaksi sama si seller. Karena sekalinya interaksi, takut muncul bahaya huhu. Ini terutama ol shop Instagram yang jual handmade item gitu.

Kalau makeup sih gue lebih suka belanja di Shopee atau website beneran gitu alasannya gue nggak perlu berinteraksi eksklusif sama seller via Line atau WhatsApp. Tapi itu alasannya barangnya ada di mana-mana kan, pilihan storenya banyak. Kalau handmade item gitu kan sulit ya.

Ah situ banyak kritik, emang pernah jualan online?

EHM. Inti dari nulis ini sebenernya ingin dongeng juga HAHAHAHAHA. Karena gue yaitu sis-sis ol shop juga pada zamannya.

Nggak banyak yang tau jikalau dulu, duluuuu sebelum online shop menjamur kaya sekarang, gue punya online shop. Tahun 2008-an gitu. Jualannya di fanpage Facebook Happybee! (yes makanya likesnya 5ribuan, jumlah yang banyak banget mengingat dicarinya tahun 2008 mah). Jualnya aksesoris kaya statement necklace warna-warni gitu. Handmade!

Gue hingga pernah menang kontes desain statement necklace di majalah Gogirl! loh! Desain yang menang itu kalung Elvis Presley, ceritanya bikin kalung dari kaos bekas. Kaosnya kebetulan ada print Elvis Presley. Hadiahnya voucher Forever21 500ribu, bela-belain dari Bandung ke Jakarta cuma buat belanjain vocer hahahaha.

(Baca: Keputusan yang Mengubah Hidup)

I always love crafty things! Makanya idealis amat soal gunting doang, yang mana yang buat kertas yang mana yang buat kain πŸ˜‚ Gue desain sendiri, bikin sendiri, bahkan beberapa model yang butuh sablon gue SABLON SENDIRI *proud*, photoshoot sendiri.

Gue jualan dan jualan hingga kebeli pake uang sendiri Blackberry Javelin yang waktu itu harganya 3,8juta. Mahal banget mana anak kuliahan kan. Blackberry aja gres keluar 3 seri, Curve, Bold, dan Javelin. Semuanya masih pake track ball, boro-boro touch screen. πŸ˜‚

Dan iya, online shop one man show itu memang capek banget!

Nggak sekali dua kali gue begadang semaleman ngerjain pesenan. Nggak sekali dua kali gue nonton bioskop sambil balesin sms orang yang tanya-tanya. IYA SMS! Lah satu angkatan di kampus 120 orang yang punya Blackberry aja gres 4 orang, mana sanggup gue BBM-an sama pembeli. Hahaha.

SMS nya udah pake format sih, tapi jikalau ada orang mau sms nanya-nanya dulu juga gue bales kok. Pulsa habis? Masuk biaya produksi dong. Beberapa ada yang chat via Yahoo! Messenger tapi dulu orang Y!M juga di rumah kan. Lah hpnya nggak sanggup dipake online.

Dan dulu orang-orang yang jual dan beli online itu sedikit sekali. Orangnya itu lagi itu lagi. Sampai temenan, mereka bahkan banyak yang add gue di Facebook. Ngobrol di Y!M. HUHUHU Masa-masa itu. 😍

Tapi memang pada zaman itu, orang-orang yang belanja di online shop memang orang yang sangat melek teknologi sih. Ya bayangin, hp aja masih Esia orang udah berani belanja online? Sekarang aja masih banyak yang takut kan?

Di sisi lain, kini teknologinya juga udah canggih duh. Punya online shop meluangkan waktu untuk ramah melayani pembeli yang mau tanya-tanya nggak ada salahnya loohhh. Ngetiknya udah pake qwerty loohhh. Apalagi modalnya udah bukan lagi pulsa tapi kuota, 179ribu di XL dapet 40 GB sebulan, buat chatting doang mah puas. (BUKAN IKLAN INI PROMO KANTOR SUAMI LOL).

Intinya tinggal mau apa nggak melayaninya?

Kalau mau tapi sibuk (apalagi ibu-ibu) kan biasanya suka pada eksklusif ditulis di bio Instagram "slow respon, punya balita". Itu gue respek banget asli. Artinya ia mau merespon tapi harap sabar ya, yang beli jangan rusuh. Kalau mau ngerusuhin, jangan beli di situ.

Ya gitulah. Sekian curhat dan dongeng masa kemudian hari ini. Semoga sis-sis online shop nowadays sanggup tetap eksis tanpa bahaya ya!

Selamat hari Jumat biar nggak kena macet!

-ast-

PS: Online shop itu hasilnya berhenti alasannya saya kerja. Kalau diterusin saya udah jadi pengusaha kali ya lol :)

Detail ►

Hal-Hal Yang Aku Pelajari Dari Agresi 212

foto: Republika

Ya, dari agresi 212 kemarin itu saya berguru banyak. Banyak sekali. Hal positif dan hal negatif yang jadi pengingat diri sendiri.

Sebelum agresi pertama 411, saya banyak cincong pada orang yang tetap pada pendirian jikalau agresi ini murni bela agama. Saya keukeuh itu bullshit, agresi itu politis.

Baru di 212 kemarin saya melihat mereka memang membela agama. Minimal tidak ada yang terlihat di kamera TV teriak "bunuh Ahok". Orang-orang yang berkumpul ini membela kepercayaannya.

Baca punya Nahla: 212
dan punya mba Windi: Catatan Aksi Bela Islam 212

Ini hal-hal yang saya pelajari dari agresi 212 kemarin:

1. Aksi sanggup berjalan hening alasannya yakni tujuannya baik


Ya, sebagian besar tiba dengan tujuan zikir, doa, dan salat Jumat bersama. Masa mau bilang tidak baik. Banyak teman yang ikut dengan alasan "kapan lagi salat dengan jamaah sebanyak itu" atau "serasa sedang umroh alasannya yakni berkumpul dan berjalan dengan sesama muslim dalam jumlah banyak".

Whoa saya gres terpikir hingga ke sana. Seperti umroh, mungkin iya juga. Padahal di Jakarta, Jakarta rasa Mekkah.

2. Rumput aman, Monas bebas sampah

Katanya saling mengingatkan ya untuk tidak membuang sampah dan tidak menginjak rumput. Terharu sekali. Kalau diaplikasikan pada hidup sehari-hari niscaya Jakarta rapi. Soalnya saya sering berantem sama orang gara-gara orang buang sampah sembarangan huuuu. πŸ‘ŽπŸ»

3. Orang baik itu masih banyak

Ada seorang bapak renta yang hilang kemudian ditemukan. Pedagang memberi dagangannya gratis. Sungguh berbuat baik sanggup dengan cara apa saja. 😊

4. Tidak semua orang sanggup berlaku adil

Begini, ketika agresi siang 411 hening ada yang tetap merusuh dengan berteriak "bunuh Ahok" ya akui sajalah bahwa ketika itu memang tidak sedamai itu. Bahwa itu menciptakan takut banyak orang. Mungkin alasannya yakni tujuannya kurang jelas? Datang kemudian apa? Kalau kemarin kan jelas, tiba untuk salat berjamaah dan doa bersama.

Sebaliknya juga ketika agresi 212 damai, ya akui juga dong damai. Ada beberapa teman yang keukeuh mencari-cari kesalahan. Dan hanya share jelek-jeleknya saja.

Saya jadi gemes sendiri sama orang-orang model begini. Saya masih tidak oke aksi, tapi kenyataannya hening kok. Masa mau maksa-maksa tidak damai.

Catcalling? Yah, regardless agamanya apa, cowok-cowok di Indonesia emang hobi amat catcalling. 😭

Cuma emang miris sih jikalau tujuan mau zikir dan doa tapi di jalan catcalling cewek. πŸ˜ͺ

5. Jangan mengabaikan fakta dan logika

Ya, mungkin terbawa euforia. Tapi tidak lantas menjelekkan media yang menyebut penerima agresi hanya 1juta misalnya. Itu tidak asal hitung loh, ada metodenya. Keukeuh 7juta tapi ditanya cara menghitungnya gimana malah pribadi emosi "situ ga ikut kan ga usah iri dengki begini lah!"

Lha. Logikanya nggak sampai. Bukan saya yang bikin status jadi saya speechless sama yang komen. Mau ikut komen tapi ah sudahlah.

Kalau memang ikut dan merasa di sana banyak orang, tidak usahlah pedulikan angka. Kalau mau peduli angka, ya harus peduli juga cara menghitungnya. Angka kan ilmu pasti.

6. Sombong itu macam-macam modelnya

Sebagai orang yang sering dibilang congkak oleh Nahla, saya merasa kesombongan saya nggak ada apa-apanya dibanding orang-orang ini. Hahaha. Ya apaan sombong saya cuma level 2 tahun 2 juta views buat blog. Hampir nggak pernah nulis status soal blog, sekalinya bikin pribadi dicap congkak. πŸ˜‚

Ada yang menulis kurang lebih begini "ah agresi kemarin biasa saja, tidak istimewa, mengumpulkan massa atas nama agama itu tidak perlu dibanggakan alasannya yakni sering terjadi di aneka macam negara dan aneka macam agama." Kemudian dia dibully.

Ya mau nggak gembira juga silakan sih, terserah deh. πŸ˜‚ Tapi jikalau ada orang bangga, ya semoga juga. Orang kan punya pendapat masing-masing.

Ada juga yang menulis jikalau ratusan ribu orang tiba untuk istigosah itu sudah biasa. Dia menyebut satu kota di mana orang memang rutin tiba berbondong-bondong untuk berdoa bersama. Mereka tidak perlu liputan media juga tidak perlu pamer apalagi hingga foto-foto kemudian di-share di sosmed.

Masnyaaaa, masa ke Monas terus nggak foto-foto. Ke Monas dan foto itu mandatory. Ini nggak sarkas ini beneran. Ya kan? 95% orang yang pertama kali ke Monas niscaya foto lah. Monas kan ikonik.

7. Polisi sanggup juga menarik simpati

Bukan, bukan urusan polisi ganteng. Tapi cara mereka menarik simpati dengan menggunakan juga peci putih. Semua polwan berjilbab rapi. πŸ‘πŸ»

8. Saya lupa jikalau paspampres itu tentara

Hahahaha yang ini bodoh. Abis paspampres Jokowi kan SELALU pake batik ya, sama kaya ajun biasa. Maksudnya ajun yang lulusan IPDN gitu bukan tentara.

Kemarin pake seragam tentara uhwoowww. Kaprikornus terasa jikalau Jokowi presiden. Biasanya nggak kerasa hahaha. Ya memang dia nggak mau kaya presiden sih, malah Syahrini yang di jalan pake dikawal motor bersirine, Jokowi dan keluarga nggak pernah. πŸ˜ͺ

9. Jokowi masih disayang banyak orang

Banyak ibu-ibu yang saya pikir anti Jokowi (karena dia antek Cina πŸ˜ͺ) ternyata ikut mengunggah foto Jokowi dengan caption "presidenku". 😍

Dan itu banyaaakkkk. Nggak cuma di Facebook tapi juga di Instagram. Luvvvvv. ❤️

10. Media harus melindungi pekerjanya

Sebagai pekerja media saya murung banget liat video wartawan dilecehkan. 😭

Bukan salah dia loh beneran jikalau medianya nggak berimbang. Yang di lapangan kan berangkat liputan dan meliput apa menurut aba-aba di kantor. 😭

Iya media banyak yang tidak berimbang, tapi tidak lantas membenarkan pelecehan wartawan dengan "salah sendiri beritanya ga imbang!" Melecehkan wartawan sama tidak benarnya dengan menciptakan informasi tidak berimbang.

Btw soal media tidak imbang, jikalau TV memang susah krosceknya ya, tapi jikalau media online kan gampang. Orang kini simpel tuduh, apaan nih media ga berimbang padahal gres baca satu berita.

Woy, search dulu kali informasi yang lain. 😩

Karena informasi kan ditulis berdasar konteks. Misal sedang menulis informasi Ridwan Kamil sanggup penghargaan apa gitu, kan tidak nyambung jikalau ditambah background Bandung banjir.

Tapi bukan berarti tidak imbang kan? Kecuali ketika Bandung banjir tidak diberitakan. Kaprikornus jangan terlalu simpel judge media tidak imbang.

Yang tidak imbang itu yang konsisten share informasi hoax dan menjelek-jelekkan orang terus. Mereka bahkan bukan pers, mau dilaporkan ke dewan pers juga tidak terang forum yang menaungi apa, apalagi ngomong kode etik jurnalistik, JAUH. πŸ˜ͺ

Itu aja sih.

*

Saya bersyukur aksinya hening jadi sanggup pulang cepat alasannya yakni jalanan kosong sekali. 😊

Saya tentu masih percaya ada pemeran politik ikut menunggangi tapi mereka memang tidak peduli. Orang-orang ini tiba dan berkumpul, membela apa yang mereka imani apa yang mereka percaya. Urusan politik bukan urusan mereka, jikalau pun ditunggangi semoga Tuhan yang balas. Setidaknya mereka berpikir demikian dan itu cukup. 😊

-ast-

Detail ►

Agama Dan Manusia

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini?

Saya seminggu yang lalu, dikala anak saya ke rumah sakit alasannya yakni demam. Mengisi form isian pasien, ada kolom agama tertera. Suami saya nyeletuk pada petugas rumah sakit "mas, anak saya belum tahu agama beliau apa, saya harus isi apa?" Petugas itu melongo setengah terkejut.

Suami saya tertawa dan petugas menarik napas lega, menganggap suami saya bercanda. Tapi bagaimana bisa bayi ditanya agamanya apa? Bagaimana dengan orang yang tidak beragama? Apa yang harus beliau tulis di sana? Mengapa rumah sakit bertanya agama?

Di Indonesia saya tidak tahu jawaban tepatnya. Mungkin sesederhana jika pasien meninggal, sudah terperinci akan diperlakukan bagaimana. Itu satu. Tapi saya masih ingin tau dan kembali browsing. Kali ini dengan bahasa Inggris. Ternyata alasannya beberapa, selain bisa minta request pemuka agama untuk menemani berdoa, yang terpenting yakni diet khusus alasannya yakni agama tertentu tidak makan makanan tertentu.

Ah ya, masuk akal. Setidaknya untuk kebijaksanaan saya.

*


Isu agama ini sedang kencang berhembus maka kami pun jadi agak sensitif jika ada pertanyaan seputar agama. Apalagi dari institusi kemanusiaan menyerupai rumah sakit, saya kan jadi membayangkan hal-hal absurd seputar orang dari agama lain tidak diterima masuk rumah sakit. Mungkin nggak?

Jujur, sebagai pemeluk agama dominan di negeri ini, saya akhir-akhir jadi sering merasa risih. Hanya alasannya yakni digoyang isu Pilkada, kaum Muslim (khususnya di social media dan chat group) menyerupai kehilangan sopan santun.

Belum lagi aneka macam yang share hoax dan kebencian. Berita nggak terperinci awal mulanya di-share dengan kalimat yang sama menggebu-gebunya. Atau justru di-share dan istigfar, padahal isinya entah benar entah tidak.

Dan ini terjadi pada semua lapisan sosial, bukan hanya dari kalangan yang tidak berpendidikan. Tidak masuk dalam kebijaksanaan saya ada orang yang kuliah master hingga luar negeri tapi share gosip dari situs abal-abal yang penulisnya entah siapa, kantornya entah di mana. Bagaimana mungkin bisa lulus kuliah tapi tidak bisa menyaring mana gosip yang masuk kebijaksanaan mana yang tidak? Mengapa menyerupai diliputi kebencian yang amat sangat?

Saya gerah, sungguh. Timeline saya sesungguhnya cukup kondusif dari status-status bernada melecehkan agama lain tapi ada saja yang tidak sengaja terbaca. Biasanya dari kolom komentar orang dan saya gundah maksudnya apa? Mungkin tidak sadar alasannya yakni terbuai topik "pemimpin kafir"?

Contohnya beberapa hari lalu. Ini mungkin teladan paling sederhana. Di status seorang teman, Muslim, ibu-ibu sedang mengobrol. Topiknya perihal pak mantan. Entah kenapa jadi ada pembicaraan soal babi. Ya, sungguh tidak nyambung bukan?

"Mereka mah babi aja dimakan ..."

???

Duh, memangnya kenapa jika agama lain membolehkan orang makan babi? Jijik alasannya yakni haram? Orang lain ada yang menganggap makan ceker ayam juga jijik lho. Makan jeroan juga jijik alasannya yakni penyakit semua.

Lagian kan bukan cuma Islam yang melarang makan babi. Agama lain malah ada yang melarang makan hewan sama sekali, makanya banyak anutan agama yang mengharuskan atau menyarankan pemeluknya vegetarian. Yahudi aja nggak boleh lho makan babi. Iya, haram.

Atau nalar yang lebih pusing lagi, kemarin ada yang komen begini di status sahabat saya (saya copas):

"Ada orang munafik yg berbuat baik kpd muslim, kemungkinan 1. Menginginkan massa pendukung yg kbtln mayoritas, 2. Mengejar kekuasaan 3. Untuk memecah belah umat (krn ada pihak yg dibikin enak, utang budi) Enggak mungkinlah ahok berbuat baik hanya mengharap pahala dari Alloh azza wa jalla yg jelas2 beliau tidak mempercayainya??"

Orang yang tidak percaya Tuhan mustahil berbuat baik?

Terbayang orang-orang yang satu agama dengan pak Ahok mungkin akan geleng-geleng kepala alasannya yakni mau berbuat baik pun dianggap tidak mungkin? Hanya alasannya yakni percaya Tuhan yang berbeda?

Apa beliau nggak tau aneka macam orang di dunia ini yang tidak percaya Tuhan itu ada dan mereka tetap berbuat baik demi kemanusiaaan? Berbuat baik dan tidak berharap pahala bisa banget lho. Makara sukarelawan sana-sini, volunteer hingga ujung Afrika demi bantu orang kelaparan. Dan mereka tidak beragama, tidak terpikir soal pahala.

Saya juga jadi bertanya-tanya, apakah orang-orang ini tidak mengenal orang baik yang beragama lain? Orang baik yang atheist? Orang baik yang agnostic? Orang baik yang deist?

Sindiran "mainnya kurang jauh" itu jadi makin terasa bukan lawakan lagi. Mungkin memang mainnya kurang jauh jadi cuma tau agama sendiri dan agama yang lagi dibenci orang-orang aja. Agama lain itu kan tidak sesederhana Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Apalagi jika lihat agama orang-orang sedunia, waduh terlalu sesak jika agama dan kepercayaan hanya dibatasi oleh enam koridor menyerupai yang diakui negara kita.

Agama itu banyaaakkk sekali. Alirannya juga banyak. Para pengikutnya tentu merasa agama yang mereka peluk itu benar. Tidak usah saling membantah. :)

*

Sebetulnya, *tarik napas dulu* saya tidak peduli pilihan gubernur kalian siapa. Itu urusan langsung kalian dengan bilik suara. Pilih gubernur melihat agamanya silakan, pilih gubernur lihat rekam jejak silakan, anutan pemercaya gubernur bukan pemimpin juga silakan.

Yang saya duka adalah, banyak yang jadi terpancing untuk menghina pemeluk agama lain. Hanya alasannya yakni satu orang "menghina agama Islam" kemudian jadi pembenaran bagi para pemeluk Islam untuk menghina agama lain. Kan tidak begitu sis dan bro.

Kalian tidak terima ada orang menghina agama yang kalian peluk tapi kalian sendiri JUGA menghina agama lain. Makara menghina agama lain boleh tapi jika agama kita dihina kita marah? Itu sama halnya dengan kalian memarahi anak yang merebut mainan dari anak kalian, tapi ketika anak kalian merebut mainan anak lain kalian tidak marahi. Double standard, at its worst!

Seperti pak haji yang teriak akan memberi uang satu miliar untuk yang bisa membunuh Ahok. Kalau an eye for an eye and a tooth for a tooth diambil literal begitu mah banyak orang buta dan ompong di dunia ini, serem dong. Satu orang bunuh orang lain. Keluarga yang dibunuh balas membunuh, balas-balasan membunuh terus hingga insan punah.

Sungguh agama tidak mendefinisikan manusia.

"Kita bela agama, jika tidak begini Kristenisasi semakin merajalela!" Oh, bela agama semenjak Pilkada kemarin ini potongan dari Islamisasi? Membuat orang ingin masuk Islam kah?

Malah teman-teman non-muslim bertanya:

"Kalau mau jadi ustaz di Islam itu syaratnya apa ya? Kok banyak ustaz share kebencian dan hoax."

...

krik krik

...

NGGAK ADA.

Semua orang bisa jadi ustaz. Self-proclaimed juga bisa, mencar ilmu agama dan hafalin ayat semoga bisa kutip sana sini maka anda bisa melayakkan diri jadi ustaz. Coba jadi pastor atau pendeta, level yang harus dilalui banyak sekali. Dari sekolah seminari hingga wawancara ini itu. Nggak gampang.

Makara tolonglah jangan simpel percaya dan mengutip ustaz A ustaz B, pilih ustaz kalian baik-baik alasannya yakni semua orang juga bisa jadi ustaz.

Eh sesudah jadi ustaz malah share hoax. Ceramah di mesjid bawa-bawa partai, bawa-bawa "jangan pilih pemimpin kafir". Suami saya menghitung benar, semenjak urusan pilkada ini salat Jumat selalu disisipi unsur politik. Tapi ketika turun ke jalan teriaknya "kami bela agama, ini bukan duduk kasus politik!" Ya gimana, semenjak awal urusan agamanya dicampur sama politik kok.

Ibu saya malah terang-terangan diminta menentukan satu partai tertentu dikala Pilpres lalu! Di pengajian! Saya nggak habis pikir gimana caranya lagi mengkaji Al-Quran terus tiba-tiba pak ustaz bridging ke nama partai.

T______T

Saya tidak bilang semua ustaz menyerupai itu makanya pilih guru agama kalian baik-baik. Lihat latar belakangnya, mencar ilmu agama di mana, sudah mencar ilmu berapa lama. Banyak kok ustaz-ustaz yang tidak menyebut diri sendiri dengan sebutan agamis (seperti ustaz, habib, dan lain-lain) tapi justru teduh, damai, dan tentu tidak share hoax apalagi kebencian. :)

*

Kalau sudah begini "pemakluman" saya cuma satu. Umat Islam di negeri ini merasa superior alasannya yakni agama mayoritas. Jadinya lupa lah pada Pancasila, lupa jika negara ini bukan negara yang berbasis agama. Bhinneka Tunggal Ika mah lupa, auk ke mana.

Saya jadi khawatir sekali lama-kelamaan isu agama ini melebar dan jadi mengkotak-kotakkan kehidupan sosial lebih parah lagi. Mau belanja ke pasar, nanya dulu agama penjualnya apa? Atau terparah malah dipisahkan pasar muslim dan non-muslim. Install ojek online ditanya agama apa semoga sesuai diantarnya sama yang se-agama. Lebay? Kecenderungannya ke sana loh. :(

Padahal kekerabatan vertikal yakni kekerabatan yang paling pribadi. Hubungan vertikal itu penting tapi horizontal juga tak kalah pentingnya.

Nggak bisa kita men-judge seseorang taat beragama hanya dari bajunya yang tertutup dan longgar. Nggak bisa juga kita men-judge seseorang kafir hanya alasannya yakni baju dan celananya ketat. Yang berhak menilai kadar keimanan seorang insan bukan insan lain. Ya? Ya.

Apa gunanya pakai atribut agama tapi hati dipenuhi kebencian? Dipenuhi kecurigaan? Merasa paling benar, merasa paling mahir hingga berani menyindir orang yang berbeda kepercayaan.

Ayolah kita hidup damai. Tanpa mengecilkan orang apalagi agama lain. Saling menghargai apapun agamanya, sukunya, rasnya, warna kulitnya. Pisahkan urusan menentukan gubernur dengan urusan lain. Karena sungguh, urusan Pilkada ini urusan remeh dibanding perpecahan negara hanya alasannya yakni kita tak bisa menjaga emosi di dunia maya.

Hidup bersosialiasasi niscaya lebih indah jika saling pundak membahu, saling membantu, saling melihat kebaikan masing-masing dan bukannya terus menerus mencari kejelekan orang lain. Ayo berpegangan tangan kaya di buku PPKN zaman dulu, baju kawasan boleh berbeda-beda tapi tangan saling bertaut dan tersenyum mengelilingi bola dunia. :))))

*

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini? Siapa yang bertanya?

-ast-

Detail ►

Tentang Hidup Tepat Artis Instagram (A.K.A Si Neng A)

Btw ini posting nggak usah dibaca serius-serius banget ... ibarat juga 90% postingan lain di blog ini bahahahahaha. Baca sambil senang ya!


IYAAAA, kaya saya semalem senang ketiduran jam 19.30 (bilang we setengah 8 malem) dan kebangun segar bugar di pukul 00.33, yesss setengah 1. Bahagia alasannya yaitu ketiduran itu nyenyak, meski di kantor ngantuk niscaya ini hahaha.

Dan lagi bangkit malem-malem itu malah kepikiran si neng A yang gres melahirkan. Duile jadi topik bener di mana-mana. Pada komen-komen, pada bikin blogpost, saya jadi #triggered banget pengen nulis juga nyahahahahaha.

Soalnya si neng hidupnya tepat banget dan berusaha keras menunjukkan kesempurnaan itu.

Kubu terbelah jadi 4:

1. Cewek-cewek belum nikah atau belum punya anak yang ngetag pacar/suaminya di komentar "sayang, baca ini ya". Kemudian terinspirasi dan menimbulkan si neng sebagai #lifegoals πŸ˜‚

2. Ibu-ibu dengan balita (saya dan teman-teman) yang berkomentar "yaelah lebay amat sisss. nenenin kapan pun di mana pun mah biasa aja keleus" 😌

3. Ibu-ibu dengan anak dewasa yang ngetawain doang πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ "tunggu hingga anak lo ABG" gitu masa, kan saya jadi ikut deg-degan πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

4. Yang nggak ngerti dengan segala kehebohan ini "A siapa sihhh? Duh nggak follow!" yes, good for you πŸ˜‚

Saya sendiri sih ngerasa doi lucu dan jadi materi becanda banget sama temen-temen alasannya yaitu nulisnya dramatis banget. Kaprikornus kini kalau si Bebe maksa gitu ingin sesuatu, niscaya bilang ke JG:

"Udalah sayang, biarkan anak menentukan jalannya sendiri"


Saking puitisnya nulis caption Instagram, si neng mah kucing aja DISETRAP di halaman belakang. Saya sebagai insan yang lulus semua jenjang pendidikan belum pernah disetrap. Kalah sama kucing neng huhu. Sungguh, neng hidupnya positif banget dan tidak pernah stress tampaknya. Beda sama kita-kita.

*pats shoulder* *siapin galon mabelas biji* *SIRAM diri sendiri semoga waras* lolol

Tapi itu loh, semua percaya kan insan kan nggak ada yang sempurna? Neng itu berusaha keras tidak menunjukkan ketidaksempurnaannya. Seperti misalnya, sejauh ini kayanya (KAYANYA LOH CMIIW) belum pernah tuh curhat bangkit berapa kali tiap malem untuk menyusui, eh sori, untuk direct breastfeeding (beda kan ya lol).

Karena mungkin begadang tidak baik untuk kesehatan. Manusia tepat tidur 8 jam sehari mungkin, termasuk bayi-bayinya.


HHHHH. Nggak dapat temenan lah kita, nggak dapat lah neng masuk group chat geng saya. Nanti kalau kita mau chat ocip-ocip selebgram di jam 11 malem alasannya yaitu itu me time anak udah bobo, si neng nggak dapat ikutan. Ah kurang seru.

Dan ituloh soal anak kalem.

Logika si neng adalah: hening dan rajin komunikasi ketika hamil -> gentle birth -> ayah ibu tidak baby blues -> anak kalem.

Serius itu ada hubungannya? Soalnya baca di komen-komennya ada yang bilang "ah saya gentle birth water birth + lotus baby anak saya rewel" HAHAHAHAHA. Iyaaa, saya juga mikir emang nggak ada hubungannya anak santai dengan ini ono segala rupa itu.

Karena apa? Karena anak dan orangtua itu BEDA-BEDA. Nggak dapat ketok palu, jikalau begini maka begini. Wow, nggak dapat banget. Kondisi ibu hamil dan anak lahir beda-beda.

Contoh sederhana dari pemahaman ibu-ibu: ASI dapat melindungi bayi dari alergi.

WOOYYY, si Bebe anak saya full ASI tapi pas MPASI makan ayam sama nasi merah aja alergi. Dibawa ke dokter katanya "tenang aja bu, pas MPASI ada yang makan wortel sama apel aja alergi". Bubarlah semua cita-cita anak ASI risiko alerginya rendah. Alergian banget si Bebe hih. Bukan cuma dairy, ikan segala rupa alergi dia. Padahal nenen banget hingga kini mau 3 tahun.


Kaprikornus nggak, nggak dapat pukul rata semua bayi ASI nggak akan alergi. Karena alergi itu genetis, penyakit turunan. Mau ASI apa sufor, ya kalau ada turunan alergi ya alergi. CUMA alasannya yaitu ibu-ibu sungguh gampang men-judge orang bahkan yang tidak kenal bersahabat pun, maka kalau ada anak sufor alergi niscaya dibilang "pake sufor sih makanya alergian". Padahal kalau anak ASI alergian komennya "wah kok bisaaa".

YA BISA. Karena apa? Karena nggak dapat pukul rata semua kondisi anak. Ngerti buibu se-nusantara?

Kaprikornus kebetulan aja anak neng memang kalem. Saya sama JG aja kurang monolog apa pas hamil Bebe, diajak ngobrol terus hingga nyiptain lullaby sendiri saking semangatnya. Suami full support, hamil lancar, nggak muntah sekali pun, rajin senam hamil bahkan jalan pagi dan senam hamil SETIAP HARI di rumah 2 ahad sebelum melahirkan.

Pas lahir? Wow Bebe KALEM BANGET hingga berat tubuh saya minus dari berat tubuh sebelum hamil. Kalem banget hingga saya nggak tau siang malem, baby blues nangis terus. Kaprikornus ya, ketawa ajalah kalau hal-hal kaya gitu dihubung-hubungkan. Bersyukur aja neng bayinya kalem. :)

Soal gentle birth juga

Si neng mengkampanyekan 'filosofi' gentle birth yaitu yang terbaik bagi bayi dan orangtua.

Yaiya yang terbaik dan ideal alasannya yaitu wanita mana yang nggak mau lahiran dengan lembut? Mau lah semua orang juga, makanya mereka mengusahakan yang terbaik. Belajar sana-sini, senam hamil aja di beberapa daerah semoga ada insight dari bidan lain. Semua gerakan dan tips-tips dicatat semoga dapat dilakukan sendiri di rumah.

Maunya mah saya pun jalan-jalan dulu ke mall pas bukaan satu kaya rangorang, tapi gimana, ketuban udah ijo dan rembes padahal gres 38 minggu, nggak boleh berdiri sama dokter. Tiduran deh hingga mati gaya. Padahal catetan nafas harus gimana pas gimana udah hafal banget di luar kepala. Bebe di perut diajak ngomong semoga kompromi juga udah banget lah.

Tapi kalau kenyataannya nggak dapat ideal kan harus bilang apa? Harus kecewa?

Dan ya, nggak ada paham atau metode terbaik yang dapat cocok untuk semua orang. Iya wanita sudah melahirkan bayi semenjak zaman dahulu kala, tapi seberapa banyak yang ibu dan bayinya selamat?

Nggak dapat dibantah pertolongan medis menekan angka kematian ibu dan bayi. Apa water birth di rumah yang terbaik? Apa melahirkan vaginal di RS yang terbaik? Di RS dengan epidural atau tanpa epidural?

Buat saya, proses melahirkan terbaik yaitu yang dapat mengantar ibu dan bayi dengan selamat. Mau water birth, mau sesar, mau vaginal, mau pake epidural. Mau lahiran jerit-jerit, mau lahiran sambil zikir, mau lahiran sambil WhatsApp-an. Yang penting ibu dan bayinya sehat lah plis. Nggak usah merasa yang begini lebih baik atau itu lebih baik.

*tuh kan jadi judes* *huh*

Btw kalian nonton film dokumenter Babies nggak sih? Udah pernah saya ceritain di sini: Tontonan untuk Anak. Bayi Amerika, namanya Hattie nggak diperlihatkan proses lahirannya, tau-tau di rumah sakit aja. Kenapa coba?

Babies, hattie yang kanan bawah sama kucing

Karena orangtua Hattie ingin lahiran di rumah, maka mereka lahiran di rumah, kemudian ternyata ada persoalan sama nafasnya. Bawa ke rumah sakit deh, dirawat 3 hari dan pribadi kena antibiotik. Ini orangtuanya yang ngomong di sebuah wawancara.

Kaprikornus nggak apa-apa mau melahirkan di rumah. Nggak apa-apa banget minta pemberian tetangga masak air mabelas galon. Tapi sekali lagi, jangan seolah alasannya yaitu neng lancar maka semua orang niscaya dapat melakukannya dengan lancar. Kan belum cencu. Melahirkan memang proses natural, tapi banyak faktor yang kita nggak tau, dapat dan mungkin terjadi.

Dan (kalau saya sih) cari yang paling kondusif aja. :)

Satu lagi pertanyaan, katanya bayi si neng cuma nangis 10 menit sehari.

Itu diitungnya gimana? Karena bayi gres lahir kan gres ngek sedikit aja pribadi lep di-direct breastfeeding dong? Apa kalau nangis dibiarin terus ia berhenti nangis sendiri?

Nggak mungkin kan? kan? KAN?

Kalau ngitung bayi bobo di kamar, nangis, ibu lari ke kamar dan nyampe dalam 2 menit. Berarti si bayi nangis hanya 2 menit. Diulang insiden yang sama 5 kali, ya bayi cuma nangis 10 menit dong? Apalagi kalau sekasur, gres nangis 10 detik juga udah pribadi diangkat kan.

Bagaimana itu urusan menangis 10 menit sehari, ada yang dapat menjelaskan logikanya?

(Baca: 13 Hal yang Hanya Bisa Dimengerti Ibu Menyusui)

Kalau Bebe nangis terus nggak waktu bayi?

Nangis banget alasannya yaitu ia kolik, kolik alasannya yaitu ia alergi dari apa yang saya makan, padahal saya udah jaga makan banget. Untuk menenangkan kolik maka ia nenen, kalau nenen perutnya makin kembung, kalau perut kembung ia kolik lagi. Saya cuma tidur sejam nenenin sejam, tidur sejam nenenin sejam. Begitu aja hingga 4 bulan. Hahahaha. Traumatis abis.

Mungkin harusnya pas melahirkan saya water birth. Sungguh menyesal. *sigh*

Terus urusan pijat.

Pijat katanya semoga ayah dan ibu nggak baby blues? Si neng ih tau nggak kalau 3/4 dari populasi papah papah di dunia ini pagi-pagi harus pergi kerja? Kapan atuh mijitnya? Neng mah enak, suaminya ada terus.

Dan dapat pijat bayi sendiri juga biasa aja keleusss. Saya juga sama JG lulus kursus pijat bayi apakah kalian tahu itu? Hahahaha. Sampai kini Bebe masih suka tengkurep terus minta dipijit pakai minyak telon. Dan itu biasa aja, temen-temen saya juga melaksanakan itu.

TAPI SATU HAL YANG MEMBUAT KAMI KECEWA.

Neng kenapa pake popok sekali pakai alias diapers sih?

Padahal kami (alias temen-temen saya) udah tertekan banget alasannya yaitu haqul yaqin 100% si neng akan pake clodi dong yang lebih ramah lingkungan. Malah sebagian dari kami yakin si baby akan self-potty trained di umur 5 bulan gitu kan ya secara tepat banget. Duh kami kecewa ziz, pake clodi kan nggak nyampah dan sesuai dengan nilai-nilai yang neng selalu tanamkan. Ya ribet-ribet nyuci clodi nggak apa-apalah ...

SAID NO ONE EVER πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Endorsement memang sungguh memikat (?) (?) (?)

Soalnya foto sama susu (oke minuman untuk ibu) hamil pun nongol mulu. Padahal susu hamil kan hoax lol. Nggak deng bukan hoax, tapi udah jarang dokter nyaranin minum 'susu' hamil apalagi kalau hamil sehat dan makan bergizi. Di kotaknya aja tulisannya bukan susu tapi minuman untuk ibu hamil hahahaha.

*KENAPA JUDES BANGET SISSSS? Indikasi iri dengki mulai terasa ini. Oke oke! Roger that!*

*

Ya sepakat di luar semua itu, saya tetep maklum lah, maklum banget euforia gres punya bayi. :)

Neng sebenernya sama aja kaya ibu-ibu lain yang habis melahirkan terus nggak tau mau posting apa di Instagram jadi posting bayinya terus. Ya kaannn.

Cuma kameranya aja bagusan dan fotonya

...

aes thet ic.

UDAH AAHHH. HAHAHAHA.

Intinya hidup itu niscaya penuh suka dan duka. Ada jutaan dongeng dan pelajaran yang dapat kita ambil dari kesusahan orang lain. Dari bagaimana orang itu berjuang, dari bagaimana orang itu bertahan dari segala kesulitan, dari bagaimana cara orang keluar dari masalah-masalah yang dihadapi. Itu yang dapat jadi inspirasi. Bukan hidup 'sempurna' yang dibungkus foto bokeh berfilter indah. :)

Btw sungguh saya nggak talenta elegan. Beda banget goresan pena saya sama goresan pena caption si neng ya. Ah sudahlah kami beda kasta. Dia aliran almond mylk, saya aliran martabak samyang.

@martabakyuk ini yummy huhu 160ribu aja gaes plis traktir aku

Ada yang mau beliin?

-ast-

Detail ►

Tentang Drama Kehidupan

Kenapa ya saya anaknya suka overthinking sama segala sesuatu. Apalagi untuk urusan hierarki antara status sosial, jabatan di kantor, sama tugas di rumah. Saya suka kepikiran banget!


Misal gini, ada cleaning service di kantor yang pendieeemmm banget. Pendiem terus sopan banget gitu, jikalau jalan selalu nunduk. Ya saya maklum mungkin beliau merasa bukan siapa-siapa, level terendah di kantor lah kasarnya. Kaprikornus beliau nunduk entah alasannya memang minder atau memang merasa harus sopan.

Suatu hari saya ajak ngobrol, dengan malu-malu dan tetap nunduk (mungkin menjaga pandangan yhaaa) beliau jawab anaknya dua. Satu udah kelas 5 apa 6 SD gitu, satu lagi masih umur 2 tahun. Dan saya pribadi tettoottt! kepikiran banget.

Kepikiran banget alasannya berarti meski di kantor beliau nunduk dan minder gitu, beliau di rumah yaitu kepala keluarga dengan anak yang mau remaja. Apa beliau di rumah tegas sama istrinya? Apa beliau di rumah galak sama anaknya? Apa beliau di rumah juga pendiem?

AKU ... KEPO.

T________T

Inget juga kemarin makan di Shaburi terus mbak waitressnya nyapa Bebe dan tiba-tiba dongeng jikalau anaknya beliau juga umur 2 tahun dan suka Cars kaya sepatu Bebe. Dia dongeng dengan sangat excited dan saya mendadak mellow alasannya dengan demikian beliau yaitu ibu bekerja. Mungkin di sela-sela kerjaan dulu beliau harus pumping juga sama kaya saya. Mungkin juga beliau sama sedang mikirin ulang tahun anaknya mau dibikin kaya apa. Ah. :((((

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup)

Kaprikornus inget juga dongeng JG yang masa kecilnya dilalui dengan tinggal di gang sempit. Tetangga-tetangganya itu semua orang susah lah kasarnya. Mereka suka otoriter sama istri, teorinya JG alasannya mereka kerjanya rendahan banget, mereka jadi nggak punya bunyi di kawasan kerja. Satu-satunya "kuasa" mereka ya sama istri, jadilah istrinya diperlakukan seenaknya.

Hiks.

Mau murung juga nggak perlu murung ya ini, namanya juga hidup. Tapi gimana ya, saya kepikiran betapa satu insan itu punya tugas yang beda-beda banget di banyak sekali lini kehidupan. Saya gres ngerti lagunya Nike Ardilla jikalau dunia ini panggung sandiwara.

Di kantor beliau yaitu cleaning service yang minder, di rumah beliau ayah yang tegas tapi sayang keluarga, di lingkungan rumah ternyata beliau Pak RW dan terbiasa mimpin rapat RT, dan seterusnya.

Nggak usah susah-susah deh, waktu masih sekolah aja kerasa kan bedanya. Kita di sekolah sebagai ketua kelas tentu beda dengan kita di rumah yang anak bungsu. Kita di kampus yang serampangan dianggap anak bodoh, ternyata di rumah yaitu kakak sulung tulang punggung keluarga.

Kepikiran jikalau insan bahwasanya memang hidup dengan beberapa topeng, mau pakai yang mana, mau lepas yang mana. Mau jadi saya yang mana.

Dan social media juga panggung lain lagi.

Di socmed beliau ibu-ibu berisik garda depan pembela kebenaran, di rumah ternyata boro-boro berisik, ditanya pendapat sama suaminya aja nggak pernah. Di socmed beliau ibu-ibu inspiratif banyak acara positif bersama keluarga, di rumah beliau ternyata depresi alasannya problem dengan mertua.

Makanya jangan gundah sama orang-orang yang di socmed ributnya ya ampuuunnn. Pas ketemu tenang krik krik. Atau sebaliknya, di socmed sepertinya hidup seru dan bahagia, pas ketemu kok ya orangnya banyak ngeluh. Ya maklum, itu topeng satunya lagi kan, topeng social media.

Lalu apa harus jadi orang yang sama di semua panggung supaya dibilang apa adanya?

(Baca: Menjaga Perasaan Siapa Agar Tidak Dibilang Fake?)

Ya nggak juga sih. Nggak apa-apa kok punya banyak peran, punya banyak topeng. Saya nyaman berisik di socmed dan JUGA di dunia nyata. Saya nyaman bercerita pada kalian di blog ini menyerupai saya bercerita pada JG. Kalau kalian merasa tidak nyaman ya tidak apa-apa. Tidak berarti kalian palsu, kalian hanya sedang pakai topeng yang lain.

Yang jelas, harus diingat bahwa ini yaitu topeng peran, bukan topeng kebohongan. Kalian yang berisik di socmed tapi pendiam di dunia nyata, nggak berarti kalian bohong kan?

Cuma inget-inget aja jikalau lagi pengen ngomong bernafsu sama orang. Waitress itu mungkin teraniaya di rumah, satpam itu juga mungkin ayah-ayah yang lagi gundah bayar sekolah anak, kakak angkot yang nyebelin itu mungkin sebatang kara. Yah, entah ini harus dipikirin apa nggak sih ya.

Ya gitulah. Auk nulis apa sih ini. Bye!

-ast-

Detail ►

Karena Rokok (Pasti) Dapat Menunggu


Hari Minggu kemudian jam 6 pagi, kami bertiga plus ibu aku jalan-jalan ke Gasibu. Niatnya sih mau lari, tapi ternyata track lari di lapangannya sangat crowded. Jangankan lari, jalan pun susah. Kami pun jadinya melipir, menyusuri Taman Lansia hingga bertemu Taman Cibeunying.

Itu loh taman yang ada robot Transformers angkot dan Bumblebee. Tamannya tidak terlalu besar tapi banyak daerah sewa mainan. Bebe mulai terdistraksi tukang pancing ikan mainan (Rp 5ribu boleh mancing ikan plastik sepuasnya btw), JG sudah nangkring di tukang lontong sayur, dan aku sendiri duduk di bawah patung. Mengamati sekeliling.

Pengunjung yang tiba rata-rata keluarga muda. Suami istri dengan anak balita, paling besar anak TK. Datang hanya untuk duduk-duduk dan jajan. Yang menyebalkan, sebagian besar dari orangtua itu merokok. Baik ayah maupun ibunya.

Ada yang sengaja duduk terpisah dengan anaknya yang sedang makan sosis bakar, ada yang duduk sebelah anaknya dengan rokok disembunyikan di balik tubuh seolah punggung akan menyerap asap rokok itu, ada yang terang-terangan saja merokok sambil menggendong anaknya yang masih sangat kecil.

Apa yang ada di pikiran mereka? Apa rokok tidak dapat menunggu?

Kalian sengaja berdiri pagi, berganti dengan baju yang lebih baik, para ibu bahkan sempat menggambar alis dan memulas lipstik. Demi dapat menghabiskan waktu bersama anak kan? Anak yang mungkin jarang kalian temani alasannya ialah sehari-hari ditinggal bekerja.

Merokok mungkin kesenangan kalian, tapi ditemani bermain oleh ayah dan ibu yang atensinya full, orangtua yang kedua tangannya dapat dipakai tanpa terganggu memegang rokok berasap mungkin jadi kesenangan anak kalian.

Merokok ialah hak kalian. Tapi menghirup udara bebas asap rokok ialah hak ANAK kalian.

Suami aku bukan perokok, pun aku sendiri, tapi aku yakin rokok dapat menunggu. Pasti dapat menunggu.

Merokoklah ketika sendirian, merokoklah di luar rumah, merokoklah ketika nongkrong dengan teman-teman, merokoklah di daerah yang disediakan khusus untuk merokok, jangan merokok di dalam rumah, jangan merokok di dalam rumah orang lain ketika bertamu. Mandi dan berganti pakaian lah sebelum masuk rumah dan memeluk anak serta istri atau suami.

Karena mereka, orang-orang yang paling kita sayang kan? ATAU TIDAK?

Bukan cuma satu dua artikel kan yang membahas risiko anak sakit pneumonia tinggi kalau berada di lingkungan yang merokok? Bukan satu dua penelitian kan yang membahas bahwa residu rokok masih tertinggal bahkan ketika asapnya sudah tidak ada?

Jadilah perokok yang bertanggungjawab. Asap rokokmu, tanggung jawabmu. Seperti juga kehidupan sehat anak-anakmu, tanggung jawabmu.

Rokok dapat menunggu. Ada puluhan jam yang kalian lewati tanpa belum dewasa kalian. Gunakan sebaik mungkin untuk merokok sepuasnya. Tapi sisihkan waktu 2-3 jam di Minggu pagi untuk membawa belum dewasa ke taman dan menghirup udara segar di bawah pepohonan. Udara segar yang tidak terganggu asap rokokmu lagi.

Untuk kalian yang punya pasangan merokok, tak perlu melarangnya berhenti. Hal sia-sia yang akan berujung pertengkaran saja. Ia akan berhenti ketika ia mau berhenti, bukan alasannya ialah kalian menyuruhnya berhenti. Tapi mintalah waktunya saja sedikit, waktu-waktu berkualitas bersama belum dewasa di mana ia menunda keinginannya merokok.

Demi kalian, demi belum dewasa yang lebih sehat.

Terima kasih.

-ast, ibu satu anak yang selalu menyuruh anaknya berteriak serta kabur kalau ada orang merokok. Bahkan ketika yang merokok ialah sekumpulan polisi di kantor polisi, "OM POLISI MELOKOK AKU HARUS KABULLL!!!"

GIVEAWAY HADIAH BALANCE BIKE MASIH DIBUKA LOH! KLIK!

Detail ►

Hal-Hal Yang Berubah Sesudah Pilkada Dki


Halo! Lama nggak nulis #SassyThursday dan sekalinya nulis topiknya pribadi yaaa gitulah. Jarang-jarang gue nulis politik di blog kan, tapi kali ini pengen aja nulis. Mungkin sanggup kasih pandangan lain, mungkin juga nggak. :)

Baca punya Nahla:

Oke jadi pasca urusan pilkada dan demo-demo itu, yang berubah bukan cuma gubernur Jakarta tapi juga BANYAK hal lainnya. Betapa efeknya besar banget dan membukakan mata

Apalagi pasca gubernur gres tiba-tiba bahas pribumi, sengaja atau tidak sengaja cuma makin menguatkan bahwa di posisi ini loh kita. Sementara banyak yang memperjuangkan kesetaraaan manusia, ini malah ras aja diungkit-ungkit terus. :(

Sedih sih tapi ya, duka aja dibilang kafir kali deh gue, terserahlah. Ini ia hal-hal yang gue rasakan sendiri berubah sesudah demo dan pilkada:

Orang jadi berani menawarkan diri bahwa ia paling "beragama"

Tidak apa-apa share soal agama di media sosial, yang jadi duduk kasus ialah dikala orang MEMAKSAKAN agama dan kepercayaan pada orang lain. Paksaan itu apapun bentuknya, ialah kondisi yang tidak nyaman.

Sementara yang terjadi ialah bikin status terus, komen sana-sini, copas terus di group WhatsApp mengajak ini itu alasannya ialah merasa benar. Tandanya kalian memaksa orang lain untuk ikut ambil bagian. Kalau tidak ambil bab maka orang itu kafir dan tidak membela agama. Wow, speechless.

Bertanya apa agama orang lain aja dianggap nggak sopan loh, ini mempertanyakan kepercayaan orang yang seagama. Sangat-sangat tidak sopan. Saking sebelnya, JG hingga nggak mau ngaku cuma supaya orang-orang ini kesel doang dan merasa "menang".

Kaprikornus (oke ini sebenernya agak cringey diceritain tapi biarlah supaya contoh) JG dari kecil rajin solat, dari SD rajin ke pengajian-pengajian (maklum anak Gerlong). Tapi ada orang-orang annoying yang menganggap JG "keliatannya" nggak beragama dan suka iseng aja gitu nanya "tadi jumatan nggak?"

YA NURUT NGANA? Ya udah sama JG dijawab "nggak ah, udah pernah" -_______- Karena itu pertanyaan annoying dan kejauhan gitu loh. Kemudian mereka negur lalala harusnya gini harusnya gitu. Orang-orang judgmental dan merasa paling ngerti agama gini loh yang nyebelin dan bikin nggak nyaman.

:(

Sebaliknya orang-orang jadi berani nunjukkin bila ia nggak beragama

Banyak temen-temen gue yang sebelumnya Islam tapi kemudian jadi "nggak ah, I'm done with religion". BANYAK. Karena mereka nggak kenal-kenal amat sama agama terus tiba-tiba dihadapkan pada Islam yang "begitu". Yang memaksa, yang rasis, yang sama sekali tidak damai. Ilfeel, aib sendiri kemudian bye beneran deh jadinya.

Kaprikornus bila kalian menganggap segala demo dan urusan Pilkada ini mengangkat nama Islam, ya mungkin di satu sisi benar. Tapi kalian juga harus tau bila ada sisi lain yang menganggap sebaliknya. Ya sisi yang kalian bilang kafir sih. 

Dan orang-orang ini jadi tidak mengajarkan agama pada anak-anaknya, atau justru mengajarkan semua agama. Supaya anaknya sanggup milih sendiri dan jadi nggak kaya mereka, harus berpuluh tahun hidup dengan agama turunan orangtua kemudian ilfeel sendiri gara-gara apa? Gara-gara Pilkada. Hiks. Sedih.

(Baca: Balita Ditanya Agamanya Apa: Agama dan Manusia)

Teman-teman minoritas jadi nggak nyaman


Kata Jessicha temen kantor gue "setelah urusan pribumi ini gue makin ngerasa gue Cina sih".

T______T

Ini jahat sih. Orang-orang ini juga dari zaman kakek neneknya udah di sini kali, sama kaya kalian, kenapa dibeda-bedakan sih? Bikin nggak nyaman banget.

Iri alasannya ialah mereka kaya? Karena mereka berkuasa? Ya kalian ke mana aja hingga nggak sanggup kaya dan berkuasa?

Lagian stereotyping banget sih bilang "Cina = kaya". Karena bila ia kaya dan ia keturunan Chinese maka kita bilang “ah pantes kaya, Cina sih”. Tapi bila orang Jawa kaya keluarga Sutowo kaya raya kita nggak bilang apa-apa, nggak bilang "ah pantes kaya, Jawa sih". Padahal mereka KAYA RAYA BANGET LOH. Berkuasa dan kuat juga.

Dan orang itu sanggup jadi kaya alasannya ialah kerja bukan alasannya ialah rasnya apa! Pun demikian dengan Ahok sanggup jadi pemimpin yang disukai banyak orang alasannya ialah ia KERJA.

*fyuh asing nulisnya capek banget gue*


Banyak yang jadi pengen pindah negara

Pindah ke Eropa gitu yang lebih tenang atau pindah ke mana pun yang orang rasisnya nggak sebanyak di sini dan di Amerika. T_______T Banyak yang jadi nyeletuk "duh rasanya pengen pindah negara aja" saking hopeless-nya sama negara ini.

Gue sama JG pengen banget sih dan hidup dari nol sebagai minoritas dan bukan pribumi. Terutama pengen Bebe sekolah di luar dari kecil aja supaya nggak sekolah di sini. Ingin membesarkan Bebe di lingkungan yang lebih kondusif.

Pengen pindah tapi keinginan yang terbatas keinginan KARENA NGGAK USAHA APA-APA. Nggak perjuangan dan sebenernya takut nggak sanggup survive alasannya ialah niscaya berat banget. Dasar pribumi! Kurang usaha!

Dan ya, yang paling kerasa dari hidup gue sendiri justru ini:

Batal sekolahkan Bebe di sekolah Islam

Sejak Bebe lahir, kami sudah punya incaran sekolah. Kebetulan sekolahnya sekolah Islam, SDIT lah. Sekolahnya bagus, inklusi, kami cocok sekali dengan metode belajarnya. Maka dana pendidikan pun dihitung menurut sekolah ini.

(Baca: Tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

Sampai tahun kemudian pas urusan Pilkada ini lagi panas-panasnya, kami pribadi diskusi dan tetapkan nggak jadi menyekolahkan Bebe ke sekolah Islam. Mulailah lagi pencarian SD Bebe. Kali ini goalsnya jelas, nggak homogen.

Karena sekolah Islam sudah niscaya semua muridnya Islam. Pilkada ini menyadarkan kami bahwa selain agama, penting sekali mengajarkan Bebe bila ia ialah bab dari dunia yang heterogen. Karena tidak semua orang sama dengan kita, dan tidak sama bukan berarti salah.

Malah pas lagi pusing-pusingnya cari sekolah, sempet kepikiran apa sekolahin di sekolah Kristen aja gitu ya supaya ia ngerasain jadi minoritas? Itu sebelum tau bahwa banyak juga ya SD yang nggak tanya agama anak apa. Ada dan itu cukup bikin lega sih.

Karena gue pernah tuh interview orang, ia SD di sekolah Islam populer di Jakarta tapi cuma hingga kelas 3, kelas 4 ia pindah dan hingga kuliah selalu di sekolah Katolik. Dia dipindahkan alasannya ialah ibunya melihat kecenderungan ia jadi judge agama lain sebagai agama yang salah. Ibunya nggak mau dan alhasil sekolahlah ia sebagai murid minoritas hingga ia kuliah. Sampai kini ia muslim, begitu pun dengan ibunya.

Mengingatkan diri untuk selalu mengajari anak wacana perbedaan

Ya, ngajarin Bebe mendapatkan perbedaan dan menghargai pilihan hidup orang lain itu jadi peer paling berat sih.

Gue paling jelasin wacana ukuran manusia, warna kulit, disabilitas, dan tidak ngasih gender pada warna atau mainan. Kaprikornus ya gue selalu bilang sama ia hal-hal yang ia tau aja misal "iya ada anak yang badannya kecil, ada yang badannya besar, tidak apa-apa. Kecil tidak apa-apa, besar juga tidak apa-apa".

Atau dikala ia mau beli buku mewarnai Princess ya gue beliin aja. Toh hingga kini juga warna favorit JG pink. Menyetarakan hal-hal dari yang paling sederhana dengan impian ia sanggup mendapatkan bahwa semua orang tidak sama.

Dan ya, pada dasarnya gue nggak mau ia jadi rasis dan judgmental. Bahwa sesuatu yang kita yakini benar, dihentikan hingga menyakiti orang lain.

*

Oke gitu aja sih. Kalian gimana? Ada imbas apa Pilkada sama kehidupan? Nggak ada banget nih yakin? :)

-ast-

Detail ►

Urusan Timbangan

harusnya noun, tapi ibarat biasa anggap saja majalah ya alias males edit lol

Makhluk dunia yang berjulukan insan ini emang concern banget ya sama urusan timbangan. Ya kali, hewan mana punya timbangan jadi mau peduli juga susah ya kan. Masalahnya yang diurusin timbangan orang lain juga! Orang lain yang nggak kenal-kenal amat! Yang cuma ditemui di socmed!

“Gemukan ya?”

“Tambah chubby ya?”

“Nggak bagus deh pake baju itu keliatan gemuk”


Tahukah kalian kalau itu semua nggak sopan dikatakan KECUALI ngomong sama orang yang udah bersahabat banget, sering ketemu, atau kita tau persis perasaan orang itu soal badannya. Karena celetukan soal berat tubuh dari pikiran sendiri pun udah jadi beban, lha ini ditambah omongan orang. Kan jadi kepikiran.

Iyalah kepikiran alasannya ialah ada orang yang emang mau jaga makan dan olahraga segimanapun tetep nggak sanggup sekurus Gigi Hadid. Sebaliknya ada juga orang yang makannya udah porsi kuli di warteg tiap kali makan, tetep nggak sanggup gemuk. Kan nggak adil kalau semua HARUS kurus.

(Baca pendapat Gesi dan Mba Windi juga ya! Nahla belum nulis nggak sempet katanya -____-)

Iya jadi di kehidupan yang serba mengutamakan penampilan ini, orang sanggup dengan gampang sedih alasannya ialah dibilang gendut sama orang. Bilang orang lain gendut-gendut, sendirinya dibilang buruk eksklusif mellow ngeluhin suami nggak ngasih duit perawatan. -______-

Gue sih waktu kecil diajarinnya: jangan gitu ke orang kalau kau nggak mau digituin sama orang. Artinya jangan komen-komen orang gendut lah kalau sendirinya nggak mau dikatain juga.

Kadang ya, gue aja yang sering pake logika daripada emosi, pengen banget sekali-kali bales bergairah ke orang yang suka random bilang “Kak icha gemukan ya sekarang! Kok pipinya chubby banget!”

Maunya gue bales:

“IYA MUKA KAMU JUGA KURANG BANGET IH. KURANG SEMUANYA GITU, KAYANYA KALAUPUN MAKE UP JUGA BAKAL TETEP JELEK DEH. BAWAAN LAHIR ITU MAH YA?”

Tapi kan acyu ndak pernah begicyu. :(

Mungkin orang itu nggak tau kalau ia nggak sopan jadi mereka-mereka ini biasanya gue tegur aja dan gue kasih tau kalau komentar kaya gitu nggak sopan. Bukannya jadi gue bales dengan pernyataan yang sama nggak sopannya.

Karena komentar fisik SELAIN PUJIAN yang ditulis hanya untuk basa-basi atau kepo itu lebih baik hanya disimpan dalam hati. Jikalau tak tahan sekali ingin berbagi, maka gunjingkanlah di area non publik ibarat WhatsApp group atau ya japri siapa kek yang nggak ember. Begitu aturannya mbaksis, kali-kali aja belum tau.

Kenapa gue bilang kepo, alasannya ialah kepo is the root of all evil. Apalagi kepo model komentar di foto orang dengan:

“Mbak, hamil ya?”

Pernyataan yang luar biasa. Untuk basa-basi ini kurang kreatif, untuk kepo ini GUNANYA NAON TAU ORANG LAIN HAMIL ATAU NGGAK?

Ya kan buat didoain. Oh plis saya tak butuh doa dari orang nggak sopan yang pada dasarnya mau bilang “Kok gendut sih? Hamil ya?”

Kalau orang itu nggak hamil, kalian kemungkinan besar akan bikin ia tersinggung dan mempertanyakan ketidakadilan dunia pada badannya.

Kalau ia hamil, ya terserah ia juga apakah setiap orang hamil harus pengumuman pada di mana-mana? Kan nggak. Karena permisi, ngana siapa hingga harus dikabari informasi kehamilan? Keluarga bukan, temen deket bukan. Geez.

Yang terparah kalau orang ini nggak hamil tapi pengen hamil! Kebayang nggak sih ia akan sedihnya kaya apa. Dia mungkin akan bales komentar kau dengan manis “hehe belum sih, doain aja”. Padahal dari lubuk hatinya ia sedih. :(

Bukan nggak mungkin loh kaya gitu.

Iya, ada orang-orang yang masbodoh banget atau percaya diri banget hingga nggak peduli sama konsep kecantikan yang umum diterima khalayak ramai. TAPI SEBERAPA BANYAK HAYOOO.

Kebanyakan ibu-ibu mah tetep lah ngeluhin bentuk badan, apalagi pasca melahirkan. Iya atau iya? Jawab! *galak macam abang senior lagi ngospek*

Dan komentar fisik inilah yang bikin aplikasi edit foto macam Facetune atau BeautyPlus jadi laris banget. Karena sanggup liquify bentuk muka jadi tirus, lengan jadi sebesar selang, betis nggak nonjol, dan paha semampai.

Padahal kan males atuhhh kalau tiap foto gue edit pipinya. Selain males, ngedit bab tubuh jadi lebih “ideal” juga malah bikin kita makin sadar akan kekurangan diri dan jadi makin merutuki. Dih kapan atuh ya sanggup kaya Jennifer Bachdim. :((((

Inti dari kisah gue panjang lebar adalah: AYO KITA LAWAN!

*udah kaya pejuang kemerdekaan ya hahaha*

Lawan ketidaksopanan dengan edukasi sopan santun. Orang-orang yang bahagia kepo “hamil ya?” itu most likely ialah orang-orang yang sama dengan penyuka pertanyaan “udah isi belum?”, “kapan anak kedua?” sambil elus-elus perut kita gitu. Boundaries, please, tanteeee. :((((

Kaprikornus kaya yang udah pernah saya bilang, kalau ada orang yang begitu maka tegur. Saya melakukannya di dunia maya dan dunia nyata. Kalau kalian masih canggung banget, tegur di dunia maya juga cukup. Tegur melalui komen “ibu/bapak, bertanya ibarat itu tidak sopan ya maaf saya kurang lezat dengernya”.

Variasinya bisa:

“Mbak maaf komentarnya tidak sopan ya. Tidak akan saya jawab”

Atau

“Maaf ya nanya gini ke orang itu nggak sopan, orangnya sanggup sakit hati lhoo”

Jangan lupa gunakan emot :) agar seolah kita bicara ramah tapi tegas. Dijamin orangnya akan minta maaf. Ya kecuali tante-tante ngeyel yang emang duh udalah, nggak peduli perasaan orang.

(Baca: Ide Basa-basi Tanpa Bikin Tersinggung)

Dan jangan lupa ajarkan bawah umur kita!

Bebe diajarin banget kalau tubuh insan itu beda-beda jadi udah ngerti kalau orang ada yang kurus, gemuk, banyak sekali warna kulit, mata dan rambut. Tapi kadang ia suka pengen komentar alasannya ialah ia besar hati sanggup mengidentifikasi orang gendut.

Akhirnya gue bilang aja "Be, orang gendut atau kurus sama aja. Tapi kalau kau pengen banget bilang om gendut, bilangnya ke ibu aja ya. Jangan keras-keras nanti ia sedih kalau dibilang gendut"

Sejak dikala itu, jikalau bertemu orang berbadan besar, ia akan komen berbisik "ibu, om itu gendut tapi saya bilang ke ibu aja nanti ia sedih"

YEAYYY.

Dan SETIAP ia bilang gitu gue selalu ngulang "iya orang itu beda-beda, blablabla" alias kuliah lagi soal perbedaan manusia. Karena gue mau ia jadi insan yang tidak memusuhi perbedaan. Ah jadi mellow deh ah. :(

Sekian dulu dari kami. Semoga yang belum tau jadi tau dan jangan diulang lagi yaaa!

Love you all!

-ast-

Detail ►

Tips Supaya Tidak Kecapekan


Ini sebenernya mau nyeramahin Gesi dan menjawab postingan beliau yang ini tapi beliau niscaya males diceramahin dan mungkin ceramah ini juga dapat mempunyai kegunaan buat orang lain jadi saya tulis lengkap aja tips supaya tidak kecapekan di sini hahahaha.

Kaprikornus ceritanya Gesi tipes lagi. Padahal tipes terakhir belum 6 bulan lalu. Terus ya tentulah saya emosi alasannya ialah GRACE MELIA KAMU MAU MATI APA GIMANA?

Saya beneran nulis itu huh.


Oiya jangan kira saya jarang sakit ya. Saya lebih sering sakit dibanding JG. Sakitnya flu gitu 2-3 bulan sekali niscaya flu/radang tenggorokan diduga alasannya ialah amandel saya yang gede nggak dapat kempes lagi. Kaprikornus berdasarkan dokter, amandel bagi orang cerdik balig cukup akal udah bukan untuk daya tahan tubuh tapi jadi sarang bakteri. Mau operasi nunda-nunda alasannya ialah mahal dan yaaa, belum kerasa ganggu banget sih.

Tapi saya selalu berusaha biar nggak sakit. Karena repot banget jika saya sakit biasanya nular ke Bebe juga dan malesss duh jika Bebe sakit alasannya ialah rewel kan. Kaprikornus saya dan Bebe nggak boleh sakit!

Mari kita bahas satu per satu dari urusan yang menciptakan sakit ini. Kuncinya ada di empat hal: tidur, makan, olahraga, dan vitamin.

😴 Tidur

Apakah dulu saya suka begadang? OH TENTU. Kuliah Jurnalistik itu mustahil tidak begadang alasannya ialah jika kau tidak begadang artinya kau tidak mengerjakan kiprah dengan benar dan sempurna waktu. Mau dicicil dari malem sehabis dapet kiprah juga niscaya tetep begadang alasannya ialah tugasnya terlalu banyak huhu.

Waktu kuliah saya sering tidur jam 4 pagi dan kuliah pagi dengan cerah ceria menyerupai semalam tidak ada apa-apa. Sekalinya nggak ada kiprah ya saya maraton nonton series kaya Gossip Girl, Heroes, Beverly Hills 90210, dan banyaakkk lagi.

Lanjut ke kerjaan pertama, tentu saya masih begadang alasannya ialah nonton konser dan nongkrong aja sih main. Pulang tengah malem atau jam 3 pagi dan besoknya ya kerja kaya biasa. NGGAK NGANTUK ATAU SAKIT SAMA SEKALI.

Kenapa coba? YA KARENA MASIH MUDA, BOS.

via GIPHY

Lewat 25 udah lemah banget deh urusan begadang. Begadang di sini ialah tidur lewat jam 1. Biasanya terjadi alasannya ialah macet pulang ke Bandung. Sekarang jelang 30 ya, begadang sekali maka besok di kantor ngantuk. Begadang dua kali maka besok di kantor migren. Begadang tiga kali maka besoknya flu. Udalah sadar diri aja emang metabolisme tubuh beda sama dulu. Udah nggak dapat sok nggak ngantuk terus nggak istirahat.

Kalau emang nggak ngantuk beneran gimana? SIMPEN HP, terus merem. HP itu biang kerok alasannya ialah bikin jadi nggak ngantuk, scroll ini itu tau-tau jam 2 pagi dan makin nggak ngantuk alasannya ialah udah lewat ngantuknya. Kalau pengen ngantuk banget saya biasanya baca buku yang serius HAHAHAHA. Ngantuk deh udah pasti.

Kaprikornus saya tiap hari tidur paling lambat jam 10. Ngantuk nggak ngantuk, posisikan diri untuk istirahat. Kalau udah baca buku, udah nggak pegang HP, udah posisi tidur terus nggak dapat tidur juga … yakin nggak lagi stres?

Itu aja sih.

🍴 Makan dan minum

Makan itu bukan menunggu lapar, Grace Melia tentu tidak mau tahu ini. Saya jarang sarapan, saya hanya mau sarapan buah. Kalau lagi pas nggak ada buah maka saya nggak akan makan apapun hingga jam 10an lah. Biar aja kosong dan minum air putih doang. Kenapa?

Karena saya punya maag, jika pagi-pagi diisi yang berat suka malah sakit perutnya. Kaprikornus sebisa mungkin emang sarapan buah. Selalu beli buah waktu belanja mingguan. Masalahnya jika buahnya pas lezat suka makan lebih jadi jatah seminggu abis duluan. Jumat jadi nggak sarapan deh hahaha.

Buahnya pun nggak aneh-aneh kok. Apel, jeruk, melon, gitu-gitu aja sih. Bosen nggak? Nggak lah saya mah nggak rewel soal makanan hahahah.

(Baca: Tips Masak Cepat Bekal Makan Siang

Dari sarapan, saya nggak makan apa-apa hingga makan siang. Makan siang selalu pas jam 12. Jangan bilang alasannya ialah kerja jadi dapat pas makan siang ya, alasannya ialah ya kantor saya bebas kok. Banyak juga yang makannya nggak teratur alasannya ialah merasa jam 12 belum lapar. Saya sih lapar nggak lapar ya jam 12 makan. Biar apa? YA BIAR TERATUR LAH.

Sore jam 5 saya makan malem. Udah gitu di rumah nggak makan apa-apa lagi. Nggak laper alasannya ialah ya tiap hari polanya gitu.

Saya nggak ngopi, nggak ngeteh. Di kantor hanya minum air putih, minimal 1,5 liter. Gampang caranya tinggal pake botol 800 ml. Sehari harus abis dua botol. Dan saya nggak ngemil hahahaha. Saya ngemil jika pas ada yang ke luar kota terus bawa oleh-oleh, atau ada yang ulang tahun. Nggak pernah beli cemilan sendiri.

πŸ’ŠVitamin

Kalau tubuh lagi nggak lezat atau Bebe lagi sakit, saya biasanya 2-3 hari minum Imboost tablet. Kalau lagi nggak sakit, saya beberapa hari sekali minum Enervon-C. Minum madu juga hampir tiap hari. Di umur segini, vitamin booster itu penting banget ya alasannya ialah kayanya nggak dapat aja gitu tubuh tuh pulih sendiri.

Kerasa banget dulu jika flu tuh tinggal tidur dan minum Tolak Angin pribadi sembuh. Sekarang mana bisaaaa, harus minum obat. Saya malah ke RS deh flu doang bodo amat biar terang obatnya bukan obat warung.

Tapi ini semua alasannya ialah apa? Karena tidak …

πŸƒ Olahraga

Waktu saya sempit banget (IYA, BILANG SAJA INI ALASAN). Kapan coba saya olahraganya? Ya JG sih masih dapat banget malem-malem lari, saya tunggu di rumah sama Bebe. Lha saya kan serem ya lari keliling area rumah sendirian. Selain banyak kuburan (maklum wilayah Betawi yang selang beberapa rumah ada tanah pemakaman keluarga) juga ya serem aja jika diculik gimana ihhhh.

(Soal waktu ini pernah diceritain terang di sini: Nonton Bioskop dan Anak Kedua

Kaprikornus jika saya udah mulai pusing dan nggak lezat tubuh JG niscaya ceramah saya kurang olahraga. Di umur segini, kerasa juga stamina buat olahraga udah nggak sebagus dulu jadi emang harus dimaintain banget ya.

Kasarnya dulu nggak olahraga aja tubuh sehat dan kurus semampai, kini jika mau sehat dan tetap kurus ya harus olahraga tiap hari kali kan kaya Jennifer Bachdim. Sungguhlah kumempertanyakan kenapa nggak nikah sama pemain bola aja HAHAHAHAHA.

*

Kaprikornus ya begitu. Dari 4 itu minimal 3 dilakukan maka insya Allah nggak bakal sering sakit. Kalau udah combo nggak disiplin dua aja ah udalah. Sadar diri aja jika sakit sebel banget repotttt semua-muanya.

Demikian. Semoga kita semua selalu sehat ya!

Happy weekend luvs!

-ast-

Detail ►