Karena Rokok (Pasti) Dapat Menunggu
Hari Minggu kemudian jam 6 pagi, kami bertiga plus ibu aku jalan-jalan ke Gasibu. Niatnya sih mau lari, tapi ternyata track lari di lapangannya sangat crowded. Jangankan lari, jalan pun susah. Kami pun jadinya melipir, menyusuri Taman Lansia hingga bertemu Taman Cibeunying.
Itu loh taman yang ada robot Transformers angkot dan Bumblebee. Tamannya tidak terlalu besar tapi banyak daerah sewa mainan. Bebe mulai terdistraksi tukang pancing ikan mainan (Rp 5ribu boleh mancing ikan plastik sepuasnya btw), JG sudah nangkring di tukang lontong sayur, dan aku sendiri duduk di bawah patung. Mengamati sekeliling.
Pengunjung yang tiba rata-rata keluarga muda. Suami istri dengan anak balita, paling besar anak TK. Datang hanya untuk duduk-duduk dan jajan. Yang menyebalkan, sebagian besar dari orangtua itu merokok. Baik ayah maupun ibunya.
Ada yang sengaja duduk terpisah dengan anaknya yang sedang makan sosis bakar, ada yang duduk sebelah anaknya dengan rokok disembunyikan di balik tubuh seolah punggung akan menyerap asap rokok itu, ada yang terang-terangan saja merokok sambil menggendong anaknya yang masih sangat kecil.
Apa yang ada di pikiran mereka? Apa rokok tidak dapat menunggu?
Kalian sengaja berdiri pagi, berganti dengan baju yang lebih baik, para ibu bahkan sempat menggambar alis dan memulas lipstik. Demi dapat menghabiskan waktu bersama anak kan? Anak yang mungkin jarang kalian temani alasannya ialah sehari-hari ditinggal bekerja.
Merokok mungkin kesenangan kalian, tapi ditemani bermain oleh ayah dan ibu yang atensinya full, orangtua yang kedua tangannya dapat dipakai tanpa terganggu memegang rokok berasap mungkin jadi kesenangan anak kalian.
Merokok ialah hak kalian. Tapi menghirup udara bebas asap rokok ialah hak ANAK kalian.
Suami aku bukan perokok, pun aku sendiri, tapi aku yakin rokok dapat menunggu. Pasti dapat menunggu.
Merokoklah ketika sendirian, merokoklah di luar rumah, merokoklah ketika nongkrong dengan teman-teman, merokoklah di daerah yang disediakan khusus untuk merokok, jangan merokok di dalam rumah, jangan merokok di dalam rumah orang lain ketika bertamu. Mandi dan berganti pakaian lah sebelum masuk rumah dan memeluk anak serta istri atau suami.
Karena mereka, orang-orang yang paling kita sayang kan? ATAU TIDAK?
Bukan cuma satu dua artikel kan yang membahas risiko anak sakit pneumonia tinggi kalau berada di lingkungan yang merokok? Bukan satu dua penelitian kan yang membahas bahwa residu rokok masih tertinggal bahkan ketika asapnya sudah tidak ada?
Jadilah perokok yang bertanggungjawab. Asap rokokmu, tanggung jawabmu. Seperti juga kehidupan sehat anak-anakmu, tanggung jawabmu.
Rokok dapat menunggu. Ada puluhan jam yang kalian lewati tanpa belum dewasa kalian. Gunakan sebaik mungkin untuk merokok sepuasnya. Tapi sisihkan waktu 2-3 jam di Minggu pagi untuk membawa belum dewasa ke taman dan menghirup udara segar di bawah pepohonan. Udara segar yang tidak terganggu asap rokokmu lagi.
Untuk kalian yang punya pasangan merokok, tak perlu melarangnya berhenti. Hal sia-sia yang akan berujung pertengkaran saja. Ia akan berhenti ketika ia mau berhenti, bukan alasannya ialah kalian menyuruhnya berhenti. Tapi mintalah waktunya saja sedikit, waktu-waktu berkualitas bersama belum dewasa di mana ia menunda keinginannya merokok.
Demi kalian, demi belum dewasa yang lebih sehat.
Terima kasih.
-ast, ibu satu anak yang selalu menyuruh anaknya berteriak serta kabur kalau ada orang merokok. Bahkan ketika yang merokok ialah sekumpulan polisi di kantor polisi, "OM POLISI MELOKOK AKU HARUS KABULLL!!!"
✨GIVEAWAY HADIAH BALANCE BIKE MASIH DIBUKA LOH! KLIK!✨
Posting Komentar