Memaknai Pilihan
Aih gres Senin udah ngomongin pilihan. Gara-garanya Jakarta jikalau bulan pahala itu macetnya 3 kali lipat dari biasa kan ya. Saya jadi merenung soal pilihan-pilihan.
Juga dikompori oleh salah satu komentar di statusnya Gesi ahad kemudian di postingan Suami Nyebelin (baca yaaa, gimana nyebelinnya JG lol).
Isi komentarnya gini (saya copas):
“Katanya sih mak, kerja d Jakarta itu stres nya 3x. Stres perjalanan pergi, stres pekerjaan dan stres perjalanan pulang hehhee.. Cabal ea kelens 😉”
Terus aku murung baca komen itu hahahaha lagi PMS emang waktu itu. Sedih sebab kenapa orang stres tapi tetap bertahan?
Stres sebab kerjaan di kantor baiklah aku masih ngerti. Nggak semua kerjaan stress-free dan banyak jenis pekerjaan yang memang menciptakan tingkat stres jadi lebih tinggi. Itu satu hal. Tapi kasian banget dong jikalau udah stres sebab kerjaan, stres juga sebab pergi dan pulang kantor.
Padahal pergi dan pulang kantor kan efek dari bekerja. Karena bekerja di kawasan yang mengharuskan kehadiran maka harus pergi dan pulang kantor. Jika tidak bekerja maka tidak digaji. Jika tidak digaji maka harus makan dari mana. Makara yah, untuk stres yang satu ini emang nggak ada solusi kecuali pindah kerja.
Oke berarti asumsinya orang yang stres sebab kerja di Jakarta yakni kerja kantoran. Jangan bahas yang kerja bernafsu ya, itu mah udah level lain dari kejamnya Jakarta.
(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup di Jakarta)
Nah kini lanjut ke dua stres lain yang disebut si mbak. Yaitu pergi dan pulang kantor. Pulang pergi pakai kendaraan beroda empat atau TransJakarta sehingga kena macet. Atau justru pake kereta yang sekeras hutan belantara.
🚗 Pilihan 1: ke kantor naik mobil
YA UDAH PASTI MACET. UDAH PASTI ITU MAH. Pergi lebih pagi. Stres sebab kurang tidur? Tidur dulu di kendaraan beroda empat pas nyampe kantor. Ada temennya JG yang begitu dan kayanya ia nggak stres, buktinya ia hepi-hepi aja hahaha
🏡 Pilihan 2: rumah di pinggiran
Nah kan udah tau stres sebab macet kenapa atuh beli rumah di pinggir terus ditempati. I just don’t get it. Kalau senang sebab tinggal di rumah sendiri ya udah nggak usah ngeluh stres sebab macet.
🏠 Pilihan 3: ngontrak rumah deket kantor
Nah dapat aja kan rumah di pinggiran itu dikontrakin, terus ngontrak rumah di Jakarta. Less stres banget pasti. Nambah cost ngontrak? Ya kan itu harga yang dibayar dari perjalanan. :)
🏢 Pilihan 4: pindah kerja ke kawasan deket rumah
Yaiya jikalau nggak mau pindah rumah ya pindah kerja HAHAHAHAHA
🚴 Pilihan 5: naik motor
YOI. Selama bulan pahala ini kami naik motor sebab macetnya nggak masuk akal. Makara lebih cepet lah niscaya meskipun tetep macet juga. Minimal sebelum buka puasa udah nyampe rumah lah. Kalau nggak mau naik motor, ya udah nikmatin naik kendaraan beroda empat macet. Weee. 😂
🚉 Pilihan 6: naik kereta
Ya kan ini solusi banget sih. Yang tinggal di Bogor aja banyak kok dan survive kerja di Jakarta sebab pemberian kereta. Nggak mau naik kereta sebab males penuh? YA JANGAN KERJA JAUH-JAUH MAKANYAAAA.
🚲 Pilihan 7: naik sepeda
Iya JG biasanya naik sepeda jikalau nggak bulan puasa. Cepet dan sehat!
See, aku aja dapat ngasih 7 pilihan loh. Tinggal dicari yang terbaik kan. Dan udah banyak orang yang karenanya nyerah, resign, pindah lagi ke kota asal sebab nggak mampu kerja di Jakarta. Itu tidak apa-apa. Itu pilihan kalian. Kalau kalian masih bertahan di Jakarta, ya itu juga pilihan kalian. Poin aku adalah, maknai setiap pilihan yang sudah kalian buat. :)
Apa aku dan JG nggak stres tiap hari di Jakarta yang macet dan panas?
Jawabannya: NGGAK.
Saya dan JG nggak stres tinggal di Jakarta sebab kami senang tinggal di kota ini!
Well yah benci polusinya sih tapi kan seberapa sering sih jalan siang-siang panas di antara kemacetan penuh metromini? Nggak pernah. Makara ya nggak terlalu kerasa juga.
Macet 4 jam jikalau mau dikeluhin bisa, tapi mengeluh untuk apa? Kalau mau ngeluh mah macet 1 jam juga dapat banget dikeluhin. Kami memaknai pilihan kami untuk tinggal di Jakarta dengan bahagia. Kami memaknainya dengan tidak banyak mengeluh pada hal-hal yang sudah di luar kuasa.
(Baca: Kenapa Kami Cinta pada Jakarta)
Bukan sekali dua kali aku harus menunggu hingga jam 7 atau setengah 8 malam di teras daycare sebab JG belum juga tiba menjemput. Panas, banyak nyamuk, tapi apa aku ngeluh kemudian aku stres menyalahkan macet Jakarta yang bikin JG telat jemput padahal cus dari kantor jam 5? Nggak lah sebab untuk apa.
Cuma bikin berantem doang loh ngeluh itu. Yaiya aku kesel nunggu, tapi kan JG juga kesel macet. Sama-sama kesel jadi ketawain aja. Hahahaha.
Saya juga dapat banget pesen ojek atau taksi online terus pulang duluan berdua sama Bebe tapi apa poinnya? Saya di rumah termangu berdua Bebe dan JG stres macet sendirian hingga rumah kan kasian. Makara aku selalu menentukan untuk menunggu. Karena macet bertiga itu dapat sambil ngobrol, dapat sambil nyanyi, dapat sambil bego-begoan. Quality time banget. Nggak apa-apa macet asal sama-sama. #prinsip
Toh dapat sambil makan malam juga sebab sudah pesan katering makan malam yang diantar ke kantor siangnya. Toh Bebe dapat sambil main juga sebab di teras daycare ada perosotan, ayunan, sepeda, dan bola. Toh dapat nonton YouTube juga jadi nggak bosan. Toh dapat sambil jajan cilor dan putu yang lewat depan daycare.
Kalau aku bisa, kalian juga niscaya bisa. Cari kantor yang remote office! Pindah industri! Pindah kerja! Gaji jadi lebih kecil? Why not jikalau jadi nggak stres dan jadi lebih bahagia. Coba dipikir lagi, siapa tau passionnya yakni berkebun atau beternak sapi? Bahkan buah-buahan dan daging aja banyak yang jual di Instagram loh.
Ih ngegampangin! Pindah kerja nggak segampang itu kali? Udah coba belum? Yakin nggak mau pindah kerja atau nggak mau ganti gaya hidup sebab kerjaan yang deket rumah gajinya lebih kecil? ;)
Apalagi jikalau masih single ya, wah pilihan itu BANYAAAKKK sekali. Kalau udah nikah dan punya anak, pilihannya lebih terbatas kan sebab jam kerja aja inginnya yang pasti. Tapi jikalau kita mau berusaha aku yakin selalu ada kok. Selalu adaaaa selama kita yakin dan percaya DAN TERBUKA pada hal baru. Rezeki kan nggak bergantung dari kantor ya nggak?
Mengeluh itu pilihan. Bahagia itu pilihan. Tinggal bagaimana kita memaknai pilihan itu. :)
Selamat hari Senin gengs! Macet banget loh hari ini! Hahahaha
-ast-
Posting Komentar