Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri bebe-sekolah. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri bebe-sekolah. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

#Familytalk: Parents Tag!

Ya nggak udah panjang lebar pada dasarnya jikalau jawabin question tag mah lagi nggak ada ilham aja  #FAMILYTALK: PARENTS TAG! 
Holaaa!

Ya nggak udah panjang lebar pada dasarnya jikalau jawabin question tag mah lagi nggak ada ilham aja hahaha.

Baca punya Isti:

1. How many children do you have?
And how old are they?

Well. 1 son, 2y3m.

2. What are your proudest and most frustrating moments as a parent?

Last night when he was trying to wear his pants by himself. I'm so proud that he can do it yet so frustrated waiting because he's done that in 15 minutes.

Kalau jadi orangtua nggak sabaran, itu niscaya udah direbut deh celananya terus pakein ajalah. 10 detik kelar. Tapi jikalau gitu kapan belajarnya?

Jadinya serah deh, kebalik aja hingga 2x. Kebalik, gue bantu balikin, kebalik lagi T_______T Gue balikin lagi, gres deh bener. Berikutnya yaitu beliau gundah cara ngeluarin kaki dari bolongnya. 

Yah, hingga jadinya dapat keluar, lalu beliau bangkit dan tarik ke atas. Proud! My frustration gone instantly. lol.

3. How do you discipline your child/children?


1. Tidak pernah kalah dengan tangisan
2. 2-5 minutes time out.

*nanti nulis detail ah soal time out*

4. Do you co-sleep?

YES. Karena ga punya kamar lagi hahahaha sad. Ada sih kamar tapi di atas. :(

5. What is your one MUST HAVE piece of baby equipment?

Baby bouncer, dapat anteng banget duduk di bouncer. DULUUU GENGS DULU. 

6. Name one thing you bought before you had your baby and you never ended up using?

Nursing apron. Nyoba dipake atau dibawa maja nggak. Hahahaha.

7. Have you always wanted kids? How many more do you plan on having?

I never wanted kids but i also had never not wanted kids. None.

8. Do you think your relationship with your spouse has changed since you had children? Better or worse?

Better. We changed from a romantic lovey dovey to annoying high-pitch-baby-song-singer HAHAHAHAHA

9. Date night? How many nights (or days) per month?

NEVER. 

10. How is your relationship with friends since having a child?

Udah pernah gue bilang di postingan sebelumnya, gue udah hampir nggak pernah nongkrong atau ketemu sama temen-temen. 

11. How many cars does your family have?

1 aja soalnya garasi cuma 1 #persoalan

12. Dream vacation with your kiddos AND one without the kiddos?

Japan and ... Japan. The Wizarding World of Harry Potter to be exact hahahaha.

13. Where do you shop for your kids?

Randomly. Biasanya jikalau lagi di mall dan ada diskon, gue beli banyak sekaligus terus berbulan lalu nggak beli lagi. Ada juga satu FO di BTC Bandung yang murah-murah dan ya gitu sama. Beli sekaligus banyak terus ga beli-beli lagi.

14. Favourite mommy makeup and skin care products?

WTF IS MOMMY MAKE UP?

15. Since becoming parents, do you notice you act more like your own mother (for mom) / father (for dad)?

Not really.

16. Piercing a baby’s ear: do or don’t?

Don't. (Meskipun gue ga punya anak wanita nih ya). Kalau pun suatu hari beliau mau tindik ya beliau akan tindik dengan kemauan beliau sendiri. Kenapa harus kita yang nindik? Untuk nunjukkin beliau perempuan? Kenapa harus ditunjukkin emang? lol

17. Bath or shower? (for you and child/children)

Not even a prob.

18. Is mom back to her pre baby weight?

Yes. Kayanya sebulan gue udah balik ke berat normal deh. Nyusuin sejam sekali nurut ngana nggak bikin kurus?

19. College dreams: Do you expect your kids to go to college? Or would you let them decide for themselves?

Kuliahlahhh. Tapi kuliah lah di daerah yang sesuai passion. Kalau lulus Sekolah Menengan Atas belum tau mau kuliah apa, ya jangan dipaksain. Tunggu aja setahun, community service dulu, magang-magang dulu, asal nggak nganggur aja di rumah. 

Karena kuliah itu mendewasakan. You're not a same person before and after college life.

20. Finish these sentences: “you know you’re a mom when you______?” “You know you’re a dad when______?”

Harus buru-buru jam 5 teng eksklusif pulang. T_____T Aku suka kerja tapi saya juga suka Bebe. -_______-

Oke itu aja ternyata. See you next week!

-ast-

source:
https://labellemama.com/tag/20-questions-for-parents-tag/

Detail ►

#Familytalk: Homeschooling, Yay Or Nah?


Kalau 20 tahun kemudian (alias pas saya SD) terus saya atau ada temen saya bilang ke orang tuanya. “Bu, saya nggak mau sekolah ah!”. Hampir niscaya si ibu menghela nafas kecewa atau ngamuk. Si anak akan dijudge sebagai anak pemalas dan (mungkin) juga dianggap bodoh.

Kalau zaman kini nggak ya ternyata. Pernyataan tidak mau sekolah bisa ditanggapi dengan pertanyaan serta pencarian minat dan bakat, kemudian homeschooling deh!

Baca punya Isti:

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Full Day School Idaman)

Coba jikalau saya tidak harus melewati semua pelajaran eksak itu. Coba jikalau saya dari kecil menulis dan terus menggambar. Mungkin saya kini sudah jadi senior editor di BuzzFeed (LHOH KOK CEMEN). Mungkin sudah jadi senior editor di Huffington Post lah katakan. Atau sudah kerja dari rumah aja jualan desain di Creative Market atau Etsy. 

Sekarang nulis juga nanggung di blog doang lol. Desain juga masih panjang perjalanan sebab kurang pengalaman. Saya nggak mau Bebe ibarat itu.

Ada temen kantor saya yang mahir banget gambar, namanya Sarah. Sarah ini emang desainer di kantor saya. Ini pola gambarnya. Instagramnya posting gambar semua bisa dilihat di sini.


Gambarnya halusss banget padahal ga pake alat mahal-mahal. Pake bolpen biasa gitu hikssss. Terus saya tanya, ia berguru gambar dari umur berapa? Dia jawab dari umur 4 tahun! EMPAT TAHUN. Dia seumuran sama saya jadi ia sudah menggambar selama 24 tahun! Tanpa putus! Kuliah desain!

Jadinya masuk akal kan gambarnya halus banget? Pengalamannya 24 tahun loh!

Orang-orang kaya gini yang bikin saya menyesal. Kalau kemampuan berguru saya sama kaya dia, dengan minat tanpa talenta menggambar, dan saya gres mulai sekarang, saya gres akan bisa sehalus itu 24 tahun lagi. WHY GOD WHY.

Atau Valentino Rossi, *jangan kira saya ngerti yah, ini diceritain JG* ia di sekolah dicap anak "nakal" sebab nggak pernah mau belajar. Tapi ia fokus satu hal yaitu balap, ia udah balap dari umur 4 tahun juga!

Nah, jadi pada dasarnya kiprah saya kini yaitu mencari minat dan talenta Bebe. Untuk dikembangkan semenjak dini. Untuk memilih nantinya ia perlu sekolah apa nggak. Soalnya kan kali aja ternyata Bebe suka belajar, ada loh ya orang yang hobinya memang belajar, berguru apapun ia suka. Ya udah jikalau gitu mah sekolah formal aja.

Kalau nggak tahu bakatnya apa?

Ya dicari pelan-pelan. Kalau hingga masuk usia sekolah belum tau bakatnya apa, saya sih kayanya mau sekolah dulu aja. Bisa ada orang ketiga juga (guru, sekolah) yang bantu saya untuk nemuin minat dan bakatnya. Kalau di tengah-tengah mau berhenti sebab sudah ketemu juga ya boleh.

*ngomong kaya simpel yah sebab belum terjadi aja sih*

Kalau minat dan talenta berubah di tengah jalan?

Nah ini nih yang jadi pertanyaan beberapa orang. Minat dan talenta waktu kecil kan nggak mencerminkan pilihan dikala cukup umur yah, jikalau berubah atau menyesal gimana?

Sungguh saya pun tak tahu hahahaha. Mungkin ya diasah lagi pelan-pelan, lagipula seumur hidup kan pencarian dan pembelajaran, jadi nggak apa-apa ya harusnya jikalau di tengah jalan mau berguru hal baru.

Ada yang bisa bantu jawab kah untuk poin ini?

Kalau galau mau kuliah di mana?

Kalau hingga lulus Sekolah Menengan Atas belum nemu juga minat dan talenta gimana dong, kuliah di mana dong? Nah, ambillah jeda waktu setahun. Kasih masa tenggang dulu *macam provider telco* Magang atau jadi volunteer, lihat dunia lebih luas.

Dulu saya judge orang yang nunda kuliah dengan "hih sayang banget waktunya! keburu bau tanah loh!". Sekarang mah wah, lebih sayang lagi kuliah hal yang nggak kita suka sih. Mending tunda dulu.

(Baca: Homeschooling. Yes or No?

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah)

Asal jangan menunda tapi terus bobo bobo aja di rumah ya. Tunda tapi terus cari sebenernya apa yang dicari dalam hidup.

Kalau nggak mau kuliah?

Tergantung alasannya apa hahahaha. Karena kuliah itu mengubah seseorang banget, bukan cuma urusan susah cari kerja nantinya. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab ngeband sih no ya, kecuali bandnya semenjak Sekolah Menengan Atas udah go international gitu. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab mau bisnis misalnya, ya kuliahlah, ambil manajemen, bisnis, atau finance.

Apalagi ya. Huh hingga ngos-ngosan banget nulis ini.

Kalau ada yang kurang kabar-kabariii. Kalau ada pertanyaan, tulis komen. Kalau pertanyaannya menarik nanti saya edit postingan dan saya tambahin di sini.

Happy weekend!

-ast-


Detail ►

#Familytalk: Impian Bebe




Orangtua zaman dulu (apalagi generasi di atas saya) rata-rata punya impian untuk anaknya. Anaknya harus jadi PNS! Anaknya harus jadi dokter! Anaknya harus kerja kantoran! Anaknya harus jadi insinyur! *macam si doel*

Beda dengan orangtua millennials yang biasanya slow "serah deh mau jadi apa yang penting nggak rugiin orang lain". :')))

Baca punya Isti di sini:

Mungkin alasannya yakni sebagian di antara kita terlalu diatur hidupnya jadi saat punya anak, nggak mau terlalu ngatur. Teori parenting paling hits kan justru "tidak melaksanakan apa yang orangtua lakukan pada saya".

Bebe gimana? Makara apa ya Bebe di masa depan?

Karena saya sama JG anaknya nggak serius, kami suka ketawa-tawa jikalau ngebayangin si Bebe remaja jadi anak serius. Tau-tau beliau bahagia bersekolah dan bahagia belajar. Tau-tau bahagia pelajaran Matematika yang nggak kami sukai. Tau-tau anaknya serius banget berguru mulu nggak pernah main.

Hahahah niscaya saya dan JG akan dorong-dorong beliau untuk "main kek Be, kau kok berguru terus sih!". Sekalinya main, main game sendirian di rumah, geek geek gitu padahal saya sama JG kan (dulu waktu belum nikah) social butterfly banget alias di mana ada waktu main maka mainlah!

Kalau Bebe pendiam dan lebih suka main game sendirian di rumah ya udah nggak apa-apalah asal tetep mau cium ibu lol. Asal beliau nggak nyuruh kami membisu alasannya yakni bahkan kini aja Bebe mulai annoyed sama kelakuan kami yang kadang ajaib.

JG joget "appa jangan joget!". JG nyanyi "appa jangan nyanyi!". Saya dan JG ngobrol padahal beliau lagi serius main "IBU DIAM. JANGAN NGOMONG IBU!"

-__________-

Tapi gimana juga jikalau sebaliknya?

Ternyata Bebe remaja malas sekolah dan tidak suka berguru hahahahaha. Ya nggak apa-apalah,seharusnya saya udah nanya beliau mau kuliah apa semenjak kecil sih. Masuk Sekolah Menengan Atas harusnya kami sudah tau apa yang Bebe suka jadi ya mau sekolah silakan, nggak mau sekolah dan mau melaksanakan hal yang disuka silakan. Asal positif aja, nggak narkoba dan nggak kriminal wtf.

Saya dulu pas Sekolah Menengan Atas nggak malas sekolah sih, tapi saya malas berguru juga. Sekolah alasannya yakni mau ketemu temen-temen dan pacar aja HAHAHAHA. Tapi alasannya yakni saya udah tau apa yang saya suka, saya fokus di situ dan fokus untuk kuliah di bidang yang saya suka. Makara nilai Fisika 4 di rapot itu no big deal alasannya yakni demi apapun juga saya nggak akan kuliah teknik.

Kayanya Bebe akan saya gitukan juga. Itu jikalau beliau sekolah formal ya.

Kalau nggak mau kuliah gimana?

Makara inget anaknya seseorang di mana ayah ibunya profesor dan kucluk-kucluk anaknya lulus Sekolah Menengah Pertama bilang "aku mau STM aja terus kerja, saya nggak mau kuliah".

Krik krik.

Kuliahlaahhh. Kuliah dan kampus itu mendewasakan. Beda kan makanya teladan pikir orang kuliah dan nggak kuliah. Ketika nggak kuliah, kau stuck di teladan pikir anak SMA.

Mungkin ada pengecualian ya, tapi tetep sih se-millennials-millennials-nya saya. Saya maunya Bebe kuliah, kecuali beliau bisa mengubah pikiran saya huahahaha.

Maksudnya kuliah kan bebas banget ya. Suka musik? Ya kuliah musik lah! Sukanya bikin video di YouTube, ya kuliah sinematografi lah. Suka olahraga? Ya kuliah olahraga lah!

*sok artistik banget jurusan kuliahnya padahal tau-tau si Bebe sukanya Fisika terus masuk Fisika Murni alasannya yakni memang passionate pada rumus Fisika* *pingsan*

HAHAHAHAHHAHA

Terus kerjanya apa?

Apa aja asal nggak ngambil hak orang lain, Be. Apa aja asal Bebe bahagia melaksanakan itu. Apa aja asal Bebe nggak pulang ke rumah dengan muka capek dan bilang ingin resign aja.

Saya sama JG sih ngebayanginnya Bebe sama kaya kami sih (alias nggak akan suka eksak lol) since personalitynya udah mulai keliatan. Di luar ke-balita-an beliau yang suka lari-lari nggak terang sambil kepala liat ke atas hingga pusing dan jatuh, beliau kemampuan interpersonalnya bagus, seneng ngobrol, sama kaya appa dan ibunya lah pokoknya. Monkey see monkey do.

Kami punya waktu 20 tahun untuk bantu menemukan passion Bebe dan niscaya akan kami temukan! Hiduplah dengan passion biar nggak banyak ngeluh soal kerjaan!

Udah sih itu aja.

-ast-

Detail ►

My Thoughts On Fantastic Beasts And Where To Find Them

SPOILER ALERT. YOU'VE BEEN WARNED.


POTTERHEADS MANA SUARANYAAAA?

Kaya yang udah pernah gue bilang di review Harry Potter and The Cursed Child, JG itu suka nggak mau dengerin gue ngomongin soal Harry Potter alasannya ialah SUKA BERLEBIHAN HAHAHAHA. Ya udah bodo amat kau nggak mau dengerin, saya nulis di blog aja. 💩💪

Oke jadi meski nggak mau dengerin, JG baik banget nawarin apakah gue mau nonton Fantastic Beasts sendirian sementara ia jagain Bebe? YA MAU LAH. Tapi ahad kemudian kami terlalu malas pergi-pergi, kesannya gres nonton weekend kemarin dan pas ada Moana! Ya udah JG sama Bebe nonton Moana, gue nonton Fantastic Beasts. Bebe first cinema experience whoa so excited! *bohong* *yang ada gue tinggal rahasia alasannya ialah film gue mulai 15 menit lebih awal lol*

Moving on to the movie ... I was super excited, I legit got teary-eyed. Ya gimana pas gue liat buku Fantastic Beasts gue, ada tanggal belinya di situ tahun 2002 HUHUHU. Yang Quidditch Through The Ages malah tahun 2001. Berapa tahun gue membisu dan menganggap buku ini complementary doang dari buku dan tiba-tiba kini dibikin film itu kan mau nangis banget.

*mulai lebay*

EHM.

SPOILER ALERT. YOU'VE BEEN WARNED. TWICE.

I LOVE THE MOVIE SO MUCH! Langsung mules blushing gitu pas filmnya mulai dan pake soundtrack Harry Potter huhu.

Kaya settingnya, bajunya, perintilannya itu bagus banget. Kalau ada di tengah-tengah mereka gue niscaya jadi kaya Queenie deh soalnya ia pake pink terus sementara yang lain bajunya monokrom gitu. Hahaha. Terus yang main dikit banget deh, dikit bener-bener dikit hingga di IMDB list-nya pendek. Langsung ke pertanyaan yang paling banyak ditanyakan:

"Kalau nggak baca bukunya akan ngerti nggak? Nonton semua filmnya sih tapi nggak baca bukunya."

Kalau nggak baca bukunya kayanya nggak akan ngerti deh ini film. Banyak istilah kaya obliviate, squib, legilimens, itu nggak dijelasin.

Gini aja, di awal film ada kalimat ini:

Mary Lou: "Are you a seeker, a seeker of truth?"
Newt Scamander: "More of a chaser."

NGERTI NGGAK ITU? Kalau nggak ngerti kayanya nggak perlu nonton sih soalnya niscaya sibuk sama istilah yang nggak dimengerti. Atau minimal nonton sama yang ngerti. Soalnya line itu bikin gue speechless terharu gitu mengingat Harry dan mas-mas sebelah gue terdiam kaya nggak ada apa-apa. Berarti ia nggak ngerti bahahaha. Pengen gue colek deh "mas, nangkep nggak mas?" abis sepanjang film ia diem terus huuuu.

Oke the details!

1. Newt Scamander laff banget!

Kalau di buku kesannya ia ilmuwan sekali gitu dan DIA LULUS SEKOLAH. Tapi di buku ia badass banget huhu dikeluarin dari sekolah alasannya ialah ngebela ... cewek lol. Di film nggak dijelasin kan ya? Gue browsing sih hahahaha.

Gue suka Newt alasannya ialah ia passionate banget. Dasar geek ya, ngomong sama cewek aja malu-malu padahal Tina anggun banget! Dan pertanyaan terbesarnya jikalau ia dikeluarin dari sekolah KOK PUNYA WAND? Nggak dipatahin? Kok Hagrid dipatahin? Harry juga?

Speaking of Hagrid, Newt is a handsome and smart version of Hagrid lol.

2. So, Leta Lestrange who?

Makara si Leta Lestrange ini suka juga hewan terus ada eksperimen yang membahayakan murid lain dan Newt yang ngebela ia dan bilang jikalau ia yang salah. Terus ia dikeluarin HUHU. Mana ganteng. *LHA*

Gue search di Black family tree Leta ini belum ada sih tapi kata sutradaranya akan dijelasin lagi relationship sama Leta ... di film selanjutnya. SHUT UP AND TAKE MY MONEY!

3. Tina 

Tina apa deh nama belakangnya gue lupa. Porpentina Goldstein (browsing dulu lol). Ini orang bener-bener anggun banget! Tinggi terus badannya bagus gitu dan ia auror. Btw kenapa ya Auror tetep dipanggil Auror sementara Muggles jadi No-Maj? No-Maj is super weird gitu.

Tina ini tipe ambisius gitu sukaaaa. Gue freaking out liat ibu-ibu yang pake coat putih, ngambil pikiran Tina terus kaya dikeluarin ke Pensieve gede gitu tapi ternyata buat dieksekusi mati. Ibu-ibunya lempeng banget abnormal "it won't hurt, honey" padahal mau bunuh orang. Sinting.



4. Queenie and Kowalski

Pertama kali Queenie muncul gue pikir ini orang rada sakit jiwa hahaha. Macam orang yang dikurung di rumah alasannya ialah jikalau ke luar ia ganggu. Ternyata nggak. Emang agak freak aja kali deh, Luna Lovegood versi terlalu ceria. Dia bener-bener cewek abad great gatsby gitu huhu bajunya lucu-lucu banget.

Gue agak khawatir ia tempelan doang tapi ternyata ia pemberani sekalihhhh. Dan kenapa harus suka sama Kowalski hanya alasannya ialah ia No-Maj? Tapi Kowalski juga emang baik banget sih. Polos amat ya orangnya. Gue turut senang alasannya ialah kesannya ia dapat punya toko roti. *cemen*



5. Modesty and Credence

Sepanjang film digiring banget jikalau Obscurial itu punya Modesty (NAMANYA BAGUS BTW). Modesty ini mukanya nyeremin banget dan ia ternyata witch ya. Penasaran kan ia bilang ia 12 bersaudara, jadi maksudnya mereka keluarga penyihir? Sampai punya wand segala gitu.

Sementara Credence, gue udah nyangka juga sih dari awal jikalau ia Squib. Aktingnya bagus banget orisinil kaya orang depresi.

Ternyata ia bukan squib ya, terus katanya ia akan muncul di film kedua? Makara ia nggak mati? Kenapa anak kecil yang Sudan mati? WHY WHY WHY?

6. Graves

COLIN FARREL KENAPA TUA AMAT? Dikit lagi ngalahin George Clooney deh ah. Bos Auror kaya begini keren yaaa.

Gue mulai curiga ia bukan orang baik alasannya ialah ia tiba-tiba kasih kalung Deathly Hallows sama Credence. Gue kepo banget orisinil soal Grindelwald ini alasannya ialah dulu Elder Wand punya ia kan? Ini sebelum apa setelah ia berantem sama Dumbledore ya? *siwer*

Mana Grindelwald nya Johnny Depp AAAAKKKK. Johnny Depp seorang jago tugas abnormal emang udah deh ah.

7. Madam President aka Seraphina Picquery

Ini gue masukin alasannya ialah nggak penting lah di-translate sebagai ibu eksekutif huhu. Padahal maksudnya ia presiden penyihir seluruh Amerika kan kenapa deh jadi ibu eksekutif ah elah.

8. Promotes diversity

YES. Merhatiin nggak yang blonde itu dikit banget, semuanya dari banyak sekali ras gitu. Ya maklum zaman kini suka disindirin cyn jikalau nggak pake semua ras. Dan Rowling itu mengada-ada berdasarkan gue bilang jikalau dari dulu Hermione is black.

Nooo, waktu ia nulis itu, warta diversity belum kaya sekarang. Buktinya di ilustrasi ia aja Hermione-nya white kan. ia kaya nggak yummy hati gitu alasannya ialah film dan buku Harry Potter nggak banyak orang kulit gelap berperan. Ya menyesal sih niscaya ya alasannya ialah kini isunya jadi kenceng banget.

*

APALAGI YAAA? UDAH SIH YA ITU AJA YAAAA.

Mau nonton lagi lah plissss.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Catcalling



Iya, ini terinspirasi oleh post mas Arman Dhani di bawah soal pengalaman paling merendahkan yang dialami wanita di jalan. Membacanya saya sedih, duka sekali.



Hampir 5 tahun di Jakarta, saya tidak naik kereta, naik angkot pernah beberapa kali, naik Kopaja gres 2 kali. Iya sih naik TransJakarta dulu tapi bukan rutinitas (sesekali saja alasannya ialah kost deket kantor). Jarang sekali jalan sendirian, niscaya bersama sobat alasannya ialah saya penakut.

Baca punya Nahla:

Mungkin terakhir saya di-suit-suiti orang itu dikala Sekolah Menengan Atas alasannya ialah Sekolah Menengan Atas saya akrab pasar, catcalling jadi menyerupai sudah biasa. Malah terparah dikala ada exhibisionis pamer kemaluan di depan siswi-siswi yang lewat. Saya tidak di sana tapi teman-teman saya ketakutan sekali, mereka melapor pada guru.

Saya juga pernah mau pergi les berdua dengan sobat saya, wanita juga. Turun dari angkot, saya dan sobat saya masih harus berjalan sekitar 500 meter menuju tempat les. Padahal jalan ramai, tiba-tiba kami "dikepung" oleh mungkin sekitar 10 - 15 anak Sekolah Menengan Atas lain. Kami tidak kenal mereka, mereka bukan siswa tempat les kami.

Semua laki-laki. Mereka tidak menyentuh namun mereka berjalan bersama kami dan tertawa-tawa mengintimidasi. Mengobrol seolah kami tidak ada di tengah-tengah mereka.

Mereka benar-benar ada di sekeliling, jalan cepat pun tidak sanggup alasannya ialah beberapa orang sengaja berjalan lambat sangat akrab di depan kami. Pasrah, mau berlari pun sudah lemas duluan. Saya dan sobat saya saling menggandeng tangan kuat-kuat alasannya ialah sungguh takut sekali. Takut salah satu di antara kami ditarik pergi. 😣

Tapi menjelang tempat les yang sangat sangat ramai dan banyak orang yang kami kenal, mereka perlahan menjauh. Sampai jadinya tau-tau kami berjalan berdua lagi. Teman saya sudah hampir menangis, saya pun shock berat alasannya ialah tidak sanggup mencerna tadi itu maksudnya apa. Kenapa kami diperlakukan menyerupai itu?

Bertahun-tahun kemudian saya gres sadar bahwa oh mungkin mereka hanya iseng. Melihat dua wanita berjalan kemudian ingin menunjukkan power, ingin mengintimidasi. Entah apa yang didapat dengan melaksanakan hal tersebut. Bangga mungkin? Senang? 😕

Makara yah, pengalaman saya direndahkan di jalan sudah usang terjadinya. Karena kebetulan tempat rumah saya kini Islami sekali. Ada yang nongkrong di warung tapi berbaju koko dan sarung, sekadar mampir pulang salat di mesjid. Panitia 17 Agustusan pun dress code-nya tetap baju koko. Makara jikalau jalan sendirian, tidak ada yang catcalling juga.

Saya juga bertanya pada JG dan berdiskusi soal point of view beliau soal catcalling ini. Pertanyaan saya yang paling utama "kenapa harus suit-suitin cewek sih?". Kata JG "nggak tau ya, saya nggak pernah suit-suitin cewek di jalan tapi mungkin alasannya ialah mereka menganggap cewek yang lewat itu cantik."

Kemudian saya sebel banget alasannya ialah masa alasannya ialah elok doang sih! Dan JG tetep beropini "serius deh, jikalau nggak dianggap elok nggak akan dipanggil-panggil kok."

Duh tapi alasan "cantik" itu sungguh sangat sialan sekali alasannya ialah elok kan duduk perkara selera. Kalau itu alasannya pantas saja apapun bajunya, terbuka atau tidak, disuit-suitin mah tetep ya kan? Pantes jilbab sudah lebar, baju sudah longgar pun tetap disuit-suitin "assalamualaikum bu haji". 😠

Ada juga yang beralasan "ceweknya yang minta disuit-suitin" what! Itu serendah-rendahnya pria banget, beranggapan mereka sedemikian gampang tergodanya hanya alasannya ialah itu cewek dianggap cantik? Dan mereka berharap itu cewek gembira gitu disuit-suitin? Rendah sekali harga perempuan!

Makara harus bagaimana? Apa wanita harus menutup diri hingga wajah? NO! Laki-laki yang harus diajari menghargai perempuan.

Mungkin ini jadi terdengar klise alasannya ialah aneka macam yang bilang demikian kan, tapi memang benar! Kita terlalu sibuk meminta anak wanita kita menjaga diri hingga lupa bahwa anak pria kita harus diajari untuk menjaga perempuan. Untuk menghargainya, untuk tidak pernah merendahkannya.

Saya sendiri merasa demikian, mungkin alasannya ialah stigma yang terlalu berpengaruh menempel saya sering sekali berpikir "kayanya jikalau anak gue cewek, gue sanggup jantungan, untung anak gue laki." Karena saya berpikir jalanan sungguh tidak kondusif untuk perempuan.

Padahal punya anak laki-laki, peer besarnya ialah bagaimana beliau sanggup mengerti kiprahnya sebagai pria dan ini harus ditanamkan semenjak kecil. Bahwa tidak main garang dengan ibu, tapi boleh dengan appa. (main garang = gulat atau tindih-tindihan).

(Baca: Mengajarkan Gender pada Balita)

Yang paling penting juga adalah, bagaimana nanti Bebe harus melihat wanita equally. Dia dihentikan melihat wanita sebagai kaum kelas dua yang kerjanya hanya masak di rumah. Dia harus sanggup masak, harus sanggup melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dulu selalu disebut sebagai "pekerjaan perempuan".

Cara terbaiknya ialah dengan memberi contoh. Sampai kini Bebe mengasosiasikan masak dan ke pasar itu ialah kiprah appa, bukan ibu. Dia tau ibu sanggup masak alasannya ialah sering main masak-masakan sama saya tapi jikalau ada orang masak beliau selalu bilang "masak menyerupai appa". Itu teladan yang paling kecil sekali.

Berikut-berikutnya ya saya selalu menekankan hal-hal apa yang dihentikan dilakukan pada perempuan. Selalu saya tes dengan nama teman-temannya di daycare, apakah si A perempuan? Apakah si B laki-laki? Dia mulai sanggup membedakan bahwa teman-temannya yang pria lebih suka lari-lari sementara temannya yang wanita lebih suka memeluk boneka. Hal-hal menyerupai itu.

Mengapa dari usia sekecil ini? Karena saya takut terlambat. Berita anak SD sudah mengerti memperkosa menyerupai itu sama sekali tidak masuk pada budi saya, tapi itu terang jadi alarm bahwa tidak perlu menunggu usia tertentu untuk mengajari anak pria menghargai anak perempuan.

(Baca: How are we gonna raise our kids?)

Kembali ke catcalling, sungguh saya tidak melihat solusi instan dan urusan ini. Pendidikan harus merata, pengangguran harus diberantas jadi tidak banyak yang nongkrong tidak terang di pinggir jalan. Pendekatan agama juga seharusnya sanggup menjaga.

Katanya sanggup dilaporkan ke polisi, oh tentu lapor saja sih bisa. Ditindaklanjuti tidak? Belum tentu, lha wong kecopetan atau kemalingan di tempat kos aja entah tidak lanjutnya bagaimana. Apalagi catcalling, dianggap serendah-rendahnya harassment. But still, it's a harassment.

Kita harus bagaimana? Ada yang punya ide? Atau ada yang mau bercerita pengalaman catcalling juga? Komen di bawah yaaa.

-ast-

BTW Nahla lagi ikut competition. Dia bikin video soal bagaimana hidupnya harus sanggup di-switch jadi 6 peran. NONTON YA! Makasih banget jikalau sekalian mau like, komen, dan share!

Detail ►

Karma Anak Laki-Laki


Kaprikornus waktu kecil saya benci anak laki-laki. Dari mulai Taman Kanak-kanak pokoknya saya sebel sama anak pria soalnya mereka nakal.

Ya soalnya saya anak baik-baik, taat aturan, nurut ibu guru, dan segala rupa. Sementara anak perjaka suka nggak mau diatur.

Belum lagi ibu saya melindungi saya dari gangguan anak pria dengan galak. Beliau berpesan dikala saya SD, jikalau ada anak pria yang berani menyingkap rok saya PUKUL! Pukul punggungnya! Lapor sama guru! Dan itu saya lakukan hahaha.

Bagus sih ya jadi saya diajari terbiasa menolak pelecehan semenjak kecil. Tapi di otak saya akhirnya anak pria itu pembangkang dan tidak perlu ditemani.

Ibu saya yang anaknya tiga wanita semua juga selalu bilang "duh kayanya ibu nggak mampu deh punya anak laki-laki, niscaya nanti susah diem blablabla". Kaprikornus di otak saya, anak pria itu menyebalkan hahaha.

Soalnya ibu saya 5 bersaudara cewek semua, saya 3 bersaudara cewek semua. JG 4 bersaudara 2 cewek 2 perjaka sih tapi logikanya banyakan anak cewek dong? Nenek saya juga cucunya 9 yang 3 cowok. Kan kaya seluruh gen lebih banyak wanita gitu.

KEMUDIAN HAMIL DAN USG. ANAK SAYA LAKI-LAKI.


Saya hingga melamun berhari-hari lol. Nggak pernah kebayang punya anak cowok. Siapin nama selalu nama perempuan, bahkan udah browsing baju aja baju-baju cewek. Sampai waktu berlalu dan pas lahir oh lucu juga anak cowok. Hahaha.

TAPI si Bebe melaksanakan semua hal yang persis dilakukan anak pria sahabat sekolah saya dulu. Hal-hal yang jikalau dulu saya liat, selalu saya judge sebagai "dih dasar anak nakal" atau "lebay banget sih, ga jelas".

Ternyata anak perjaka emang agak kurang terang ya mainannya HAHAHAHAHA. Iseng terus ... kurang terang aja gitu, kurang makna lol.

Apa aja?

Lari-larian dan panjat-panjat

KENAPA INI KENAPA? Kenapa harus lari-lari keliling ruangan tanpa tujuan? Kenapa harus memanjat semua yang dapat dipanjat? Kenapa harus lari-larian kemudian saling menabrakkan diri DAN KEMUDIAN KETAWA-KETAWA?

Perasaan saya waktu kecil nggak pernah lari-lari jikalau nggak ada tujuan. Lari jikalau udah kesiangan dateng ke sekolah. Nggak pernah panjat meja tanpa alasan. 😪

Jatuh-jatuhan

Ini juga. Anak perjaka itu nggak perlu jatuh tapi kemudian akal-akalan jatuh ditambah dua kali berguling lagi. Yaelah lebay amat. Kenapa harus akal-akalan jatuh? Kenapa harus jatuh jikalau bergotong-royong tidak jatuh? Kalau guling-guling di garasi kan bajunya jadi kotor.

Udah gitu pas ditanya "sakit nggak?" jawabnya "Aduh sakit! Berdarah!"

Padahal nggak berdarah sama sekali terus lempeng aja main lagi padahal sayanya suka takut beneran berdarah kaya kemarin itu huhu. 😩

Dorong-dorong

Si Bebe suka iseng dorong-dorong temennya. Kaprikornus ia jalan mundur akal-akalan nggak liat temennya ada di belakang terus temennya kedorong, kedorong, kedorong hingga mentok dinding. Kalau dorong anak perjaka lagi biasanya mereka sambil ketawa-tawa.

Tapi jikalau yang didorong anak cewek maka dalam hitungan ke 10 si anak cewek akan nangis, Bebe akan di-time out, dan kemudian Bebe yang nangis.

LAH YANG DULUAN DORONG SIAPA?

Tidak kalem

Iya sih anak wanita juga ada yang nggak kalem. Saya liat sendiri di daycare anak wanita itu terbagi dua. Ada yang sweet, main boneka, kalem, larang-larang anak lain berbuat keributan alias saya di zaman dulu. Ada juga yang sama aja kaya anak laki-laki.

Bebe? Bebe main mobil-mobilan aja #goals nya yakni si kendaraan beroda empat saling menabrak. Kaprikornus jikalau saya main mobil-mobilan sama dia, kami duduk berhadapan dengan jarak 1,5 meter. Saya pegang satu mobil, Bebe pegang satu mobil. Nanti ia kasih kode dan kami harus memajukan itu kendaraan beroda empat tapi ia dengan sengaja akan nabrakin kendaraan beroda empat ia ke kendaraan beroda empat saya.

NGGAK ADA YANG NGAJARIN! Dia cuma tahu arti sabung dan pribadi menganggap itu seru.

Kaprikornus ia nggak pernah bilang "main mobil-mobilan yuk ibu?" ia bilangnya "main tabrak-tabrakan yuk ibu?"

T_______T

Tembok rumah penggalan bawah udalah bocel semua sebab Bebe mainnya mobil-mobilan besi gitu. Mobil plastik mah seminggu dimainin juga patah semua.

Suatu hari di daycare.

Bebe: "Ibu salo buang kendaraan beroda empat ke kawasan sampah"

Ibu; "KENAPA DIBUANG?"

Bebe: "Soalnya rusak, bannya patah!"

T______T

Itu sebab mobilnya plastik jadi no more kendaraan beroda empat plastik!

Pernah juga lagi macet, Bebe duduk di carseat terus tiba-tiba di bilang "appa sabung aja kendaraan beroda empat itu" *tunjuk kendaraan beroda empat depan*

ASTAGA. SUPER WHAT.



Banyak gaya

Iya kebanyakan gaya banget deh. Anak-anak cewek nih main perosotan itu caranya naik tangga kemudian merosot. Bebe main perosotan itu naik tangga kemudian merosot kepala duluan kaya superman. Atau naiknya dari arah perosotannya. Kan licin yah. 😴

Duuhhh dulu kan waktu kecil jikalau saya liat anak kecil model gitu saya pribadi nggak mau temenin ia sebab itu kelakuan anak nakal. HAHAHAHAHA.

Roll depan

Ini hobi Bebe bulan ini banget nih. Roll depan lah kapan pun roll depan dapat dilakukan. Auk saya hingga pusing sendiri kenapa sih ini anak?

*

Padahal ya, saya juga nggak pernah bilang "anak pria harus kuat!" sebab ya anak wanita juga harus berpengaruh kan. Tapi si Bebe naturally ingin terlihat berpengaruh gitu, semacam ingin menunjukkan diri jikalau ia kuat. It's in their blood deh ya kayanya. lol

Saya juga nggak mengajarkan gender pada mainan jadi nggak pernah larang ia main boneka atau masak-masakan. Tapi tetep maunya main fisik atau main bola. Bagus juga sih soalnya jikalau nggak main fisik nanti kurang capek, nanti bobonya kurang nyenyak. Hahaha.

Dan meskipun suka pusing sendiri kenapa suka nggak terang banget, ini saya simpan dalam hati belaka. Nggak pernah juga saya larang Bebe sebab ngapain deh dilarang? Ini jadi materi ketawa-ketawa aja sama JG bahwa anak itu meski nggak dihentikan atau diarahkan, mereka sebenernya tau mau mereka apa. Betapa juga Bebe itu selalu dapat bikin keadaan apapun jadi seru, padahal berdasarkan kita mah krik krik banget lol. Anak kecil belum harus mikirin bayar listrik sih! 💆

Serunya punya anak perjaka adalah, manjain ibunya banget hahahaha. Cium ibu selalu mau, cium appa belum tentu. Cium dan peluk ibu nggak diminta pun suka tiba-tiba cium dan peluk. Kalau digendong ia suka nggak tega gitu sama saya jadi maunya gendong appa aja "kasian ibu berat" huhuhu luv. 💖

Dan saya juga gres sadar kenapa saya nggak dikasih anak perempuan. Mungkin sebab saya akan jadi sangat boros. Sampai kini aja gatelan banget liat perintilan belum dewasa cewek. Belum lagi urusan Little Pony dan Barbie HAHAHAHA.

Sampai kini saya dapat menahan diri nggak beli Little Pony banyak-banyak sebab duh buat apa? Di kubikel kantor udah ada beberapa. Coba jikalau anaknya cewek, niscaya alesan aja akhirnya lol. Mana dari kemarin saya kepikiran pengen banget ini. Untung nggak punya anak cewek!


Anak perjaka kan enak, dikasih bola bahagia, bola kan 2 aja cukup, lah boneka little pony? Harus punya semua huruf dong ya kan? 😂

Tambahan sehabis baca komen: IYA BEBE JUGA SUKA FROZEN LIKE SUKA BANGET. LOL

PS: Tidak terima saran dan komentar anak kedua aja semoga dapet anak cewek. Satu aja saya kurus kering begini hahahaha.

-ast-

Detail ►

The Devil Wears Prada, Now


Dua hari lalu, sedang di rumah mertua dan jadi timbunan tidak mempunyai kegunaan di kasur alasannya ialah Bebe banyak yang jaga, saya nonton The Devil Wears Prada. LAGI. Setelah bertahun-tahun. Dulu ketika kuliah, ini film favorit saya, saya tonton berulang-ulang dan dulu rasanya semua adegan dalam film ini benar.

Dulu rasanya masuk akal. Rasanya memberi saya pelajaran bahwa sahabat dan pacar ialah yang terpenting. Mereka yang paling mengerti kita. Bahwa mengejar passion ialah segalanya.

Semalam nonton lagi dan ehm, ini film ya ... film. Saya nggak lagi relate dengan film ini. Saya sanggup bilang gini alasannya ialah kini saya kerja, punya bos, punya pressure. Dan ini film jadinya ugh dan bikin saya terus-terusan bilang "oh come on! Get real!" 😂

Oke ini pendapat dari sisi saya. Yang surprisingly ceritanya menyerupai sekali dengan hidup saya. Saya menyerupai Andy, PINTAR HAHAHAHAHA FUG, suka menulis semenjak kecil, mendalami dunia jurnalistik. Bedanya Andy terpaksa jadi personal assistant (PA) sementara saya tidak terpaksa.

Karena saya jenuh kuliah jurnalistik dan ingin suasana baru. Padahal ya, dunia media dan menulis ialah passion saya. Tapi ketika itu saya sedang ingin break. Capek sesudah skripsi.

Iya, pekerjaan pertama saya ialah PA seorang bos Korea. Di perusahaan Korea. It was hard alasannya ialah bos Korea saya berganti setiap tiga bulan. Tiga bulan pertama, bos saya namanya Mr Goo. Orangnya baik sekali, layaknya ayah-ayah baik di drama Korea. Sering membawakan saya makanan, super lah!

Tiga bulan kedua? Namanya Mr Kim. Dia ialah tipikal bapak-bapak di drama Korea yang kerja hingga malam, mabok hingga pagi, dan pergi kerja dengan baju yang sama dengan kemarin. Bau soju. Marah-marah, maki-maki, banting barang.

Sialnya, ia marah-marah alasannya ialah ia perfeksionis. Karena kami kurang cekatan. Persis Miranda. Meski ya permintaannya masuk nalar lah, jikalau Miranda kan nggak masuk akal. *IYA IYA NAMANYA JUGA FILM SIS*

Ya setelahnya, menyerupai juga Andy, saya resign dulu tanpa punya pekerjaan pengganti. Yang terang saya resign alasannya ialah saya merasa saya tidak jadi diri saya. Saya tidak mau jadi PA. Saya ingin mengejar passion. Tidak hingga 3 bulan menganggur, saya hasilnya bekerja di media. Seperti harapan saya, dan harapan Andy.

Yang ingin saya bahas ialah bagaimana orang-orang di sekitar Andy bereaksi atas pilihan Andy. Andy yang ambisius, ambisius banget hingga pindah ke luar kota demi mengejar cita-cita.

Andy & Nate



Saya sebel sama Nate alasannya ialah ia nyindirin baju stylish Andy mulu. Karena katanya ia nggak mau Andy jadi orang lain. IMO, cewek lo pake baju yang lebih baiklah ya why not lah asal ia masih sayang. Asal nggak ngutang, asal masih bayar listrik 😩. Mau cewek lo pake baju apa kek itu URUSAN DIA.

Kalau salah satu bilang "kamu berubah" cuma gara-gara urusan baju, ya artinya yang satu nggak sanggup menyesuaikan. Karena insan itu SELALU berubah. Tanpa pekerjaan gres pun sanggup berubah. Kalau kalian sama-sama mendukung, kalian akan berubah bersama, mengikuti keadaan bersama.

(Baca: Tips Ngurangin Berantem sama Suami/Pacar)

Kerjaan itu nomor 1!

Ketika lo kerja, kerjaan ialah prioritas nomor 1! Teman ialah segalanya hanya berlaku pada ketika lo sekolah dan kuliah di mana lo sanggup mangkir untuk belain temen. Udah kerja mah jikalau mau ada waktu buat teman-teman ya cutilah! Keluarga aja nomor 2 kok, kerjaan niscaya nomor 1. Apalagi cuma pacar dan teman.

Di film ini seolah itu semua salah. 😪 Padahal belain kerjaan itu BENAR alasannya ialah emang temen lo mau ikut bayar cicilan atau tagihan jikalau lo dipecat? 😩


Tinggalkanlah teman-teman yang tidak mendukung pekerjaan dan bertemanlah dengan sahabat kantor 😪 Ada alasan kenapa sahabat kita semakin sedikit semakin kita dewasa.

Masa demi ultah pacar harus nggak selesaikan kerjaan kantor? Terus pacarnya kecewa? Padahal pacarnya tahu persis Andy itu ambisius. Maunya ia belain birthday dinner terus Andy dapet problem gitu besoknya? Aneh abis.

Kayanya jikalau saya ada meeting penting terus saya harus skip dan bilang ke bos "sori mas pacarku ultah". Kayanya bos saya akan bilang "ngana yang punya kantor?" JAHAHAHAHHAHA. Makanya saya pengen toyor Nate pas ia ngambek, pengen bilang "Mau lo apa?! Solusi bro, solusi!" LOL

Oke Nate menganggap Andy "menggadaikan" idealisme dan maunya Andy kerja di daerah yang ia suka. Anggap Andy jadi wartawan, emang jadi otomatis bakal punya banyak waktu buat ia gitu? Boro-boro birthday dinner, ketemu aja mungkin sulit HAHAHAHA.

Kalau orang terdekat (teman dan pacar) ga suka pekerjaan kamu, yang patut ditanyakan ada dua. Pertama, apa mereka benar? Kedua, apa justru mereka bukan orang yang sempurna buat kau dan kau gres dibukakan mata?

Karena sebel juga sama Lilly yang komplain Andy berubah. Andy yang sudah dikenalnya selama 16 tahun berubah. YAIYALAH BERUBAH WHAT DO YOU EXPECT?

Andy fresh graduate gitu ya anggap umur 22-23, 16 tahun yang kemudian berarti umur 6-7? Seberapa banyak dari kalian yang masih bersahabat dengan sahabat kalian dari umur 6, masih sangat akrab, dan berharap mereka nggak berubah? 🤔🤔🤔

Kalau ada yang punya, sahabat semenjak Taman Kanak-kanak yang hingga ikut campur ke urusan lo mending putus sama ia atau nggak, kemungkinan nih ya, kalian nggak career oriented lol. Orang-orang yang career oriented sahabatnya sedikit. *NGACA* 😂

Abis gimana, nikahan sahabat bareng sama wawancara Lee Min Ho? Siapa yang akan kalian pilih? LEE MIN HO LAH. Dan sahabat beneran nyuruh saya wawancara Lee Min Ho dibanding dateng ke nikahan dia. 😂

Buat saya, seharusnya Lilly akan selalu dukung segala keputusan Andy. Apapun yang bikin ia hepi, mau kolaborasi monster kek, mau putusin pacar, mau selingkuh. Nasihatin aja tapi jangan ikut judge lah. Nangis-nangis juga baliknya curhat sama ia kan? Kalau sahabat aja judge harus lari ke mana lagi kita?

Dan terakhir soal kerjaan ...

Berbahagia lah sanggup kerja di daerah yang to die for. Miranda emang lebay, tapi dalam dunia konkret juga selalu ada bos yang ia gres suruh sesuatu hari ini tapi maunya selesai KEMARIN. 😂😂😂

Bos-bos model gini tapi biasanya yang seru, daerah kita berguru banyak soal segala hal. Hari gini pacenya harus kenceng lah jikalau slow nanti ketinggalan.

Dan kamu, apalagi kau dan kau yang belum berkeluarga, selalu punya pilihan untuk resign. Kalau nggak punya pilihan? Kamu akan menemukan cara untuk survive. WE SURVIVE. YOU'LL SURVIVE.

(Baca: 
Survive di Jakarta)

TAPI YAH 

Saya tetep enjoy sih nonton filmnya HAHAHAHAHAHA. Tetap senang melihat baju Andy berganti-ganti. Tetep hepi nontonnya alasannya ialah nostalgic, cuma ya, nggak relate lagi. Makara malah ngetawain diri sendiri waktu muda kenapa naif amat lolol.


BTW SAYA LAGI LIBURAN NIHHHH SAMPAI TAHUN BARU. Maap maap update blog terhambat banget yaaaa. Kembali normal sesudah 3 Januari. See you! :)

-ast-

Detail ►

Mendefinisikan Nakal


Bulan kemudian saya belanja bulanan di Bandung. Pringles lagi diskon buy 1 get 1 free. Ini pertama kali Bebe makan cemilan model begini, biasanya beliau makan mentok biskuit doang. Coklat dan permen belum pernah makan. Excited dong Bebe.

JG antri di kasir, saya ambillah itu Pringles dan ajak Bebe duduk di dingklik depan supermarketnya. Di dingklik itu ada anak umur 4 tahunan bangun di kursi, bersama wanita setengah baya yang saya duga neneknya. Ternyata benar,

*Ah elah mau bilang anak umur 4 tahun duduk sama neneknya aja ribet lol*

Karena Bebe excited ingin makan, Bebe kalem. Dia elok sekali. Nggak lari-lari atau apa. Si nenek itu ngeliatin kami terus hingga kesannya nyeletuk.

"Berapa tahun ini neng? Meni (kok) santai gitu, ini mah nakal," katanya sambil menunjuk sang cucu.

NAKAL. INI MAH NAKAL. SI CUCU DIBILANG NAKAL.

T________T

na.kal
[a] (1) suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, dsb, terutama bagi anak-anak) (2) jelek kelakuan (lacur dsb) - source kbbi

Saya jawab, "Dua tahun setengah bu, badung kenapa emangnya?"

"Ya ini naik-naik kursi, jika di rumah duh nggak mau diem. Blablabla," si ibu full curhat mode-nya diaktifkan.

Yang ada di otak saya cuma satu. Anak naik kursi dibilang nakal. Anak lari-larian dibilang nakal. Kok duka sekali.

T________T

Apa definisi nakal?

Dulu, ibarat yang saya ceritakan di postingan Karma Anak Laki-laki ini definisi badung saya memang ibarat itu. Tapi kan itu waktu saya kecil, sehabis punya anak sendiri, ya berubah lah. Kok tega banget bilang anak sendiri nakal?

Kalau menjudge anak sendiri nakal, apalagi masih balita, apa yang sudah kita lakukan sebagai orangtua? Karena berdasarkan saya, badung pada balita itu problem contoh pikir sebagai orangtua.

Nakal itu judge yang parah sih berdasarkan saya. Karena anak balita bukan tidak mau berdasarkan tapi memang tidak mengerti bahwa ia HARUS menurut. Maka ia harus diberi pengertian, bukan dilabeli nakal. Karena melabeli badung pada balita itu nggak ada gunanya.

Oh wait, kayanya memberi label badung pada semua orang itu nggak ada gunanya. Cewek badung dan pemuda badung aja definisinya nggak sama. Hih.

(Baca: Bebe Umur 2 Tahun itu Bikin Pusing!)

Karena si anak dilabeli badung kemudian apa? Lalu kita stres sebab merasa punya anak nakal. Padahal yang pertama kali bilang si anak badung itu siapa? Kita sendiri.

Bebe jauh dari kalem. Tapi jika beliau naik kursi ya dijaga aja biar tidak jatuh. Kalau memang ancaman yang diberi tahu jika itu bahaya, nanti Bebe jatuh. Kalau marah? Diamkan. Kalau kita kalah sebab beliau marah? Kita yang gagal.

Iya kita yang gagal. Kita memberi kesempatan pada si anak untuk menunjukkan bahwa kita lemah dan kurang tegas. Padahal balita butuh sosok yang tegas, sosok yang beliau percaya. Dengan tegas beliau nggak akan benci sama kita kok. Kalau udah terlanjur gagal? Masih ada kesempatan.

Besok lagi juga anak akan melaksanakan hal yang kita rasa salah kok, dijamin. Makara orangtua kan proses seumur hidup, nggak mungkin mulus terus. Sesekali gagal tapi tolonglah jadikan pelajaran. *ngomong sama diri sendiri*. Bukannya jadi menyalahkan si anak dengan bilang "ini anak nakal".

Lebih parahnya lagi membandingkan dengan anak orang lain. Bebe dianggap santai sebab duduk, si cucu dianggap badung sebab bangun di kursi. Kenapa beliau sungguh yakin jika Bebe tidak pernah naik kursi? Dijadikan perbandingan itu menyakitkan, saya eksklusif kebayang ibu si anak.

Ibu si anak mungkin hidupnya tertekan sebab ibunya sendiri mengkritik cucunya sebagai cucu yang nakal. Sedih. :(

(Baca: Tips Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum)

Kalau anak sudah usia SD atau Sekolah Menengah Pertama sih berdasarkan saya sebab definisi "nakal" nya sudah dapat dalam level mengganggu ketertiban umum. Pernah saya lagi makan indomie di warung deket kostan dulu, dan tiba-tiba anak empat anak SD pake seragam pramuka mengobrol di depan warung, mereka membuka tas, DAN MEMINDAHKAN CELURIT. Dari tas si anak satu ke tas anak lain.

ANAK SD. MEMINDAHKAN CELURIT. Si ibu warung eksklusif melempar belum dewasa itu dengan kursi plastik dan mengusirnya. Mereka diancam biar tidak main lagi ke kawasan situ. Mereka kabur terbirit-birit.

Oke jika level ibarat itu gres dapat dibilang badung sih. Meskipun tetep pertanyaannya mendasarnya "orangtuanya ke mana? kenapa dapat mereka begitu?" Kadang orang harus dibekali otak dulu sebelum memutuskan untuk punya anak.

Ya tetep, problemnya di orangtua.

Apa definisi badung buat kalian?

Tolong jangan bilang badung pada balita ya sebab kasihan. :(((((

-ast-

Detail ►

Little Things That Matter


Hi gaes!

Duh abnormal lama-lama blog ini isinya kaya vlog gitu di mana saya cuma nulis aja pas saya mau nulis, entah ada maknanya bagi pemirsa atau nggak. Sama kaya vlogger model hari ini masak ya beliau vlog masak, hari ini nggak tau mau ngapain ya beliau bilang di video jikalau hari ini nggak tau mau ngapain lol.

KE MANA ANNISAST BLOGGER PARENTING ITU HAHHH? YANG SUKA MEMBERI TIPS DAYCARE DAN KEHIDUPAN BERSAMA ANAK BALITA? KE MANAAA?

Auk ke mana. Butuh pasokan energi ekstra dalam bentuk waktu membisu yang agak lama, untuk meresapi maunya apa sih taun ini? Rajin blogging nggak, vlogging juga nggak, rajin kerja sih iya alasannya ialah takut nggak gajian hahahaha.

Terus saya mikir. Maklum lah ya jikalau diem niscaya jadi banyak mikir. Memikirkan harapan dan resolusi yang tumben belum dibentuk dalam bentuk image dan dihias. Masih di notes belaka.

Karena resolusi kami tahun ke tahun itu semuanya big things! Model pemasukan sebulan nambah sekian, beli barang A, barang B, ini itu, Bebe daftar pre school, ini itu. Semua BESAR banget. Nggak ada resolusi sederhana macam olahraga, atau sarapan buah alasannya ialah ah sudahlah kebanyakan teori hahahaha. Kalau bikin kalian semangat sih nggak apa-apa tapi kan sebenernya mulai hidup sehat mah dapat kapan aja dilakukan ASAL NIAT.

Kemudian saya memikirkan hal-hal penting tapi kecil ... dan gampang dilupakan ... menyerupai ...

... memanjakan JG. IYA JG BUKAN BEBE. Soalnya dulu pas belum ada Bebe, hidup JG 100% saya yang atur banget level mau main futsal aja saya yang pack barangnya semua, temenin main, beresin sehabis main.

Sekarang kasian huhu pergi ke kantor aja siapin semuanya sendiri alasannya ialah saya siapin bawaan Bebe ke daycare. Aku nggak dapat banget deh sayang sama dua orang di waktu yang sama. EGIMANAAA? 😂

Ya saya akan berusaha!

JG, I know you read this, you've never told me to do this or that and you always patiently take care of me but I'll try too! ❤️

Nggak usah nambah sayang-sayangin Bebe alasannya ialah overflowing banget takut malah jadi manjain. Hahahaha. Ditegur kemarin sama JG "kenapa sih cium-cium Bebe terus?" padahal udah mau telat pergi kerja. Gendong, cium, ambil tas, cium, beres-beres baju Bebe, cium. Cium anak bayi kenapa candu ya.

*sebel amat mau pake kata 'candu' tadi mikir dua kali hihhh gara-gara awkarin* 😪

Saya juga mau lebih menerima, berdamai dengan keadaan, nggak banyak berantem sama JG maka saya akan demand ke JG plis jangan ngajak saya berantem hahahahaha.

Intinya itulah. Tahun ini rasanya kok pengen menata diri, pengen mencari maunya apa sih hidup ini? Mau kerja terus hingga pensiun? Mau resign atau keliling dunia semoga kaya the real millennials? Mau apa?

Mau berguru makeup semoga makin jago. Mau namatin jadi semua Disney Princess terus di-featured BuzzFeed *tetep*. Ternyata makeup huruf itu tantangannya luar biasa ya alasannya ialah menirukan kan. Gimana caranya pipi dapat chubby? Gimana caranya mata sipit? Gagal mah nggak apa-apa namanya juga nyoba pertama kali lol. Lumayan buat ngetawain diri sendiri aja. 😂


Terus review palette eyeshadow yang belum kesampaian satu pun. Mau lebih banyak berguru soal makeup dan edit video semoga jagoooo!

Dan gongnya adalah, tahun ini saya dan JG punya 2 channel YouTube terpisah!

Iya soalnya dari kemarin gundah kok channel saya isinya campur aduk. Jadinya mau dipisah aja, channel saya isinya beauty dan girly things lain sementara channel JG isinya vlog, parenting, keluarga, Bebe, endebre endebre. Thanks to Chandraliow dan Agung Hapsah, JG jadi mau edit video lagi hahahahha alasannya ialah kompetitip liat video mereka keren lol.

Nonton video pertama JG di sini yaaa. SUBSCRIBE YAAAA.


Kalau dari segi barang saya belum pengen apa-apa sih. Malah ngurangin barang banyak banget. Di Bandung keluar 4 karung baju, kemarin di Jakarta keluar lagi 2 karung. Ini bangkek nih, kerasanya hal kecil banget, ah baju doang. TAPI kenapa baju jadi banyak?

(Baca: Suka Menumpuk Barang? Hidup Minimalis Yuk!)

Pertama dulu pas kuliah saya seneng banget beli baju. Zaman-zaman masih ngikutin musim dan baca semua website fashion plus langganan majalah fashion. Baju-baju lalu sayang dong dibuang juga soalnya dulu belinya mahal huhu. Dulu beli baju uangnya dikasih ayah jadi nggak sayang beli mahal, kini pake uang sendiri mah bhay.

Kedua, baju kami harus banyak alasannya ialah JG males nyuci hahahaha. Kasian capek. Ke laundry pun effort packing dan jalan kan. Sejak beli mesin cuci, nyuci lancar jaya dan kami jadi nggak merasa butuh baju banyak.

Apalagi ya? Yang kecil-kecil tapi penting? Kayanya banyak hahahaha. Ya termasuk rajin menulis semoga waras dan rajin vlogging semoga skillnya nambah. Ingin beli printer buat nyoba-nyoba printable dan bikin diy. Terus apalagi yaaaaa. Ayo dong beri inspirasi lol.

Kalau ngomongin yang besar malah inget, kasian yang kecil-kecil huks. Goal terbesar tiap tahun semenjak punya Bebe sih nyelesain dana pendidikan Bebe jadi nanti uangnya dapat buat yang lain huhu. Gila hingga nggak nafsu liburan atau apa, setiap punya uang dimasukin buat uang sekolah Bebe. Punya anak seheboh itu adek-adek, jangan pada buru-buru nikah ya.

Yeah.

Itu ajalah. See you when I see you!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Menikah Dalam Satu Kata


Begini, menikah sama sekali bukan hal sederhana. Apalagi harus merangkumnya dalam satu kata.

Tapi bagi saya ada satu kata. Kata ini sungguh selalu menciptakan saya tersenyum dan kadang menarik napas berat. Ya, menikah itu bukan hal yang ringan. Meskipun juga tidak berat.

Baca Menikah dalam Satu Kata berdasarkan Nahla

Saat masih anak-anak, menikah sesederhana punya keluarga. Menikah yaitu tiba ke pesta ijab kabul om dan tante kemudian tak usang mereka punya anak yang jadi sobat bermain kita. Hai para sepupu!

Beranjak remaja, definisi menikah mulai jadi sedikit rumit. Baru kenal dengan jatuh cinta, menikah yaitu hidup berkeluarga dengan orang yang kita pilih. Mulai juga menyadari kalau ada yang berhenti menikah alasannya yaitu banyak hal. Ayahnya jahat kabur dari rumah, ibunya tega sekali mau bercerai padahal tidak bekerja, kasihan anak-anak. Ya, kasihan anak-anak. Anak-anak itu, teman-teman kita dulu.

Dulu. Sekarang tentu tidak, saya tidak pernah mau judge orang menikah, belum menikah, tidak menikah, atau berhenti menikah. Belum punya anak atau tidak mau punya anak. Siapa yang jahat siapa yang salah.

Semua orang punya pilihan sendiri tapi ketika pilihanmu menikah, tak sanggup dihindari ada sebagian hidup yang berubah. Sebagian menjadi lebih kasar alasannya yaitu membangun keluarga butuh semangat luar biasa. Sebagian menjadi lebih malas alasannya yaitu untuk apa lebih semangat kalau leyeh-leyeh pun bahagia? Kalau tanpa bergerak dari kasur pun sarapan sudah siap sedia? *MAKASIH LOH SUAMIKU* lol

(Baca: Menikah Bukan #lifegoals)

Makara di usia saya yang ke-28, sudah tiga tahun menikah, apa satu kata yang sanggup merepresentasikan pernikahan?

KOMPROMI. COMPROMISE. COMPROMETTRE.

Yang terakhir bahasa Prancis. Just because. Google translate kok tenang aja. Artinya sama kok.

*skip*

kom.pro.mi
[n] persetujuan dng jalan tenang atau saling mengurangi tuntutan (tt persengketaan dsb): kedua kelompok yg berselisih itu diusahakan berdamai dng jalan -- source 

Ya apalagi untuk alpha female menyerupai saya, konsep ijab kabul yang sungguh patriarki itu really, super hard. Oke menikah BISA tidak patriarki tapi para suami naturalnya ingin jadi memimpin. Mungkin alasannya yaitu semenjak kecil dibesarkan dengan pria harus berpengaruh (oh well wanita JUGA), pria harus sanggup mengambil keputusan (IYA DAN PEREMPUAN JUGA). Laki-laki harus begini harus begitu yang padahal harus sanggup dilakukan semua manusia. Tidak peduli pria atau perempuan.

Padahal saya sudah menikah dengan JG yang well, cukup feminis untuk ukuran suami Indonesia. Kami tidak menggunakan konsep kiprah istri atau kiprah suami alasannya yaitu menyerupai yang JG bilang sendiri, ia mencari istri bukan mencari pembantu.

Jangan tersinggung dulu, kalau kalian istri-istri yang sukarela melayani suami sih ya ahli lah. Dan suami kalian harus appreciate itu, dengan beliin tas gres tiap bulan contohnya 😂 Ya atau beliin apalah yang kalian suka.

Konteks "pembantu" di sini yaitu suami-suami yang mau enaknya aja. Misal istrinya kerja, istrinya juga yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, diizinkan pake pembantu tapi istrinya yang disuruh bayar honor alasannya yaitu pekerjaan rumah kan pekerjaan istri! Udah gitu anak mulai usia sekolah istrinya juga yang harus antar jemput. Suami-suami keterlaluan menyerupai ini loh yang kami maksud dengan "hanya ingin dilayani".

Tapi tetap saja, sudah menikah dengan orang yang saya pilih sendiri pun tetap ada hal-hal yang menciptakan saya merenung dan berpikir "kenapa menikah sesulit ini? kenapa dulu gue pengen banget nikah sih?" 😂

Apalagi saya bekerja. Alpha female senang bekerja dan menikah itu nggak sanggup diwakilkan dengan kata selain kata kompromi. Paling sederhana, saya dan JG sama-sama harus lembur. Siapa yang harus jemput Bebe? Saya.

Sungguh saya masih ingin kerja juga! Tapi ya, saya menyerah dengan suka rela dan pulang lebih cepat untuk menjemput Bebe. Kalian sanggup bilang "iyalah lo ibunya!" Lha JG juga bapaknya, apa bedanya?

Dan banyak hal lainnya. Yang masuk akal bahwasanya alasannya yaitu kami dibesarkan dengan cara berbeda, melewati dua puluh sekian tahun dengan cara berbeda, sebelum balasannya bertemu dan tetapkan membuatkan pengalaman bersama. Meski 90% kami melihat duduk masalah dengan cara sama, ada 10% nya yang benar-benar berbeda dan itu sedih.

T________T

Saya dan JG jarang sekali berbeda pendapat. Jaraaaanggg sekali. Kebanyakan dialog kami "iya ya? iya juga, iya sih, iya emang ya" makanya kalau tiba-tiba ada yang beda atau nggak oke tapi prinsipil itu ujungnya hampir niscaya berantem. Kalau nggak prinsipil paling lewat doang kan "nggak ya? berdasarkan kau nggak? okay"

Tapi kalau prinsipil. Sedih.

T________T

Saya berguru untuk membisu dan menerima. Saya berguru untuk tidak membahas hal-hal kurang penting. Saya berguru untuk menyadari sepenuhnya bahwa diri saya bukan lagi milik saya sendiri. Bahwa tidak semua hal sanggup 100% menyerupai yang saya mau. Pun membesarkan Bebe. Bahwa semua harus berawal dengan diskusi.

And trust me adek-adek yang belum menikah, it's harder than you think.

Awal-awal menikah saya masih berprinsip berpengaruh kalau semua duduk masalah ya harus dibicarakan. Lebih baik bertengkar tapi semua unek-unek keluar daripada membisu dan kesal.

Sekarang tidak. Sekarang saya sanggup membisu dan tidak kesal lama-lama. Sungguh pencapaian luar biasa. Karena berantem itu capek luar biasa. Belum lagi mengatur emosi supaya tetap di tone bicara normal dikala bicara dengan Bebe. Wow susah. Maka saya menentukan untuk tidak bertengkar.

Saya menentukan menunggu beberapa hari dan kemudian bilang baik-baik. Itu pun lebih baik via chat. Chat sanggup dibaca berulang, chat sanggup dibaca pelan-pelan. Chat penyelamat hidupku lol. Semoga yang bikin WhatsApp masuk nirwana ya.

Lagi jarang banget sebenernya berantem alasannya yaitu hal besar. Paling sering dan paling kesal itu berantem cuma alasannya yaitu capek. Capek itu sumber amarah luar biasa ya. Padahal cuma ngomong apa gitu yang sebenernya sanggup diketawain, tapi alasannya yaitu lagi capek jadinya tersinggung. Jadinya berantem. Aduh.

Hal-hal besar sih nggak akan saya ceritakan di sini ya, hal kecil aja deh. Misal, JG selalu dengerin lagu kapanpun ia mau, sambil masak atau sambil basuh piring. Saya nggak suka dengerin lagu. Saya dengerin lagu kadang doang kalau lagi kerja alasannya yaitu saya nggak konsen! Apalagi kalau di rumah JG setel lagu, Bebe nonton film. Udah gitu dua-duanya ngajak ngobrol. Bisa dipause dulu nggak sih? Nggak suka banget ngobrol teriak alasannya yaitu suaranya ketutup sama lagu dan film.

Tiga tahun berlalu dan ya udah, nggak sanggup dipause ternyata gaes jadi ya daripada berantem maka saya membisu dan mendapatkan semua playlist dia. Ini hal terkecil dari kompromi alasannya yaitu kalau mau diberantemin sanggup banget. Tapi ah udalah, diem aja. Masa gitu doang berantem? Menjaga emosi itu menjaga kesehatan jiwa banget jadi saya sebisa mungkin nggak emosi sama hal-hal kecil.

Paling susah kalau lagi mens. Huhuhu. Saya benci kalah sama hormon tapi nangis ajalah supaya kalau lagi mens mah. Daripada berantem lebih baik nangis. Itu prinsip hidup HAHAHAHA.

(Baca: Tips Mengurangi Berantem dengan Suami)

Maka menikahlah sesudah melalui proses panjang wawancara! Jangan menikah tanpa kalian tahu bagaimana contoh pikirnya terhadap hal prinsipil. Karena jikalau tidak, kalian akan menghabiskan sisa hidup dengan berusaha mendapatkan perbedaan pendapat. Itu melelahkan dan bikin stres!

Nggak heran banyak istri-istri yang mengeluhkan suaminya di socmed. Kasian, sudah tidak tahu lagi mau dongeng pada siapa jadi bikin status supaya unek-unek sanggup keluar. Sini peluk, huhu.

Banyak juga group Facebook yang berbasis curhat untuk para perempuan. Saya pernah join beberapa hanya alasannya yaitu ingin tahu. Isinya ya gitu, curhat istri-istri suami saya begini suami saya begitu. Kemudian saya left group alasannya yaitu ngapain deh ah.

T________T

Saya percaya menikah dengan orang yang tepat itu less stressful jadi sabar aja yang belum nikah alasannya yaitu merasa belum nemu orangnya. Jangan menikah terburu-buru.

Dan hanya sesudah menikah saya gres sadar bahwa tidak ada ijab kabul yang sempurna. Kalau ada pasangan yang tampak perfect, maka percayalah itu hanya TAMPAK saja. 😂

Apalagi kalau kami dipuji oleh pasangan belum menikah "wah kalian seru banget ya nikah" IYA SERU BANGEEETT. HAHAHAHAHAH. Pasti berujung dengan JG menasihati "udalah jangan nikah buru-buru, pikir-pikir lagi aja" lol sialan.

Kalian tidak mau menikah? Good for you! Nggak apa-apa banget. Nikmati hidup tanpa harus berkompromi. Saya sendiri hingga kini galau kenapa saya mau nikah hahahahahha.

*

Demikian ngalor ngidul hari ini. Dan menyerupai biasa saya mau ikut nanya, apa satu kata yang paling mewakilkan ijab kabul berdasarkan kalian?

Bahagia? OH COME ON, jangan jawaban lame kaya gitu ya. Karena kalau nggak senang pikirkan ulang pernikahannya. Cinta? Yaiyalah kalau nggak cinta saya udah kabur ke ujung dunia sis. Ayo kata yang lain yaaa.

Jawab di kolom komentar atau bikin blogpost dan tag saya ya! :)

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Pendidikan Seks Untuk Anak


Minggu ini timeline dan WhatsApp group diramaikan dengan sebuah foto buku yang dianggap "porno" dan menciptakan ibu-ibu marah. Buku itu mengatakan anak kecil pria sedang "masturbasi", dalam tanda kutip loh ya.

Yang jadi dilema yaitu halaman buku yang tersebar hanya sepotong. Padahal ternyata di bukunya lengkap tertulis tips untuk orangtua dan kenapa bawah umur dihentikan melaksanakan itu.

Tapi ibu-ibu keburu ngamuk! KPAI hingga ikut nimbrung dan bilang buku yang tidak pantas blablablabla. Sampai masuk TV dan portal isu nasional.

Baca punya Nahla:

Saya sendiri, apakah terganggu dengan buku itu? Surprisingly, tidak.

Anak saya laki-laki. Ada fase di mana anak memang bahagia memegang kemaluannya. Fase ini normal dan tidak apa-apa. Ini yaitu fase berikutnya sehabis fase oral.

"Tapi itu buku nggak cocok buat anak-anak!"

Duh buibu, buku yang nggak cocok buat bawah umur itu BANYAK. Ya filternya ada di kita lah. Masa beli buku buat anak kita nggak cek dulu isinya? Masa membiarkan anak baca sendirian? Dari pas beli aja udah difilter kali, itu buku apa, isinya bagaimana, layak baca atau nggak. Dan sebagainya.

Kaprikornus ibu-ibu yang panik, marah-marah, dan bilang buku itu harus ditarik dari peredaran, I JUDGE YOU. I REALLY DO. Pasti nggak pernah nemenin anaknya baca buku ya? 😪

Yaiyalah, kita nggak dapat mengatur dunia biar tetep tepat secara moral. Kita yang harus jadi benteng pertama pertahanan tabiat anak kita. Bukan orang lain! Apalagi buku!

Gimana jikalau bawah umur baca di daerah lain? Di sekolah misalnya, di daerah yang tidak ada orangtua menemani.

Nah ini dia. Pendidikan seks untuk bawah umur seharusnya sudah diberikan jauh, jauh sebelum mereka dapat membaca. Karena memang ketertarikan mereka pada kemaluan, pada lawan jenis, kan sudah terlihat semenjak balita kan. Sejak dari belum dapat baca.

Saya sendiri memperkenalkan gender dan lebih spesifik lagi kemaluan pada Bebe sudah lama. Mungkin semenjak usianya belum dua tahun. Alasannya sederhana sebenarnya, saya ingin beliau jadi pria yang menghormati perempuan.

Soalnya balita itu kan asal seruduk aja, mau pemuda atau cewek jikalau lagi main ya timpa-timpaan aja. Saya nggak mau ibarat itu. Main tabrak-tabrakan, main timpa-timpaan, hanya dengan anak laki-laki. Tidak dengan anak perempuan.

Ngerti nggak Bebe? Ya nggak lah! Hahaha.

Menurut psikolog juga memang belum dapat membedakan laki dan wanita hingga usia 5-6 tahun. Tapi saya nggak menyerah, saya tetap bilang terus menerus soal konsep "ibu perempuan, appa laki-laki, Bebe laki-laki".

(Penjelasan psikolog lebih lengkap ada di sini: Mengenalkan Gender pada Balita)

Dan itu berjalan baik, kini usianya 2 tahun 8 bulan, beliau sudah mulai dapat membedakan pria dan perempuan. Dia tahu si A laki atau perempuan, mbaknya laki atau perempuan, aki laki atau perempuan, dan seterusnya.

Lebih spesifik lagi soal pendidikan seks, terutama "masturbasi" ibarat di buku itu. Ya Bebe sedang ada di masa beliau bahagia pegang kemaluannya. Dipegang aja, meski tidak sering tapi ada saat-saat di mana tangannya masuk ke celana dan pegang.

Temen saya juga cerita, anaknya wanita dan suka pegang vaginanya. Malah kadang dimainkan pakai mainan! Wah serem sih ya jikalau perempuan. Tapi kan itu memang fasenya, jadi harus dilewati aja. Asal dengan komunikasi. Bukannya dibiarkan atau dimarahi.

Saya sih kasih tahu aja, "jangan dipegang dong Be, nanti lecet". Biasanya beliau eksklusif nurut sih. Dan saya selalu cek, untuk mengatakan bahwa saya peduli. "Wah ini tidak apa-apa sih, tidak perlu dipegang ya" gitu.

Kuncinya cuma satu, jangan awkward! Kalau anak pegang tit*t aja kita jelasinnya awkward, saya takutnya anak jadi merasa bersalah. Padahal kan nggak perlu begitu. Karena meski mencicipi nyaman pegang kemaluan, it's not sexual!

Soal kemaluan dan soal seksual ini, saya mau saya jadi orang pertama yang Bebe tanya, makanya saya nggak boleh aib atau apa.

Lagi masa sama anak sendiri aib ah elah.

Dan jangan beri tanggapan yang tidak masuk akal. Beri tanggapan secara ilmiah meskipun anak mungkin butuh waktu untuk mencerna.

Mimpi basah, menstruasi, masturbasi, itu berdasarkan saya harus dijelaskan jauh sebelum si anak mengalaminya. Dan jelaskan secara medis, biar beliau tahu risiko-risiko yang beliau hadapi.

Jawaban-jawaban semacam "jangan gitu nanti Allah marah" itu rawan sih berdasarkan saya. Karena takutnya ada titik di mana anak ingin rebel, anak ingin melanggar aturan, dan jadilah dilakukan diam-diam. Nggak mau begitu dong?

Intinya saling terbuka lah sama anak, jangan sembunyikan sesuatu. Jangan buat anak ingin tau dan mencari tanggapan di luar.

Satu lagi, dampingi bawah umur baca buku! Mulai edukasi seks semenjak balita! Jangan hingga terlambat. :)

See you!

-ast-

Detail ►

Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Balita, Perlukah?

[SPONSORED POST]


Di blogpost saya ahad lalu, saya sudah sedikit bercerita perihal 2-3 ahad belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.

Eh malah tiba-tiba diundang EF dan MommiesDaily ke talkshow "Multilingual at Early Age, Why Not?" dan saya terharu saking pas banget momennya hahahaha. Iya beneran, pas mulai bilingual sama Bebe kemarin itu saya nggak tau akan diundang ke event ini. :')

Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.

Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca hingga simpulan lantaran membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya gres tahu perihal pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.

Yuk!

Bilingual dan speech delay


Iya ini sering banget jadi topik jikalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.

Nah, dari talk show ini saya jadi yakin jikalau bilingual atau bahkan multilingual itu nggak ada hubungannya sama speech delay atau terlambat bicara.

"Tapi ada anak temen gue bilingual dan beliau speech delay," sering dong denger kaya gitu?

Ya saya aja sering banget. Padahal berdasarkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada talenta speech delay, monolingual (satu bahasa) aja beliau niscaya gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?

Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak bisa sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah niscaya speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!

As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD

Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?

Dari bayi!

Tau nggak sih jikalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan yaitu bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan bunyi dan bahasa orangtuanya. Kaprikornus nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!

Peak time *halah* anak dalam berguru berbahasa yaitu dari 0 hingga 6 tahun. Lewat 6 tahun, berguru bahasa gres tidak akan secepat saat usia di bawah 6 tahun.

Baru hingga sini saya pribadi jadi lebih semangat ngajarin Bebe bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Mumpung gres 2,5 tahun yakan. Eh langsung dikritik sama mbaknya di daycare.

"Ah bu, Salo sih bahasanya udah bisa dua, Indonesia sama Sunda. Kalau dibilang 'ibak yuk' (mandi yuk) ngerti dia," kata mbak daycare yang kebetulan orang Sunda juga.

😂😂😂

Dan kemudian saya gembira HAHAHAHAHAHAHA. Soalnya alhasil Bebe bisa tiga bahasa! Trilingual, how cool is that! Ya zaman kini gituloh, bawah umur kecil di mall ngomong bahasa Indonesia aja nggak bisa, saking Inggris terus. Akan super cool jikalau Bebe bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Sunda!

Yosh! 

Kenapa anak harus berguru lebih dari satu bahasa?

Kalau saya sih lantaran ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa abnormal itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.

Terus iyaaa, saya kompetitif. Dalam artian saya ngeri sendiri melihat bawah umur lain udah pada bisa bahasa Inggris dari bayi. Salut banget sama ibu-ibu yang udah konsisten pake bahasa Inggris dari anaknya lahir. Apalagi yang konsisten ibunya bahasa Inggris dan bapaknya bahasa Indonesia. Soalnya ribeeettt!

Dulu juga pas hamil saya niatnya gitu, tapi pas lahir haaa bubar semua. Duh ngurus anak aja udah ribet apalagi harus memikirkan berkomunikasi pake dua bahasa. Saya masih waras hingga kini aja udah bersyukur lol. 


Nah jikalau berdasarkan Mbak Vera, ini kelebihan anak yang bisa lebih dari satu bahasa:

- Kognitif: anak bilingual IQ-nya lebih tinggi. Lebih baik dalam tes atensi, daypikir analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal, dan fleksibilitas berpikir.

- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan hukum dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik

Ya kan. Yang kepingan personal mungkin spesifik jikalau menguasai bahasa abnormal ya. Kalau bahasa kawasan apa bisa disamakan juga?

Bukan merendahkan bahasa kawasan tapi seberapa kuat sih kemampuan berbahasa kawasan dengan kemampuan bersaing untuk menerima pekerjaan yang lebih baik?

Kayanya nggak terlalu ngaruh ya. CMIIW. Tapi mungkin juga lantaran bahasa kawasan itu kurang Istimewa jikalau masih di negara aslinya. 

Tentang Language Mixing

"Ih tapi anak bilingual suka galau bahasa tau, ngomongnya jadi campur-campur Inggris Indonesia digabung."

Sering juga dong denger kaya gitu? Kaprikornus anak kecil bilang "ibu saya mau yang green!" atau "mommy i want eat nasi" itu namanya language mixing and it's a good thing! Karena itu berarti proses berguru berjalan lancar. Bukan malah berarti anak galau bahasa.

Iya, berdasarkan Mbak Vera, language mixing yaitu salah satu tanda anak sudah menguasai kedua bahasa. Cuma aja beliau masih galau atau lupa kata itu dalam bahasa satunya apa, jadi beliau sebut yang duluan keinget.

Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhD
Nah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, jikalau ada yang nanya "how are you?" niscaya otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.

Bolehkah berguru bahasa abnormal lewat YouTube?

Atau ya lewat gadget/TV lah menyerupai film atau lainnya?

Buibu, jawaban dari pertanyaan itu akan menciptakan kita merasa gagal sebagai orangtua HAHAHAAHHAHAHA.

Menurut Mbak Vera, anak sebaiknya tidak dikasih gadget hingga usianya ... 30 bulan atau 2 tahun 6 bulan. Supaya anak tetap bersahabat dengan ibunya dan tidak kecanduan.

*ayo nangis dan pelukan sama-sama lol*

Intinya gadget bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin ditunda dan dibatasi. Maksimal 2 jam sehari! Syukurlah, Bebe sehari kayanya nggak pernah sih lebih dari 3 jam. Aku nggak gagal-gagal amat lol.

Belajar bahasa dari gadget juga boleh tapi sebaiknya didampingi. Kaprikornus tetap ada kedekatan anak dan orangtuanya. Lebih anggun lagi membaca buku bahasa Inggris dibanding nonton pakai gadget. YAIYALAAHHH.

Karena bahasa itu sikap sosial. Dibutuhkan interaksi anak dengan insan hidup lain di sekitarnya. 

"Ah anak saya bahasa Inggris nya sepakat kok padahal cuma nonton Disney Channel doang."

Iya iyaaa. Percaya kok hahahaha. Ya namanya juga pilihan kan buibu, mau ngajarin pake media apa. Nggak ada yang paling benar atau paling salah ok!


Tapi soal gadget ini ada omongan Mbak Vera yang nyangkut banget sama saya hingga kepikiran. Kurang lebih gini:

"Anak kecanduan gadget itu bukan inti masalah, tapi jawaban dari suatu masalah. Orangtua niscaya punya masalah, anaknya melarikan diri dengan gadget. Sama dengan selingkuh, ada problem dulu yang menjadikan selingkuh, bukan menduakan kemudian jadi masalah."

WOW. Bener juga. Masalahnya ada di orangtua yang males nemenin anak maka anak dikasih gadget dan kemudian beliau kecanduan. Gitu kan? 

Apa cara paling efektif untuk mengajari anak bahasa asing?

Saya baca di mana gitu lupa, untuk bahasa kedua, anak bisa dipapar selama 30% sehari. Kaprikornus dari seharian, 70% bahasa pertama yang sudah beliau kuasai, 30% bahasa kedua.

Kalau berdasarkan mbak Vera, ini tips mengajarkan bahasa abnormal pada balita:

- Bantu anak mendengar sebanyak banyaknya
- Belajar diksi lewat nyanyian. Kaprikornus dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal beliau salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu anggun lantaran artinya beliau mencoba.

Gimana jikalau pengen banget berguru bahasa Inggris tapi orangtuanya nggak bisa mengajari? Ya itu tandanya butuh dukungan orang lain. EF English First ternyata punya lho aktivitas untuk balita. Saya gres tau banget lantaran dipikir untuk anak sekolah dan profesional aja.

EF punya aktivitas Small Stars untuk anak berusia 3 hingga 6 tahun. Programnya memakai metode EFEKTA System dengan tahapan Learn, Try, Apply, dan Certify.


Lengkapnya bisa dilihat di sini ya: Small Stars EF. Klik!

Tapi tetep lho, meski pendidikan bahasa Inggris di-outsource-kan pada EF, tugas orangtua tetap yang utama. Karena berdasarkan mbak Meta yang sudah jadi pengajar EF usang sekali, anak akan lebih berhasil berguru dengan dukungan penuh dari orangtua.

Kalau Bebe gimana?

Nah saya sendiri sengaja mengajarkan satu bahasa dulu (Bahasa Indonesia) ke Bebe hingga beliau benar-benar lancar. Sekarang nyesel nggak nyesel sih.

Nyesel lantaran kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel lantaran jikalau hingga Bebe speech delay, saya juga niscaya nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling praktis nyalahin diri sendiri huhu.

Awalnya beliau murka lho, lantaran merasa saya bicara sesuatu yang nggak beliau ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.

Kaprikornus ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"

Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, kini dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin beliau nangkep sih. Hahaha.

Minggu pertama beliau marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan hewan sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom

Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali berguru ngomong juga blabbering dulu.

Kaprikornus misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan beliau mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.

Rencananya nanti preschool nya gres akan bahasa Inggris atau nanti jikalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go hingga Bebe ke usia itu jadi kini masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.

*

Kaprikornus ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh semoga bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂

See you!

-ast-

Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik

Detail ►