Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri orang-orang-yang-bertahan-hidup. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri orang-orang-yang-bertahan-hidup. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Tentang Melampaui Batas

[SPONSORED POST]


"Don't limit your challenge, challenge your limit."

Flashback ke lima tahun lalu, saya hingga kini masih sering termangu loh. Kok berani ya saya tinggal di Jakarta sendirian?

Waktu itu saya pengangguran, sudah lulus kuliah dan gres saja resign dari kawasan kerja saya alasannya yakni tidak betah. Maklum, pekerjaannya jadi sekretaris, nggak sesuai passion saya yang selalu menulis dan senang mendesain. I told this story a million times and repeat it again and again because that's how my story start.

Intinya saya untuk pertama kalinya #LampauiBatas dengan pergi sendirian ke Jakarta. Saya yang bahkan di Bandung pun selalu diantar ke mana-mana. Saya nekat bermodal Google Maps di Blackberry dan alamat kantor yang jadi tujuan interview. Turun travel dan naik taksi. Berjalan kaki mencari rumah sakit untuk tes kesehatan. Naik taksi lagi dan naik travel lagi. Pulang ke Bandung lagi usai tes penerimaan karyawan itu.

Interview sukses, saya diterima. Saya sangat excited dengan pekerjaan itu dan saya tidak menyadari dikala itu bahwa itu mengubah hidup saya sepenuhnya. Saya yang seumur hidup tinggal bersama orangtua kini sendirian di Jakarta. Saya harus mencari makan sendirian, saya harus jalan-jalan sendirian.

(Detailnya ada di postingan ini: Keputusan yang Mengubah Hidup)

Untuk pertama kalinya saya naik TransJakarta (yang ternyata nyaman ya asal tidak di jam sibuk), untuk pertama kalinya saya liputan keliling Jakarta. Keliling kota yang tidak saya kenal sama sekali sudut-sudutnya. Modal Google Maps dan kuota. Nekat.

Gimana nggak nekat, liputan saya itu kadang gres simpulan jam 12 malam. Saya sering sekali terdampar di pinggir jalan tengah malam alasannya yakni susah mencari taksi sementara TransJakarta sudah tidak beroperasi. Sekarang sih yummy ya tinggal pesan ojek online, lima tahun lalu?

Lima tahun kemudian yang lakukan ya pasrah duduk di trotoar menunggu taksi sambil menulis berita. Atau memesan taksi via telepon. Nggak ada takut-takutnya, maklum jiwa muda, jikalau dipikirin kini kok ngeri ya hahahaha. Apalagi jikalau pulang konser di Ancol, bok saya pernah jam 1 malem terdampar di gerbang pantai karnaval Ancol pulang liputan.

YES, BUKAN GERBANG UTAMA. Gerbang Pantai Karnaval yakni gerbang suram, kecil, dan jalan rayanya sangat berdebu. Ada jalan layang di depannya dan itu sepi banget. Yang lewat jalan itu cuma truk, pesan taksi pun nggak ada yang mau ambil. Tapi dulu senang bahagia aja, alhamdulillah selamat hingga kini hahahaha.

Memang kadang ada hal-hal yang harus kita lakukan me #LampauiBatas untuk mengetahui seberapa besar keberanian kita menghadapi hidup.

Selain duduk kasus pekerjaan dan kawasan tinggal, menikah juga buat saya yakni salah satu momen #LampauiBatas saya. Saya selalu punya ketakutan untuk menikah. Saya takut harus mengurusi rumah seharian dan tidak punya me time. Saya takut harus berhenti bekerja alasannya yakni punya anak. Saya takut tidak punya kebebasan yang sama menyerupai dikala belum menikah.

Tapi ternyata saya menikah, saya punya anak, dan segala kekhawatiran itu tidak terjadi.

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup)


Kalau di dunia blogging, saya sedang push the limit untuk bikin video seminggu sekali. Writing is always in my blood tapi syuting dan edit video belum pernah dilakukan huhu. Dulu pas kuliah ada sih mata kuliah yang harus syuting dan videoan TAPI BUKAN GUE YANG NGERJAIN HAHAHAHA. Kan kelompok gitu, saya giliran bikin script aja, yang syuting dan editnya mah temen saya yang lain.

Dan ternyata dahsyat ya emosi diaduk-aduk banget bikin video itu. Mana harus elok di depan kamera, harus mikirin topik, plus harus editnya pula. Berderai air mata banget deh. Tapi ternyata saya bisa, so far udah sebulan lebih saya aktif lagi di YouTube dan seminggu sekali setiap Senin masih on time upload video baru. Doakan selalu lancar yaaaa. Ini hal paling #LampauiBatas di sepanjang karier social media saya.

Nulis blog mah gampang, eksis di Instagram? Gampang juga lah tinggal stok foto. Twitter mah twit aja apapun yang diinget dan gunakan Facebook untuk share info lucu dari Buzzfeed. Tapi update YouTube, wah wah wah, nangis darah. Saya besar hati banget bisa bikin kesepakatan untuk bilang "new video every Monday" because it really pushes my limit. #LampauiBatas sekali!

Hidup ini penuh kejutan. Ketika kita berpikir hidup membosankan, kita hanya belum tahu bagaimana cara biar membuatnya lebih berwarna. Ayo lawan rasa malas dan takutmu, #LampauiBatas kemampuanmu! :)

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Youtube Stars

 Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus #SassyThursday: YouTube Stars 
Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus. Dia nggak nangis drama sih tapi gue kasian deh jadinya. Mana udah lamaran dan ada videonya di YouTube, kupikir mereka akan nikah. :( Dan alasannya ya anaknya bukan yang caper banget gitu. Well, itu berdasarkan gue. Tapi bila hanya alasannya ia suka pakai bikini terus kalian menganggap ia caper mah ya ga apa-apa hahaha.

Nah terus kemudian saya teringat ucapan seseorang beberapa waktu lalu. Kurang lebih gini "kenapa sih pada suka sama selebgram? Artis aja bukan!".

Definisikan dulu "artis". Kalau berdasarkan lo artis yaitu orang yang muncul di TV, itu kan alasannya lo nonton TV. "Artis" atau "seleb" buat gue ya orang-orang yang ngetop di social media alasannya gue nggak nonton TV. Hiburan gue ya socmed, jadi fair dong berdasarkan gue bila mereka dibilang seleb juga.

Baca punya Nahla:

Kalau YouTube, gue cinta YouTube banget! Dari dulu! Dari zaman David Choi dan Michelle Phan masih culun! Gue download entah berapa banyak video-videonya David Choi alasannya keren banget (di zaman itu).

Sampai kini gue punya 2 akun YouTube. Satu buat subscribe YouTubers lokal, satu lagi buat subscribe YouTubers luar. Karena bila luar gue nontonnya semacam make up, beauty, cover song, reaction video. Sementara bila lokal topiknya random aja, gue suka nonton apa ajalah yang penting lucu. Dan alasannya mix gitu interestnya, gue nggak suka timeline gue jadi campur aduk. Makanya niat abis punya dua timeline YouTube lol.

Salah satu YouTube stars alias seleb YouTube yang lagi gue liatin banget itu Young Lex. Bukan, bukan alasannya ia lagi sama Karin terus. Gue udah liat Young Lex dari sebelum ia erat sama Karin. Belum usang sih, 2-3 bulan terakhir lah. Itu juga dikasih tahu Nahla. Hahahaha. Kata Nahla "kasar banget, kak!" Tapi semenjak kapan rap nggak kasar? :)))))

 Makara gres aja ada lagi selebgram yang putus #SassyThursday: YouTube Stars
source: instagram.com/young_lex18

Dan pas nonton beberapa videonya, ternyata ini anak inspiratif amat! Dia udah tahu passion ia dari kecil banget dan ia usaha banget untuk itu. Nonton video Draw My Life-nya deh. Kerasa banget usaha untuk bisa hidup dengan passionnya. Dia juga bukan dari keluarga yang mampu, ia sempet jadi OB untuk bisa biayain kuliah dan hingga kini udah ngetop banget tetep tinggal di gang. :)

Cara ia ngerangkul fansnya juga sepakat berdasarkan gue. Dia bisa ngerti posisi fans yang masih muda, yang maunya tindik kuping, absen sekolah, dan encourage mereka untuk nggak melaksanakan itu (dulu) minimal hingga lulus sekolah.

Lagu dan videonya juga elok untuk ukuran DIY semua ya. FYI, gue zaman dulu emang suka lagu rap-rap lokal gitu. Anak Ardan Radio Bandung niscaya erat lah sama Ebith Beat A atau Alit (Alit da Baong), atau 7 Kurcaci, Fade 2 Black, Saykoji, dan SoulID. Waktu Ebith bikin lagu soal lirik ia dicuri sama Kremlin itu gilaaa, pecah banget. *MAAP YA MASA LALU BANGET CERITANYA LOL* *sementara itu Nahla dengerinnya klasik dan main biola lolol*

Young Lex ini jadi nostalgic buat gue, alasannya meski kini gue dengernya Justin Bieber yang lebih adem, gue tau banget rasanya jadi anak muda yang meledak-ledak dan diwakili sama lagu rap dari grup-grup indie lokal.

Tapi satu hal, ibarat yang Nahla bilang, ngomongnya kasar. Dan ia nulis "official" dengan "officialy". :))))))

Ini contohnya. Yang baper dan mau shock bilang "anak zaman kini kok gini amat" plis jangan nonton. Karena di judul videonya aja udah terperinci tuh explicit.

Betapa zaman kini setiap orang bisa mengejar cita-citanya sendiri lewat social media. Gue ngebayangin rapper lokal zaman dulu struggling untuk cari uang dan bertahan hidup dengan passion alasannya ya gimana. Kalau mau cari uang banyak harus mainstream lewat TV, tapi bila nongol di TV sebagian idealisme niscaya terjual alasannya mau nggak mau harus ngikutin pasar. Nggak bisa seenak udel.

Kalau di YouTube? Mau anjing-anjingin orang juga bila emang videonya elok mah tetep ada yang apresiasi, makin banyak yang nonton udah niscaya dapet penghasilan. Yang penting berkarya sebaik mungkin! Kolaborasi dengan aneka macam orang! Liat aja Young Lex views videonya jutaan dan ia percaya banget sama konsep kolaborasi, ia kerja sama sama banyak orang dan itu keren berdasarkan gue.

Makanya gue ketawa waktu ada yang bilang "Anak-anak kaya gitu nanti dicek HRD di masa depan, siapa yang mau memperkerjakan mereka?"

Woh, modal ratusan ribu followers di YouTube dan Instagram mah bisa hidup banget. Siapa yang bilang mereka mau kerja di perusahaan orang di masa depan bila bisa hidup dengan passion tanpa harus bergantung orang lain? Nih ya, asal karyanya bagus, fans banyak, buka bisnis yang sesuai sama pasar followers mereka. Pasti laku. Kuncinya cuma work haardddd!

YouTube itu second largest search engine in the world loh. Kedua sehabis Google (makanya dibeli Google juga). Hampir niscaya nggak akan tutup atau bangkrut. Gila, they rule the world! Duh gue mesti bikin satu goresan pena khusus nih soal bagaimana Google menguasai dunia hahaha.

Sementara itu di luar sana juga banyak ibu-ibu yang panik "kenapa harus ngomongnya agresif banget sih! Kalau ditiru anak kecil gimana?" Dijawab eksklusif sama Young Lex di salah satu video dia. Kata Young Lex dari zaman dulu juga udah banyak lagu agresif kenapa kini ia doang yang disalahin, di tamat video Jamrud - Surti aja ujungnya "surti f*ck you". Dan Jamrud kurang mainstream apa, muncul di TV loh mereka, video klip Surti itu. Nggak kaya YouTube yang user pilih tontonan sendiri. :)))))))

Dua sisi banget ya kan jadinya. Di satu sisi gue appreciate banget sama kerja keras orang-orang kaya Young Lex untuk berkarya sesuai apa yang ia suka. Sisi lainnya, kini gue juga punya anak.

...

Orang-orang semacam ini yang gue kagumi dulu, ternyata agak bikin khawatir juga sehabis punya anak hahaha. Kuncinya tetep cuma satu sih, ya dijaga dong anaknya jangan hingga nonton bila belum cukup umur. Bukan tontonan bawah umur kok itu, terperinci ada tulisannya explicit content.

*ngomong praktis bener, punya anak remaja aja belum pernah*

Karena ya, bila ia udah cukup dewasa dan ia tetapkan untuk jadi jadi rapper mah ya udah nggak apa-apa. Asal yakin sama passionnya sih kenapa nggak? Selama nggak nyakitin orang lain dan bisa jadi ide untuk banyak orang.

Kemudian banyak juga yang bilang "anak YouTube  itu kenapa sih suka ngerasa lebih sepakat dari artis TV?".

(anak YouTube tok ya secara kini artis TV juga punya series di YouTube yang viewsnya tetep gedean anak YouTube orisinil lol)

Kalau dari sisi kualitas ya sama-sama ajalah. Kan cuma tergantung selera mau suka sama yang mana. Mau yang tayangannya punya peraturan penyiaran atau nggak?

Dan anak YouTube juga nggak semuanya ngomong agresif gitu kan. Meskipun YouTubers luar juga yang agresif ngomongnya emang yang subscribers nya puluhan juta.

Banyak juga kok YouTubers lokal yang manis-manis. Bikin video beauty, parody, atau vlog konyol kaya Jovi Hunter yang bahkan considerate banget. Nggak ngerokok, nggak ngomong agresif di depan kamera meskipun ia mengakui ia sebenernya perokok dan suka ngomong kasar. Aduh saya superlaff deh sama Jovi. <3

Lagian akui sajalah, di mana-mana anak indie lebih ngerasa keren kok dibanding yang mainstream. Bukan cuma anak YouTube, banyak juga band-band yang stay indie, nggak mau masuk label besar alasannya nggak mau masuk TV dan disetir kapitalisme, disetir undangan pasar untuk diiringi joget basuh - jemur baju. :)))

Dan mungkin juga alasannya perjuangannya beda. Ya gimana, semua serba DIY, bikin lagu sendiri, rekaman sendiri, syuting video sendiri, modelnya ia sendiri, ngedit pun sendiri, udah gitu mati-matian cari penonton sendiri. Meski banyak yang udah punya tim, tetep aja timnya jauh jauh jauh lebih kecil dari korporasi TV. Timnya pun temen-temen sendiri. Semangatnya beda. 

Kalau grup musik yang muncul di TV kan berkarya nih, udah gitu terperinci diatur sama administrasi akan on air di mana, off air di mana. Ketaker lah sebulan kira-kira akan dapet uang berapa. Lah YouTube? Udah mati-matian bikin semuanya sendiri, masih harus deg-degan "ada yang nonton ya?".

Huft panjang juga ya. Kalian gimana? Punya YouTube stars favorit? Atau masih nonton TV?

-ast-

Detail ►

Cut The Carb, Cara Praktis Kendalikan Nafsu Makan

[SPONSORED POST]


Kalau ngomongin berat badan, saya sering dianggap remeh. Sebabnya tubuh saya kecil. Hahaha. Padahal makan saya banyak. Yang sering dianggap jadi biang kerok cuma satu: menyusui.

Iya, ketika hamil, berat tubuh saya hanya naik 10 kilogram. Melahirkan dan menyusui, turunnya 12 kilogram. Malah minus kan. Padahal ketika itu makan saya banyak sekali, dua kali porsi sebelum saya hamil dan melahirkan. Tapi ya tampaknya masuk akal sebab semua demi ASI yang melimpah.

Kini usia Bebe sudah 2 tahun 3 bulan, udah nggak nyusu-nyusu amat. Tau-tau saya timbang tubuh … jeng jeng … naik 3 kilo dari berat sebelum hamil! Ada apa ini?!

Setelah ditelusuri itu ternyata sebab porsi makan saya masih porsi makan ibu menyusui yang harus pumping 3 kali di kantor. Padahal kini saya sudah berhenti pumping, menyusui pun hanya sebelum tidur. Sementara porsi makan saya hampir selalu seporsi penuh ukuran rumah makan padang, bukan rumah makan cepat saji yang sedikit sekali itu hahaha.

Tapi kan saya harus kuat sebab Bebe masih suka digendong. *ALASAAANNN!* *plak*



Saya kemudian sadar bila contoh ini sama sekali nggak bener. Apalagi ada temen kantor yang memang sakit diabetes. Setiap hari makannya nasi coklat dan menjaga sekali asupan gulanya. Sampai-sampai ia bila beli bubble tea itu bukan less ice less sugar kaya saya, tapi no ice no sugar. Itu bubble tea apa sayur sop? *cry*

Apalagi semenjak Bebe mulai makan ibarat orang sampaumur alias nggak lagi makan masakan bayi. Saya selalu pilihkan masakan yang paling sehat untuk dia. Dan yang terpenting, jauhkan dari konsep warung dan jajanan sebab nggak sehat semuaaa.

Kemudian saya bercermin pada diriku sendiri. Kok ya saya jaga makan Bebe sementara saya sendiri nggak jaga makan? Padahal harusnya saya dan JG menjaga makan semoga dapat terus sehat dan main lama-lama sama Bebe kan.

(Baca: Bekal Makan Siang dan Problematika Takut Tidak Dimakan)

Mulailah heboh food combining yang mana nggak bertahan hingga kini hahahahaha. Udahlah nggak perlu tanya alasannya sebab itu sia-sia. Alesan paling mantep sih sebab susah bila nggak bekel sendiri, jajanan di kantin lebih menggoda. lol

Akhirnya saya mencoba cara paling gampang yaitu diet karbo alias memotong karbo. Saya hingga pesen bolak-balik sama JG bila bekelin makan siang itu nasinya dikurangin setengah sebab saya nggak menyusui lagi, nggak butuh kalori sebanyak itu lagi.

Sebenernya buat yang nanya kenapa saya kurus, itu sebab makan saya juga nggak jorok-jorok amat sih. Jajan gorengan nggak pernah, menggoreng sendiri di rumah pun jarang sekali. Snack berisi angin belaka atau biskuit gitu juga jaraaangg banget. Sarapan udah bertahun-tahun nggak pernah karbo, antara buah atau yogurt plus muesli. Makan siang dan makan malemnya itu loh yang suka nggak ketahan.

Ini bekal makan siang saya ahad lalu. NASINYA SEGITU HUHU padahal sebelum hamil mah nggak pernah habis nasi segitu. Plus tumis daging dan terong panggang ala-ala Tasty lol. Yang kecilnya itu yogurt tertutup muesli.



Ini bekal makan siang saya sekarang. Sarapan melon, nasi plus omelet tofu keju dan kembang kol kukus. Karbonya jadi setengah! Masih laper nggak tiba-tiba nasi berkurang setengah? Nggak dong sebab plus makan SOYJOY dua jam sebelum makan. Dan SOYJOY dimasukin microwave itu yummy banget gaes. ASLIIII.

Saya gres tau SOYJOY dapat dimasak dulu sebelum dimakan. Lah sebelumnya nggak ada yang pernah bilang atau ngasih tahu! Iseng pas buka bungkus kok di belakang ada keterangan cara penyajian. Dimasukin ke microwave katanya 10 detik. Dicoba masukin semenit terus saya lemes sebab enaknya kebangetan, kaya brownies loh serius. Coklatnya leleh.

Dan tentu saja sebelumnya saya meremehkan, apaan nih cuma sepotong kecil gini gue mana kenyang? Kemudian masukin microwave 2 kafe SOYJOY. Baru dimakan satu setengah aja ternyata udah kenyang banget. Kaprikornus satu aja cukup sih bila saya mah.


Terus pas kemarin dateng ke program Lunch with SOYJOY, hebat gizinya mbak Seala Septiani M.Gizi menjelaskan bila dalam satu hari bersama-sama insan dengan body mass index ideal (tidak kegemukan) hanya butuh karbohidrat sekitar 1,5 mangkok nasi sehari. Lebih dari itu sudah dapat menjadikan kegemukan dan diabetes loh. T_______T

Kaprikornus ya pilihannya yaitu makan siang dengan nasi setengah porsi plus makan malam dengan nasi satu porsi atau sebaliknya. Makan siang full satu porsi, makan malam setengah. Saya sih pilih makan siang setengah dan makan malam full sebab nggak tahu, lebih lapar malam daripada siang sih.

Tapi kan laper kak, bila makan nasinya sedikit?

Percayalah itu hanya sugestimu belaka, dek.

Iya faktor kebiasaan juga besar lengan berkuasa loh. JG buktinya, dulu bila makan nasinya niscaya dua porsi. Sekarang dapat banget satu porsi, berat badannya turun 13 kilogram dari pas nikah hingga sekarang.

Nikah kan harusnya bikin gemuk bila buat cowok? No, bila kau gemuk sehabis menikah itu bukan tanda bahagia, itu tandanya kau dan istri nggak dapat menjaga contoh makan dan kurang mengingatkan satu sama lain untuk hidup lebih sehat. :)

Dan yang dimakan sebelumnya juga besar lengan berkuasa loh sama porsi makan kita selanjutnya. Sarapan buah dan sarapan bubur misalnya, pas makan siang rasanya niscaya lebih lapar bila kita sarapan bubur. Ya sebab buah dicernanya pelan-pelan, jadi energinya muncul pelan-pelan. Beda sama bubur yang kalorinya tinggi, cepat jadi gula dalam darah, kesudahannya cepet bikin laper lagi.

Masih ragu untuk diet karbo?

Coba dulu dong ah. Dibantu SOYJOY 2 jam sebelum makan. SOYJOY ini terbuat dari kedelai yang dapat menjaga gula darah tetap stabil dan nafsu makan pun jadi berkurang. Makan nasi setengah pun tetap kenyang. Kedelai juga kaya serat dan protein, masakan yang kaya serat dicerna lebih santai oleh tubuh jadi nafsu makan pun kembali lebih lama. Gluten free juga loh!

Dan ternyata bukan cuma saya yang niat berubah hidup lebih sehat sehabis punya anak. Ringgo Agus Rahman dan Sabai Dieter juga demikian. Mereka jadi hidup lebih sehat sehabis Bjorka lahir.

*Btw saya ngefans banget sama mereka hahaha. Selalu nggak sabar nonton YouTube Pesan untuk Bjorka plus follow banget Instagram mereka yang feed-nya bikin iri sebab fotonya bagus-bagus.*

Jangan lupa follow juga Instagram @Soyjoyid untuk info mengenai healthy lifestyle.

Yuk kurangi karbo dan hidup lebih sehat!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Penyesalan Dalam Hidup


Makara ya, hidup nggak selalu berjalan kaya yang kita mau kan ya. Ada penyesalan-penyesalan yang bila dipikirin, wow menyita waktu. Sedih, dan ya bikin kecewa.

Padahal disesali juga buat apa sih sebenernya mah. Nggak mengubah apapun. Cuma bikin bete aja kan. Kaya ada temen yang nyesel banget kenapa nggak terima lamaran cowoknya dulu, kini si mantan jadi kaya raya, istrinya cantik, anaknya lucu, rumahnya Instagramable, hidupnya sempurna. If only that was me, pasti gitu kan mikirnya.

Baca punya Nahla:

Padahal yeee, hidup si mantan tepat alasannya ialah beliau nikah sama istrinya itu loh. Mungkin juga beliau jadi kaya alasannya ialah justru nikah sama si istrinya kini bukan sama temen saya. Anaknya juga lucu alasannya ialah istrinya elok hahahaha. Tapi iya kan. 😂😂😂

Kalau dari saya, ada sedikit penyesalan kenapa dulu nggak ngotot kuliah di luar negeri atau minimal student exchange lah hahahaha. Nyesel sedikit aja sih alasannya ialah dulu kan nggak semudah kini info-infonya. Beda banget lah, zaman kini student exchange di kampus saya aja banyak banget jadwal dan negaranya, dulu mah nggak ada.

Selain itu, nyeselnya jadi sedikit aja alasannya ialah dulu juga saya memang menjalani yang terbaik dengan sangat smooth, saya lulus SPMB hanya dengan satu pilihan (tidak menentukan pilihan kedua alasannya ialah saya hanya mau kuliah jurnalistik). Lulus cum laude, dapet kerja yang menyenangkan, hingga sekarang.

Tapi namanya insan ya bila nggak ngeluh itu rasanya kurang hahahaha. Soalnya ngeliat temen-temen yang kuliah di luar negeri ih kerjanya lebih bagus, mereka jadi punya nilai plus dibanding kami yang cuma kuliah Indonesia. Nggak usah protes atau denial, ini kenyataan kok. Banyak perusahaan yang jelas-jelas menulis mengutamakan overseas graduate. Yayaya. Tampak tidak adil tapi ya sebenernya fair sih, suka-suka mereka lah lol.

Satu penyesalan lagi gres terjadi beberapa bulan lalu. Intinya saya menolak proposal interview dari perusahaan digital yang selalu dianggap 'Tuhan' untuk base Singapur. Iya emang gres proposal interview doang sih belum tentu keterima banget, masih jauh perjalanan. Tapi gilanya adalah, saya jadi menyesal menikah dan punya anak terlalu cepat.

(Baca: Cita-cita yang Tertunda alasannya ialah Anak)

Soalnya saya nggak mungkin kerja di luar negeri tanpa JG. JG mah mau-mau aja keluar kerja alasannya ialah harapan beliau ialah stay at home dad tapi sayanya yang nggak mau. Nanti saya niscaya cuma ketemu Bebe sebentar, nggak mungkin saya kerja 9-5 kaya sekarang. Lagian karier JG di kantor yang kini bagus, semua akomodasi bagus, asuransi, bonus semua aman, masa resign gitu aja? Saya nggak mau. Terlalu banyak yang akan hilang, dan yang terberat ialah memikirkan waktu-waktu saya bersama Bebe.

Saya kini seneng banget kerja 9-5 dan sama Bebe usang sekali. Jemput Bebe di daycare, main sepeda, main mobil-mobilan di perosotan (don't ask how), atau sekadar tengkurep nonton film bareng-bareng. Itu hanya mungkin bila saya kerja di kawasan yang jam kerjanya pasti.

Jadinya nyesel banget, coba bila belum nikah, coba bila belum punya anak. Satu hal yang bikin saya bertahan, saya lebih baik menyesal alasannya ialah tidak dapat kerja di sana dibanding menyesal alasannya ialah tidak memakai waktu saya sebaik mungkin bersama Bebe.

Tapi tetep, saya nangis dan ngelamun terus sekitar 2 minggu, tiap perjalanan pulang dari kantor itu di kendaraan beroda empat ngelamun aja terus. Malem-malem nangis. Nangis terus hahaha. Ya mending nangis sih daripada ditahan-tahan juga buat apa. Emosi itu harus dirilis gaes biar nggak jadi jerawat. Duh. Nggak heran saya nggak pernah jerawatan ya hahahaha.

Mungkin saya bukan ibu yang baik, bukan ibu ideal yang selalu terobsesi masakan organik dan hygienis, tapi saya selalu ingin lebih usang dengan orang-orang yang saya sayang. Bebe udah niscaya lah. Selain itu saya juga selalu ingin lebih usang sama JG, untuk ngobrol di kendaraan beroda empat dan ketawa-tawa. Maka kini saya lebih sering menunggu JG di daycare biar dapat pulang bersama, kadang hingga jam 7 malam gres JG tiba alasannya ialah yah, macetlah apalagi. Tapi dibanding ngobrol sama driver GrabCar, mending nunggu aja biar.

Emang dapat kaya gitu bila hidup kami nggak menyerupai sekarang? Belum tentu kan?

Intinya ... harus pake pada dasarnya nggak nih? lol

Ya intinya, percayalah hidup yang kita jalani kini itu ialah yang terbaik maka kita harus melakukannya dengan baik. Move on! Jangan biarkan kekecewaan memengaruhi hidup yang kita jalani kini alasannya ialah itu kemungkinan akan berakhir dengan kekecewaan yang lain.

Life isn't some cartoon musical where you sing a little song and all your insipid dreams magically come true. So let it go. - Chief Bogo, Zootopia Police Department

-ast-

Detail ►

Tentang Hidup Tepat Artis Instagram (A.K.A Si Neng A)

Btw ini posting nggak usah dibaca serius-serius banget ... ibarat juga 90% postingan lain di blog ini bahahahahaha. Baca sambil senang ya!


IYAAAA, kaya saya semalem senang ketiduran jam 19.30 (bilang we setengah 8 malem) dan kebangun segar bugar di pukul 00.33, yesss setengah 1. Bahagia alasannya yaitu ketiduran itu nyenyak, meski di kantor ngantuk niscaya ini hahaha.

Dan lagi bangkit malem-malem itu malah kepikiran si neng A yang gres melahirkan. Duile jadi topik bener di mana-mana. Pada komen-komen, pada bikin blogpost, saya jadi #triggered banget pengen nulis juga nyahahahahaha.

Soalnya si neng hidupnya tepat banget dan berusaha keras menunjukkan kesempurnaan itu.

Kubu terbelah jadi 4:

1. Cewek-cewek belum nikah atau belum punya anak yang ngetag pacar/suaminya di komentar "sayang, baca ini ya". Kemudian terinspirasi dan menimbulkan si neng sebagai #lifegoals 😂

2. Ibu-ibu dengan balita (saya dan teman-teman) yang berkomentar "yaelah lebay amat sisss. nenenin kapan pun di mana pun mah biasa aja keleus" 😌

3. Ibu-ibu dengan anak dewasa yang ngetawain doang 😂😂😂 "tunggu hingga anak lo ABG" gitu masa, kan saya jadi ikut deg-degan 😂😂😂

4. Yang nggak ngerti dengan segala kehebohan ini "A siapa sihhh? Duh nggak follow!" yes, good for you 😂

Saya sendiri sih ngerasa doi lucu dan jadi materi becanda banget sama temen-temen alasannya yaitu nulisnya dramatis banget. Kaprikornus kini kalau si Bebe maksa gitu ingin sesuatu, niscaya bilang ke JG:

"Udalah sayang, biarkan anak menentukan jalannya sendiri"


Saking puitisnya nulis caption Instagram, si neng mah kucing aja DISETRAP di halaman belakang. Saya sebagai insan yang lulus semua jenjang pendidikan belum pernah disetrap. Kalah sama kucing neng huhu. Sungguh, neng hidupnya positif banget dan tidak pernah stress tampaknya. Beda sama kita-kita.

*pats shoulder* *siapin galon mabelas biji* *SIRAM diri sendiri semoga waras* lolol

Tapi itu loh, semua percaya kan insan kan nggak ada yang sempurna? Neng itu berusaha keras tidak menunjukkan ketidaksempurnaannya. Seperti misalnya, sejauh ini kayanya (KAYANYA LOH CMIIW) belum pernah tuh curhat bangkit berapa kali tiap malem untuk menyusui, eh sori, untuk direct breastfeeding (beda kan ya lol).

Karena mungkin begadang tidak baik untuk kesehatan. Manusia tepat tidur 8 jam sehari mungkin, termasuk bayi-bayinya.


HHHHH. Nggak dapat temenan lah kita, nggak dapat lah neng masuk group chat geng saya. Nanti kalau kita mau chat ocip-ocip selebgram di jam 11 malem alasannya yaitu itu me time anak udah bobo, si neng nggak dapat ikutan. Ah kurang seru.

Dan ituloh soal anak kalem.

Logika si neng adalah: hening dan rajin komunikasi ketika hamil -> gentle birth -> ayah ibu tidak baby blues -> anak kalem.

Serius itu ada hubungannya? Soalnya baca di komen-komennya ada yang bilang "ah saya gentle birth water birth + lotus baby anak saya rewel" HAHAHAHAHA. Iyaaa, saya juga mikir emang nggak ada hubungannya anak santai dengan ini ono segala rupa itu.

Karena apa? Karena anak dan orangtua itu BEDA-BEDA. Nggak dapat ketok palu, jikalau begini maka begini. Wow, nggak dapat banget. Kondisi ibu hamil dan anak lahir beda-beda.

Contoh sederhana dari pemahaman ibu-ibu: ASI dapat melindungi bayi dari alergi.

WOOYYY, si Bebe anak saya full ASI tapi pas MPASI makan ayam sama nasi merah aja alergi. Dibawa ke dokter katanya "tenang aja bu, pas MPASI ada yang makan wortel sama apel aja alergi". Bubarlah semua cita-cita anak ASI risiko alerginya rendah. Alergian banget si Bebe hih. Bukan cuma dairy, ikan segala rupa alergi dia. Padahal nenen banget hingga kini mau 3 tahun.


Kaprikornus nggak, nggak dapat pukul rata semua bayi ASI nggak akan alergi. Karena alergi itu genetis, penyakit turunan. Mau ASI apa sufor, ya kalau ada turunan alergi ya alergi. CUMA alasannya yaitu ibu-ibu sungguh gampang men-judge orang bahkan yang tidak kenal bersahabat pun, maka kalau ada anak sufor alergi niscaya dibilang "pake sufor sih makanya alergian". Padahal kalau anak ASI alergian komennya "wah kok bisaaa".

YA BISA. Karena apa? Karena nggak dapat pukul rata semua kondisi anak. Ngerti buibu se-nusantara?

Kaprikornus kebetulan aja anak neng memang kalem. Saya sama JG aja kurang monolog apa pas hamil Bebe, diajak ngobrol terus hingga nyiptain lullaby sendiri saking semangatnya. Suami full support, hamil lancar, nggak muntah sekali pun, rajin senam hamil bahkan jalan pagi dan senam hamil SETIAP HARI di rumah 2 ahad sebelum melahirkan.

Pas lahir? Wow Bebe KALEM BANGET hingga berat tubuh saya minus dari berat tubuh sebelum hamil. Kalem banget hingga saya nggak tau siang malem, baby blues nangis terus. Kaprikornus ya, ketawa ajalah kalau hal-hal kaya gitu dihubung-hubungkan. Bersyukur aja neng bayinya kalem. :)

Soal gentle birth juga

Si neng mengkampanyekan 'filosofi' gentle birth yaitu yang terbaik bagi bayi dan orangtua.

Yaiya yang terbaik dan ideal alasannya yaitu wanita mana yang nggak mau lahiran dengan lembut? Mau lah semua orang juga, makanya mereka mengusahakan yang terbaik. Belajar sana-sini, senam hamil aja di beberapa daerah semoga ada insight dari bidan lain. Semua gerakan dan tips-tips dicatat semoga dapat dilakukan sendiri di rumah.

Maunya mah saya pun jalan-jalan dulu ke mall pas bukaan satu kaya rangorang, tapi gimana, ketuban udah ijo dan rembes padahal gres 38 minggu, nggak boleh berdiri sama dokter. Tiduran deh hingga mati gaya. Padahal catetan nafas harus gimana pas gimana udah hafal banget di luar kepala. Bebe di perut diajak ngomong semoga kompromi juga udah banget lah.

Tapi kalau kenyataannya nggak dapat ideal kan harus bilang apa? Harus kecewa?

Dan ya, nggak ada paham atau metode terbaik yang dapat cocok untuk semua orang. Iya wanita sudah melahirkan bayi semenjak zaman dahulu kala, tapi seberapa banyak yang ibu dan bayinya selamat?

Nggak dapat dibantah pertolongan medis menekan angka kematian ibu dan bayi. Apa water birth di rumah yang terbaik? Apa melahirkan vaginal di RS yang terbaik? Di RS dengan epidural atau tanpa epidural?

Buat saya, proses melahirkan terbaik yaitu yang dapat mengantar ibu dan bayi dengan selamat. Mau water birth, mau sesar, mau vaginal, mau pake epidural. Mau lahiran jerit-jerit, mau lahiran sambil zikir, mau lahiran sambil WhatsApp-an. Yang penting ibu dan bayinya sehat lah plis. Nggak usah merasa yang begini lebih baik atau itu lebih baik.

*tuh kan jadi judes* *huh*

Btw kalian nonton film dokumenter Babies nggak sih? Udah pernah saya ceritain di sini: Tontonan untuk Anak. Bayi Amerika, namanya Hattie nggak diperlihatkan proses lahirannya, tau-tau di rumah sakit aja. Kenapa coba?

Babies, hattie yang kanan bawah sama kucing

Karena orangtua Hattie ingin lahiran di rumah, maka mereka lahiran di rumah, kemudian ternyata ada persoalan sama nafasnya. Bawa ke rumah sakit deh, dirawat 3 hari dan pribadi kena antibiotik. Ini orangtuanya yang ngomong di sebuah wawancara.

Kaprikornus nggak apa-apa mau melahirkan di rumah. Nggak apa-apa banget minta pemberian tetangga masak air mabelas galon. Tapi sekali lagi, jangan seolah alasannya yaitu neng lancar maka semua orang niscaya dapat melakukannya dengan lancar. Kan belum cencu. Melahirkan memang proses natural, tapi banyak faktor yang kita nggak tau, dapat dan mungkin terjadi.

Dan (kalau saya sih) cari yang paling kondusif aja. :)

Satu lagi pertanyaan, katanya bayi si neng cuma nangis 10 menit sehari.

Itu diitungnya gimana? Karena bayi gres lahir kan gres ngek sedikit aja pribadi lep di-direct breastfeeding dong? Apa kalau nangis dibiarin terus ia berhenti nangis sendiri?

Nggak mungkin kan? kan? KAN?

Kalau ngitung bayi bobo di kamar, nangis, ibu lari ke kamar dan nyampe dalam 2 menit. Berarti si bayi nangis hanya 2 menit. Diulang insiden yang sama 5 kali, ya bayi cuma nangis 10 menit dong? Apalagi kalau sekasur, gres nangis 10 detik juga udah pribadi diangkat kan.

Bagaimana itu urusan menangis 10 menit sehari, ada yang dapat menjelaskan logikanya?

(Baca: 13 Hal yang Hanya Bisa Dimengerti Ibu Menyusui)

Kalau Bebe nangis terus nggak waktu bayi?

Nangis banget alasannya yaitu ia kolik, kolik alasannya yaitu ia alergi dari apa yang saya makan, padahal saya udah jaga makan banget. Untuk menenangkan kolik maka ia nenen, kalau nenen perutnya makin kembung, kalau perut kembung ia kolik lagi. Saya cuma tidur sejam nenenin sejam, tidur sejam nenenin sejam. Begitu aja hingga 4 bulan. Hahahaha. Traumatis abis.

Mungkin harusnya pas melahirkan saya water birth. Sungguh menyesal. *sigh*

Terus urusan pijat.

Pijat katanya semoga ayah dan ibu nggak baby blues? Si neng ih tau nggak kalau 3/4 dari populasi papah papah di dunia ini pagi-pagi harus pergi kerja? Kapan atuh mijitnya? Neng mah enak, suaminya ada terus.

Dan dapat pijat bayi sendiri juga biasa aja keleusss. Saya juga sama JG lulus kursus pijat bayi apakah kalian tahu itu? Hahahaha. Sampai kini Bebe masih suka tengkurep terus minta dipijit pakai minyak telon. Dan itu biasa aja, temen-temen saya juga melaksanakan itu.

TAPI SATU HAL YANG MEMBUAT KAMI KECEWA.

Neng kenapa pake popok sekali pakai alias diapers sih?

Padahal kami (alias temen-temen saya) udah tertekan banget alasannya yaitu haqul yaqin 100% si neng akan pake clodi dong yang lebih ramah lingkungan. Malah sebagian dari kami yakin si baby akan self-potty trained di umur 5 bulan gitu kan ya secara tepat banget. Duh kami kecewa ziz, pake clodi kan nggak nyampah dan sesuai dengan nilai-nilai yang neng selalu tanamkan. Ya ribet-ribet nyuci clodi nggak apa-apalah ...

SAID NO ONE EVER 😂😂😂

Endorsement memang sungguh memikat (?) (?) (?)

Soalnya foto sama susu (oke minuman untuk ibu) hamil pun nongol mulu. Padahal susu hamil kan hoax lol. Nggak deng bukan hoax, tapi udah jarang dokter nyaranin minum 'susu' hamil apalagi kalau hamil sehat dan makan bergizi. Di kotaknya aja tulisannya bukan susu tapi minuman untuk ibu hamil hahahaha.

*KENAPA JUDES BANGET SISSSS? Indikasi iri dengki mulai terasa ini. Oke oke! Roger that!*

*

Ya sepakat di luar semua itu, saya tetep maklum lah, maklum banget euforia gres punya bayi. :)

Neng sebenernya sama aja kaya ibu-ibu lain yang habis melahirkan terus nggak tau mau posting apa di Instagram jadi posting bayinya terus. Ya kaannn.

Cuma kameranya aja bagusan dan fotonya

...

aes thet ic.

UDAH AAHHH. HAHAHAHA.

Intinya hidup itu niscaya penuh suka dan duka. Ada jutaan dongeng dan pelajaran yang dapat kita ambil dari kesusahan orang lain. Dari bagaimana orang itu berjuang, dari bagaimana orang itu bertahan dari segala kesulitan, dari bagaimana cara orang keluar dari masalah-masalah yang dihadapi. Itu yang dapat jadi inspirasi. Bukan hidup 'sempurna' yang dibungkus foto bokeh berfilter indah. :)

Btw sungguh saya nggak talenta elegan. Beda banget goresan pena saya sama goresan pena caption si neng ya. Ah sudahlah kami beda kasta. Dia aliran almond mylk, saya aliran martabak samyang.

@martabakyuk ini yummy huhu 160ribu aja gaes plis traktir aku

Ada yang mau beliin?

-ast-

Detail ►

Selingkuh

Ah, bahasan ini. Butuh waktu sebulan lebih buat saya untuk maju mundur mau menulis ini. Pertama sebab malas niscaya jadi panjaaaanggg (DAN BENAR ADANYA). Kedua sebab bahasannya sensitif. Ya, sebab alasan kedua mari goresan pena saya ini dibaca pelan-pelan. Oiya, menduakan di sini konteksnya menduakan ketika sudah menikah ya. :)


Di abad digital ini semua orang dapat dengan simpel bereaksi. Kalau dulu ada orang selingkuh, yang tau paling banter tetangga di rumah dan keluarga. Sekarang jadi ditambah juga followers social media, plus followers akun gosip yang makin merambah rakyat jelata.

Iya rakyat jelata. Dulu kan mau masuk infotainment itu susah, harus jadi bintang dulu di TV. Harus mati-matian nganter temen audisi terus main FTV. Lha kini bukan siapa-siapa aja dapat masuk infotainment Instagram. Yang penting kasusnya dianggap layak jadi cacian massa. Duh.

Pertanyaan saya yang utama, kenapa topik menduakan banyak banget yang pengen komentari? Kalau artis menduakan kan alesannya "publik layak tahu yang sebenarnya" kalau orang biasa selingkuh? Kenapa orang rame-rame komentar? Sampai jadi artikel khusus di portal community anak muda? Kenal juga nggak. temen juga bukan, sodara apa lagi. Jelas bukan.

Lalu kenapa ya?

Yang miris, yang lebih banyak dicaci yaitu pihak wanita yang jadi selingkuhan. Mereka ramai-ramai disebut pelakor, perebut laki orang. Sungguh urusan menikah ini, hingga pengkhianatan pun masih sangat patriarki.

Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan pria sebagai poros dan yang salah niscaya pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, pria jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi materi hinaan sesama perempuan.

(Baca wacana Pelakor di sini!)

Kakak ipar teman saya selingkuh, ada foto beliau sama wanita di dalam selimut berdua. Pembelaannya? "Ya namanya cowok, kaya kucing dikasih ikan mah diambil lah" Rendah banget ya, hingga mau dibandingkan sama kucing. Yang disalahkan oleh orangtua si pemuda siapa? Tetap si wanita lain sebab sudah memberi ikan. Ckckck.

Kaprikornus kalau bukan pelakor yang salah, yang menduakan itu salah siapa? Jawabannya: BUKAN URUSAN KITA.

Ya bukan urusan kita sama sekali. Urusan rumah tangga yang patut kita urus yaitu rumah tangga kita sendiri. Bukan rumah tangga orang lain.

Menikah untuk siapa? Untuk diri sendiri atau untuk memuaskan ego orang-orang di sekitar yang selalu seakan memaksa untuk buru-buru menikah?

(Baca: Menikah untuk Siapa?)

*

Coba lihat sekitar, seberapa banyak anggota keluarga yang menduakan atau diselingkuhi? Lihat di bulat lebih luas, seberapa banyak teman kita yang menduakan atau diselingkuhi? Seberapa banyak di lingkungan rumah? Di lingkungan kantor? BANYAK.

BANYAK SEKALI.

Berbeda contohnya dengan kasus orang bunuh diri live di Facebook gitu. Belum tentu 3 bulan sekali ada yang melakukannya. Kaprikornus masuk akal banget kalau memang jadi topik di mana-mana, di segala social media. Kalau menduakan kan topik bahasan sehari-hari banget. Adaaa aja isu menduakan mampir ke kuping. Temen kantor, sahabat, keluarga, artis. Dan topiknya selalu sama, ada yang berkhianat. Mengkhianati pernikahan.

Ah, jadi bicara pernikahan.

*seruput kopi* *padahal nggak ngopi* *biar dramatis aja*

Kaprikornus ya, ijab kabul itu sakral. Disakralkan. Harus disakralkan supaya tidak disalahgunakan. Kalau tidak sakral nanti seenak udel ganti pasangan tiap 6 bulan sekali kan repot. Pdkt sama keluarga aja berapa bulan, nyiapin resepsi nikah aja dapat setahun.

Nah tapi mungkin ya, mungkin nih ya orang-orang yang menduakan ini memang tidak menganggap ijab kabul sebagai sesuatu yang sakral. Seperti kata mbak Roslina Verauli yang pernah saya kutip:

"pasti ada duduk kasus dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan menduakan kemudian jadi masalah."

Coba diresapi kalimatnya.

Masalahnya dapat macem-macem. Ada yang menganggap istrinya di rumah terlalu ceriwis dan ngatur-ngatur kemudian beliau cari wanita yang dapat diatur. Ada yang menganggap istrinya terlalu superior, terlalu pintar, kemudian beliau cari wanita yang tidak terlalu akil supaya dapat lebih superior. Ya macem-macem lah.

Tapi kan ada yang keluarganya sempurna, tapi tetep selingkuh!

Ya ada. Alasannya dapat dua. Pertama, ya tepat kan nurut ngana. Siapa tau istrinya nggak pernah dapat diajak diskusi politik terus suami cari wanita yang dapat diajak diskusi politik. Atau sebaliknya, suami nggak pernah mau dengerin keinginan istri, si istri merasa diabaikan kemudian istri cari perhatian yang lain. Kan dapat banget.

Ya atau apalah, mungkin tepat di mata orang lain, tapi salah satu tetep ada hole yang nggak dapat diisi sama pasangannya. Hole, bolong, alasan klasik.

Alasan kedua. Alasan paling masuk logika berdasarkan saya sih: monogami bukan untuk semua orang.

Monogami (Yunani: monos yang berarti satu atau sendiri, dan gamos yang berarti pernikahan) yaitu kondisi hanya mempunyai satu pasangan pada pernikahan.

Iya tidak semua orang dapat dengan satu pasangan menikah saja seumur hidup. Seperti juga poligami tidak untuk semua orang. Saya tidak mau poligami tapi saya yakin memang ada pasangan-pasangan yang memang senang berpoligami. Seperti juga ada pasangan-pasangan yang memang senang bermonogami.

Masalah muncul ketika penganut monogami ternyata menikah dengan orang yang tidak sadar kalau beliau bahu-membahu tidak mampu monogami.

NAH.

Kaprikornus ada duduk kasus juga di situ. Selain urusan hole, ada juga poin bahwa ada orang-orang yang memang tidak cukup dengan satu pasangan saja. BEGICU.

Ruwet jadinya, gengs. Yang poligami juga nggak dapat bilang "mending poligami daripada selingkuh". Nggak begitu juga sebab nyatanya, udah istri udah 4 aja ada yang tetep punya simpenan. Sementara istri satu dan menduakan juga mungkin memang bukan niat pengen sah istri banyak. Ada yang emang pengen main-main aja jadi nggak mau poligami. Manusia kan beda-beda, bos.

Poligami tetep menduakan ada, monogami nggak mau nikahin selingkuhan padahal dikasih izin istri pertama juga ada. Lha dongeng anak selingkuhan diurus sama istri pertama aja banyak kok ya kan. Kaprikornus gimana dong, ini sungguh sangat complicated. Plus berteriak-teriak jauhi dan musuhi pelakor itu nggak menuntaskan masalah.

Atau bilang pelakor emang harus diberantas. Weh, suami menduakan sama pemuda juga banyak dongeng ah. Saya nggak baiklah banget jadinya kalau hanya menyalahkan pihak perempuan. Apalagi banyak yang kenyataannya pihak perempuannya (si selingkuhan) pun dibohongi. Ngakunya udah mau cerai lah sama istri pertama, ngakunya lebih cinta lah sama si selingkuhan.

Kalau kata 9gag, bulldog kawin sama shitzu. BULLSHIT.

Apalagi kadang kecocokan juga dapat dengan simpel ditemukan. Ya pas nikah mah cocok-cocok aja sama pasangan yang ini. Lama kelamaan kok nggak cocok? Kok nemu orang lain malah cocok sama yang lain ini?

Maka itulah topik kita selanjutnya yaitu kesetiaan dan komitmen.
Menikah itu memaksa kesetiaan dan kesetiaan itu bukan untuk semua orang. Sanggupkah untuk tidak menyakiti hati pasangan dengan cara apapun? Karena jatuh cinta kan tidak pandang status menikah atau nggak. Banyak yang mengaku jatuh cinta lagi padahal sayang sama pasangan di rumah nggak berubah. Sanggupkah berkomitmen pada SATU kesetiaan seumur hidup? -- Pernikahan dan Kesetiaan

*

Apa arti setia? Apa arti selingkuh?

Kita sepakati sama-sama dulu ya kalau menduakan itu melanggar akad untuk hanya bersama satu pasangan. Ini mah udah niscaya lah, ada akad ijab kabul yang dilanggar. Kecuali pas nikah emang bentuknya open marriage gitu, atau nikah sebab bisnis, nikah sebab politik, beda urusan ya.

Masalahnya ada di definisi setia dan selingkuh. Tiap orang punya definisi beda-beda, bahkan suami istri aja dapat punya definisi beda-beda. Makanya suka ada istri yang ngamuk sebab baca chat cewek padahal suaminya nggak ngapa-ngapain. Karena cemburuan? Ya, tapi juga sebab berbeda mendefinisikan selingkuh.

Kaprikornus definisi menduakan misalnya:

Bagi si A yaitu "chat sama cewek di luar urusan kerjaan"

Tapi bagi si B yaitu "jalan berdua tanpa bilang, jalan berdua tapi bilang itu nggak selingkuh"

Atau bagi si C yaitu "have sex sama cewek lain, kalau cuma chat mesra atau pegangan tangan mah biar lah, beliau orangnya emang touchy-feely"

Ini melahirkan macam-macam tujuan selingkuh. Ada yang pengen aja nyoba pasangan lain, ada yang emang bosen aja sama istri/suaminya, ada yang cari adrenalin, ada yang khilaf, macem-macem lah.

Karena macem-macem, jadinya hasil karenanya juga beda-beda. Ada yang bebal, abis ketauan selingkuh, ngaku khilaf, minta maaf, kemudian menduakan lagi. Ada yang ngaku salah, minta maaf, kemudian ninggalin istrinya sebab merasa bersalah. Ada yang ngaku salah kemudian ninggalin istrinya DAN ninggalin selingkuhannya. Ada yang ngaku salah kemudian nggak ulang lagi, selamanya kembali berkomitmen dengan satu pasangan.

Makanya dari awal saya bilang ini menduakan sehabis menikah. Karena banyak kok yang pas pacaran pacarnya banyak, pas nikah adem ayem aja nggak kepikiran punya banyak lagi.

Nggak dapat juga judge bilang "Kurang nakal sih waktu muda, jadi pas udah nikah nakal deh". Yaelah, yang dari muda hingga bau tanah baik juga ada. Yang waktu muda nakal terus pas udah nikah tetep menduakan juga banyak. Yang menduakan mulu waktu muda, hingga nikah, terus tobat juga ada.

Who are we to judge?


Tapi pada dasarnya apapun definisi selingkuh, pada dasarnya menduakan dapat terjadi sebab tidak ada penghargaan terhadap komitmen. Tidak ada penghargaan pada pasangan. :)

*

Simpulan karenanya berdasarkan saya adalah, monogami tidak untuk semua orang tapi menduakan itu mengkhianati komitmen. YA INI MAH UDAH TAU KELES, SIS.

Buat saya, yang perlu dilakukan yaitu lower your expectation of marriage. Rendahkan ekspektasi kalian pada pernikahan. It's better to be surprised than to be disappointed.

Kasarnya, kasarnya banget nih: percaya lah pada pasangan kita tapi siapkan yang terburuk, jangan terlalu yakin 100% pasangan kita nggak akan selingkuh. Karena beliau sendiri sebenernya nggak dapat jamin. Namanya jatuh cinta, khilaf, atau kalau kata JG, syahwat kadang mendahului otak.

Iya, kalian nggak salah baca. Nggak tau lagi gimana bikin kalimat yang lebih yummy dibaca sebab kalian tau saya nggak suka basa-basi tapi ya, itu intinya.

Nikahnya dibawa santai ajaaa, jangan sedikit-sedikit berantem. Jangan mengubah hidup pasangan meski udah nikah. Biarkan beliau tetep ngerjain hobinya, biarkan beliau tetep ngejar cita-citanya, jadi nggak ada beban "nikah kok hidup saya jadi gini". Cari tahu passion pasangan terus dukung! Passion bikin bahagia! Meskipun niscaya ada yang berubah sih, tapi kan disesuaikan, makanya komunikasi itu penting.

(Baca: Mengurangi Berantem-berantem Setelah Nikah)

Kaprikornus kalau hingga terjadi, kita mungkin akan lebih simpel memaafkan sebab sudah menyiapkan. Karena selalu ada alasan. Khilaf juga boleh kan namanya manusia, asal bukan khilaf terus berulang-ulang aja.

Mungkin loh ya. Makanya saya nggak berani judge ibu-ibu yang bertahan meski suaminya menduakan berkali-kali. Mungkin mereka tahu persis masalahnya di mana jadi memaklumi. Sakit hati mungkin iya, tapi maklum makanya bertahan.

Tapi kalau alesan bertahan sebab ekonomi kasian sih huhu. Makanya wanita harus berdaya! Harus punya penghasilan sendiri!

Atau bertahan sebab anak. Pertanyaan saya selalu "apakah lebih baik membesarkan anak di ijab kabul yang tidak sehat? Atau lebih baik membesarkan anak tanpa ayah/ibu tapi lingkungannya sehat?" Saya belum punya jawabannya.

Abis ini saya siap dibully "kok bikin menduakan seolah masuk akal sih!" Nggak masuk akal tapi sangat sering terjadi toh? Abis gimana, memang nggak ada benang merah atau sesuatu yang dapat bilang "jika A maka beliau selingkuh, atau kalau B maka beliau tidak akan selingkuh". Kaprikornus tips biar pasangan nggak menduakan juga susah dibuat.

*

Saya terlalu banyak dengar dongeng langsung, semua rujukan yang saya sebut di sini positif adanya. Saya kenal pelaku menduakan yang memang suka main cewek, yang baik-baik aja di rumah, yang sudah poligami tetap selingkuh, hingga ibu-ibu yang bahkan saya nggak liat kekurangan suaminya.

Well, ternyata kekurangan suaminya di ranjang sih jadi harus gimana coba. Diomongin diapain juga suaminya nggak dapat berubah jadi orang lain.

Dan patut diingat, ada juga yang menduakan tapi itu bikin beliau lebih bahagia. Dia menduakan dan menemukan kebahagiaan lain, sehingga beliau dapat selalu happy di rumah. Justru sebab punya simpenan beliau dapat jadi lebih sayang sama keluarga. Kaprikornus nggak selalu kalau orang menduakan terus jadi nggak perhatian sama pasangannya.

Model yang terakhir begini biasanya deg-degan takut kaya tupai. Karena terlalu lama, nyaman, dan senang punya simpenan, takut karenanya jatuh jua alias ketauan sama pasangannya. LOL. Ini kisah positif juga gengs, diceritakan eksklusif oleh pihak pertama. Beserta rujukan tupai-tupainya. :)))))


Orang tidak berubah sebab pernikahan, orang berubah sebab dirinya sendiri. *tetep*

Juga rendahkan ekspektasi pada segala hal. Sejak awal nikah, jangan ngarep dikasih bunga, dikasih surprise tiap ulang tahun, atau hal-hal semacam itu. Kalau butuh didengarkan maka bicara, maka request, "DENGERIN AKU DONG" gitu. Pengen apa, butuh apa, bilang.

Kaprikornus ketika ada orang lain yang ngasih perhatian, nggak simpel leleh sebab komunikasi kita dengan pasangan lancar. Ketika ada yang flirting, pasangan suami istri yang komunikasinya lancar kemungkinan besar malah lapor sama pasangannya.

Kalau malah berantem, ya berarti punya duduk kasus kepercayaan. Kalau malah jadi banyakan berantemnya dibanding nggak berantemnya? Ya berarti mungkin memang nggak cocok?

T_____T

Susah ya nikah?

Kalau kata mbak Vera (again mbak Vera, doi dapat difollow loh di Instagram @verauli.id):

Cinta butuh dipelihara supaya terpelihara.

Iya ijab kabul butuh dipelihara, butuh usaha, berusaha selalu kasih yang terbaik, kasih waktu, kasih perhatian, dan sebagainya. Pernikahan kan bukan Tesla, jadi nggak dapat autopilot. Pernikahan harus diusahakan berdua, jadilah pilot dan co-pilot. *maafkan analogi yang sungguh tekno*

Tapi yah, ini cuma dari saya yang kebetulan terpapar aneka macam curhat soal selingkuh. Maaf sekali kalau ada yang menyakiti dan maaf kalau banyak yang bikin kaget.

Sekian dan terima kasih.

-ast-

Saya tidak baiklah pelakor yang harus menjaga diri. Yang dihentikan meladeni suami orang lain. Kenapa? Baca di sini; wacana Pelakor.

PS: Karena menulis ini saya jadi tahu ada istilah pebinor. Perebut bini orang. Ya, at least kini seimbang. Meski sekali lagi: urusan kita apa hingga harus melabeli orang dengan pelakor atau pebinor?

Detail ►

Untuk Kalian, Ibu-Ibu Yang Gres Saja Melahirkan Anak Pertama


Ini untuk kalian yang ketika ini mungkin masih berada di bidan atau rumah sakit. Dengan luka di vagina yang menciptakan khawatir untuk ke kamar kecil apalagi untuk buang air besar. Atau dengan luka di perut yang berdenyut. Sama saja. Tidak apa. :)

Lihat ke sebelah kalian, ada insan kecil tidak berdaya. Tubuhnya ringkih, jari-jarinya tak lebih panjang dari satu ruas jari kita. Ia menggunakan baju yang kita belikan berlusin-lusin. Setumpuk baju kecil yang dicuci dan disetrika dengan senang hati.

Si bayi kemudian terbangun. Matanya belum bisa membuka sepenuhnya. Pandangannya masih blur, mencoba memahami dunia.

Pelan-pelan saja, anakku sayang. Dunia akan menunggu. Menunggu kau cukup waktu untuk mengerti kejamnya sindiran teman-teman ibu dan teman-teman nenekmu perihal segala tetek bengek pengasuhanmu.

*

(Baca: Dear, Working Mom)

Cobaan pertama sebagai ibu dimulai. Air susu yang diperlukan banjir mengalir usai melahirkan belum juga keluar. Baru hari pertama dan perawat yang tidak erat malah memaksa memberi susu formula. Ibu dan mertua juga memperlihatkan membelikannya. Orang-orang ini, nenek bagi si bayi malah ikut panik sebab omongan perawat yang tidak masuk akal.

Ya tidak masuk akal, kalian sudah tahu benar bahwa lambung bayi hanya seukuran kelereng dan ia bisa bertahan hidup tiga hari tanpa makan apapun. Tapi tolong, bisakah seseorang menjelaskan ini pada suster? Pada ibu? Pada mertua?

Stres, air mata mulai menetes. Kepercayaan diri yang sudah susah payah dibangun bahwa kalian niscaya bisa menyusui mulai runtuh. Kalian mulai menangis dan murka pada suami. Marah pada ibu dan mertua yang terlalu gampang dipengaruhi dan tak percaya anak sendiri.

Sabar ya, kalian. Sungguh tidak ada lagi kata yang sempurna selain sabar. Sabar, ini hanya akan jadi satu dari jutaan cobaan kesabaran. Dari banyak sekali perselisihan hanya sebab kalian mempertahankan pendapat perihal anak kalian

Saya bisa bilang begitu sebab saya pernah ada di sana. Makara kalian tenang saja, bila butuh teman, ada saya di sini.

Saya yang menyusui anak saya di hari kedua sebab hari pertama saya terlalu lelah melahirkan dan transfusi darah. Juga sebab di hari pertama gula darah anak saya terlalu rendah sehingga ia butuh supply 2 ml susu formula. Diteteskan ke mulutnya dengan pipet. Tidak apa-apa.

Tidak apa sebab mungkin tanpa itu anak saya entah bagaimana sebab ia lahir dalam kondisi lemas. Tapi 2 ml yang menyelamatkan anak saya itu jadi 2 ml susu formula pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Berikutnya saya terus menyusui. Saya menyusui dengan puting pecah. Setiap ia menangis saya akan katupkan verbal rapat-rapat, menyiapkan diri untuk rasa sakit. Rasa sakit yang kemudian menjadi terbiasa, menjadi kebal, sebab toh tak kunjung sembuh.

Sampai verbal kecil itu melekat pada puting, dan rasa perih itu mulai menjalar. Tak peduli seberapa berpengaruh areola dijejalkan, hanya puting yang berusaha ia isap, maklum si bayi masih belajar. Pun dengan saya yang sebenarnya sudah khatam teori perlekatan. Tetap saja, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengepalkan tangan kuat-kuat, berdoa supaya saya diberi kekuatan untuk tetap bisa keras kepala.

(Baca: Catatan 6 Bulan Ng-ASI)

Saya juga menyusui dengan kondisi bayi kolik, perutnya sakit sebab kembung. Sialnya, ia kolik sebab terlalu usang menyusu, menyusu sebab menangis, menangis sebab kolik, mbulet, pusing. Dan saya hanya bisa menangis. Menangis bersama bayi saya yang menangis.

Saya tidak lagi tahu hari apalagi tanggal. Yang saya tahu saya harus terbangun satu jam sekali. Tanpa tahu lagi mana siang mana malam. Saya hanya menyusui satu jam dan tidur satu jam. Makan pun disuapi. Mandi pun bila sempat, itu pun terburu-buru.

Karena di antara kecipak air mandi selalu terbayang bunyi tangis bayi, tangis bayi yang hampir selalu hanya bayangan. Makara mandi pun tak pernah tenang. Ah, masa-masa itu. Masa-masa di mana ASI bisa menyembur hanya sebab saya senang bisa mandi. :')

Lelah sekali. Tapi saya yang beruntung punya support system yang luar biasa sehingga saya bisa menyusui sambil bekerja dengan lancar. Sampai tiga tahun kemudian. Iya, saya menyusui anak saya hingga ahad lalu, hingga usianya 2 tahun 10 bulan.

Makara untuk kalian ibu-ibu yang gres melahirkan anak pertama, saya ingin bilang bahwa menyusui itu tidak mudah. Sama sekali tidak mudah. Jangan bayangkan iklan televisi dengan ibu dandan elok rambut rapi, menyusui bayi yang tidur dengan damai. Tidak seindah foto-foto aesthetic di Instagram. :)

Tidak. Menyusui itu sulit dan harus melewati proses belajar. Menyusui itu proses perkenalan antara bayi dan ibu. Ya meski ia sudah menemani kita 9 bulan, bukan berarti kalian saling mengenal. Kenali ia lewat sentuhan, lewat pelukan, lewat dialog yang mungkin akan terus ia kenang.

(Baca: 13 Hal yang Hanya Bisa Dimengerti Ibu Menyusui)

Untuk kalian yang menyusui dengan puting yang datar atau malah masuk ke dalam, percayalah kalian niscaya bisa! Ayo ke konselor laktasi, ayo ke coba dengan masukan seluruh areola ke dalam verbal bayi, ayo kalian niscaya bisa!

Kalian tidak sendirian, banyak sekali ibu-ibu lain yang juga berputing datar namun kesannya sukses menyusui. Bahkan banyak ibu yang tidak pernah hamil, mengadopsi anak dan juga sukses menyusui. Usahakan sebaik mungkin, sekeras kepala mungkin, sekeras motivasi kalian akan bayangan susu formula yang uangnya bisa dibelikan lipstik atau skin care. :)))))

Tetap tidak bisa atau ASI tetap entah ke mana? Sudah tidak apa-apa. Manusia hanya bisa berusaha mencari jalan, kesannya tetap Tuhan yang menentukan. Seperti yang sudah saya pernah bilang, ASI itu rezeki. Yang gampang maka bersyukurlah, yang kesulitan maka percayalah Tuhan akan beri rezeki dalam bentuk lain.

Sekali lagi, bila kalian butuh teman, saya di sini. Juga teman-teman saya. Kami akan jadi pemandu sorak bagi kalian semua! SEMANGAT SEMUANYAAAA! *kibas pompom*

Share ke sahabat kalian yang gres melahirkan! :)

(Baca postingan Tentang ASI/Manajemen ASIP untuk ibu bekerja ya! KLIK!)

Jangan lupa follow saya di Instagram ya @annisast!

Detail ►

Tentang Drama Kehidupan

Kenapa ya saya anaknya suka overthinking sama segala sesuatu. Apalagi untuk urusan hierarki antara status sosial, jabatan di kantor, sama tugas di rumah. Saya suka kepikiran banget!


Misal gini, ada cleaning service di kantor yang pendieeemmm banget. Pendiem terus sopan banget gitu, jikalau jalan selalu nunduk. Ya saya maklum mungkin beliau merasa bukan siapa-siapa, level terendah di kantor lah kasarnya. Kaprikornus beliau nunduk entah alasannya memang minder atau memang merasa harus sopan.

Suatu hari saya ajak ngobrol, dengan malu-malu dan tetap nunduk (mungkin menjaga pandangan yhaaa) beliau jawab anaknya dua. Satu udah kelas 5 apa 6 SD gitu, satu lagi masih umur 2 tahun. Dan saya pribadi tettoottt! kepikiran banget.

Kepikiran banget alasannya berarti meski di kantor beliau nunduk dan minder gitu, beliau di rumah yaitu kepala keluarga dengan anak yang mau remaja. Apa beliau di rumah tegas sama istrinya? Apa beliau di rumah galak sama anaknya? Apa beliau di rumah juga pendiem?

AKU ... KEPO.

T________T

Inget juga kemarin makan di Shaburi terus mbak waitressnya nyapa Bebe dan tiba-tiba dongeng jikalau anaknya beliau juga umur 2 tahun dan suka Cars kaya sepatu Bebe. Dia dongeng dengan sangat excited dan saya mendadak mellow alasannya dengan demikian beliau yaitu ibu bekerja. Mungkin di sela-sela kerjaan dulu beliau harus pumping juga sama kaya saya. Mungkin juga beliau sama sedang mikirin ulang tahun anaknya mau dibikin kaya apa. Ah. :((((

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup)

Kaprikornus inget juga dongeng JG yang masa kecilnya dilalui dengan tinggal di gang sempit. Tetangga-tetangganya itu semua orang susah lah kasarnya. Mereka suka otoriter sama istri, teorinya JG alasannya mereka kerjanya rendahan banget, mereka jadi nggak punya bunyi di kawasan kerja. Satu-satunya "kuasa" mereka ya sama istri, jadilah istrinya diperlakukan seenaknya.

Hiks.

Mau murung juga nggak perlu murung ya ini, namanya juga hidup. Tapi gimana ya, saya kepikiran betapa satu insan itu punya tugas yang beda-beda banget di banyak sekali lini kehidupan. Saya gres ngerti lagunya Nike Ardilla jikalau dunia ini panggung sandiwara.

Di kantor beliau yaitu cleaning service yang minder, di rumah beliau ayah yang tegas tapi sayang keluarga, di lingkungan rumah ternyata beliau Pak RW dan terbiasa mimpin rapat RT, dan seterusnya.

Nggak usah susah-susah deh, waktu masih sekolah aja kerasa kan bedanya. Kita di sekolah sebagai ketua kelas tentu beda dengan kita di rumah yang anak bungsu. Kita di kampus yang serampangan dianggap anak bodoh, ternyata di rumah yaitu kakak sulung tulang punggung keluarga.

Kepikiran jikalau insan bahwasanya memang hidup dengan beberapa topeng, mau pakai yang mana, mau lepas yang mana. Mau jadi saya yang mana.

Dan social media juga panggung lain lagi.

Di socmed beliau ibu-ibu berisik garda depan pembela kebenaran, di rumah ternyata boro-boro berisik, ditanya pendapat sama suaminya aja nggak pernah. Di socmed beliau ibu-ibu inspiratif banyak acara positif bersama keluarga, di rumah beliau ternyata depresi alasannya problem dengan mertua.

Makanya jangan gundah sama orang-orang yang di socmed ributnya ya ampuuunnn. Pas ketemu tenang krik krik. Atau sebaliknya, di socmed sepertinya hidup seru dan bahagia, pas ketemu kok ya orangnya banyak ngeluh. Ya maklum, itu topeng satunya lagi kan, topeng social media.

Lalu apa harus jadi orang yang sama di semua panggung supaya dibilang apa adanya?

(Baca: Menjaga Perasaan Siapa Agar Tidak Dibilang Fake?)

Ya nggak juga sih. Nggak apa-apa kok punya banyak peran, punya banyak topeng. Saya nyaman berisik di socmed dan JUGA di dunia nyata. Saya nyaman bercerita pada kalian di blog ini menyerupai saya bercerita pada JG. Kalau kalian merasa tidak nyaman ya tidak apa-apa. Tidak berarti kalian palsu, kalian hanya sedang pakai topeng yang lain.

Yang jelas, harus diingat bahwa ini yaitu topeng peran, bukan topeng kebohongan. Kalian yang berisik di socmed tapi pendiam di dunia nyata, nggak berarti kalian bohong kan?

Cuma inget-inget aja jikalau lagi pengen ngomong bernafsu sama orang. Waitress itu mungkin teraniaya di rumah, satpam itu juga mungkin ayah-ayah yang lagi gundah bayar sekolah anak, kakak angkot yang nyebelin itu mungkin sebatang kara. Yah, entah ini harus dipikirin apa nggak sih ya.

Ya gitulah. Auk nulis apa sih ini. Bye!

-ast-

Detail ►

Memaknai Pilihan


Aih gres Senin udah ngomongin pilihan. Gara-garanya Jakarta jikalau bulan pahala itu macetnya 3 kali lipat dari biasa kan ya. Saya jadi merenung soal pilihan-pilihan.

Juga dikompori oleh salah satu komentar di statusnya Gesi ahad kemudian di postingan Suami Nyebelin (baca yaaa, gimana nyebelinnya JG lol).

Isi komentarnya gini (saya copas):

“Katanya sih mak, kerja d Jakarta itu stres nya 3x. Stres perjalanan pergi, stres pekerjaan dan stres perjalanan pulang hehhee.. Cabal ea kelens 😉”

Terus aku murung baca komen itu hahahaha lagi PMS emang waktu itu. Sedih sebab kenapa orang stres tapi tetap bertahan?

Stres sebab kerjaan di kantor baiklah aku masih ngerti. Nggak semua kerjaan stress-free dan banyak jenis pekerjaan yang memang menciptakan tingkat stres jadi lebih tinggi. Itu satu hal. Tapi kasian banget dong jikalau udah stres sebab kerjaan, stres juga sebab pergi dan pulang kantor.

Padahal pergi dan pulang kantor kan efek dari bekerja. Karena bekerja di kawasan yang mengharuskan kehadiran maka harus pergi dan pulang kantor. Jika tidak bekerja maka tidak digaji. Jika tidak digaji maka harus makan dari mana. Makara yah, untuk stres yang satu ini emang nggak ada solusi kecuali pindah kerja.

Oke berarti asumsinya orang yang stres sebab kerja di Jakarta yakni kerja kantoran. Jangan bahas yang kerja bernafsu ya, itu mah udah level lain dari kejamnya Jakarta.

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup di Jakarta)

Nah kini lanjut ke dua stres lain yang disebut si mbak. Yaitu pergi dan pulang kantor. Pulang pergi pakai kendaraan beroda empat atau TransJakarta sehingga kena macet. Atau justru pake kereta yang sekeras hutan belantara.

🚗 Pilihan 1: ke kantor naik mobil

YA UDAH PASTI MACET. UDAH PASTI ITU MAH. Pergi lebih pagi. Stres sebab kurang tidur? Tidur dulu di kendaraan beroda empat pas nyampe kantor. Ada temennya JG yang begitu dan kayanya ia nggak stres, buktinya ia hepi-hepi aja hahaha

🏡 Pilihan 2: rumah di pinggiran

Nah kan udah tau stres sebab macet kenapa atuh beli rumah di pinggir terus ditempati. I just don’t get it. Kalau senang sebab tinggal di rumah sendiri ya udah nggak usah ngeluh stres sebab macet.

🏠 Pilihan 3: ngontrak rumah deket kantor

Nah dapat aja kan rumah di pinggiran itu dikontrakin, terus ngontrak rumah di Jakarta. Less stres banget pasti. Nambah cost ngontrak? Ya kan itu harga yang dibayar dari perjalanan. :)

🏢 Pilihan 4: pindah kerja ke kawasan deket rumah

Yaiya jikalau nggak mau pindah rumah ya pindah kerja HAHAHAHAHA

🚴 Pilihan 5: naik motor

YOI. Selama bulan pahala ini kami naik motor sebab macetnya nggak masuk akal. Makara lebih cepet lah niscaya meskipun tetep macet juga. Minimal sebelum buka puasa udah nyampe rumah lah. Kalau nggak mau naik motor, ya udah nikmatin naik kendaraan beroda empat macet. Weee. 😂

🚉 Pilihan 6: naik kereta

Ya kan ini solusi banget sih. Yang tinggal di Bogor aja banyak kok dan survive kerja di Jakarta sebab pemberian kereta. Nggak mau naik kereta sebab males penuh? YA JANGAN KERJA JAUH-JAUH MAKANYAAAA.

🚲 Pilihan 7: naik sepeda

Iya JG biasanya naik sepeda jikalau nggak bulan puasa. Cepet dan sehat!

See, aku aja dapat ngasih 7 pilihan loh. Tinggal dicari yang terbaik kan. Dan udah banyak orang yang karenanya nyerah, resign, pindah lagi ke kota asal sebab nggak mampu kerja di Jakarta. Itu tidak apa-apa. Itu pilihan kalian. Kalau kalian masih bertahan di Jakarta, ya itu juga pilihan kalian. Poin aku adalah, maknai setiap pilihan yang sudah kalian buat. :)

Apa aku dan JG nggak stres tiap hari di Jakarta yang macet dan panas?

Jawabannya: NGGAK.

Saya dan JG nggak stres tinggal di Jakarta sebab kami senang tinggal di kota ini!

Well yah benci polusinya sih tapi kan seberapa sering sih jalan siang-siang panas di antara kemacetan penuh metromini? Nggak pernah. Makara ya nggak terlalu kerasa juga.

Macet 4 jam jikalau mau dikeluhin bisa, tapi mengeluh untuk apa? Kalau mau ngeluh mah macet 1 jam juga dapat banget dikeluhin. Kami memaknai pilihan kami untuk tinggal di Jakarta dengan bahagia. Kami memaknainya dengan tidak banyak mengeluh pada hal-hal yang sudah di luar kuasa.

(Baca: Kenapa Kami Cinta pada Jakarta)

Bukan sekali dua kali aku harus menunggu hingga jam 7 atau setengah 8 malam di teras daycare sebab JG belum juga tiba menjemput. Panas, banyak nyamuk, tapi apa aku ngeluh kemudian aku stres menyalahkan macet Jakarta yang bikin JG telat jemput padahal cus dari kantor jam 5? Nggak lah sebab untuk apa.

Cuma bikin berantem doang loh ngeluh itu. Yaiya aku kesel nunggu, tapi kan JG juga kesel macet. Sama-sama kesel jadi ketawain aja. Hahahaha.

Saya juga dapat banget pesen ojek atau taksi online terus pulang duluan berdua sama Bebe tapi apa poinnya? Saya di rumah termangu berdua Bebe dan JG stres macet sendirian hingga rumah kan kasian. Makara aku selalu menentukan untuk menunggu. Karena macet bertiga itu dapat sambil ngobrol, dapat sambil nyanyi, dapat sambil bego-begoan. Quality time banget. Nggak apa-apa macet asal sama-sama. #prinsip

Toh dapat sambil makan malam juga sebab sudah pesan katering makan malam yang diantar ke kantor siangnya. Toh Bebe dapat sambil main juga sebab di teras daycare ada perosotan, ayunan, sepeda, dan bola. Toh dapat nonton YouTube juga jadi nggak bosan. Toh dapat sambil jajan cilor dan putu yang lewat depan daycare.

Kalau aku bisa, kalian juga niscaya bisa. Cari kantor yang remote office! Pindah industri! Pindah kerja! Gaji jadi lebih kecil? Why not jikalau jadi nggak stres dan jadi lebih bahagia. Coba dipikir lagi, siapa tau passionnya yakni berkebun atau beternak sapi? Bahkan buah-buahan dan daging aja banyak yang jual di Instagram loh.

Ih ngegampangin! Pindah kerja nggak segampang itu kali? Udah coba belum? Yakin nggak mau pindah kerja atau nggak mau ganti gaya hidup sebab kerjaan yang deket rumah gajinya lebih kecil? ;)

Apalagi jikalau masih single ya, wah pilihan itu BANYAAAKKK sekali. Kalau udah nikah dan punya anak, pilihannya lebih terbatas kan sebab jam kerja aja inginnya yang pasti. Tapi jikalau kita mau berusaha aku yakin selalu ada kok. Selalu adaaaa selama kita yakin dan percaya DAN TERBUKA pada hal baru. Rezeki kan nggak bergantung dari kantor ya nggak?

Mengeluh itu pilihan. Bahagia itu pilihan. Tinggal bagaimana kita memaknai pilihan itu. :)

Selamat hari Senin gengs! Macet banget loh hari ini! Hahahaha

-ast-

Detail ►

Beda Prinsip


Dulu ya waktu masih punya TV di rumah dan suka nonton infotainment, satu hal yang selalu bikin saya mengernyit ialah alasan perceraian para artis yang bisa dirangkum dalam dua kata: BEDA PRINSIP.

Dulu saya selalu menganggap alasan beda prinsip itu sebagai alasan yang mengada-ada dan kurang real. Lagian masa alasannya ialah beda prinsip aja hingga harus cerai sih ih, yang beda agama aja banyak yang pernikahannya langgeng. Padahal apa yang lebih berprinsip dibanding agama coba?

Kemudian saya tumbuh cukup umur dan saat tetapkan menikah, prinsip yang dulu saya anggap sesuatu yang unreal itu ternyata penting banget!

Prinsip atau value lebih yummy jikalau sama memang, kecuali kalian orang yang sangat tenggang rasa, tepo seliro, bisa bertahan dan saling menghargai satu sama lain seumur hidup.

(Baca: 30+ Hal yang Harus Ditanyakan Sebelum Menikah)

Kalau kalian kaya saya yang sebisa mungkin menghindari konflik, nggak sabaran, ingin selalu punya teman untuk diskusi, maka ya mending dari awal nikahin orang yang menghargai values yang sama.

Apa aja values itu? Ya tentukan sendiri. Tentukan apa yang penting buat kalian dan diskusikan dengan pasangan kalian.

Contoh yang sepertinya sederhana padahal tidak sederhana sama sekali: istri boleh kerja nggak sehabis nikah?

Itu kedengerannya kaya persoalan simpel: “suami larang istri boleh aja dong alasannya ialah itu hak suami”.

Alesannya bisa macem-macem ada yang beralasan “Karena sayang, jadi supaya aja suami capek kerja keras cari uang (seolah istri di rumah nggak capek ngurus rumah)” ada yang bilang “istri urus anak aja supaya rumah diurus pembantu”. Banyak.

Padahal nggak sesimpel itu. Urusan melarang bekerja ini ada di area gender equality dan ini cakupan yang sangat luas plus sensitif.

(Baca: Mengurangi Pertengkaran Rumah Tangga)

Makara daripada tanya calon suami dengan “kamu bolehin saya kerja nggak sehabis nikah?” tanya dulu soal “gimana berdasarkan kau soal gender equality?”

Karena balasan dari pertanyaan kedua akan menawarkan akan ibarat apa beliau memperlakukan kalian sehabis nikah. Kalau ditanya pertanyaan pertama terus jawabannya “boleh kok” terus kalian percaya padahal sehabis nikah kesudahannya beliau melarang alasannya ialah “dulu saya bolehin alasannya ialah honor saya kecil, kini honor saya cukup jadi ga usah kerja lagi”.

Coba jikalau tanyanya soal gender equality. Bisa ketaker banget loh beliau pria ibarat apa. Bisa pribadi ketauan apakah beliau menganggap wanita bisa setara secara akademis dan karier atau beliau menganggap wanita sebagai pengurus rumah tangga.

Satu hal, jikalau ternyata balasan beliau ialah wanita harus membisu di rumah dan kalian 100% sepakat dengan itu ya go ahead. Maka prinsip kalian udah sama.

Tapi jikalau kalian percaya wanita dan pria harus setara ya jangan dilanjutin. Mending nggak usah jadi nikah percayalah padakuuu .

Kalau kalian menikah nanti kalian sedih. Nanti kalian nggak akan lagi hidup sepenuhnya alasannya ialah selalu ada penyesalan “padahal sebenernya saya pengen xxx”. Hidup dalam penyesalan itu nggak yummy gengs.

(Baca: How are We Gonna Raise Our Kids?)

Dan jikalau udah nikah, persoalan yang kayanya remeh juga bisa jadi besar alasannya ialah ya namanya prinsip ya, susah diubah. Hal yang kayanya nggak mungkin bikin berantem aja bisa banget jadi materi perpecahan.

Kalau saya sendiri memang gres sama JG yang ngerasa klik banget. Soulmate akuhhhh uwuwuwuw gemas. Hahaha.

Selama nikah, gres satu kali berantem alasannya ialah beda prinsip. Masalahnya yaitu … Bebe masuk playgroup tahun ini apa tahun depan? HAHAHAHAHA. Tampak remeh tapi bikin mayan tegang juga sih alasannya ialah sama-sama ngotot (saya lebih ngotot sih 😂).

Abis JG keukeuh amat tahun ini sementara saya ngerasa Bebe masih kecil laahh, belum butuh sekolah. Tapi JG ingin Bebe sekolah supaya cepet bisa bahasa Inggris. Ambisius banget! Makara kesudahannya sehabis merenung usang bersama-sama, diambil jalan tengah yaitu Bebe mencar ilmu bahasa Inggris di rumah lol.

Tapi ya so far so good lah, we share the same values. Dari urusan agama, politik, gender, komitmen, kejujuran, dan banyak lah. Tapi saya mikirnya kami bisa ibarat ini alasannya ialah kami banyak berdiskusi sih sebelum nikah. Ya maklum orangnya nggak bisa nggak ngomong ya hahahaha.

(Baca: Suami yang Nyebelin)

Satu hal, sehabis saya nikah gini gres saya sadar bahwa cerai itu tidak apa-apa! Dalam artian saya tidak akan judge orang bercerai alasannya ialah saya nggak ada di posisi mereka.

Karena insan bisa berubah, insan bisa TIDAK berubah, insan bisa jadi sangat menyebalkan sekaligus menyenangkan, dan sebagainya. Makara cerai alasannya ialah beda prinsip itu sangat bisa terjadi, bukan cuma mengada-ada. Jangan suka judge orang cerai alasannya ialah kita nggak tau ada persoalan sebesar apa di baliknya.

Makara buat kalian yang belum nikah, ayo samakan visi misi, prinsip, value, apapun itu namanya dengan calon suami/istri. Buat kalian yang udah nikah dan ngerasa beda prinsip, banyak-banyak sabar ya. Huhu. Abis gimana dong.

Udah ah kepanjangan, kupusing.

Selamat weekend!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Wacana Passion Dan Calling

Wow sungguh berfaedah sekali ya #GesiWindiTalk dan #SassyThursday kali ini. Diawali dengan posting Instagram saya beberapa bulan kemudian soal passion, Gesi ingin nulis juga soal passion ini. Akhirnya ajak Nahla dan Mba Windi deh sekalian. Karena kami sungguh orang-orang yang passionate lolol.

Baca yang lain juga ya!
Grace Melia: Mencari Passion
Windi Teguh: Menemukan Passion
Mevlied Nahla: Atas Nama Passion

Saya sendiri ingin nulis dari sisi passion dan calling. Dua kata ini definisinya banyak banget dan memang blur gitu. Nggak jelas. Ada yang bilang passion dan calling sama, career yang beda. Ada yang bilang passion, calling, dan career itu beda. Blablabla. Suka-suka orang deh, saya juga mau bikin pendapat sendiri lol.

Kaya yang saya bilang di postingan Instagram, passion itu pencarian seumur hidup, begitu juga dengan calling. Saya beruntung tau semenjak kecil jikalau passion saya nulis, belum bosan, atau ingin ganti. Iya saya suka agak gimana gitu sama yang membatasi definisi passion dengan sesuatu yang tidak menciptakan kita bosan.

"Ah jikalau bosan namanya bukan passion" ... Ih gitu amat. Padahal ya nggak apa-apa, namanya insan kan punya titik jenuh yang beda-beda. Yang jelas, yang bikin bosannya paling usang itu bisalah dibilang passion hahaha. Ya jikalau gres seminggu udah bosan kan terang bukan passion ya. Tapi jikalau udah 3 tahun? Udah 5 tahun? Terus kita bosan, masa dibilang bukan passion. Kan nggak begitu juga.

Nggak apa-apa banget bilang “aku dulu passionate banget sama A tapi kini nggak lagi”. BOLEH KOK. NGGAK MASALAH. Hahaha. Jangankan passion, cinta aja sanggup luntur kan gengs. HEYAK.

Dan ingat, masih ada calling!


Ya, calling kalian apa sih? Saya sendiri belum nemu banget, untuk apa saya hidup? Apa panggilan (banyak yang bilang “panggilan Tuhan”) yang bikin saya ngerasa berguna? Tapi saya nggak pusing amat sih saya anaknya santaaaii hahahaha.

Contoh sederhananya gini, ada orang yang passionnya berkebun, tapi dengan berkebun beliau jadi nggak sanggup bantu orangtua yang sedang sakit dan bayar adiknya kuliah. Kaprikornus beliau kini tetap bekerja di korporasi, dengan demikian beliau jadi sanggup bantu keluarga alasannya ialah gajinya lebih dari cukup.

Keluarga ini tentu beliau sayang banget jadi sesuatu memanggil beliau untuk terus bantu keluarga dan itu bikin beliau bahagia. That’s your calling! Nangkep kan ya? Lagian passion berkebun kan masih sanggup jadi hobi.

Contoh lain. Passion kau traveling, terus ketika lagi masuk hutan Kalimantan kau jatuh cinta sama orangutan. Dan mulai kini kau mendedikasikan diri kau sebagai penggerak evakuasi orangutan. Kamu merasa kau HARUS dan ada urgensi melaksanakan itu. That’s your calling! Passion traveling tetap sanggup dilakukan ketika kau traveling mencari orangutan untuk diselamatkan atau kampanye ke mana-mana.

Kaprikornus buat saya, passion dan calling itu sanggup sama sanggup beda. Ketika kau passionate dan kau merasa berkhasiat bagi diri sendiri, keluarga, atau nusa bangsa ketika melakukannya, sanggup jadi passion kau dan calling kau sama.

Begitu gengs. Semoga nangkep ya hahahaha.

Intinya apa?

🌟 Untuk kalian yang masih berusaha menemukan passion dan calling 💙

Pikirkan baik-baik apa ya calling kalian? Jangan-jangan selama ini kalian nggak tau passion kalian apa alasannya ialah sibuk menjalani calling? Nggak apa-apa banget. Satu-satu aja kok kalem ajaaa.

Karena kadang kita bukan nggak tau passion kita apa, tapi kita belum sadar aja. Maka dari itu memang harus dikerjakan berulang-ulang dan terus menerus. Dicoba lagi dicoba lagi!

Dan ya, passion itu memang harus dicari. Kalian nggak akan tau se-passionate apa kalian sama satu hal sebelum kalian coba. Kaprikornus coba hal-hal gres deh. Sekarang banyak banget kan short course gitu buat berguru hal baru.

Dari yang standar kaya baking atau cooking class hingga yang agak “aneh” kaya leather stitching atau jewelry making gitu. Dicoba dulu aja yang kira-kira menarik, siapa tau jadi hobi gres dan bikin kita senang melakukannya. Itulah passion! JADI AYO COBA DULU!

🌟 Untuk kalian yang sudah tahu passion kalian apa 
💙

Good for you! Jangan pernah ngerasa puas, terus lakukan dan lakukan alasannya ialah jam terbang itu nggak pernah berkhianat. Kalian boleh capek, kalian boleh bosan, tapi ingat passion itu ialah ihwal sejauh mana kita bertahan dan seberapa berpengaruh kita berusaha mempertahankan.

Kalau kalian cukup beruntung sanggup ngerjain passion tanpa terganggu uang, maka kalian punya ruang untuk lebih berkembang. Hard work never lies.

Karena definisi sukses bagi orang juga beda-beda kan. Ada yang definisi suksesnya ialah honor sekian sebulan, berkali lipat dari temen seangkatan/orang seumuran. Tapi ada juga yang definisi suksesnya kaya saya, honor so-so lah, hidup nggak mewah, tapi saya punya kerjaan yang saya suka, saya punya waktu banyak buat keluarga. And that makes me happy! :)

🌟 Untuk kalian yang tahu passion kalian apa tapi mengeluh alasannya ialah kerjaan tidak sesuai passion 💙

Ya pekerjaan akan lebih ringan jikalau pakai passion, tapi telusuri lagi deh kenapa ambil kerjaan itu? Karena gajinya? Karena cari pengalaman? Karena apa?

Kalau alasannya ialah honor kan ya gimana, siap hidup tanpa gaji? Akan lebih susah mana, kerja nggak sesuai passion atau nggak punya gaji? Passion apa uang? Pusing kan?

Kalau kalian emang nggak tahan ya resign. Kalau kalian bertahan alasannya ialah uang, maka ya, jalani lah. Passion-nya dijadikan sampingan dulu aja sementara. Siapa tau tabungan dari kerjaan yang menyebalkan itu sanggup jadi modal untuk menguangkan passion kan? :)

Lagipula nggak semua passion sanggup menghasilkan uang yang layak untuk hidup, sementara kebutuhan hidup terus berjalan dan gaya hidup susah diubah kan.

Gimana pun uang akan selalu jadi motivasi lebih. Kecuali kalian memang sanggup hidup lebih susah demi passion atau passionnya emang sanggup menghasilkan uang banget yaaa. Beruntunglah kalian yang sanggup hidup layak dan yummy sambil kerjain passion. Yosh!

Dan ya, kembali ke calling. Mungkin memang kerjaan kalian nggak sesuai passion, tapi menjalani calling?

🌟 Untuk kalian yang tidak terlalu peduli dan yaaa hidup sih gini aja lol 💙

Nggak apa-apa banget! Iyalah nggak apa-apa banget beneran. Nggak semua orang punya sasaran buat hidup dan hidup tanpa sasaran pun tidak apa-apa hahaha. Kecuali jikalau kalian punya anak ya, ya minimal siapin lah dana pendidikan anak alasannya ialah anak kan tanggung jawab kita.

Karena jikalau semua orang ambisius nanti pusing lohhh. Harus ada orang-orang kalem emang semoga dunia seimbang hahaha. Kalau semua ambisius nanti pilpres siapa yang milih dong semua orang ingin jadi presiden lol.

*

Oke sebagai penutup, pesan saya (yang juga harus saya katakan berkali-kali pada diri sendiri): carilah kebahagiaan dalam hidup. Whether it’s passion, calling, or career!

Buat ibu-ibu yang ngerasa rendah diri alasannya ialah jadi ibu rumah tangga, jadi ibu rumah tangga itu calling banget loh. Nggak semua orang punya calling untuk jadi ibu rumah tangga. Meski saya selalu bilang wanita harus berdaya, saya juga nggak duduk kasus sama ibu-ibu yang hidupnya memang hanya mendedikasikan diri sama keluarga. Selama senang kan nggak apa-apa banget. Kecuali memang melakukannya dengan terpaksa. :)

Tidak ada kata terlambat menemukan passion, tidak ada salahnya mengganti passion, dan tidak ada salahnya tidak punya atau belum nemu passion! Your call!

Minimal tau caranya bikin diri sendiri senang dulu lah semoga nggak monoton hidupnya. Kalau hidup monoton nanti bosen loh. Bosen hidup kan serem ya hehe.

So be proud of what you are now! Be happy! Your happiness is your own responsibility! Your life is your own journey. :)

*

Demikian kuliah umum kali ini, sudah layak kah jadi motivator? :)))))

-ast-

Detail ►