5 Alasan Anak Perlu Menangis
Saya dan JG yaitu tipe orangtua yang selalu bilang pada Bebe jikalau menangis itu tidak apa-apa. Kami selalu membiarkan Bebe menangis lantaran ya namanya anak kecil masa nggak boleh nangis kan. Jatuh terus sakit ya nangis, kecewa lantaran tidak boleh makan es krim ya silakan nangis, kecewa lantaran film harus dimatikan dan waktunya tidur, nangis deh boleh.
Ini ia 5 alasan anak perlu menangis:
Menangis itu mengeluarkan emosi
Iya beberapa bulan kemudian kami sempat ngobrol dengan psikolog, menangis itu cara anak untuk mengeluarkan emosi. Dia belum dapat curhat atau murka dengan kata-kata, cara tergampang mengeluarkan emosi yaitu dengan menangis.
Bayangkan anak sedang mengeluarkan emosi terus disuruh diam. Kan malah tambah emosi. Atau jikalau saya sih khawatir ia jadi memendam emosi. Tidak baik, takut meledak suatu hari nanti. Iya jikalau meledaknya dengan tangisan lagi, jikalau jadi depresi? :(
Menangis itu mengekspresikan diri
Iya, ibarat juga mengeluarkan emosi, menangis itu mengekspresikan diri. Ya kita jikalau seneng kan ketawa-ketawa, jikalau lagi duka ya belanja. Kalau anak kecil duka kan belum tahu harus melarikan diri ke mana. Makara lah menangis aja.
Orang cukup umur kadang lupa nangis. Nangis jikalau udah mentok duka banget gres nangis. Padahal nangis itu nggak apa-apa loh baik untuk anak kecil atau orang dewasa. Kenapa? Karena dua alasan di bawah ini.
Menangis itu mengurangi stres
Yes, ini berlaku untuk orang cukup umur dan anak kecil. Menangis dapat mengurangi stres. Aku baca-baca di mana sih lupa hahaha Yang terang orang yang menangis, energi negatifnya jadi keluar semua. Makara nggak stres deh.
Bayangkan anak kecil tidak boleh nangis, kan kasihan. Hidup dari mata anak kecil itu nggak praktis juga, mereka kadang resah kenapa sih nggak boleh guling-guling di tanah yang bekas hujan ya kan. Makara jikalau anak mau nangis, biarkan nangis, jangan hingga mereka stres.
Menangis semoga mood kembali baik
Bebe jikalau habis nangis suka jadi cantik banget. Dia puas ngeluarin semua emosi negatifnya dan kesudahannya kembali peluk dan ngomong cantik lagi sama saya. Beda jikalau ia nahan nangis, mukanya stres banget.
Menangis itu berguru terbuka dan berkomunikasi
Ya, dengan ia menangis artinya ia menawarkan rasa kecewanya dengan terbuka. Ia berguru mengkomunikasikan bahwa "aku kecewa, ibu harus tahu". Kalau ia udah mulai aneh-aneh ibarat nonton film dengan posisi tubuh yang aneh (kaya lagi senam lantai), saya selalu bilang:
"Xylo boleh menangis, yang tidak boleh yaitu nonton tidak sambil duduk"
Kemudian ia niscaya nangis.
(Baca: Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum dengan Tenang)
Tapi pusing sis anak nangis terus!
Kalau dibiasakan menangis, lama-lama frekuensi dan usang menangisnya berkurang kok. Misal hari ini nangis 15 menit, besoknya nggak akan nangis selama itu ASAL kitanya nggak cepat-cepat suruh ia diam. Apalagi disogok ini itu biar anak berhenti nangis.
Wah udah, Hari ini anak nangis disogok dengan jajan, ya besoknya ia minta lagi. Nggak dikasih? Ya ngamuk lantaran orangtua nggak konsisten. Jangan nyogok anak nangis dengan apapun. Kecuali dengan kegiatan bermain lain.
Terus jangan juga membiasakan diri menganggap anak nangis yaitu gangguan. Anak nangis lantaran ngambek (bukan lantaran sakit) biarkan aja, lakukan acara ibarat biasa. Ngobrol, main hp, atau ngapain kek. Jangan jadi menghentikan acara lantaran memang tujuannya ia kan nyari perhatian.
Atau malah kadang saya cuekin aja. Dia lagi nangis terus ya hirau taacuh aja saya ajak ngobrol yang lain, akal-akalan nggak tahu jikalau ia nangis. Lama-lama ia juga ikut ngobrol, lupa sama nangisnya.
Kecuali jikalau anak nangis lantaran jatuh atau sakit. Biasanya saya diamkan dulu biar lebih hati-hati, gres kemudian peluk dan tanya mana yang sakit? Dan jangan lupa diberitahu supaya hati-hati. Karena jatuh itu sakit.
Susah? Ya, nanti lama-lama juga terbiasa kok membiarkan anak menangis.
(Baca: Memanjakan Anak? Seperti Apa?)
*
Tapi kadang saya juga masih keceplosan apalagi jikalau berdasarkan saya tidak perlu nangis. Misal "ibu gendong ibu huhuhu" sambil nangis. Saya suka keceplosan bilang "iya digendong, tidak perlu nangis dong". Sampai suatu hari Bebe malam-malam rewel sekali tanpa sebab, manja luar biasa. Itu gres sembuh sakit, biasalah pas sakit dimanja banget. Sakitnya udah sembuh manjanya nggak ikut sembuh. Biasanya dapat berdiri diatas kaki sendiri ini merengek-rengek tapi nggak terang maunya apa. Akhirnya saya bilang "Bebe silakan marah, ibu tidur ya".
Saya tinggal tidur kemudian saya dengar bunyi isakan. Dia hiks hiks gitu ibarat ingin nangis tapi ditahan. Sekitar setengah jam kemudian saya bangkit dan Bebe masih terisak, saya tanya "Bebe bekerjsama kenapa?" Dia tetap telungkup sambil terisak. Saya gendong dan saya bilang "Bebe mau nangis? Ayo nangis aja dulu biar dapat tidur".
Kemudian blar aja teriak nangis, saya gendong dan saya peluk. Kasihan mungkin dari tadi ingin sekali menangis tapi ia tidak menemukan alasan untuk nangis. Sementara saya sering bilang "sudah dong tidak perlu nangis" jikalau ia nangis tanpa alasan. T______T Dia menangis lama, saya gendong terus. Sampai kesudahannya ia tenang.
Yah. Itulah jadi orangtua. Nangis aja perlu ilmu hahaha.
Ada yang anaknya suka nangis juga?
Tos kitaaaa!
-ast-
Posting Komentar