Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri 5-alasan-anak-perlu-menangis. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri 5-alasan-anak-perlu-menangis. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

5 Alasan Anak Perlu Menangis


Saya dan JG yaitu tipe orangtua yang selalu bilang pada Bebe jikalau menangis itu tidak apa-apa. Kami selalu membiarkan Bebe menangis lantaran ya namanya anak kecil masa nggak boleh nangis kan. Jatuh terus sakit ya nangis, kecewa lantaran tidak boleh makan es krim ya silakan nangis, kecewa lantaran film harus dimatikan dan waktunya tidur, nangis deh boleh.

Ini ia 5 alasan anak perlu menangis:

Menangis itu mengeluarkan emosi

Iya beberapa bulan kemudian kami sempat ngobrol dengan psikolog, menangis itu cara anak untuk mengeluarkan emosi. Dia belum dapat curhat atau murka dengan kata-kata, cara tergampang mengeluarkan emosi yaitu dengan menangis.

Bayangkan anak sedang mengeluarkan emosi terus disuruh diam. Kan malah tambah emosi. Atau jikalau saya sih khawatir ia jadi memendam emosi. Tidak baik, takut meledak suatu hari nanti. Iya jikalau meledaknya dengan tangisan lagi, jikalau jadi depresi? :(

Menangis itu mengekspresikan diri

Iya, ibarat juga mengeluarkan emosi, menangis itu mengekspresikan diri. Ya kita jikalau seneng kan ketawa-ketawa, jikalau lagi duka ya belanja. Kalau anak kecil duka kan belum tahu harus melarikan diri ke mana. Makara lah menangis aja.

Orang cukup umur kadang lupa nangis. Nangis jikalau udah mentok duka banget gres nangis. Padahal nangis itu nggak apa-apa loh baik untuk anak kecil atau orang dewasa. Kenapa? Karena dua alasan di bawah ini.

Menangis itu mengurangi stres

Yes, ini berlaku untuk orang cukup umur dan anak kecil. Menangis dapat mengurangi stres. Aku baca-baca di mana sih lupa hahaha Yang terang orang yang menangis, energi negatifnya jadi keluar semua. Makara nggak stres deh.

Bayangkan anak kecil tidak boleh nangis, kan kasihan. Hidup dari mata anak kecil itu nggak praktis juga, mereka kadang resah kenapa sih nggak boleh guling-guling di tanah yang bekas hujan ya kan. Makara jikalau anak mau nangis, biarkan nangis, jangan hingga mereka stres.

Menangis semoga mood kembali baik

Bebe jikalau habis nangis suka jadi cantik banget. Dia puas ngeluarin semua emosi negatifnya dan kesudahannya kembali peluk dan ngomong cantik lagi sama saya. Beda jikalau ia nahan nangis, mukanya stres banget.

Menangis itu berguru terbuka dan berkomunikasi


Ya, dengan ia menangis artinya ia menawarkan rasa kecewanya dengan terbuka. Ia berguru mengkomunikasikan bahwa "aku kecewa, ibu harus tahu". Kalau ia udah mulai aneh-aneh ibarat nonton film dengan posisi tubuh yang aneh (kaya lagi senam lantai), saya selalu bilang:

"Xylo boleh menangis, yang tidak boleh yaitu nonton tidak sambil duduk"

Kemudian ia niscaya nangis.

(Baca: Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum dengan Tenang)



Tapi pusing sis anak nangis terus!

Kalau dibiasakan menangis, lama-lama frekuensi dan usang menangisnya berkurang kok. Misal hari ini nangis 15 menit, besoknya nggak akan nangis selama itu ASAL kitanya nggak cepat-cepat suruh ia diam. Apalagi disogok ini itu biar anak berhenti nangis.

Wah udah, Hari ini anak nangis disogok dengan jajan, ya besoknya ia minta lagi. Nggak dikasih? Ya ngamuk lantaran orangtua nggak konsisten. Jangan nyogok anak nangis dengan apapun. Kecuali dengan kegiatan bermain lain.

Terus jangan juga membiasakan diri menganggap anak nangis yaitu gangguan. Anak nangis lantaran ngambek (bukan lantaran sakit) biarkan aja, lakukan acara ibarat biasa. Ngobrol, main hp, atau ngapain kek. Jangan jadi menghentikan acara lantaran memang tujuannya ia kan nyari perhatian.

Atau malah kadang saya cuekin aja. Dia lagi nangis terus ya hirau taacuh aja saya ajak ngobrol yang lain, akal-akalan nggak tahu jikalau ia nangis. Lama-lama ia juga ikut ngobrol, lupa sama nangisnya.

Kecuali jikalau anak nangis lantaran jatuh atau sakit. Biasanya saya diamkan dulu biar lebih hati-hati, gres kemudian peluk dan tanya mana yang sakit? Dan jangan lupa diberitahu supaya hati-hati. Karena jatuh itu sakit.

Susah? Ya, nanti lama-lama juga terbiasa kok membiarkan anak menangis.

(Baca: Memanjakan Anak? Seperti Apa?)

*

Tapi kadang saya juga masih keceplosan apalagi jikalau berdasarkan saya tidak perlu nangis. Misal "ibu gendong ibu huhuhu" sambil nangis. Saya suka keceplosan bilang "iya digendong, tidak perlu nangis dong". Sampai suatu hari Bebe malam-malam rewel sekali tanpa sebab, manja luar biasa. Itu gres sembuh sakit, biasalah pas sakit dimanja banget. Sakitnya udah sembuh manjanya nggak ikut sembuh. Biasanya dapat berdiri diatas kaki sendiri ini merengek-rengek tapi nggak terang maunya apa. Akhirnya saya bilang "Bebe silakan marah, ibu tidur ya".

Saya tinggal tidur kemudian saya dengar bunyi isakan. Dia hiks hiks gitu ibarat ingin nangis tapi ditahan. Sekitar setengah jam kemudian saya bangkit dan Bebe masih terisak, saya tanya "Bebe bekerjsama kenapa?" Dia tetap telungkup sambil terisak. Saya gendong dan saya bilang "Bebe mau nangis? Ayo nangis aja dulu biar dapat tidur".

Kemudian blar aja teriak nangis, saya gendong dan saya peluk. Kasihan mungkin dari tadi ingin sekali menangis tapi ia tidak menemukan alasan untuk nangis. Sementara saya sering bilang "sudah dong tidak perlu nangis" jikalau ia nangis tanpa alasan. T______T Dia menangis lama, saya gendong terus. Sampai kesudahannya ia tenang.

Yah. Itulah jadi orangtua. Nangis aja perlu ilmu hahaha.

Ada yang anaknya suka nangis juga?

Tos kitaaaa!

-ast-

Detail ►

The Terrible Terrible Two

Gimana kabarnya ibu-ibu beranak usia 2 tahun? Masih tegar menghadapi ngambeknya anak 2 tahun?


Si Bebe bulan ini 2 tahun 5 bulan, lagi fase terrible two yang tidak mengecewakan parah hahahaha. Tantrumnya beda dengan tantrum bayi ya.

Kalau waktu umur 1,5 tahunan gitu tantrum goleran di lantai, sanggup didistraksi dengan mudah. Sekarang nggak goleran tapi membisu nggak bergerak ibarat patung muahahahaha. Diangkat nggak mau, ditawarin apapun dijawab gelengan. Distraksi apapun nggak ngaruh. Ujung-ujungnya nangis kejer 10-15 menit kemudian minta peluk. EVERY SINGLE TIME.

Keras kepala sama berguru sanggup bangkit diatas kaki sendiri itu emang beda tipis.

Dan kadang alasan nangis kejernya itu konyol banget bikin saya ketawa. Ya gimana, nangis kejer cuma alasannya ialah alasan-alasan yang remeh. Remeh berdasarkan saya kaya menutup daerah minum. Maunya beliau menutup sendiri, jikalau saya refleks tutupkan alasannya ialah takut tumpah beliau sanggup teriak hingga nangis dan gres akan berhenti jikalau tutupnya dibuka lagi nyahahahahaha. Lawak banget si Bebe.

Tapi ya itu tadi. Menurut saya lawak tapi berdasarkan Bebe itu artinya ibu nggak percaya jikalau beliau sanggup mandiri. Minggu depan akan saya tulis juga tips menghadapi terrible two semoga tetep waras. Sekarang mau dongeng dulu kejadian-kejadian abnormal bersama Bebe bulan ini.

Tau kan foto-foto viral di Facebook isinya semua anak nangis kejer alasannya ialah sesuatu yang remeh? Nah itu si Bebe sanggup masuk salah satunya. Ini sebagian dongeng yang berdasarkan saya paling abstrak aja. XD

pose siap menghadapi ibu yang cerewet

Nggak mau turun mobil

Suatu hari pulang dari daycare pake GrabCar. Seperti biasa nggak turun persis depan rumah alasannya ialah alasan keamanan, jadi turun di pertigaan deket rumah. Mobil sudah berhenti, uang sudah dibayar, BEBE NGGAK MAU TURUN.

Lah gimana, saya paksa angkat dong taro di pinggir jalan terus tutup pintu. Kemudian beliau freeze. "Salo ga mau turun ibu salo mau naik kendaraan beroda empat om yang ituuuuuu" *menunjuk kendaraan beroda empat yang sudah jalan menjauh*

Jangan pikir mobilnya bagus ya, ya kendaraan beroda empat standar taksi online lah. Kemudian beliau tidak mau  bergerak. Diam di pinggir jalan, di depan rumah orang lain.

"Makan jelly yuk?" *geleng*
"Nonton Cars yuk?" *geleng*
"Telepon appa yuk?" *geleng*

"Salo mau naik kendaraan beroda empat om"

T________T

15 menit berikutnya kami berdua habiskan dengan berjongkok di pinggir jalan. Dengan Bebe menatap nanar arah kendaraan beroda empat grab pergi. Dengan saya yang termangu jongkok juga nggak tau harus gimana.

Masalahnya ini anak 12 kg, kutakshanggup paksa gendong sis, antara takut encok dan takut jatoh.

Kemudian terdengar bunyi krek-krek. Yang punya rumah keluar gerbang mendapati satu balita dan satu mbak-mbak manis sedang jongkok di depan rumahnya bahahahaha. Awkward moment award tahun ini jatuh kepadaaaa ...

Auk pokonya saya senyum-senyum aja sama si mas yang punya rumah. Sampai jadinya Bebe tampak melunak, pandangannya udah nggak nanar. Saya gendong beliau nangis tapi ga nolak, tapi sesenggukan bilang "mobil om aja kendaraan beroda empat om aja".

Sampai rumah saya turunin beliau alasannya ialah susah buka gembok sambil gendong. Ngamuk sebenernya pun dimulai. Berjongkok lagi lah kami, kali ini di garasi. Dengan Bebe yang nangis kejer teriak "mobil om aja" dan saya yang ya udah nunggu aja abis gimana, mau pesen grab lagi? lol Lagian udah di rumah juga. Ya udah deh pasrah tunggu aja hingga berhenti nangis.

Setengah jam kemudian ...

#thuglyfe

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

The Nggak-Mau-Gendong-Nggak-Mau-Turun Drama

Ini nggak selalu terjadi tapi jikalau insiden bikin speechless tingkat nonton pidatonya Donald Trump deuh. Kaprikornus beliau marah, beliau ingin digendong alasannya ialah itu bikin beliau nyaman, tapi dikala digendong beliau sadar jikalau "tadi kan saya bete sama ibu". Kaprikornus pas digendong beliau tendang-tendang saya sambil ngamuk, saya turunkan dari gendongan ngamuk juga kakinya nggak mau jejek sentuh lantai.

Sungguh saya tidak tahu jadi anak kecil sesulit itu. Dan kejadiannya selalu di daerah umum alasannya ialah jikalau di rumah mah ya taro kasur lah, nggak susah.

Kalau udah gini ya kasih appa laahhh. Begitu juga sama, JG ditendang-tendang tapi at least JG lebih kuat. Lah saya gendong aja lemes, gendong sambil ditendang bisa-bisa butuh spa dan tas baru. *modus*

Mendadak Nyuci

Kaprikornus pernah suatu siang random kami nyuci baju Bebe hanya alasannya ialah Bebe memutuskan baju kotor beliau sudah banyak dan waktunya dicuci.

Waktu itu saya dan JG lagi makan siang di sebuah weekend yang enaknya dipake bobo. Sampai Bebe bilang "cuci baju yuk ibu, basuh baju Salo yah!"

Kemudian beliau jalan ke mesin basuh dan berusaha membuka tutupnya, jatoh dong. Dan beliau bilang "ibu makannya simpan dulu, basuh baju Salo dulu"

T________T

Ya udah jadinya siang itu kami basuh baju instead of bobo siang. Dia bangkit di atas jojodog di depan mesin cuci, memutar knop mesin cuci, dan bantu memeras. Huft. Tau aja Bebe ibu paling males nyuci hahaha.

Tapi jikalau tidak boleh alasannya apa? Tidak boleh alasannya ialah ibu mau bobo? Di mana orangtua yang mengajarkan anaknya untuk mandiri? Kenapa diajari pake baju sendiri tapi nggak diajari basuh baju sendiri? HAHAHAHAHA *speechless*

(Baca: Mengenalkan Konsep Sharing pada Balita)

Ingin makan ... beha

Tau kan strap untuk epilog bra menyusui? Strap itu akan menggantung jikalau sedang digunakan menyusui kan. Nah Bebe paling hobi nenen sambil pegang strap. Tau-tau kemarin beliau emut itu strap. IH JOROK!

Saya larang dong dan dijelaskan yang boleh dimakan itu makanan. Dia pegang kenceng itu strap dan saya paksa lepaskan. Cue in 3, 2, 1 CRY! Nangis kejer sambil teriak "makan bea aja makan bea aja ibuuu salo mau makan bea"


Itu kan di daycare terus mbak-mbak daycare heboh ke kamar dan nanya, kenapa ibu? Nggak apa-apa mbak, ini Xylo mau makan beha.


20 menit kemudian, beliau minta peluk. Sesenggukan, digendong sambil terus bilang "salo mau bea, salo mau makan bea".

WHY?

*

Dan masih banyak lagi. Aturan lagi main sepeda dibonceng sama JG terus beliau nggak mau pulang dan kejer dikala jalannya menuju rumah. Kadang mau dianggap anak besar kadang mau dianggap anak kecil. Suka nyeletuk sendiri "ibu salo hebat, salo sudah besar!" tapi kadang "ibu salo tidak mau pakai sepatu sendiri salo masih anak-anak".

Saya menghindar menyebut sudah besar dan masih kecil alasannya ialah itu tidak konsisten. Kaprikornus saya sebutnya beliau sudah besar jadi harus mandiri. Untuk hal-hal berbahaya ibarat kompor atau pisau saya tidak bilang "karena masih kecil jadi tidak boleh" tapi "masih bawah umur jadi tidak boleh, yang boleh hanya ibu-ibu".

Ribetnya kehidupankuuuuu.

Rabu ahad depan tipsnya yaaa! See you next week!

-ast-

Detail ►

The Terrible Terrible Two (Part Two)

Ya jadi ahad kemudian saya udah dongeng sedikit soal Bebe dan drama Terrible Two-nya. BTW kemarin terulang loh beliau mau turun dari Grab tapi nggak mau pulang. Mau berdiri aja di pinggir jalan. WHY?


TIPS MENGHADAPI TERRIBLE TWO BY ANNISAST

Pahami jalan pikiran anak

Bahwa ya, kita harus memahami jalan pikiran anak 2 tahun. Apa yang tidak masuk logika bagi kita, mungkin sangat masuk logika bagi mereka.

Tempatkan diri pada point of views anak. Kadang mereka melaksanakan hal menyebalkan bukan alasannya yaitu ingin menyebalkan tapi alasannya yaitu mereka ingin mencoba hal baru. Kebetulan hal barunya menyebalkan bagi kita. Kadang loh ya, alasannya yaitu ada kalanya mereka juga coba-coba, jikalau begini ibu murka nggak ya? Oh marah, sepakat nangis.

-__________-

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

So far saya masih waras sih malah JG yang nggak sabaran. Padahal waktu hamil beliau yang bilang "pasti kau marah-marah terus deh, nanti Bebe sama saya niscaya bisik-bisik ngomongin kamu". LOOK AT YOU NOW LOL.

JG sama Bebe berantem mulu kan saya yang pusing yah. Padahal pilihannya kan bilangin baik-baik atau diemin aja supaya nangis. Nggak perlu jadi teriak-teriak berdua. 😥

Iya, bicara baik atau diamkan menangis

Yah, teriak-teriak atau membentak tidak ada gunanya percayalah. Ngomong baik-baik kadang masih didengar. Kalau masih terus ngamuk dan teriak-teriak ya udalah tinggalin aja asal tempatnya aman.

Kemarin malem Bebe rekor nangis berkali gara-gara hal yang mustahil dilakukan.

1. Ingin diem di pinggir jalan. Nangis di depan pintu ruang tamu minta dibukain ingin ke jalan, udah pake sepatu sendiri pula. Setengah jam hingga saya tinggalin makan dulu. Selesai makan saya tanya: "Bebe mau apa?"
Bebe: "mau jalan-jalan"
Ibu: "oke sebentar ya ibu ganti baju dulu"

2. Kemudian beliau duka alasannya yaitu saya tinggal lagi KE KAMAR DOANG. Nangis lagi dong bilang "nggak usah ganti baju, ibu. Salo mau nenen ajaaaa". Oke balasannya saya gendong, saya lepasin sepatunya.

3. NANGIS LAGI. Karena bete sepatunya saya bukain, maunya buka sendiri. Udah buka sendiri kemudian nenen kemudian tidur.

4. Setengah jam kemudian beliau bangkit DAN NANGIS LAGI WITH NO REASON! Apakah mimpi buruk? Saya tinggalin lagi di kamar sekitar 10 menit.

5. Akhirnya tenang, saya bukakan daerah minum, DAN NANGIS LAGI KARENA INGIN BUKA TEMPAT MINUM SENDIRI. Huft kemudian saya minta maaf dan Bebe bobo lagi.

INI ADA APA? T______T

Tapi ya memang harus gitu. Nggak saya teriakin, nggak saya hardik alasannya yaitu tidak ada gunanya gengs. Kalau dapat bicara baik maka bicara baik. Kalau tidak, maka tinggalkan sajalah dulu. Dia nangis juga terlama ya paling setengah jam lah, kuat-kuatin aja. Setelah 15 menit juga nangisnya mulai berjeda, nangis terus liat semut, nangis terus mainin gantungan kunci, nangis terus ngapain kek gitu. Diamkanlah.


Biarkan mandiri

Cuci tangan sendiri, gosok gigi sendiri, makan sendiri, pake baju sendiri, kenapa nggak boleh basuh baju sendiri? Kenapa nggak boleh masak sendiri? Kenapa nggak boleh main bola tengah malam?

Makara selama kita mau beliau mandiri, fasilitasi kemandirian itu. Fasilitasinya dengan ... kesabaran. Makan biarlah berantakan, pake celana biarlah 10 menit sendiri, mau basuh baju sendiri? Ya dibantu aja. Nggak pernah saya larang alasannya yaitu saya tidak mau melarang dengan hal yang tidak masuk akal.

Makara itulah cikal bakal mencuci baju dengan random tanpa rencana di siang hari. 😑

Kompromi, beri klarifikasi dan tepati janji

JG nih suka nggak sabaran. Makara Bebe dimarahi. Padahal kenapa harus dimarahi? Dia tidak melaksanakan kesalahan, cuma bagi kita menyebalkan kan? Masa out of the blue nyuci siang-siang. Atau jikalau memang berbahaya, ya jelaskan baik-baik.

Coba bilang jikalau kita mengerti. "Ibu mengerti Xylo duka dan kecewa, tapi kompor itu panas, bukan untuk mainan belum dewasa ya". Jangan judgmental alasannya yaitu kita aja bete di-judge, anak juga lah.

Bebe juga nggak lagi di-time out alasannya yaitu kurang efektif. Cukup ditinggalkan saja di daerah beliau menangis atau nggak ditanggepin, Bebe biasanya sudah cukup tersiksa. Karena meski beliau super ingin mandiri, beliau juga masih butuh ayah ibunya untuk mencari kenyamanan.

Biasanya jikalau sudah menangis, saya bertanya "menangisnya sudah? jikalau sudah minum dulu ya". Selanjutnya beliau terbiasa meminta minum supaya damai sesudah menangis lama. Tidak boleh lagi berhenti menangis eksklusif nenen dalam rangka beliau harus dapat berhenti menangis sendiri tanpa nenen.

Beri tanggung jawab

Ya, anak butuh klarifikasi dan tanggung jawab. Misal "oke Xylo boleh menonton satu film lagi, tapi setelahnya Xylo matikan laptopnya kemudian tidur ya." Ulang dua atau tiga kali bahwa sesudah film selesai laptop akan beliau matikan sendiri kemudian tidur. Ketika filmnya selesai, tunggu beliau untuk menutup laptopnya sendiri. Jangan eksklusif diambil alih.

*TIPS: Kalau setel film, startnya dari tengah film jangan dari awal jadi nontonnya ga usang hahaha*

Setelah film selesai, pilihannya ada tiga. Dia ngamuk ingin terus nonton (happened a lot), ngambek tapi nggak ngamuk, atau manis mematikan laptop dan menutupnya. Kalau ngamuk, maka harus konsisten. Simpan dan sembunyikan laptopnya, beri klarifikasi dan biarkan menangis hingga berhenti sendiri. Jangan dimarahi!

Kalau dimarahi maka kita murka dan beliau murka padahal bekerjsama tidak perlu. Tetap jaga tone suara. Kalau beliau ngambek tapi tidak ngamuk, tagih janjinya. Biasanya mengulang akad beberapa kali udah luluh sih. Dia matikan laptop alasannya yaitu beliau tau beliau harus tepati janji.

Jelaskan juga perihal perasaannya, sejajarkan mata kita dengan mata beliau "wah jikalau muka Xylo menyerupai ini artinya Xylo sedang marah. Xylo murka dan kecewa pada ibu alasannya yaitu dihentikan nonton lagi, padahal nonton itu seru ya? Tapi kan tadi sudah berjanji, ayo kini matikan laptopnya. ". Ulang dan ulang hingga ia mengerti.

Kalau manis, maka puji! Anak bahagia sekali dipuji alasannya yaitu keputusannya mematikan laptop menyerupai diapresiasi.

Konsisten dan kesabaran yaitu kuntji!

(Baca: Kebiasaan Baik yang Harus Bebe Lakukan)

Tinggalkan anak jikalau kita lagi bete

Buibu yang sendirian di rumah, sabar ya huhu. Kalau saya lagi kesel banget sama Bebe daripada teriak mendingan tinggalin dulu aja. Soalnya teriak nggak akan ngaruh sama teriakan lagi.

Kalau menerapkan tips-tips di atas saya jamin saat anak meltdown ngamuk heboh, yang dirasakan bukan lagi kesel tapi pengen ketawa. Kadang ngerasa lucu aja sama jalan pikiran Bebe yang ajaib. Dan alasannya yaitu kitanya tidak berteriak, kita juga akan lebih santai dan tidak stres. Kalem ajah, namanya juga anak kecil. Jangankan dia, kita aja jikalau emosi suka ingin teriak dan nangis kan.

Lagi dua tahun ini beliau sudah tahu mengungkapkan sayang. Sering peluk-peluk dan cium-cium brutal saya sambil bilang "cium ibu kelas-kelaaasss!". Makara yah, lucu HAHAHAHAHA. Anak sendiri dibilang lucu terus lah bodo amat.

Kenapa sih emangnya jangan dimarahi? Karena most of the time, anak nggak melaksanakan kesalahan. Dia nggak pukul temennya, beliau nggak salah lah pokoknya, cuma mau melaksanakan hal nggak masuk logika orang remaja aja jadi ngapain dimarahi? Malah kitanya capek sis, yang dimarahi juga akan tetep nangis.

Udah sih itu aja. Terrible two is still long way to go and there's still threenager phase lol.

Being a mom of toddler is how to cope with never-ending tantrums so take it as your daily dose of humor. Giggle instead of scream back. Don't be a tantrum toddler in front of your tantrum toddler. Be happy! :D

*ngomong simpel amat sis lolol*
*dih btw jadi kangen modern family amat*

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Catcalling



Iya, ini terinspirasi oleh post mas Arman Dhani di bawah soal pengalaman paling merendahkan yang dialami wanita di jalan. Membacanya saya sedih, duka sekali.



Hampir 5 tahun di Jakarta, saya tidak naik kereta, naik angkot pernah beberapa kali, naik Kopaja gres 2 kali. Iya sih naik TransJakarta dulu tapi bukan rutinitas (sesekali saja alasannya ialah kost deket kantor). Jarang sekali jalan sendirian, niscaya bersama sobat alasannya ialah saya penakut.

Baca punya Nahla:

Mungkin terakhir saya di-suit-suiti orang itu dikala Sekolah Menengan Atas alasannya ialah Sekolah Menengan Atas saya akrab pasar, catcalling jadi menyerupai sudah biasa. Malah terparah dikala ada exhibisionis pamer kemaluan di depan siswi-siswi yang lewat. Saya tidak di sana tapi teman-teman saya ketakutan sekali, mereka melapor pada guru.

Saya juga pernah mau pergi les berdua dengan sobat saya, wanita juga. Turun dari angkot, saya dan sobat saya masih harus berjalan sekitar 500 meter menuju tempat les. Padahal jalan ramai, tiba-tiba kami "dikepung" oleh mungkin sekitar 10 - 15 anak Sekolah Menengan Atas lain. Kami tidak kenal mereka, mereka bukan siswa tempat les kami.

Semua laki-laki. Mereka tidak menyentuh namun mereka berjalan bersama kami dan tertawa-tawa mengintimidasi. Mengobrol seolah kami tidak ada di tengah-tengah mereka.

Mereka benar-benar ada di sekeliling, jalan cepat pun tidak sanggup alasannya ialah beberapa orang sengaja berjalan lambat sangat akrab di depan kami. Pasrah, mau berlari pun sudah lemas duluan. Saya dan sobat saya saling menggandeng tangan kuat-kuat alasannya ialah sungguh takut sekali. Takut salah satu di antara kami ditarik pergi. 😣

Tapi menjelang tempat les yang sangat sangat ramai dan banyak orang yang kami kenal, mereka perlahan menjauh. Sampai jadinya tau-tau kami berjalan berdua lagi. Teman saya sudah hampir menangis, saya pun shock berat alasannya ialah tidak sanggup mencerna tadi itu maksudnya apa. Kenapa kami diperlakukan menyerupai itu?

Bertahun-tahun kemudian saya gres sadar bahwa oh mungkin mereka hanya iseng. Melihat dua wanita berjalan kemudian ingin menunjukkan power, ingin mengintimidasi. Entah apa yang didapat dengan melaksanakan hal tersebut. Bangga mungkin? Senang? 😕

Makara yah, pengalaman saya direndahkan di jalan sudah usang terjadinya. Karena kebetulan tempat rumah saya kini Islami sekali. Ada yang nongkrong di warung tapi berbaju koko dan sarung, sekadar mampir pulang salat di mesjid. Panitia 17 Agustusan pun dress code-nya tetap baju koko. Makara jikalau jalan sendirian, tidak ada yang catcalling juga.

Saya juga bertanya pada JG dan berdiskusi soal point of view beliau soal catcalling ini. Pertanyaan saya yang paling utama "kenapa harus suit-suitin cewek sih?". Kata JG "nggak tau ya, saya nggak pernah suit-suitin cewek di jalan tapi mungkin alasannya ialah mereka menganggap cewek yang lewat itu cantik."

Kemudian saya sebel banget alasannya ialah masa alasannya ialah elok doang sih! Dan JG tetep beropini "serius deh, jikalau nggak dianggap elok nggak akan dipanggil-panggil kok."

Duh tapi alasan "cantik" itu sungguh sangat sialan sekali alasannya ialah elok kan duduk perkara selera. Kalau itu alasannya pantas saja apapun bajunya, terbuka atau tidak, disuit-suitin mah tetep ya kan? Pantes jilbab sudah lebar, baju sudah longgar pun tetap disuit-suitin "assalamualaikum bu haji". 😠

Ada juga yang beralasan "ceweknya yang minta disuit-suitin" what! Itu serendah-rendahnya pria banget, beranggapan mereka sedemikian gampang tergodanya hanya alasannya ialah itu cewek dianggap cantik? Dan mereka berharap itu cewek gembira gitu disuit-suitin? Rendah sekali harga perempuan!

Makara harus bagaimana? Apa wanita harus menutup diri hingga wajah? NO! Laki-laki yang harus diajari menghargai perempuan.

Mungkin ini jadi terdengar klise alasannya ialah aneka macam yang bilang demikian kan, tapi memang benar! Kita terlalu sibuk meminta anak wanita kita menjaga diri hingga lupa bahwa anak pria kita harus diajari untuk menjaga perempuan. Untuk menghargainya, untuk tidak pernah merendahkannya.

Saya sendiri merasa demikian, mungkin alasannya ialah stigma yang terlalu berpengaruh menempel saya sering sekali berpikir "kayanya jikalau anak gue cewek, gue sanggup jantungan, untung anak gue laki." Karena saya berpikir jalanan sungguh tidak kondusif untuk perempuan.

Padahal punya anak laki-laki, peer besarnya ialah bagaimana beliau sanggup mengerti kiprahnya sebagai pria dan ini harus ditanamkan semenjak kecil. Bahwa tidak main garang dengan ibu, tapi boleh dengan appa. (main garang = gulat atau tindih-tindihan).

(Baca: Mengajarkan Gender pada Balita)

Yang paling penting juga adalah, bagaimana nanti Bebe harus melihat wanita equally. Dia dihentikan melihat wanita sebagai kaum kelas dua yang kerjanya hanya masak di rumah. Dia harus sanggup masak, harus sanggup melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dulu selalu disebut sebagai "pekerjaan perempuan".

Cara terbaiknya ialah dengan memberi contoh. Sampai kini Bebe mengasosiasikan masak dan ke pasar itu ialah kiprah appa, bukan ibu. Dia tau ibu sanggup masak alasannya ialah sering main masak-masakan sama saya tapi jikalau ada orang masak beliau selalu bilang "masak menyerupai appa". Itu teladan yang paling kecil sekali.

Berikut-berikutnya ya saya selalu menekankan hal-hal apa yang dihentikan dilakukan pada perempuan. Selalu saya tes dengan nama teman-temannya di daycare, apakah si A perempuan? Apakah si B laki-laki? Dia mulai sanggup membedakan bahwa teman-temannya yang pria lebih suka lari-lari sementara temannya yang wanita lebih suka memeluk boneka. Hal-hal menyerupai itu.

Mengapa dari usia sekecil ini? Karena saya takut terlambat. Berita anak SD sudah mengerti memperkosa menyerupai itu sama sekali tidak masuk pada budi saya, tapi itu terang jadi alarm bahwa tidak perlu menunggu usia tertentu untuk mengajari anak pria menghargai anak perempuan.

(Baca: How are we gonna raise our kids?)

Kembali ke catcalling, sungguh saya tidak melihat solusi instan dan urusan ini. Pendidikan harus merata, pengangguran harus diberantas jadi tidak banyak yang nongkrong tidak terang di pinggir jalan. Pendekatan agama juga seharusnya sanggup menjaga.

Katanya sanggup dilaporkan ke polisi, oh tentu lapor saja sih bisa. Ditindaklanjuti tidak? Belum tentu, lha wong kecopetan atau kemalingan di tempat kos aja entah tidak lanjutnya bagaimana. Apalagi catcalling, dianggap serendah-rendahnya harassment. But still, it's a harassment.

Kita harus bagaimana? Ada yang punya ide? Atau ada yang mau bercerita pengalaman catcalling juga? Komen di bawah yaaa.

-ast-

BTW Nahla lagi ikut competition. Dia bikin video soal bagaimana hidupnya harus sanggup di-switch jadi 6 peran. NONTON YA! Makasih banget jikalau sekalian mau like, komen, dan share!

Detail ►

Bebe's Story 34 - 38


6 Desember 2016.

Hari ini Bebe sempurna 2 tahun 6 bulan. Mungkin ini terrible two sedang klimaksnya sebab bila ini belum klimaks, saya dapat sakit kepala mikirin klimaksnya gimana. Bebe sedang sangat, sangat, sangat keras kepala. Apa yang ia mau harus dituruti.

Semalam mendadak nggak mau gosok gigi sebelum tidur. Padahal sebelumnya mau-mau aja bahkan ngajak ke kamar mandi sendiri untuk gosok gigi. Semalam nggak mau. Nangis kejer kaya disiksa. 😪

Kalau lagi nangis gitu beliau benci JG with no reason HAHAHAHAH. Pokoknya bila lagi tantrum beliau benci banget dideketin JG apalagi digendong. Pasti teriaknya "ibu aja ke ibu aja". Padahal saya yang maksa beliau gosok gigi lol. Soalnya gigi beliau rapi banget dan itu niscaya sebab beliau rajin gosok gigi semenjak bayi. Masa kini tiba-tiba nggak gosok gigi padahal yang dimakan makin beragam?

Saya nggak terima.

Walhasil semalam sekitar 40 menit lah beliau dijaga JG di dapur teriak-teriak "mau ibu aja!" like a gazillion times. Kalau mau ke saya, syaratnya harus mau gosok gigi. Sekitar 5 menit sekali saya tengokin, dan tanya "sudah mau gosok gigi?" beliau jawab "NGGAK MAU GOSOK GIGI! MAU IBU AJA!". 😪

"Tidak boleh, bila mau ke ibu harus mau gosok gigi," I SAID THAT ALSO GAZILLION TIMES.

Sampai alhasil ya maulahhhh. Lagi kenapa sih harus nggak mau segala coba. Akhirnya nangisnya udah selesai sebab mungkin beliau bosan dan beliau bilang "mau ibu, gosok gigi di kamar sama ibu". OKE! Gosok gigi deh di kasur lol lagi odolnya odol bayi yang nggak berbusa gitu. Yang penting gosok giginya kan bukan di mananya? LELAH ZIZ LELAH.

(Baca: Terrible Two Tips: Menghadapi Anak 2 Tahun)


Oke lanjut ke celetukan-celetukan Bebe bulan ini! Banyak sekali yang terjadi dari beli sepeda, nonton bioskop pertama kali, hingga kepentok kusen jendela berdarah-darah hingga ke UGD. -________-

#34

Nasihat bulan ini dari Bebe: "Ih ibu ini kukunya panjang, potong dulu yuk!"

Ibu *dalam hati* : "THAT'S MY LINE!"


#35

JG finally beli sepeda, supaya dapat naik sepeda bonceng Bebe. Bebe super excited dan selalu mengaku-ngaku bila itu sepeda beliau bukan sepeda JG. Mereka main sepeda di CFD tiap ahad pagi jadi ibu di rumah dapat main dandan-dandanan plus foto-foto yay!

Minggu kemudian sebelum pergi.

Bebe: "Ibu, Salo main sepeda sama appa! Ibu ditinggal aja ibu nggak diajak!"

Berjam-jam kemudian mereka pulang.

Bebe: "Ibu tadi di jalan Salo mau pulang aja. Salo cari-cari ibu."

HAHAHAHAH TADI KATANYA IBU DITINGGAL AJA HIH!

#36

Bebe sudah hafal warna, cuma kadang bila di-tes suka ngotot aja sengaja nggak pengen bener. Apalagi bila sama JG. Suatu hari JG mengatakan warna merah.

JG: "Ini warna apa, Be? Me?"

Bebe: "HIJAU"

JG: "Merah ah, kan sudah tahu merah"

Bebe: "HIJAU APPA!"

JG: "Yeee merah ini"

Bebe: "IH APPA! INI MERAH!"

JG: "LAH IYA DARI TADI APPA BILANG INI MERAH!"


#37

Tiap sore, yang saya tanyakan pertama kali yaitu "Xylo hari ini nangis nggak?" sebab itu memilih mood beliau seharian.

Ibu: "Xylo hari ini menangis nggak?"

Bebe: "Nangis"

Ibu: "Nangis kenapa?"

Bebe: "Lupa!"

Hmmm, saya curiga, Belum pernah sekali pun Bebe jawab lupa kenapa menangis. Lupa menyimpan mainan sih sering.

Nyampe rumah beliau dongeng lagi tanpa ditanya.

Bebe: "Ibu, tadi Epin nangis, Salo juga nangis" (Epin yaitu nama temannya)

Ibu: "Wah kenapa ya nangis?"

Bebe: "Epin jatuh dari sepeda, Salo lupa"

*keukeuh lupa kenapa nangis*

Saya masih curiga tapi nggak maksa. Dia masih lanjut cerita.

Bebe: "Ibu tadi ada doktel"

HMMMMMM.

Ibu: "Jangan-jangan Salo nangis sebab ada dokter gigi? Tidak mau buka lisan ya?"

Bebe: "Iya betul"

😂😂😂 alhasil ngaku juga anak bayik!


#38

Makara sore itu saya udah di daycare nunggu JG, Bebe mainan gorden. Kesel banget sebab nggak dapat dibilangin jangan sebab takut jatuh. Dia loncat-loncat di balik gorden, depan jendela.

TAU-TAU NANGIS.

Saya buka gordennya dan beliau nangis bilang "ibu ini sakit kejeduk huhuhu"

Saya kesel dong dan selewat cek jidat beliau nggak merah atau abuh "ibu bilang juga jangan main di sini, nggak kelihatan kan jadi kejeduk!"

Tiba-tiba beliau gosok alis kanan sambil masih nangis bilang "ini sakit ibu" DAN BLAR TAU-TAU DAHINYA BERDARAH.

T__________T

Makara tadi nggak kelihatannya itu sebab sobek kecil banget dan di antara bulu-bulu alis. Eh malah digosok jadi lukanya makin lebar. Tangannya udah darah semua, pelipisnya juga.

Oke saya nggak panik, saya angkat dan bawa ke ruang tengah daycare. Minta tolong mbaknya bawa air panas dan dibersihkan pakai tisu berair air panas. Saya pribadi foto dan kirim JG, JG dateng pribadi cus ke UGD.

Di UGD lukanya dibersihkan lagi, butuh JG dan 4 suster (3 pemuda 1 cewek) untuk pegangin sebab beliau berontak dan berpengaruh banget! Saya yang gendong, dan dokter bersihin lukanya.

Nggak dalem, nggak perlu dijahit. Cuma panjang aja sekitar 1,5 cm. 😪 Diperban rapi, harus diganti sehari dua kali selama 3 hari, kemudian beliau kembali ceria, Sampai rumah udah loncat-loncat lagi di kasur WHY.

Dan luka itu kemudian jadi alasan untuk segala hal.

JG: "Be, itu ada upil sini appa ambil"
Bebe: "Nggak mau appa, Salo lagi sakit!"

Ibu mau pergi kerja: "Cium dulu dong!"
Bebe: "Jangan cium ibu, Salo sakit!"

YAELAH.

Perban itu nggak boleh ada yang ganti kecuali ibu. Besoknya di daycare kebetulan jadwal dokter, kepo dong beliau mau liat lukanya. Dia buka sedikit perbannya, SEHARIAN NGGAK BOLEH ADA SENTUH LAGI LOL. Makara seharian beliau main dengan perban ngaplek setengah terbuka. -________-



*

ITU AJA!

Bulan ini berat sebab beliau maunya begadang mulu. Bobo dulu sih jam 10-11an gitu tapi kemudian jam 2 bangun. Pernah pas kapan beliau bangkit biasanya main doang, ini minta susu lah. Saya bangkit ambilin susu coklat, terus beliau bilang stroberi dong ibu. Sambil merem saya ke dapur lagi ambil susu stroberi. Selesai minum susu, beliau mau minum air putih, dan minta diisi ulang botolnya. Saya jalan lagi ke dapur astagaaa.

Aturan mobil-mobilan dapat jatoh ke balik kasur terus beliau sibuk cari hp untuk nyalain senter dan senter-senterin mobil-mobilan yang jatuh. Terus buka YouTube sendiri DAN JG *yang padahal dari tadi bobo doang* NGGAK TAHAN LAGI. JG rampas hpnya dan Bebe pribadi murka hingga ketiduran. #win

Bebe juga lagi hobi roll depan. Literally jungkir balik. Mau ngapain pun roll depan dulu. Pake celana, sambil posisi siap roll depan. Mau bobo, roll depan dulu 5-10 kali lah. Nonton film aja sambil guling-guling roll depan PERMISI MAKSUDNYA APA YA? Akhirnya Bebe melaksanakan hal tanpa tujuan. -_____-

Dan yah, pertama kali nonton bioskop. Bebe dan JG nonton 'Moana' supaya saya dapat nonton 'Fantastic Beasts and Where to Find Them'. Kalem banget katanya sepanjang film yay! Seru deh bila gitu nanti lagi udah dapat diajak nonton bila ada film anak-anak.

*

PANJANG YAAAA. See you next month!

-ast-

Detail ►

Drama Daycare


Seperti sudah diduga sebelumnya, Bebe akan drama sesudah 10 hari liburan sama saya.

T_______T

Iya jadi kemarin saya dan JG memutuskan mengambil cuti terlama di dunia lol. Terlama untuk ukuran saya dan JG yang nggak pernah cuti. Cuti 4 hari plus libur Natal dan Tahun Baru jadi total 10 hari bersama Bebe. Yang dikhawatirkan apa?

Sejak awal yang saya khawatirkan ialah saya yang tidak mampu bersama Bebe lama-lama. Saya akan bosan dan capek sekali. Kaprikornus full time mom 10 hari ohmai. Kutakshanggupppp!

Tapi ternyata nggak hahahaha. Bebe sudah besar, sudah dapat diajak ngobrol dan main. Sudah dapat main dengan orang lain. Kaprikornus saya cenderung santai.

(Baca: Sedikit Cerita Liburan dan Tentang Vlogging)

Dramanya gres terjadi kemarin pagi. Bebe nempel terus hingga saya nggak dapat turun di kantor. FYI urutan jarak dari rumah ialah kantor saya, daycare, kantor JG. Kaprikornus saya selalu turun pertama. Biasanya Bebe selalu santai di carseat, kali ini nggak.

Sampai daycare dramanya berlanjut, beliau tampak kangen sekali pada daycare. Jalan-jalan keliling ruangan, masuk kamar, tiduran, cari mobil-mobilan TAPI SAMBIL PEGANG TANGAN SAYA.

WHY.

"Ibu jangan keja" like a million times.

T________T

Karena mbaknya Bebe sungguh pemberani beliau memutuskan "bu, saya angkat (paksa) aja ya? ini kayanya gini terus deh" Saya mengangguk, kemudian beliau mengangkat paksa Bebe dan saya pun pergi. Ngamuknyaaaaa, hingga kedengeran ke trotoar. Padahal saya sengaja keluar dari teras dan tunggu ojek di trotoar

T________T

Soalnya memang ada masa-masa Bebe manja ingin saya ikut antar ke daycare tapi hingga daycare beliau biasanya lempeng. Cium pipi saya dan pribadi main sama temennya. Libur terlalu usang memang setara dengan pembunuhan perlahan.

(Baca: Liburan Mengacaukan Disiplin!)

Sampai di kantor saya santai lah menikmati me time 😂😂😂 Pas dijemput drama lagi dia. Kata mbaknya seharian nggak nangis, pagi pun cuma nangis sebentar terus minta makan dan mandi.

Kebetulan Bebe lagi minta kendaraan beroda empat polisi besar alasannya ialah mobil-mobilan polisi yang beliau punya kecil.

Ibu: "Be, jikalau besok di daycare tidak menangis, ibu belikan kendaraan beroda empat polisi besar deh!"

Bebe: "Mau ibu, Salo ikut beli kendaraan beroda empat polisi besal"

Ibu: "Tapi besok ibu kerja, Xylo di mana?"

Bebe: "Nggak mau, Salo sama ibu, ikut ibu keja"

Oh no, ini anak nggak dapat disogok. LOL

15 menit kemudian sesudah bercerita main di kelas bersama gurunya. Dengan kebanggaan terpelajar dan jago tentunya.

Ibu: "Kalau anak terpelajar sih di daycare nya tidak menangis"

Bebe: "Salo ga nangis"

Ibu: "Iya jadi besok main sama kakak ya di daycare"

Bebe: "Nggak mau!"

Sungguh pendirian yang sangat berpengaruh dan tidak gampang goyah. Aku bangga. 😪

Terus saya jadi kasian, kepikiran, alasannya ialah ini kan masa adaptasi. Apakah jikalau nanti sesudah seminggu beliau nggak nangis lagi itu alasannya ialah beliau bahagia atau alasannya ialah beliau terpaksa menerima?

😩😩😩

Apakah beliau akan menyimpan dendam padaku alasannya ialah saya buang beliau di daycare?

*sinetron abis*

Ya intinya, saya dapat damai meninggalkan anak di daycare itu alasannya ialah dua alasan ini.

1. Daycarenya menerapkan nilai-nilai yang sama dengan saya. Serius saya survey dua daycare di sekitar daycare Bebe, bentuknya ya daycare bukan rumah. Nggak membedakan kamar anak pria dan perempuan, dua anak dimandikan sama-sama. Padahal fee bulanannya lebih mahal.

Apa kabar sih berguru gender dan rasa malu?

2. Bebenya kalem. Iya Bebe hanya menangis di hari pertama. Karena beliau masuk di umur 3 bulan hahahaha. Anak-anak yang masuk di umur 1-2 tahun sih nangisnya dari rentang seminggu hingga 2 bulan. IYA DUA BULAN MENANGIS SETIAP HARI MENCARI IBU YANG BEKERJA.

Stresnya kebayang.

T________T

Hari ini hari kedua ke daycare pasca liburan dan tadi pagi Bebe sudah masuk ke daycare dengan tangan di belakang menyembunyikan tikus-tikusan karet dan berencana nakut-nakutin mbaknya.

😂😂😂

Thank God cuma sehari doang ternyata dramanya! Saya pikir bakal seminggu! Saya masih dihentikan turun di kantor, tapi di pintu depan daycare sudah cium pipi saya dan masuk sendiri.

Tapi semenjak sore hingga malam hingga pagi memang saya tatar terus. Terus saya ulang-ulang jikalau besok ibu-ibu dan bapak-bapak kerja sementara belum dewasa akan main sama-sama di daycare. It works!

Kaprikornus jikalau saya mau otoriter men-judge. Anak-anak yang rewel dikala ditinggal ibunya kerja itu mungkin memang tidak nyaman dengan lingkungan selama ibunya kerja. Mungkin ya. Karena belum dewasa daycare itu jarang sekali drama ditinggal ibunya. Anak gres doang atau si Bebe abis liburan. Hahahaha.

(Baca: 5 Kondisi Tidak Butuh Daycare)

Ya nggak perlu semua anak di daycare juga, tapi gimana caranya lingkungan daerah anak bermain selama ditinggal kerja itu nyaman. Gitu aja sih.

Kekhawatiran sirna. Mari menikmati me time alias kerja lagi!

Semangat ibu-ibu! Selamat meeting! Jangan lupa bercermin dulu sambil senyum agar hepi!

💓

-ast-

Detail ►

Memanjakan Bebe


Akhir-akhir ini Bebe sering nangis. Sering banget. Dari level nangis akting ke pojokan terus sesenggukan tanpa air mata, hingga nangis kejer beneran berurai air mata, ngamuk, hingga ngompol.

Sejak Senin hingga kemarin (saya nulis ini hari Kamis) setiap pagi Bebe nangis. Di kendaraan beroda empat ia meluk saya kenceng banget dan bilang "aku nggak mau ke daycare". Kemudian saya leleh dan anter ia ke daycare, bukannya turun di kantor. Di daycare ia ngamuk.

Terus saya mellow gitu ke JG, Bebe kenapa ya, duka deh jadi praktis nangis blablabla. Saya kemudian jadi baca-baca ihwal perkembangan balita tiga tahun, baca milestone, baca apa yang dirasakan orangtua, baca soal family tradition and discipline, dan gres kerasa digetok. Ternyata masalahnya ada di saya, bukan di Bebe.

Faktor utamanya ialah alasannya ialah saya gres ngerasa sayang banget sama Bebe! After 3 freaking years! Dulu pas Bebe 3 bulan dan pertama kali masuk daycare, orang-orang pada bilang "ya ampun tega amat bayi kecil ditaro di daycare!".

(Baca: Tips Adaptasi di Daycare)

Dan saya nggak paham kenapa harus nggak tega sih? Tega-tega aja ah! Hari pertama ok saya nangis alasannya ialah khawatir, tapi hari-hari berikutnya ya biasa aja. Sayanya nggak drama atau apa. Ya itu tadi, ternyata dulu saya belum ngerasa se-attach itu sama Bebe. Huhu. Maaf ya, Be. :(

Makin gede wow Bebe makin menyenangkan ya, bisa diajak komunikasi, bisa diajak ngobrol, nggak ngebosenin, nggak usah nenenin, segala-gala bisa sendiri. Saya jadi seneng banget deket-deket dia, main sama dia, dan ngobrol sama dia. Baru kerasa wow punya anak itu lucu banget ya!


Saya overwhelming sama semua kemampuan ia dan lupa kalau ia sebenernya masih balita dan harus diperlakukan sebagai balita. Saya lupa kalau saya harus membiarkan Bebe menangis alasannya ialah anak kecil menangis itu wajar! Anak yang di daycare, anak yang sama nanny di rumah, anak yang sama ibunya di rumah, semua niscaya menangis kan kalau memang sedang emosi? Kaprikornus menangis itu tidak apa-apa!

(Saya aja hingga lupa saya pernah nulis 5 Alasan Anak Butuh Menangis)

Saya lupa kalau saya dihentikan memanjakan Bebe. Saya lupa kalau harusnya saya tegas dan tidak memanjakan ia dengan banyak hal yang bahwasanya tidak perlu. Wah bener-bener sih kalau dirunut ke beberapa bulan terakhir, untuk pertama kalinya saya beli macam-macam barang yang terhitung nggak murah untuk Bebe. Dari baju, sepatu, mainan, hingga sepeda.

Padahal semenjak bayi Bebe nggak pernah saya belikan barang apalagi mainan. Beli mainan murah aja nggak! Mainan Bebe dibeliin sama ibu saya atau hadiah dari orang. Saya dulu sama sekali nggak bisa relate sama ibu-ibu yang mengeluh model:

"setelah punya anak apa-apa belanja buat anak dulu, ibunya jadi jarang belanja"

atau

"ke mall niatnya beli tas sendiri, hingga sana malah beliin sepatu anak"

No, saya nggak pernah kaya gitu. Bahkan segala baju lucu aja nggak pernah saya beliin. Saya tetep belanja banyak untuk diri saya sendiri, Bebe secukupnya aja, sepatu aja cuma punya satu, nggak kaya ibu-ibu lain yang sepatu anaknya banyak banget hahaha.

Sampai beberapa bulan kemudian hhhh. Tiba-tiba kok rasanya beli banyak barang banget buat Bebe. Sampai saya berulang kali bilang ke JG, he's so spoiled!

Bilang doang tapi, tiap ia minta apa juga dikasih. Anaknya nggak minta apa-apa juga tiba-tiba saya beliin apa gitu. T_____T Minta barang khususnya ya, cuma kalau nolak mandi, nolak berhenti nonton, gitu-gitu sih masih dimarahin.

Padahal dari dulu ia tantrum banget kan, tapi dulu sayanya tega. Karena dulu ia nangis doang sambil marah-marah, kalau kini nangis pake perhiasan "aku maunya ibu" atau "aku nggak mau mainan, saya mau ibu". Jadinya sayanya leleh deh.

Dan ternyata iya, ngasih barang-barang yang ia mau pribadi seketika itu efeknya tidak mengecewakan kerasa. Bebe yang sebelumnya dapat bangun diatas kaki sendiri dan jarang nangis, kini jadi nangisan banget.

Sedih deh ah. Langsung merasa bersalah alasannya ialah jadi ibu yang kurang tegas dan kalah sama anak.



Akhirnya nemu ini di babycenter and I plead guilty! Yang merah dari babycenter, dan yang ditulis biasa ialah perasaan saya ya. (deuh si eceu, apa-apa pake perasaan lol)

Leaving your child for the day or evening can be tough. Parents often have separation anxiety too – and sometimes a parent's anxiety can fuel it in the child. If your child is having a hard time saying goodbye, you might want to examine your own attitude toward parting. You could be inadvertently causing a problem if:

Ninggalin Bebe kapan pun berat banget rasanya sekarang. Belum hingga pengen resign sih, gres hingga ngerasa bersalah. Dan ya harus diakui ternyata memang attitude saya yang bikin ia jadi manja. Apa aja? SEMUANYA YANG DI BAWAH INI.

🙅 Your goodbyes take more than a minute or two and involve many hugs and kisses, tips, and reminders to the sitter or the child.

Oh tentu saja. Bukan a minute or two lagi, lebih dari 10 menit malah alasannya ialah harusnya saya turun di kantor ini malah ikut dulu menjauh ke daycare Bebe. Sepanjang perjalanan malah peluk-peluk dan cium-cium terus. Tsk. Padahal dulu memandang sebelah mata ibu-ibu yang kurang besar lengan berkuasa kaya gini. *sigh*

🙅 You leave and then return quickly just to check on your child or give one last kiss.

Nggak leave and return quicky sih tapi molor-molorin waktu semoga bisa lebih usang peluk Bebe. Hah saya menyesal sekali. :(

🙅 You ask, "Will you miss me?" or are visibly emotional about leaving.

Saya ngomong "Ibu kangen juga kok sama Bebe kalau Bebe di daycare and blablabla kalimat sayang-sayangan". Yang bikin mellow kok ya diri sendiri ah sebel.

🙅 You provide complicated explanations for why you have to go and make elaborate promises about what you'll do together when you get back.

Iya ini ngaku salah. Mana saya hingga iming-imingi mainan! Kalau tidak nangis nanti ibu pulang bawa mainan baru. Kemudian ia tambah drama "aku nggak mau mainan saya mau ibu" T_________T

🙅 Your child's sharp antennae and busy imagination will pick up on your cues. A cheerful, confident attitude goes a long way in making partings pleasant. Keep in mind that it's healthy for a 3-year-old to spend time in the company of other adults, so by making goodbyes short and sweet, you're doing him a big favor.

Ya, kalimat terakhir akan selalu saya ingat. Bebe lebih kondusif dan lebih produktif di daycare daripada hanya di rumah bersama saya yang nggak bahagia. Saya yang ikut mellow dan duka banget pas naro Bebe di daycare jadi imbas negatif buat Bebenya sendiri. Harus ceria ya nanti lagi! #monolog

source: babycenter 

Tapi ya, jadi orangtua kan pembelajaran seumur hidup nih, ya udah saya terima kesalahan saya dan mulai menata hati serta kebijaksanaan semoga bisa kembali tegas sama Bebe. Dan emang kerasa banget loh Bebe manja kalau ada saya doang!

Kemarin pagi hasilnya nguat-nguatin hati dan tetep turun di kantor. Bebe ngamuk di-strap di car seat. Nggak nyampe 5 menit JG chat katanya Bebe udah berhenti nangis dan pribadi ceria. YAELAAHHH.

Hari-hari sebelumnya berarti emang sayanya yang drama. Pake hukum nganter ke daycare segala, mandiin, nemenin makan, dan ikut duka pas hasilnya saya tetep harus berangkat kerja. Besokannya juga sama, pake cium-ciumin terus selama di mobil, ngamuk deh hasilnya pas turun di daycare.

Lagian saya ngapain drama coba, kalau pun Bebe di rumah seharian sama saya, niscaya ada aja kok yang bikin ia nangis. Yang ada malah makin praktis ngambek alasannya ialah saya manjain. Sementara di daycare ia jarang banget nangis.

Well, itulah dongeng ahad ini dari saya. Semoga bisa diambil hikmahnya ya bahwa bila merasa anak manja maka bercermin dulu pada sikap kita sendiri. :)

Selamat simpulan pekan!

-ast-

Detail ►

Kehilangan Dan Kuota Kepemilikan


Bicara kehilangan, dua kali barang yang cukup "penting" harus terrampas dari kehidupan saya.

Tahun 2008-an saya pernah dihipnotis di Toko Petra, Bandung. Waktu itu hilang Blackberry pertama yang dibeli dengan uang tabungan sendiri. Kedua kemarin itu, ketika barang-barang yang raib malah bukan barang yang saya beli sendiri.

Keduanya cukup bikin melongo seharian. Dan ya ... sedih sekali. T_______T

Saya dongeng di grup dan semuanya kalem, Nahla bilang: "namaste, kita harus kasih positive vibes, udah anggap buang sial" --> anaknya emang positif banget sama harta benda.

Gesi bilang: "Kalo kata Kousuke papa Miiko: barang yang hilang membawa segala kesakitan dan ketidakberuntungan kita alias kaya kata nahla, buang sial" --> bahkan di ketika kesialan pun nge-quote-nya Miiko.

Mba Windi bilang: "tp udah dilihat blm ke seluruh rumah siapa tau ketelingsut" --> orangnya paling logis hahahaha heartless wtf.

Terus kata anak kantor saya Devina (cie Devina disebut namanya lol) "sejak saya ilang HP itu mbak, saya percaya semua orang pernah kehilangan, kaya ada kuotanya gitu".

Oh ya, kuota kehilangan, kuota kepemilikan. Kehilangan kali ini ternyata mengajarkan saya banyak hal.

*

Pagi itu gosip kehilangan belum saya ceritakan di group keluarga. Saya menunggu agak hening dan memikirkan kalimat yang pas alasannya saya sendiri masih shock memikirkan ada orang masuk rumah. Saya merangkai kata semoga kejadiannya tidak terlalu terasa horor.

Ketika kesannya saya bercerita, semua orang berduka, adik-adik saya pada kasih emot nangis. Sayanya jadi makin sedih huhuhu.

T_________T

Emosinya campur aduk. Sedih, khawatir, terutama takut. Iya saya takut banget alasannya malem sebelumnya di rumah cuma berdua Bebe. Saya jadi kepikiran, gimana jikalau orangnya masuk pas JG nggak ada. Saya dan Bebe dapat apa?

Gimana jikalau pas orang itu masuk ruang tamu ia tidak menemukan apa-apa? Apa ia akan lanjut masuk rumah dan bertemu kami bertiga? Seketika keganjilan saya menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu jadi terasa sebagai keberuntungan.

Jika hari itu normal dan kamera serta iPad ada di kamar menyerupai hari-hari biasanya, ruang tamu saya tidak akan terisi barang berharga. Apa yang akan si pencuri lakukan?

Segala emosi itu bercampur plus terpikir adik saya yang akan menikah final ahad ini. Rasa kecewa, hasrat kebendaan, dipadukan dengan obsesi pada Instagram ini memang menjerumuskan sekali ya.

*ujung-ujungnya Instagram* 😪

Nggak usang group buibu temen kuliah rame. Temen saya dongeng ada anak temennya umur 6 bulan yang gres aja meninggal alasannya SIDS (sudden infant death syndrome). Yang kacau dari SIDS itu nggak pernah diketahui penyebabnya kan, anak lagi tidur tau-tau meninggal aja nggak ada bunyi atau apa.

"Abis main terus tidur terus ia ga bangkit lagi, kata dokter kematian alami"

T_________T

Belum sekian menit bahas SIDS, guru daycare-nya Bebe chat ngirim beberapa foto Bebe yang dekil keringetan abis guling-guling main bola di halaman. Mukanya bahagia, tengil menyerupai biasa. Bebe nggak tahu, sepagian ibu dan appanya lagi sedih. Nyes banget rasanya liat Bebe yang happy sehabis denger gosip anak meninggal.

T_________T

Kehilangan saya ternyata nggak ada apa-apanya. Orang lain kehilangan sesuatu yang jauh lebih besar, sementara saya masih punya segalanya. Hidup saya nggak pernah kurang meski nggak berlebihan hingga dapat beli Hermes. Bebe sehat dan happy, suami support selalu, saya nggak kurang apa-apa.

Abis dikirim foto Bebe itu saya ngerasa Tuhan itu lagi ngegeplak nyamuk depan muka saya yang lagi ngelamun. Saya digeplak di depan mata biar kaget dan berhenti merenung terlalu lama.

Beberapa bulan ke belakang saya memang terlalu banyak mengeluh, terlalu sering ngerasa kurang, terlalu mikir kok hidup gini-gini aja sih. Kok kurang terus ini dan itunya.

Butuh hilang kamera dan iPad dulu gres saya ngerasa bahwa tanpa kedua benda itu aja ternyata hidup saya nggak kurang. Nggak sama sekali. Hidup saya cukup, sangat sangat cukup.

Saya juga jadi sadar satu hal: nothing is unlimited. Every single thing has a limit!
Hidup dan mati sih udah tentu ya. Tapi juga hak kepemilikan kita pada barang. Nggak ada satu pun yang dapat kita miliki selamanya. Semua benda punya "kuota".

Jatah saya untuk punya kamera dan iPad mungkin hanya 5 tahun. Itu pun harusnya saya sudah merasa beruntung lah, selama 5 tahun dapat memanfaatkan kamera dan iPad tanpa modal apa-apa sama sekali alasannya keduanya yakni pemberian.

Kalau pun nggak hilang, ketika kuota kepemilikannya habis ya barang itu PASTI akan nggak dapat dipake lagi. Entah rusak atau saya beli gres atau barangnya dikasih ke orang atau dijual.

Kalau pun kita simpan barang itu selalu, akan ada masanya ia berhenti kita pakai. Hanya akan terduduk di lemari atau di gudang dan kemudian ditasbihkan sebagai "barang kenangan".

Semua niscaya ada batasnya. SEMUA PUNYA WAKTUNYA, SEMUA PUNYA GILIRANNYA. Semua punya kuota kepemilikannya.

Tiba-tiba saya ikhlas. Saya eksklusif chat JG dan bilang mulai kini saya akan lebih menghargai waktu-waktu bersama Bebe dan JG alasannya ternyata mereka berdua lah sebenar-benarnya definisi bahagia. :')

Saya eksklusif merasa beruntung menikah dengan JG yang bahkan tidak bertengkar atau saling menyalahkan ketika terjadi petaka menyerupai ini. Padahal menyalahkan yakni hal termudah untuk menenangkan diri.

Dan ya, aneka macam saya tahu pasangan yang malah bertengkar ketika terjadi musibah. Hal sesederhana anak menangis saja dapat jadi sumber pertengkaran. Padahal untuk apa mencari kesalahan yang tidak perlu? Kami tidak, thank God.

JG dapat menyalahkan saya yang entah kenapa menyimpan kamera dan iPad di ruang tamu. Saya juga dapat menyalahkan JG yang tidak mengunci pintu. Tapi kami tidak melaksanakan itu. Tidak peduli siapa yang salah, yang terperinci ketika ini kami butuh satu sama lain untuk saling membuatkan kesedihan.

Sorenya saya jemput Bebe dan bilang "cil, kamera sama iPad ibu ilang diambil orang, ibu sedih deh".

Manisnya, Bebe eksklusif peluk saya dan bilang "nanti jikalau sudah besar saya beli kamera dan aiped buat ibu".

CRYYYYY.

Sepanjang jalan ke rumah, Bebe yang duduk di car seat terus cium-cium tangan saya sambil bilang "Aku beli kamera, ibu seneng kan? Appa seneng kan? Tapi nanti jikalau sudah besal"

😢

Nyampe rumah ia eksklusif nyalain senter di HP nya dan sibuk nyenterin semua kolong. Kolong meja, kolong rak, sisi samping lemari. Saya tanya, lagi apa? Jawabannya?

"Aku lagi cari kamera dan aiped ibu" seolah kamera dan iPad saya hilang itu sama dengan mobil-mobilan ia yang "hilang" masuk ke kolong.

WHAT HAVE I DONE TO DESERVE THIS SWEET BOY 😭😭😭

*

Nahla selalu bilang "harta itu serem kak, serem banget". Iya saya gres sadar itu sekarang, semakin banyak kita punya sesuatu, semakin besar kemungkinan kita "sakit" alasannya kehilangan, semakin tinggi rasa khawatir dan curiga.

Tapi yaaa, realistis aja sih. Nggak bakal juga tiba-tiba hidup minimalis hanya dengan satu koper gitu kaya yang lagi trendi hahaha Nggak sanggup, secukupnya aja yaaaa. Hasrat kebendaan ini kan paling susah dibendung alasannya bikin senang dengan instan. Sigh.

Dan ternyata kemalingan gini masuk akal terjadi di kota-kota besar ya! Iya sih saya sering denger cerita, tapi banyak orang yang saya ceritain soal ini pernah kehilangan dengan cara sama juga, kehilangan di ruang tamu juga alasannya nggak kunci pintu. Oh well.

Kuota kehilangan itu benar adanya.

Malem itu juga kami ke kantor polisi, mengantri 1 jam lebih dan belum juga kebagian jatah dibuatkan laporan pencuriannya. Kami mengobrol dan menyadari bahwa semua orang di sini melaporkan sesuatu yang hilang alasannya dicuri!

Saya gres tahu lho, di kantor polisi ruangannya itu beda dengan bikin surat kehilangan atm hilang. Ini ruangannya tegang, ada satu ibu yang ternyata pencuri ketangkep basah, sedang diinterogasi. Beberapa calon pelapor lain menunggu dengan wajah capek. Ditambah pak polisi yang menjawab ketus alasannya harus jaga image-lah! Ada maling di ruangan gitu loh!

Wow, banyak orang kehilangan artinya banyak yang mencuri, artinya banyak yang butuh uang. Mungkin memang BUTUH uang untuk makan, untuk beli susu, untuk anaknya sekolah.

Iya saya yakin, maling nekat menyerupai ini tidak akan mengambil kamera dan iPad saya untuk dibelikan iWatch dong? Priority bro. Nggak mungkin kan malingnya persekutuan Danny Ocean alasannya masa iya yang dimaling cuma kamera dan iPad. 😶

Selintas saya mikir loh kok banyak orang jahat di dunia ini!

Tapi kemudian eksklusif tersadar bahwa nggak fair lah mikir kaya gitu alasannya kenyataannya orang baik juga banyak. Lebih banyak.

Orang-orang baik yang mau membantu mendorong kendaraan beroda empat ke pinggir jalan meski tidak kenal, yang tidak menjambret HP kita ketika sedang pesan ojek di sisi jalan yang ramai, yang rela ... apa lagi ya. Ya pada dasarnya banyakan orang baik kok! Dalam satu gedung kantor aja maling uang kantor paling berapa orang kan. Rasionya lebih banyak orang yang baik dan jujur kan!

Belum lagi memikirkan orang-orang yang harus mengambil kuota kehilangan mereka dengan cara yang garang dan tidak manusiawi. Yang dirampok dengan senjata tajam hingga disekap di kamar mandi.

Ya pada dasarnya saya masih jauh lebih beruntung. Maling kamera itu hidupnya niscaya tidak seberuntung saya. :')

Jadi ya jikalau kalian gres kehilangan barang kaya saya, ingatlah selalu bahwa semua orang punya kuota kehilangan. Semua barang punya kuota kepemilikan. Nothing's immortal.

Dan selayaknya ibu-ibu, mari kita tutup postingan ini dengan kata mutiara yaitu ... selalu ada pesan tersirat di balik setiap kejadian hahaha.

Kali ini hikmahnya yakni jadi beli kamera baru. Sebelumnya saya selalu ingin beli kamera tapi tak pernah punya alasan besar lengan berkuasa untuk beli alasannya kamera usang pun tidak apa-apa hahahaha #win

Kalian pernah hilang barang elektronik kesayangan juga? Hilang apa? Jangan sedih ya, mungkin kuotanya sudah habis! ;)

-ast-

Detail ►

Mengajarkan Emosi Pada Anak


Kemarin di group ibu-ibu, salah satu temen saya bilang jikalau anaknya nggak dapat mengekspresikan rasa senang. Nggak pernah dapat bilang "aku senang sekali" gitu. Terus saya pribadi AHA! udah usang mau nulis ini kok lupa terus ya? Padahal udah dikasih tahu sama psikolog dari usang banget. Dari Bebe mulai tantrum parah, umur setahunan kali ya.

Yang harus diingat itu satu: anak tidak tahu emosi jikalau tidak diajari. Iya ia tidak tahu bahwa perasaan ingin berteriak alasannya ialah tidak boleh beli mainan itu ialah kesal dan kecewa. Dia tidak tahu bahwa perasaan ingin melompat dan tertawa terus itu namanya bahagia. Makara ya harus diberitahu cara berekspresinya!

Nggak kok, nggak perlu beli buku wacana ekspresi/emosi hehehe alasannya ialah kan anak mengalami ini setiap saat. Kitanya aja yang harus selalu siap untuk melabeli emosi yang sedang dirasakan anak.

Atau cari printable gratisan aja dari pinterest terus print sendiri. Soalnya jikalau saya mah sebisa mungkin beli buku yang dapat baka hingga ia Taman Kanak-kanak atau SD hahaha. Serasa rugi beli buku bayi banyak-banyak lol.

(Baca: Tips Membeli Buku Balita dan Beli Buku Anak di Mana?)

👶 Gimana caranya?

Kita pecah per teladan emosi ya!

Senang: setiap anak terlihat senang kita harus tanya, senang apa nggak? Kalau ia jawab senang, terus kejar dengan "kalau senang ayo teriak sambil melompat yeaayyy!" Lakukan SETIAP anak terlihat senang.

Sedih: sesudah nangis sesenggukannya berhenti, peluk dulu, sejajarkan mata, kemudian bilang "ini namanya sedih. Kamu murung alasannya ialah kita harus pulang dari rumah aki, di sini (tunjuk dadanya) rasanya tidak enaakkkk sekali. Makara kau menangis alasannya ialah kau sedih. Sini peluk". Lakukan SETIAP anak terlihat sedih.

Marah: sama menyerupai sedih, sesudah tantrumnya berhenti, sejajarkan mata dan bilang "ini namanya marah. Kamu murka alasannya ialah tidak ibu belikan mainan. Marah itu boleh, yang tidak boleh itu menendang dan memukul. Kalau marah, kau boleh sendiri dulu, ibu dan appa tidak akan ganggu". Lakukan SETIAP anak marah.

Sampai kapan harus bilang begitu? Sampai anak tahu emosi apa yang sedang dirasakannya. Kalau ia udah dapat mengidentifikasi, berikutnya nggak perlu selalu diulang, hanya mengingatkan jikalau ia lupa.

Jadi ya lama-lama memang terbiasa. Dia dapat manage perasaannya alasannya ialah tau "aku mencicipi A maka saya harus A". Saya dan JG pun nggak putus asa ini anak kenapa sih? Karena ya ia bilang "aku senang!" atau "aku murung huhuhuhu" atau bahkan hanya ngangguk kemudian buang muka alasannya ialah ia sangat marah.

Sedih, kecewa, dan murka itu biasanya ditunjukkan dengan nangis. Karena pusing kesannya saya selalu bilang "kalau marah, Xylo boleh sendiri dulu. Tapi jikalau sedih, sini yuk dipeluk. Kalau murung terus dipeluk itu nanti tidak murung lagi". Dia biasanya bilang "aku marah" kemudian balik tubuh ATAU "sedih huhuhu" kemudian meluk saya.

Dan emosi itu banyak sekali, cuma yang inti itu aja. Jangan lupa labeli setiap ia ngantuk dan capek. Ini penting semoga nggak cranky. Waktu kecil gitu kan ya, udah tantrum ngamuk-ngamuk eh ternyata ngantuk. Sekarang Bebe jikalau ngantuk cuma bilang "aku ngantuk" terus saya jawab "ya udah coba merem deh, siapa tahu tidur". Terus ia merem dan tidur. Soalnya jikalau dijudge dengan "ya udah tidur" ia suka tersinggung alasannya ialah "siapa bilang saya ngantuk dan HARUS tidur?" Makara ya, pemilihan kata-katanya juga harus dipikirkan sekali.

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

👶 Kenapa harus melabeli emosi?

Ini bikin anak lebih kalem, serius. Terutama untuk anak yang udah dapat ngomong ya. Anak jadi tahu apa yang ia rasakan dan bagaimana mengatasinya. Karena yang terpusing dari komunikasi sama anak itu kan kadang kita nggak tau ia sedang mencicipi apa dan harus diapain kan? Bikin pengen judes "ya udah kau maunya apa?!" gitu kan.

Ini juga salah satu perjuangan kita untuk mengerti anak dan menciptakan anak mengerti kita. Mengajarkan empati, bahwa orang lain pun dapat mencicipi emosi menyerupai yang ia rasakan. Contoh:

"Appa sedang marah, ayo jangan kita ganggu dulu, Xylo juga jikalau sedang murka tidak mau diganggu kan?"

atau

"Ibu lagi sedih, ibu mau dipeluk. Xylo juga jikalau sedang murung maunya dipeluk ibu kan?"

And it works! Pernah JG kenapa gitu lupa pokoknya ngomong ke saya nadanya tinggi. Biasanya jikalau gitu saya melipir dulu alasannya ialah ya masa dingototin. Dengan manisnya Xylo nyusulin dan bilang "ibu, appa marah. Tapi nanti appa tidak murka lagi ya" terus meluk saya. HUHUHU TERHARU. Makara jikalau anak kalian kaya gini juga, ya mungkin kalian sudah melabeli emosinya dengan benar. Meskipun tanpa sadar lol.

*

SATU HAL LAGI PESANKU UNTUK KALIAN SEMUA, SEPERTI YANG PERNAH KUTULIS DI CAPTION INSTAGRAM:

"BAHWA CRANKY TIDAK MENGENAL USIA"

via GIPHY

Kita aja kadang hepi banget senang selalu dunia rasanya warna-warni, tapi kadang rasanya gloomy parah hingga duduk tegak aja nggak dapat kan. Makara plis anaknya jangan dimarahin ya jikalau sedang cranky atau mengatakan emosi. Menunjukkan emosi kan lebih baik daripada tidak berekspresi. Kita yang cukup umur aja suka sulit mengendalikan emosi, apalagi anak kecil.

Gituloh buibu. Sekian dan terima kasih lohhhh udah baca hingga selesai!

See you!

-ast-

Detail ►

Mengajarkan Baik Dan Tidak Baik


Ngajarin values ke anak itu emang susah-susah simpel ya. Sering sekali kan kita liat ibu-ibu yang ngeluh "anakku kenapa ya suka mukul temennya, padahal udah dikasihtahu nggak boleh". I've been there!

Kenapa sih si Bebe suka dorong temennya padahal udah berkali-kali dibilang nggak boleh dorong. Kenapa sih suka gini dan suka gitu padahal udah berkali-kali dibilang nggak boleh gini nggak boleh gitu.

Sebagai ibu-ibu yang masih pakai kata larangan, saya hasilnya "menemukan" cara sendiri semoga si Bebe nggak mengulang apa yang dilarang. Saya dan JG sebenernya jarang sekali larang Bebe, mau ia naik meja, jungkir balik, naro mobil-mobilan di freezer atau apapun, nggak pernah dilarang.

Yang benar-benar dihentikan itu cuma:

1. Bahaya dan membahayakan orang lain (termasuk dorong dan pukul anak lain)
2. Tidak sopan
3. Melanggar peraturan
4. Berhubungan dengan kesehatan

Tipsnya, kami mengkategorikan dunia jadi dua: BAIK dan TIDAK BAIK. Biarlah ia berguru yang abu-abu nanti aja ya jika udah gedean.

(Baca: Mendefinisikan Nakal)

Yang harus diulang terus adalah: Bebe anak baik dan harus selalu jadi anak baik.

Pencuri yang mengambil iPad serta kamera tidak baik, orang tidak pakai helm naik motor itu tidak baik, memukul anak lain tidak baik, mendorong anak lain tidak baik, merokok itu tidak baik, tidak duduk di carseat itu tidak baik, makan permen banyak-banyak itu tidak baik, dan sebagainya dan seterusnya.

Pun dengan versi positif. Anak yang mau minta maaf itu anak baik, anak yang main bersama dan mau menyebarkan anak baik, anak yang bahagia makan sayur dan buah itu anak baik, dan sebagainya dan seterusnya.

Jangan lupa pake gesture jempol dan jempol terbalik. Good dan not good. Makara lebih simpel ngasihtahunya plus simpel juga kasih alasan!

(Baca: 5 Hal yang Tidak Perlu Dikatakan Pada Balita)

Karena namanya balita ya, kita bilang "Be, jangan dorong si A dong ia kan masih kecil". Entah didengerin entah nggak, malah nanya balik "kenapa nggak boleh?"

"Karena mendorong sobat itu tidak baik, kau anak baik kan? Jangan dorong ia lagi ya!" niscaya ia ngangguk.

Dan ya menyerupai biasa, lakukan berulang-ulang hingga ia dapat mengkategorikan sendiri. Karena kategorinya cuma dua, ia niscaya eksklusif ngeh kok. Kaya misal liat coretan vandal di dinding, ia dapat komen "ibu, itu orang coret-coret di dinding, not good!" Begitu.

Oiya kemarin juga ditanya ini di Instagram:


Nah jika anak udah ngerti baik dan tidak baik, ini lebih mudah. Anak baik tidak menganggu temannya, anak yang menciptakan anak lain menangis itu anak tidak baik. Gitu aja kok. Makanya tiap Bebe minta maaf sebab ia misal mukul gitu, saya nggak puji sebab ia minta maaf tapi diingatkan jika ia tetap tidak baik sebab sudah memukul.

"Ibu maafkan tapi memukul itu tetap tidak baik. Harus jadi anak baik kan?"

Ini gampaaaanggg sekali penerapannya dan ya, buat Bebe sih ini berhasil banget. Makara tumben nih pendek tulisannya hahahaha. Jangan lupa komen dan share ya! (ala YouTubers lol)

-ast-

Detail ►

Memahami Anak

Kemarin saya Insta Story soal kesulitan menjadi ibu. Dari semua tanggapan yang masuk, 80% menjawab sulit menahan emosi. Karena anak banyak tingkah, banyak ulah, iseng dan lain sebagainya.



Sementara bagi saya, hal yang tersulit ketika jadi ibu yaitu ketika saya menyadari bila saya tidak sanggup lagi hanya fokus pada diri sendiri.
 Sekarang dan selamanya, hidup saya akan terbagi dengan anak. THAT FACT HIT ME REAL HARD.
 

Mungkin lantaran nggak ada yang menyiapkan saya untuk punya anak. Saya sendiri nggak pernah menyiapkan diri untuk punya anak. Waktu kuliah sih centhyl banget pengen nikah muda lah segala rupa. Begitu kerja waw nikah aja mikir-mikir banget panjang lebar. Heran juga kenapa kecemplung sekalian dan punya anak hahahaha.

Eh terus kebetulan sini kan orangnya perfeksionis dan ambisius ya. Oke gundah kok sanggup punya anak, tapi sehabis punya ya lakukan segala hal untuk membesarkan anak. Hahaha. Se-nggak pede itu sama insting keibuan diri sendiri lantaran ya seumur hidup nggak punya imajinasi apa-apa ihwal jadi ibu.

Kemudian tiba problem berikutnya, problem sulit sebagai ibu: mengelola ekspektasi. Saya punya ekspektasi pada Bebe PLUS saya punya ekspektasi diri pada saya sebagai orangtua. That’s the hardest part. Damn.

Meski merasa nggak punya insting keibuan, saya yakin pada satu hal: saya tahu 100% akan membesarkan Bebe ibarat apa. Sebagai orangtua, saya dan JG merumuskan hal-hal (kita sebut saja values) semoga Bebe sanggup jadi individu yang kita harapkan. Yang selalu sanggup punya keputusan sendiri, mandiri, tidak bigot, dan menghargai perempuan.

Values ini nggak dirumuskan pas lagi hamil gitu. NGGAK SAMA SEKALI. Pas hamil cuma kepikiran satu hal: Bebe harus jadi orang yang sanggup ambil keputusan. UDAH ITU DOANG. Lebih lantaran rese sama JG yang nggak sanggup ambil keputusan.

(Ceritanya ada di sini: Anak dan Pengambilan Keputusan)

Seiring berjalannya waktu, semakin Bebe meninggalkan masa bayi, kami semakin sering mendiskusikan ihwal sikap Bebe, cari tahu ke sana sini, konsultasi dengan psikolog anak, dokter tumbuh kembang, dll. Kami butuh backup science, research, anything untuk menghadapi Bebe. Untuk memahami kenapa beliau melaksanakan ini dan itu.

Karena bila pake insting doang wah murka sih pasti. Emosi saya nggak sanggup menghadapi anak yang waktu bayi high needs dan jadi highly sensitive ketika balita. Kalau saya nggak cari penjelasannya secara science, dijamin saya akan sering marah-marah.

Waktu Bebe umur 3 tahun, kami ketemu dengan Montessori dan yay makin kokoh deh valuesnya. Satu mantra Montessori yang perlu disimpan dalam hati dan diterapkan sehari-hari:

“Setiap hal yang dilakukan anak niscaya bermakna”

PASTI LHO. Menurut kita nggak jelas, berdasarkan anak mah ya terperinci lah. Apalagi anak umur 2 tahun gitu yang sedang gundah melihat dunia dan berusaha memahami emosinya sendiri,. Kalau bukan kita yang memahami beliau dan mengajarkan soal emosinya, siapa lagi?

Ingat, apa yang tidak masuk nalar bagi kita, mungkin sangat masuk nalar bagi mereka.

Tempatkan diri pada point of views anak. Kadang mereka melaksanakan hal menyebalkan bukan lantaran ingin menyebalkan tapi lantaran mereka ingin mencoba hal baru. Kebetulan hal barunya menyebalkan bagi kita.

Dua paragraf di atas dari goresan pena usang saya: The Terrible Terrible Two. Tulisan itu juga mungkin sanggup bantu untuk ibu-ibu yang susah nahan emosi.

Kaprikornus apa aja values yang kami terapkan di rumah? Dan gimana values ini sanggup bantu untuk mengelola emosi? Values kami secara umum adalah:

ANAK ITU SUBJEK. BUKAN OBJEK.

Sebagian besar pernah saya tulis di blog ini. Tapi belum pernah dibentuk list kaya gini. Detailnya:

Anak yaitu individu sendiri. Dia anakku tapi beliau BUKAN aku.

Saya nggak mau memaksakan diri saya pada anak. Misal hanya lantaran saya suka gambar, Bebe harus jadi suka gambar juga. Atau lantaran saya dan JG seneng tampil, maka beliau harus seneng tampil juga.

Bebe bukan kami. Dia individu sendiri. Kaprikornus saya dilarang kecewa ketika ia tidak mau atau menolak melaksanakan hal yang berdasarkan saya baik. Yang berdasarkan saya menyenangkan. Yang tetapkan sebuah hal menyenangkan atau nggak itu ya Bebe sendiri.

Ini salah satu cara memahami anak. Less stressful juga lantaran jadinya nggak pernah maksa apa-apa untuk anak.

Kami menghargai semua pendapat Bebe dan tidak pernah meremehkannya.

Ini nih yang sering banget saya liat. Orangtua yang meremehkan anak dan bahkan bilang “alah anak kecil tau apa?” atau “alah kaya yang ngerti aja kamu”.

Anak ingin tahu sesuatu kemudian malah diremehkan lantaran beliau tidak tahu. Kalau kita malas menjelaskan sesuatu sama anak, jangan salahkan bila suatu hari anak juga malas menjelaskan sesuatu sama kita.

via GIPHY

Kami memberi kebebasan untuk melaksanakan apapun yang ia ingin lakukan.

Jika berbahaya, boleh tetap dilakukan asal diawasi. Kaprikornus bebas banget mau ngapain juga boleh. Mau guling-guling di aspal atau nggak pake sepatu ke luar rumah bahkan ke mall sekalipun boleh. Kalau bahaya? Ya didampingi. Makanya sukaaaa sekali sama Montessori.

Karena di Montessori, materi practical lifenya real sekali. Gelas ya pake gelas kaca, gunting ya gunting beneran (bukan gunting anak), semua pake benda yang sama untuk orang dewasa. Kaprikornus kini bila Bebe minta potong roti misal pake pisau beneran ya dikasih pisau beneran TAPI DITEMANI, DIAWASI.

Diberi tahu risikonya. Ini menjadikan rasa percaya diri dan tanggung jawab anak.


Kami memvalidasi emosi. Kamu boleh marah, boleh sedih, boleh kecewa.

Emosi itu normal. Iyalah, lha kita aja sanggup kesel masa anak kecil nggak boleh. Ibunya aja praktis cranky di ketika lapar, masa pas anaknya lapar terus cranky malah kita marahin “KAMU KENAPA SIH?!” Laper bos!

Sejak umur 3 tahun, saya juga sudah memberi tahu bila kau sanggup marah, IBU JUGA BISA. Kalau kau sanggup duka dan nangis, IBU JUGA BISA. Ini bikin anak berempati. Misal saya abis teriak gitu ya lantaran beliau nggak tidur-tidur, beliau eksklusif diem kan. Saya peluk dan tanya “kamu duka kan bila saya marah? Aku juga duka lho bila kau marah”

Nextnya bila beliau murka TINGGAL SINDIR AJA HAHAHA. Nggak deng, tapi labeli emosinya “Wah anak ibu marah-marah terus, kecewa ya lantaran harus berhenti nonton” atau “Oh iyaaa kau duka ya ya udah boleh nangis tapi dilarang makan coklat malem-malem”. Ya masa anak duka nggak boleh nangis. Nanti makin sedihlahhh.

Nangis yaitu salah satu cara mengeluarkan emosi. Nangis itu sehat. Baca nih di sini: 5 Alasan Anak Perlu Menangis

Kaprikornus bila beliau nangis, kami kebal. Kami nggak kalah apalagi marah. Diemin aja sih hahahaha.

Kami akan selalu mendengar Bebe. Selalu dan tidak akan pernah memintanya berhenti bicara.

Bebe yaitu prioritas. Semua ucapannya kami dengar baik-baik jadi ya beneran nggak sanggup ngobrol berdua JG bila ada Bebe lantaran motong mulu beliau sebel dicuekin. Kaprikornus nggak pernah kesel bila Bebe ngomong terus, lantaran ya udah jadi prioritas aja.

Baca lengkapnya di sini: Parenting Butuh Teori!

We treat him like adults.

Menurut Montessori, anak yaitu orang cukup umur yang terjebak dalam badan yang kecil. 
Jadi ya bila kita sebel lantaran satu hal, anak juga niscaya sebel. Saya dongeng apapun sama Bebe dongeng apapun. Saya percaya beliau mengerti. Bahasanya aja yang diubahsuaikan dengan bahasa anak 4 tahun.

Kaprikornus nggak pernah insiden saya menolak menjelaskan dengan alasan "alah udalah nggak akan ngerti kau masih kecil". Saya jelaskan dulu, panjang lebar, bayi keluarnya gimana aja saya liatin videonya (yang gentle birth ya yang nggak jerit-jerit), so far belum ada pertanyaan beliau yang ketika saya jelaskan beliau tetep nggak ngerti. DIA MENGERTI. Anak nggak ngerti itu lantaran kita nggak sanggup jelasinnya. Period.

Kami mengungkapkan sayang dengan kata-kata.

Teori oonnya nih ya, ngungkapin sayang pake kata-kata itu nggak gampang. Nggak semua orang bisa. Kaprikornus bila ngungkapin sayang aja udah biasa, dibutuhkan ngungkapin hal lain juga bisa. “Aku sayang kamu” itu kalimat tersering diucapkan di rumah kami. Saya ke JG, saya ke Bebe, JG ke Bebe, Bebe ke JG semua sesering itu bilang “aku sayang kamu”.

Kaprikornus inget dongeng beberapa ahad lalu, saya lagi mandi, Bebe lagi makan Puyo tapi nggak abis. Terus malah diaduk-aduk dimainin, TUMPAHLAH ITU PUDING, Bebe terus beresin sendiri kan. Perang belum dimulai, JG belum ngomel nih.

Selesai tumpahan puding di meja masuk lagi ke cupnya, EH LOH TUMPAH LAGI. Mulai emosi dong ya. JG (yang dari tadi sambil basuh piring) bilang “kan appa sudah bilang jangan dimainkan! Tutup terus simpan!”

Bebe diem, nggak mau beresin dia. Saya beres mandi, nanya ada apa. Terus saya bilang “Bereskan, kau salah. Kamu harus bereskan”. Terus beliau beresin sambil sedih.

Selesai beberes hingga dilap pakai tisu, Bebe akhirnya bilang “tadi saya nggak sengaja tumpahin lagi itu lantaran mau tutup terus susah tutupnya, jadi tumpah lagi”

HUAAAAAA. Langsung seketika saya peluk dan bilang “thank you for telling me this, saya bahagia kau tetap bertanggung jawab membereskan dan saya juga bahagia lantaran kau berani bilang bila tadi kau tidak sengaja” kemudian JG juga peluk dan minta maaf lantaran sudah menuduh Bebe mainin puding.

MAU MEWEK SIH SUMPAH.

via GIPHY

Karena gimana ya, saya waktu kecil (dan saya yakin kalian di generasi saya juga punya pengalaman serupa), takut aja gitu ngakuin hal-hal kaya gitu ke orangtua apalagi bila abis dimarahin. Kalau ortu udah murka ya kita nggak punya pembelaan. Kalau pun akhirnya kita sanggup membela diri, kemungkinan besar jadi berantem kan sama ortu?

Udah mah kita nggak ngerasa salah, dimarahin, ortunya nggak minta maaf. Wah sebel sih. Nggak heran pas remaja saya berantem terus sama ibu hahahaha.

Kami akan support apapun yang ia inginkan selama tidak melanggar hukum yang berlaku.

Yes. Bebe BEBAS melaksanakan apapun tapi dengan hukum yang berlaku. Aturannya nggak banyak kok, kurang lebih gini doang:

1. YouTube hanya weekend (ini hukum sehabis beliau umur 3 tahun). Baru boleh nonton SETELAH makan.
2. Makan tidak sambil nonton
3. Tidur malam maksimal jam 10
4. Wajib gosok gigi sebelum tidur
5. Harus tidur siang meski weekend
6. Di kendaraan beroda empat harus di car seat

Sisanya bukan hukum tapi lebih ke tanggung jawab:
1. Kalau numpahin sesuatu ya beresin
2. Tiap nyampe rumah, masukin sepatu ke rak sepatu kemudian basuh tangan dan kaki.
3. Kalau salah, sengaja tidak sengaja harus minta maaf


Jangan lupa jelaskan lantaran akibatnya. Kaprikornus nggak pernah drama nggak boleh makan es krim lantaran udah malem. Karena beliau tau sendiri bila beliau makan es krim tandanya beliau harus gosok gigi. Malah kadang beliau jadi males makan yang manis-manis lantaran males gosok giginya lagi. Internal motivation itu bila udah terbentuk jadinya praktis banget hidup kita. Anak jadi mandiri, tetapkan segalanya sendiri, sesuai dengan value yang selama ini diterapkan dalam keluarga.



*

Udah segitu valuenya. Sungguh ekspektasi yang sangat tinggi ya. Nggak heran terlalu takut punya anak kedua. Selain takut bayar daycare, takut juga nggak sanggup mempertahankan idealisme ini HAHAHAHA. Iya idealisme kami bukan BLW atau MPASI homemade emang. Kalau urusan itu mah seraahhh yang penting anak mau makan. Hahahaha.


(Baca: How Are We Gonna Raise Our Kids?

Apa sanggup kaya gini selalu dilakukan? Karena udah terbiasa sih bisa. Kami juga saling mengingatkan TERUS JANGAN BAPER. Kaprikornus saya bila udah capek terus Bebe nanya-nanya saya jawabnya suka asal. Misal Bebe tanya “Bu, kenapa sih lalala” terus saya jawabnya “kenapa yaaaa lantaran begitu deh pokoknyaaaa” Males-malesan asli.

Pasti eksklusif ditegur JG “heh kok jawabnya asal amat” gitu. Jangan baper bila ditegur. Sebaliknya juga, bila JG kaya gitu ya saya tegur juga. Langsung ingetin “ih nanti beliau males nanya lagi loh” gitu.

Kenapa value ini harus saya jembreng kaya gini? Karena saya yakin, berangkat dari sini lah kenapa saya sanggup sabar dan nggak praktis emosian ketika menghadapi tingkah Bebe. Karena saya berusaha paham ilmunya dan selalu berusaha memahami pola pikirnya. MUNGKIN kalian susah nahan emosi lantaran belum merumuskan secara detail, ingin ibarat apa anak kalian?

Kalau sudah dirumuskan, semua akan lebih praktis lantaran kalian tahu persis goalsnya apa. Kalian akan sadar kenapa anak melaksanakan itu? Anak kok begini, saya salah apa? Semua tidak akan blur lagi.

Ya kecuali anaknya masih di bawah 2 tahun ya. Itu masih fase pasrah aja buibu HAHAHA. Di 1,5 tahun sih kayanya Bebe mecahin gelas (karena emang dikasih gelas kaca) dan saya eksklusif colekin kaca ke kakinya biar beliau tahu itu sakit. Dari situ beliau selalu pake gelas kaca dan nggak pernah mecahin lagi.

KALAU PUN mecahin lagi ya udah nggak usah dimarahin sih. Kaya orang cukup umur nggak pernah mecahin gelas aja. Orang cukup umur aja sanggup nggak sengaja jatohin, anak kecil juga bisa. Treat them like we treat ourselves, like adults!

JADI HARUS BANGET NIH BIKIN LIST VALUES BEGINI?

Ih nggak haruslah. Siapa yang bilang harus. Ketika punya anak yang harus itu cuma punya penghasilan yang sanggup ngasih makan anak SISANYA BEBAS. Nggak ada harus ini itu. Valuesnya juga diubahsuaikan dengan value keluarga, di mana kita merasa sanggup melaksanakan itu dan mencontohkannya pada anak. Tiap keluarga niscaya beda dong ya value yang dipegangnya, semacam company culture perusahaan gitu, tiap perusahaan niscaya beda.

Cuma di saya ini berhasil bikin emosi saya lebih stabil, lantaran saya tau apa yang saya perjuangkan. Bikinnya juga nggak perlu sekaligus kok. Hari ini membiasakan satu hal baik, ahad depan membiasakan satu lagi, bulan depan satu lagi. Satu perubahan kecil pelan-pelan lebih baik dibanding nggak berubah sama sekali. <3

Satu lagi, sanggup kaya gini lantaran kami sehat fisik dan mental, lantaran kami nggak punya problem pribadi lain. Kalau kalian punya problem pribadi lain dan jadi nggak fokus urus anak, semoga cepet ketemu solusinya yaaaa. Aamiin.


-ast-

Detail ►