Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-24-bulan. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-24-bulan. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Bebe's Story 18 - 26


Bebe's Story nya kembali! Heboh nih kehidupan alasannya ialah saya enjoy banget ngobrol sama Bebe meskipun kadang pengen garuk-garuk tanah alasannya ialah pertanyaannya diulang-ulang. Tapi saya bahagia anakku banyak ngomong alasannya ialah saya sebal sama anak pendiam HAHAHAHAHA.

Soalnya ada loh anak yang saya udah meng-kiyut-kan bunyi untuk ngobrol sama ia tapi terus anaknya lempeng. Jawabnya satu dua kata. Iya sih karakter anak beda-beda tapi saya lebih suka yang banyaomong lol. 

Update, Bebe kini 2 tahun 3 bulan. Versi videonya ada di Instagram ya @azxylo. :)

#18
Anak kecil kan biasanya ingin disangka udah besar ya. Biasanya pada sebel bila dibilang masih anak kecil. Bebe nggak.

Ibu: "Xylo sudah dong nenennya, kan sudah besar, sudah 2 tahun"

Bebe: "Mau nenen, Xylo masih kecil"

Ibu: "Yang sudah besar siapa?"

Bebe: *menyebutkan nama mbak-mbak di daycare*

-______-

Bebe: "Ibu tolong dong" *minta tolong buka daerah minum*

Ibu: "Oke"

Bebe: "Xylo belum bisa, xylo anak-anak"

IYEEE. 

#19
Bebe punya mainan kuda nil hadiah dari Hokben, tapi terus kakinya copot satu. Nah mumpung ia udah mulai tertarik sama angka dan huruf. Makara sekalian lah saya tanya.

Xylo: "Ibu, kaki kuda nil satu"

Ibu: "Iya kaki kuda nil dua, hilang satu, jadi kakinya ada berapa sekarang?"

Xylo: "Tiga"


Ternyata belum ngerti konsepnya lolol ia hanya menyebutkan angka selanjutnya, sesudah ada yang ngomongnya satu, kemudian dua, kemudian TIGA.

Bebe sudah tahu abjad A, O, dan C loh btw. I'm a proud mom! #shameless

*

#20
Bebe lagi main sendiri, JG nemenin sambil masak. Tiba-tiba ia teriak histeris.

Bebe: "APPA KAKI HILANG APPAAA!"

Panik dong semua pribadi mendekat ke Bebe. Ternyata ... ia sedang megang wayang cepot dan singkapin sarungnya. Selama ini ia nggak tahu cepot nggak ada kakinya jadi ia pikir kaki cepot hilang.

HAHAHAHAHAHAHAHAHA

*

#21
Bebe lagi senang-senangnya makan jelly. Nutrijell aja sih. Nah terus selalu saya libatkan dalam proses masak alasannya ialah semoga seru ajah ada kegiatan. -_____-

Malam itu ia udah kebanyakan makan jellynya. Saya alihkan dengan ngajak masak.

Ibu: "Yuk berhenti makannya, kita bikin jelly dulu"

Bebe: "Nggak mau ibuuu"

Ibu: "Kenapa?"

Bebe: "Nggak mau masak jelly"

Ibu: "Maunya apa?"

Bebe: "Maunya makan jelly"

Well..

*
#22
Selain jelly, Bebe juga bahagia yogurt. YOGURT BUATAN SENDIRI LOH. *harus capslock block dan underline alasannya ialah memang bertujuan untuk pamer*.

Bebe seneng banget hingga saya bikin terus. Sampai suatu hari, kulturnya habis jadi belum dapat bikin lagi.

Bebe: "Mau yogurt dong ibu"

Ibu: "Yah, tidak punya, yogurtnya habis"

Bebe: "Yahhh, mau yogurt doonggg" *ngotot maksa*

Besoknya pulang kantor rusuh nyari susu dan kultur, kemudian capek-capek pun kuaduk lah itu yogurt. Besoknya udah jadi kan.

Ibu: "Be, mau yogurt nggak?

Bebe: "Sudah punya ibu?"

Ibu: "Iya kan kemarin bikin, Xylo mau?"

Bebe: "Nggak mau"

Ibu: "Katanya kemarin mau?"

Bebe: "Nggak mau"

T_______T

*

#23
Ada satu anak daycare, pemuda umur 3 tahun yang sweet banget. Dia pernah bilang gini ke saya "Xylo sudah dijemput, kakak belum dijemput. Bunda kerja, kakak kangen bunda"

Gilak sih saya bukan emaknya aja leleh amat denger anak kecil bilang kaya gitu. Maka saya pun dengan excited tanya Bebe.

Ibu: "Kalau ibu kerja, Xylo di daycare nangis nggak?"

Bebe: "Nggak, Xylo main kendaraan beroda empat sama abang"

Ibu: "Ibu bila di kantor ingat Xylo di daycare, Xylo di daycare ingat ibu di kantor nggak?"

Bebe: "NGGAK"

Ibu: "Masa sihhh? Ibu kangen Xylo tau bila Xylo di daycare"

Bebe: "XYLO NGGAK"

*krai baby krai*

*

#24

Kami sudah jarang sekali pakai stroller alasannya ialah seringnya sia-sia. Makara selalu ditanya dulu. Malam itu.

Ibu: "Xylo mau pake stroller atau digendong pakai ergo?"

Xylo: "Sepatu"

PINTAARRR!

*

#25
Setiap hari Bebe selalu bawa mobil-mobilan kecil untuk main di daycare. Suatu hari ia ambil dua mobil, dikasih ke saya.

Bebe: "Ini bawa yah, buat kerja di kantor"

KYAAAAAA :'))))))

*

#26
Di daycare malem-malem, nunggu JG jemput. Di tamannya ada dua keong mayan besar, sekepalan tangan Bebe. Dan keong ngapain coba di situ? Mana nggak terlalu terperinci jadi Bebe minta keongnya disenter, ia jongkok saya jongkok sambil senterin keong.

Bebe: "TUUHH ADA KEONG! Keong lagi apa ibu?"

Ibu: "Mmm, lagi membisu aja sih"

Bebe: "Wah keong lagi diam. Keong ada teman-temannya ibu?"

Ibu: "Keong ada temannya, temannya cuma satu"

Bebe: "Ooohh sahabat keong cuma satu Keong lagi apa ibu?"

Ibu: "YA SEDANG DIAM AJA SIH"

Bebe: "Iya keong diam. Keong ada tanduk ibu. *menirukan tanduk dengan dua tangan di atas kepala*

Ibu: "Iya ada tanduknya ya, itu tampaknya matanya deh" *ibu kurang paham, belum googling
soalnya* -_____-

Bebe: "Keong membisu ya, keong membisu ada temannya. Keong dua. Keong lagi apa ibu?"

Ibu: "Lagi jalan-jalan tuh."

Bebe: "MANAAAA? KEONG DIAM"

Ibu: "IYAAAA KAN IBU TADI SUDAH BILANG"

*kemudian terus aja keonglagiapaibukeonglagiapaibukeonglagiapaibu a million times*

T______T

Tapi yah, selama saya hidup saya akan terus jawab pertanyaan Bebe. PANTANG MUNDUR!

Soalnya kasihan liat anak kecil yang disuruh membisu sama ibunya huhu. Atau dijutekin alasannya ialah anaknya nanya mulu. Akan kujawab meski saya lelah dan PEGEL BANGET PLIS.

YOSH!

-ast-

Baca dongeng sini!

Detail ►

Bebe's Story 39 - 43


Bulan ini berat sekali ibu-ibuuuu. Karena sepertiganya di Bandung liburan Natal hingga Tahun Baru terus Bebe jadi clingy banget sama saya. T_____T

Saya bukan tipe melankolis jadi Bebe clingy itu aduhhhh pusing! Ini jikalau tipe melankolis udah resign nih dari kantor. Saya mah masih kerja aja biasa. Hahahaha.

Kasian sih, tapi Bebe mencar ilmu banyak di daycare percayalah. Dia dapat hingga di sini sebab mencar ilmu berteman, mencar ilmu toleransi di daycare dan mencar ilmu kehidupan sama saya. Maksudnya jikalau saya 24 jam sama dia, mungkin saya tidak akan sewaras ini, begitu pula Bebe.

Kaprikornus inget kemarin ada ibu-ibu yang bilang anaknya suka coret-coret tembok. Bebe pernah tentu saja, sekali doang. Karena saya kasih tau jikalau coret di tembok tidak baik, tiap nemu dinding penuh coretan di jalan saya selalu bilang jikalau itu tidak baik.

Solusinya JG tempel karton besar di dapur untuk Bebe coret-coret. Sekarang tiap lewat jalan yang dindingnya penuh coretan Bebe akan bilang "ibu itu coret tembok tidak baik".

Saya kemudian mempertanyakan, apa saya punya kesabaran untuk mengobrol dengan Bebe sebanyak itu jikalau saya nggak kerja? Kalau saya seharian bersama Bebe, apa Bebe akan tetap memandang saya sama? Karena saya nggak kerja dan kelamaan sama beliau itu beliau jadi manja banget.

Sering juga liat ibu-ibu yang males jawabin pertanyaan anaknya, ya males sih emang jikalau ditanya hampir 24 jam ya kan apalagi berdasarkan ibunya "pertanyaannya kurang penting".

Tapi sebab saya hanya punya sedikit waktu sama Bebe, saya jadi jawab semua pertanyaan Bebe. SEMUA. Belum pernah saya suruh beliau membisu atau tidak menjawab. Kalau tidak tahu saya bilang tidak tahu nanti kita cari tahu sama-sama ya. Tapi dijawab, bukan membisu atau ssstt menyuruh diam.

Saya paling kasihan sama anak yang disuruh berhenti bertanya sama orangtuanya. T______T

Oke cukup ihwal saya.

Kaprikornus tiap malem Bebe masih nggak mau jawab jikalau ibu kerja Bebe di mana? Biasanya beliau jawab dengan ceria "daycare!" kini nggak mau. Pagi-pagi meluk kenceng banget sayanya nggak boleh mandi. Sampai daycare nangis tentu saja. Maunya di daycare tapi mau sama ibu.

T______T

Udah baca blogpost Drama Daycare ini kan? Nah itu hari kedua doang beliau kalem, hari berikutnya kembali kejer. Kalau di carseat ketiduran, saya turun di kantor, di daycare JG yang nggak boleh pergi hahahaha. Auk ah stres.

Di luar itu semua Bebe mulai dapat menunjukkan ketertarikan pada sesuatu. Dan beliau gres  tahu jikalau beliau tidak punya maka beliau dapat beli. Dia juga dapat memuji dengan "lucu!" wah gantungan lucu! Pin lucu! Ini lucu! Semua aja yang beliau anggap anggun beliau puji dengan "lucu!" Nggak usah ditanya memalsukan siapa ya plis.

Ini celetukan Bebe bulan ini.

#39

Bebe tidak punya kendaraan beroda empat polisi, terus saya belikan di Borma, 8ribuan dapet dua biji. Segede upil. Kecil banget tapi gemes, panjangnya paling 3 cm. Dua hari pertama excited, hari berikutnya bosan.

Bebe: "Ibu, kendaraan beroda empat polisi besal mana?"

Ibu: "Memangnya Xylo punya?"

Bebe: "PUNYAAAAA"

Ibu: "Yang mana? Ibu tidak tahu?"

Bebe: "Salo punya, beli dulu"

HAHAHAHAHAHAHA

#40

Di Ciwalk.

"Wah om itu ngeloko! Kabuuullll!"

Ini sebab tiap ada orang merokok saya bilang ke Bebe jikalau itu tidak baik dan harus jauh-jauh. Mungkin beliau menyangka merokok = orang jahat maka harus kabur.


#41

Bebe sudah terlalu usang mandi. Takut masuk angin soalnya di Bandung dingin. #AsianMom

Ibu: "Be udah dong mandinya, sikat gigi di luar aja yuk!"

Bebe: "Di sini aja ibu"

Ibu: "Di luar aja deh, dingin"

Bebe: "Jangan ibu nanti ada mobil"

AHA!


#42

Tetangga di Bandung punya anjing namanya Snowy.

JG: "Be, panggil anjingnya, Snowy! Snowy! gitu!"

Bebe: "ANJING! ANJING!"

JG: "SSSTTT BE jangan teriak anjing anjing. nama anjingnya Snowy. Panggil aja Snowy! Snowy!"

Bebe: ""ANJING! ANJING!"

HAHAHAHAHAHAHA

#43

Bebe gres mengerti serunya nonton. Tapi saya larang nonton sambil nenen sebab yah, nggak tau kenapa semoga disiplin aja.

Ibu: "Jadi mau nonton atau nenen?"

Bebe: "Nenen"

Ibu: "Ya udah matikan filmnya"

Bebe: "Nonton"

Ibu: "Yeee, yang betul. Nonton apa nenen?"

Bebe: "Nonen"


Selain itu Bebe juga gres mengerti soal mengembangkan mainan. Berbagi kuliner sih selalu dilakukan, beliau nggak pernah pelit soal makanan. Cuma urusan mainan nih.

Nah kata "gantian" pun jadi nempel banget di kepala Bebe. Lagi macet "Macet ya ibu? Gantian mobilnya ya ibu? Seperti Salo main perosotan? Seperti Salo main ayunan?" IYAAAAA.

Dan ya, makin menentukan orang. Mana yang akan beliau sapa mana yang tidak akan. Mana yang mau dipeluk dan tidak (clue: hanya ibu). Mana yang mau beliau cium dan mana yang tidak (clue: hanya ibu JUGA).

Ya begitulah.

See you next month!

Detail ►

Bebe Dan Toilet Pembinaan (2)

GOOD NEWS, PEOPLE! THE WAR HAS FINALLY ENDED!

Alhamdulillah ya ternyata postingan toilet pelatihan ini cuma ada  Bebe dan Toilet Training (2)
Alhamdulillah ya ternyata postingan toilet pelatihan ini cuma ada 3. TIGA DOANG SIH TAPI SETAHUN WOY.

T_______T

Iya saya cek postingan pertama pas psikolognya Bebe nyaranin toilet pelatihan itu bulan Oktober tahun lalu. Setahun banget nih prosesnya? Oh tentu tidak hahaha.


Baca dulu coba yang tahun kemudian agar ceritanya nyambung:
Makara waktu Februari itu ya paling tahan 2 ahad lah nggak pake diapers. Selanjutnya pake lagi sebab (kalau nggak salah) ketemu lagi kegiatan psikolog terus psikolognya ganti!

Terus hubungannya apa, ceu?

Intinya selama ini di daycare 3 bulan sekali ketemu sama psikolog namanya Mbak Diana, tapi kebetulan pas jadwalnya, Mbak Diana nggak dapat dateng. Makara daycare cari psikolog pengganti. Nah psikolog pengganti ini bilang bila sebaiknya, weaning dan toilet pelatihan itu jangan sekaligus nanti anaknya bingung.

Bagi kita mungkin hanya berhenti nenen dan berhenti pake diapers, tapi buat anak, keduanya ialah dua hal yang sangat besar dan mengubah hidup. Hal-hal besar kaya gini harus dilakukan satu per satu!

Wow, saya tercerahkan banget!

Karena sebelumnya Mbak Diana selalu menyemangati, ayo niatin weaning, ayo niatin toilet training, pokoknya peer semenjak Bebe umur dua tahun itu ya dua itu. Sebagai ibu ambisius ya saya niatkan dua-duanya lah walau berakhir di niat belaka hahaha. Praktiknya nanti dulu, yang penting Bebe udah terus dikasihtahu bahwa suatu hari ia tidak nenen dan tidak pakai diapers lagi.

Karena dibilang harus satu-satu, ya udah alhasil saya pakaikan ia diapers lagi dan fokus berhenti nenen dulu. Argumennya jelas, saya lebih pengen ia berhenti nenen dibanding pipis di kamar mandi hahaha. First thing first lah, yang ribet diduluin dulu lol.

Akhirnya nenen berhasil berhenti tanpa drama apapun tapi diapers masih terus dipake. Apalagi Bebe kemudian cacar air dan roseola infantum ya ampun ribet lah mikirin anak sakit terus ngompol.

(Baca: Bebe Menyapih Diri Sendiri dan Bebe Cacar Air)

Jadi gimana kok dapat Bebe nggak ngompol lagi? 💆🏻

Gimana yaaaa. Beneran saya nggak pake teori apapun! Nggak pake toilet pelatihan dalam 24 jam lah, 3 hari lah, cuti lah, ini itu. Nggak sama sekali. Tau-tau dapat aja gitu bilang mau pipis.

Percaya nggak?

HAHAHAHAHA KAYA GAMPANG TAPI YA NGGAK SEGAMPANG ITU JUGA.

Ayo kita ingat-ingat kronologinya. Dan menyerupai biasa akan detail agar saya ingat dan dapat baca ulang. Yeay aye!

🎊 Lebaran

Abis libur lebaran, mbak daycare bilang “bu, pokoknya saya udah niatin masuk libur ini Xylo harus udah nggak pake pampers lagi”.

Oke siaaappp. Mbak daycare kadang lebih ambisius dari ibunya sih emang. Dia gemes sendiri sebab si Bebe ngompol itu lempeng, ga risih atau malu. Dari situ mulailah Bebe nggak pake diapers. Di rumah?

OH YA PAKE DONG.

Jangankan di rumah, pulang dari daycare aja udah dipakein diapers lagi sebab duile males amaaatt sama urusan ngompol. Tapi kata mbaknya, bila siang udah nggak pernah ngompol. Bukan sebab bilang, tapi sebab rajin diajak pipis.

Oke. Niatnya waktu itu sebelum pindah daycare dan mulai sekolah ia harus udah lepas diapers sebab saya takut dijudge ibu-ibu lain di sekolah. Hih masa anak udah preschool masih pake diapers? MALU KELES. GITU.

Takut dijudge sebagai ibu pemalas. Padahal emang iya, cuma ogah ngaku sama orang gres kenal HAHAHA.

🎊 Kenyataannya?

Dipikir-pikir kasian juga ya Bebe harus mikirin sekolah gres dan mikirin harus pipis di toilet. Pindah sekolah kan super big thing jadi ya nggak mungkin lah harus dua-dua dipikirin sama toilet training. Akhirnya selama sounding soal sekolah, saya pakein ia diapers lagi dan ngomong pake bahasa Indonesia. Takut ia stres.

(Dan ternyata sounding berhasil, pindah sekolah nggak drama. Ceritanya ada di sini: Bebe Sekolah! dan dongeng soal Bahasa Inggris di sini: Bebe dan Bahasa Inggris)

Ya udahlah saya terima di-judge hahahahahahaha. Hari pertama sekolah bawa diapers sebungkus. Dan ya, itu diapers pertama dan terakhir Bebe di sekolah. KYAAAAA.

🎊 The process

Dari awal saya jelasin ke gurunya bila Bebe di daycare usang udah lepas diapers. Cuma di rumah emang masih pake. Akhirnya selama di daycare, Bebe selalu terus dicoba ditanya sama missnya mau pipis nggak? Dan jawabannya selalu nggak. Saya tanya Bebe, kenapa sih bila pipis nggak mau bilang?

“Soalnya saya aib bilang sama miss bila mau pipis”

YA AMPUN.

Iya sih ya, sama orang belum kenal ngomong mau pipis gimana yaaa. Nggak dapat bilang “permisi bu, toilet di mana ya?” gitu kan. Karena nggak dapat pipis sendiri hahaha. Kasian Bebe.

Akhirnya saya biarin aja deh. Biar ia penyesuaian dan kenalan dulu sama sekolahnya. Cuma tiap weekend bila di rumah doang ya saya nggak pakein diapers. Ngompol ya ngompol. Kalau lagi jalan ke luar ya pakein diapers aja. Karena sayanya udah siap jadi ya nggak stres. Nggak dibikin pusing lagi.

Ini mungkin yang mba Windi bilang bahwa toilet pelatihan lah dikala anaknya siap. Bebe udah tau bila ia harus pipis di kamar mandi, cuma kadang last minute banget ngomong pipis jadi ya kelepasan pipis di celana.

Minggu ketiga di sekolah, udah nggak pake diapers. Dan udah nggak ngompol sebab rutin “dipaksa” diajak pipis. Cuma ya pas pulang ngompol di mobil. Sempet juga sekali ia main sama saya di teras luar, jongkok lihat semut, eh tiba-tiba paving blocknya basah. Pipis ia hahahaha. Terus ia shock bengong, mungkin masih lupa bila ia nggak pake diapers kan.

Dua kali ngompol di car seat, jadi pelajaran buat ibu yang kenapa sik oon amat nggak kepikiran bila HARUS pipis dulu lah di daycare sebelum pulang. Ya udah besoknya sebelum pulang pipis dulu. Setelah itu kondusif ternyata.

Tantangannya cuma tinggal malem pas tidur. Tapi saya udah nggak mikir apa-apa sih, lepas aja bodo amat. Seburuk-buruknya yang terjadi pun hanya ngompol kan.

Akhirnya dari riset harian, saya tau pattern-nya. Bebe tiap malem sebelum tidur selalu mandi, pipis dong pasti. Nah bila abis mandi minum susu sekotak, maka ia probabilitas ia ngompol akan sangat rendah. Tapi bila minum susu dua kotak, ia PASTI ngompol.

Ya udah kini saya kasih susunya sekotak doang. Mayan kan ngirit HAHAHAHA.

Terus ya udah gitu doang. Apaan sih ya nggak terang amat saya cerita.

Intinya kini udah hampir 2 bulan di daycare baru, Bebe udah dapat nahan pipis dan udah dapat bilang bila mau pipis. Udah nggak pernah ngompol sama sekali, udah nggak last minute ngomong mau pipis. Di mall dan di daerah umum juga kondusif jaya, jalanan macet pun ia dapat tahan.

Diingetin buat pipis cuma sekali pas berdiri tidur sebab ia biasanya masih mong gitu kan melamun jadi ya diingetin pipis gres pergi ke daycare.

Saya nggak beraninya bila ke daerah kaya CFD gitu, jadi ahad kemudian masih saya pakein diapers. Eh tapi terus ia bilang dong “ibu saya pake pampers ya? Aku boleh pipis di sini aja?” HAHAHAHA PINTAR. Terus ia pipis sambil berdiri di tukang baso lol.

Gitu doang. Gampang kan? Alah siapa bilang toilet pelatihan susah hahahahahaha. Tinggal lepasin aja diapersnya kok. Nggak perlu pelatihan pants segala soalnya ... mahal. Yang penting niat. Udah gitu aja. *SOMBONG TAK TERKIRA* hahaha

Selamat hari Rabu!

-ast-

Detail ►

Bebe Cacar Air


Akhirnyaaaa, Senin ini dapat jadi Senin "normal" di mana kami bertiga pagi-pagi udah di kendaraan beroda empat untuk kerja dan ke daycare. Minggu kemudian cukup heboh soalnya sebab Bebe cacar air.

Kenapa heboh? Karena cacar air kan menular, jadi Bebe nggak dapat ke daycare. Walhasil, saya dan JG harus bergantian cuti dan main sama Bebe di rumah.

Oke ini dongeng lengkapnya demi pengingat di masa depan!

💉Tanda-tanda Cacar Air 

Berawal dari Rabu malam 12 Juli lalu, malem-malem sebelum tidur saya mandikan Bebe. Wah apa nih ada 3 bintik kecil sekali di leher kanan dan bawah leher belakang. Kecil sekecil digigit semut, kecil banget hingga nggak keliatan amat, jikalau diraba gres kerasa jendul. Karena takut gatel, malem itu juga udah saya kasih bedak salicyl.

Saya nggak kepikiran cacar. Karena Bebe kulitnya sensitif dan alergian jadi emang sering muncul merah sebab reaksi alergi. Pun sensitif nggak dapat sembarangan ganti sabun sebab antara merah iritasi atau ngelotok gitu kulitnya. And they said bayi ASI nggak alergian hih. T_______T

Besok siangnya, supervisor daycare fotoin punggung Bebe dan nanya itu kenapa bu? Saya jawab nggak tau ya, apa biang keringet? Terus supervisornya nanya, apa mungkin cacar bu? Saya masih nggak kepikiran hahahaha.

Pas dijemput mbaknya (bukan supervisor) bilang "bu, berdasarkan saya sih ini cacar bu. Ke dokter aja bu, saya yakin deh ini cacar" Memang mbak daycare itu juara banget deh buat gini-ginian hahaha, anaknya banyak sih yaaa. Emangnya saya, anaknya cuma satu lol.

(Baca semua tentang daycare di sini)

Saya iya iya aja, malah bilang "tunggu besok deh, jikalau besok jadi banyak gres ke dokter". Abis ngomong gitu kok ya jadi panik sendiri hahaha. Kalau besok beneran banyak masa malah gres ke dokter? Ya udah pas JG dateng alhasil eksklusif minta ke UGD aja semoga tenang.

Dan cobaannya banyak huhu. Macet ampun-ampunan sebab pas ganjil, sementara plat nomer kendaraan beroda empat kami genap. Mau ke Semanggi aja muter-muter lewat Karet deuh. JG hampir putus asa, duh macet banget, duh laper saya tadi nggak makan siang, duh ini ono. -__________-

💉Di UGD

Btw saya dulu nggak tau kenapa banyak orang parno sama UGD. Pas ahad depannya JG ke UGD RSUD di Bandung saya gres tau kenapa orang parno hahaha. Next post ya!

Kali ini sih kami ke RS Jakarta, pokoknya jikalau UGD niscaya ke sini sebab nggak pernah rame dan parkir gampang. Bebe lagi seneng banget sebab gres dibeliin kostum PJ Masks dan ia keukeuh masuk RS pake kostum. -_______-

Diperiksa dokter pake kostum juga dan jumawa banget, mana dokternya manis dan juga ikut manggil ia dengan "Gecko". Diperiksa jadi lancar banget sebab Gecko-nya kalem abis. Dan iyes, faktual cacar.


Kami pun nanya kok dapat ya, ketularan di mana? Kata dokternya "bisa di mana aja bu, di mall atau di daerah umum lain. Virus cacar kan nular lewat udara dan dapat tahan di udara hingga 24 jam"

Saya dan JG melongo di tempat. T_______T

Bengong bukan sebab shock Bebe cacar hahahaha. Ya nggak apa-apa sih cacar, penyakit yang umum lah ya di kalangan belum dewasa zzz. Tapi kami mikirin gimana nih nggak dapat masuk kerja? LOL.

Kata dokternya bagus ketauan masih awal gini jadi dapat eksklusif ditekan virusnya pake obat. Malem itu masih 3 biji juga bintik kecilnya tapi dokternya udah ngeliatin beberapa area dan bilang "di sini nanti muncul bu, di sini juga, blablabla"

Terus ya udah diputuskan ganti-gantian cuti deh! Sampai saya nemu inspirasi cemerlang: KITA KE BANDUNG AJA!

Pertimbangannya rumah ibu di Bandung lebih besar dibanding kontrakan di Jakarta jadi Bebe nggak akan bosan harus berhari-hari di dalam rumah. Kedua, Bandung dingin, in case Bebe lari-larian di dalam rumah pun ia nggak bakal keringetan dan nggak bikin cacarnya gatel. Ketiga, nggak perlu mikirin masak dan makan hahahaha.

Malam itu mendadak packing dan sepakat besok pagi berangkat ke Bandung!

💉Di Bandung

Pagi sebelum berangkat, bintik kecil itu alhasil jadi besar segede jagung dan isinya air. Nah jikalau gini gres saya yakin ini cacar hahaha. Tapi ditanya gatel apa nggak jawabannya nggak. Bebe juga nggak demam. Katanya makin muda kena cacar, makin nggak berasa apa-apa.

Saya SD kena cacar dan gatelnya ampuuunnn. Pengen garuk juga nggak boleh kan. Kaprikornus ya inget betapa tersiksanya. Bebe mah kalem aja kaya nggak sakit sama sekali. Lagian Bandungnya emang adem banget, pagi-pagi 17-19 derajat celcius. Tengah hari aja cuma 23-24 gitu enaaakkk.

Cuma cukup repot sebab saya bener-bener jagain semoga ia nggak keringetan banget. Sedikit keringetan eksklusif ganti baju. Sedikit-sedikit dikasih salicyl semoga cepet kering. Untungnya yang banyak itu di punggung jadi Bebe nggak sadar jikalau itu sebenernya parah. Di perut cuma ada 4, dua besar dua kecil. Di kaki 1, di tangan beberapa, di muka cuma 3 kecil-kecil pula. Total saya hitung cuma 27 titik.

Sedikit banget, nggak keliatan cacar lah. Liat anak temennya JG yang cacar juga, se-muka aja kayanya lebih dari 20 deh, kasian huhu. Dan semoga ia kalem alhasil dilibatkan untuk pake salicyl jadi ia bertugas ngebedakin perut dan kaki, saya bedakin punggungnya. Sehari 3 kali sis kaya gitu, bersin-bersin gatel idung banget kena bedaknya.

Hari Minggu udah kering semua yeaaayyy!

Senin siang pulang ke Jakarta sebab ibu dan ayah harus ke Makassar. Selasa Rabu saya di rumah, Jumat Sabtu JG di rumah. Jumat sebagian besar udah copot, Sabtu udah copot semua. Senin ini kembali ke daycare yeaaayyy!

Selain ganti baju, minum obat juga peer banget sebab tiap minum obat saya harus akting. "WAA OBATNYA WANGI SEKALIII. ENAK YA!" atau "EH INI OBAT APA SIH KOK ENAK? XYLO HEBAT YA MINUM OBATNYA PINTAR!".

Obat anyir yang dimaksud ialah vitamin doang. Obat benerannya (anti virusnya) itu puyer dan nggak ada rasanya sama sekali, jangan-jangan itu tepung lol. Sekali dicampur ke air minum ia dan habis. Berikutnya sesendok vitamin eksklusif taro puyer atasnya, jadi sekali hap eksklusif masuk dua obat. Kulelah ekting, maklum bukan ektris. T_______T

💉Yang dilakukan dikala Bebe cacar

Bebe sembuhnya cepet banget. Tiga hari kering semua, cuma saya emang nunggu copot semua dulu luka keringnya gres masuk daycare sebab takut nularin orang.

1. Ganti baju sesering mungkin. Bebe ganti baju 4 kali sehari, tiap ganti baju dibedakin ulang. Pertimbangannya jikalau ada yang pecah, pecahannya nempel di baju, takut jadi bikin bintik gres di daerah lain. (ini entah bener apa nggak secara medis)

2. Makan banyak dan obat jangan kelewat. Minum vitamin dan madu. Karena cacar emang harus dilawan dengan daya tahan badan baik.

3. MANDI! Kalau nggak mandi gatel ih. Kata dokter mandi aja pake dettol semoga sekalian matiin kuman-kuman. Bebe malah berendem air anget pake dettol. Kalau bule-bule gitu berendem oatmeal dong katanya semoga nggak gatel.

4. Jangan minum air kelapa sekaligus sama obat. Dulu katanya minum air kelapa semoga merah-merahnya cepet keluar. Tapi lebih logis klarifikasi air kelapa menetralkan obat sih. Hahaha. Terserah tapi kan yang penting minum air putih aja yang banyak.

5. Jangan digaruk takut jadi bekas. Bebe nggak ngerasa gatel untungnya dan ia nggak colek-colek bekasnya sih untungnya juga. Lebih sebab nggak ngerti kali ya. Haha

Saya pake salicyl doang, beberapa orang nyaranin acyclovir dan udah beli. Cuma jikalau salep gitu peer banget kan harus ditotol satu-satu. Mana kesentuh dikit aja Bebe ngamuk. Akhirnya ya bedakan aja. Kalau bedak kan tinggal tumpahin aja yang banyak ke punggung terus usap dikit juga rata.

*

YAAA BEGITULAAHHH CERITANYA. Capek ya. Nulisnya capek hingga males selip-selipin link related post hahaha.

Kok dapat cacar sih emang nggak vaksin? Kaprikornus lewat dua tahun dan semua vaksin "wajib" selesai saya blas nggak cek-cek buku vaksin lagi. Pas kemarin rame kempen MR saya jadi cek dan woiyaaaa selain MMR belum PCV juga ketunda-tunda terus.

PCV sama Hepatitis A lah akhirnya. Terus dokternya bilang "abis ini cacar air ya bu" dan nulisin tanggal cacar air bulan Agustus. Minggu depannya Bebe cacar hhhh. Kaprikornus nggak usah vaksin cacar kan ya jikalau udah gini?

Anyway selamat hari Senin semuanya! Semoga sehat-sehat semua ya semoga kerjanya lancar!

-ast-

Detail ►

The War Of Toilet Training

foto ilustrasi belaka huahaha

Sekitar seminggu kemudian ada jadwal ketemu sama psikolog di daycare. Makara mau share-share dikit ngomongin apa aja sama psikolog. Pertama psikolognya tanya umur Bebe tepatnya berapa sekarang? Dua tahun 3 bulan. Saya tanya balik, seharusnya sedang fase apa ya?

"Oh ini sih lagi usianya toilet pelatihan ya, ONE OF THE BIG PARENTING WAR"

Asli mbak psikolognya exactly bilang gitu hahaha. Big war bener bahasanya. Terus saya ketawa aja dong. Eh beliau serius.

"Bener loh ibu, war banget soalnya biasanya pup kondusif di diapers ini berceceran di lantai"

*krai*

Membayangkan pup berceceran di lantai.

*krai*



Untungnya nih ya, untungnyaaaa Bebe sih udah lancar pup di kamar mandi semenjak beberapa bulan terakhir. Dia niscaya heboh mau pup pribadi loncat ke kamar mandi dan mau pup di kloset dengan manis. Kadang sambil nyanyi, kadang keukeuh masih ngunyah makanan, pernah minta minum lagi pup. -_____- Cuma pipis yang belum bisa.

*

Btw intermezzo si Bebe pas awal-awal dapat pup, kami lagi di Senayan City. Eh beliau pup di celana (OKE DI DIAPERS OKE). Terus saya tanya.

Ibu: "Be, kok pupup di celana sih? Kenapa tidak ke kamar mandi?"

Bebe: "Nggak ada ibu, jauh"

Ibu: "Nggak jauh kok, ibu antar. Nanti lagi pup harus di kamar mandi ya!"

Bebe: "Jauh ibu, kamar mandi di rumah"

HAHAHAHAHAHAHAHA. Disangkanya di Sency nggak ada toilet lololol. Dia pikir harus pulang dulu ke rumah untuk pup. XD

*

Oke pada dasarnya problem Bebe ialah pipis. Sudah beli celana dalam buanyak untuk persiapan toilet training. Beberapa kali dicoba juga jika weekend di rumah. Cuma ibunya aja kurang niat hahaha. Soalnya Bebe udah ngerti loh bilang pipis, tapi pipis dulu gres bilang. Maklum sih ya pipis kan tandanya agak sulit dipahami ya nggak kaya perasaan kau yang simpel ditebak pup.

Ini beliau tips toilet pelatihan dari psikolog daycare Bebe:

1. Niat kuat

Niat besar lengan berkuasa bahwa satu hari hingga beberapa hari ke depan akan toilet training. Tapi memang sih di kasus Bebe, ibunya yang masih agak kurang niat. Males euy mikirin basuh celana. T_____T Makara harus diniatkan dan harus sounding ke anaknya juga. Berkali-kali bilang pipis harus di toilet.

Bebe teori mah lancar bener, tapi praktiknya memang sulit. Harus diniatkan "oke ahad ini toilet training!" begitu.

Makara kapan neng? Kapan yah?


2. Jaga emosi

Ini nih yang paling sulit dan mayan bikin termenung sebab takut keceplosan. Makara usahakan sebisa mungkin tidak judgmental. Sering kan denger dongeng pas toilet pelatihan anaknya nggak ngompol tapi jadi nahan pipis? Udah dibawa ke toilet juga jadi nggak mau pipis.

Nah coba introspeksi diri buibu, mungkin cara penyampaiannya judgmental. Misal lagi toilet pelatihan terus anak pipis di celana. Ibunya pribadi refleks menciptakan pernyataan menyesal.

"Yahhh berair deh celananya. Nanti lagi pipis di toilet ya"

Kalimat itu mengatakan kekecewaan. Anak menyangka ibunya kecewa sebab beliau membasahi celananya. Bukannya jadi tahu pipis itu gimana, beliau malah jadi cari cara supaya celananya tidak basah. Whoa.

Lebih baik kalimatnya ibarat ini.

"Wah Bebe pipis ya? Lap sama-sama yuk. Nanti lagi pipisnya di kamar mandi ya, sebab pipis itu kotor, supaya tidak perlu lap jadi pipisnya di kamar mandi"

Itu emosi netral. Ingat ibu-ibu, emosi harus netral. Jangan judgmental!

3. Ajak untuk membersihkan

Iya ajak untuk ikut membersihkan. Untuk memupuk rasa tanggung jawab dan kemandirian.

4. Metodenya apa?

Bebas sih katanya metodenya. Saya pernah baca yang toilet pelatihan dalam 24 jam lah, yang 3 hari dijamin sukses lah, banyak metodenya. Kata mbak psikolog sebenernya bebas terserah ibunya sih.

Terus ada juga kan yang setengah jam sekali dibawa ke toilet untuk disuruh pipis. Biasanya pake alarm gitu per setengah jam semoga ibunya nggak lupa.

Psikolog: "Sebenernya nggak teratur dibawa ke toilet juga dapat kok, apalagi jika ibunya sulit teratur"

Why saya dijudge sebagai orang tidak teratur. Meskipun memang iya. HAHAHA. Nggak mampu kayanya setengah jam sekali bawa Bebe buka celana dan pipis. Dibawa ke toilet aja belum tentu mau dia. T_____T

Mbaknya juga menyarankan untuk tidak pakai celana supaya beliau lebih kenal dengan belahan tubuhnya sendiri. Oh ini loh yang buat pipis. Plus semoga anak mencicipi juga sensasi air pipis mengalir pribadi ke kakinya. Ini biasanya bikin kurang nyaman.

"Tapi aib kan, Bebe niscaya nggak mau deh di rumah nggak pake celana soalnya beliau risih sendiri malu," jawab saya.

"Kalau gitu gunting aja belahan depan celana dalemnya," kata mbak psikolog

Errrr. Nanti lagi lah ya? Hahahaha.

*

Buibu share lah plis tips toilet pelatihan buat anak perjaka yang simpel protes dan sedang bahagia memaksakan kehendak dongggg. Makasihhhh. :*

-ast-

Ini beliau tips dari Mbak Noni yang harus dicoba sebab anaknya sama-sama di daycare. Bebe nggak lemah dogma sama odong-odong tapi ya nanti kita cari lah beliau lemahnya sama apa.

Detail ►

#Familytalk: Life With Kids

foto yang dishare orang di Facebook ihwal kelakuan toddler aka balita yang abnormal #FAMILYTALK: Life with Kids
Sering liat kan ya foto-foto yang dishare orang di Facebook ihwal kelakuan toddler aka balita yang ajaib? Ada yang coret-coret muka pake lipstik, ada yang ngawur-ngawur terigu hingga satu rumah jadi putih.

Baca punya Isti:


Meskipun (dulu) saya selalu mengeluhkan Bebe ialah anak yang energinya nggak habis-habis, beliau ialah anak yang manis.

HAHAHAHAH MUJI ANAK SENDIRI.

Soalnya hingga sekarang, 2 tahun 4 bulan, Bebe belum pernah melaksanakan hal mengejutkan yang bikin speechless. Ok nggak fair sih ini alasannya ialah toh kami cuma ketemu dan main malam-malam dan weekend tapi ketika malam dan weekend ini Bebe full sama saya atau sama JG dan nggak pernah lepas dari pandangan sedikit pun.

We're that possesive.

Jadinya hingga kini belum pernah ada moment kaget alasannya ialah Bebe mainin lipstik saya atau Bebe tiba-tiba ngeluar-ngeluarin baju atau piring dari lemari gitu. Atau tiba-tiba berair alasannya ialah main air sendiri gitu. Belum pernah.

Di grup ibu-ibu temen kuliah, pernah ada pembicaraan semacam ini ketika membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jikalau kami playdate alasannya ialah ada 6 anak kecil cowok. Percakapannya kurang lebih gini:

A: "anak gue bisa-bisa nendang-nendang meja sama siram-siram air minum"

B: "anak gue gres aja ngabisin bedak sebotol buat main salju-saljuan"

Gue: "pada ngapain sikkkk?"

B: "ya gitu aja, nggak perlu alasan, itu acara tanpa tujuan tante icha."

Terus saya mikir. Bebe nggak pernah loh melaksanakan acara tanpa tujuan. Terus saya jadi kasihan sendiri. T_______T

Tapi sehabis dipikir-pikir, mungkin alasannya ialah beliau selalu dapet full attention. I don't blame you ibu-ibu full time mom, ya kali jikalau di rumah 24 jam mah mana dapat gue juga full atensi sama beliau doang. Ini alasannya ialah ketemunya cuma dari jam 5 sore hingga waktu bobo, perhatian saya dan JG itu full buat Bebe.

Jadinya ya beliau melaksanakan acara dengan tujuan dan niscaya minta ditemenin alasannya ialah seharian nggak ketemu.

"Main kendaraan beroda empat yuk ibu"
"Sepak bola yuk ibu"
"Baca buku yuk ibu"
"Main beras dong ibu"

Ya main beras buat motorik ala-ala itu. Padahal beliau dapat ambil sendiri berasnya alasannya ialah ditaro di kawasan beras Tupperware yang tinggal ditarik terus berasnya nongol di laci bawahnya. Tapi beliau nggak pernah tuh ambil sendiri, selalu izin dulu sama saya atau JG.

Intinya semua acara beliau niscaya ada tujuannya dan nggak pernah bikin kaget alasannya ialah beliau selalu bilang dulu.

Rumah jadi awut-awutan terus nggak sehabis punya anak? Mmmm, sebelum punya anak juga rumah awut-awutan sih hahahaha. Selalu awut-awutan alasannya ialah nggak punya waktu beres-beres. Pulang dari Bandung, segala barang yang dibawa itu minimal seminggu lah masih numpuk di ruang tamu.

Capek lah, nggak usah maksain beres-beres kemudian cranky. Mending rumah awut-awutan tapi bobo lebih usang daripada rumah rapi tapi bobo sebentar. #lifeguide

Kalau mainan sih nggak ya, Bebe anaknya rapi banget. Kalau habis main PASTI beres-beres alasannya ialah dibiasakan kaya gitu di daycare. Main Hot Wheels sekoper di kasur, sebelum tidur niscaya buru-buru dimasukin semua dan disingkirkan dari kasur. Main di rumah orang lain pun beliau beresin hingga semua kembali ke kawasan semula.

Pernah lagi belanja bulanan di Superindo, kami lapar sekali dan jadinya duduk di dalam, ada booth yang jual ituloh, masakan ringan bagus pukis, risol, dan carabikang. Kami duduk di dingklik plastik, Bebe tanya bolehkah ambil dingklik yang akrab tembok untuk didorong-dorong? Saya bilang boleh.

Dia kemudian dorong-dorong dingklik ke sana kemari (ini ada tujuannya ga ya hahaha selama nggak ganggu orang nggak pernah dihentikan sih). Lucunya pas mau pulang, beliau kembalikan dingklik itu ke posisi semula ibarat waktu beliau ambil. :))))) Konsep beres-beres menempel banget buat Bebe. Meskipun kadang beliau beresinnya asal alasannya ialah ngantuk atau nggak sabar ingin main yang lain tapi yah, 90% beliau main selalu pribadi beliau beresin.

I guess I'm super lucky. :')

Tapi jikalau yang ditanya adakah yang berubah dari kau sehabis punya anak?

Ya selain mendewasakan dan mengubah ukuran gentong sabar, yang jadi sangat jarang kami lakukan ialah nongkrong bareng temen-temen. Dulu hidup saya dan JG ialah main mulu sama temen-temen, nongkrong hingga pagi. Dari mall hingga sevel doang yang penting ngumpul dan ngobrol.

Sekarang nggak pernah sama sekali. Kami hampir tidak punya teman yang rutin ditemui alasannya ialah yah, di rumah ajalah. Mentok ngemall bertiga aja semoga santai, nggak diburu waktu dan bebas mau ngapain aja.

Dan alasannya ialah ke mana-mana bertiga, jadinya jikalau mau ada event atau program apapun, harus disepakati dulu mau pergi nggak nih? Aku sama Bebe nunggu di mana? Gitu. Kaprikornus maap-maap gengs jikalau ada yang pengen main sama kita tapi kitanya nggak dapat mulu. Hidup udah cukup heboh nih huhu.

Udah sih itu aja.

-ast-





Detail ►

7 Hari Tanpa Instagram

[TL;DR] Saya terlalu banyak membuang waktu untuk Instagram. Kemudian saya tobat. Tulisan ini terlalu panjang jadi kalau kalian males baca, pada dasarnya itu hahahaha.


Yang kenal saya niscaya tahu saya anaknya selalu berorientasi angka. Yang paling dipelototin sih page views blog ya, yang mengantarkan saya menerima tambahan 1juta views hanya dalam 3 bulan, dengan total 3 juta views selama 3 tahun saja. Hanya angka, tapi bikin senang alasannya tulisan-tulisan saya ternyata banyak yang membaca. :)

Karena semenjak dulu, social media yaitu daerah main yang sangat menyenangkan. Tempat utama untuk mencari informasi. Saya tidak lepas social media semenjak kala Friendster. Bahkan sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa saja, saya tetap eksis di Friendster pakai Opera Mini di Blackberry. Dulu, hampir 10 tahun yang lalu.

Tahun-tahun berikutnya dilalui dengan keluhan-keluhan wacana kuliah di Facebook. Tak usang pribadi pindah ke Twitter dan resmi jadi AnakTwitterTM yang selalu mengeluh lelah alasannya banyak alay di Facebook. Terus yang kurang penting bangsa Foursquare demi jadi mayor doang ya amponnn.

Beberapa tahun kemudian Instagram muncul exclusively di iOS dan saya pribadi punya lah! Namanya juga anak socmed! Tapi gres 3 bulan belakangan saya jadi peduli pada followers Instagram, meniatkan diri posting setiap hari, memperbaiki kualitas foto, menulis caption panjang dan bercerita alasannya sebelumnya bahkan saya jarang memberi caption. Keseriusan yang ditandai dengan followers naik 1000 lebih hanya dalam 1 bulan. Padahal sebelumnya hanya punya 2000 followers dalam 5 tahun. (sad lol)

Kemudian kalau sedang ada sponsored post maka saya jadi peduli pada reach Facebook, impression Twitter, dan banyak lagi. Ditambah saya yang rutin nge-blog, simpel social media jadi perpanjangan blog.

Lama-lama lelah.


Dan meski banyak orang yang menolak bermain di social media alasannya takut di-judge, saya sendiri sebetulnya tidak. Saya selalu menganggap internet yaitu daerah yang bebas bertanggungjawab. Saya punya argumen, kalian punya argumen.

Saya tidak pernah memaksakan pendapat saya pada siapapun, dan jangan pula memaksakan pendapat pada saya. Lagian masa semua orang harus sependapat sih, kan serem ya. Judge saya semau kalian dan saya tidak akan terganggu.

Yang kenal saya semenjak dulu di Twitter mungkin tau saya pernah sanggup aneka macam bahaya pembunuhan dalam beberapa hari di Twitter dan disuruh bunuh diri hanya alasannya saya menulis video klip sebuah boyband "biasa saja". BIASA SAJA BUKAN JELEK HHH.

Dan saya tidak kapok. Ternyata yang sanggup bikin saya berhenti main-main socmed yaitu diri saya sendiri. Saya sendiri kaget.

Dan ya, biang keroknya yaitu Instagram.

Saya senang melihat feed Instagram saya dan masih senang hingga sekarang. Saya senang menyusun foto semoga nyambung satu dengan lainnya, dengan sebelahnya, dengan atas dan bawahnya, menyerupai main game saja. Saya senang mengedit foto semoga terlihat “lebih Instagram”.

Iya alasannya foto Instagram itu punya karakteristik sendiri loh makanya muncul istilah Insta-worthy atau Instagram-able. Bukan semata alasannya dindingnya manis atau makanannya lucu, tapi komposisinya yang menciptakan sebuah foto menjadi sesuai dengan abjad Instagram.

Contoh paling sederhana, foto dramatis yang jadi headline koran belum tentu sedramatis itu ketika di-upload ke Instagram. Sebaliknya, foto flatlay dengan bunga mint dan aksesoris emas belum tentu cocok untuk halaman koran yang kebanyakan hitam putih. Di situ menyenangkannya Instagram.

Yang jadi persoalan bukan obsesi saya pada feed, tapi obsesi saya pada foto-foto di timeline! Sungguh membuang-buang waktu.

Naturally setiap beberapa menit saya membuka ponsel dan otomatis mencet icon Instagram kemudian scroll dan cek stories. Itu jadi habit dan berdasarkan saya bukan habit yang baik. Ya kecuali followers kalian 2juta orang dengan penghasilan dari Instagram ratusan juta rupiah dalam seminggu ya.

Scrolling Instagram menyita waktu sangat banyak dan saya tidak mau menyerupai itu. Saya tidak mau terobsesi. Saya tidak mau berdiri tidur dan yang pertama kali dilakukan yaitu cek notifikasi Instagram. Saya tidak mau lagi sedih alasannya jumlah followers berkurang.

Karena ya, Instagram yaitu Instagram. Saya kisah sebaik dan semenarik apapun maka akan hilang di timeline orang dalam beberapa hari. Sebagus apapun kontennya, tetap akan sulit dicari sesudah beberapa hari, archiving-nya tidak sebaik blog kan.

Sejak “serius” di Instagram saya juga jadi menyalakan notifikasi. Notifikasi komentar dan direct message. Awalnya saya senang alasannya wow banyak yang appreciate ya! Kesenangan yang hanya bertahan 3 bulan saja.

Lama-lama saya terganggu. Karena notifikasi menciptakan saya merasa ada urgensi membalas secepatnya dan sekali lagi, saya tidak mau menyerupai itu. Itu tidak baik, Instagram bukan prioritas. Berkali-kali saya sugestikan itu pada diri sendiri.

Saya juga terpaksa harus mengakui kalau saya (merasa jadi) oversharing, Padahal dulu saya yaitu barisan orang yang menolak mengamini bahwa saya berlebihan memakai social media. Saya beberapa kali bilang bahwa yang saya tulis di blog itu hanya kulitnya saja.

Orang bahkan tidak pernah tahu nama daycare Bebe, lokasi, atau bahkan nama lengkapnya. Ya di ketika orang menciptakan hashtag dengan nama lengkap bayi, saya bahkan hingga kini tidak pernah mempublikasikan nama lengkapnya. Dan waktu itu saya merasa berhak bilang saya tidak oversharing.

Tapi lama-lama toh saya berubah. Apalagi stories yang tidak menuntut foto bokeh dengan editing indah. Makan apa di-share, minum apa difoto dulu, sedang di mana juga difoto.

Mau apa sih sebenernya?

Saya mulai mempertanyakan diri saya sendiri. Saya jadi merasa lebih bersahabat pada hidup orang tapi makin absurd pada hidup sendiri.



*

Di antara kalian niscaya kini ada yang berpikir oh itu tanda-tanda FOMO alias Fear of Missing Out. Bisa ya sanggup tidak tergantung definisi FOMO-nya.

Kalau kalian perhatikan, saya malah jarang ikut-ikutan komentar hal yang sedang ramai. Buat saya FOMO itu ketika ada sebuah topik ramai dibicarakan orang, maka kita ikut juga membicarakannya baik di status atau pun di komentar alasannya takut dianggap ketinggalan. Atau ketika ada sesuatu yang sedang hits, pribadi ingin ikut juga punya atau membeli.

Saya tidak. Saya belum pernah mengantri berjam-jam demi makanan, saya tidak pernah ikut komentar apapun yang sedang ramai di social media melalui status atau komentar, saya tidak pernah ikut memakai kata “kekinian” hanya alasannya kata itu sedang tren. Ya tau sendirilah anaknya suka sebel kalau mainstream, so does it count as FOMO?

Yang saya takutkan itu bahwasanya tidak ada! Saya hanya senang melihat-lihat foto orang, apalagi foto yang aesthetic dan dipikirin banget gitu bukan foto asal. Saya senang buka-buka profile orang dengan foto bagus dan mengira-ngira ia pakai filter apa dan editnya gimana.

Instagram jadi procrastinate yang sangat berlebihan.

Siang itu balasannya saya kesal alasannya menerima tangan saya sekali lagi membuka ponsel HP dengan tidak sadar dan scroll timeline Instagram. Saya tutup aplikasi itu dan saya delete. Tak pikir panjang saya juga delete Twitter dan Facebook.

Padahal saya jarang sekali buka Facebook. Dari urutan keseringan membuka dan memposting sesuatu, saya paling sering buka Instagram, kemudian Twitter, gres Facebook. Tapi ketiganya saya hapus alasannya saya takut kalau saya hanya menghapus Instagram, saya akan tetap terjebak di ponsel dan kembali scrolling. Membuka Facebook atau Twitter.

Saya menghapus Instagram sempurna di posisi post saya 999 posts, nggak sengajalaahh ngapain sengaja. Saya tidak pasang sasaran kapan akan kembali, pokoknya saya ingin mereka tidak ada di ponsel saya dulu untuk sementara waktu. Saya bilang JG bahwa saya capek ketergantungan social media dan ia cuma ketawa aja. Saya bilang saya ingin sendiri dulu.

Karena selain urusan terobsesi juga ada peer pressure. Tapi soal peer pressure ini kita ceritakan lain waktu ya. :’)

Jelas ada juga unsur peer pressure alasannya kalau nggak mah niscaya kita semua hanya selfie sekali kemudian pribadi upload kan? Ini nggak. Selfie dulu yang banyaaakkkk gres kemudian dipilih yang berdasarkan kita paling bagus. Yang idungnya keliatan agak mancung, yang pipi keliatan agak tirus, yang mata keliatan nggak sayu. Capek banget kaya gitu.

Dulu saya sama sekali nggak punya persoalan self esteem dan pede-pede aja sama diri sendiri. Sekarang? Perasaan sih masih pede, tapi kok ya pilih foto diri sendiri aja lama, edit sana sini dulu biar nggak keliatan gendut blablabla. Yang kaya gitu masih ngaku percaya diri? Tsk.



*

Siang itu dilalui dengan santai alasannya toh sambil kerja. Mau share apa? Foto kubikel?

Malamnya kami ke UGD alasannya Bebe diduga cacar dan di sini cobaan bahwasanya dimulai. Saya ingin sekali share! Sampai deg-degan alasannya saya ingin share Bebe yang sungguh lucu pakai konstum Gecko PJ Masks sambil diperiksa dokter. Saya ingin ambil video ia berpose Super Gecko Muscle di depan apotek rumah sakit. Dan banyak lagi. Tapi saya bertahan.

(Baca cerita cacar air Bebe di sini)

Saya foto dia, saya videokan, tapi tidak saya share di mana-mana. Mau share di mana? Aplikasinya pun tak punya. :)))

Dan itu terjadi hingga dua hari berikutnya, tangan saya masih otomatis meng-unlock ponsel dan pribadi memencet icon daerah sebelumnya Instagram berada. Icon itu bergeser menjadi Line yang sebelumnya ada di sebelah Instagram. Berulang kali dalam sehari saya melaksanakan itu, tidak sengaja memencet Line alasannya menyangka itu Instagram. I am THAT addicted.

Dalam dua hari itu aneka macam yang ingin saya share, apalagi kami cuti dan di Bandung. Saya nonton Kick Andy dengan bintang tamu Doni ‘Animal Defenders’ dan Davina ‘Garda Satwa’. RASANYA INGIN SEKALI NGE-TWEET! Tapi saya bertahan. Otak saya otomatis meramu kalimat apa yang seharusnya saya tweet. saya akan tulis ini, kemudian reply dengan ini sambil mention si anu, dan seterusnya. Gila ya udah lebih dari 48 jam dan saya masih nggak inget kalau saya tidak perlu share

Saya balasannya menciptakan dua jalan keluar:

📱 Pertama, bertahan tidak membuka ponsel sama sekali. Ketika otak saya otomatis meminta tangan membuka lock, ia pribadi mengirim sinyal bahwa yang dicari tidak ada. Maka saya simpan HP dan melaksanakan hal lain, bermain dengan Bebe, menulis, nonton, apapun. Saya menjauhkan diri dari HP and it’s too damn hard. Saya sangat tergantung pada HP saya dan segala isinya sehingga memaksa berpisah menjadi sangat membingungkan.

📱 Kedua, ketika saya tidak tahan lagi maka saya buka HP dan membuka aplikasi lain. Saya punya satu folder khusus aplikasi news publisher yang biasanya saya pakai kalau sedang mengikuti satu kasus. Baca kronologi informasi dari apps itu yummy banget loh btw.

Cuma ya saya nggak pernah juga out of the blue buka cuma mau cek headline. DAN ITU SAYA COBA LAKUKAN KEMARIN. But no fun HAHAHA. Akhirnya back to basic, saya buka BuzzFeed dan BoredPanda, hingga saya sadar kalau saya tidak butuh Facebook alasannya 90% yang saya lakukan di Facebook yaitu membaca BoredPanda dan BuzzFeed. LOL

Kondisi ini hanya tiga hari pertama, hari keempat saya mulai terbiasa tidak otomatis membuka HP tanpa sadar. Saya mulai melaksanakan hal lain, saya mulai sadar kalau tanpa Instagram setiap 5 menit, hidup saya akan baik-baik saja. Mengecek Instagram sehari hanya 2-3 kali sehari pun tidak akan tertinggal apapun alasannya Stories bertahan 24 jam kan.

*

Hidup tanpa Instagram, saya jadi teringat salah satu ekspat Australia di kantor yang tujuan hidupnya yaitu traveling. Dia kerja di kantor saya setahun, jajan di kantin karyawan yang murah meriah, ke mana-mana naik ojek, kost di belakang kantor yang kurang layak demi menabung untuk keliling Indonesia di tahun berikutnya. Surprise-nya bagi saya adalah, ia tidak punya akun social media dan tidak menulis blog wacana perjalanannya. Padahal usianya lebih muda dari saya.

Belum usang ini juga saya nyeletuk ke temen kantor yang juga terobsesi feed Instagram “eh temen gue keliling Eropa tapi foto Instagram-nya sedikit, sayang banget ya!”

Dia impulsif bilang “iya ya”. Terus merenung berdua lol.

THEY’RE MAKING MEMORIES, NOT CREATING INSTAGRAM FEED.

Kenapa kami yang gundah coba?

Contoh real yang nggak pernah saya lakukan tapi selalu saya maklumi: nggak apa-apa banget dateng ke suatu daerah demi Instagram, nggak apa-apa banget ngantri kuliner hits juga demi Stories, tidak persoalan jalan-jalan hunting foto untuk Instagram hingga bawa properti ke manamana. Nggak apa-apalah masa dihentikan atau dinyinyirin, ya tujuan orang kan beda-beda.

Saya merasa salah alasannya ketika ada orang (well, orangnya millennials) yang ternyata TIDAK pernah melaksanakan itu maka saya menganggap ia “wow kok bisa!”.

Kenapa saya maklum ketika orang mau ribet demi Instagram tapi saya tidak maklum ketika sebaliknya? Kenapa saya tidak mempertanyakan orang mengantri cheesecake dari subuh tapi saya mempertanyakan orang absurd yang keliling Indonesia tanpa meng-upload foto?

Saya tidak boleh menyerupai itu.



Di hari keempat saya sempat upload satu foto alasannya ada hal yang tidak sanggup saya ceritakan di sini (YAELAH), pada dasarnya saya kasih a quick update dan ternyata ada juga yang dm saya nanya saya ke mana. Saya hanya upload kemudian saya hapus lagi Instagramnya. Dalam kondisi terharu banget sih huhu masih dicariin orang sementara sayanya kabur tiba-tiba. T_____T (maap kadang emang halu)

Hari ketujuh saya sudah tidak otomatis membuka lock dan mencari icon Instagram. Dan tanpa sadar, pikiran saya lebih tenang alasannya saya tidak terlalu banyak berpikir untuk orang lain. Saya jadi punya waktu jauh lebih banyak untuk diri sendiri.

*

Sebelumnya saya tidak pernah berhenti berpikir. Pikiran saya berjalan terus dan mencatatnya. Misal saya punya wangsit apa, biasanya pribadi diolah jadi draft berangasan blog, caption instagram atau minimal tweet. Jika panjang maka ditulis dulu di notes, jikalau pendek maka pribadi di-tweet.

Tapi kini alasannya pilihannya notes saja, pikiran selintas tetap jadi selintas, bukan lagi pribadi diolah untuk dikonsumsi publik. Dan itu bikin saya lebih damai. Bikin pikiran saya beristirahat.

Mbak Mira Sahid pernah bilang pada dasarnya "kamu kok kaya kebanyakan mikir?" Iya. Saya mikir terus. Saya nggak pernah berhenti mikir, makanya saya nggak pernah habis wangsit untuk blogpost, dan itu capek, capek sekali.

Sekarang saya sedikit mengerti apa yang terjadi dengan Michelle Phan, apa yang terjadi dengan Jesse dan Jeanna ‘BFvsGF’. Iya padahal masih jauhhhh, padahal saya masih sebutir kecil debu dibanding Michelle yang sebesar bulan (naon). Maka sebelum saya separah mereka dan benar-benar kabur dari kehidupan maya, saya lebih baik menguranginya dari sekarang.

Internet terlalu luas, jauh lebih luas dari yang sanggup kita genggam, jauh lebih dalam dari yang sanggup kita lihat. Itu yang menciptakan saya jadi gundah sebanyak apa yang bahwasanya sanggup saya pikirkan. Saya berpikir terlalu banyak.

*if that makes any sense*

Saya juga nggak akan sok nasihatin, “makanyaaa jangan gitu-gitu amat lah di socmed”. Ya mau gimana-gimana juga terserah orangnya lah. Ini yang bermasalah diri saya, nggak berarti orang akan punya persoalan yang sama juga. Saya punya persoalan dengan membagi waktu, nggak berarti orang lain akan punya merasakannya juga.

Begitulah.

Kaprikornus ambisius itu capek ya. Hahaha. Mana ambisiusnya di segala lini kehidupan pula. Udalah istirahat dulu ya. Saya terang tidak akan lagi tiap hari upload foto di Instagram, kalau blog sih sebisa mungkin masih tetap akan di-update ya meski tidak sesering dulu. Saya senang kok sharing di sini, dengan segala suka dukanya hahaha.

Kaprikornus itulah ceritanya kenapa saya menghilang seminggu hahaha. Pada kangen dong biar saya semangat lagi HAHAHAHA. Have a nice day!



-ast-

Detail ►

Pengalaman Tinggal Di Apartemen

HALAAHHH BARU JUGA DUA BULAN LOL. Cuma rada drastis ini bedanya sama di kost dan di rumah jadi layak satu blogpost hahaha. Maksa bodo amat.


(Baca pengalaman lain selama tinggal di Jakarta: KOST DAN RUMAH)

Apartemen yang kami tempatin kini ini nggak gila sama sekali. Waktu pertama kali pindah ke Jakarta, saya sempet liat-liat beberapa unit studio tapi terus ya mahal dan nggak sedeket itu sama kantor.

Terus ada sodara ayah saya juga yang punya unit di sini terus bermasalah bayarnya dan kesannya dibeli sama ayah. Kaprikornus mayan sering bolak-balik ke sini dan kesannya ya biasa aja. Rame banget terus udah.

NGERASA KAYA GITU KARENA NGGAK ADA RENCANA PINDAH.

Waktu memutuskan pindah ke sini dan pertama liat unit yang akan kami tempati (punya temennya JG btw), saya gres sadar wah kok pintu satu sama lain deket banget ya? Lorongnya kok sempit ya? Ini temboknya kok tipis ya? Kok parkirannya becek dan aspalnya bolong-bolong ya? Kok di taman banyak yang ngerokok ya?

KOK INI GEDUNGNYA TINGGI DAN BANYAK BANGET ADA BERAPA RIBU MANUSIA TINGGAL DI SINI YA? APA NGGAK PADET BANGET! TERUS AGAK PANIK LOL.

Seketika eksklusif mikir “ini apa gue nggak akan serasa punya rumah di gang ya?”

Ternyata iya dan tidak.

Saya seumur hidup nggak pernah tinggal di gang sementara JG sih tinggal di gang banget waktu kecil. Di otak saya tinggal di gang itu berisik, sama tetangga (terlalu) sering papasan, harus banyak senyum sama tetangga jikalau ketemu, endebrei, endebrei. Rada mengerikan untuk ukuran saya yang nggak dapat default senyum gini mukanya.

Kenyataannya orang nggak peduli satu sama lain HAHAHAHAHA I LIKE IT. Sebagai ekstrovert yang suka ngobrol sama strangers tapi malas memelihara hubungan pertemanan, saya suka banget tinggal di sini sebab SEGITU banyak orang tapi nggak peduli satu sama lain.

Macam nungguin Bebe main di playground ya nunggu aja senyum sama sesama ibu-ibu yang nunggu juga terus main HP. Nggak ada urusan kenalan sama si ibu terus janjian playdate berikutnya hanya sebab si Bebe tampak seru main sama anaknya. Nggak ada urusan merasa harus ramah berbasa-basi sebab kita tetangga satu tower. HAHAHAHA.

Terus juga kusenang sebab banyak expat jadi si Bebe terbiasa melihat banyak sekali ras dan main sama anak-anaknya. SUNGGUH KALAU LAGI HALU KUMERASA KAYA DI SINGAPUR LOL. Yang nongkrong di warung kopi itu banyak sekali kebangsaan banget dari kaukasian, orang Arab pake gamis, Cina mainland yang ngomongnya cuma bahasa Cina hingga para Wakanda jualan narkoba (YA TUHAN MAAFKAN KENAPA GUE STEREOTYPING DAN NEGATIVE THINKING AMAT JADI MANUSIA).

via GIPHY

Saking nggak pedulinya sesama manusia, NGGAK ADA CATCALL SAMA SEKALI! Atau ya at least saya nggak pernah denger. Padahal plek tumplek banyak abang-abang nggak terang gitu dan juga banyak cewe-cewe yang bajunya kebuka banget. Kalian di rumah suka pake tank top dan hot pants rumah yang udah kumel dan melar kan? Atau daster tidur yang udah lusuh?

Nah ternyata model baju menyerupai itu dianggap sebagian insan layak dipake ke teras rumah mereka. Nah kebetulan nih di apartemen nggak ada teras kan jadi ya dipake aja di sekitar HALAMAN TOWER DAN KE MALL APARTEMEN HAHAHA. Ingat ya jikalau insan itu beda-beda dan beda itu? TIDAK APA-APA. :)

Karena yang pake jilbab panjang juga banyak. Terus apa jadi negur gitu? Nggak juga. Cuma ada spanduk aja di luar tulisannya “dilarang mengenakan pakaian tidak senonoh”. Sumpah ngakak pas pertama kali baca. Mungkin spanduk itu dipasang sebab jikalau negur eksklusif kok ya bikin berantem, jadi dibutuhkan kesadaran masing-masing aja. Gitulah.

Apalagi ya.

Segalanya ada. Sebut aja mau jajan apa, ada semua. Ke apotek tinggal turun, atm depan pintu banget kebetulan, galon dan gas tinggal WhatsApp eksklusif nongol depan pintu rumah. Yang jualan tajil banyak, masakan melimpah, tukang basuh sneakers ada (PENTING), toko grosir buat beli beras dan telor ada, toko buah ada, APA AJA ADA LAH POKOKNYA.

Apa jadi boros? Kami jadi malah ekonomis lho! Karena jadi jarang ke mall. Semua kebutuhan kini dapat dijangkau dengan jalan kaki. Sungguh love!

Negatifnya satu: berisik. Karena kanan kiri atas bawah kita ada keluarga yang tinggal juga, bunyi dapat dari mana aja. Kalau tinggal di rumah kan bunyi cuma dari tetangga kanan kiri jikalau misal mereka lagi maku dinding gitu misalnya. Lha ini atas bawah kiri kanan serong kanan kiri insan semua kan, ada yang geser dingklik kepentok dinding aja kedengeran.

Sama satu lagi saya rada insecure sebab dulu pintu kost kan selalu pake gembok suplemen ya. Pintu rumah apalagi. Pager digembok, pintu juga digembok. Iya sih dulu nggak punya security yang jaga 24 jam, tapi kini rasanya pintu rumah cuma dikunci aja tuh ….

Ya yang dapat naik dan punya susukan ke lantai kami cuma sesama tetangga satu lantai sih, tapi apa tetangga satu lantai dapat dipercaya? Gini-gini banget nih orang yang punya trust issues huhu.

APALAGI YA.

Udah sih sementara itu aja. Gimana rasanya nggak menjejak bumi? Biasa ajaaaaa. Tapi sekali lagi tolong catat sebab Bebe udah besar dan udah nggak eksplor amat ya. Kalau beliau masih merangkak atau jalan tak tentu arah sih kasian kayanya. Dan kami juga di rumah jikalau malem doang kan jadi ya so far so good.

SELAMAT SENIN SEMUANYA! DOAKAN KAMI BISA TINGGAL DI APARTEMEN PLAZA SENAYAN ATAU PAKUBUWONO RESIDENCE YA. THANK YOU.

-ast-

Detail ►

Mengapa Resign

Lima tahun kerja di daerah yang sekarang, ternyata bikin kaget banyak banget orang waktu mereka tahu saya memutuskan resign.


Yang kaget pertama tentu pak Bos. Beliau ngomel seketika terus saya nangis di daerah lol. Hari pertama bilang mau resign, saya nggak boleh keluar dari ruangannya sebelum saya bilang “oke nggak jadi resign” gitu masa. Ya gimana mau nggak jadi sih orang udah tanda tangan kontrak di daerah baru.

Endebrei endebrei misah-misuh melarang, dijanjikan honor sama lalala, kudengarkan sambil sesenggukan dan ngumpel-ngumpel tisu di tangan, bolak-balik lap air mata. Akhirnya keluar ruangan dengan satu line “ok saya pikir-pikir dulu”.

YA KEMUDIAN 2 HARI GALAU. Kasian pak bos, kasian temen-temen, kasian ini dan itu. Untungnya geng sih support-support aja.

“Lo harus keukeuh lah, tegesin aja. Lagian pindahnya juga ke daerah yang lo banget, kenapa juga harus kerja di sini terus” ujar Jessicha yang dekat dipanggil machiko usai sebuah sesi makan siang ketika kami tinggal berdua di pantry.

IYA SIH. Kenapa coba saya jadi galau. Padahal harapan resign ini sudah digodok dan mendidih semenjak tahun lalu.

*

Throwback ke tahun 2013

Umur saya 24 tahun, sedang persiapan lamaran. Kerja jadi reporter yang kerjanya sehepi itu. Hepi banget hingga kaya nggak kerja. Nulis gosip udah lancar di luar kepala, jam 3 sore udah melipir makan Indomie tapi pulang kantor nggak mungkin jam 6. Kepagian bosss, masih rame kantornya hahaha.

Sampai suatu hari, 2 tahun sehabis jadi reporter, ditawarin kerjaan gres di media yang terang naik kelas wowwwww excited parah. Bos saya dulu (hai mas Han!) juga nggak mellow dan yang ikutan pukpuk “gue bangga” gitu hahahaha gue juga besar hati kok lol.

Dari sebelumnya satu gosip dapat saya selesaikan dalam 10 menit (nulis hingga publish), naik kelas ke kantor gres yang editornya banyak. Satu editor orang Indonesia, lanjut ke copyeditor bule-bule (HALAH), balik lagi ke editor bahasa Indonesia, gres dapat publish. Panjang perjalanan itu satu berita.

Apa saya nulis? ENGGAK LOL.

Dua tahun pertama saya manage satu situs K-Pop dengan 10 orang tim yang nulis gosip tiap hari, 3 di antaranya tinggal di Korea. Semuanya baik-baik aja hingga administrasi memutuskan ditutup dengan banyak sekali alasan. Semua tim saya di-cut dengan saya entah kenapa dipertahankan.

Ternyata bos pada masa itu maunya saya yang pegang akun socmed. Jadilah saya social media & community coordinator. Iya coordinator, saya belum remaja untuk dapet title manager. Maklum bukan startup ya yang kayanya simpel dapat kasih title manager lol.

Dipikir-pikir mengapalah saya yang pegang akun socmed, pengetahuan digital marketing saya 0 banget, tapi ya udahlah toh hidup tiap hari juga di socmed kan, saya berguru pelan-pelan. Ngunjungin satu-satu kantor socmed dan berguru ini itu banyak sekali.

SAMPAI LANCAR. Dilanjutkan dengan keluhan "kok hidup gini-gini aja sih?" #millennialsproblem

via GIPHY

*

“Hah kok resign? Dipikir betah di sini?” -- dikatakan oleh orang-orang kantor yang nggak deket-deket amat.

Saya awal-awal dapet pertanyaan itu beneran pengen banget nanya “emang gue keliatan kaya orang yang akan kerja di sini selamanya ya?"

Jujurlah, kalian yang kerja di media kaya saya, emang ada di antara kalian yang berpikir akan kerja di satu daerah SELAMANYA?

Dibilang betah ya betah BANGET lah. BANGET BANGET BANGET. Kalau nggak betah mah saya udah resign lah. Masa nggak betah tapi 5 tahun dan tidak pernah mengeluh, saya kan bukan tulang punggung keluarga. Mau nggak kerja juga bisa-bisa aja.

Kecuali kalau kalian PNS atau kerja di BUMN gres saya ngerti lah kalau kalian mikir akan kerja di daerah itu selamanya. Tapi kalau di daerah kerja dinamis kaya media, agency, gitu emang beneran ada yang mikir akan kerja di satu daerah selamanya?

Yakin kalian bukan yang punya kantor? HAHAHAHA.

Akhirnya saya jawab cantik sekali “iya lahhh udah 5 tahun di sini, gue kan mau liat dunia lain.”

:)

“Kok resign sih? Kok tega?” -- dikatakan oleh rekan seperjuangan lol maap gengs

IYA SIH RASANYA GUE KOK TEGA YAAAA. Tapi memang siapa yang menjamin KALIAN TIDAK AKAN RESIGN DULUAN? Belum ada anjuran yang sreg di hati aja kan? NGAKU! XD

Ini kan duduk kasus waktu aja siapa yang resign duluan. Yang resign lebih dulu akan dibilang kok tega. Yang nggak resign suatu hari juga akan resign atau pensiun.

Saya langsung sih memang belum memutuskan akan kerja di satu daerah selamanya, biarlah komitmen selamanya hanya untuk janji nikah (HALAH 2.0). Bukan alasannya yakni nggak betah atau apa, lebih ke cari pengalaman baru, cari teman baru, cari networking baru, cari tantangan baru, cari suasana baru. Masa seumur hidup taunya kerja gitu aja, kolaborasi dia-dia aja.

“Mungkin keliatannya nggak jelas, ngapain sih kok pindah ke publication yang lebih kecil. Tapi saya masih muda, umurku belum 30, saya masih ingin coba banyak hal, masih ingin kerja dengan banyak orang baru.”

Itu sepotong kata-kata saya ke pak bos via chat yang panjangnya dapat dibentuk satu blogpost alasannya yakni saya takut mewek lagi kalau ketemu ia dan memberi klarifikasi lol.

via GIPHY

Meski nggak niat kerja di satu daerah selamanya, bukan berarti saya juga jadi tipikal millennials yang 6 bulan sekali pindah kerja loh ya. Nggak lah, males. Buat yang ngejar honor tinggi mungkin iyalah, 6 bulan itu udah mulai cari kerja baru, 1 tahun pindah kerja, 1 tahun naik jabatan, 2 tahun honor uda berkali lipat.

Tapi saya nggak lah. Saya butuh daerah yang stabil alasannya yakni yaaa, udah nikah dan punya anak, yang terpenting yakni stabilitas nasional. Lima tahun cukuplah ya. Makanya saya pilih-pilih daerah kerja banget alasannya yakni mikir akan kerja di sana selama minimal 5 tahun!

Iya jadi bukan alasannya yakni ada yang nawarin gajinya tinggi, terus saya pindah. Nggak begitu sama sekali. Dari pertengahan tahun kemudian waktu saya sadar saya udah mau 5 tahun di Palmerah, saya udah mulai screening kira-kira kalau pindah ke mana ya? Yang saya yakin, saya udah nggak mau ngerjain digital marketing dan pengen balik nulis di redaksi. PENGEN BANGET KERJA NULIS LAGIII.

"Ya kan lo nulis juga di blog, dapet duit juga dari blog, kenapa harus resign coba," ya kenapa sih emangnya kalau pengen kerja nulis dan di blog nulis juga. Emang sesuka itu kok sama nulis hahahaha.

"Tar kalau kerja nulis juga jadi bosen loh. Ngeblog seru alasannya yakni hobi, kalau hobinya jadi kewajiban nanti jadi nggak seru lagi," kalau ngeblog nggak seru lagi ya udah sihhh. Kan saya masih punya hobi lain yaitu menggambar hahahahha. Nggak pusing amat, dapat diatur eymmm.

Pas banget ditawari kirim CV ke 2 tempat, keduanya jadi redaksi, dan memutuskan ambil anjuran kedua. Tempat pertama prosesnya sedikit lambat dan dalam perjalanannya saya tau kalau kerjanya sibuk banget hahahah. Susah euy kalau waktunya nggak fleksibel ya buibu. Bulan ini aja izin ke RS dua kali gara-gara Bebe sakit. Pakabar sih kalau kantornya nggak bolehin izin dan harus cuti terus-terusan huhu tak sanggup.

Makara untunglah ditawarin posisi di daerah kedua. Gaji daerah kedua sedikit lebih rendah tapi saya bersyukur dijodohkan dengan kantor yang ini alasannya yakni udah sering kerja bareng dan ya so far so good lah.

Begitu gengs. Segini udah panjang belum? Pengen lebih elaborate bab "hidup kok gini-gini aja" tapi lain waktu yaaa. Capek banget nih gres akibat pindahan dan besok kerja hari pertama. Yang masih ingin tau saya pindah ke mana, pantengin IG story ya! Besok saya stories deh pas nyampe kantor lol *SUNGGUH BERNIAT*

See you tomorrow!

-ast-

Detail ►

40 Pertanyaan Dikala Survey Sekolah Dasar

Jadi kemarin di Mommies Daily, saya nulis perihal hal-hal yang harus diperhatikan ketika menentukan SD. Nah, kini saya mau nulis hal-hal apa yang biasa saya tanyakan ketika survey ke sekolahnya langsung.

Kaprikornus ini versi lebih lengkap dan lebih PRIBADI sih lol. Iya, jikalau yang di MD kemarin lebih umum. Kaya jarak dari rumah, gedung dan keamanannya gimana, uang sekolahnya berapa, dll. BACA SENDIRI YA DI LINK DI ATAS.

Nah, jikalau di bawah ini banyak pertanyaan yang sifatnya memang yaaa berkaitan dengan prinsip pribadi dan keluarga. Makanya ini yang SAYA tanyakan lho ya. Kaprikornus saya nggak bilang kalian HARUS tanyakan ini juga.



Tapi siapa tau jadi wangsit pertanyaan juga buat kalian kan? Kalau soal kriteria secara umum pernah saya tulis di sini, klik dulu: Bebe Mencari SD

Sebelum masuk ke pertanyaan, biasanya saya lihat dulu gedungnya. Ini nggak perlu ditanya sih tapi observasi sendiri aja. Biasanya yang diperhatikan:

1. Apakah sinar matahari masuk ke kelas?
2. Apakah kelasnya ber-AC? Apakah kelasnya pengap?
3. Apakah toiletnya kids friendly? (kalau kloset dewasa, minimal tinggi wastafel sesuai dengan tinggi anak)
4. Bagaimana mushola dan kawasan wudhunya?
5. Di sekolah ada tamannya nggak? Ada area terbuka untuk lari-larian?
6. Ada bak renangnya? Bersih apa nggak?
7. Kantin gimana? Jual apa aja? Sehat apa nggak?

Setelah observasi, ini pertanyaan yang saya ejekan ketika survey SD. Maklum, masuk SD itu mahal, jangan hingga salah pilih.

Tes Masuk dan Uang Pangkal

8. Tes kompetensinya berupa apa? Apakah anak harus dapat baca tulis? Tanya sedetail mungkin di sini. Nggak dapat saya detailin sih alasannya ialah tergantung jawabannya.
9. Sistem penerimaannya gimana?
10. Berapa kuota setiap tahun? Berapa kuota untuk anak “luar” yang nggak Taman Kanak-kanak di situ?
11. Pendaftarannya dibuka semenjak kapan? Akan dikabari kapan jikalau diterima/tidak diterima?
12. Berapa uang pangkalnya? (biasanya langsung disodori kertas biaya sih) Tapi tetep baca baik-baik dan tanya apakah bayarannya bulanan atau per 3 bulan atau malah per tahun.
13. Tanya biaya ekskul, katering, antar jemput, dan tetek bengek lain.

Kurikulum dan Mata Pelajaran

14. Kurikulumnya apa? Certified apa nggak? Berapa pelajaran/guru yang certified? Kalau kurikulumnya nggak kita kenal, minta dijelaskan sebaik mungkin.
15. (Kalau Montessori), mixed age group nggak dalam satu kelas? Kalau iya, apakah dalam semua pelajaran atau hanya pelajaran tertentu?
16. Satu kelas berapa anak berapa teacher?
17. Mata pelajarannya apa aja di kelas 1-6? Ada kelas pemanis untuk anak yang nggak dapat mengikuti pelajaran?
18. Bahasa pengantarnya apa? 100% full Inggris atau masih bilingual? (banyak sekolah yang ngakunya full tapi kenyataannya bilingual)

Jam sekolah

19. Masuk jam berapa keluar jam berapa?
20. Ekskul kira-kira berapa jam?
21. Gimana proses antar jemput? Berapa usang toleransi jemput? Anak yang belum dijemput akan menunggu di mana? Siapa yang boleh jemput anak? (apa pake kartu apa gimana)

Kelas

22. Ada berapa kelas dalam satu angkatan?
23. Sistemnya moving class atau membisu terus di kelas yang sama?
24. Di kelas anak boleh makan minum bebas atau harus izin dulu guru? Minum harus izin guru kaya kita waktu sekolah dulu rada murung sih. Masa haus aja harus minum diem-diem.
25. Ada toilet di dalam kelas? Ada wastafel untuk basuh tangan?

Kenaikan kelas dan kelulusan

26. Gimana sistem evaluasi untuk naik kelas?
27. Kebanyakan lulusannya ke Sekolah Menengah Pertama mana? Gimana hasil UN tahun lalu? (Ini bergantung kurikulum ya)
28. Boleh absen berapa hari? Apakah jikalau absen ada pengurangan nilai?
29. Apakah pakai sistem ranking? Apa pakai sistem rewards untuk “anak berprestasi”? (Saya sih kesel denger sekolah anak temen yang ngasih reward ke anak yang datengnya paling pagi. POINNYA APA SIH ANAK KECIL HARUS DATENG PAGI KE SEKOLAH? Kan yang penting nggak telat!)

Bullying dan Masalah Lain

30. Bagaimana sekolah menghadapi bullying? Bagaimana menanggapi laporan anak yang mengaku dibully atau punya dilema dengan anak lain?

Agama dan Politik

31. Islamic valuenya gimana? Goalsnya apa?
32. Sekolahnya langsung muslim apa nggak?
33. Gimana sekolah ngajarin toleransi dan perbedaan?
34. Gimana posisi sekolah pada kondisi politik? (AKU NANYA BANGET SIH INI. Trauma liat sekolah swasta yang di spanduk ACARA SEKOLAH bawa-bawa politik waktu Pilkada DKI. BYE AJA.)

Lain-lain:

35. Ada upacara bendera nggak?
36. Ada ekskul apa aja?
37. Perpustakaannya gimana? Ada challenge baca buku nggak?
38. Menu katering siapa yang nentuin? Pake mahir gizi nggak?
39. Kalau ada bak renang, kedalamannya berapa? Dipake kapan aja? Keamanannya gimana? Dibersihkan tiap berapa lama? (kalau cuma jadi sarang nyamuk kan rada kurang lucu)

Tanya testimoni

40. INI WAJIB SIH SEBISA MUNGKIN. Tanya testimoni orangtua siswa yang anaknya udah sekolah di sana. Pernah ada dilema nggak, ada yang nggak sreg nggak, koordinasi dengan pihak sekolah lancar apa nggak, dll.

WAW BANYAK. Maklum ya, akan 6 tahun banget lho di sana. Akan jadi first impression juga bagi anak, sekolah itu seru nggak sih? Salah satu akad saya ke Bebe banget soalnya “ibu akan carikan sekolah yang seru buat Xylo” HUHU KOK JADI EMOSYENEL. T_____T

Lagian jikalau asal-asalan pilih SD dan menyesal ya, mau pindah juga nanti heboh lagi dong survey dan keluar uang pangkal lagi. Kaprikornus pikirkan baik-baik!

-ast-

Detail ►