Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri anak-dan-orangtua. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri anak-dan-orangtua. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Tentang Melampaui Batas

[SPONSORED POST]


"Don't limit your challenge, challenge your limit."

Flashback ke lima tahun lalu, saya hingga kini masih sering termangu loh. Kok berani ya saya tinggal di Jakarta sendirian?

Waktu itu saya pengangguran, sudah lulus kuliah dan gres saja resign dari kawasan kerja saya alasannya yakni tidak betah. Maklum, pekerjaannya jadi sekretaris, nggak sesuai passion saya yang selalu menulis dan senang mendesain. I told this story a million times and repeat it again and again because that's how my story start.

Intinya saya untuk pertama kalinya #LampauiBatas dengan pergi sendirian ke Jakarta. Saya yang bahkan di Bandung pun selalu diantar ke mana-mana. Saya nekat bermodal Google Maps di Blackberry dan alamat kantor yang jadi tujuan interview. Turun travel dan naik taksi. Berjalan kaki mencari rumah sakit untuk tes kesehatan. Naik taksi lagi dan naik travel lagi. Pulang ke Bandung lagi usai tes penerimaan karyawan itu.

Interview sukses, saya diterima. Saya sangat excited dengan pekerjaan itu dan saya tidak menyadari dikala itu bahwa itu mengubah hidup saya sepenuhnya. Saya yang seumur hidup tinggal bersama orangtua kini sendirian di Jakarta. Saya harus mencari makan sendirian, saya harus jalan-jalan sendirian.

(Detailnya ada di postingan ini: Keputusan yang Mengubah Hidup)

Untuk pertama kalinya saya naik TransJakarta (yang ternyata nyaman ya asal tidak di jam sibuk), untuk pertama kalinya saya liputan keliling Jakarta. Keliling kota yang tidak saya kenal sama sekali sudut-sudutnya. Modal Google Maps dan kuota. Nekat.

Gimana nggak nekat, liputan saya itu kadang gres simpulan jam 12 malam. Saya sering sekali terdampar di pinggir jalan tengah malam alasannya yakni susah mencari taksi sementara TransJakarta sudah tidak beroperasi. Sekarang sih yummy ya tinggal pesan ojek online, lima tahun lalu?

Lima tahun kemudian yang lakukan ya pasrah duduk di trotoar menunggu taksi sambil menulis berita. Atau memesan taksi via telepon. Nggak ada takut-takutnya, maklum jiwa muda, jikalau dipikirin kini kok ngeri ya hahahaha. Apalagi jikalau pulang konser di Ancol, bok saya pernah jam 1 malem terdampar di gerbang pantai karnaval Ancol pulang liputan.

YES, BUKAN GERBANG UTAMA. Gerbang Pantai Karnaval yakni gerbang suram, kecil, dan jalan rayanya sangat berdebu. Ada jalan layang di depannya dan itu sepi banget. Yang lewat jalan itu cuma truk, pesan taksi pun nggak ada yang mau ambil. Tapi dulu senang bahagia aja, alhamdulillah selamat hingga kini hahahaha.

Memang kadang ada hal-hal yang harus kita lakukan me #LampauiBatas untuk mengetahui seberapa besar keberanian kita menghadapi hidup.

Selain duduk kasus pekerjaan dan kawasan tinggal, menikah juga buat saya yakni salah satu momen #LampauiBatas saya. Saya selalu punya ketakutan untuk menikah. Saya takut harus mengurusi rumah seharian dan tidak punya me time. Saya takut harus berhenti bekerja alasannya yakni punya anak. Saya takut tidak punya kebebasan yang sama menyerupai dikala belum menikah.

Tapi ternyata saya menikah, saya punya anak, dan segala kekhawatiran itu tidak terjadi.

(Baca: Orang-orang yang Bertahan Hidup)


Kalau di dunia blogging, saya sedang push the limit untuk bikin video seminggu sekali. Writing is always in my blood tapi syuting dan edit video belum pernah dilakukan huhu. Dulu pas kuliah ada sih mata kuliah yang harus syuting dan videoan TAPI BUKAN GUE YANG NGERJAIN HAHAHAHA. Kan kelompok gitu, saya giliran bikin script aja, yang syuting dan editnya mah temen saya yang lain.

Dan ternyata dahsyat ya emosi diaduk-aduk banget bikin video itu. Mana harus elok di depan kamera, harus mikirin topik, plus harus editnya pula. Berderai air mata banget deh. Tapi ternyata saya bisa, so far udah sebulan lebih saya aktif lagi di YouTube dan seminggu sekali setiap Senin masih on time upload video baru. Doakan selalu lancar yaaaa. Ini hal paling #LampauiBatas di sepanjang karier social media saya.

Nulis blog mah gampang, eksis di Instagram? Gampang juga lah tinggal stok foto. Twitter mah twit aja apapun yang diinget dan gunakan Facebook untuk share info lucu dari Buzzfeed. Tapi update YouTube, wah wah wah, nangis darah. Saya besar hati banget bisa bikin kesepakatan untuk bilang "new video every Monday" because it really pushes my limit. #LampauiBatas sekali!

Hidup ini penuh kejutan. Ketika kita berpikir hidup membosankan, kita hanya belum tahu bagaimana cara biar membuatnya lebih berwarna. Ayo lawan rasa malas dan takutmu, #LampauiBatas kemampuanmu! :)

-ast-

Detail ►

Ide Basa-Basi Tanpa Bikin Tersinggung


Asumsinya bertemu sahabat lama. Berteman di media umum dan sering bertegur sapa di dunia maya. Saat bertemu, apa yang harus dibicarakan?

Nggak semua orang bisa basa-basi sementara basa-basi dirasa wajib apalagi jikalau bertemu langsung. Mau ngomong apa ya? Mending di socmed bisa bales pake like atau emoji doang. Kalau ketemu?

Awkward moment banget kesudahannya kan jikalau cuma "halo" cipika-cipiki terus diam. Kaprikornus keluarlah kata-kata yang biasanya malah jadi menyinggung padahal yang ngomong kadang nggak mikir dua kali jikalau perkataannya bisa melukai.

"Kok gemukan?" atau "Kok kurusan?" --> padahal tidak yakin benar ini orang kurusan atau gemukan, cuma kayaknya aja sih. Ya mana tau, nimbang tubuh bareng aja belum pernah.

"Kok iteman sih?" "Kucel amat neng?" --> none of your business.

"Belum isi aja nih?" *sambil pegang perut* --> percayalah meski bukan aku yang dibeginikan, aku dan suami beberapa kali menegur orang yang berkata ibarat ini pada orang lain. Kami bilang "Ibu tidak sopan, ibu dihentikan bertanya ibarat itu." Butuh keberanian luar biasa tapi orang-orang ini harus berhenti.

"Kapan nambah (anak)?" --> situ Tuhan?

Well. Belum apa-apa udah emosi deh jadinya. Tapi yah, tidak semua orang punya kemampuan interpersonal yang baik. Tidak semua orang tahu bagaimana harus bersikap tanpa melukai orang lain.

(Baca: Mempertanyakan Rezeki)

Dan sebagai orang yang memang suka ngobrol, aku beri wangsit basa-basi yang (semoga) tidak akan menciptakan orang tersinggung.

Tanyakan kabar

Standar lah ya. Justru sesudah tanya kabar ini yang krusial. "Hai apa kabar? *ngomong apa lagi ya* ... krik krik krik"

Tanyakan keluarga yang kita tahu persis keberadaannya atau pernah kita temui atau kita lihat fotonya di media sosial

"Anak yang paling besar kelas berapa sih sekarang? Sekolahnya di mana sih?" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar sekolah.

"Ibu apa kabar? Duh udah usang ya nggak ketemu ibu. Ibu masih suka jahit?" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar hobi orangtua. Ceritakan juga hobi orangtua kita.

"Adik kau yang dulu SD itu sudah kerja ya sekarang? Kerja di mana? Oh ya anak zaman kini memang lebih suka punya bisnis sendiri ya" --> bisa dilanjutkan wacana dialog seputar bisnis.

Ingat, jangan tanya yang kita tidak tahu persis. Bagaimana jikalau sudah meninggal? Akan jadi lebih awkward lagi.

Tanyakan soal hobi

"Masih suka yoga? Sekarang yoga di mana?" --> jikalau nggak ngerti soal hobi dia, ini kesempatan kita untuk bertanya dan berguru hal baru. Saya senaaaanggg sekali ketemu orang dengan hobi yang tidak aku mengerti sebelumnya. Bisa jadi tahu banyak hal gres dan orang yang diajak bicara pun biasanya bahagia membicarakan hobi dia.

Ide pertanyaan seputar hobi yang kita tidak ketahui sebelumnya:
- Tanya wacana alat-alatnya, belinya di mana, ada produk lokalnya apa harus impor.
- "Ada komunitasnya nggak?"
- "Mahal nggak sih?" atau jikalau DIY "belajarnya di mana?"
- "Sejak kapan suka hobi ini?"
- DAN BANYAAAKKK LAGI. Nanti ngalir dengan sendirinya kok.

Kalau kebetulan ngerti soal hobinya, bagus dong jadi punya topik dialog yang sama. :)

Rumah

"Rumah masih di A? Kan kerja di kota B? Ditempatin siapa sekarang?" --> lalu bisa bercerita seputar harga rumah atau kontrakan.

"Rumahnya lucu banget deh di Instagram, siapa yang dekor?" --> lalu bisa mengobrol soal Ikea, dekor rumah, dan online shop Instagram lol

"Rumah orangtua masih di Gerlong?" --> lalu bisa mengobrol soal rumah orangtua, tinggal dengan siapa mereka, dll.

Pekerjaan (hanya jikalau kita tahu persis soal ia masih bekerja atau tidak)

"Eh masih kerja di agency A? Ada yang ngehubungin gue waktu itu nanya job ABCD ..." --> ini jikalau kalian blogger atau influencer nyahahahaha

"Neng, katanya resign ya? Pindah kerja atau di rumah aja?" --> PERTANYAAN KRUSIAL, HATI-HATI JANGAN JUDGE.

Jawaban:

A. Kaprikornus ibu rumah tangga. Saran reaksi: "Wah keren euy, aku mah niscaya nggak akan sanggup jadi ibu rumah tangga." --> lanjutkan mengobrol soal anak. Hindari dialog seputar sayang gelar kuliah, sayang karier, dll. None of your business.

B. Pindah kerja. Saran reaksi: "Oiya jadi apa sekarang? Masih jadi wartawan?" --> lanjutkan mengobrol seputar kerjaan.

(Baca: Dunia Tidak Selebar Daun Kelor, Jangan Gampang Baper!)

Dan yang terakhir ini yakni basi-basi yang tidak akan pernah gagal:

Puji (karena semua orang bahagia dipuji)

Kalau cewek:

"Lipstiknya bagus banget sihhhhh! Apa itu apa itu?" --> lanjutkan mengobrol soal lipstik yang tidak akan selesai meski sudah berjam-jam lol.

"Alis cetar bangeett. Pake pensil alis apa?" --> lanjutkan mengobrol soal makeup dan beauty guru.

"Tasnya lucu amaaatt? Beli di mana sih? Oh di Bandung? Di mananya?" --> lanjutkan mengobrol soal tas dan daerah beli tas lucu.

Kalau cowok:

"Motornya keren euy. Ini modif sendiri?" --> laki gue bisa ngobrol panjang sama orang nggak dikenal cuma ngomongin motor.

"Weh, sepatunya mantep. Lokal itu?" --> lanjutkan mengobrol soal sepatu.

Apalagi ya jikalau cowok? Duh gue nggak ada wangsit jikalau perjaka mah. Ya kalian para perjaka ngomongin apalah yang bisa menciptakan jadi dialog panjang.

Kalau orangnya bawa anak, puji anaknya, ajak obrol anaknya.

"Eh cantik/ganteng kelas berapa sekarang?" --> berdasarkan orangtuanya anak niscaya elok atau ganteng kan.

"Rambutnya bagus yaaa keriting" dan jikalau rambutnya lurus "Rambutnya bagus yaaa lurus".

KARENA RAMBUT KERITING DAN LURUS SAMA AJA. Kaprikornus harus sama-sama dipuji.

"Wah topinya Ironman nih, suka Avengers nggak?" --> lanjutkan mengobrol soal film favorit.

Kalau orangnya biasa-biasa aja dan nggak puji-able? 

Jangan maksa muji alasannya biasanya jadi tambah awkward. Ngomongin apa aja bisa sebenernya, aku mah hingga stroller aja bisa jadi materi dialog sama ibu-ibu yang nungguin anak di playground. 

Kalau orangnya nggak suka ngobrol dan hanya jawab sepotong-potong?

Ya udah jangan dipaksa ngobrol. Orang pendiam itu kan ada 2 macam. Satu yang bener-bener tidak suka ngobrol dan yang satu lagi suka ngobrol tapi malu. Yang tipe pertama tidak usah dipaksa, ya kaliii masa maksa-maksa orang. Tipe kedua biasanya beberapa menit juga udah cair.

Intinya sebisa mungkin jangan mengomentari fisik dan rezeki.

Bilang orang kurusan atau gemukan atau iteman atau putihan atau nanya kapan punya anak itu nggak ada keuntungannya sama sekali. Nggak bakal bisa berlanjut dialog juga. Yang ada malah selamat kau dapet award sebagai orang nyebelin.

Dan memang pertama kali ketemu orang sesudah sekian usang itu niscaya ada perasaan awkward kok. Santai aja nanti juga cair sendiri. :)

Semoga mempunyai kegunaan yaaa.

See you!

-ast-

(Baca postingan tentang kehidupan lainnya di sini)

Detail ►

5 Alasan Anak Perlu Menangis


Saya dan JG yaitu tipe orangtua yang selalu bilang pada Bebe jikalau menangis itu tidak apa-apa. Kami selalu membiarkan Bebe menangis lantaran ya namanya anak kecil masa nggak boleh nangis kan. Jatuh terus sakit ya nangis, kecewa lantaran tidak boleh makan es krim ya silakan nangis, kecewa lantaran film harus dimatikan dan waktunya tidur, nangis deh boleh.

Ini ia 5 alasan anak perlu menangis:

Menangis itu mengeluarkan emosi

Iya beberapa bulan kemudian kami sempat ngobrol dengan psikolog, menangis itu cara anak untuk mengeluarkan emosi. Dia belum dapat curhat atau murka dengan kata-kata, cara tergampang mengeluarkan emosi yaitu dengan menangis.

Bayangkan anak sedang mengeluarkan emosi terus disuruh diam. Kan malah tambah emosi. Atau jikalau saya sih khawatir ia jadi memendam emosi. Tidak baik, takut meledak suatu hari nanti. Iya jikalau meledaknya dengan tangisan lagi, jikalau jadi depresi? :(

Menangis itu mengekspresikan diri

Iya, ibarat juga mengeluarkan emosi, menangis itu mengekspresikan diri. Ya kita jikalau seneng kan ketawa-ketawa, jikalau lagi duka ya belanja. Kalau anak kecil duka kan belum tahu harus melarikan diri ke mana. Makara lah menangis aja.

Orang cukup umur kadang lupa nangis. Nangis jikalau udah mentok duka banget gres nangis. Padahal nangis itu nggak apa-apa loh baik untuk anak kecil atau orang dewasa. Kenapa? Karena dua alasan di bawah ini.

Menangis itu mengurangi stres

Yes, ini berlaku untuk orang cukup umur dan anak kecil. Menangis dapat mengurangi stres. Aku baca-baca di mana sih lupa hahaha Yang terang orang yang menangis, energi negatifnya jadi keluar semua. Makara nggak stres deh.

Bayangkan anak kecil tidak boleh nangis, kan kasihan. Hidup dari mata anak kecil itu nggak praktis juga, mereka kadang resah kenapa sih nggak boleh guling-guling di tanah yang bekas hujan ya kan. Makara jikalau anak mau nangis, biarkan nangis, jangan hingga mereka stres.

Menangis semoga mood kembali baik

Bebe jikalau habis nangis suka jadi cantik banget. Dia puas ngeluarin semua emosi negatifnya dan kesudahannya kembali peluk dan ngomong cantik lagi sama saya. Beda jikalau ia nahan nangis, mukanya stres banget.

Menangis itu berguru terbuka dan berkomunikasi


Ya, dengan ia menangis artinya ia menawarkan rasa kecewanya dengan terbuka. Ia berguru mengkomunikasikan bahwa "aku kecewa, ibu harus tahu". Kalau ia udah mulai aneh-aneh ibarat nonton film dengan posisi tubuh yang aneh (kaya lagi senam lantai), saya selalu bilang:

"Xylo boleh menangis, yang tidak boleh yaitu nonton tidak sambil duduk"

Kemudian ia niscaya nangis.

(Baca: Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum dengan Tenang)



Tapi pusing sis anak nangis terus!

Kalau dibiasakan menangis, lama-lama frekuensi dan usang menangisnya berkurang kok. Misal hari ini nangis 15 menit, besoknya nggak akan nangis selama itu ASAL kitanya nggak cepat-cepat suruh ia diam. Apalagi disogok ini itu biar anak berhenti nangis.

Wah udah, Hari ini anak nangis disogok dengan jajan, ya besoknya ia minta lagi. Nggak dikasih? Ya ngamuk lantaran orangtua nggak konsisten. Jangan nyogok anak nangis dengan apapun. Kecuali dengan kegiatan bermain lain.

Terus jangan juga membiasakan diri menganggap anak nangis yaitu gangguan. Anak nangis lantaran ngambek (bukan lantaran sakit) biarkan aja, lakukan acara ibarat biasa. Ngobrol, main hp, atau ngapain kek. Jangan jadi menghentikan acara lantaran memang tujuannya ia kan nyari perhatian.

Atau malah kadang saya cuekin aja. Dia lagi nangis terus ya hirau taacuh aja saya ajak ngobrol yang lain, akal-akalan nggak tahu jikalau ia nangis. Lama-lama ia juga ikut ngobrol, lupa sama nangisnya.

Kecuali jikalau anak nangis lantaran jatuh atau sakit. Biasanya saya diamkan dulu biar lebih hati-hati, gres kemudian peluk dan tanya mana yang sakit? Dan jangan lupa diberitahu supaya hati-hati. Karena jatuh itu sakit.

Susah? Ya, nanti lama-lama juga terbiasa kok membiarkan anak menangis.

(Baca: Memanjakan Anak? Seperti Apa?)

*

Tapi kadang saya juga masih keceplosan apalagi jikalau berdasarkan saya tidak perlu nangis. Misal "ibu gendong ibu huhuhu" sambil nangis. Saya suka keceplosan bilang "iya digendong, tidak perlu nangis dong". Sampai suatu hari Bebe malam-malam rewel sekali tanpa sebab, manja luar biasa. Itu gres sembuh sakit, biasalah pas sakit dimanja banget. Sakitnya udah sembuh manjanya nggak ikut sembuh. Biasanya dapat berdiri diatas kaki sendiri ini merengek-rengek tapi nggak terang maunya apa. Akhirnya saya bilang "Bebe silakan marah, ibu tidur ya".

Saya tinggal tidur kemudian saya dengar bunyi isakan. Dia hiks hiks gitu ibarat ingin nangis tapi ditahan. Sekitar setengah jam kemudian saya bangkit dan Bebe masih terisak, saya tanya "Bebe bekerjsama kenapa?" Dia tetap telungkup sambil terisak. Saya gendong dan saya bilang "Bebe mau nangis? Ayo nangis aja dulu biar dapat tidur".

Kemudian blar aja teriak nangis, saya gendong dan saya peluk. Kasihan mungkin dari tadi ingin sekali menangis tapi ia tidak menemukan alasan untuk nangis. Sementara saya sering bilang "sudah dong tidak perlu nangis" jikalau ia nangis tanpa alasan. T______T Dia menangis lama, saya gendong terus. Sampai kesudahannya ia tenang.

Yah. Itulah jadi orangtua. Nangis aja perlu ilmu hahaha.

Ada yang anaknya suka nangis juga?

Tos kitaaaa!

-ast-

Detail ►

#Familytalk: Parents Tag!

Ya nggak udah panjang lebar pada dasarnya jikalau jawabin question tag mah lagi nggak ada ilham aja  #FAMILYTALK: PARENTS TAG! 
Holaaa!

Ya nggak udah panjang lebar pada dasarnya jikalau jawabin question tag mah lagi nggak ada ilham aja hahaha.

Baca punya Isti:

1. How many children do you have?
And how old are they?

Well. 1 son, 2y3m.

2. What are your proudest and most frustrating moments as a parent?

Last night when he was trying to wear his pants by himself. I'm so proud that he can do it yet so frustrated waiting because he's done that in 15 minutes.

Kalau jadi orangtua nggak sabaran, itu niscaya udah direbut deh celananya terus pakein ajalah. 10 detik kelar. Tapi jikalau gitu kapan belajarnya?

Jadinya serah deh, kebalik aja hingga 2x. Kebalik, gue bantu balikin, kebalik lagi T_______T Gue balikin lagi, gres deh bener. Berikutnya yaitu beliau gundah cara ngeluarin kaki dari bolongnya. 

Yah, hingga jadinya dapat keluar, lalu beliau bangkit dan tarik ke atas. Proud! My frustration gone instantly. lol.

3. How do you discipline your child/children?


1. Tidak pernah kalah dengan tangisan
2. 2-5 minutes time out.

*nanti nulis detail ah soal time out*

4. Do you co-sleep?

YES. Karena ga punya kamar lagi hahahaha sad. Ada sih kamar tapi di atas. :(

5. What is your one MUST HAVE piece of baby equipment?

Baby bouncer, dapat anteng banget duduk di bouncer. DULUUU GENGS DULU. 

6. Name one thing you bought before you had your baby and you never ended up using?

Nursing apron. Nyoba dipake atau dibawa maja nggak. Hahahaha.

7. Have you always wanted kids? How many more do you plan on having?

I never wanted kids but i also had never not wanted kids. None.

8. Do you think your relationship with your spouse has changed since you had children? Better or worse?

Better. We changed from a romantic lovey dovey to annoying high-pitch-baby-song-singer HAHAHAHAHA

9. Date night? How many nights (or days) per month?

NEVER. 

10. How is your relationship with friends since having a child?

Udah pernah gue bilang di postingan sebelumnya, gue udah hampir nggak pernah nongkrong atau ketemu sama temen-temen. 

11. How many cars does your family have?

1 aja soalnya garasi cuma 1 #persoalan

12. Dream vacation with your kiddos AND one without the kiddos?

Japan and ... Japan. The Wizarding World of Harry Potter to be exact hahahaha.

13. Where do you shop for your kids?

Randomly. Biasanya jikalau lagi di mall dan ada diskon, gue beli banyak sekaligus terus berbulan lalu nggak beli lagi. Ada juga satu FO di BTC Bandung yang murah-murah dan ya gitu sama. Beli sekaligus banyak terus ga beli-beli lagi.

14. Favourite mommy makeup and skin care products?

WTF IS MOMMY MAKE UP?

15. Since becoming parents, do you notice you act more like your own mother (for mom) / father (for dad)?

Not really.

16. Piercing a baby’s ear: do or don’t?

Don't. (Meskipun gue ga punya anak wanita nih ya). Kalau pun suatu hari beliau mau tindik ya beliau akan tindik dengan kemauan beliau sendiri. Kenapa harus kita yang nindik? Untuk nunjukkin beliau perempuan? Kenapa harus ditunjukkin emang? lol

17. Bath or shower? (for you and child/children)

Not even a prob.

18. Is mom back to her pre baby weight?

Yes. Kayanya sebulan gue udah balik ke berat normal deh. Nyusuin sejam sekali nurut ngana nggak bikin kurus?

19. College dreams: Do you expect your kids to go to college? Or would you let them decide for themselves?

Kuliahlahhh. Tapi kuliah lah di daerah yang sesuai passion. Kalau lulus Sekolah Menengan Atas belum tau mau kuliah apa, ya jangan dipaksain. Tunggu aja setahun, community service dulu, magang-magang dulu, asal nggak nganggur aja di rumah. 

Karena kuliah itu mendewasakan. You're not a same person before and after college life.

20. Finish these sentences: “you know you’re a mom when you______?” “You know you’re a dad when______?”

Harus buru-buru jam 5 teng eksklusif pulang. T_____T Aku suka kerja tapi saya juga suka Bebe. -_______-

Oke itu aja ternyata. See you next week!

-ast-

source:
https://labellemama.com/tag/20-questions-for-parents-tag/

Detail ►

#Familytalk: Impian Bebe




Orangtua zaman dulu (apalagi generasi di atas saya) rata-rata punya impian untuk anaknya. Anaknya harus jadi PNS! Anaknya harus jadi dokter! Anaknya harus kerja kantoran! Anaknya harus jadi insinyur! *macam si doel*

Beda dengan orangtua millennials yang biasanya slow "serah deh mau jadi apa yang penting nggak rugiin orang lain". :')))

Baca punya Isti di sini:

Mungkin alasannya yakni sebagian di antara kita terlalu diatur hidupnya jadi saat punya anak, nggak mau terlalu ngatur. Teori parenting paling hits kan justru "tidak melaksanakan apa yang orangtua lakukan pada saya".

Bebe gimana? Makara apa ya Bebe di masa depan?

Karena saya sama JG anaknya nggak serius, kami suka ketawa-tawa jikalau ngebayangin si Bebe remaja jadi anak serius. Tau-tau beliau bahagia bersekolah dan bahagia belajar. Tau-tau bahagia pelajaran Matematika yang nggak kami sukai. Tau-tau anaknya serius banget berguru mulu nggak pernah main.

Hahahah niscaya saya dan JG akan dorong-dorong beliau untuk "main kek Be, kau kok berguru terus sih!". Sekalinya main, main game sendirian di rumah, geek geek gitu padahal saya sama JG kan (dulu waktu belum nikah) social butterfly banget alias di mana ada waktu main maka mainlah!

Kalau Bebe pendiam dan lebih suka main game sendirian di rumah ya udah nggak apa-apalah asal tetep mau cium ibu lol. Asal beliau nggak nyuruh kami membisu alasannya yakni bahkan kini aja Bebe mulai annoyed sama kelakuan kami yang kadang ajaib.

JG joget "appa jangan joget!". JG nyanyi "appa jangan nyanyi!". Saya dan JG ngobrol padahal beliau lagi serius main "IBU DIAM. JANGAN NGOMONG IBU!"

-__________-

Tapi gimana juga jikalau sebaliknya?

Ternyata Bebe remaja malas sekolah dan tidak suka berguru hahahahaha. Ya nggak apa-apalah,seharusnya saya udah nanya beliau mau kuliah apa semenjak kecil sih. Masuk Sekolah Menengan Atas harusnya kami sudah tau apa yang Bebe suka jadi ya mau sekolah silakan, nggak mau sekolah dan mau melaksanakan hal yang disuka silakan. Asal positif aja, nggak narkoba dan nggak kriminal wtf.

Saya dulu pas Sekolah Menengan Atas nggak malas sekolah sih, tapi saya malas berguru juga. Sekolah alasannya yakni mau ketemu temen-temen dan pacar aja HAHAHAHA. Tapi alasannya yakni saya udah tau apa yang saya suka, saya fokus di situ dan fokus untuk kuliah di bidang yang saya suka. Makara nilai Fisika 4 di rapot itu no big deal alasannya yakni demi apapun juga saya nggak akan kuliah teknik.

Kayanya Bebe akan saya gitukan juga. Itu jikalau beliau sekolah formal ya.

Kalau nggak mau kuliah gimana?

Makara inget anaknya seseorang di mana ayah ibunya profesor dan kucluk-kucluk anaknya lulus Sekolah Menengah Pertama bilang "aku mau STM aja terus kerja, saya nggak mau kuliah".

Krik krik.

Kuliahlaahhh. Kuliah dan kampus itu mendewasakan. Beda kan makanya teladan pikir orang kuliah dan nggak kuliah. Ketika nggak kuliah, kau stuck di teladan pikir anak SMA.

Mungkin ada pengecualian ya, tapi tetep sih se-millennials-millennials-nya saya. Saya maunya Bebe kuliah, kecuali beliau bisa mengubah pikiran saya huahahaha.

Maksudnya kuliah kan bebas banget ya. Suka musik? Ya kuliah musik lah! Sukanya bikin video di YouTube, ya kuliah sinematografi lah. Suka olahraga? Ya kuliah olahraga lah!

*sok artistik banget jurusan kuliahnya padahal tau-tau si Bebe sukanya Fisika terus masuk Fisika Murni alasannya yakni memang passionate pada rumus Fisika* *pingsan*

HAHAHAHAHHAHA

Terus kerjanya apa?

Apa aja asal nggak ngambil hak orang lain, Be. Apa aja asal Bebe bahagia melaksanakan itu. Apa aja asal Bebe nggak pulang ke rumah dengan muka capek dan bilang ingin resign aja.

Saya sama JG sih ngebayanginnya Bebe sama kaya kami sih (alias nggak akan suka eksak lol) since personalitynya udah mulai keliatan. Di luar ke-balita-an beliau yang suka lari-lari nggak terang sambil kepala liat ke atas hingga pusing dan jatuh, beliau kemampuan interpersonalnya bagus, seneng ngobrol, sama kaya appa dan ibunya lah pokoknya. Monkey see monkey do.

Kami punya waktu 20 tahun untuk bantu menemukan passion Bebe dan niscaya akan kami temukan! Hiduplah dengan passion biar nggak banyak ngeluh soal kerjaan!

Udah sih itu aja.

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Wacana Berteman


Ini ialah penentuan #SassyThursday teralot. Sampai jam 9 malem belum tau mau nulis apa alasannya ialah auk yang lagi rame di timeline apa hahaha. Pada ngomongin politik dan agama semua duh malassss. Akhirnya muncullah topik yang simpel ditulis dan hanya akan berisi kisah langsung belaka muahahahaha.

Gue sama Nahla gila banget, aneehhh banget sering terjadi kesamaan. Bukan cuma sama-sama abstrak alasannya ialah terobsesi nanas dan terong atau suka warna-warna dan watercolor tropical kinda things tapi contoh pikir suka sama hingga merinding gitu hahaha asliii ngeri parah.

Tapi di sisi lain kami berdua juga beda banget. Gue lebih vokal dan suka bersuara sementara Nahla lebih pendiam. YESSS NAHLA PENDIAM, GENGS. Makara kali ini kami mau share bagaimana introvert-nya Nahla dan bagaimana extrovert-nya gue. Nahla yang introvert tapi simpel curhat ke orang sementara gue extrovert tapi jarang curhat sama orang lol.

Baca punya Nahla:

Oke jadi jikalau yang udah pernah ketemu gue, niscaya taulah jikalau gue anaknya nggak pemalu hahahaha. Kalau gue diem artinya lagi nggak mood banget (mungkin lagi mens lolol). Gue tipe yang nyapa orang duluan, say hi, sok akrab, dapat menginisiasi percakapan lebih dulu. Dan kebetulan JG juga orangnya gitu. Bisa di parkiran tau-tau lagi ngobrol sama orang kaya bersahabat banget padahal nggak kenal dan cuma tanya-tanya motornya.

Gue juga gitu. Gue tipe yang memuji sepatu mbak-mbak yang nggak gue kenal tapi sama-sama ngantri beli Chatime wtf. Gue tipe yang mengajak ngobrol semua anak kecil yang gue temui di toko mainan. Gue tipe yang memuji baju anak orang lain di dalem lift. HANYA KARENA PENGEN NGOBROL AJAH. HAHAHAHA.

Aku anaknya suka mengobrol. Kadang ada yang annoyed dan terganggu banget kemudian lempeng dan menganggap gue nggak pernah muncul di kehidupan dia. Tapi kebanyakan sih hepi ya, apalagi jikalau dipuji. Cih, dasar insan huahahaha.

Gue tipe yang berbasa-basi sama semua driver taksi. Gue tipe yang menanyakan hal yang sama berjuta kali pada supir taksi baik taksi modern ataupun konvensional "udah berapa usang jadi supir taksi pak?". Percakapan dapat berlanjut hingga gue tau anaknya pesantren di mana, istrinya kerja apa nggak, anaknya berapa, panjang lebar. Nggak kelar-kelar malah jikalau beliau ceritanya seru gue suka sebel alasannya ialah keburu nyampe rumah lol.

Tapi yah, sebenernya, temanku sedikit gaes. Yes, gue bukan social butterfly yang punya sahabat di mana-mana dan selalu punya orang untuk diajak nongkrong bareng. Gue bahkan nggak pernah nongkrong hahaha. Gue jarang sekali ikut reuni. Temen gue sedikit banget. Ini mungkin menjawab kenapa gue nggak duduk kasus nikah diem-diem hahaha.

Nggak tau ya, gue ngerasa semakin sedikit teman, semakin sedikit orang yang harus gue bahagiakan. Semakin sedikit harus menjaga omongan alasannya ialah takut si A tersinggung, takut bapaknya si B bete, takut emaknya si C sakit hati. Ya gue juga mikirin hal-hal kaya gini tapi semakin kecil circlenya, semakin bebas beropini lah haha.

Gue punya sahabat *NAHLA, I COUNT ON YOU* beberapa orang tapi ya udah itu aja. Nggak punya lagi hahaha. Dan semakin sampaumur gue semakin membedakan mana yang statusnya kenalan (cuma pernah kenal), mana sahabat (sudah berteman usang dan masih maintain good relationship), mana sahabat (ini yang gue curhatin), mana sahabat socmed (berteman, suka ngobrol, tapi di socmed doang).

Makara iya, sebaliknya dari Nahla, gue anaknya nggak simpel curhat. Sedikit sekali orang yang tau masalah-masalah gue. Gue cuma kisah duduk kasus gue ke JG. Mungkin alasannya ialah anak pertama ya, gue terbiasa untuk menuntaskan duduk kasus sendiri. Nggak pernah kisah ke orangtua juga alasannya ialah saya anak sehat tubuhku kuat. Anak berpengaruh menuntaskan duduk kasus sendiri. Curhat buat gue beda tipis sama ngeluh jadi berusaha dihindari.

Gue nggak bilang ini good things ya, tapi entahlah lebih nyaman kaya gini. Cuma segelintir orang yang tau jikalau gue punya masalah, imbasnya gue nggak drama alasannya ialah nggak perlu mikirin saran-saran orang lain. Gue cuma mau dikasih saran sama orang yang berdasarkan gue bener-bener penting. Ini makanya gue males curhat di socmed alasannya ialah siapa mereka hingga dapat ngasih saran ke hidup gue?

*sombong lu* *bodo amat*

Gimana sih katanya suka ngobrol tapi nggak punya temen terus ngobrol sama siapa? Iya memang sukanya ngobrol sama orang gres alasannya ialah orang gres itu menarik banget. Banyak hal-hal yang kita nggak pernah kebayang sebelumnya. Btw jadi inget mau bikin series gres soal kisah bersama driver taksi online. NANTI YAAAA.

Kalau sama sahabat-sahabat dan handai taulan sih kadang curhat meski seringnya sih gue yang dengerin mereka curhat kemudian ngasih saran-saran semacam gue ini paling bener aja hidupnya. *maap gengs lol* Tapi gue seneng sih memberi saran dan menganalisis orang.

Saking seringnya ngobrol sama orang, gue dapat menganalisis orang dari CHATNYA. Apa beliau nulis sambil marah? Apa beliau bohong? Apa beliau becanda? Apa beliau ngetik sambil ribet?

*

Apalagi ya.

Oiya saking gampangnya Nahla kepancing gue kadang suka kasian sama beliau alasannya ialah anaknya inosen banget lol. Kan serem ya tau-tau kisah apa gitu ke orang yang nggak terlalu kita percaya. Gue sih justru menghindar kisah langsung DENGAN BERTANYA CERITA ORANG HAHAHA.

Daripada gue kisah hidup gue, mending gue tanya-tanya orang dan dengerin kisah hidup dia. Makara apakah saya beneran extrovert? HAHAHAHA. Aneh banget saya extrovert yang tidak simpel curhat sementara Nahla ialah introvert yang simpel curhat. Mungkin banget ini ada teori psikologinya cuma gue sama Nahla aja yang nggak ngerti dan menganggap ini gila lol.


Udah sih. Kalau kalian gimana? Geng saya apa geng Nahla nih? Apa nggak dua-duanya?

-ast-

Detail ►

#Familytalk: Mencar Ilmu Mandiri


Bulan ini Bebe umurnya 2 tahun 4 bulan. Lagi masa-masanya ingin mengerjakan semua sendiri. Dari buka kait bra (buat nenen) hingga pake baju dan pake sepatu sendiri. Kalau saya nggak sengaja membukakan, dapat ngamuk dan harus diulangi lagi.

Iya ibu-ibu lain niscaya mengalami juga lah, yang sepatu udah dipake harus dibuka lagi alasannya maunya pake sendiri. Level sabun udah kebilas harus sabunan ulang alasannya maunya bilas sendiri.

T_______T

Baca punya Isti di sini:

Apa yang saya lakukan dalam menghadapi Bebe yang berdikari banget ini?

Mengamankan rumah

Ini berat banget gengs. Karena rumah kontrakan kecil terus yang tersulit ialah mengamankan KOMPOR. Iya soalnya lemari piring ada kuncinya, kulkas aman, kompor yang sulit alasannya Bebe ingin tau banget pengen nyalain kompor sendiri.

Ini beliau lagi seneng bikin omelet tapi pengen pecahin telor sendiri, parut keju sendiri, dan masak sendiri. Pecahin telor dan parut keju sih okelah ga duduk perkara kotor-kotor mah lah, tapi nyalain kompor dan menggendong di depan kompor dengan beliau pengen aduk sendiri ITU GIMANA CARANYA? T______T

Yah, tolong ya yang punya inspirasi memasak kondusif bersama balita 2 tahun, leave comments below!

Beri benda tajam mainan

Seperti gunting plastik dan pisau plastik. I know i know harusnya dikasih gunting dan pisau beneran. Tapi semenjak Bebe tertarik pada gunting dan pisau saya selalu tunjukkan ini tajam, cus coel dikit ke kulitnya cuma semoga mencicipi itu tajam. Dia jadi berhati-hati. Kaya waktu Bebe pernah memecahkan gelas, saya colek sedikit kaca ke kakinya semoga beliau tau bila itu tajam. Sejak ketika itu Bebe selalu memegang gelas dengan dua tangan dan jalan berhati-hati. Dan iya bila di rumah beliau hampir selalu pakai gelas kaca.

Selalu diulang sih "Be, hati-hati nanti pecah, bila pecah kenapa?" Bebe dapat jawab dengan lancar "Kalau pecah tajam".

Untuk gunting pertimbangannya ialah semoga yang kegunting kertas doang. Meminimalisir risiko baju atau sprei kegunting gitu hadoohh. Lagian gunting kertas juga bila kena tangan mayan tajem kok, tapi ga dapat melukai. Nggak dapat melukai tangan dan sprei lol.

Tahan impian untuk ikut campur

Ketika anak mau mengerjakan sendiri, kiprah kita hanya menyemangati. Kalau dibantu terus takut jadi nggak mandiri. Iya sih pake celana aja luamaaa banget, tapi ya udah sabar-sabarin aja. Atau pake celana taunya belum pake diapers. Kaprikornus udah mah beliau susah payah pake celana, terpaksa harus dibuka lagi alasannya harus pake diapers dulu.

Ya sudahlah tahan diri. Agak emosi bila makan sendiri sih alasannya jatuh-jatuh makanannya hadeuhhh. Tapi saya harus jadi ibu yang sabar idola kita semua. -_____-

Beri tanggung jawab.

Semacam buang sampah atau beres-beres mainan. Atau sesimpel membawakan sesuatu dari ruang tamu ke dapur. Atau bila andalan saya, tolong ambilkan minum.

Dengan demikian beliau jadi nggak ingin tau lagi sama dispenser dan nggak pernah random pencet-pencet semoga air keluar. Anak yang ingin tau sama dispenser kayanya yang suka dihentikan main di dispenser deh. *ngarang lol

Jangan selalu nurut

Ini saya berasa banget nih alasannya Bebe lagk melaksanakan segala sendiri, rasanya ingin membiarkan aja. Tapi ternyata nggak gitu juga. Tetap orangtua yang beri batasan.

Seperti ingin nyalain kompor sendiri tetep nggak boleh. Tetep diberi klarifikasi bila ada hal-hal yang belum dapat dilakukan belum dewasa dan harus ditemani ayah atau ibunya.

FULL ATTENTION DAN SABAR

Ini harus di capslock amat. Kenapa? Karena inti dari anak ingin ngerjain semua sendirian ialah ibu yang termangu nungguin anak bermenit-menit pakai celana hahahahaha.

Plus harus full attention alasannya takut ancaman lah.

Huah, capek banget ya hahahahha. Dulu waktu bayi capeknya alasannya nggak bobo-bobo, kini bobo sih tapi capek alasannya harus 100% terus nemenin Bebe sementara tubuh pulang kantor aja rasanya udah 20% pengen bobo lol.

Semangat buibuuu!

-ast-

Detail ►

The Terrible Terrible Two

Gimana kabarnya ibu-ibu beranak usia 2 tahun? Masih tegar menghadapi ngambeknya anak 2 tahun?


Si Bebe bulan ini 2 tahun 5 bulan, lagi fase terrible two yang tidak mengecewakan parah hahahaha. Tantrumnya beda dengan tantrum bayi ya.

Kalau waktu umur 1,5 tahunan gitu tantrum goleran di lantai, sanggup didistraksi dengan mudah. Sekarang nggak goleran tapi membisu nggak bergerak ibarat patung muahahahaha. Diangkat nggak mau, ditawarin apapun dijawab gelengan. Distraksi apapun nggak ngaruh. Ujung-ujungnya nangis kejer 10-15 menit kemudian minta peluk. EVERY SINGLE TIME.

Keras kepala sama berguru sanggup bangkit diatas kaki sendiri itu emang beda tipis.

Dan kadang alasan nangis kejernya itu konyol banget bikin saya ketawa. Ya gimana, nangis kejer cuma alasannya ialah alasan-alasan yang remeh. Remeh berdasarkan saya kaya menutup daerah minum. Maunya beliau menutup sendiri, jikalau saya refleks tutupkan alasannya ialah takut tumpah beliau sanggup teriak hingga nangis dan gres akan berhenti jikalau tutupnya dibuka lagi nyahahahahaha. Lawak banget si Bebe.

Tapi ya itu tadi. Menurut saya lawak tapi berdasarkan Bebe itu artinya ibu nggak percaya jikalau beliau sanggup mandiri. Minggu depan akan saya tulis juga tips menghadapi terrible two semoga tetep waras. Sekarang mau dongeng dulu kejadian-kejadian abnormal bersama Bebe bulan ini.

Tau kan foto-foto viral di Facebook isinya semua anak nangis kejer alasannya ialah sesuatu yang remeh? Nah itu si Bebe sanggup masuk salah satunya. Ini sebagian dongeng yang berdasarkan saya paling abstrak aja. XD

pose siap menghadapi ibu yang cerewet

Nggak mau turun mobil

Suatu hari pulang dari daycare pake GrabCar. Seperti biasa nggak turun persis depan rumah alasannya ialah alasan keamanan, jadi turun di pertigaan deket rumah. Mobil sudah berhenti, uang sudah dibayar, BEBE NGGAK MAU TURUN.

Lah gimana, saya paksa angkat dong taro di pinggir jalan terus tutup pintu. Kemudian beliau freeze. "Salo ga mau turun ibu salo mau naik kendaraan beroda empat om yang ituuuuuu" *menunjuk kendaraan beroda empat yang sudah jalan menjauh*

Jangan pikir mobilnya bagus ya, ya kendaraan beroda empat standar taksi online lah. Kemudian beliau tidak mau  bergerak. Diam di pinggir jalan, di depan rumah orang lain.

"Makan jelly yuk?" *geleng*
"Nonton Cars yuk?" *geleng*
"Telepon appa yuk?" *geleng*

"Salo mau naik kendaraan beroda empat om"

T________T

15 menit berikutnya kami berdua habiskan dengan berjongkok di pinggir jalan. Dengan Bebe menatap nanar arah kendaraan beroda empat grab pergi. Dengan saya yang termangu jongkok juga nggak tau harus gimana.

Masalahnya ini anak 12 kg, kutakshanggup paksa gendong sis, antara takut encok dan takut jatoh.

Kemudian terdengar bunyi krek-krek. Yang punya rumah keluar gerbang mendapati satu balita dan satu mbak-mbak manis sedang jongkok di depan rumahnya bahahahaha. Awkward moment award tahun ini jatuh kepadaaaa ...

Auk pokonya saya senyum-senyum aja sama si mas yang punya rumah. Sampai jadinya Bebe tampak melunak, pandangannya udah nggak nanar. Saya gendong beliau nangis tapi ga nolak, tapi sesenggukan bilang "mobil om aja kendaraan beroda empat om aja".

Sampai rumah saya turunin beliau alasannya ialah susah buka gembok sambil gendong. Ngamuk sebenernya pun dimulai. Berjongkok lagi lah kami, kali ini di garasi. Dengan Bebe yang nangis kejer teriak "mobil om aja" dan saya yang ya udah nunggu aja abis gimana, mau pesen grab lagi? lol Lagian udah di rumah juga. Ya udah deh pasrah tunggu aja hingga berhenti nangis.

Setengah jam kemudian ...

#thuglyfe

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

The Nggak-Mau-Gendong-Nggak-Mau-Turun Drama

Ini nggak selalu terjadi tapi jikalau insiden bikin speechless tingkat nonton pidatonya Donald Trump deuh. Kaprikornus beliau marah, beliau ingin digendong alasannya ialah itu bikin beliau nyaman, tapi dikala digendong beliau sadar jikalau "tadi kan saya bete sama ibu". Kaprikornus pas digendong beliau tendang-tendang saya sambil ngamuk, saya turunkan dari gendongan ngamuk juga kakinya nggak mau jejek sentuh lantai.

Sungguh saya tidak tahu jadi anak kecil sesulit itu. Dan kejadiannya selalu di daerah umum alasannya ialah jikalau di rumah mah ya taro kasur lah, nggak susah.

Kalau udah gini ya kasih appa laahhh. Begitu juga sama, JG ditendang-tendang tapi at least JG lebih kuat. Lah saya gendong aja lemes, gendong sambil ditendang bisa-bisa butuh spa dan tas baru. *modus*

Mendadak Nyuci

Kaprikornus pernah suatu siang random kami nyuci baju Bebe hanya alasannya ialah Bebe memutuskan baju kotor beliau sudah banyak dan waktunya dicuci.

Waktu itu saya dan JG lagi makan siang di sebuah weekend yang enaknya dipake bobo. Sampai Bebe bilang "cuci baju yuk ibu, basuh baju Salo yah!"

Kemudian beliau jalan ke mesin basuh dan berusaha membuka tutupnya, jatoh dong. Dan beliau bilang "ibu makannya simpan dulu, basuh baju Salo dulu"

T________T

Ya udah jadinya siang itu kami basuh baju instead of bobo siang. Dia bangkit di atas jojodog di depan mesin cuci, memutar knop mesin cuci, dan bantu memeras. Huft. Tau aja Bebe ibu paling males nyuci hahaha.

Tapi jikalau tidak boleh alasannya apa? Tidak boleh alasannya ialah ibu mau bobo? Di mana orangtua yang mengajarkan anaknya untuk mandiri? Kenapa diajari pake baju sendiri tapi nggak diajari basuh baju sendiri? HAHAHAHAHA *speechless*

(Baca: Mengenalkan Konsep Sharing pada Balita)

Ingin makan ... beha

Tau kan strap untuk epilog bra menyusui? Strap itu akan menggantung jikalau sedang digunakan menyusui kan. Nah Bebe paling hobi nenen sambil pegang strap. Tau-tau kemarin beliau emut itu strap. IH JOROK!

Saya larang dong dan dijelaskan yang boleh dimakan itu makanan. Dia pegang kenceng itu strap dan saya paksa lepaskan. Cue in 3, 2, 1 CRY! Nangis kejer sambil teriak "makan bea aja makan bea aja ibuuu salo mau makan bea"


Itu kan di daycare terus mbak-mbak daycare heboh ke kamar dan nanya, kenapa ibu? Nggak apa-apa mbak, ini Xylo mau makan beha.


20 menit kemudian, beliau minta peluk. Sesenggukan, digendong sambil terus bilang "salo mau bea, salo mau makan bea".

WHY?

*

Dan masih banyak lagi. Aturan lagi main sepeda dibonceng sama JG terus beliau nggak mau pulang dan kejer dikala jalannya menuju rumah. Kadang mau dianggap anak besar kadang mau dianggap anak kecil. Suka nyeletuk sendiri "ibu salo hebat, salo sudah besar!" tapi kadang "ibu salo tidak mau pakai sepatu sendiri salo masih anak-anak".

Saya menghindar menyebut sudah besar dan masih kecil alasannya ialah itu tidak konsisten. Kaprikornus saya sebutnya beliau sudah besar jadi harus mandiri. Untuk hal-hal berbahaya ibarat kompor atau pisau saya tidak bilang "karena masih kecil jadi tidak boleh" tapi "masih bawah umur jadi tidak boleh, yang boleh hanya ibu-ibu".

Ribetnya kehidupankuuuuu.

Rabu ahad depan tipsnya yaaa! See you next week!

-ast-

Detail ►

Karena Rezeki Tidak Selalu Uang

Orang mah nganggep rezeki = uang. Cuman ya rezeki dapat berupa doa, kesempatan, pelajaran hidup. Uang itu bab kecil dari rezeki -- Mevlied Nahla, 21 tahun, tumben-tumbenan wise biasanya mah sinting.


Topik cemen gengs, topik cemen akhir brush Real Technique lagi diskon terus saya sama Nahla ingin beli tapi belum gajian. Kemudian kami menyesali hidup dan rezeki. Bokek memang menciptakan orang lebih bijaksana.

Ngepas banget sama momen saya kalah kuis beruang padahal udah niat banget sekreatif absurd dan yang menang ... emmm, maap yah tapi nggak tau deh jurinya nilainya gimana soalnya yang dinilai katanya kreativitas kan. Saya nggak liat kreatifnya di mana sih lol. MAAP LOH YAAHHH. Bukan salah yang menang tapi salah yang pilih lol. Yang cantik banyak loh tapi yang itu aduh.

Btw respek banget sama yang menang. Dia bilang sedang minta kejelasan sama pihak merk alasannya banyak diprotes takutnya salah sistem. Duh kok ada orang baik sekali saya respect super.

*abis ini pada ngomongin saya baper lolol* *silakan lohhh* XD

(Baca: Tapi Masuk Akal Itu ... Akalnya Siapa?)

Iya, pada dasarnya saya kaya mayan tertohok gitu sama quote Nahla di atas. Abis ini brutal sih di waktu yang sama, Real Technique diskon tapi bokek, kalah kuis, kemudian Coldplay konser. Berakhir pada pertanyaan kok hidup gue gini amat? *HEAKK LEBAY*

Padahal mah ya mau kurang bersyukur apa, kemarin pas diskon 11.11 itu dapet pospak murah banget, terus sempet-sempetnya beli sponge Masami Shouko cuma 60ribu aja. Make up di rumah masih numpuk yang belum kebuka, belum lagi skin care yang masih antri. Ehm. Kenapa yah ujung-ujungnya skinker. 😑

Tapi masih aja berasa kurang uang. Kalau uang ada kan gue dapat beli Real Techniques meskipun nggak diskon! Bisa beli Macbook Gold sendiri nggak perlu heboh ikut kuis. Bisa ke Singapur sekeluarga besar jadi dapat bawa Bebe dititip ke ibu saya pas saya nonton konser. Kaprikornus ninggalin Bebenya beberapa jam doang, nggak perlu ia ditinggal di Indonesia.

Padahal nggak perlu gitu-gitu amat juga kali ya. Seperti kata Nahla, rezeki dapat berupa doa. MMMM, permisi ini sih agak kurang paham ya, gimana ya rezeki doa itu? Ya udah harap maklum yang ngomong Nahla hahaha.

SKIP. NEXT.

(Baca: Mempertanyakan Rezeki)

Rezeki berupa kesempatan. Ini kok iya banget. Kami kemudian membicarakan bahwa jika nggak ada Bebe, blog ini niscaya nggak akan sehidup ini. Ya gimana, 80% isinya Bebe kan. Perjalanan hidup saya, JG, dan Bebe. Kalau berdua JG doang ini blog nanti jadi blog komedi ah elah. Kurang hits dong ya, blog parenting kan lebih edukatif gitu kesannya.

Coba berapa banyak kesempatan yang tiba alasannya saya punya blog. Kaprikornus pembicara, jadi juri, jadi ngetop alasannya postingan viral hahahaha. Semua alasannya kisah bersama Bebe. Hampir semua postingan viral saya seputar curhat orangtua baru.

Rezeki berupa pelajaran hidup. ADUH INI IYAAAA.

Bebe mengajarkan saya banyak hal. Bahwa hidup itu untuk bersenang-senang. Bahwa banyak hal yang tidak usah dibentuk sedih. Kaya pas kendaraan beroda empat mogok di depan daycare, Bebe malah happy luar biasa alasannya ia dapat lari-larian di trotoar. Kemudian main bubbles sambil teriak-teriak. Duduk di bagasi belakang kendaraan beroda empat yang dibuka.

Dia super senang alasannya dapat full main sama saya dan JG sambil nunggu montir otak-atik aki kendaraan beroda empat yang ternyata abis masa berlaku macam paket internet. Sementara jika pulang di rumah juga mentok saya main hp, ia main sendiri. Hahaha. Gagal amat jadi orangtua sis.

Di pinggir jalan, ia senang alasannya dapat pegang daun. Bisa liat tikus lari ke got, dapat loncat-loncat. Sebelum saya di-judge saya jelaskan dulu jika trotoarnya luas ya bukan trotoar sempit. Dan daycare ini area perumahan jadi bukan jalan raya yang super rame. Ada kendaraan beroda empat motor lewat tapi nggak sering. Ya pada dasarnya Bebe senang ... alasannya kendaraan beroda empat mogok.

Ajaib nggak sih anak kecil itu?

Rezeki banget nggak sih dibikin senang sama anak kecil padahal harusnya manyun alasannya kendaraan beroda empat mogok?

Bebe juga mengajarkan jika keluarga ialah segalanya. Dia selalu rela tunggu JG hingga malem di daycare daripada pulang berdua sama saya pake Grab. Tapi kadang sayanya ngantuk dan capek jadi ingin buru-buru pulang dan males tunggu JG. Kalau disuruh pilih pulang pake Grab atau sama appa niscaya Bebe pilih sama appa, meskipun artinya kami menunggu di luar daycare kepanasan.

Kaprikornus yah, kali ini Nahla bener banget. Rezeki tidak selalu dalam bentuk uang.

Tapi jika kata Gesi (di kesempatan berbeda) "tapi kan kita masih pengen kalung unicorn sis? Pengen shopping agar nggak stres? Tetep butuh uang lah!"

IYA JUGA.

Kaprikornus pada dasarnya berbahagia lah dengan apa yang kita punya. Bukan uang yang jadi ukuran alasannya toh kita tidak kekurangan?

Berbahagia lah alasannya meski nggak dapat beli brush Real Technique, bulan ini dapat beli sepeda dan boncengan jadi Bebe bahagia. Berbahagia lah alasannya masih dapat shopping dan makan lezat tiap bulan. Berbahagia lah alasannya masih dapat katering lezat buat makan malem jadi nggak perlu masak. Berbahagia lah alasannya punya teman-teman yang dapat sinting dan wise pada waktunya.

Berbahagia lah alasannya punya suami yang selalu dukung istrinya untuk bahagia. Hahahaha.

Demikian dan terima pekerjaan perhiasan untuk beli MacBook Rose Gold lol iyalah jika beli sendiri mah maunya yang rose gold bukan yang gold hahaha.

LET'S WORK EVEN HARDEEERRRR!

-ast-

Detail ►

Pesan Parenting Yang Menohok Diri Sendiri


Punya anak, kita niscaya ingin anak kita punya kepribadian yang kuat. Yang tidak manja, yang dapat mengambil keputusan sendiri, yang dapat menghargai orang lain.

Tapi kadang pernyataan-pernyataan saya pada Bebe, anak saya, menjadi blunder untuk diri saya sendiri. Kalau sedang demikian, saya suka jadi tertawa sendiri. Bisanya kok menasihati anak, padahal diri sendiri aja butuh pesan yang tersirat sekali dari orang lain yang lebih waras. 😭

Ini beberapa di antaranya:

"Bebe, dilarang menyerupai itu pada temannya. Kenapa Bebe pukul teman?"

Padahal ada aja kan insan yang emang gemesin banget bikin pengen nabok atau minimal pengen bikin status sindiran. 😭😭😭

Maka pernyataan saya pada Bebe itu yang selalu menjadi penahan saya kalau-kalau lagi khilaf atau lagi PMS pengen nyindir orang di socmed bahahahaha

"Ibu dilarang menyerupai itu, kenapa ibu menyindir orang?"

Well nggak menyerupai amat sih ya tapi pada dasarnya ihwal menahan diri dan menahan emosi kan? KAN?


"Kalau sudah selesai minum susunya dibuang sendiri ya. Kalau sudah selesai main bereskan mainannya ya."

Tidak manja dan disiplin itu harus untuk Bebe! PADAHAL EMAKNYA HASTAGAAAA. Segala-gala ngandelin JG, basuh piring, basuh baju, masak, ke pasar. Ya kan jikalau punya suami manjain kenapa nggak dimanfaatin? 💖😍

Pembelaan: Bebe pria jadi Bebe dilarang manja sebab ia yang nanti manjain pasangannya. HAHAHAHAHA

*

"Wah andal sekali, pintar!"

Buat saya dan JG, memuji anak itu wajib semoga ia tidak kurang apresiasi. Tapi kapan terakhir kali memuji suami?

Ehm.

"JG suamiku suami terbaik di dunia, andal sekali" LOL


"Wah bekerjsama tidak perlu takut sih, semut baik, kucing baik, ayam baik!"

Padahal sendirinya liat kecoa kabur. 😭😭😭

Tapi sebagai ibu penakut, saya selalu encourage anak untuk jadi anak pemberani! Meskipun di masa depan ia takut sesuatu, minimal bukan sebab ditakut-takuti orangtuanya.

Dan seberapa banyak ketakutan dalam hidup yang nggak dapat kita atasi kemudian kita menyerah? Apa menyalahkan orangtua ketika kecil? NGGAK KAN? Takut mah takut aja. Tapi jikalau anak nggak boleh jadi anak penakut!

"Ibu tidak perlu takut kecoa ya, kecoa baik!"

"Ibu tidak perlu takut gajian masih usang ya, nggak usah belanja dulu!" 😶

*

"Pasti dapat kok, ayo dicoba lagi hingga bisa!"

Padahal sendirinya bikin camilan elok sekali terus gagal terus nyerah eksklusif mengembalikan timbangan dan panggangan ke dalam dusnya dan nggak dibuka-buka lagi selamanya lol.

Anak harus pantang mengalah meskipun sesimpel pasang Lego dengan benar. Kita boleh mengalah walaupun gres niat belaka dan tidak jadi dilakukan. #ohsotrue

"Olahraga ah mulai besok" BESOK. BESOK. BESOK. "Makan sehat ah mulai besok" YEA BESOK.

"Ibu niscaya dapat kok naik tangga tiap hari di kantor. Ayo dicoba lagi ya hingga bisa"

*

"Waktunya tidur, sudah malam."

PERMISI ITU NGOMONG SAMA DIRI SENDIRI APA GIMANA YHAA?

*

"Udah ya makan biskuitnya, kebanyakan nanti sakit perut!"

*menatap nanar stok makanan sendiri* *mengingat diri sendiri suka kalap makan sushi hingga perut penuh* 😪😪😪

*

dan yang paling nampar

"Silakan menangis. Tidak semua yang Xylo inginkan dapat eksklusif dipenuhi."

T_______T

Ini gongnya. Mengingat banyak banget yang pengen dibeli tapi sebenernya mah nggak butuh. Ingin lagi-lagi beli lipstik padahal masih punya dan warnanya mirip-mirip.

Apa bedanya dengan Bebe yang ingin lagi dan lagi makan jelly padahal sudah makan banyak sekali?

"Silakan menangis, ibu. Tidak semua yang ibu inginkan dapat dunia penuhi"

Karena pesan yang tersirat untuk anak yakni sebenar-benarnya pengingat untuk diri sendiri.

WELCOME TO THE ADULTHOOD.


💆💆💆

PS: Pesan buat ibu di atas itu khayalan belaka ya, bukan Bebe yang ngomong beneran sama saya hahahaa. Kadang ia suka nasihatin sih, tapi nggak sedalem ini juga lol.

-ast-

Detail ►

Mendefinisikan Nakal


Bulan kemudian saya belanja bulanan di Bandung. Pringles lagi diskon buy 1 get 1 free. Ini pertama kali Bebe makan cemilan model begini, biasanya beliau makan mentok biskuit doang. Coklat dan permen belum pernah makan. Excited dong Bebe.

JG antri di kasir, saya ambillah itu Pringles dan ajak Bebe duduk di dingklik depan supermarketnya. Di dingklik itu ada anak umur 4 tahunan bangun di kursi, bersama wanita setengah baya yang saya duga neneknya. Ternyata benar,

*Ah elah mau bilang anak umur 4 tahun duduk sama neneknya aja ribet lol*

Karena Bebe excited ingin makan, Bebe kalem. Dia elok sekali. Nggak lari-lari atau apa. Si nenek itu ngeliatin kami terus hingga kesannya nyeletuk.

"Berapa tahun ini neng? Meni (kok) santai gitu, ini mah nakal," katanya sambil menunjuk sang cucu.

NAKAL. INI MAH NAKAL. SI CUCU DIBILANG NAKAL.

T________T

na.kal
[a] (1) suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, dsb, terutama bagi anak-anak) (2) jelek kelakuan (lacur dsb) - source kbbi

Saya jawab, "Dua tahun setengah bu, badung kenapa emangnya?"

"Ya ini naik-naik kursi, jika di rumah duh nggak mau diem. Blablabla," si ibu full curhat mode-nya diaktifkan.

Yang ada di otak saya cuma satu. Anak naik kursi dibilang nakal. Anak lari-larian dibilang nakal. Kok duka sekali.

T________T

Apa definisi nakal?

Dulu, ibarat yang saya ceritakan di postingan Karma Anak Laki-laki ini definisi badung saya memang ibarat itu. Tapi kan itu waktu saya kecil, sehabis punya anak sendiri, ya berubah lah. Kok tega banget bilang anak sendiri nakal?

Kalau menjudge anak sendiri nakal, apalagi masih balita, apa yang sudah kita lakukan sebagai orangtua? Karena berdasarkan saya, badung pada balita itu problem contoh pikir sebagai orangtua.

Nakal itu judge yang parah sih berdasarkan saya. Karena anak balita bukan tidak mau berdasarkan tapi memang tidak mengerti bahwa ia HARUS menurut. Maka ia harus diberi pengertian, bukan dilabeli nakal. Karena melabeli badung pada balita itu nggak ada gunanya.

Oh wait, kayanya memberi label badung pada semua orang itu nggak ada gunanya. Cewek badung dan pemuda badung aja definisinya nggak sama. Hih.

(Baca: Bebe Umur 2 Tahun itu Bikin Pusing!)

Karena si anak dilabeli badung kemudian apa? Lalu kita stres sebab merasa punya anak nakal. Padahal yang pertama kali bilang si anak badung itu siapa? Kita sendiri.

Bebe jauh dari kalem. Tapi jika beliau naik kursi ya dijaga aja biar tidak jatuh. Kalau memang ancaman yang diberi tahu jika itu bahaya, nanti Bebe jatuh. Kalau marah? Diamkan. Kalau kita kalah sebab beliau marah? Kita yang gagal.

Iya kita yang gagal. Kita memberi kesempatan pada si anak untuk menunjukkan bahwa kita lemah dan kurang tegas. Padahal balita butuh sosok yang tegas, sosok yang beliau percaya. Dengan tegas beliau nggak akan benci sama kita kok. Kalau udah terlanjur gagal? Masih ada kesempatan.

Besok lagi juga anak akan melaksanakan hal yang kita rasa salah kok, dijamin. Makara orangtua kan proses seumur hidup, nggak mungkin mulus terus. Sesekali gagal tapi tolonglah jadikan pelajaran. *ngomong sama diri sendiri*. Bukannya jadi menyalahkan si anak dengan bilang "ini anak nakal".

Lebih parahnya lagi membandingkan dengan anak orang lain. Bebe dianggap santai sebab duduk, si cucu dianggap badung sebab bangun di kursi. Kenapa beliau sungguh yakin jika Bebe tidak pernah naik kursi? Dijadikan perbandingan itu menyakitkan, saya eksklusif kebayang ibu si anak.

Ibu si anak mungkin hidupnya tertekan sebab ibunya sendiri mengkritik cucunya sebagai cucu yang nakal. Sedih. :(

(Baca: Tips Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum)

Kalau anak sudah usia SD atau Sekolah Menengah Pertama sih berdasarkan saya sebab definisi "nakal" nya sudah dapat dalam level mengganggu ketertiban umum. Pernah saya lagi makan indomie di warung deket kostan dulu, dan tiba-tiba anak empat anak SD pake seragam pramuka mengobrol di depan warung, mereka membuka tas, DAN MEMINDAHKAN CELURIT. Dari tas si anak satu ke tas anak lain.

ANAK SD. MEMINDAHKAN CELURIT. Si ibu warung eksklusif melempar belum dewasa itu dengan kursi plastik dan mengusirnya. Mereka diancam biar tidak main lagi ke kawasan situ. Mereka kabur terbirit-birit.

Oke jika level ibarat itu gres dapat dibilang badung sih. Meskipun tetep pertanyaannya mendasarnya "orangtuanya ke mana? kenapa dapat mereka begitu?" Kadang orang harus dibekali otak dulu sebelum memutuskan untuk punya anak.

Ya tetep, problemnya di orangtua.

Apa definisi badung buat kalian?

Tolong jangan bilang badung pada balita ya sebab kasihan. :(((((

-ast-

Detail ►

Drama Threenager

THREEENAGER COMES EARLY!

Bebe bulan ini 2 tahun 8 bulan tapi tiba-tiba perilakunya berubah. Kehebohan terrible two tiba-tiba hilang dan beliau menyerupai menjadi anak lain. Browsing sana sini ternyata beliau masuk ke dalam ciri-ciri threenager!

*ibunya pingsan*


Sungguh punya balita itu menguras energi sekali ya. Tapi yang lucu dari fase threenager ini yaitu beliau jadi sangat sangat bossy. Sampai speechless sebab jikalau nyuruh menyerupai banget ketiplek nadanya sama saya!

Kalau di terrible two kan bossy tapi sebenernya manja. Nggak dikasih apa ngamuk. Cuma memang permintaannya nggak masuk nalar aja. Nah jikalau threenager ini beliau merasa beliau yaitu sentra dari universe jadi ibu, appa, dan semua orang sekitar harus nurut sama apa yang beliau mau.

Ini hal-hal yang hanya dapat dirasakan ibu dengan anak tiga tahun. Anak tiga tahun yang udah sok iye banget kaya teenagers lol.

1. Ganti-ganti baju 

Beres mandi, ibu sebagai ibu siaga udah tau dong nggak pilihin baju sebab niscaya ingin pilih sendiri. Maka disuruh pilih baju sendiri, pilih celana sendiri. Matching atau nggak bukan soal! Yang penting bahagia! Untung baju Bebe warnanya netral semua, suka lucu jikalau anak cewek yang pilih baju terus bajunya nggak matching tapi ibunya nggak punya kuasa apa-apa hahahaha

Tapi si Bebe nih ya, lima menit sehabis baju terpasang rapi, Bebe kembali manyun. "Nggak mau baju ini, mau baju yang lain aja."

*ulang proses menentukan baju dari awal lagi*


2. Bossy

Dulu saya memandang sebelah mata orangtua yang manggil 'bos' ke anaknya. Ternyata memang ada fase anak bossy parah. Level nyuruh-nyuruh mulu astaga "Appa jangan nyanyi!" atau "Ibu jangan duduk di situ!" padahal ibu duduk di kasur doang nggak dudukin mainan atau apa.

T______T

3. Marah lebih lama

Marahnya lebih usang dibanding ketika terrible two. T______T Distraksi apapun tidak akan berpengaruh. Dulu lagi ngambek ditawarin beli es krim niscaya mau. Sekarang gigih "NGGAK MAU ES KRIM!" dan sogokan apapun nggak ngaruh lagi.

Tapi ternyata kaya gitu cuma sebab masih ingin marah. Ketika sudah nggak ingin murka dapat tiba-tiba ceria dan menyapa kaya nggak ada apa-apa. Sungguh!

Detik ini beliau ngomong pake nada bicara judes, detik berikutnya beliau ngomong pakai nada bicara ceria! Mood swing nya kaya ABG banget emang lol. Sabar ya buibuuu. *puk puk diri sendiri*

(Baca Drama Terrible Two Bebe di sini)

4. Nggak sabaran

Iya ibu dengan anak tiga tahun harus siaga kapan pun di mana pun. Soalnya motto hidup anak 3 tahun itu: I WANT IT AND I WANT IT RIGHT NOW. Selalu kaya gitu jikalau minta sesuatu. Tapi kan semua butuh proses ya. Mau makan aja harus ngambil piring dulu, ngambil nasi dulu. Duh dapat berulang-ulang beliau ngeluh "ibu lapel".

Ibu beranjak ngambil piring, keluhan kedua nadanya mulai tinggi. "IBU LAPEL!"

Ibu turut diaduk dong emosinya: "IYA IBU AMBIL NASI DULU"

Teriakan ketiga udah makin nggak sabar "IBU SALO LAPEEELLLL!" *jejelin nasi*


5. Slow slow slow

Meskipun nggak sabaran, beliau juga lambat huhuhu. Mau pergi aja urusannya usang banget. Ganti baju dua hingga tiga kali. Packing mainan sendiri, isi minum sendiri. Di tengah proses itu ada yang bikin beliau nggak happy, manyun dulu 15 menit. Ambil susu sendiri, pakai sepatu sendiri. Marah lagi sebab ibu membawakan tas ke mobil, maunya bawa sendiri. Terus aja. Ibu mah nggak apa-apa, ibu sabar. :')

6. Nggak ah capek!

Kalimat andalan banget. Salo baca buku yuk! Nggak ah capek! Salo mandi yuk! Nggak ah capek! Salo makan yuk! Nggak ah capek!


7. Ingin segala sendiri

Ingatlah jikalau threenager itu sudah dewasa! Jangan berani-berani bantu jikalau tidak diminta atau genderang perang pribadi berbunyi!

Kalau nggak minta tolong bukakan minum ya jangan dibukain lah. Kalau minta tolong bukakan, ya bukakan secepat mungkin. Gitu aja sih triknya. Gampang kan. KAN?


8. Sotoy

Ya menyerupai layaknya remaja lah, pada sotoy kan. Padahal mah tau apa HAHAHAHAHA. Bebe sotoy level ngejawabin mulu jikalau dikasih tau.

Ibu: "Be mandi yuk!'

Bebe: "BOLEH!"

atau

Ibu: "Be, buang sampah dong!"

Bebe: "Nggak usah deh ibu!"

*bengong*

Ibu: "Be, jangan simpan situ dong!"

Bebe: "Oooohh!"

OOOHHHHH. Sambil lempeng kaya nggak ada apa-apa gitu loh. Kalau dibilangin apa-apa jawabannya 90% oooohhh, 10% tidak dilakukan.

T_______T

9. Jahil

Iseng banget astagaaa. Ini traits apa lagi iseng aja apa memang fasenya sih. Iseng banget level colek-colek ketek sebab beliau tau saya geli. Makin saya sebel makin dilakuin. Ini turunan JG sih kayanya. HUHUHUHU.

10. They don't give a fvck

Ini sebenernya kata kuncinya. THEY DON'T GIVE A FVCK! Ya mau murka marah, mau lempeng lempeng, mau nangis nangis. Suka-suka gue.

Mau saya murka atau gimana ya beliau nggak peduli, beliau kaya nggak ada apa-apa. Dulu kan jikalau saya murka beliau nunduk terus nggak berani pegang atau ajak ngobrol saya. Sekarang mah saya dalam kondisi nada bicara masih menegur, beliau udah ngomong dan ketawa-tawa mengalihkan ke hal lain. Ya ampunnnn.

Ini juga yang menyulitkan toilet pelatihan sebab beliau ngotot pipis di celana aja dan nggak mau ganti. Ngomongnya lempeng aja "nggak apa-apa deh ibu, pipis di celana aja". Kemudian lanjut bermain. Kaya nggak ada apa-apa!

*

TAPI YA GIMANAAAA. Namanya juga fase huhu. Harus dilewati dengan sukacita dong ya. Katanya sabar aja, nanti hingga 6 tahun ada fase nyebelinnya terus kok lol.

HANG IN THERE BUIBU. STAY CALM!

*ngomong sama diri sendiri*

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Pendidikan Seks Untuk Anak


Minggu ini timeline dan WhatsApp group diramaikan dengan sebuah foto buku yang dianggap "porno" dan menciptakan ibu-ibu marah. Buku itu mengatakan anak kecil pria sedang "masturbasi", dalam tanda kutip loh ya.

Yang jadi dilema yaitu halaman buku yang tersebar hanya sepotong. Padahal ternyata di bukunya lengkap tertulis tips untuk orangtua dan kenapa bawah umur dihentikan melaksanakan itu.

Tapi ibu-ibu keburu ngamuk! KPAI hingga ikut nimbrung dan bilang buku yang tidak pantas blablablabla. Sampai masuk TV dan portal isu nasional.

Baca punya Nahla:

Saya sendiri, apakah terganggu dengan buku itu? Surprisingly, tidak.

Anak saya laki-laki. Ada fase di mana anak memang bahagia memegang kemaluannya. Fase ini normal dan tidak apa-apa. Ini yaitu fase berikutnya sehabis fase oral.

"Tapi itu buku nggak cocok buat anak-anak!"

Duh buibu, buku yang nggak cocok buat bawah umur itu BANYAK. Ya filternya ada di kita lah. Masa beli buku buat anak kita nggak cek dulu isinya? Masa membiarkan anak baca sendirian? Dari pas beli aja udah difilter kali, itu buku apa, isinya bagaimana, layak baca atau nggak. Dan sebagainya.

Kaprikornus ibu-ibu yang panik, marah-marah, dan bilang buku itu harus ditarik dari peredaran, I JUDGE YOU. I REALLY DO. Pasti nggak pernah nemenin anaknya baca buku ya? 😪

Yaiyalah, kita nggak dapat mengatur dunia biar tetep tepat secara moral. Kita yang harus jadi benteng pertama pertahanan tabiat anak kita. Bukan orang lain! Apalagi buku!

Gimana jikalau bawah umur baca di daerah lain? Di sekolah misalnya, di daerah yang tidak ada orangtua menemani.

Nah ini dia. Pendidikan seks untuk bawah umur seharusnya sudah diberikan jauh, jauh sebelum mereka dapat membaca. Karena memang ketertarikan mereka pada kemaluan, pada lawan jenis, kan sudah terlihat semenjak balita kan. Sejak dari belum dapat baca.

Saya sendiri memperkenalkan gender dan lebih spesifik lagi kemaluan pada Bebe sudah lama. Mungkin semenjak usianya belum dua tahun. Alasannya sederhana sebenarnya, saya ingin beliau jadi pria yang menghormati perempuan.

Soalnya balita itu kan asal seruduk aja, mau pemuda atau cewek jikalau lagi main ya timpa-timpaan aja. Saya nggak mau ibarat itu. Main tabrak-tabrakan, main timpa-timpaan, hanya dengan anak laki-laki. Tidak dengan anak perempuan.

Ngerti nggak Bebe? Ya nggak lah! Hahaha.

Menurut psikolog juga memang belum dapat membedakan laki dan wanita hingga usia 5-6 tahun. Tapi saya nggak menyerah, saya tetap bilang terus menerus soal konsep "ibu perempuan, appa laki-laki, Bebe laki-laki".

(Penjelasan psikolog lebih lengkap ada di sini: Mengenalkan Gender pada Balita)

Dan itu berjalan baik, kini usianya 2 tahun 8 bulan, beliau sudah mulai dapat membedakan pria dan perempuan. Dia tahu si A laki atau perempuan, mbaknya laki atau perempuan, aki laki atau perempuan, dan seterusnya.

Lebih spesifik lagi soal pendidikan seks, terutama "masturbasi" ibarat di buku itu. Ya Bebe sedang ada di masa beliau bahagia pegang kemaluannya. Dipegang aja, meski tidak sering tapi ada saat-saat di mana tangannya masuk ke celana dan pegang.

Temen saya juga cerita, anaknya wanita dan suka pegang vaginanya. Malah kadang dimainkan pakai mainan! Wah serem sih ya jikalau perempuan. Tapi kan itu memang fasenya, jadi harus dilewati aja. Asal dengan komunikasi. Bukannya dibiarkan atau dimarahi.

Saya sih kasih tahu aja, "jangan dipegang dong Be, nanti lecet". Biasanya beliau eksklusif nurut sih. Dan saya selalu cek, untuk mengatakan bahwa saya peduli. "Wah ini tidak apa-apa sih, tidak perlu dipegang ya" gitu.

Kuncinya cuma satu, jangan awkward! Kalau anak pegang tit*t aja kita jelasinnya awkward, saya takutnya anak jadi merasa bersalah. Padahal kan nggak perlu begitu. Karena meski mencicipi nyaman pegang kemaluan, it's not sexual!

Soal kemaluan dan soal seksual ini, saya mau saya jadi orang pertama yang Bebe tanya, makanya saya nggak boleh aib atau apa.

Lagi masa sama anak sendiri aib ah elah.

Dan jangan beri tanggapan yang tidak masuk akal. Beri tanggapan secara ilmiah meskipun anak mungkin butuh waktu untuk mencerna.

Mimpi basah, menstruasi, masturbasi, itu berdasarkan saya harus dijelaskan jauh sebelum si anak mengalaminya. Dan jelaskan secara medis, biar beliau tahu risiko-risiko yang beliau hadapi.

Jawaban-jawaban semacam "jangan gitu nanti Allah marah" itu rawan sih berdasarkan saya. Karena takutnya ada titik di mana anak ingin rebel, anak ingin melanggar aturan, dan jadilah dilakukan diam-diam. Nggak mau begitu dong?

Intinya saling terbuka lah sama anak, jangan sembunyikan sesuatu. Jangan buat anak ingin tau dan mencari tanggapan di luar.

Satu lagi, dampingi bawah umur baca buku! Mulai edukasi seks semenjak balita! Jangan hingga terlambat. :)

See you!

-ast-

Detail ►

Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Balita, Perlukah?

[SPONSORED POST]


Di blogpost saya ahad lalu, saya sudah sedikit bercerita perihal 2-3 ahad belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.

Eh malah tiba-tiba diundang EF dan MommiesDaily ke talkshow "Multilingual at Early Age, Why Not?" dan saya terharu saking pas banget momennya hahahaha. Iya beneran, pas mulai bilingual sama Bebe kemarin itu saya nggak tau akan diundang ke event ini. :')

Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.

Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca hingga simpulan lantaran membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya gres tahu perihal pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.

Yuk!

Bilingual dan speech delay


Iya ini sering banget jadi topik jikalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.

Nah, dari talk show ini saya jadi yakin jikalau bilingual atau bahkan multilingual itu nggak ada hubungannya sama speech delay atau terlambat bicara.

"Tapi ada anak temen gue bilingual dan beliau speech delay," sering dong denger kaya gitu?

Ya saya aja sering banget. Padahal berdasarkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada talenta speech delay, monolingual (satu bahasa) aja beliau niscaya gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?

Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak bisa sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah niscaya speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!

As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD

Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?

Dari bayi!

Tau nggak sih jikalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan yaitu bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan bunyi dan bahasa orangtuanya. Kaprikornus nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!

Peak time *halah* anak dalam berguru berbahasa yaitu dari 0 hingga 6 tahun. Lewat 6 tahun, berguru bahasa gres tidak akan secepat saat usia di bawah 6 tahun.

Baru hingga sini saya pribadi jadi lebih semangat ngajarin Bebe bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Mumpung gres 2,5 tahun yakan. Eh langsung dikritik sama mbaknya di daycare.

"Ah bu, Salo sih bahasanya udah bisa dua, Indonesia sama Sunda. Kalau dibilang 'ibak yuk' (mandi yuk) ngerti dia," kata mbak daycare yang kebetulan orang Sunda juga.

😂😂😂

Dan kemudian saya gembira HAHAHAHAHAHAHA. Soalnya alhasil Bebe bisa tiga bahasa! Trilingual, how cool is that! Ya zaman kini gituloh, bawah umur kecil di mall ngomong bahasa Indonesia aja nggak bisa, saking Inggris terus. Akan super cool jikalau Bebe bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Sunda!

Yosh! 

Kenapa anak harus berguru lebih dari satu bahasa?

Kalau saya sih lantaran ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa abnormal itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.

Terus iyaaa, saya kompetitif. Dalam artian saya ngeri sendiri melihat bawah umur lain udah pada bisa bahasa Inggris dari bayi. Salut banget sama ibu-ibu yang udah konsisten pake bahasa Inggris dari anaknya lahir. Apalagi yang konsisten ibunya bahasa Inggris dan bapaknya bahasa Indonesia. Soalnya ribeeettt!

Dulu juga pas hamil saya niatnya gitu, tapi pas lahir haaa bubar semua. Duh ngurus anak aja udah ribet apalagi harus memikirkan berkomunikasi pake dua bahasa. Saya masih waras hingga kini aja udah bersyukur lol. 


Nah jikalau berdasarkan Mbak Vera, ini kelebihan anak yang bisa lebih dari satu bahasa:

- Kognitif: anak bilingual IQ-nya lebih tinggi. Lebih baik dalam tes atensi, daypikir analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal, dan fleksibilitas berpikir.

- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan hukum dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik

Ya kan. Yang kepingan personal mungkin spesifik jikalau menguasai bahasa abnormal ya. Kalau bahasa kawasan apa bisa disamakan juga?

Bukan merendahkan bahasa kawasan tapi seberapa kuat sih kemampuan berbahasa kawasan dengan kemampuan bersaing untuk menerima pekerjaan yang lebih baik?

Kayanya nggak terlalu ngaruh ya. CMIIW. Tapi mungkin juga lantaran bahasa kawasan itu kurang Istimewa jikalau masih di negara aslinya. 

Tentang Language Mixing

"Ih tapi anak bilingual suka galau bahasa tau, ngomongnya jadi campur-campur Inggris Indonesia digabung."

Sering juga dong denger kaya gitu? Kaprikornus anak kecil bilang "ibu saya mau yang green!" atau "mommy i want eat nasi" itu namanya language mixing and it's a good thing! Karena itu berarti proses berguru berjalan lancar. Bukan malah berarti anak galau bahasa.

Iya, berdasarkan Mbak Vera, language mixing yaitu salah satu tanda anak sudah menguasai kedua bahasa. Cuma aja beliau masih galau atau lupa kata itu dalam bahasa satunya apa, jadi beliau sebut yang duluan keinget.

Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhD
Nah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, jikalau ada yang nanya "how are you?" niscaya otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.

Bolehkah berguru bahasa abnormal lewat YouTube?

Atau ya lewat gadget/TV lah menyerupai film atau lainnya?

Buibu, jawaban dari pertanyaan itu akan menciptakan kita merasa gagal sebagai orangtua HAHAHAAHHAHAHA.

Menurut Mbak Vera, anak sebaiknya tidak dikasih gadget hingga usianya ... 30 bulan atau 2 tahun 6 bulan. Supaya anak tetap bersahabat dengan ibunya dan tidak kecanduan.

*ayo nangis dan pelukan sama-sama lol*

Intinya gadget bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin ditunda dan dibatasi. Maksimal 2 jam sehari! Syukurlah, Bebe sehari kayanya nggak pernah sih lebih dari 3 jam. Aku nggak gagal-gagal amat lol.

Belajar bahasa dari gadget juga boleh tapi sebaiknya didampingi. Kaprikornus tetap ada kedekatan anak dan orangtuanya. Lebih anggun lagi membaca buku bahasa Inggris dibanding nonton pakai gadget. YAIYALAAHHH.

Karena bahasa itu sikap sosial. Dibutuhkan interaksi anak dengan insan hidup lain di sekitarnya. 

"Ah anak saya bahasa Inggris nya sepakat kok padahal cuma nonton Disney Channel doang."

Iya iyaaa. Percaya kok hahahaha. Ya namanya juga pilihan kan buibu, mau ngajarin pake media apa. Nggak ada yang paling benar atau paling salah ok!


Tapi soal gadget ini ada omongan Mbak Vera yang nyangkut banget sama saya hingga kepikiran. Kurang lebih gini:

"Anak kecanduan gadget itu bukan inti masalah, tapi jawaban dari suatu masalah. Orangtua niscaya punya masalah, anaknya melarikan diri dengan gadget. Sama dengan selingkuh, ada problem dulu yang menjadikan selingkuh, bukan menduakan kemudian jadi masalah."

WOW. Bener juga. Masalahnya ada di orangtua yang males nemenin anak maka anak dikasih gadget dan kemudian beliau kecanduan. Gitu kan? 

Apa cara paling efektif untuk mengajari anak bahasa asing?

Saya baca di mana gitu lupa, untuk bahasa kedua, anak bisa dipapar selama 30% sehari. Kaprikornus dari seharian, 70% bahasa pertama yang sudah beliau kuasai, 30% bahasa kedua.

Kalau berdasarkan mbak Vera, ini tips mengajarkan bahasa abnormal pada balita:

- Bantu anak mendengar sebanyak banyaknya
- Belajar diksi lewat nyanyian. Kaprikornus dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal beliau salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu anggun lantaran artinya beliau mencoba.

Gimana jikalau pengen banget berguru bahasa Inggris tapi orangtuanya nggak bisa mengajari? Ya itu tandanya butuh dukungan orang lain. EF English First ternyata punya lho aktivitas untuk balita. Saya gres tau banget lantaran dipikir untuk anak sekolah dan profesional aja.

EF punya aktivitas Small Stars untuk anak berusia 3 hingga 6 tahun. Programnya memakai metode EFEKTA System dengan tahapan Learn, Try, Apply, dan Certify.


Lengkapnya bisa dilihat di sini ya: Small Stars EF. Klik!

Tapi tetep lho, meski pendidikan bahasa Inggris di-outsource-kan pada EF, tugas orangtua tetap yang utama. Karena berdasarkan mbak Meta yang sudah jadi pengajar EF usang sekali, anak akan lebih berhasil berguru dengan dukungan penuh dari orangtua.

Kalau Bebe gimana?

Nah saya sendiri sengaja mengajarkan satu bahasa dulu (Bahasa Indonesia) ke Bebe hingga beliau benar-benar lancar. Sekarang nyesel nggak nyesel sih.

Nyesel lantaran kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel lantaran jikalau hingga Bebe speech delay, saya juga niscaya nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling praktis nyalahin diri sendiri huhu.

Awalnya beliau murka lho, lantaran merasa saya bicara sesuatu yang nggak beliau ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.

Kaprikornus ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"

Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, kini dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin beliau nangkep sih. Hahaha.

Minggu pertama beliau marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan hewan sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom

Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali berguru ngomong juga blabbering dulu.

Kaprikornus misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan beliau mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.

Rencananya nanti preschool nya gres akan bahasa Inggris atau nanti jikalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go hingga Bebe ke usia itu jadi kini masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.

*

Kaprikornus ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh semoga bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂

See you!

-ast-

Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik

Detail ►