Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mencari-diri-sendiri. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri mencari-diri-sendiri. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Tips Persiapan Tes Toefl Dan Ielts

[SPONSORED POST]



Kalau ngomongin tes TOEFL dan IELTS, saya punya satu penyesalan. Kejadiannya lima tahun lalu. Waktu itu, saya gres lulus kuliah dan memutuskan keluar dari pekerjaan pertama lantaran saya kerja bukan di bidang yang saya suka. Waktu itu kerja jadi sekretaris di perusahaan Korea sementara passion saya selalu menulis dan hal-hal kreatif lainnya.

Terus lantaran saya masih muda *EHM*, jadi nothing to lose, cuma kerja 6 bulan terus keluar, nggak peduli nggak bergaji yang penting senang hahahaha. Terus lantaran keinginan saya yaitu kuliah di luar negeri, saya pun mempersiapkan diri. Saya cari tau info-info beasiswa, cari-cari sekolah dan mikirin jurusan, hingga nemu beberapa kampus yang jadi incaran. Dan mereka mensyaratkan TOEFL IBT. Beda loh sama TOEFL biasa yang bukunya banyak beredar di toko buku.

Karena saya kalau ingin sesuatu itu niscaya niat, saya kemudian ambil private course preparation test untuk TOEFL IBT yang ternyata susahnyaaaa. Jauh lebih susah dari TOEFL paper based. Dua bulan penuh, seminggu 3 kali saya les private di sebuah kawasan les bahasa Inggris di Bandung. Saya selesaikan les dengan baik, nilai dari try out saya selama les sebetulnya cukup untuk daftar sekolah, tapi ...

*senyum nanar mengenang masa lalu*

Sebentar, apa itu TOEFL IBT?

TOEFL mah udah pada tau lah ya TOEFL itu Test of English as a Foreign Language alias tes untuk mengetahui kemampuan berbahasa Inggris kita. Nah TOEFL ini ada dua macam, paper based dan internet based test (IBT).

Paper based itu tes TOEFL yang tidak online, banyak forum yang menyelenggarakan tes TOEFL dengan biaya beragam, rata-rata dari Rp 400-600ribu. Soal yang harus dikerjakan pakai kertas aja yang dibagikan, yaiyalah namanya juga paper based.

Nah yang saya ikut preparationnya itu yang internet based alias tesnya online! Kaprikornus kita daftar tes, kemudian akan dikasih agenda tes, dan kemudian tiba untuk mengerjakan tesnya. Online kerasa berat banget lantaran nggak bisa lewat dulu untuk ngerjain soal yang lain. Per sesi ada break dulu tapi tetep aja panik, satu kali tes bisa menghabiskan waktu 4 jam. Cukup bikin panik sih makanya niat banget ambil preparation course dulu. Karena ada lohhh yang santai dan cuma mencar ilmu sendiri di rumah hahaha.

TOEFL IBT ini lebih mahal dari yang paper based. Biaya tesnya hingga USD 180 alias Rp 2juta lebih kalau pake kurs sekarang.

Ini sebabnya, sayang banget kalau mau ambil tes IBT tapi kurang persiapan. Padahal nilai TOEFL dan IELTS itu penting loh. Selain untuk cari beasiswa dan daftar sekolah, banyak juga perusahaan yang pasang nilai minimum TOEFL dan IELTS untuk calon karyawannya *melirik kantor sendiri lol*.

Apa bedanya TOEFL dan IELTS?


Beda tes TOEFL dan IELTS ada di cara penyelenggaraan dan sistem penilaiannya. TOEFL biasanya digunakan untuk tes universitas di luar negeri, beasiswa, penerima sertifikasi internasional, atau murid dan karyawan yang sedang mengajukan visa studi dan visa kerja. Sedangkan IELTS atau International English Laguage Testing System merupakan standardisasi tes keahlian bahasa Inggris di seluruh dunia. IELTS merupakan tes bahasa Inggris paling terkenal di dunia untuk studi, bekerja, dan migrasi ke luar negeri. Keduanya dijadikan standard internasional dalam hal menilai kemampuan bahasa Inggris seseorang untuk banyak sekali keperluan.

Nah lantaran mahal, jadinya persiapan pun harus sebaik mungkin dong! Masa mau keluar uang lebih dari 2juta terus ngerjain tes asal-asalan dan nilainya kecil. Percuma dong nanti nggak bisa digunakan juga.

Jadi di sini saya mau kasih beberapa tips untuk mempersiapkan diri tes TOEFL IBT dan IELTS:

- Persiapkan tes TOEFL dan IELTS minimal semenjak sebulan sebelumnya.

- Tonton tayangan berbasis bahasa Inggris atau mendengarkan radio bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan listening.

- Perbanyak kosakata dan gunakan dalam percakapan sehari-hari untuk melatih pronounciation nya.

- Biasakan membaca teks-teks bahasa Inggris yang ditulis oleh akademisi atau jurnal atau surat kabar berbahasa Inggris sebanyak mungkin. Kembangkan teknik scanning dan skimming dalam menemukan isu dengan cepat dan sempurna pada bacaan yang panjang.

- Cobalah menulis esai dalam bahasa Inggris dan minta masukan dari guru atau mereka yang lebih berpengalaman.

- Latihan! Latih diri untuk menjelaskan diri dalam bahasa Inggris, ini untuk membantu kemampuan speaking.

- Belajar intensif dan praktek terus semoga lancar dan tidak gagap melihat bentuk soal yang diujikan.

Kalau dirangkum menurut sesinya, bisa perhatikan tips di bawah ini.

Reading: perhatikan ide-ide utama, ringkasan, isu penting, kalimat penyisipan, kosakata, tujuan retoris dan ilham keseluruhan bacaan.

Listening: pahami ide-ide utama, detail penting, implikasi dan hubungan antara ide-ide. Berlatihlah untuk menjawab hanya dengan sekali mendengarkan.

Speaking: sampaikan ide-ide atau pendapat sesuai dengan topik yang dibahas, dan tidak hanya balasan “ya” atau “tidak”.

Writing: tuliskan ringkasan apa yang menjadi topik pembahasaan, dan terakhir menulis esai. Biasakan untuk selalu mengukur lamanya waktu berlatih.

Nah, kabar baiknya, ada platform gratis loh untuk kalian latihan. Platform ini disediakan oleh English First (EF) yang sudah didesain sedemikian rupa sehingga penilaiannya bisa sama dengan skor TOEFL atau IELTS. Bisa coba di sini: www.efset.org

Gampang kaannn? Eh nggak ya? Hahahaha. Ya pada dasarnya sarannya akan selalu klasik sih, perbanyak latihan! Manfaatkan platform dari EF untuk mengukur sudah sejauh mana kemampuan kita.

Terus terus, penyesalan saya apa perihal tes ini?


Penyesalannya adalah, hingga detik ini, bertahun-tahun kemudian, saya belum kesampaian ikut tes TOEFL IBT. Sebabnya lantaran dulu saya berpikir ulang, apakah yakin akan diterima beasiswanya? Saya terlalu takut gagal hingga sayang rasanya mengeluarkan uang untuk tesnya sendiri. Padahal kalau nggak dicoba mana tau ya kan?

Dan lantaran maju mundur untuk tes TOEFL, semangat mencari beasiswa dan kuliah di luar negeri pun perlahan-lahan menguap. Kalau dibilang menyesal ya menyesal, kenapa dulu nggak ngotot aja tes dulu dan apply-apply dulu? Tapi alhasil saya diterima kerja di kawasan yang saya suka, menikah, punya anak, and the rest is history. Sampai kini saya resah apakah itu termasuk penyesalan apa bukan? :))))

Kaprikornus kalian yang masih muda-muda, ayo manfaatkan waktu sebaik mungkin. Dunia masih luas, masih banyak yang bisa dijangkau dan diraih. Semangat yaaa!

-ast-

Detail ►

Tentang Rate Card Blogger

Berapa rate card yang pantas untuk blogger? Berapa fee yang layak untuk blogger?


Ngomongin uang mah nggak ada habisnyaaaa. Masih banyak juga ternyata blogger yang resah lantaran habis ditanya rate card terus nggak tahu mau jawab berapa. Hehehe. Tapi emang membingungkan sih dan ... sensitif.

Tapi saya coba tulis lah secara detail dan komprehensif lah ya *naon*. Sebenernya udah banyak yang nulis tapi lantaran masih banyak yang nanya ya tulis lagi lah! Karena mayan banyak juga yang japri nanya-nanya rate card ini hahahaha. Btw meski namanya rate card, bukan berarti bentuknya harus "kartu" loh ya. Istilah rate card ini pada dasarnya mah cuma nanya fee aja berapa. Ada teladan email saya di bawah.

TAPI NANTI LAH SCROLL KE BAWAHNYA, BACA DULU!

*rewel*

Kenapa rate card itu bikin bingung, karena:

1. Kita nggak tahu standar rate card itu berapa. Berapa sih jika blogger lain biasanya dibayar?
2. Sesama blogger biasanya merahasiakan rate card, kecuali yang dekat banget ya. Kaprikornus makin resah deh, ini kemahalan atau kemurahan?
3. Agency atau merk juga yang tampaknya nggak punya standar, tiba-tiba nawarin 100ribu, tiba-tiba nawarin 2-3juta. Berapa sih standarnya?

Nah, kini saya coba jawab satu-satu ya. Abis ini sebenernya nggak akan terjawab berapa sebenernya standar rate card blogger itu lantaran memang nggak ada standarnya. Karena memang mustahil dibentuk standar. Kecuali contohnya gitu tiba-tiba blogger-blogger se-Indonesia bikin konvensi terus memilih harga per view 5ribu rupiah! Nah jadi lezat kan tuh, tinggal di simpulan hasil page views dikali 5ribu rupiah.

Tapi kan itu tidak terjadi ya. Kaprikornus yang paling sempurna yaitu mengira-ngira sendiri, seberapa layak kita dibayar untuk satu tulisan?

(Baca: Penulisan SPONSORED POST pada Postingan Berbayar)

Menurut saya, lihat dari hasil page views kita per artikel, misal satu artikel rata-rata dibaca 5.000 kali. Ya sponsored post kita juga biasanya akan diliat segituan (meskipun biasanya cenderung lebih rendah). Nah layakkah 5.000 kali dibaca itu dibayar sekian? Sebenernya lebih sempurna dihitung user sih, seberapa banyak pembaca bukan seberapa banyak dibaca. Tapi klien biasanya minta laporannya page views jadi ya udalah ya page views aja yang dijadiin patokan.

Btw bang Harris Maul (sok ikrib bener) pernah bikin blogpost soal rumus menghitung rate card, tapi berdasarkan saya sih udah nggak relevan lagi lantaran page rank kan udah nggak di-update sama Google. Yang mau baca sanggup baca di sini.

Juga tergantung dengan followers kita di social media. Makin banyak followers makin tinggi juga daya jual kita lantaran kan biasanya kita otomatis lah share postingan blog di social media. Makanya kini banyak juga merk yang mau posting di blog tapi ngasih requirement minimum followers social media.

"Ah tapi si A viewsnya sehari cuma 500-an, followers socmed dikit, tapi katanya per sponsored post itu sanggup 5juta"

Memang sanggup aja, kan bebas suka-suka bloggernya mau kasih rate card berapa, tergantung kliennya juga mau ambil apa nggak rate card segitu. Haha.

Beberapa kali campaign bareng sama blogger-blogger lain, saya sempet tahu rate card beberapa blogger yang wow, hingga dua tiga kali lipat dari blog saya. Padahal cek di Alexa sih Alexanya masih tinggian saya. Liat total page views juga tinggian saya padahal ngeblog lamaan beliau hehehe, jadi seharusnya performance blog beliau masih di bawah saya.

Tapi jika saya kan mikirin pertanggungjawabannya ya, apa layak satu goresan pena hanya dibaca sekian orang terus saya dibayar sekian juta? Brand sanggup timbal balik apa dari saya? Apalagi yang goalsnya akuisisi alias mencari pembeli, wah dengan keluar uang sekian untuk bayar saya, seberapa banyak pembaca saya yang ikutan beli?

:)

Terus ada juga yang bilang "tapi jika postingan berbayar di blog saya fotonya banyak loh, reviewnya lengkap!" Iya itu sanggup banget jadi nilai plus juga, tapi ... yang baca banyak nggak? Maksud saya, jika fotonya elok banget tapi yang baca 50 orang kan gimana, mending fotonya biasa aja tapi yang baca 5.000 orang kan. *ya mending elok banget tapi yang baca 50ribu orang sih lol*

Kemudian klien berulang juga (kalau saya) treatmentnya beda. Misal saya sudah berkali-kali dengan agency A, saya biasanya tidak menaikkan rate semenjak awal. Cincai lah pake rate awal kolaborasi juga nggak apa-apa lantaran yang penting kan korelasi baiknya. Padahal contohnya jika ke agency baru, rate saya sudah di atas itu.

"Kompetitor" (alias sesama blogger) dan niche blog juga imbas loh. Misal beauty blogger nih, yang senior dan page viewsnya banyak banget aja banyak yang masih rela dibayar cuma pakai produk (tanpa uang cash), masa kalian yang gres kemarin sore bikin blog dan page viewsnya masih kecil banget pribadi minta produk dan uang? Nggak mungkin kan rasanya.

Tapi beauty blogger ini emang cenderung passion dan hobi ya, jadi biasanya dikasih produk aja happy dan pribadi ditulis di blog. Padahal kliennya nggak minta hahaha. Kaprikornus sulit buat beauty blogger baru, mau coba minta sesuai rate jadi nggak lezat lantaran kemarin aja dikasih lipstik pribadi direview masa kini minta produk dan uang tunai? Kemarin dateng event bahagia hati masa kini dateng ke event minta fee? Yah begitulah.

Beda sama brand-brand keluarga gitu yang sering baik hati kasih aja produk tanpa harus nulis di blog lantaran mereka tau biasanya jika parenting/lifestyle blog sudah kasih rate sendiri untuk satu postingan. Untuk terima kasih sih biasanya posting aja di socmed. Hehehe.

Terus bentuk rate card itu gimana sih? Apa harus pakai image .jpg atau file .pdf gitu? Kata teori-teori blogging profesional sih gitu tapi saya sih udah nyerah nggak pake lagi gituan HAHAHAHA.

Karena aduh ribet banget update socmed-nya, harus buka photoshop terus edit. Bisa aja sih pake goresan pena data bulan anu, tapi kan sayang jika followers udah naik banyak banget. Akhirnya saya nyerah pake jpg dan pdf itu dan jadinya copy paste aja email di bawah ini jika ada yang nanya rate. Tinggal update belahan followers. :)


Saya sih biasanya pribadi aja attach juga screencapture Google Analytic sebulan ke belakang meskipun nggak ditanya. Biar sanggup pribadi mempertimbangkan, harga segini worth it atau nggak? Brand yang udah pernah kolaborasi linknya saya kasih link tag ke "adv" dan "achievements". Udalah itu paling mudah sanggup diklik pribadi di emailnya, nggak perlu ribet mikirin bikin file .pdf berhalaman-halaman. Hahaha,

Mungkin ini sesat tapi ini simpel. -______-

Dan yang terpenting, tanyakan pada diri sendiri MAU NGGAK DIBAYAR SEGITU UNTUK SATU TULISAN?

Karena pada dasarnya cuma mau apa nggak doang kok. Kalau mau satu goresan pena di 100ribu ya nggak apa-apa, pasanglah rate di 100ribu. Kalau rela dibayar produk aja ya bilanglah begitu. Kalau mau satu goresan pena 1-2juta, ya tolak lah yang 100ribu dan ngasih produk doang, bilang aja baik-baik jika memang fee-nya nggak masuk sama rate blog kita.

Ingat, sekali lagi ini hanya soal mau dan tidak mau. Ya gimana jika page views gede, Alexa bagus, tapi masih mau 200ribu satu goresan pena sih kan terserah ya. Ini sebabnya susah banget untuk memilih standar rate blogger.

Dan, mau atau tidak mau ini juga yang memilih standar sebenernya. Brand juga jadi coba-coba, ah kemarin si A mau dibayar sekian, kok kau nggak mau sih?

Ini sebabnya performance blog itu penting. Kita sanggup bilang jika ya blog kita banyak yang baca, engagement tinggi, sering viral, komentar banyak (misalnya). Sebutlah kelebihan blog kita apa hingga layak dibayar di harga yang kita inginkan.

Tapi jika kasih rate mahal nanti pada kabur :(. Ya balik ke tujuan awal ngeblog. Mau cari uang atau mau berbagi? Kalau mau cari uang ya udah, sesuaikan dengan yang bayar. Kalau mau menyebarkan dan menyalurkan hobi menulis *AHEM* harus punya pendirian dong. Harus punya perilaku dan menghargai karya kita sendiri. :)

Kalau placement berapa? Ini nggak tahu lantaran saya nggak terima placement ads di blog. Saya maunya blog saya isinya goresan pena saya semua hahaha *obsessed*

Kalau cuma minta satu link berapa? Tema goresan pena bebas kok, nggak perlu sebut brandnya. Woh sebebas apapun juga tetep lah kita kan mikir inspirasi ke mana supaya linknya masuk, kaya yang ini. Saya sih biasanya turunin sedikit ratenya dari rate biasa. Tapi jarang juga sih soalnya entahlah kok jadi kaya lebih mikir ya nulisnya dibanding yang campaign dikasih brief lengkap.

APALAGI YA? Udah itu aja sih kayanya. Kalau ada yang mau ditambahkan komen aja yaaa. Kalau ada pertanyaan dan penting menyerupai biasa nanti saya edit dan saya masukkan di bawah ini.

Sampai jumpa di Monday Techno berikutnya!

Semoga jadi tercerahkan ya soal rate card blogger ini!

-ast-

Detail ►

The Terrible Terrible Two (Part Two)

Ya jadi ahad kemudian saya udah dongeng sedikit soal Bebe dan drama Terrible Two-nya. BTW kemarin terulang loh beliau mau turun dari Grab tapi nggak mau pulang. Mau berdiri aja di pinggir jalan. WHY?


TIPS MENGHADAPI TERRIBLE TWO BY ANNISAST

Pahami jalan pikiran anak

Bahwa ya, kita harus memahami jalan pikiran anak 2 tahun. Apa yang tidak masuk logika bagi kita, mungkin sangat masuk logika bagi mereka.

Tempatkan diri pada point of views anak. Kadang mereka melaksanakan hal menyebalkan bukan alasannya yaitu ingin menyebalkan tapi alasannya yaitu mereka ingin mencoba hal baru. Kebetulan hal barunya menyebalkan bagi kita. Kadang loh ya, alasannya yaitu ada kalanya mereka juga coba-coba, jikalau begini ibu murka nggak ya? Oh marah, sepakat nangis.

-__________-

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

So far saya masih waras sih malah JG yang nggak sabaran. Padahal waktu hamil beliau yang bilang "pasti kau marah-marah terus deh, nanti Bebe sama saya niscaya bisik-bisik ngomongin kamu". LOOK AT YOU NOW LOL.

JG sama Bebe berantem mulu kan saya yang pusing yah. Padahal pilihannya kan bilangin baik-baik atau diemin aja supaya nangis. Nggak perlu jadi teriak-teriak berdua. 😥

Iya, bicara baik atau diamkan menangis

Yah, teriak-teriak atau membentak tidak ada gunanya percayalah. Ngomong baik-baik kadang masih didengar. Kalau masih terus ngamuk dan teriak-teriak ya udalah tinggalin aja asal tempatnya aman.

Kemarin malem Bebe rekor nangis berkali gara-gara hal yang mustahil dilakukan.

1. Ingin diem di pinggir jalan. Nangis di depan pintu ruang tamu minta dibukain ingin ke jalan, udah pake sepatu sendiri pula. Setengah jam hingga saya tinggalin makan dulu. Selesai makan saya tanya: "Bebe mau apa?"
Bebe: "mau jalan-jalan"
Ibu: "oke sebentar ya ibu ganti baju dulu"

2. Kemudian beliau duka alasannya yaitu saya tinggal lagi KE KAMAR DOANG. Nangis lagi dong bilang "nggak usah ganti baju, ibu. Salo mau nenen ajaaaa". Oke balasannya saya gendong, saya lepasin sepatunya.

3. NANGIS LAGI. Karena bete sepatunya saya bukain, maunya buka sendiri. Udah buka sendiri kemudian nenen kemudian tidur.

4. Setengah jam kemudian beliau bangkit DAN NANGIS LAGI WITH NO REASON! Apakah mimpi buruk? Saya tinggalin lagi di kamar sekitar 10 menit.

5. Akhirnya tenang, saya bukakan daerah minum, DAN NANGIS LAGI KARENA INGIN BUKA TEMPAT MINUM SENDIRI. Huft kemudian saya minta maaf dan Bebe bobo lagi.

INI ADA APA? T______T

Tapi ya memang harus gitu. Nggak saya teriakin, nggak saya hardik alasannya yaitu tidak ada gunanya gengs. Kalau dapat bicara baik maka bicara baik. Kalau tidak, maka tinggalkan sajalah dulu. Dia nangis juga terlama ya paling setengah jam lah, kuat-kuatin aja. Setelah 15 menit juga nangisnya mulai berjeda, nangis terus liat semut, nangis terus mainin gantungan kunci, nangis terus ngapain kek gitu. Diamkanlah.


Biarkan mandiri

Cuci tangan sendiri, gosok gigi sendiri, makan sendiri, pake baju sendiri, kenapa nggak boleh basuh baju sendiri? Kenapa nggak boleh masak sendiri? Kenapa nggak boleh main bola tengah malam?

Makara selama kita mau beliau mandiri, fasilitasi kemandirian itu. Fasilitasinya dengan ... kesabaran. Makan biarlah berantakan, pake celana biarlah 10 menit sendiri, mau basuh baju sendiri? Ya dibantu aja. Nggak pernah saya larang alasannya yaitu saya tidak mau melarang dengan hal yang tidak masuk akal.

Makara itulah cikal bakal mencuci baju dengan random tanpa rencana di siang hari. 😑

Kompromi, beri klarifikasi dan tepati janji

JG nih suka nggak sabaran. Makara Bebe dimarahi. Padahal kenapa harus dimarahi? Dia tidak melaksanakan kesalahan, cuma bagi kita menyebalkan kan? Masa out of the blue nyuci siang-siang. Atau jikalau memang berbahaya, ya jelaskan baik-baik.

Coba bilang jikalau kita mengerti. "Ibu mengerti Xylo duka dan kecewa, tapi kompor itu panas, bukan untuk mainan belum dewasa ya". Jangan judgmental alasannya yaitu kita aja bete di-judge, anak juga lah.

Bebe juga nggak lagi di-time out alasannya yaitu kurang efektif. Cukup ditinggalkan saja di daerah beliau menangis atau nggak ditanggepin, Bebe biasanya sudah cukup tersiksa. Karena meski beliau super ingin mandiri, beliau juga masih butuh ayah ibunya untuk mencari kenyamanan.

Biasanya jikalau sudah menangis, saya bertanya "menangisnya sudah? jikalau sudah minum dulu ya". Selanjutnya beliau terbiasa meminta minum supaya damai sesudah menangis lama. Tidak boleh lagi berhenti menangis eksklusif nenen dalam rangka beliau harus dapat berhenti menangis sendiri tanpa nenen.

Beri tanggung jawab

Ya, anak butuh klarifikasi dan tanggung jawab. Misal "oke Xylo boleh menonton satu film lagi, tapi setelahnya Xylo matikan laptopnya kemudian tidur ya." Ulang dua atau tiga kali bahwa sesudah film selesai laptop akan beliau matikan sendiri kemudian tidur. Ketika filmnya selesai, tunggu beliau untuk menutup laptopnya sendiri. Jangan eksklusif diambil alih.

*TIPS: Kalau setel film, startnya dari tengah film jangan dari awal jadi nontonnya ga usang hahaha*

Setelah film selesai, pilihannya ada tiga. Dia ngamuk ingin terus nonton (happened a lot), ngambek tapi nggak ngamuk, atau manis mematikan laptop dan menutupnya. Kalau ngamuk, maka harus konsisten. Simpan dan sembunyikan laptopnya, beri klarifikasi dan biarkan menangis hingga berhenti sendiri. Jangan dimarahi!

Kalau dimarahi maka kita murka dan beliau murka padahal bekerjsama tidak perlu. Tetap jaga tone suara. Kalau beliau ngambek tapi tidak ngamuk, tagih janjinya. Biasanya mengulang akad beberapa kali udah luluh sih. Dia matikan laptop alasannya yaitu beliau tau beliau harus tepati janji.

Jelaskan juga perihal perasaannya, sejajarkan mata kita dengan mata beliau "wah jikalau muka Xylo menyerupai ini artinya Xylo sedang marah. Xylo murka dan kecewa pada ibu alasannya yaitu dihentikan nonton lagi, padahal nonton itu seru ya? Tapi kan tadi sudah berjanji, ayo kini matikan laptopnya. ". Ulang dan ulang hingga ia mengerti.

Kalau manis, maka puji! Anak bahagia sekali dipuji alasannya yaitu keputusannya mematikan laptop menyerupai diapresiasi.

Konsisten dan kesabaran yaitu kuntji!

(Baca: Kebiasaan Baik yang Harus Bebe Lakukan)

Tinggalkan anak jikalau kita lagi bete

Buibu yang sendirian di rumah, sabar ya huhu. Kalau saya lagi kesel banget sama Bebe daripada teriak mendingan tinggalin dulu aja. Soalnya teriak nggak akan ngaruh sama teriakan lagi.

Kalau menerapkan tips-tips di atas saya jamin saat anak meltdown ngamuk heboh, yang dirasakan bukan lagi kesel tapi pengen ketawa. Kadang ngerasa lucu aja sama jalan pikiran Bebe yang ajaib. Dan alasannya yaitu kitanya tidak berteriak, kita juga akan lebih santai dan tidak stres. Kalem ajah, namanya juga anak kecil. Jangankan dia, kita aja jikalau emosi suka ingin teriak dan nangis kan.

Lagi dua tahun ini beliau sudah tahu mengungkapkan sayang. Sering peluk-peluk dan cium-cium brutal saya sambil bilang "cium ibu kelas-kelaaasss!". Makara yah, lucu HAHAHAHAHA. Anak sendiri dibilang lucu terus lah bodo amat.

Kenapa sih emangnya jangan dimarahi? Karena most of the time, anak nggak melaksanakan kesalahan. Dia nggak pukul temennya, beliau nggak salah lah pokoknya, cuma mau melaksanakan hal nggak masuk logika orang remaja aja jadi ngapain dimarahi? Malah kitanya capek sis, yang dimarahi juga akan tetep nangis.

Udah sih itu aja. Terrible two is still long way to go and there's still threenager phase lol.

Being a mom of toddler is how to cope with never-ending tantrums so take it as your daily dose of humor. Giggle instead of scream back. Don't be a tantrum toddler in front of your tantrum toddler. Be happy! :D

*ngomong simpel amat sis lolol*
*dih btw jadi kangen modern family amat*

-ast-

Detail ►

Hal-Hal Yang Aku Pelajari Dari Agresi 212

foto: Republika

Ya, dari agresi 212 kemarin itu saya berguru banyak. Banyak sekali. Hal positif dan hal negatif yang jadi pengingat diri sendiri.

Sebelum agresi pertama 411, saya banyak cincong pada orang yang tetap pada pendirian jikalau agresi ini murni bela agama. Saya keukeuh itu bullshit, agresi itu politis.

Baru di 212 kemarin saya melihat mereka memang membela agama. Minimal tidak ada yang terlihat di kamera TV teriak "bunuh Ahok". Orang-orang yang berkumpul ini membela kepercayaannya.

Baca punya Nahla: 212
dan punya mba Windi: Catatan Aksi Bela Islam 212

Ini hal-hal yang saya pelajari dari agresi 212 kemarin:

1. Aksi sanggup berjalan hening alasannya yakni tujuannya baik


Ya, sebagian besar tiba dengan tujuan zikir, doa, dan salat Jumat bersama. Masa mau bilang tidak baik. Banyak teman yang ikut dengan alasan "kapan lagi salat dengan jamaah sebanyak itu" atau "serasa sedang umroh alasannya yakni berkumpul dan berjalan dengan sesama muslim dalam jumlah banyak".

Whoa saya gres terpikir hingga ke sana. Seperti umroh, mungkin iya juga. Padahal di Jakarta, Jakarta rasa Mekkah.

2. Rumput aman, Monas bebas sampah

Katanya saling mengingatkan ya untuk tidak membuang sampah dan tidak menginjak rumput. Terharu sekali. Kalau diaplikasikan pada hidup sehari-hari niscaya Jakarta rapi. Soalnya saya sering berantem sama orang gara-gara orang buang sampah sembarangan huuuu. 👎🏻

3. Orang baik itu masih banyak

Ada seorang bapak renta yang hilang kemudian ditemukan. Pedagang memberi dagangannya gratis. Sungguh berbuat baik sanggup dengan cara apa saja. 😊

4. Tidak semua orang sanggup berlaku adil

Begini, ketika agresi siang 411 hening ada yang tetap merusuh dengan berteriak "bunuh Ahok" ya akui sajalah bahwa ketika itu memang tidak sedamai itu. Bahwa itu menciptakan takut banyak orang. Mungkin alasannya yakni tujuannya kurang jelas? Datang kemudian apa? Kalau kemarin kan jelas, tiba untuk salat berjamaah dan doa bersama.

Sebaliknya juga ketika agresi 212 damai, ya akui juga dong damai. Ada beberapa teman yang keukeuh mencari-cari kesalahan. Dan hanya share jelek-jeleknya saja.

Saya jadi gemes sendiri sama orang-orang model begini. Saya masih tidak oke aksi, tapi kenyataannya hening kok. Masa mau maksa-maksa tidak damai.

Catcalling? Yah, regardless agamanya apa, cowok-cowok di Indonesia emang hobi amat catcalling. 😭

Cuma emang miris sih jikalau tujuan mau zikir dan doa tapi di jalan catcalling cewek. 😪

5. Jangan mengabaikan fakta dan logika

Ya, mungkin terbawa euforia. Tapi tidak lantas menjelekkan media yang menyebut penerima agresi hanya 1juta misalnya. Itu tidak asal hitung loh, ada metodenya. Keukeuh 7juta tapi ditanya cara menghitungnya gimana malah pribadi emosi "situ ga ikut kan ga usah iri dengki begini lah!"

Lha. Logikanya nggak sampai. Bukan saya yang bikin status jadi saya speechless sama yang komen. Mau ikut komen tapi ah sudahlah.

Kalau memang ikut dan merasa di sana banyak orang, tidak usahlah pedulikan angka. Kalau mau peduli angka, ya harus peduli juga cara menghitungnya. Angka kan ilmu pasti.

6. Sombong itu macam-macam modelnya

Sebagai orang yang sering dibilang congkak oleh Nahla, saya merasa kesombongan saya nggak ada apa-apanya dibanding orang-orang ini. Hahaha. Ya apaan sombong saya cuma level 2 tahun 2 juta views buat blog. Hampir nggak pernah nulis status soal blog, sekalinya bikin pribadi dicap congkak. 😂

Ada yang menulis kurang lebih begini "ah agresi kemarin biasa saja, tidak istimewa, mengumpulkan massa atas nama agama itu tidak perlu dibanggakan alasannya yakni sering terjadi di aneka macam negara dan aneka macam agama." Kemudian dia dibully.

Ya mau nggak gembira juga silakan sih, terserah deh. 😂 Tapi jikalau ada orang bangga, ya semoga juga. Orang kan punya pendapat masing-masing.

Ada juga yang menulis jikalau ratusan ribu orang tiba untuk istigosah itu sudah biasa. Dia menyebut satu kota di mana orang memang rutin tiba berbondong-bondong untuk berdoa bersama. Mereka tidak perlu liputan media juga tidak perlu pamer apalagi hingga foto-foto kemudian di-share di sosmed.

Masnyaaaa, masa ke Monas terus nggak foto-foto. Ke Monas dan foto itu mandatory. Ini nggak sarkas ini beneran. Ya kan? 95% orang yang pertama kali ke Monas niscaya foto lah. Monas kan ikonik.

7. Polisi sanggup juga menarik simpati

Bukan, bukan urusan polisi ganteng. Tapi cara mereka menarik simpati dengan menggunakan juga peci putih. Semua polwan berjilbab rapi. 👍🏻

8. Saya lupa jikalau paspampres itu tentara

Hahahaha yang ini bodoh. Abis paspampres Jokowi kan SELALU pake batik ya, sama kaya ajun biasa. Maksudnya ajun yang lulusan IPDN gitu bukan tentara.

Kemarin pake seragam tentara uhwoowww. Kaprikornus terasa jikalau Jokowi presiden. Biasanya nggak kerasa hahaha. Ya memang dia nggak mau kaya presiden sih, malah Syahrini yang di jalan pake dikawal motor bersirine, Jokowi dan keluarga nggak pernah. 😪

9. Jokowi masih disayang banyak orang

Banyak ibu-ibu yang saya pikir anti Jokowi (karena dia antek Cina 😪) ternyata ikut mengunggah foto Jokowi dengan caption "presidenku". 😍

Dan itu banyaaakkkk. Nggak cuma di Facebook tapi juga di Instagram. Luvvvvv. ❤️

10. Media harus melindungi pekerjanya

Sebagai pekerja media saya murung banget liat video wartawan dilecehkan. 😭

Bukan salah dia loh beneran jikalau medianya nggak berimbang. Yang di lapangan kan berangkat liputan dan meliput apa menurut aba-aba di kantor. 😭

Iya media banyak yang tidak berimbang, tapi tidak lantas membenarkan pelecehan wartawan dengan "salah sendiri beritanya ga imbang!" Melecehkan wartawan sama tidak benarnya dengan menciptakan informasi tidak berimbang.

Btw soal media tidak imbang, jikalau TV memang susah krosceknya ya, tapi jikalau media online kan gampang. Orang kini simpel tuduh, apaan nih media ga berimbang padahal gres baca satu berita.

Woy, search dulu kali informasi yang lain. 😩

Karena informasi kan ditulis berdasar konteks. Misal sedang menulis informasi Ridwan Kamil sanggup penghargaan apa gitu, kan tidak nyambung jikalau ditambah background Bandung banjir.

Tapi bukan berarti tidak imbang kan? Kecuali ketika Bandung banjir tidak diberitakan. Kaprikornus jangan terlalu simpel judge media tidak imbang.

Yang tidak imbang itu yang konsisten share informasi hoax dan menjelek-jelekkan orang terus. Mereka bahkan bukan pers, mau dilaporkan ke dewan pers juga tidak terang forum yang menaungi apa, apalagi ngomong kode etik jurnalistik, JAUH. 😪

Itu aja sih.

*

Saya bersyukur aksinya hening jadi sanggup pulang cepat alasannya yakni jalanan kosong sekali. 😊

Saya tentu masih percaya ada pemeran politik ikut menunggangi tapi mereka memang tidak peduli. Orang-orang ini tiba dan berkumpul, membela apa yang mereka imani apa yang mereka percaya. Urusan politik bukan urusan mereka, jikalau pun ditunggangi semoga Tuhan yang balas. Setidaknya mereka berpikir demikian dan itu cukup. 😊

-ast-

Detail ►

Little Things That Matter


Hi gaes!

Duh abnormal lama-lama blog ini isinya kaya vlog gitu di mana saya cuma nulis aja pas saya mau nulis, entah ada maknanya bagi pemirsa atau nggak. Sama kaya vlogger model hari ini masak ya beliau vlog masak, hari ini nggak tau mau ngapain ya beliau bilang di video jikalau hari ini nggak tau mau ngapain lol.

KE MANA ANNISAST BLOGGER PARENTING ITU HAHHH? YANG SUKA MEMBERI TIPS DAYCARE DAN KEHIDUPAN BERSAMA ANAK BALITA? KE MANAAA?

Auk ke mana. Butuh pasokan energi ekstra dalam bentuk waktu membisu yang agak lama, untuk meresapi maunya apa sih taun ini? Rajin blogging nggak, vlogging juga nggak, rajin kerja sih iya alasannya ialah takut nggak gajian hahahaha.

Terus saya mikir. Maklum lah ya jikalau diem niscaya jadi banyak mikir. Memikirkan harapan dan resolusi yang tumben belum dibentuk dalam bentuk image dan dihias. Masih di notes belaka.

Karena resolusi kami tahun ke tahun itu semuanya big things! Model pemasukan sebulan nambah sekian, beli barang A, barang B, ini itu, Bebe daftar pre school, ini itu. Semua BESAR banget. Nggak ada resolusi sederhana macam olahraga, atau sarapan buah alasannya ialah ah sudahlah kebanyakan teori hahahaha. Kalau bikin kalian semangat sih nggak apa-apa tapi kan sebenernya mulai hidup sehat mah dapat kapan aja dilakukan ASAL NIAT.

Kemudian saya memikirkan hal-hal penting tapi kecil ... dan gampang dilupakan ... menyerupai ...

... memanjakan JG. IYA JG BUKAN BEBE. Soalnya dulu pas belum ada Bebe, hidup JG 100% saya yang atur banget level mau main futsal aja saya yang pack barangnya semua, temenin main, beresin sehabis main.

Sekarang kasian huhu pergi ke kantor aja siapin semuanya sendiri alasannya ialah saya siapin bawaan Bebe ke daycare. Aku nggak dapat banget deh sayang sama dua orang di waktu yang sama. EGIMANAAA? 😂

Ya saya akan berusaha!

JG, I know you read this, you've never told me to do this or that and you always patiently take care of me but I'll try too! ❤️

Nggak usah nambah sayang-sayangin Bebe alasannya ialah overflowing banget takut malah jadi manjain. Hahahaha. Ditegur kemarin sama JG "kenapa sih cium-cium Bebe terus?" padahal udah mau telat pergi kerja. Gendong, cium, ambil tas, cium, beres-beres baju Bebe, cium. Cium anak bayi kenapa candu ya.

*sebel amat mau pake kata 'candu' tadi mikir dua kali hihhh gara-gara awkarin* 😪

Saya juga mau lebih menerima, berdamai dengan keadaan, nggak banyak berantem sama JG maka saya akan demand ke JG plis jangan ngajak saya berantem hahahahaha.

Intinya itulah. Tahun ini rasanya kok pengen menata diri, pengen mencari maunya apa sih hidup ini? Mau kerja terus hingga pensiun? Mau resign atau keliling dunia semoga kaya the real millennials? Mau apa?

Mau berguru makeup semoga makin jago. Mau namatin jadi semua Disney Princess terus di-featured BuzzFeed *tetep*. Ternyata makeup huruf itu tantangannya luar biasa ya alasannya ialah menirukan kan. Gimana caranya pipi dapat chubby? Gimana caranya mata sipit? Gagal mah nggak apa-apa namanya juga nyoba pertama kali lol. Lumayan buat ngetawain diri sendiri aja. 😂


Terus review palette eyeshadow yang belum kesampaian satu pun. Mau lebih banyak berguru soal makeup dan edit video semoga jagoooo!

Dan gongnya adalah, tahun ini saya dan JG punya 2 channel YouTube terpisah!

Iya soalnya dari kemarin gundah kok channel saya isinya campur aduk. Jadinya mau dipisah aja, channel saya isinya beauty dan girly things lain sementara channel JG isinya vlog, parenting, keluarga, Bebe, endebre endebre. Thanks to Chandraliow dan Agung Hapsah, JG jadi mau edit video lagi hahahahha alasannya ialah kompetitip liat video mereka keren lol.

Nonton video pertama JG di sini yaaa. SUBSCRIBE YAAAA.


Kalau dari segi barang saya belum pengen apa-apa sih. Malah ngurangin barang banyak banget. Di Bandung keluar 4 karung baju, kemarin di Jakarta keluar lagi 2 karung. Ini bangkek nih, kerasanya hal kecil banget, ah baju doang. TAPI kenapa baju jadi banyak?

(Baca: Suka Menumpuk Barang? Hidup Minimalis Yuk!)

Pertama dulu pas kuliah saya seneng banget beli baju. Zaman-zaman masih ngikutin musim dan baca semua website fashion plus langganan majalah fashion. Baju-baju lalu sayang dong dibuang juga soalnya dulu belinya mahal huhu. Dulu beli baju uangnya dikasih ayah jadi nggak sayang beli mahal, kini pake uang sendiri mah bhay.

Kedua, baju kami harus banyak alasannya ialah JG males nyuci hahahaha. Kasian capek. Ke laundry pun effort packing dan jalan kan. Sejak beli mesin cuci, nyuci lancar jaya dan kami jadi nggak merasa butuh baju banyak.

Apalagi ya? Yang kecil-kecil tapi penting? Kayanya banyak hahahaha. Ya termasuk rajin menulis semoga waras dan rajin vlogging semoga skillnya nambah. Ingin beli printer buat nyoba-nyoba printable dan bikin diy. Terus apalagi yaaaaa. Ayo dong beri inspirasi lol.

Kalau ngomongin yang besar malah inget, kasian yang kecil-kecil huks. Goal terbesar tiap tahun semenjak punya Bebe sih nyelesain dana pendidikan Bebe jadi nanti uangnya dapat buat yang lain huhu. Gila hingga nggak nafsu liburan atau apa, setiap punya uang dimasukin buat uang sekolah Bebe. Punya anak seheboh itu adek-adek, jangan pada buru-buru nikah ya.

Yeah.

Itu ajalah. See you when I see you!

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Menikah Dalam Satu Kata


Begini, menikah sama sekali bukan hal sederhana. Apalagi harus merangkumnya dalam satu kata.

Tapi bagi saya ada satu kata. Kata ini sungguh selalu menciptakan saya tersenyum dan kadang menarik napas berat. Ya, menikah itu bukan hal yang ringan. Meskipun juga tidak berat.

Baca Menikah dalam Satu Kata berdasarkan Nahla

Saat masih anak-anak, menikah sesederhana punya keluarga. Menikah yaitu tiba ke pesta ijab kabul om dan tante kemudian tak usang mereka punya anak yang jadi sobat bermain kita. Hai para sepupu!

Beranjak remaja, definisi menikah mulai jadi sedikit rumit. Baru kenal dengan jatuh cinta, menikah yaitu hidup berkeluarga dengan orang yang kita pilih. Mulai juga menyadari kalau ada yang berhenti menikah alasannya yaitu banyak hal. Ayahnya jahat kabur dari rumah, ibunya tega sekali mau bercerai padahal tidak bekerja, kasihan anak-anak. Ya, kasihan anak-anak. Anak-anak itu, teman-teman kita dulu.

Dulu. Sekarang tentu tidak, saya tidak pernah mau judge orang menikah, belum menikah, tidak menikah, atau berhenti menikah. Belum punya anak atau tidak mau punya anak. Siapa yang jahat siapa yang salah.

Semua orang punya pilihan sendiri tapi ketika pilihanmu menikah, tak sanggup dihindari ada sebagian hidup yang berubah. Sebagian menjadi lebih kasar alasannya yaitu membangun keluarga butuh semangat luar biasa. Sebagian menjadi lebih malas alasannya yaitu untuk apa lebih semangat kalau leyeh-leyeh pun bahagia? Kalau tanpa bergerak dari kasur pun sarapan sudah siap sedia? *MAKASIH LOH SUAMIKU* lol

(Baca: Menikah Bukan #lifegoals)

Makara di usia saya yang ke-28, sudah tiga tahun menikah, apa satu kata yang sanggup merepresentasikan pernikahan?

KOMPROMI. COMPROMISE. COMPROMETTRE.

Yang terakhir bahasa Prancis. Just because. Google translate kok tenang aja. Artinya sama kok.

*skip*

kom.pro.mi
[n] persetujuan dng jalan tenang atau saling mengurangi tuntutan (tt persengketaan dsb): kedua kelompok yg berselisih itu diusahakan berdamai dng jalan -- source 

Ya apalagi untuk alpha female menyerupai saya, konsep ijab kabul yang sungguh patriarki itu really, super hard. Oke menikah BISA tidak patriarki tapi para suami naturalnya ingin jadi memimpin. Mungkin alasannya yaitu semenjak kecil dibesarkan dengan pria harus berpengaruh (oh well wanita JUGA), pria harus sanggup mengambil keputusan (IYA DAN PEREMPUAN JUGA). Laki-laki harus begini harus begitu yang padahal harus sanggup dilakukan semua manusia. Tidak peduli pria atau perempuan.

Padahal saya sudah menikah dengan JG yang well, cukup feminis untuk ukuran suami Indonesia. Kami tidak menggunakan konsep kiprah istri atau kiprah suami alasannya yaitu menyerupai yang JG bilang sendiri, ia mencari istri bukan mencari pembantu.

Jangan tersinggung dulu, kalau kalian istri-istri yang sukarela melayani suami sih ya ahli lah. Dan suami kalian harus appreciate itu, dengan beliin tas gres tiap bulan contohnya 😂 Ya atau beliin apalah yang kalian suka.

Konteks "pembantu" di sini yaitu suami-suami yang mau enaknya aja. Misal istrinya kerja, istrinya juga yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, diizinkan pake pembantu tapi istrinya yang disuruh bayar honor alasannya yaitu pekerjaan rumah kan pekerjaan istri! Udah gitu anak mulai usia sekolah istrinya juga yang harus antar jemput. Suami-suami keterlaluan menyerupai ini loh yang kami maksud dengan "hanya ingin dilayani".

Tapi tetap saja, sudah menikah dengan orang yang saya pilih sendiri pun tetap ada hal-hal yang menciptakan saya merenung dan berpikir "kenapa menikah sesulit ini? kenapa dulu gue pengen banget nikah sih?" 😂

Apalagi saya bekerja. Alpha female senang bekerja dan menikah itu nggak sanggup diwakilkan dengan kata selain kata kompromi. Paling sederhana, saya dan JG sama-sama harus lembur. Siapa yang harus jemput Bebe? Saya.

Sungguh saya masih ingin kerja juga! Tapi ya, saya menyerah dengan suka rela dan pulang lebih cepat untuk menjemput Bebe. Kalian sanggup bilang "iyalah lo ibunya!" Lha JG juga bapaknya, apa bedanya?

Dan banyak hal lainnya. Yang masuk akal bahwasanya alasannya yaitu kami dibesarkan dengan cara berbeda, melewati dua puluh sekian tahun dengan cara berbeda, sebelum balasannya bertemu dan tetapkan membuatkan pengalaman bersama. Meski 90% kami melihat duduk masalah dengan cara sama, ada 10% nya yang benar-benar berbeda dan itu sedih.

T________T

Saya dan JG jarang sekali berbeda pendapat. Jaraaaanggg sekali. Kebanyakan dialog kami "iya ya? iya juga, iya sih, iya emang ya" makanya kalau tiba-tiba ada yang beda atau nggak oke tapi prinsipil itu ujungnya hampir niscaya berantem. Kalau nggak prinsipil paling lewat doang kan "nggak ya? berdasarkan kau nggak? okay"

Tapi kalau prinsipil. Sedih.

T________T

Saya berguru untuk membisu dan menerima. Saya berguru untuk tidak membahas hal-hal kurang penting. Saya berguru untuk menyadari sepenuhnya bahwa diri saya bukan lagi milik saya sendiri. Bahwa tidak semua hal sanggup 100% menyerupai yang saya mau. Pun membesarkan Bebe. Bahwa semua harus berawal dengan diskusi.

And trust me adek-adek yang belum menikah, it's harder than you think.

Awal-awal menikah saya masih berprinsip berpengaruh kalau semua duduk masalah ya harus dibicarakan. Lebih baik bertengkar tapi semua unek-unek keluar daripada membisu dan kesal.

Sekarang tidak. Sekarang saya sanggup membisu dan tidak kesal lama-lama. Sungguh pencapaian luar biasa. Karena berantem itu capek luar biasa. Belum lagi mengatur emosi supaya tetap di tone bicara normal dikala bicara dengan Bebe. Wow susah. Maka saya menentukan untuk tidak bertengkar.

Saya menentukan menunggu beberapa hari dan kemudian bilang baik-baik. Itu pun lebih baik via chat. Chat sanggup dibaca berulang, chat sanggup dibaca pelan-pelan. Chat penyelamat hidupku lol. Semoga yang bikin WhatsApp masuk nirwana ya.

Lagi jarang banget sebenernya berantem alasannya yaitu hal besar. Paling sering dan paling kesal itu berantem cuma alasannya yaitu capek. Capek itu sumber amarah luar biasa ya. Padahal cuma ngomong apa gitu yang sebenernya sanggup diketawain, tapi alasannya yaitu lagi capek jadinya tersinggung. Jadinya berantem. Aduh.

Hal-hal besar sih nggak akan saya ceritakan di sini ya, hal kecil aja deh. Misal, JG selalu dengerin lagu kapanpun ia mau, sambil masak atau sambil basuh piring. Saya nggak suka dengerin lagu. Saya dengerin lagu kadang doang kalau lagi kerja alasannya yaitu saya nggak konsen! Apalagi kalau di rumah JG setel lagu, Bebe nonton film. Udah gitu dua-duanya ngajak ngobrol. Bisa dipause dulu nggak sih? Nggak suka banget ngobrol teriak alasannya yaitu suaranya ketutup sama lagu dan film.

Tiga tahun berlalu dan ya udah, nggak sanggup dipause ternyata gaes jadi ya daripada berantem maka saya membisu dan mendapatkan semua playlist dia. Ini hal terkecil dari kompromi alasannya yaitu kalau mau diberantemin sanggup banget. Tapi ah udalah, diem aja. Masa gitu doang berantem? Menjaga emosi itu menjaga kesehatan jiwa banget jadi saya sebisa mungkin nggak emosi sama hal-hal kecil.

Paling susah kalau lagi mens. Huhuhu. Saya benci kalah sama hormon tapi nangis ajalah supaya kalau lagi mens mah. Daripada berantem lebih baik nangis. Itu prinsip hidup HAHAHAHA.

(Baca: Tips Mengurangi Berantem dengan Suami)

Maka menikahlah sesudah melalui proses panjang wawancara! Jangan menikah tanpa kalian tahu bagaimana contoh pikirnya terhadap hal prinsipil. Karena jikalau tidak, kalian akan menghabiskan sisa hidup dengan berusaha mendapatkan perbedaan pendapat. Itu melelahkan dan bikin stres!

Nggak heran banyak istri-istri yang mengeluhkan suaminya di socmed. Kasian, sudah tidak tahu lagi mau dongeng pada siapa jadi bikin status supaya unek-unek sanggup keluar. Sini peluk, huhu.

Banyak juga group Facebook yang berbasis curhat untuk para perempuan. Saya pernah join beberapa hanya alasannya yaitu ingin tahu. Isinya ya gitu, curhat istri-istri suami saya begini suami saya begitu. Kemudian saya left group alasannya yaitu ngapain deh ah.

T________T

Saya percaya menikah dengan orang yang tepat itu less stressful jadi sabar aja yang belum nikah alasannya yaitu merasa belum nemu orangnya. Jangan menikah terburu-buru.

Dan hanya sesudah menikah saya gres sadar bahwa tidak ada ijab kabul yang sempurna. Kalau ada pasangan yang tampak perfect, maka percayalah itu hanya TAMPAK saja. 😂

Apalagi kalau kami dipuji oleh pasangan belum menikah "wah kalian seru banget ya nikah" IYA SERU BANGEEETT. HAHAHAHAHAH. Pasti berujung dengan JG menasihati "udalah jangan nikah buru-buru, pikir-pikir lagi aja" lol sialan.

Kalian tidak mau menikah? Good for you! Nggak apa-apa banget. Nikmati hidup tanpa harus berkompromi. Saya sendiri hingga kini galau kenapa saya mau nikah hahahahahha.

*

Demikian ngalor ngidul hari ini. Dan menyerupai biasa saya mau ikut nanya, apa satu kata yang paling mewakilkan ijab kabul berdasarkan kalian?

Bahagia? OH COME ON, jangan jawaban lame kaya gitu ya. Karena kalau nggak senang pikirkan ulang pernikahannya. Cinta? Yaiyalah kalau nggak cinta saya udah kabur ke ujung dunia sis. Ayo kata yang lain yaaa.

Jawab di kolom komentar atau bikin blogpost dan tag saya ya! :)

-ast-

Detail ►

Agama Dan Manusia

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini?

Saya seminggu yang lalu, dikala anak saya ke rumah sakit alasannya yakni demam. Mengisi form isian pasien, ada kolom agama tertera. Suami saya nyeletuk pada petugas rumah sakit "mas, anak saya belum tahu agama beliau apa, saya harus isi apa?" Petugas itu melongo setengah terkejut.

Suami saya tertawa dan petugas menarik napas lega, menganggap suami saya bercanda. Tapi bagaimana bisa bayi ditanya agamanya apa? Bagaimana dengan orang yang tidak beragama? Apa yang harus beliau tulis di sana? Mengapa rumah sakit bertanya agama?

Di Indonesia saya tidak tahu jawaban tepatnya. Mungkin sesederhana jika pasien meninggal, sudah terperinci akan diperlakukan bagaimana. Itu satu. Tapi saya masih ingin tau dan kembali browsing. Kali ini dengan bahasa Inggris. Ternyata alasannya beberapa, selain bisa minta request pemuka agama untuk menemani berdoa, yang terpenting yakni diet khusus alasannya yakni agama tertentu tidak makan makanan tertentu.

Ah ya, masuk akal. Setidaknya untuk kebijaksanaan saya.

*


Isu agama ini sedang kencang berhembus maka kami pun jadi agak sensitif jika ada pertanyaan seputar agama. Apalagi dari institusi kemanusiaan menyerupai rumah sakit, saya kan jadi membayangkan hal-hal absurd seputar orang dari agama lain tidak diterima masuk rumah sakit. Mungkin nggak?

Jujur, sebagai pemeluk agama dominan di negeri ini, saya akhir-akhir jadi sering merasa risih. Hanya alasannya yakni digoyang isu Pilkada, kaum Muslim (khususnya di social media dan chat group) menyerupai kehilangan sopan santun.

Belum lagi aneka macam yang share hoax dan kebencian. Berita nggak terperinci awal mulanya di-share dengan kalimat yang sama menggebu-gebunya. Atau justru di-share dan istigfar, padahal isinya entah benar entah tidak.

Dan ini terjadi pada semua lapisan sosial, bukan hanya dari kalangan yang tidak berpendidikan. Tidak masuk dalam kebijaksanaan saya ada orang yang kuliah master hingga luar negeri tapi share gosip dari situs abal-abal yang penulisnya entah siapa, kantornya entah di mana. Bagaimana mungkin bisa lulus kuliah tapi tidak bisa menyaring mana gosip yang masuk kebijaksanaan mana yang tidak? Mengapa menyerupai diliputi kebencian yang amat sangat?

Saya gerah, sungguh. Timeline saya sesungguhnya cukup kondusif dari status-status bernada melecehkan agama lain tapi ada saja yang tidak sengaja terbaca. Biasanya dari kolom komentar orang dan saya gundah maksudnya apa? Mungkin tidak sadar alasannya yakni terbuai topik "pemimpin kafir"?

Contohnya beberapa hari lalu. Ini mungkin teladan paling sederhana. Di status seorang teman, Muslim, ibu-ibu sedang mengobrol. Topiknya perihal pak mantan. Entah kenapa jadi ada pembicaraan soal babi. Ya, sungguh tidak nyambung bukan?

"Mereka mah babi aja dimakan ..."

???

Duh, memangnya kenapa jika agama lain membolehkan orang makan babi? Jijik alasannya yakni haram? Orang lain ada yang menganggap makan ceker ayam juga jijik lho. Makan jeroan juga jijik alasannya yakni penyakit semua.

Lagian kan bukan cuma Islam yang melarang makan babi. Agama lain malah ada yang melarang makan hewan sama sekali, makanya banyak anutan agama yang mengharuskan atau menyarankan pemeluknya vegetarian. Yahudi aja nggak boleh lho makan babi. Iya, haram.

Atau nalar yang lebih pusing lagi, kemarin ada yang komen begini di status sahabat saya (saya copas):

"Ada orang munafik yg berbuat baik kpd muslim, kemungkinan 1. Menginginkan massa pendukung yg kbtln mayoritas, 2. Mengejar kekuasaan 3. Untuk memecah belah umat (krn ada pihak yg dibikin enak, utang budi) Enggak mungkinlah ahok berbuat baik hanya mengharap pahala dari Alloh azza wa jalla yg jelas2 beliau tidak mempercayainya??"

Orang yang tidak percaya Tuhan mustahil berbuat baik?

Terbayang orang-orang yang satu agama dengan pak Ahok mungkin akan geleng-geleng kepala alasannya yakni mau berbuat baik pun dianggap tidak mungkin? Hanya alasannya yakni percaya Tuhan yang berbeda?

Apa beliau nggak tau aneka macam orang di dunia ini yang tidak percaya Tuhan itu ada dan mereka tetap berbuat baik demi kemanusiaaan? Berbuat baik dan tidak berharap pahala bisa banget lho. Makara sukarelawan sana-sini, volunteer hingga ujung Afrika demi bantu orang kelaparan. Dan mereka tidak beragama, tidak terpikir soal pahala.

Saya juga jadi bertanya-tanya, apakah orang-orang ini tidak mengenal orang baik yang beragama lain? Orang baik yang atheist? Orang baik yang agnostic? Orang baik yang deist?

Sindiran "mainnya kurang jauh" itu jadi makin terasa bukan lawakan lagi. Mungkin memang mainnya kurang jauh jadi cuma tau agama sendiri dan agama yang lagi dibenci orang-orang aja. Agama lain itu kan tidak sesederhana Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Apalagi jika lihat agama orang-orang sedunia, waduh terlalu sesak jika agama dan kepercayaan hanya dibatasi oleh enam koridor menyerupai yang diakui negara kita.

Agama itu banyaaakkk sekali. Alirannya juga banyak. Para pengikutnya tentu merasa agama yang mereka peluk itu benar. Tidak usah saling membantah. :)

*

Sebetulnya, *tarik napas dulu* saya tidak peduli pilihan gubernur kalian siapa. Itu urusan langsung kalian dengan bilik suara. Pilih gubernur melihat agamanya silakan, pilih gubernur lihat rekam jejak silakan, anutan pemercaya gubernur bukan pemimpin juga silakan.

Yang saya duka adalah, banyak yang jadi terpancing untuk menghina pemeluk agama lain. Hanya alasannya yakni satu orang "menghina agama Islam" kemudian jadi pembenaran bagi para pemeluk Islam untuk menghina agama lain. Kan tidak begitu sis dan bro.

Kalian tidak terima ada orang menghina agama yang kalian peluk tapi kalian sendiri JUGA menghina agama lain. Makara menghina agama lain boleh tapi jika agama kita dihina kita marah? Itu sama halnya dengan kalian memarahi anak yang merebut mainan dari anak kalian, tapi ketika anak kalian merebut mainan anak lain kalian tidak marahi. Double standard, at its worst!

Seperti pak haji yang teriak akan memberi uang satu miliar untuk yang bisa membunuh Ahok. Kalau an eye for an eye and a tooth for a tooth diambil literal begitu mah banyak orang buta dan ompong di dunia ini, serem dong. Satu orang bunuh orang lain. Keluarga yang dibunuh balas membunuh, balas-balasan membunuh terus hingga insan punah.

Sungguh agama tidak mendefinisikan manusia.

"Kita bela agama, jika tidak begini Kristenisasi semakin merajalela!" Oh, bela agama semenjak Pilkada kemarin ini potongan dari Islamisasi? Membuat orang ingin masuk Islam kah?

Malah teman-teman non-muslim bertanya:

"Kalau mau jadi ustaz di Islam itu syaratnya apa ya? Kok banyak ustaz share kebencian dan hoax."

...

krik krik

...

NGGAK ADA.

Semua orang bisa jadi ustaz. Self-proclaimed juga bisa, mencar ilmu agama dan hafalin ayat semoga bisa kutip sana sini maka anda bisa melayakkan diri jadi ustaz. Coba jadi pastor atau pendeta, level yang harus dilalui banyak sekali. Dari sekolah seminari hingga wawancara ini itu. Nggak gampang.

Makara tolonglah jangan simpel percaya dan mengutip ustaz A ustaz B, pilih ustaz kalian baik-baik alasannya yakni semua orang juga bisa jadi ustaz.

Eh sesudah jadi ustaz malah share hoax. Ceramah di mesjid bawa-bawa partai, bawa-bawa "jangan pilih pemimpin kafir". Suami saya menghitung benar, semenjak urusan pilkada ini salat Jumat selalu disisipi unsur politik. Tapi ketika turun ke jalan teriaknya "kami bela agama, ini bukan duduk kasus politik!" Ya gimana, semenjak awal urusan agamanya dicampur sama politik kok.

Ibu saya malah terang-terangan diminta menentukan satu partai tertentu dikala Pilpres lalu! Di pengajian! Saya nggak habis pikir gimana caranya lagi mengkaji Al-Quran terus tiba-tiba pak ustaz bridging ke nama partai.

T______T

Saya tidak bilang semua ustaz menyerupai itu makanya pilih guru agama kalian baik-baik. Lihat latar belakangnya, mencar ilmu agama di mana, sudah mencar ilmu berapa lama. Banyak kok ustaz-ustaz yang tidak menyebut diri sendiri dengan sebutan agamis (seperti ustaz, habib, dan lain-lain) tapi justru teduh, damai, dan tentu tidak share hoax apalagi kebencian. :)

*

Kalau sudah begini "pemakluman" saya cuma satu. Umat Islam di negeri ini merasa superior alasannya yakni agama mayoritas. Jadinya lupa lah pada Pancasila, lupa jika negara ini bukan negara yang berbasis agama. Bhinneka Tunggal Ika mah lupa, auk ke mana.

Saya jadi khawatir sekali lama-kelamaan isu agama ini melebar dan jadi mengkotak-kotakkan kehidupan sosial lebih parah lagi. Mau belanja ke pasar, nanya dulu agama penjualnya apa? Atau terparah malah dipisahkan pasar muslim dan non-muslim. Install ojek online ditanya agama apa semoga sesuai diantarnya sama yang se-agama. Lebay? Kecenderungannya ke sana loh. :(

Padahal kekerabatan vertikal yakni kekerabatan yang paling pribadi. Hubungan vertikal itu penting tapi horizontal juga tak kalah pentingnya.

Nggak bisa kita men-judge seseorang taat beragama hanya dari bajunya yang tertutup dan longgar. Nggak bisa juga kita men-judge seseorang kafir hanya alasannya yakni baju dan celananya ketat. Yang berhak menilai kadar keimanan seorang insan bukan insan lain. Ya? Ya.

Apa gunanya pakai atribut agama tapi hati dipenuhi kebencian? Dipenuhi kecurigaan? Merasa paling benar, merasa paling mahir hingga berani menyindir orang yang berbeda kepercayaan.

Ayolah kita hidup damai. Tanpa mengecilkan orang apalagi agama lain. Saling menghargai apapun agamanya, sukunya, rasnya, warna kulitnya. Pisahkan urusan menentukan gubernur dengan urusan lain. Karena sungguh, urusan Pilkada ini urusan remeh dibanding perpecahan negara hanya alasannya yakni kita tak bisa menjaga emosi di dunia maya.

Hidup bersosialiasasi niscaya lebih indah jika saling pundak membahu, saling membantu, saling melihat kebaikan masing-masing dan bukannya terus menerus mencari kejelekan orang lain. Ayo berpegangan tangan kaya di buku PPKN zaman dulu, baju kawasan boleh berbeda-beda tapi tangan saling bertaut dan tersenyum mengelilingi bola dunia. :))))

*

Kapan terakhir kali kau ditanya apa agamamu di dunia ini? Siapa yang bertanya?

-ast-

Detail ►

Untuk Kalian, Ibu-Ibu Yang Gres Saja Melahirkan Anak Pertama


Ini untuk kalian yang ketika ini mungkin masih berada di bidan atau rumah sakit. Dengan luka di vagina yang menciptakan khawatir untuk ke kamar kecil apalagi untuk buang air besar. Atau dengan luka di perut yang berdenyut. Sama saja. Tidak apa. :)

Lihat ke sebelah kalian, ada insan kecil tidak berdaya. Tubuhnya ringkih, jari-jarinya tak lebih panjang dari satu ruas jari kita. Ia menggunakan baju yang kita belikan berlusin-lusin. Setumpuk baju kecil yang dicuci dan disetrika dengan senang hati.

Si bayi kemudian terbangun. Matanya belum bisa membuka sepenuhnya. Pandangannya masih blur, mencoba memahami dunia.

Pelan-pelan saja, anakku sayang. Dunia akan menunggu. Menunggu kau cukup waktu untuk mengerti kejamnya sindiran teman-teman ibu dan teman-teman nenekmu perihal segala tetek bengek pengasuhanmu.

*

(Baca: Dear, Working Mom)

Cobaan pertama sebagai ibu dimulai. Air susu yang diperlukan banjir mengalir usai melahirkan belum juga keluar. Baru hari pertama dan perawat yang tidak erat malah memaksa memberi susu formula. Ibu dan mertua juga memperlihatkan membelikannya. Orang-orang ini, nenek bagi si bayi malah ikut panik sebab omongan perawat yang tidak masuk akal.

Ya tidak masuk akal, kalian sudah tahu benar bahwa lambung bayi hanya seukuran kelereng dan ia bisa bertahan hidup tiga hari tanpa makan apapun. Tapi tolong, bisakah seseorang menjelaskan ini pada suster? Pada ibu? Pada mertua?

Stres, air mata mulai menetes. Kepercayaan diri yang sudah susah payah dibangun bahwa kalian niscaya bisa menyusui mulai runtuh. Kalian mulai menangis dan murka pada suami. Marah pada ibu dan mertua yang terlalu gampang dipengaruhi dan tak percaya anak sendiri.

Sabar ya, kalian. Sungguh tidak ada lagi kata yang sempurna selain sabar. Sabar, ini hanya akan jadi satu dari jutaan cobaan kesabaran. Dari banyak sekali perselisihan hanya sebab kalian mempertahankan pendapat perihal anak kalian

Saya bisa bilang begitu sebab saya pernah ada di sana. Makara kalian tenang saja, bila butuh teman, ada saya di sini.

Saya yang menyusui anak saya di hari kedua sebab hari pertama saya terlalu lelah melahirkan dan transfusi darah. Juga sebab di hari pertama gula darah anak saya terlalu rendah sehingga ia butuh supply 2 ml susu formula. Diteteskan ke mulutnya dengan pipet. Tidak apa-apa.

Tidak apa sebab mungkin tanpa itu anak saya entah bagaimana sebab ia lahir dalam kondisi lemas. Tapi 2 ml yang menyelamatkan anak saya itu jadi 2 ml susu formula pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Berikutnya saya terus menyusui. Saya menyusui dengan puting pecah. Setiap ia menangis saya akan katupkan verbal rapat-rapat, menyiapkan diri untuk rasa sakit. Rasa sakit yang kemudian menjadi terbiasa, menjadi kebal, sebab toh tak kunjung sembuh.

Sampai verbal kecil itu melekat pada puting, dan rasa perih itu mulai menjalar. Tak peduli seberapa berpengaruh areola dijejalkan, hanya puting yang berusaha ia isap, maklum si bayi masih belajar. Pun dengan saya yang sebenarnya sudah khatam teori perlekatan. Tetap saja, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengepalkan tangan kuat-kuat, berdoa supaya saya diberi kekuatan untuk tetap bisa keras kepala.

(Baca: Catatan 6 Bulan Ng-ASI)

Saya juga menyusui dengan kondisi bayi kolik, perutnya sakit sebab kembung. Sialnya, ia kolik sebab terlalu usang menyusu, menyusu sebab menangis, menangis sebab kolik, mbulet, pusing. Dan saya hanya bisa menangis. Menangis bersama bayi saya yang menangis.

Saya tidak lagi tahu hari apalagi tanggal. Yang saya tahu saya harus terbangun satu jam sekali. Tanpa tahu lagi mana siang mana malam. Saya hanya menyusui satu jam dan tidur satu jam. Makan pun disuapi. Mandi pun bila sempat, itu pun terburu-buru.

Karena di antara kecipak air mandi selalu terbayang bunyi tangis bayi, tangis bayi yang hampir selalu hanya bayangan. Makara mandi pun tak pernah tenang. Ah, masa-masa itu. Masa-masa di mana ASI bisa menyembur hanya sebab saya senang bisa mandi. :')

Lelah sekali. Tapi saya yang beruntung punya support system yang luar biasa sehingga saya bisa menyusui sambil bekerja dengan lancar. Sampai tiga tahun kemudian. Iya, saya menyusui anak saya hingga ahad lalu, hingga usianya 2 tahun 10 bulan.

Makara untuk kalian ibu-ibu yang gres melahirkan anak pertama, saya ingin bilang bahwa menyusui itu tidak mudah. Sama sekali tidak mudah. Jangan bayangkan iklan televisi dengan ibu dandan elok rambut rapi, menyusui bayi yang tidur dengan damai. Tidak seindah foto-foto aesthetic di Instagram. :)

Tidak. Menyusui itu sulit dan harus melewati proses belajar. Menyusui itu proses perkenalan antara bayi dan ibu. Ya meski ia sudah menemani kita 9 bulan, bukan berarti kalian saling mengenal. Kenali ia lewat sentuhan, lewat pelukan, lewat dialog yang mungkin akan terus ia kenang.

(Baca: 13 Hal yang Hanya Bisa Dimengerti Ibu Menyusui)

Untuk kalian yang menyusui dengan puting yang datar atau malah masuk ke dalam, percayalah kalian niscaya bisa! Ayo ke konselor laktasi, ayo ke coba dengan masukan seluruh areola ke dalam verbal bayi, ayo kalian niscaya bisa!

Kalian tidak sendirian, banyak sekali ibu-ibu lain yang juga berputing datar namun kesannya sukses menyusui. Bahkan banyak ibu yang tidak pernah hamil, mengadopsi anak dan juga sukses menyusui. Usahakan sebaik mungkin, sekeras kepala mungkin, sekeras motivasi kalian akan bayangan susu formula yang uangnya bisa dibelikan lipstik atau skin care. :)))))

Tetap tidak bisa atau ASI tetap entah ke mana? Sudah tidak apa-apa. Manusia hanya bisa berusaha mencari jalan, kesannya tetap Tuhan yang menentukan. Seperti yang sudah saya pernah bilang, ASI itu rezeki. Yang gampang maka bersyukurlah, yang kesulitan maka percayalah Tuhan akan beri rezeki dalam bentuk lain.

Sekali lagi, bila kalian butuh teman, saya di sini. Juga teman-teman saya. Kami akan jadi pemandu sorak bagi kalian semua! SEMANGAT SEMUANYAAAA! *kibas pompom*

Share ke sahabat kalian yang gres melahirkan! :)

(Baca postingan Tentang ASI/Manajemen ASIP untuk ibu bekerja ya! KLIK!)

Jangan lupa follow saya di Instagram ya @annisast!

Detail ►

Money Can't Buy Happiness

Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.

Sering banget dong ya denger quote itu? Apalagi lagi Jakarta Great Sale gini plus abis THR-an. Rasanya bahagiaaaa dapat belanja tanpa takut ganggu cashflow bulanan. Hahaha.


Tapi kemarin saya baca caption Instagram temen Sekolah Menengan Atas JG dan jadi terenyuh. Dari mana jelasinnya ya.

*malah galau sendiri lol*

Oke pertama, “Money Can’t Buy Happiness” biasanya diterjemahkan bebas dengan “orang kaya juga belum tentu senang kok”. At least saya dulu selalu menerjemahkannya menyerupai itu. Dulu sebelum saya overthinking sama segala hal hahaha.

Nah dengan definisi sesempit ini, lahirlah frasa bantahannya ya kan:

Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.

Terus saya sempat yang … iya juga ya hahahaha. Prinsipnya ya asal ada uang, bayarlah kebahagiaan itu. Cari escape lain yang dapat dibayar dengan uang.

Saya ngikutin beberapa anak orkay di Instagram, salah satu dari mereka pergi-perginya ke daerah yang saya nggak pernah tau sebelumnya hahaha. Karena traveling ke daerah mainstream itu lame untuk orang kebanyakan uang ya nggak?

Tapi semakin saya remaja *sigh* saya merinding sendiri dengan anggapan semua dapat dibeli dengan uang alasannya yakni ya, bener-bener nggak semua hal di dunia ini dapat diganti dengan uang! Oh how I was so naive alasannya yakni menganggap semua dapat dibentuk lebih senang dengan uang!

Suami selingkuh? Ya nggak apa-apa asal dibayarin belanja sepuasnya di Paris. Orangtua cerai? Ya nggak apa-apa asal rekening kondusif jaya nggak perlu kerja seumur hidup dan traveling ke tempat-tempat yang bahkan saya nggak tau ada di dunia ini. Zzz

Dulu saya beneran menganggap itu tidak apa-apa loh, kan uangnya banyak, kan dapat beli semua hal, kan cari suami gres juga simpel alasannya yakni kaya, kan bila nggak elok jadi dapat operasi plastik. Dulu = pas belum nikah dan hidup sesimpel makan tidur kerja doang lol.

PADAHAL NGGAK BEGITU KAN. Ya ada yang dapat begitu tapi mostly nggak begitu kan?

T______T

Akan selalu ada luka yang tidak sembuh meski disiram uang hahahaha. Kesel amat bahasanya.

Makanya banyak orang yang kaya raya tapi ngerasa kosong. Ya gimana, mau ngerjain hobi juga demi apa. Kita kan passionate ngerjain sesuatu alasannya yakni tau rasanya gimana bila passion itu jadi uang. *tetep uang*

Lah bila nggak butuh uang alasannya yakni semenjak lahir udah terperinci punya properti berapa dan nggak pernah tahu jumlah spesifik uang di tabungan saking infinity-nya?

Ya everyone has their own battle, mau kaya atau nggak kaya niscaya ada aja masalahnya. Jadilah saya cenderung mencari ketidaksempurnaan dari teman-teman saya yang uangnya tampak tidak berseri alasannya yakni lahir dari keluarga kaya raya.

Tipe yang tiap weekend minimal ke Bali/Singapura, kendaraan beroda empat ganti tiap 2 tahun, anaknya lahir udah pribadi punya properti buat investasi, endebrei endebrei. Ketika saya menemukan cela, saya pribadi lega. Oke ia kaya tapi ia punya problem A yang untungnya saya tidak punya.

Salah? Ya nggak lah, namanya juga menghibur diri hahahaha.

BY THE WAAAYYY INI DIA INSTAGRAM TEMENNYA JG YANG DI AWAL TADI SAYA MENTION:

♥Tak perlu bertemu perdana menteri untk mencari inspirasi♥ Ini sahabat gres saya.Sy memanggilnya kak Nur,usianya hny berbeda 1 th dg sy.Sjk kecil didiagnosa sbg ABK,bbrp rekan mgkn familiar dg sindrom di wajahnya yg khas,tp itu tdk mnjdknnya hmbtn. Dia tetangga persis sblh rmh sy,bersama ibunya ia mengasuh 5 anak di daycare.Keterbatasan dan kesederhanaan berpikirnya justru membuatnya simpel masuk ke dunia anak2,ia jd tmn main yg seru& menyenangkan untk azzam dan alma. Sejak pertama kali berkenalan.Hmpr tiap sore ia dtg ke rmh untk 'nyamper'sy main..tdk jrg ia membawakan sy masakan kemudian mengajak sy ngobrol.Ngobrol soal apa?soal kehidupan,rmh tangga,politik?tentunya tidak. Tema obrolannya sederhana,disampaikan dg mulut terbata&sering diulang.Tp hal itu justru mmbnt sy bljr bhs melayu dg lbh mudah(bbrp org melayu orisinil bcrnya cepat).Dengannya,sy lbh simpel memahami per arti kata dan tdk perlu aib bertanya&menanggapi krn ia pun memahami kalimat2 sy dg perlahan lahan. Dengannya sy bljr kebahagiaan dg sgt sederhana.Di usia yg sebaya dg sy,ia(krn keterbatasannya)begitu santai menjalani harinya,tnp beban hrs begini begitu atau sibuk mengejar ini dan itu.Spt dlm foto ini..ia tertawa lepas sekali krn puas menyusun teladan dlm permainan geoforme.Ia begitu menikmati dan mengulang ulang reward untk dirinya sendiri.."tengok..hampir sls,tengok..sy pandai..esok sy niscaya bs buat macam ni lagi " Sederhana,tp banyak memberi energi pd jiwa untk menghargai diri sendiri.Bkn sibuk&risau mengejar apa yg tdk kita miliki apalagi mengukur diri dg apa yg mnjd capaian org lain. Sudahkah kita bs melakukannya juga? Byk sekali hal kecil di sekeliling yg bs qt jadikan pelajaran&inspirasi.Tidak perlu perlu bertemu perdana menteri untk mrncari inspirasi..tdk perlu jg pergi ke tmpt baru. Karena kadang,bukan suasana yg harus diganti,tp hati&cara pandang kita yg perlu diperbaiki untk mlht segala sesuatunya dg penuh kesyukuran.. :) Ramadhan Kareem...mari mengisi ramadhan dg penuh rasa syukur ♥♥
A post shared by Sofiana Indraswari (@sofiana_indraswari) on
Dengannya sy bljr kebahagiaan dg sgt sederhana.Di usia yg sebaya dg sy,ia(krn keterbatasannya)begitu santai menjalani harinya,tnp beban hrs begini begitu atau sibuk mengejar ini dan itu.

CRY T__________T

Ini bikin saya mikir, orang makin banyak uang itu masalahnya makin banyak! Makin banyak yang harus dipikirin!

Digetok juga sama Kevin Kwan hahahahaha. Baru setengah nih baca buku Rich People Problems dan yah, meski ketawa-tawa alasannya yakni lawak banget saya rahasia mikirin lol.

Nih ya sebagai kelas menengah, kita nggak perlu mikirin maintenance satpam dan maid 30 orang. Bukan problem uangnya loh ya, tapi dramanya. Lah mbak satu aja di rumah bikin sakit kepala kan bila pacaran terus atau hidupnya jorok? XD

Belum lagi karyawan perusahaan. Lah kita abis melahirkan mau resign aja yang dipikir cuma anak bayi, bila punya 10.000 karyawan? Yang dipikirin 10.000 karyawan dan keluarganya kan. Belum lagi maintenance pesawat jet, urusan minum aja harus impor dari Swiss kan nggak dapat minum air lokal. HAHAHAHAHA.

Ah kan ada orang lain yang mikirin. Yaiya, tapi tanggung jawab ada di siapa?

Belum lagi alasannya yakni standarnya beda kan. Saya makan Genki Sushi aja bahagia, bila orkay harus bawa chef sushi dari Jepang pribadi semoga bahagia. Saya belanja di Jakarta Great Sale aja senang alasannya yakni irit, bila orkay bajunya couture semua kan otomatis lebih ribet.

(SUNGGUH PERBANDINGAN TIDAK SEPADAN YHAA HAHAHAHA)

Karena tidak tahu apa-apa, hidup jadi lebih sederhana. Kalau tahu lebih banyak, maka lebih banyak pula yang mengisi antrian pikiran.

Kaprikornus ya panjang lebar nulis ini cuma mau bilang: uang segini masalahnya segini, uang segunung masalahnya juga jadi segunung.

Kaprikornus mau uang yang mana? Eh salah, mau problem yang mana? ;)

-ast-

Detail ►

#Sassythursday: Wacana Passion Dan Calling

Wow sungguh berfaedah sekali ya #GesiWindiTalk dan #SassyThursday kali ini. Diawali dengan posting Instagram saya beberapa bulan kemudian soal passion, Gesi ingin nulis juga soal passion ini. Akhirnya ajak Nahla dan Mba Windi deh sekalian. Karena kami sungguh orang-orang yang passionate lolol.

Baca yang lain juga ya!
Grace Melia: Mencari Passion
Windi Teguh: Menemukan Passion
Mevlied Nahla: Atas Nama Passion

Saya sendiri ingin nulis dari sisi passion dan calling. Dua kata ini definisinya banyak banget dan memang blur gitu. Nggak jelas. Ada yang bilang passion dan calling sama, career yang beda. Ada yang bilang passion, calling, dan career itu beda. Blablabla. Suka-suka orang deh, saya juga mau bikin pendapat sendiri lol.

Kaya yang saya bilang di postingan Instagram, passion itu pencarian seumur hidup, begitu juga dengan calling. Saya beruntung tau semenjak kecil jikalau passion saya nulis, belum bosan, atau ingin ganti. Iya saya suka agak gimana gitu sama yang membatasi definisi passion dengan sesuatu yang tidak menciptakan kita bosan.

"Ah jikalau bosan namanya bukan passion" ... Ih gitu amat. Padahal ya nggak apa-apa, namanya insan kan punya titik jenuh yang beda-beda. Yang jelas, yang bikin bosannya paling usang itu bisalah dibilang passion hahaha. Ya jikalau gres seminggu udah bosan kan terang bukan passion ya. Tapi jikalau udah 3 tahun? Udah 5 tahun? Terus kita bosan, masa dibilang bukan passion. Kan nggak begitu juga.

Nggak apa-apa banget bilang “aku dulu passionate banget sama A tapi kini nggak lagi”. BOLEH KOK. NGGAK MASALAH. Hahaha. Jangankan passion, cinta aja sanggup luntur kan gengs. HEYAK.

Dan ingat, masih ada calling!


Ya, calling kalian apa sih? Saya sendiri belum nemu banget, untuk apa saya hidup? Apa panggilan (banyak yang bilang “panggilan Tuhan”) yang bikin saya ngerasa berguna? Tapi saya nggak pusing amat sih saya anaknya santaaaii hahahaha.

Contoh sederhananya gini, ada orang yang passionnya berkebun, tapi dengan berkebun beliau jadi nggak sanggup bantu orangtua yang sedang sakit dan bayar adiknya kuliah. Kaprikornus beliau kini tetap bekerja di korporasi, dengan demikian beliau jadi sanggup bantu keluarga alasannya ialah gajinya lebih dari cukup.

Keluarga ini tentu beliau sayang banget jadi sesuatu memanggil beliau untuk terus bantu keluarga dan itu bikin beliau bahagia. That’s your calling! Nangkep kan ya? Lagian passion berkebun kan masih sanggup jadi hobi.

Contoh lain. Passion kau traveling, terus ketika lagi masuk hutan Kalimantan kau jatuh cinta sama orangutan. Dan mulai kini kau mendedikasikan diri kau sebagai penggerak evakuasi orangutan. Kamu merasa kau HARUS dan ada urgensi melaksanakan itu. That’s your calling! Passion traveling tetap sanggup dilakukan ketika kau traveling mencari orangutan untuk diselamatkan atau kampanye ke mana-mana.

Kaprikornus buat saya, passion dan calling itu sanggup sama sanggup beda. Ketika kau passionate dan kau merasa berkhasiat bagi diri sendiri, keluarga, atau nusa bangsa ketika melakukannya, sanggup jadi passion kau dan calling kau sama.

Begitu gengs. Semoga nangkep ya hahahaha.

Intinya apa?

🌟 Untuk kalian yang masih berusaha menemukan passion dan calling 💙

Pikirkan baik-baik apa ya calling kalian? Jangan-jangan selama ini kalian nggak tau passion kalian apa alasannya ialah sibuk menjalani calling? Nggak apa-apa banget. Satu-satu aja kok kalem ajaaa.

Karena kadang kita bukan nggak tau passion kita apa, tapi kita belum sadar aja. Maka dari itu memang harus dikerjakan berulang-ulang dan terus menerus. Dicoba lagi dicoba lagi!

Dan ya, passion itu memang harus dicari. Kalian nggak akan tau se-passionate apa kalian sama satu hal sebelum kalian coba. Kaprikornus coba hal-hal gres deh. Sekarang banyak banget kan short course gitu buat berguru hal baru.

Dari yang standar kaya baking atau cooking class hingga yang agak “aneh” kaya leather stitching atau jewelry making gitu. Dicoba dulu aja yang kira-kira menarik, siapa tau jadi hobi gres dan bikin kita senang melakukannya. Itulah passion! JADI AYO COBA DULU!

🌟 Untuk kalian yang sudah tahu passion kalian apa 
💙

Good for you! Jangan pernah ngerasa puas, terus lakukan dan lakukan alasannya ialah jam terbang itu nggak pernah berkhianat. Kalian boleh capek, kalian boleh bosan, tapi ingat passion itu ialah ihwal sejauh mana kita bertahan dan seberapa berpengaruh kita berusaha mempertahankan.

Kalau kalian cukup beruntung sanggup ngerjain passion tanpa terganggu uang, maka kalian punya ruang untuk lebih berkembang. Hard work never lies.

Karena definisi sukses bagi orang juga beda-beda kan. Ada yang definisi suksesnya ialah honor sekian sebulan, berkali lipat dari temen seangkatan/orang seumuran. Tapi ada juga yang definisi suksesnya kaya saya, honor so-so lah, hidup nggak mewah, tapi saya punya kerjaan yang saya suka, saya punya waktu banyak buat keluarga. And that makes me happy! :)

🌟 Untuk kalian yang tahu passion kalian apa tapi mengeluh alasannya ialah kerjaan tidak sesuai passion 💙

Ya pekerjaan akan lebih ringan jikalau pakai passion, tapi telusuri lagi deh kenapa ambil kerjaan itu? Karena gajinya? Karena cari pengalaman? Karena apa?

Kalau alasannya ialah honor kan ya gimana, siap hidup tanpa gaji? Akan lebih susah mana, kerja nggak sesuai passion atau nggak punya gaji? Passion apa uang? Pusing kan?

Kalau kalian emang nggak tahan ya resign. Kalau kalian bertahan alasannya ialah uang, maka ya, jalani lah. Passion-nya dijadikan sampingan dulu aja sementara. Siapa tau tabungan dari kerjaan yang menyebalkan itu sanggup jadi modal untuk menguangkan passion kan? :)

Lagipula nggak semua passion sanggup menghasilkan uang yang layak untuk hidup, sementara kebutuhan hidup terus berjalan dan gaya hidup susah diubah kan.

Gimana pun uang akan selalu jadi motivasi lebih. Kecuali kalian memang sanggup hidup lebih susah demi passion atau passionnya emang sanggup menghasilkan uang banget yaaa. Beruntunglah kalian yang sanggup hidup layak dan yummy sambil kerjain passion. Yosh!

Dan ya, kembali ke calling. Mungkin memang kerjaan kalian nggak sesuai passion, tapi menjalani calling?

🌟 Untuk kalian yang tidak terlalu peduli dan yaaa hidup sih gini aja lol 💙

Nggak apa-apa banget! Iyalah nggak apa-apa banget beneran. Nggak semua orang punya sasaran buat hidup dan hidup tanpa sasaran pun tidak apa-apa hahaha. Kecuali jikalau kalian punya anak ya, ya minimal siapin lah dana pendidikan anak alasannya ialah anak kan tanggung jawab kita.

Karena jikalau semua orang ambisius nanti pusing lohhh. Harus ada orang-orang kalem emang semoga dunia seimbang hahaha. Kalau semua ambisius nanti pilpres siapa yang milih dong semua orang ingin jadi presiden lol.

*

Oke sebagai penutup, pesan saya (yang juga harus saya katakan berkali-kali pada diri sendiri): carilah kebahagiaan dalam hidup. Whether it’s passion, calling, or career!

Buat ibu-ibu yang ngerasa rendah diri alasannya ialah jadi ibu rumah tangga, jadi ibu rumah tangga itu calling banget loh. Nggak semua orang punya calling untuk jadi ibu rumah tangga. Meski saya selalu bilang wanita harus berdaya, saya juga nggak duduk kasus sama ibu-ibu yang hidupnya memang hanya mendedikasikan diri sama keluarga. Selama senang kan nggak apa-apa banget. Kecuali memang melakukannya dengan terpaksa. :)

Tidak ada kata terlambat menemukan passion, tidak ada salahnya mengganti passion, dan tidak ada salahnya tidak punya atau belum nemu passion! Your call!

Minimal tau caranya bikin diri sendiri senang dulu lah semoga nggak monoton hidupnya. Kalau hidup monoton nanti bosen loh. Bosen hidup kan serem ya hehe.

So be proud of what you are now! Be happy! Your happiness is your own responsibility! Your life is your own journey. :)

*

Demikian kuliah umum kali ini, sudah layak kah jadi motivator? :)))))

-ast-

Detail ►

7 Hari Tanpa Instagram

[TL;DR] Saya terlalu banyak membuang waktu untuk Instagram. Kemudian saya tobat. Tulisan ini terlalu panjang jadi kalau kalian males baca, pada dasarnya itu hahahaha.


Yang kenal saya niscaya tahu saya anaknya selalu berorientasi angka. Yang paling dipelototin sih page views blog ya, yang mengantarkan saya menerima tambahan 1juta views hanya dalam 3 bulan, dengan total 3 juta views selama 3 tahun saja. Hanya angka, tapi bikin senang alasannya tulisan-tulisan saya ternyata banyak yang membaca. :)

Karena semenjak dulu, social media yaitu daerah main yang sangat menyenangkan. Tempat utama untuk mencari informasi. Saya tidak lepas social media semenjak kala Friendster. Bahkan sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa saja, saya tetap eksis di Friendster pakai Opera Mini di Blackberry. Dulu, hampir 10 tahun yang lalu.

Tahun-tahun berikutnya dilalui dengan keluhan-keluhan wacana kuliah di Facebook. Tak usang pribadi pindah ke Twitter dan resmi jadi AnakTwitterTM yang selalu mengeluh lelah alasannya banyak alay di Facebook. Terus yang kurang penting bangsa Foursquare demi jadi mayor doang ya amponnn.

Beberapa tahun kemudian Instagram muncul exclusively di iOS dan saya pribadi punya lah! Namanya juga anak socmed! Tapi gres 3 bulan belakangan saya jadi peduli pada followers Instagram, meniatkan diri posting setiap hari, memperbaiki kualitas foto, menulis caption panjang dan bercerita alasannya sebelumnya bahkan saya jarang memberi caption. Keseriusan yang ditandai dengan followers naik 1000 lebih hanya dalam 1 bulan. Padahal sebelumnya hanya punya 2000 followers dalam 5 tahun. (sad lol)

Kemudian kalau sedang ada sponsored post maka saya jadi peduli pada reach Facebook, impression Twitter, dan banyak lagi. Ditambah saya yang rutin nge-blog, simpel social media jadi perpanjangan blog.

Lama-lama lelah.


Dan meski banyak orang yang menolak bermain di social media alasannya takut di-judge, saya sendiri sebetulnya tidak. Saya selalu menganggap internet yaitu daerah yang bebas bertanggungjawab. Saya punya argumen, kalian punya argumen.

Saya tidak pernah memaksakan pendapat saya pada siapapun, dan jangan pula memaksakan pendapat pada saya. Lagian masa semua orang harus sependapat sih, kan serem ya. Judge saya semau kalian dan saya tidak akan terganggu.

Yang kenal saya semenjak dulu di Twitter mungkin tau saya pernah sanggup aneka macam bahaya pembunuhan dalam beberapa hari di Twitter dan disuruh bunuh diri hanya alasannya saya menulis video klip sebuah boyband "biasa saja". BIASA SAJA BUKAN JELEK HHH.

Dan saya tidak kapok. Ternyata yang sanggup bikin saya berhenti main-main socmed yaitu diri saya sendiri. Saya sendiri kaget.

Dan ya, biang keroknya yaitu Instagram.

Saya senang melihat feed Instagram saya dan masih senang hingga sekarang. Saya senang menyusun foto semoga nyambung satu dengan lainnya, dengan sebelahnya, dengan atas dan bawahnya, menyerupai main game saja. Saya senang mengedit foto semoga terlihat “lebih Instagram”.

Iya alasannya foto Instagram itu punya karakteristik sendiri loh makanya muncul istilah Insta-worthy atau Instagram-able. Bukan semata alasannya dindingnya manis atau makanannya lucu, tapi komposisinya yang menciptakan sebuah foto menjadi sesuai dengan abjad Instagram.

Contoh paling sederhana, foto dramatis yang jadi headline koran belum tentu sedramatis itu ketika di-upload ke Instagram. Sebaliknya, foto flatlay dengan bunga mint dan aksesoris emas belum tentu cocok untuk halaman koran yang kebanyakan hitam putih. Di situ menyenangkannya Instagram.

Yang jadi persoalan bukan obsesi saya pada feed, tapi obsesi saya pada foto-foto di timeline! Sungguh membuang-buang waktu.

Naturally setiap beberapa menit saya membuka ponsel dan otomatis mencet icon Instagram kemudian scroll dan cek stories. Itu jadi habit dan berdasarkan saya bukan habit yang baik. Ya kecuali followers kalian 2juta orang dengan penghasilan dari Instagram ratusan juta rupiah dalam seminggu ya.

Scrolling Instagram menyita waktu sangat banyak dan saya tidak mau menyerupai itu. Saya tidak mau terobsesi. Saya tidak mau berdiri tidur dan yang pertama kali dilakukan yaitu cek notifikasi Instagram. Saya tidak mau lagi sedih alasannya jumlah followers berkurang.

Karena ya, Instagram yaitu Instagram. Saya kisah sebaik dan semenarik apapun maka akan hilang di timeline orang dalam beberapa hari. Sebagus apapun kontennya, tetap akan sulit dicari sesudah beberapa hari, archiving-nya tidak sebaik blog kan.

Sejak “serius” di Instagram saya juga jadi menyalakan notifikasi. Notifikasi komentar dan direct message. Awalnya saya senang alasannya wow banyak yang appreciate ya! Kesenangan yang hanya bertahan 3 bulan saja.

Lama-lama saya terganggu. Karena notifikasi menciptakan saya merasa ada urgensi membalas secepatnya dan sekali lagi, saya tidak mau menyerupai itu. Itu tidak baik, Instagram bukan prioritas. Berkali-kali saya sugestikan itu pada diri sendiri.

Saya juga terpaksa harus mengakui kalau saya (merasa jadi) oversharing, Padahal dulu saya yaitu barisan orang yang menolak mengamini bahwa saya berlebihan memakai social media. Saya beberapa kali bilang bahwa yang saya tulis di blog itu hanya kulitnya saja.

Orang bahkan tidak pernah tahu nama daycare Bebe, lokasi, atau bahkan nama lengkapnya. Ya di ketika orang menciptakan hashtag dengan nama lengkap bayi, saya bahkan hingga kini tidak pernah mempublikasikan nama lengkapnya. Dan waktu itu saya merasa berhak bilang saya tidak oversharing.

Tapi lama-lama toh saya berubah. Apalagi stories yang tidak menuntut foto bokeh dengan editing indah. Makan apa di-share, minum apa difoto dulu, sedang di mana juga difoto.

Mau apa sih sebenernya?

Saya mulai mempertanyakan diri saya sendiri. Saya jadi merasa lebih bersahabat pada hidup orang tapi makin absurd pada hidup sendiri.



*

Di antara kalian niscaya kini ada yang berpikir oh itu tanda-tanda FOMO alias Fear of Missing Out. Bisa ya sanggup tidak tergantung definisi FOMO-nya.

Kalau kalian perhatikan, saya malah jarang ikut-ikutan komentar hal yang sedang ramai. Buat saya FOMO itu ketika ada sebuah topik ramai dibicarakan orang, maka kita ikut juga membicarakannya baik di status atau pun di komentar alasannya takut dianggap ketinggalan. Atau ketika ada sesuatu yang sedang hits, pribadi ingin ikut juga punya atau membeli.

Saya tidak. Saya belum pernah mengantri berjam-jam demi makanan, saya tidak pernah ikut komentar apapun yang sedang ramai di social media melalui status atau komentar, saya tidak pernah ikut memakai kata “kekinian” hanya alasannya kata itu sedang tren. Ya tau sendirilah anaknya suka sebel kalau mainstream, so does it count as FOMO?

Yang saya takutkan itu bahwasanya tidak ada! Saya hanya senang melihat-lihat foto orang, apalagi foto yang aesthetic dan dipikirin banget gitu bukan foto asal. Saya senang buka-buka profile orang dengan foto bagus dan mengira-ngira ia pakai filter apa dan editnya gimana.

Instagram jadi procrastinate yang sangat berlebihan.

Siang itu balasannya saya kesal alasannya menerima tangan saya sekali lagi membuka ponsel HP dengan tidak sadar dan scroll timeline Instagram. Saya tutup aplikasi itu dan saya delete. Tak pikir panjang saya juga delete Twitter dan Facebook.

Padahal saya jarang sekali buka Facebook. Dari urutan keseringan membuka dan memposting sesuatu, saya paling sering buka Instagram, kemudian Twitter, gres Facebook. Tapi ketiganya saya hapus alasannya saya takut kalau saya hanya menghapus Instagram, saya akan tetap terjebak di ponsel dan kembali scrolling. Membuka Facebook atau Twitter.

Saya menghapus Instagram sempurna di posisi post saya 999 posts, nggak sengajalaahh ngapain sengaja. Saya tidak pasang sasaran kapan akan kembali, pokoknya saya ingin mereka tidak ada di ponsel saya dulu untuk sementara waktu. Saya bilang JG bahwa saya capek ketergantungan social media dan ia cuma ketawa aja. Saya bilang saya ingin sendiri dulu.

Karena selain urusan terobsesi juga ada peer pressure. Tapi soal peer pressure ini kita ceritakan lain waktu ya. :’)

Jelas ada juga unsur peer pressure alasannya kalau nggak mah niscaya kita semua hanya selfie sekali kemudian pribadi upload kan? Ini nggak. Selfie dulu yang banyaaakkkk gres kemudian dipilih yang berdasarkan kita paling bagus. Yang idungnya keliatan agak mancung, yang pipi keliatan agak tirus, yang mata keliatan nggak sayu. Capek banget kaya gitu.

Dulu saya sama sekali nggak punya persoalan self esteem dan pede-pede aja sama diri sendiri. Sekarang? Perasaan sih masih pede, tapi kok ya pilih foto diri sendiri aja lama, edit sana sini dulu biar nggak keliatan gendut blablabla. Yang kaya gitu masih ngaku percaya diri? Tsk.



*

Siang itu dilalui dengan santai alasannya toh sambil kerja. Mau share apa? Foto kubikel?

Malamnya kami ke UGD alasannya Bebe diduga cacar dan di sini cobaan bahwasanya dimulai. Saya ingin sekali share! Sampai deg-degan alasannya saya ingin share Bebe yang sungguh lucu pakai konstum Gecko PJ Masks sambil diperiksa dokter. Saya ingin ambil video ia berpose Super Gecko Muscle di depan apotek rumah sakit. Dan banyak lagi. Tapi saya bertahan.

(Baca cerita cacar air Bebe di sini)

Saya foto dia, saya videokan, tapi tidak saya share di mana-mana. Mau share di mana? Aplikasinya pun tak punya. :)))

Dan itu terjadi hingga dua hari berikutnya, tangan saya masih otomatis meng-unlock ponsel dan pribadi memencet icon daerah sebelumnya Instagram berada. Icon itu bergeser menjadi Line yang sebelumnya ada di sebelah Instagram. Berulang kali dalam sehari saya melaksanakan itu, tidak sengaja memencet Line alasannya menyangka itu Instagram. I am THAT addicted.

Dalam dua hari itu aneka macam yang ingin saya share, apalagi kami cuti dan di Bandung. Saya nonton Kick Andy dengan bintang tamu Doni ‘Animal Defenders’ dan Davina ‘Garda Satwa’. RASANYA INGIN SEKALI NGE-TWEET! Tapi saya bertahan. Otak saya otomatis meramu kalimat apa yang seharusnya saya tweet. saya akan tulis ini, kemudian reply dengan ini sambil mention si anu, dan seterusnya. Gila ya udah lebih dari 48 jam dan saya masih nggak inget kalau saya tidak perlu share

Saya balasannya menciptakan dua jalan keluar:

📱 Pertama, bertahan tidak membuka ponsel sama sekali. Ketika otak saya otomatis meminta tangan membuka lock, ia pribadi mengirim sinyal bahwa yang dicari tidak ada. Maka saya simpan HP dan melaksanakan hal lain, bermain dengan Bebe, menulis, nonton, apapun. Saya menjauhkan diri dari HP and it’s too damn hard. Saya sangat tergantung pada HP saya dan segala isinya sehingga memaksa berpisah menjadi sangat membingungkan.

📱 Kedua, ketika saya tidak tahan lagi maka saya buka HP dan membuka aplikasi lain. Saya punya satu folder khusus aplikasi news publisher yang biasanya saya pakai kalau sedang mengikuti satu kasus. Baca kronologi informasi dari apps itu yummy banget loh btw.

Cuma ya saya nggak pernah juga out of the blue buka cuma mau cek headline. DAN ITU SAYA COBA LAKUKAN KEMARIN. But no fun HAHAHA. Akhirnya back to basic, saya buka BuzzFeed dan BoredPanda, hingga saya sadar kalau saya tidak butuh Facebook alasannya 90% yang saya lakukan di Facebook yaitu membaca BoredPanda dan BuzzFeed. LOL

Kondisi ini hanya tiga hari pertama, hari keempat saya mulai terbiasa tidak otomatis membuka HP tanpa sadar. Saya mulai melaksanakan hal lain, saya mulai sadar kalau tanpa Instagram setiap 5 menit, hidup saya akan baik-baik saja. Mengecek Instagram sehari hanya 2-3 kali sehari pun tidak akan tertinggal apapun alasannya Stories bertahan 24 jam kan.

*

Hidup tanpa Instagram, saya jadi teringat salah satu ekspat Australia di kantor yang tujuan hidupnya yaitu traveling. Dia kerja di kantor saya setahun, jajan di kantin karyawan yang murah meriah, ke mana-mana naik ojek, kost di belakang kantor yang kurang layak demi menabung untuk keliling Indonesia di tahun berikutnya. Surprise-nya bagi saya adalah, ia tidak punya akun social media dan tidak menulis blog wacana perjalanannya. Padahal usianya lebih muda dari saya.

Belum usang ini juga saya nyeletuk ke temen kantor yang juga terobsesi feed Instagram “eh temen gue keliling Eropa tapi foto Instagram-nya sedikit, sayang banget ya!”

Dia impulsif bilang “iya ya”. Terus merenung berdua lol.

THEY’RE MAKING MEMORIES, NOT CREATING INSTAGRAM FEED.

Kenapa kami yang gundah coba?

Contoh real yang nggak pernah saya lakukan tapi selalu saya maklumi: nggak apa-apa banget dateng ke suatu daerah demi Instagram, nggak apa-apa banget ngantri kuliner hits juga demi Stories, tidak persoalan jalan-jalan hunting foto untuk Instagram hingga bawa properti ke manamana. Nggak apa-apalah masa dihentikan atau dinyinyirin, ya tujuan orang kan beda-beda.

Saya merasa salah alasannya ketika ada orang (well, orangnya millennials) yang ternyata TIDAK pernah melaksanakan itu maka saya menganggap ia “wow kok bisa!”.

Kenapa saya maklum ketika orang mau ribet demi Instagram tapi saya tidak maklum ketika sebaliknya? Kenapa saya tidak mempertanyakan orang mengantri cheesecake dari subuh tapi saya mempertanyakan orang absurd yang keliling Indonesia tanpa meng-upload foto?

Saya tidak boleh menyerupai itu.



Di hari keempat saya sempat upload satu foto alasannya ada hal yang tidak sanggup saya ceritakan di sini (YAELAH), pada dasarnya saya kasih a quick update dan ternyata ada juga yang dm saya nanya saya ke mana. Saya hanya upload kemudian saya hapus lagi Instagramnya. Dalam kondisi terharu banget sih huhu masih dicariin orang sementara sayanya kabur tiba-tiba. T_____T (maap kadang emang halu)

Hari ketujuh saya sudah tidak otomatis membuka lock dan mencari icon Instagram. Dan tanpa sadar, pikiran saya lebih tenang alasannya saya tidak terlalu banyak berpikir untuk orang lain. Saya jadi punya waktu jauh lebih banyak untuk diri sendiri.

*

Sebelumnya saya tidak pernah berhenti berpikir. Pikiran saya berjalan terus dan mencatatnya. Misal saya punya wangsit apa, biasanya pribadi diolah jadi draft berangasan blog, caption instagram atau minimal tweet. Jika panjang maka ditulis dulu di notes, jikalau pendek maka pribadi di-tweet.

Tapi kini alasannya pilihannya notes saja, pikiran selintas tetap jadi selintas, bukan lagi pribadi diolah untuk dikonsumsi publik. Dan itu bikin saya lebih damai. Bikin pikiran saya beristirahat.

Mbak Mira Sahid pernah bilang pada dasarnya "kamu kok kaya kebanyakan mikir?" Iya. Saya mikir terus. Saya nggak pernah berhenti mikir, makanya saya nggak pernah habis wangsit untuk blogpost, dan itu capek, capek sekali.

Sekarang saya sedikit mengerti apa yang terjadi dengan Michelle Phan, apa yang terjadi dengan Jesse dan Jeanna ‘BFvsGF’. Iya padahal masih jauhhhh, padahal saya masih sebutir kecil debu dibanding Michelle yang sebesar bulan (naon). Maka sebelum saya separah mereka dan benar-benar kabur dari kehidupan maya, saya lebih baik menguranginya dari sekarang.

Internet terlalu luas, jauh lebih luas dari yang sanggup kita genggam, jauh lebih dalam dari yang sanggup kita lihat. Itu yang menciptakan saya jadi gundah sebanyak apa yang bahwasanya sanggup saya pikirkan. Saya berpikir terlalu banyak.

*if that makes any sense*

Saya juga nggak akan sok nasihatin, “makanyaaa jangan gitu-gitu amat lah di socmed”. Ya mau gimana-gimana juga terserah orangnya lah. Ini yang bermasalah diri saya, nggak berarti orang akan punya persoalan yang sama juga. Saya punya persoalan dengan membagi waktu, nggak berarti orang lain akan punya merasakannya juga.

Begitulah.

Kaprikornus ambisius itu capek ya. Hahaha. Mana ambisiusnya di segala lini kehidupan pula. Udalah istirahat dulu ya. Saya terang tidak akan lagi tiap hari upload foto di Instagram, kalau blog sih sebisa mungkin masih tetap akan di-update ya meski tidak sesering dulu. Saya senang kok sharing di sini, dengan segala suka dukanya hahaha.

Kaprikornus itulah ceritanya kenapa saya menghilang seminggu hahaha. Pada kangen dong biar saya semangat lagi HAHAHAHA. Have a nice day!



-ast-

Detail ►