Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-sekolah. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bebe-sekolah. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Bebe Sekolah!


Hari ini hari kedelapan Bebe sekolah dan ya, saya cukup terharu sih sama perkembangannya. Iya, gres 8 hari udah kerasa beda!

Oke jadi daycare dan preschool Bebe ini konsepnya montessori. Nah, meskipun montessori itu lagi hype banget dan kaya diagung-agungkan semua ibu hingga pada niat #montessoridirumah, saya sendiri nggak jadi yang gremetan pengen banget Bebe sekolah montessori.

Pertama alasannya ya ini kan cuma preschool, saya sendiri jadinya belum punya goal apa-apa untuk Bebe. Yang penting ia dapat bergaul aja sama anak seumurannya alasannya di daycare usang kan ia main bener-bener sama anak kecil.

Terus kenapa hasilnya saya pilih preschool montessori?

Mmmm, nggak begitu. Preschool ini saya pilih bukan alasannya metode montessorinya, tapi alasannya daycare-nya bagus! Karena kan sebenernya preschool-nya mah sebentar banget ya, sehari cuma 2 jam. Sisanya kan justru ia main di daycarenya, jadi saya pilih alasannya sesuai dengan daycare yang saya mau.

Rumahnya luas, kena sinar matahari, ada playground luaaassss, mainan, sepeda, buku banyak banget, dan anak tidak selalu di kamar. Anak bebas ke mana pun. Lokasinya di perumahan sepi pula, jadi dapat naik sepeda di jalan depan rumah atau jalan-jalan ke taman. Beda sama daycare yang pernah saya review ini (KLIK DONG). Kaprikornus kebetulan aja bila metodenya montessori.

(Review daycare usang Bebe, 3 tahun loh di sini: Tweede Daycare Benhil)

🍎 Sosialisasi

Sejak awal kami cari preschool (sekitar bulan Juni), saya udah sering bilang ke Bebe bila nanti ia akan pindah sekolah.

Dua ahad sebelumnya hari H pindah, sosialisasi makin gencar. Bahwa nanti temannya akan anak besar semua, setiap hari saya kasih kalimat-kalimat yang menyiratkan sekolah itu seru sekali. Dan ia memang belum liat sekolahnya hingga hari pertama.

"Main sama anak kecil kan nggak seru ya, Be? Nanti di sekolah, temannya anak besar semua loh!"

"Be, nanti gurunya bukan Kak Wina lagi, gurunya cendekia loh. Nggak apa-apa kan ganti guru?"

"Be, sekolah Bebe besaaarrr sekali. Seru loh mainannya banyak, ada tenda dua, ada perosotan, banyak lah pokoknya"

Dan masih banyak lagi versi kalimat kaya gitu.

🍎 Hari pertama

Hari pertama yang resah siapa? Ibu dan appa tentu saja. Bebe sih semangat banget alasannya ia udah membayangkan sekolahnya seru. DAN UNTUNGNYA SERU!

Dia dateng masih pake baju tidur, saya eksklusif kenalin ke teachernya. Saya kasih liat bahwa ini loh rak bukunya, ini loh rak mainannya, ini loh ruang mainnya. Kemudian ia main sepeda. Saya tanya, mau liat kamar sama kamar mandinya dulu nggak? DIA MENGGELENG, SODARA-SODARA.

"Ibu dan appa boleh kerja?"

DIA MENGANGGUK, PEMIRSA.

Kemudian saya dan JG dicium dan bye kami berangkat deh ke kantor HAHAHAHA. Sungguh mudah. Nggak drama sama sekali hingga sekarang. Hari ketiga saya udah nggak anter, turun di kantor aja. Dia nggak nangis, nggak canggung atau apa. Semangat banget hingga sorenya nggak mau pulang.

Nah terus tiap hari kan dikirimin foto tuh sama missnya, hari pertama siang-siang liat foto kegiatan Bebe kok kayanya kalem amat ya. Saya forward ke group keluarga, adik saya bilang "kayanya masih kalem deh mbak, kaya yang pendiem".

Sorenya saya ngintip dulu pas jemput, ohhh pendiem bangeeettt! Dia lagi colek-colek temennya sambil bilang "aku dapat nyanyi robocar poli loh!" Kemudian ia nyanyi lagu robocar poli teriak-teriak sambil main piano plastik. Sungguh anakku pendiam, menyerupai ibu dan appanya. -_______-

Missnya juga nanya "bu, ini biasanya emang di daycare ya, berdikari banget nggak kaya anak baru" UHHH I'M SO PROUD HAHAHA.

🍎 Perubahan sehabis sekolah

Hari pertama sekolah ia makan 3 kali sendiri dan habis semua! Makan bubur kacang ijo sendiri juga habis semua! Duh emang di rumah dan di daycare usang dimanja banget sih makan selalu disuapin. Seminggu ini gres sekali ia makannya nggak habis. Mungkin nggak suka, nggak apa-apa saya mah nggak pernah maksa hehehe.

Siang udah nggak pake diapers dan cuma ngompol sekali. Ganti baju sendiri. Sekarang apa-apa maunya sendiri gitu. Pas baca-baca di website sekolahnya, goalsnya itu ternyata emang anak mandiri. Aku terharu banget deh sumpah.

Udah seminggu juga nggak nonton YouTube dan pegang HP cuma weekend doang itu pun pake alarm 1 jam doang. Ini sih emang niat sayanya juga ya, tapi menyenangkan juga ya punya anak yang nggak terdistraksi HP itu. LOVE!

🍎 Ngapain aja di sekolah?

Di sekolahnya kegiatannya banyak banget. Di hari pertama aja ia berguru siklus hidup kodok (lengkap dengan alat bantu dari karet, YES KECEBONG KARET), main badminton, meres jeruk, main-mainan montessori, dan menggunting serta melekat kodok kertas.

Kaprikornus tiap bulan ada tema-temanya gitu. Tiap hari ada aktivitas pelajarannya juga. Seru lah pokoknya, saya sendiri takjub gitu wow ternyata Bebe dapat ya!

Lucunya pas ke taman, Bebe harus jalan sambil ngegandeng dua toddler gitu jadi berguru tanggung jawab ahahahaaha gemash. Mana dikirimin foto terus, mantengin cctv terus, terharu lah pokoknya.

🍎 Kok serius amat belajarnya?

Iya banyak yang khawatir bila anak terlalu dini mulai berguru nanti katanya bosen sekolah pas gede. Saya menentukan nggak percaya hahaha. Kalau nanti misal pas SD Bebe nggak mau sekolah ya ditanya kenapa nggak mau? Kalau emang nggak mau banget ya udah nggak usah sekolah HAHAHAHA.

Rich Chigga aja nggak sekolah kan, ia homeschooling 2 tahun doang terus sisanya nonton YouTube tiap hari. Dan sori, saya nggak terima debat soal Chigga ya. *anaknya lemah sama rapper* XD

Saya nggak duduk kasus sih, ASAL KULIAH. Kaprikornus ya nggak perlu sekolah formal nggak apa-apa, tapi harus kuliah. Tandanya harus ambil ujian persamaan atau IB kan (kalau mau kuliah di luar negeri). Terserah nggak mau SD, SMP, Sekolah Menengan Atas tapi HARUS KULIAH. :)

*

Kekurangan sekolah Bebe ini cuma satu. JAUH BANGET DARI KANTOR DAN RUMAH. Deketnya dari kantor JG dan ya itu cukup bikin stres sih. Capek banget dapat 1,5 jam di jalan, dua kali lipat lebih usang dibanding dari daycare lama. Cuma alasannya bertiga di kendaraan beroda empat ya udah ketawain ajalah. Toh puas juga sama sekolahnya.

So yaaa, I think that's all! Sampai jumpa di kisah selanjutnya!

-ast-

Detail ►

Menjelaskan “Kerja” Pada Anak


Siapa di sini yang mendefinisikan “kerja” itu sebagai “cari uang untuk beli susu” ke anaknya? Pasti banyak banget ya. Jawaban paling umum jikalau anak nanya kenapa ayah ibu kerja itu jawabannya: untuk cari uang buat beli susu, mainan, blablabla.

SAYA SIH NGGAK JAWAB GITU HEHEHEHE.

Alasannya sederhana, alasannya yaitu pernah denger kisah Mba Windi kesayanganku yang disuruh resign sama anaknya dengan alasan mainan di rumah udah banyak, susu masih ada, ngapain bunda kerja? HAYOOO.

Dan kisah kaya gitu banyak banget kan. Anak ngamuk alasannya yaitu berdasarkan logika dia, ia nggak selalu butuh susu dan mainan kok. Kok ayah dan ibu tetep kerja sih?

Berbekal pengalaman orang lain itu, saya akibatnya punya balasan sendiri. Pernah saya jelasin sedikit di postingan ini: Agar Anak Mau Ditinggal Bekerja.

Jawabannya adalah: alasannya yaitu semua orang cukup umur harus kerja dan semua anak harus sekolah.

Makara ya Bebe taunya semua orang cukup umur itu kerja dan semua bawah umur itu sekolah. Dia udah ngerti jikalau baby tidak sekolah, anak 2 tahun itu kelas toddler, dan anak 3 tahun itu kelas preschool. Dia juga tahu jikalau nanti umur 5 ia akan TK, umur 6 atau 7 ia akan SD dan nanti jikalau sudah besar ibarat abang ia ingin nyetir kendaraan beroda empat sendiri ke sekolah sehabis nganter ibu dan appa kerja.

Ini saya contohkan dengan percakapan ya. Ini percakapan real dan sering terjadi berulang-ulang dengan balasan yang tentu saya ulang-ulang juga lah. Dan iya, memang kami pakai bahasa baku untuk ngobrol sama Bebe.

Bebe: “Ibu, kok kerja?”

Ibu: “Iya semua ibu-ibu kerja kan? Ibunya K kerja juga kan? Ibunya L kerja juga, kan? K dan L ngapain?”

Bebe: “Sekolah, sama aku”

Ibu: “Iya nanti kau jikalau sudah besar juga kerja kok sama dengan ibu dan appa. Kalau sudah kerja mau beli apa?”

Iya ini mengalihkan pembicaraan alasannya yaitu anak kan excited biasanya jikalau merencanakan aneka macam pembelian meskipun hanya dalam imajinasi lol. Tapi alasannya yaitu balita itu kritis, pertanyaannya tentu berlanjut dan harus siaga 1 daripada kena jebakan betmen.

(Baca: Ketika Bebe Tanya Kenapa)

Bebe: “Kenapa harus kerja?”

Ibu: “Karena sehabis kerja, ibu dan appa akan sanggup uang. Uang itu untuk kita beli makanan, beli bensin, untuk Xylo sekolah.”

PLEASE NOTE, HARUS ADA “UNTUK SEKOLAH”.

Menurut saya justru jangan bilang sesuatu yang sanggup ia takar. Mainan, susu, diapers, itu masuk logika anak kecil. Makara mereka akan bantah, susunya masih ada! Mainan saya udah banyak! Kalau bensin sanggup dengan praktis dijawab dengan “ya jikalau nggak kerja nanti mobilnya nggak jalan dong!” Yang complicated aja jawab pertanyaan anak mah HAHAHA.

Bebe: “Kenapa kerja sanggup uang?”

INI KRUSIAL.

Ibu: “Kalau ibu kerja sebentar, uangnya sedikit, jikalau ibu kerja lama, nanti uangnya banyak. Jadii kerja itu memang harus lamaaaaa sekali biar uangnya banyak jadi kita nanti sanggup beli kendaraan beroda empat yang besar. Kalau kini uangnya belum cukup alasannya yaitu ibu kerjanya kurang lama.”

Udah tuh hingga situ ia biasanya berhenti tanya dan mulai berimajinasi wacana mobil. Kalau pun masih tanya, hindari balasan kerja untuk beli mainan. Intinya itu dulu.

Template balasan soal kerja ini harus nyambung dengan dikala ia ngambek nggak mau sekolah. Biasanya jikalau abis liburan panjang di Bandung. Duh boro-boro mau sekolah, pulang ke Jakarta aja nggak mau dia. Dan sehabis long weekend kemarin akibatnya saya ceramah panjang lebar wacana kenapa ia harus sekolah. Nggak nyangka saya akan keluar kata-kata gini untuk anak umur 3 tahun.

(Maaf ya bukan mendiskreditkan tukang sampah, tukang sampah di rumah saya baik kok. Tidak ada yang salah dengan jadi tukang sampah. Ini murni untuk motivasi berguru anak aja huhu)

Bebe ngambek: “AKU NGGAK MAU SEKOLAH! AKU MAU MAIN AJA DI RUMAH AKI!”

Ibu: “Tidak mau sekolah juga tidak apa-apa sih, kau tahu tukang sampah di rumah kita? Dia orang baik, tidak perlu sekolah untuk jadi orang baik. Tapi jikalau kau tidak sekolah, sehabis besar kau tidak sanggup kerja ibarat ibu dan appa. Tukang sampah di rumahnya tidak punya AC loh, ia tidak punya mobil, ia sudah kerja, capek, tapi uangnya tidak cukup.”

Ngomongnya sambil lempeng loh ya nggak perlu bentak-bentak segala.

Dia diem. Mikir. Tapi LANGSUNG berhenti ngotot nggak mau sekolah. Besok-besoknya sehabis dicerna, ia mulai bertanya lagi. Pertanyaannya seputar:

“Tukang sampah orang baik ya ibu? Tapi ia tidak sekolah?”

“Kalau om ojek sekolah nggak, ibu?”

“Kenapa tukang sampah tidak sekolah?”

Ibu: “Tukang sampah tidak sekolah alasannya yaitu ayah dan ibunya tidak punya uang. Makanya ibu dan appa harus kerja biar kau sanggup sekolah. Kamu di sekolah seru kan? Main A, B, C, D, field trip ke A, B, C, D. ITU SERU BANGEETTT. Dulu ibu sama appa di sekolahnya nggak gitu. Sekolah ibu dan appa nggak seru, cuma berguru doang. Makanya ibu dan appa harus kerja yang lamaaaa biar kau sanggup sekolah yang seru.”

BEGITU. Orang cukup umur = kerja. Anak kecil = sekolah. Anak kecil jikalau udah cukup umur = kerja.

Dan ini nyambung juga dengan gimana kita selalu memuji-muji dan meninggi-ninggikan sekolahnya. Hahahaha. Ribet? Saya sih lebih pilih gini biar ia ngerti konsepnya juga bahwa kerja bukan cuma buat beli susu alasannya yaitu kenyataannya ya begitu.

Kalau anaknya belum ngerti? Kalau masih di bawah 2 tahunan gitu Bebe sih nggak nanya sekritis ini ya. Paling nangis doang ngamuk saya nggak boleh kerja. Kalau begitu ya sudahlah anggap tantrum aja. Nggak perlu klarifikasi komprehensif kaya gini. Bilang aja jikalau ibu emang harus kerja, kau jikalau mau nangis silakan.

Begitulah. Kalian gimana? Dijawab apa jikalau anak tanya seputar kerjaan? SHARE YAAA!

-ast-

Detail ►

Bebe Dan Toilet Pembinaan (2)

GOOD NEWS, PEOPLE! THE WAR HAS FINALLY ENDED!

Alhamdulillah ya ternyata postingan toilet pelatihan ini cuma ada  Bebe dan Toilet Training (2)
Alhamdulillah ya ternyata postingan toilet pelatihan ini cuma ada 3. TIGA DOANG SIH TAPI SETAHUN WOY.

T_______T

Iya saya cek postingan pertama pas psikolognya Bebe nyaranin toilet pelatihan itu bulan Oktober tahun lalu. Setahun banget nih prosesnya? Oh tentu tidak hahaha.


Baca dulu coba yang tahun kemudian agar ceritanya nyambung:
Makara waktu Februari itu ya paling tahan 2 ahad lah nggak pake diapers. Selanjutnya pake lagi sebab (kalau nggak salah) ketemu lagi kegiatan psikolog terus psikolognya ganti!

Terus hubungannya apa, ceu?

Intinya selama ini di daycare 3 bulan sekali ketemu sama psikolog namanya Mbak Diana, tapi kebetulan pas jadwalnya, Mbak Diana nggak dapat dateng. Makara daycare cari psikolog pengganti. Nah psikolog pengganti ini bilang bila sebaiknya, weaning dan toilet pelatihan itu jangan sekaligus nanti anaknya bingung.

Bagi kita mungkin hanya berhenti nenen dan berhenti pake diapers, tapi buat anak, keduanya ialah dua hal yang sangat besar dan mengubah hidup. Hal-hal besar kaya gini harus dilakukan satu per satu!

Wow, saya tercerahkan banget!

Karena sebelumnya Mbak Diana selalu menyemangati, ayo niatin weaning, ayo niatin toilet training, pokoknya peer semenjak Bebe umur dua tahun itu ya dua itu. Sebagai ibu ambisius ya saya niatkan dua-duanya lah walau berakhir di niat belaka hahaha. Praktiknya nanti dulu, yang penting Bebe udah terus dikasihtahu bahwa suatu hari ia tidak nenen dan tidak pakai diapers lagi.

Karena dibilang harus satu-satu, ya udah alhasil saya pakaikan ia diapers lagi dan fokus berhenti nenen dulu. Argumennya jelas, saya lebih pengen ia berhenti nenen dibanding pipis di kamar mandi hahaha. First thing first lah, yang ribet diduluin dulu lol.

Akhirnya nenen berhasil berhenti tanpa drama apapun tapi diapers masih terus dipake. Apalagi Bebe kemudian cacar air dan roseola infantum ya ampun ribet lah mikirin anak sakit terus ngompol.

(Baca: Bebe Menyapih Diri Sendiri dan Bebe Cacar Air)

Jadi gimana kok dapat Bebe nggak ngompol lagi? πŸ’†πŸ»

Gimana yaaaa. Beneran saya nggak pake teori apapun! Nggak pake toilet pelatihan dalam 24 jam lah, 3 hari lah, cuti lah, ini itu. Nggak sama sekali. Tau-tau dapat aja gitu bilang mau pipis.

Percaya nggak?

HAHAHAHAHA KAYA GAMPANG TAPI YA NGGAK SEGAMPANG ITU JUGA.

Ayo kita ingat-ingat kronologinya. Dan menyerupai biasa akan detail agar saya ingat dan dapat baca ulang. Yeay aye!

🎊 Lebaran

Abis libur lebaran, mbak daycare bilang “bu, pokoknya saya udah niatin masuk libur ini Xylo harus udah nggak pake pampers lagi”.

Oke siaaappp. Mbak daycare kadang lebih ambisius dari ibunya sih emang. Dia gemes sendiri sebab si Bebe ngompol itu lempeng, ga risih atau malu. Dari situ mulailah Bebe nggak pake diapers. Di rumah?

OH YA PAKE DONG.

Jangankan di rumah, pulang dari daycare aja udah dipakein diapers lagi sebab duile males amaaatt sama urusan ngompol. Tapi kata mbaknya, bila siang udah nggak pernah ngompol. Bukan sebab bilang, tapi sebab rajin diajak pipis.

Oke. Niatnya waktu itu sebelum pindah daycare dan mulai sekolah ia harus udah lepas diapers sebab saya takut dijudge ibu-ibu lain di sekolah. Hih masa anak udah preschool masih pake diapers? MALU KELES. GITU.

Takut dijudge sebagai ibu pemalas. Padahal emang iya, cuma ogah ngaku sama orang gres kenal HAHAHA.

🎊 Kenyataannya?

Dipikir-pikir kasian juga ya Bebe harus mikirin sekolah gres dan mikirin harus pipis di toilet. Pindah sekolah kan super big thing jadi ya nggak mungkin lah harus dua-dua dipikirin sama toilet training. Akhirnya selama sounding soal sekolah, saya pakein ia diapers lagi dan ngomong pake bahasa Indonesia. Takut ia stres.

(Dan ternyata sounding berhasil, pindah sekolah nggak drama. Ceritanya ada di sini: Bebe Sekolah! dan dongeng soal Bahasa Inggris di sini: Bebe dan Bahasa Inggris)

Ya udahlah saya terima di-judge hahahahahahaha. Hari pertama sekolah bawa diapers sebungkus. Dan ya, itu diapers pertama dan terakhir Bebe di sekolah. KYAAAAA.

🎊 The process

Dari awal saya jelasin ke gurunya bila Bebe di daycare usang udah lepas diapers. Cuma di rumah emang masih pake. Akhirnya selama di daycare, Bebe selalu terus dicoba ditanya sama missnya mau pipis nggak? Dan jawabannya selalu nggak. Saya tanya Bebe, kenapa sih bila pipis nggak mau bilang?

“Soalnya saya aib bilang sama miss bila mau pipis”

YA AMPUN.

Iya sih ya, sama orang belum kenal ngomong mau pipis gimana yaaa. Nggak dapat bilang “permisi bu, toilet di mana ya?” gitu kan. Karena nggak dapat pipis sendiri hahaha. Kasian Bebe.

Akhirnya saya biarin aja deh. Biar ia penyesuaian dan kenalan dulu sama sekolahnya. Cuma tiap weekend bila di rumah doang ya saya nggak pakein diapers. Ngompol ya ngompol. Kalau lagi jalan ke luar ya pakein diapers aja. Karena sayanya udah siap jadi ya nggak stres. Nggak dibikin pusing lagi.

Ini mungkin yang mba Windi bilang bahwa toilet pelatihan lah dikala anaknya siap. Bebe udah tau bila ia harus pipis di kamar mandi, cuma kadang last minute banget ngomong pipis jadi ya kelepasan pipis di celana.

Minggu ketiga di sekolah, udah nggak pake diapers. Dan udah nggak ngompol sebab rutin “dipaksa” diajak pipis. Cuma ya pas pulang ngompol di mobil. Sempet juga sekali ia main sama saya di teras luar, jongkok lihat semut, eh tiba-tiba paving blocknya basah. Pipis ia hahahaha. Terus ia shock bengong, mungkin masih lupa bila ia nggak pake diapers kan.

Dua kali ngompol di car seat, jadi pelajaran buat ibu yang kenapa sik oon amat nggak kepikiran bila HARUS pipis dulu lah di daycare sebelum pulang. Ya udah besoknya sebelum pulang pipis dulu. Setelah itu kondusif ternyata.

Tantangannya cuma tinggal malem pas tidur. Tapi saya udah nggak mikir apa-apa sih, lepas aja bodo amat. Seburuk-buruknya yang terjadi pun hanya ngompol kan.

Akhirnya dari riset harian, saya tau pattern-nya. Bebe tiap malem sebelum tidur selalu mandi, pipis dong pasti. Nah bila abis mandi minum susu sekotak, maka ia probabilitas ia ngompol akan sangat rendah. Tapi bila minum susu dua kotak, ia PASTI ngompol.

Ya udah kini saya kasih susunya sekotak doang. Mayan kan ngirit HAHAHAHA.

Terus ya udah gitu doang. Apaan sih ya nggak terang amat saya cerita.

Intinya kini udah hampir 2 bulan di daycare baru, Bebe udah dapat nahan pipis dan udah dapat bilang bila mau pipis. Udah nggak pernah ngompol sama sekali, udah nggak last minute ngomong mau pipis. Di mall dan di daerah umum juga kondusif jaya, jalanan macet pun ia dapat tahan.

Diingetin buat pipis cuma sekali pas berdiri tidur sebab ia biasanya masih mong gitu kan melamun jadi ya diingetin pipis gres pergi ke daycare.

Saya nggak beraninya bila ke daerah kaya CFD gitu, jadi ahad kemudian masih saya pakein diapers. Eh tapi terus ia bilang dong “ibu saya pake pampers ya? Aku boleh pipis di sini aja?” HAHAHAHA PINTAR. Terus ia pipis sambil berdiri di tukang baso lol.

Gitu doang. Gampang kan? Alah siapa bilang toilet pelatihan susah hahahahahaha. Tinggal lepasin aja diapersnya kok. Nggak perlu pelatihan pants segala soalnya ... mahal. Yang penting niat. Udah gitu aja. *SOMBONG TAK TERKIRA* hahaha

Selamat hari Rabu!

-ast-

Detail ►

Sekolah Dan Kelas Sosial


Makara semenjak duluuuu sekali saya sering sekali denger orang ngomong soal bisa bayar sekolah tapi "nggak bisa sama kehidupan sosialnya" atau "sekolahnya sih murah, gaulnya yang mahal". Dulu jikalau denger itu saya niscaya mikir "halah ya udah nggak usah gaul sama ibu-ibunya ajalah kelar" dan "ya masa alasannya yakni nggak bisa gaul jadi nggak mau sekolah di situ".

SUNGGUH PEMIKIRANKU TERLALU SEDERHANA.

Karena semakin cukup umur diri ini, semakin sadar pula bahwa kok ternyata sekolah dan kelas sosial ini ada hubungannya ya? BENCIK. Dan ya murung sih sebenernya.

T______T

Pemikiran ini mulai muncul sehabis uang SD Bebe terkumpul super ngotot dalam waktu 3 tahun aja dari sasaran 6 tahun. Kemudian JG bilang gini "ya kita jangan jadi berhenti nabung lah, kita tetep nabung aja. Siapa tau uang SD Bebe jadi bisa lebih banyak, jadi Bebe bisa SD di daerah yang lebih manis lagi".

Di sini mungkin kalian menganggap kami shallow ya alasannya yakni menganggap sekolah mahal = bagus. Ya pernyataan itu tidak selalu benar dan tidak selalu salah sih. Karena banyak juga anak yang sekolah mahal tapi kok gitu-gitu aja?

Tapi kan argumennya gampang, jikalau udah di sekolah mahal dengan kemudahan segambreng, guru yang pandai dan mengayomi, ia gitu-gitu aja apalagi jikalau ia di sekolah biasa? Sebaliknya jikalau ada anak pinter di sekolah biasa, apa mungkin ia akan jauh lebih pinter di sekolah dengan kemudahan dan guru yang lebih? Logika aja ini maahhhhh.

Ya udah pada dasarnya kami agak-agak yeaayy senang alasannya yakni ada kemungkinan Bebe bisa sekolah di daerah lebih bagus. Pilihan jadi lebih banyak dan lebih leluasa. Meskipun babay rencana liburan hingga entah kapan hahahaha. Ternyata nggak bisa hening nabung liburan sebelum Bebe bener-bener niscaya sekolah di mana. :(

(Baca juga: Kriteria SD untuk Bebe)

Sampai suatu hari saya nggak sengaja baca thread panjang di Twitter (yang tidak bisa saya temukan lagi sayangnya). Tentang seorang ibu orang US sih, ia curhat betapa ia berharap anaknya nggak usah diundang ke birthday party temen sekelas. Karena jangankan beli hadiah ultah, buat ongkos ke pestanya aja ia nggak punya.

Saya bacanya masih yang "wahhh kasiaannn" terus retweet alasannya yakni murung gitu. Tapi ya udah masih nggak mikirin amat. DAN KEMUDIAN KAMI NONTON VIDEO ULTAHNYA ANAK ARTIS YANG GEMAS. *tebak sendiri lol*

Di video itu si anak lucu ulang tahun di sekolah. Sekolahnya di sini nih deket rumah saya. International school dong ya, pengantarnya bahasa Inggris. Metode sih sama kaya sekolahnya Bebe, montessori. Tapi ia pake Reggio Emilia approach juga jadi ceritanya paket lengkap lah. Saya jadi ingin tau juga berapa ya tuition fee-nya? Browsing sana-sini ternyata nggak semahal international school lain. Ya mahal tapi jikalau dibanding yang lain ini lebih murah.

Tapi bahkan di international school yang "murah" itu aja, saya mencelos liat hadiah dari temen-temennya. Di situ saya gres ngerasa relate sama si ibu-ibu Twitter yang berharap nggak usah diundang aja ke ultah daripada resah harus ngasih kado apa.

(Baca: Apakah Anak Perlu Preschool?)

Karena sebagai pecinta toko mainan dan wajib keliling toko mainan tiap ke mall, saya tau persis harga-harga kado itu. Semuanya jutaan HAHAHAHAHUHUHUHU. Atau ya mungkin ada kado-kado murah tapi tidak ditunjukkan dalam video ya siapa tau kan mari kita positive thinking lol.

Sekarang ambil tengahnya satu kado Rp 2juta. Sekelas ada 20 anak. Apakah dalam setahun saya harus punya budget Rp 40juta untuk beli kado DOANG? Kado buat ANAK ORANG pula? Nggak mungkin dong kita kasih mereka kado murah jikalau pas anak kita ultah ia ngasihnya kado mahal?

*merunduk makin rendah menyerupai orang berilmu* *berilmu dan minder beda tipis*

Saya kisah sama JG kemudian kami berdua menghela napas. Ternyata ini yang dibilang orang sebagai "mampu bayarnya tapi nggak bisa gaulnya" dalam urusan menentukan sekolah. Sedih banget.

via GIPHY

Sedih alasannya yakni ngerasa ya gap-nya akan ada terus. Orang kaya makin pinter dan ya gedenya makin kaya. Yang kelas menengah kebanyakan ya stay di tengah, kebanyakan akan jadi karyawan si orang kaya. Yang di bawah ya lebih susah lagi ngejarnya, kecuali sangat sangat sangat pintar.

Itu gres urusan kado ultah dan katanya banyak ya sekolah yang melarang rayain ultah di sekolah. Tapi tetep aja, gimana urusan gaulnya si anak? Urusan temen-temennya liburan ke negara entah apa sementara ya kami jikalau liburan ya nggak bisa bayar sekolah di situ. Urusan mainannya, urusan bajunya, urusan jajan dan makan di luarnya. HUHU.

Sekarang aja ada anak daycare-nya Bebe yang mobilnya Alphard. Si Bebe mempertanyakan loh: kenapa ia mobilnya besar sementara kita kecil? Anak 3 tahun bisa tau jikalau kendaraan beroda empat itu beda-beda. Sejujurnya saya sempet resah jawabnya dan nanya sama temen kantor "anak lo pernah nanya gitu nggak? Enaknya dijawab apa?" Untungnya masih bisa dijawab "mobil itu yang penting bisa jalan dan ada AC-nya, kita cuma bertiga jadi kendaraan beroda empat kecil gini cukup sekali".

Kebayang di umur 13 tahun pertanyaannya akan kaya apa jikalau sekolah di daerah yang nggak sesuai kelas sosial.

T______T

Oh iya. Ada lho anak yang tidak peduli sama hal-hal kaya gini. Ada banget saya tau belum dewasa yang nggak mikirin hal-hal ginian dan nggak peduli sama barang-barang kepunyaan temennya. TAPI YANG MIKIRIN JUGA ADA BANGET KAN. Dan kita nggak tau anak kita di golongan yang mana jadi ya apakah nggak sebaiknya memang pilih sekolah yang sesuai kelas sosial?

Pusing ya jadi orangtua. Saya pribadi relate gitu sama Geum Jandi pas masuk Shinhwa High School. Dia sempet nggak mau kan alasannya yakni takut sama pergaulannya, tapi orangtuanya ngotot alasannya yakni ingin anaknya dapet yang terbaik, gratis pula. Orangtua di mana-mana ternyata memang sama, bahkan di drama Korea. *HALAH*

Makara ya gitulah sharing hari ini. Tapi pedoman kaya gini mungkin hanya muncul dari kami-kami yang mati-matian nabung buat sekolah anak hingga nggak punya apa-apa. Kalau yang nggak ngoyo mungkin nggak mikir gini ya. Entahlah.

Kalian tipe yang mana? Sekolah di mana-mana sama aja atau mati-matian cari sekolah "sempurna" kaya saya dan JG?

-ast-

Detail ►

#Familytalk: Impian Bebe




Orangtua zaman dulu (apalagi generasi di atas saya) rata-rata punya impian untuk anaknya. Anaknya harus jadi PNS! Anaknya harus jadi dokter! Anaknya harus kerja kantoran! Anaknya harus jadi insinyur! *macam si doel*

Beda dengan orangtua millennials yang biasanya slow "serah deh mau jadi apa yang penting nggak rugiin orang lain". :')))

Baca punya Isti di sini:

Mungkin alasannya yakni sebagian di antara kita terlalu diatur hidupnya jadi saat punya anak, nggak mau terlalu ngatur. Teori parenting paling hits kan justru "tidak melaksanakan apa yang orangtua lakukan pada saya".

Bebe gimana? Makara apa ya Bebe di masa depan?

Karena saya sama JG anaknya nggak serius, kami suka ketawa-tawa jikalau ngebayangin si Bebe remaja jadi anak serius. Tau-tau beliau bahagia bersekolah dan bahagia belajar. Tau-tau bahagia pelajaran Matematika yang nggak kami sukai. Tau-tau anaknya serius banget berguru mulu nggak pernah main.

Hahahah niscaya saya dan JG akan dorong-dorong beliau untuk "main kek Be, kau kok berguru terus sih!". Sekalinya main, main game sendirian di rumah, geek geek gitu padahal saya sama JG kan (dulu waktu belum nikah) social butterfly banget alias di mana ada waktu main maka mainlah!

Kalau Bebe pendiam dan lebih suka main game sendirian di rumah ya udah nggak apa-apalah asal tetep mau cium ibu lol. Asal beliau nggak nyuruh kami membisu alasannya yakni bahkan kini aja Bebe mulai annoyed sama kelakuan kami yang kadang ajaib.

JG joget "appa jangan joget!". JG nyanyi "appa jangan nyanyi!". Saya dan JG ngobrol padahal beliau lagi serius main "IBU DIAM. JANGAN NGOMONG IBU!"

-__________-

Tapi gimana juga jikalau sebaliknya?

Ternyata Bebe remaja malas sekolah dan tidak suka berguru hahahahaha. Ya nggak apa-apalah,seharusnya saya udah nanya beliau mau kuliah apa semenjak kecil sih. Masuk Sekolah Menengan Atas harusnya kami sudah tau apa yang Bebe suka jadi ya mau sekolah silakan, nggak mau sekolah dan mau melaksanakan hal yang disuka silakan. Asal positif aja, nggak narkoba dan nggak kriminal wtf.

Saya dulu pas Sekolah Menengan Atas nggak malas sekolah sih, tapi saya malas berguru juga. Sekolah alasannya yakni mau ketemu temen-temen dan pacar aja HAHAHAHA. Tapi alasannya yakni saya udah tau apa yang saya suka, saya fokus di situ dan fokus untuk kuliah di bidang yang saya suka. Makara nilai Fisika 4 di rapot itu no big deal alasannya yakni demi apapun juga saya nggak akan kuliah teknik.

Kayanya Bebe akan saya gitukan juga. Itu jikalau beliau sekolah formal ya.

Kalau nggak mau kuliah gimana?

Makara inget anaknya seseorang di mana ayah ibunya profesor dan kucluk-kucluk anaknya lulus Sekolah Menengah Pertama bilang "aku mau STM aja terus kerja, saya nggak mau kuliah".

Krik krik.

Kuliahlaahhh. Kuliah dan kampus itu mendewasakan. Beda kan makanya teladan pikir orang kuliah dan nggak kuliah. Ketika nggak kuliah, kau stuck di teladan pikir anak SMA.

Mungkin ada pengecualian ya, tapi tetep sih se-millennials-millennials-nya saya. Saya maunya Bebe kuliah, kecuali beliau bisa mengubah pikiran saya huahahaha.

Maksudnya kuliah kan bebas banget ya. Suka musik? Ya kuliah musik lah! Sukanya bikin video di YouTube, ya kuliah sinematografi lah. Suka olahraga? Ya kuliah olahraga lah!

*sok artistik banget jurusan kuliahnya padahal tau-tau si Bebe sukanya Fisika terus masuk Fisika Murni alasannya yakni memang passionate pada rumus Fisika* *pingsan*

HAHAHAHAHHAHA

Terus kerjanya apa?

Apa aja asal nggak ngambil hak orang lain, Be. Apa aja asal Bebe bahagia melaksanakan itu. Apa aja asal Bebe nggak pulang ke rumah dengan muka capek dan bilang ingin resign aja.

Saya sama JG sih ngebayanginnya Bebe sama kaya kami sih (alias nggak akan suka eksak lol) since personalitynya udah mulai keliatan. Di luar ke-balita-an beliau yang suka lari-lari nggak terang sambil kepala liat ke atas hingga pusing dan jatuh, beliau kemampuan interpersonalnya bagus, seneng ngobrol, sama kaya appa dan ibunya lah pokoknya. Monkey see monkey do.

Kami punya waktu 20 tahun untuk bantu menemukan passion Bebe dan niscaya akan kami temukan! Hiduplah dengan passion biar nggak banyak ngeluh soal kerjaan!

Udah sih itu aja.

-ast-

Detail ►

Bebe Mencari Sd


Kemarin saya sempet mikir jikalau nyari preschool dan daycare aja saya survey hingga ke 7 tempat, apalagi cari SD ya? Pertimbangannya banyak juga sebab pertama, masuknya mahal jadi sebisa mungkin jikalau nggak ada perkara ya maunya nggak pindah sekolah dong. Kedua, bakalan 6 tahun dan akan menghabiskan masa kecil di sana. Makara mau yang bener-bener sreg.

Ternyata yang harus dipikirin banyak juga ya. *YAEYALAH*

(Baca semua tentang daycare di sini ya!)

Saya risikonya bikin Google Sheet dan di-share ke JG, nama sekolah, alamat, kurikulum, jarak dari rumah, uang pangkal, dan uang bulanan/tahunan. Sheet itu diisi dengan calon nama sekolah, sekolah yang nggak sreg nggak dimasukkan. Tiap kami sempat, kami diskusi dan browsing untuk melengkapi data-datanya, pros cons-nya, link-link blog yang pernah bahas, dan sebagainya.

Udah hampir setahun itu kayanya Google Sheet itu berjalan, masih tetep pusing juga hahahaha. Sharing aja yuk, sekalian mungkin ada kriteria yang saya kelewat. So far saya bikin kriteria kaya gini.

🏫 Lokasi erat rumah

Iya dong ya, meskipun kini ke daycare pun Bebe bisa sekali jalan 1 jam, tapi makin deket makin okelaahhh. Maunya yang deket-deket aja. Makara kami persempit pencarian ke Bandung Timur ATAU Bandung Barat. Karena rumah orangtua saya di Bandung Timur, rumah kami dan mertua di Bandung Barat lol.

Kalau Jakarta, prefernya Jakarta Barat, Pusat, dan Selatan. Meskipun saya masih resah apa Bebe mau sekolah di Bandung apa di Jakarta? Maunya sih di Bandung sebab kayanya lebih aman aja gitu, nggak sepanas Jakarta dan yaaa, gimana ya. Lebih "humble" aja kayanya lingkungannya.

Plus Bandung harusnya nggak serusuh Jakarta ya soal urusan keberagaman, if you know what I mean. Makara emang 80% berat ke Bandung sih. Tapi tetep kami bikin list Jakarta juga kok jadi masukan soal SD di Jakarta tetap siap diterima!

🏫 Sekolah umum

Bukan sekolah negeri dan sebisa mungkin sekolah umum (tidak berbasis agama apapun).

Maunya satu kelas nggak terlalu banyak muridnya sih semoga fokus aja. Terus juga pengen ekskul masa kini kaya robotika atau sinematografi. Maklum anaknya gampang terpesona pada ekskul keren lol.

Ini gara-gara diceritain temen ada SD mahal di Jakarta (stralah tak perlu disebut namanya) yang ada ekskul sinematografi terus film pendeknya ditayangin di Blitz hiksss. Dari sutradara, penulis skenario, hingga pemainnya anak SD semua! Keren banget kan saya sungguh iri. -_____-

🏫 Kurikulum/Metode Pengajaran

Kurikulum bebas, nasional, nasional plus. IB/Cambridge bolehhh tapi SPP nya jangan mahal-mahal. Ada nggak ya? Hahahaha. Sedih amat.

Kalau bisa bilingual dan jikalau bisaaaa banget full bahasa Inggris. Soalnya sadar diri nggak bisa bayarnya nih. Mentok ya udahlah ya pulang sekolah les atau di rumah jadi full bahasa Inggris. Tapi beneran sih maunya di sekolah juga pake bahasa Inggris gituuu, semoga dari kecil akademik Inggrisnya bukan conversational. *APA SIH IBU, IBU KOK BANYAK MAU*

Nggak mensyaratkan anak bisa calistung juga meski melihat Bebe sekarang, kayanya ia akan bisa sih calistung sebelum masuk SD HAHAHAHA SUNGGUH IBU HALU. Soalnya ini Bebe gres 3 tahun udah minta berguru baca terus sebab sebel liat ibunya baca timeline Twitter terus lol.

Montessori juga jadi nilai plus! Karena betah banget nih Bebe preschool montessori. Intinya pengen Bebe di sekolah yang nggak maksa anak duduk berguru jadi anaknya hepi di dalam kelas. Nggak mau juga ada sistem ranking dan terbukti lulusan bisa masuk ke Sekolah Menengah Pertama bagus. Yosh!

🏫 Bangunan

Jangan jelek-jelek amat lah, jikalau cantik banget dan banyak pohon serta taman ya jadi nilai plus. Yang penting kamar mandi nggak jorok, ada wastafel dengan sabun untuk basuh tangan, dan mushola yang proper. Ini kok kaya ngomongin mall ya. LOL

Soalnya saya waktu SD mending nahan pipis daripada harus pipis di sekolah saking toiletnya jorok. Padahal sekolah saya mayan jauh harus naik angkot. Adik-adik saya SD deket rumah jikalau mau pipis PULANG DULU KE RUMAH DONG. Makanya toilet itu penting banget huhu.

🏫 Lain-lain

Perpustakaan atau sekolah yang encourage membaca deh pokoknya. Ngerti akan kebutuhan anak yang unik dan beda-beda, jadi pendekatannya personal. Student oriented lah. Makanya paling yummy ya montessori sih sebenernya maahh. Tapi cari-cari kok susah ya di Bandung? Di Jakarta kayanya banyak deh.

Karena masih SD saya rada gimana gitu jikalau udah ada sasaran akademik banget yang dikejar. Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengan Atas gres deh nggak apa-apa. SD maunya masih rada “main”. Ya belajar, tapi nggak ngotot.

*PUSING KAN KALIAN SEMUA!*

Pusing dikit nggak apa-apa kok masih 3-4 tahun lagi tapi pengen netapin pilihan semoga segalanya pasti. Pengen mulai dateng-dateng open house juga tapi JUGA pengen dateng pas lagi sekolah biasa semoga liat belum dewasa dan suasana belajarnya. Harus cuti banget eym?

Yang pengen banget dikunjungi di Bandung itu Semi Palar sama Kuntum Cemerlang jikalau ke arah Barat, Gagas Ceria dan Mutiara Bunda jikalau di Timur. Mutiara Bunda sekolah Islam sih emang, tapi saya sreg banget deh, jadi tetep akan survey dulu lah.

Buibu ada yang anaknya di sekolah-sekolah yang saya sebut itu? Komen atau DM Instagram dong mau tanya-tanya bangeeettt.

Thank you!

-ast-

Detail ►

Life Updates



Semakin sini semakin jarang posting blog ya hahaha. Sibuk? Nggak juga. Memang nggak meluangkan waktu aja. Dulu saya dapat nulis blog di jalan, ngetik di HP, alasannya yakni memang terlalu banyak yang ada di kepala dan harus ditulis agar nggak stres.

Sekarang saya nggak ngoyo. Nggak ditarget lagi nulis blog jadi dapat nonton lebih banyak film, dapat baca buku lagi, dan yang terpenting dapat berguru gambar.

Waktu saya banyak sebenernya jika weekend, tapi dua hari itu dapat full banget berguru gambar hahahah. Saya masih ngawang soal gambar ini, belum nemu style yang pas, masih merasa kurang dan insecure banget.

Tapi orang tuh nggak percaya jika saya simpel ngerasa inferior. Hanya alasannya yakni saya sangat sangat percaya diri dan tampak yakin atas segala hal, bukan berarti saya percaya diri dalam semua lini kehidupan. Saya hingga browsing dan ini namanya inferiority complex.

Kalau lagi ngerasa inferior (sekarang inferiornya sama hasil karya orang-orang) saya dapat mual banget dan pribadi literally pengen muntah. Hoek gitu loh yang perutnya siap muntah. Saya self-diagnosed ini sebagai inferiority attack. Ya kaya orang-orang yang panic attack gitu cuma ini munculnya ketika rasa percaya diri jatuh bebas hingga pengen muntah. Kalau hingga saya muntah beneran, saya bertekad harus ke psikiater sih. Karena yakin ada yang salah.

UNTUNGNYA di sisi hidup yang lain lagi nggak ada problem apa-apa. Kalau lagi ada problem juga ya dapat anxiety terus-terusan kaya tahun kemudian yang hingga harus delete Instagram itu.

Itu soal gambar.

via GIPHY

Soal hidup berkeluarga *halah* kami lagi pengen liburan HAHAHA. Pengen doang tapi tidak diwujudkan alasannya yakni tidak mau keluar uang banyak.

Makara kan sebenernya dana pendidikan Bebe udah terpenuhi sesuai target. Nah tapi namanya juga ortu ambisius, ketika sasaran udah terpenuhi dalam setengah jalan malah mikir. “Lho jika gini tandanya kita dapat dong ya bayar sekolah yang lebih mahal? Kan masih ada waktu untuk nabungnya?”

KEMUDIAN NABUNG LAGI.

Makara tidak dapat liburan lagi. Mikirnya jika punya alokasi dana pendidikan 2 kali lipat, milih sekolah akan lebih bebas lagi. Ya meski kami udah punya sekolah pilihan sih. Sekolah pilihan ini uang pangkalnya 1,5 kali lipat dari sasaran dana SD Bebe. Makara ya udah. Nabung lagi.

Saya sama JG kayanya abnormal deh nih lama-lama urusan sekolah. Sampai jika mengkhayal pun semua mengkhayalnya soal sekolah Bebe.

Saya: “Eh jika ada yang ngasih kita uang 500juta, kita beliin rumah nggak sih?”

JG: “Nggak ah mending buat Bebe sekolah”

Saya: “Kalau dikasihnya 2 miliar?”

JG: “Beli kendaraan beroda empat ajalah yang 200jutaan, sisanya buat Bebe sekolah”


BENAR-BENAR TIDAK PEDULI PADA PROPERTI HAHAHAHA. Atau kaya semalem.

Saya: “Eh dapat deh kayanya kita jika ke Bali doang”

JG: “Wah, saya tanya bos saya deh dapat cuti atau nggak”

Saya: “…”

JG: “…”

Saya: “…”

JG: “Sayang sih ya tapi, simpen aja deh”

Saya: “Iya deh sayang, nggak usah deh”

HAHAHAHA.

SUNGGUH TEROBSESI.

(Pernah dibahas di postingan ini kenapa kami dapat menahan diri tidak liburan: Uang, Kontrol Diri, dan Instagram)

Apa kami jadi hidup sangat irit?



ITULAH NGGAK SAMA SEKALI.

Makara kami YOLO banget nih, jika mau beli sepatu ya beli. Kalau mau beli baju ya beli. Kalau mau makan lezat ya makan. Uang-uang ini padahal dapat banget ditabung untuk dana liburan kan.

Tapi TAKUTNYA ketika dananya terkumpul eh loh malah nggak mood liburan dan masuk ke tabungan sekolah juga? Sebel dong. Udah susah-susah hidup susah tapi kok ya ujungnya buat Bebe juga LOL. Semacam nggak rela. Makara ya kami senang-senang lah di Jakarta asal uang sekolah Bebe aman.

Ribet eym.

via GIPHY

Soal kehidupan sebagai orangtua. SAYA AKHIRNYA BISA DECLARE SAYA SENANG PUNYA ANAK HAHAHAHAHAHA. Sebelumnya ya gitu aja lempeng sih. Yang follow di IG niscaya udah ngeh kan soal stories baby blues. Ada di highlight saya deh cek aja.

Ya Bebe udah simpel banget segalanya. Udah mandiri, saya hasilnya punya hidup saya lagi. Pantes dapat nonton film, baca buku, dan gambar ya. Dulu hiburan satu-satunya ya nulis blog sambil nenenin. I have my life back now.

Kebayang yang kemudian hamil lagi kemudian hamil lagi anak ketiga. Kalau punya anak setiap 3 tahun dan anak dapat bangkit diatas kaki sendiri di umur 4 maka butuh 10 tahun untuk dapat kembali punya kehidupan sebagai individu dan bukan lagi hanya sebagai ibu. Wow sungguh memang saya kurang keibuan.



Udah sih gitu aja.

-ast-

Detail ►

Sex Education Untuk Balita

Kemarin saya buka question box di IG dan banyak yang request topik sex education untuk balita. Surprise alasannya yakni mikir “oh iya ya emang nggak pernah nulis soal ini di blog”.



Padahal banyak banget sih yang dapat diceritain. Terakhir saya bahas soal edukasi seks untuk balita itu gres sekadar mengajarkan perbedaan pria dan perempuan. Dan itu udah tahun 2016 lho, Bebe umurnya masih 2 tahun!

Postingannya dapat dibaca di sini: Mengajarkan Gender pada Balita

Sekarang, 2 tahun kemudian, pembicaraan soal seks kami udah makin advance sih kecuali satu yang Bebe belum tanya dan saya masih deg-degan jawabnya: Gimana caranya sperma ketemu sel telur?

Belum nyampe otak Bebe ke situ dan tiap di buku ada kalimat itu saya skip dulu. Kaprikornus hingga kini beliau masih mikir jikalau bayi itu puff! muncul begitu saja di perut. Saya BELUM ceritakan soal caranya alasannya yakni anak seumuran Bebe masih dongeng segala hal ke temen-temennya di sekolah tanpa filter kan.

BENER-BENER KARENA INI.

Triggernya alasannya yakni sempet ketemu dan ngobrol santai sama psikolog di sebuah event. Dia dongeng ada ibu-ibu di sekolah anaknya (udah kelas 6 SD) yang komplain alasannya yakni anaknya diceritain soal proses pembuahan sama temennya di sekolah. Anak itu ceritain gimana caranya sperma ketemu sel telur dan dapat jadi bayi, which niscaya dong ada kata-kata penis masuk ke vagina.

Si ibu merasa dongeng itu too much buat anaknya, doi panik, dan KOMPLAIN KE SEKOLAH. Terus yang salah alhasil ibu yang jelasin soal proses pembuahan ke anaknya. Iya jadi beliau yang salah, padahal anaknya udah kelas 6 SD juga. Emang masuk akal nggak sih jikalau kelas 6 SD udah mempertanyakan gimana dapat sel telur ketemu sama sperma. Lha si Bebe aja gres 4 tahun udah ingin tau banget soal bayi dalam perut. -______-

Saya sadar saya bener-bener sangat berpotensi jadi ibu si anak yang menceritakan proses pembuahan itu. Akhirnya saya rem dan hindari dulu bab itu mungkin hingga Bebe SD. Atau mungkin hingga beliau dapat “jaga rahasia”. Sampai beliau dapat dibilangin “tapi jangan dongeng ke temenmu ya, agar mereka diceritain ayah ibunya juga”. Sekarang terperinci belum bisa. Sekarang mah apa juga beliau ceritain ke temen sekolah kok.

Sekarang saya mau menjelaskan cara edukasi seks untuk Bebe di umur 4,5 tahun. Saya tahu cara ini mungkin terlalu ekstrem untuk sebagian dari kalian. Tapi saya nggak mau ambil risiko sih. Semakin gede, rencananya sih akan blak-blakan aja soal semuanya. Apapun yang beliau mau tanya, beliau boleh tanya dan saya akan jawab. Memang ini sungguh sebuah tekad.

Mungkin jikalau udah remaja beliau dapat jadi risih, mungkin malu, tapi harus kami duluan yang ngasih tahu beliau sebelum beliau tahu sendiri, tahu dari orang lain atau bahkan coba sendiri. Harus kami yang ngasih tahu beliau soal proses seks, risiko, nilai yang dianut, dan segalanya. Nggak dapat guru, nggak dapat orang lain.

Sudah siap belum ibu-ibuuuu?

(Dulu pernah juga nulis sekilas: Pendidikan Seks untuk Anak)

Rasa aib level 2

Kalau secara teori kan usia balita itu cuma memperkenalkan nama kelamin dengan nama bergotong-royong (penis dan vagina!) dan mengajarkan rasa aib aja. Itu tentu sudah.

Di level 1, rasa aib hanya diajarkan sekadar dihentikan telanjang di luar kamar dan kamar mandi. Ini dapat diajarin dari sebelum 2 tahun banget sih.

Kalau kini di level 2 (HALAH NGARANG LHO INI LEVELNYA) beliau udah otomatis aib sendiri. Bahkan saat sepupu-sepupunya hambar aja buka baju sebelum mandi di luar kamar mandi, Bebe tetep teguh pendirian. Dia cuma buka baju di kamar mandi, pakai handuk keluar kamar, dan hanya mau pakai baju di kamar.

Rasa aib ini emang harus dibiasain dari kecil banget sih. Mengasah wacana privasi dan private parts juga jadi lebih gampang.

Tentang private parts

Speaking of privacy and private parts … ini yang paling bikin deg-degan sih alasannya yakni banyak info pedofil. T_______T Saya brainwash banget jikalau yang boleh pegang penis dan pantat Bebe cuma ibu, appa, miss di sekolah, dan nini (kalau di Bandung mandi seringnya sama nini soalnya).

Ini diulang-ulang banget setiap kali inget. Saya juga tanamkan jikalau private parts itu bukan cuma penis dan pantat. Kalau tidak suka pipinya dicolek orang nggak dikenal juga beliau boleh marah.

Iyalah boleh marah. Aneh deh kenapa nyolek pipi anak kecil orang lain itu dianggap masuk akal ya?

Lha kita emang suka tiba-tiba pipinya dicolek strangers? Kan nggak! Kalau kita nggak suka ya jangan lakuin itu juga ke anak kecil alasannya yakni ya LO SIAPA JUGA COLEK-COLEK. IH.

Mandi bareng

Saya mandi bareng banget sama Bebe dari beliau bayi alasannya yakni seru aja. Selain itu efektif juga jikalau emang di rumah cuma berdua sama Bebe. Tapi masuk 3 tahun, saya stop mandi bareng.

Selama 3 tahun itu kami mencar ilmu banyak hal banget wacana anatomi tubuh. Tentang wanita tidak punya penis dan punyanya vagina. Laki-laki tidak punya payudara dan wanita punya.

Awalnya berhenti mandi bareng agar Bebe nggak liat nenen sih. Kasian kan abis weaning, masih harus liat nenen hahahaha. Lama-lama sekalian aja saya bilang alasannya yakni sudah besar jadi tidak mandi bareng ibu lagi. Kebetulan momennya pas dengan “kedewasaan” Bebe: weaning, masuk sekolah, berhenti screen time di weekdays, stop mandi bareng.

(Baca proses weaning Bebe: Menyapih Diri Sendiri)

Tapi sama JG sih masih banget hingga kini beliau mandi bareng. Lama-lama kebentuk sendiri juga soal ini. Di mall udah jarang mau ikut ibu ke toilet wanita jikalau nggak terpaksa. Dia protes “aku laki-laki, saya nggak mau ke kawasan perempuan”. Fine! *loh kok ngegas*

Jelaskan semuanya dengan JELAS dan BENAR

Dimulai dari awal banget yaitu penis dan vagina diakhiri dengan ... JANGAN NGELES!

Sama saya sih Bebe bahas apapun alasannya yakni saya nggak pernah awkward. JG tuh masih suka awkward hahahaha. Kalau beliau nanya ke JG dan JG jawabnya bingung, ya saya yang jawab aja sih. Bukannya TIDAK dijawab.

Intinya kami nggak mau bikin pembahasan soal kelamin yakni sesuatu yang tabu. Jelasin bayi lahir alasannya yakni baca buku soal bayi. Ya tunjukkin aja.

“Ini vagina saya kan ya (tunjuk vagina di luar celana). Rahimku di sini (tunjuk posisi rahim), kepala kau ada di bawah sini ya udah terus kau keluar deh dari vaginanya.”

Sesuai ekspektasi beliau nanya “tapi kepala bayi kan besar, vagina kan kecil?”

Saya kasih lihat aja video gentle birth atau water birth sambil dijelasin jikalau rahim dan vagina itu lentur dan kepala bayi belum keras kaya kepala kamu, bisa-bisa aja keluar dari vagina. Jelasin juga ada yang anaknya lahir lewat operasi juga, nggak semua anak keluar dari vagina.

Kenapa videonya harus water birth atau gentle birth, alasannya yakni ibu-ibu yang gentle birth kan kalem-kalem amat ya. Nggak jerit-jerit, jadi nggak mengerikan sama sekali.

Manusia itu mamalia

Ini proses menormalkan proses kelahiran sih. Child birth sering dianggap mengerikan alasannya yakni melibatkan darah kan. Bebe kebetulan udah tau mamalia dan jenis-jenis hewan, saya tinggal bilang aja insan itu mamalia. Manusia melahirkan dan menyusui menyerupai mamalia lainnya.

Kemudian weekend itu kami binge watching semua mamalia melahirkan. Sebut aja binatang apa, kami udah lihat hampir semua binatang mamalia melahirkan. Demi menormalkan proses kelahiran!

Sampai kini Bebe menganggap melahirkan itu hal normal aja. Nggak tabu, nggak malu-malu, nggak aneh. Tetep pake tambahan yang dapat melahirkan itu orang besar ya!

Beri batasan

Batasan ini gres saya kenalkan sehabis pembicaraan dengan psikolog itu. Langsung “dheg” gimana jikalau di sekolah Bebe dongeng soal bayi keluar dari vagina ke temennya dan ibu temennya freak out. HUAAA PANIK.

Sekarang Bebe diwanti-wanti hanya boleh bicara soal penis dan vagina di rumah dan di sekolah. Jangan teriak di mall gitu. Alasannya adalah, ngeliatin penis kan aib maka diteriakin juga malu. Ngeliatin penis ke ibu kan nggak malu, diomongin ke ibu juga nggak malu.

FYUH.

Kalau kalian yang justru panik atau risih liat vagina orang lain sih gimana yaaaa. Bingung juga. Balik lagi saya nggak liat itu secara seksual sih, murni edukasi aja. Saya sama sekali nggak terganggu liat ibu-ibu telanjang, topless, water birth dengan vagina divideoin.

Sama menyerupai saya nggak terganggu liat lumba-lumba atau panda melahirkan. Terserah lah jikalau abis ini malah salah fokus dan bilang: insan kok disamakan dengan binatang. TERSERAH. Bodo amat.

Saya sendiri ya nggak bakalan lah bikin video water birth fokus ke vagina kemudian di-upload gitu. Tapi saya nggak pernah memaksakan standar saya untuk orang lain. Malu dan tabu kan berdasarkan kita. Kalau berdasarkan orang lain nggak malu, nggak apa-apa banget. Malah banyak yang menganggap video semacam itu empowering woman. Woman can do anything!

Kalau kalian ngerasa ini terlalu ekstrem dan tetep nggak mau liatin proses lahiran alasannya yakni menawarkan kelamin orang lain, kayanya kalian harus tanya pemuka agama deh sebaiknya gimana jelasinnya. Kalau saya sih nggak mau pake kata-kata “nanti jikalau udah gede juga kau tau” alasannya yakni wow terlalu berisiko.

Prinsipnya jikalau beliau udah nggak penasaran, beliau nggak akan cari tahu sendiri diam-diam. Kalau soal seks yang dianggap tabu dari yang tertabu aja udah terbuka, semoga hal lain juga beliau mau selalu cerita.

Dan kami, orangtuanya harus jadi orang pertama yang beliau tanya untuk apapun. APAPUN. Bahwa ia akan selalu diterima di rumah, apapun kondisinya. Bahwa ia akan selalu anak kami, apapun alasannya. *mulai mellow* T_______T

Gitu sih. Kalian gimana ngajarin soal seks ke anak?

-ast-

Detail ►

Bebe’S Story #53 - #57


HOLA! Punya materi Bebe’s Story banyak daripada numpuk kebanyakan saya posting hari ini aja deh. Random banget hahahah.

#53

Ikan di rumah hamil gede banget terus punya anak setitik-setitik kecil banget.

Bebe: “Ibu, ikan hamil terus punya anak kecil?”

Ibu: “Iya”

Bebe: “Ibu kok hamil aku? Aku kok kini besar?”

Ibu: “Iya pas hamil itu ibu makan banyaaaakkkk banget supaya Xylo-nya jadi besar”

Bebe: “Ibu makan banyak? Makannya keselek nggak?”

CONCERN-MU ITU MENGAPA SUNGGUH BALITA SEKALI LOL

*

#54

Bebe main di rumah aki.

Bebe: “Ibu, tadi saya liat keong”

Ibu: “Oya liat di mana?”

Bebe: “Di lapang, rumahnya nggak ada!”

Ibu: “Wah rumahnya ke mana?”

Bebe: “Rumahnya dijual”

Aduh kasian keong-nya butuh uang banget kayanya. Aku sungguh relate. :(

*

#55

Salah satu hal yang selalu kami tekankan pada Bebe ialah merokok itu tidak baik, jika ada orang merokok harus kabur. Bebe juga punya buku organ badan insan jadi dapat diliatin pribadi rokok itu merusak apa.

Ibu: “Rokok itu merusak apa, Be?”

Bebe: “Jantung dan paru. Ayam punya paru ya ibu?”

Ibu: “Ya punya, hewan juga punya paru”

Bebe: “Iya, makanya ia manyun”

Ibu: “KOK MANYUN?”

...

...

ASTAGA PARUH ITU BE, PARUH YAAA, PARUHHHHH. BUKAN PARU. :(

*

#56

Hari Minggu malem, Bebe suka ala-ala nggak mau sekolah besoknya BIAR NGGAK DISURUH TIDUR. Jet lag alasannya ialah weekend tidur siang nggak bener kan, jadi malem suka belum ngantuk. Ibu dan appa harus tidur tapi kaannn!

JG: “Be, tidur dong, kan besok sekolah!”

Bebe: “Nggak ah, sekolah nggak seru!”

JG: “Ya udah jika gitu kau di rumah aja, ibu dan appa kerja ya?”

Bebe: “Jangan laahhh, nanti jika ada kecoa gimana?”

CONCERN-MU ITU MENGAPA SUNGGUH BALITA SEKALI LOL (2)

*

#57

IBU NYERAH BANTU BEBE PIPIS SAMBIL BERDIRI. NYERAH! Gimana sih caranya pipisin anak pemuda itu. Kok selalu ada sisa pipis kena celana? Putus asa deh. Makanya jika sama saya Bebe pipisnya jongkok aja. Tapi jika buru-buru kan suka nggak sempet jongkok ya. Suatu kali abis Bebe pipis berdiri, KENA LAGI CELANA.

Ibu putus asa: “Aduh ibu nyerah deh, Be. Kok kena celana terus ya?”

Bebe: “Ibu, ibu kok lupa caranya pipis?”

Ibu: “Bukan lupa, ibu memang nggak tau caranya gimana. Ibu kan nggak punya tit*t”

Bebe: “Aku nggak pernah lupa soalnya saya kan punya tit*t”

HAHAHAHAHAHAHA.

Bonus. Di suatu hari yang random, nggak ada angin nggak ada badai.

Bebe: “Ibu, jika sama ibu saya bilang tit*t jika sama miss di sekolah saya bilangnya penis loh”

OKE BE. INFORMATIF SEKALI. TERIMA KASIH SUDAH MEMBERI TAHU IBU. LOL.

PS: Kenapa nulis tit*t tanpa bintang terasa vulgar tapi penis nggak ya? HMMMM.

*

Sampai jumpa di dongeng Bebe selanjutnya ya!

-ast-

Detail ►

Bebe Yang Jijikan Dan Sensory Play

[LONG POST]


Kalau kalian udah usang baca blog saya niscaya tau kalau saya nggak pernah main sensory sama Bebe. Pertama, males. Kedua, males beres-beresnya. LHA HAHAHA.

Yaaa, saya mikirnya ya mainan itu bentuk mainan edukatif biasa aja. Terserah dong mau main sensory apa nggak? Toh banyak juga orang yang kecilnya nggak sensory play tapi pinter-pinter aja. Kaprikornus saya selalu menganggap main sensory itu opsional.

Sampai saya kena batunya sebab daycare dan preschool Bebe yang kini montessori!

Padahal beneran deh, saya pilih daycare dan preschool kini bukan sebab montessorinya. Karena Bebe masih 3 tahun, saya pokoknya pilih daycare yang sesuai kriteria daycare idaman aja. Rumah luas dan nyaman, ada halaman, mainan banyak, dan yang paling penting: kamar dan kelas DIPISAH.

Survey ke 7 daycare dengan preschool/program belajar, cuma ini yang masuk ke semua kriteria yang saya mau. KEBETULAN ternyata mereka montessori, oh ya udah anggap nilai plus aja dong ya.

Ternyata nggak! Karena montessori tandanya banyak main sensory! Dan Bebe nggak kenal apa itu sensory play! *NGGAK BISA SANTAI*

🍎 Foto yang hilang πŸŒΌ

Mistis yah sub-judulnya lol.

Tiap hari, miss dan teacher di daycare Bebe selalu kirim foto aktivitas seharian. Dan saya menyadari bahwa ada beberapa aktivitas di mana Bebe nggak ada fotonya. Awalnya saya mikir oh mungkin ia males kali. Soalnya sebab kelasnya tidak mengecewakan padat, dari awal masuk saya kasian sendiri sama Bebe.

Kaprikornus saya udah bilang sama Bebe “Be, kalau kau ngantuk atau nggak mau belajar, bilang sama miss aja ya. Tidur aja biar, bilang miss kau nggak mau belajar”

Orangtua macam apa ya yang nyuruh anaknya skip school begini HAHAHA. Abisan kasian ih anak kecil kok ya penuh planning gitu. Kali aja ia mau main ya boleh, gitu loh maksudnya. Karena anak lain semuanya udah mau 4 tahun gitu umurnya. Bebe paling kecil.

Padahal kegiatannya seru sih. Misal bulan ini temanya flora di sekitar kita, tema hari ini pepaya. Maka mereka jalan (NYEKER) ke taman liat pohon pepaya, pegang pohon pepaya, motong sendiri buah pepaya, makan sendiri. Kemudian menggambar dan melekat pepaya dan diakhiri dengan main dengan material montessori.

Nah foto Bebe suka ngilang di pecahan montessori! Ke mana dia!

Saya tanya ke gurunya, katanya "Xylo maunya main lari-larian aja bu, nggak mau disuruh pilih material". OOOHHH. Saya bilang "oh gitu ya udah nggak usah dipaksa ya miss"

YAKALI MASA MAU DIPAKSA.

🍎 Bebe ngamuk πŸŒΌ

Bebe di daycare gres nggak nangis sama sekali. Saya udah pernah kisah di sini: Bebe Sekolah!

Anaknya emang ekstrovert sih, dari hari pertama ia pribadi dapat mingle sama anak lain gitu. Kaprikornus nggak ada tuh drama “ibu nggak boleh kerja” sama sekali. Sampai suatu hari sehabis sebulan Bebe kesudahannya nangis. Karena …



tangannya kena lem.

YES PEOPLE. TANGAN KENA LEM.

Kaprikornus aktivitas di kelas hari itu ialah menempel. Bebe ogah-ogahan colek lem pake jari. Terus missnya iseng nyolekin lem ke punggung tangan Bebe. Kemudian ia sakit hati banget dan marah.

Dia lari keluar kelas dan keluar rumah. Nangis ngamuk di teras manggil-manggil ibu hingga ketiduran di dingklik teras zzz. Kenapa ia begitu? Karena ...

🍎 Bebe yang jijikan dan taat aturan πŸŒΌ

Sejak kecil, Bebe tuh udah geli sama tekstur. Dia nggak suka jalan di karpet garang atau rumput sintetis. Dia nggak suka saya pake jaket jins atau baju-baju yang ada teksturnya. Risihan lah padahal saya di rumah bukan yang hygiene freak gitu kenapa si Bebe demikian. Entahlah kupun kurang paham.

Jijikan ini combo sama taat aturan. Nggak tau deh antara anaknya memang bagus atau sebab kami tidak menegakkan hukum sambil marah-marah jadi ia malah nurut banget. Saya sama JG jarang (bukan nggak pernah lol) banget murka sama Bebe sebab ya untuk apa? Kaya percuma gitu. Kalau ngomong baik dapat ya kenapa harus murka gitu loh.

Paling simpel mah hingga kini Bebe nggak pernah coret-coret dinding sebab saya pernah kasih tahu kalau gambar ya di kertas. Kalau aturannya begitu ya ia nurut. Makanya hingga kini ia dapat main sepeda dengan gear lengkap itu sebab ya berdasarkan ia hukum naik sepeda emang gitu.

Terus kenapa saya bilang combo? Karena ada peraturan-peraturan yang jadi nyambung sama sumber kejijikan.

Contoh: “main ke luar HARUS pake sendal/sepatu ya Be!”

Maka si Bebe keluar rumah selalu pake sendal dan sepatu dan ia jadi jijik kalau nggak pake. Dari kecil banget kalau ada anak daycare lain yang lari keluar nggak pake sepatu, BEBE AMBILIN SEPATUNYA DAN DIPAKEIN KE ANAK ITU.

Contoh lain, semenjak kecil saya nggak pernah murka kalau ia numpahin makanan atau minuman, ia pribadi tau diri aja pribadi ambil lap dan lap sendiri. Hasilnya? Dia selalu hati-hati dan berusaha nggak numpahin apapun.

Yang mana hal-hal kaya gini ternyata susah kalau sekolahnya montessori.

Saya liatin ke Bebe foto temen-temennya yang main sensory dan nanya kok Bebe nggak mau main ini?

Misal mindahin air pake sponge ia jawab "nggak ah tar tangan saya lembap terus airnya tumpah-tumpah kena meja" (males ia nanti harus pel sendiri)

Main air di halaman sambil nyeker "nggak ah nanti kaki saya basah" (karena main di halaman seharusnya ya pake sendal dong ibu!)

Finger painting “nggak ah nanti tangan saya kotor” (tangan kalau kotor aja pribadi dicuci, ini kok malah sengaja dikotor-kotorin? kan dapat pake kuas!)

Mindahin biji-bijian pake sendok, jawabnya "aku jijik sama biji itu"

GOD.

🍎 Terus saya sedih 😟

Saya ngerasa gagal banget sebab kenapa sih Bebe kaya gitu? Saya beneran nggak apa-apa kalau Bebe skip kelas sebab ia ngantuk atau capek, tapi masa skip sebab jijik? Curhatlah sama geng kesayangan dan disuruh tes ini sama Gesi untuk nentuin ada yang ketinggalan nggak milestone-nya?

Saya coba dan nggak ada. Sampai 52 bulan juga Bebe masih oke. JG konsultasi sama temennya yang psikolog anak dan kesudahannya ditarik kesimpulan bahwa:

Bebe cuma kurang main sensory di rumah hhhh.

Malem itu juga saya bertekad dan mulai coba colek-colek lem di rumah. Random aja saya sama Bebe colek-colek lem ke kardus bekas susu. Nggak bikin apapun. Bebe awalnya resah gitu ngapain sih? Tapi saya cuekin aja dan saya colek-colek terus. Lama-lama ia ikut colek hingga beberapa menit kemudian ia mulai risih dan lari sendiri ke kamar mandi untuk basuh tangan. Saya diemin aja nggak paksa.

BESOKNYA DI SEKOLAH BEBE MAU COLEK LEM! Meskipun mukanya masih jijik dan beneran nyolek pake ujung telunjuk gitu. Hahaha. Nggak apa-apalah kemajuan.

Ternyata bener kata Gesi dan temennya JG, ia begitu sebab nggak terbiasa aja. (ya masa saya biasain jijik-jijikan sih? HAHAHA IBUNYA EMANG RESE)

Terus kemarin nyoba main kacang ijo dan tadi pagi sih ditanya Bebe bilang mau main biji-bijian di sekolah. Nggak tau deh hari ini, belum dikirim foto dan belum ketemu Bebe. SEMOGA BENERAN MAU YA.

Kaprikornus sesuai saran Gesi saya mau merencanakan mulai main sensory di rumah. Seminggu sekali mungkin (KALAU NGGAK MALES). Goalsnya belum akan sesuai teori kaya nyendokin dari kiri ke kanan blablabla, yang penting Bebe mau MEGANG dan NGINJEK dulu aja banyak sekali tekstur.

Soalnya sayang banget deh udah bayar sekolah terus Bebenya nggak mau ikut semua aktivitas cuma sebab nggak terbiasa melakukannya sama saya di rumah. Kaprikornus ibu peernya banyak banget ya. Banyak peer dan ogah rugi, ribet deh elah.

Tapi urusan hukum plus megang tekstur ini emang jadi bingungin sih. Misal ia makan jelly. Seharusnya makan jelly ya pake sendok dong ya supaya nggak lengket ke tangan. Tapi dalam rangka megang banyak sekali tekstur jadinya saya keluarin jelly dari cupnya dan taro aja di tangan ia terus Bebe resah "kok boleh saya pegang jelly? Nggak pake sendok aja ibu?"

GIMANA DONG BEEE. Akhirnya ya saya jawab "boleh deh, tapi abis itu harus pribadi basuh tangan ya!" Huhu. Padahal saya sendiri aja dapat risih banget tangan lengket apalagi mikirin harus nyeker di taman atau harus main pasir di pantai gitu oh no. No no no. T________T

*

Dan ya, untung aja Bebe preschool! Minimal saya jadi punya pembanding oh anak seumur ini harusnya sudah dapat apa. Kalau nggak mungkin saya akan tetep halu kalau Bebe anak paling hebat, padahal ternyata ya sama aja kaya anak lain hahaha.

“KOK MALAH BANDING-BANDINGIN ANAK SIH!”

Ya kalau milestone mah perlu dibandingin atuh. Kan udah terperinci umur sekian harus dapat apa minimalnya. Yang nggak perlu dibandingin itu urusan value di keluarga kan. Urusan mau minum susu apa nggak, toilet pembinaan umur berapa, disiplin duduk di high chair apa di lantai aja, dsb. Value keluarga mah beda-beda, tapi milestone sih udah ada standarnya kan.

Kaprikornus ya, itu aja! Next saya mau kisah juga soal Bebe yang mendadak penakut. Nanti yaaa!

See you!

-ast-

Detail ►

Hal-Hal Yang Berubah Sesudah Pilkada Dki


Halo! Lama nggak nulis #SassyThursday dan sekalinya nulis topiknya pribadi yaaa gitulah. Jarang-jarang gue nulis politik di blog kan, tapi kali ini pengen aja nulis. Mungkin sanggup kasih pandangan lain, mungkin juga nggak. :)

Baca punya Nahla:

Oke jadi pasca urusan pilkada dan demo-demo itu, yang berubah bukan cuma gubernur Jakarta tapi juga BANYAK hal lainnya. Betapa efeknya besar banget dan membukakan mata

Apalagi pasca gubernur gres tiba-tiba bahas pribumi, sengaja atau tidak sengaja cuma makin menguatkan bahwa di posisi ini loh kita. Sementara banyak yang memperjuangkan kesetaraaan manusia, ini malah ras aja diungkit-ungkit terus. :(

Sedih sih tapi ya, duka aja dibilang kafir kali deh gue, terserahlah. Ini ia hal-hal yang gue rasakan sendiri berubah sesudah demo dan pilkada:

Orang jadi berani menawarkan diri bahwa ia paling "beragama"

Tidak apa-apa share soal agama di media sosial, yang jadi duduk kasus ialah dikala orang MEMAKSAKAN agama dan kepercayaan pada orang lain. Paksaan itu apapun bentuknya, ialah kondisi yang tidak nyaman.

Sementara yang terjadi ialah bikin status terus, komen sana-sini, copas terus di group WhatsApp mengajak ini itu alasannya ialah merasa benar. Tandanya kalian memaksa orang lain untuk ikut ambil bagian. Kalau tidak ambil bab maka orang itu kafir dan tidak membela agama. Wow, speechless.

Bertanya apa agama orang lain aja dianggap nggak sopan loh, ini mempertanyakan kepercayaan orang yang seagama. Sangat-sangat tidak sopan. Saking sebelnya, JG hingga nggak mau ngaku cuma supaya orang-orang ini kesel doang dan merasa "menang".

Kaprikornus (oke ini sebenernya agak cringey diceritain tapi biarlah supaya contoh) JG dari kecil rajin solat, dari SD rajin ke pengajian-pengajian (maklum anak Gerlong). Tapi ada orang-orang annoying yang menganggap JG "keliatannya" nggak beragama dan suka iseng aja gitu nanya "tadi jumatan nggak?"

YA NURUT NGANA? Ya udah sama JG dijawab "nggak ah, udah pernah" -_______- Karena itu pertanyaan annoying dan kejauhan gitu loh. Kemudian mereka negur lalala harusnya gini harusnya gitu. Orang-orang judgmental dan merasa paling ngerti agama gini loh yang nyebelin dan bikin nggak nyaman.

:(

Sebaliknya orang-orang jadi berani nunjukkin bila ia nggak beragama

Banyak temen-temen gue yang sebelumnya Islam tapi kemudian jadi "nggak ah, I'm done with religion". BANYAK. Karena mereka nggak kenal-kenal amat sama agama terus tiba-tiba dihadapkan pada Islam yang "begitu". Yang memaksa, yang rasis, yang sama sekali tidak damai. Ilfeel, aib sendiri kemudian bye beneran deh jadinya.

Kaprikornus bila kalian menganggap segala demo dan urusan Pilkada ini mengangkat nama Islam, ya mungkin di satu sisi benar. Tapi kalian juga harus tau bila ada sisi lain yang menganggap sebaliknya. Ya sisi yang kalian bilang kafir sih. 

Dan orang-orang ini jadi tidak mengajarkan agama pada anak-anaknya, atau justru mengajarkan semua agama. Supaya anaknya sanggup milih sendiri dan jadi nggak kaya mereka, harus berpuluh tahun hidup dengan agama turunan orangtua kemudian ilfeel sendiri gara-gara apa? Gara-gara Pilkada. Hiks. Sedih.

(Baca: Balita Ditanya Agamanya Apa: Agama dan Manusia)

Teman-teman minoritas jadi nggak nyaman


Kata Jessicha temen kantor gue "setelah urusan pribumi ini gue makin ngerasa gue Cina sih".

T______T

Ini jahat sih. Orang-orang ini juga dari zaman kakek neneknya udah di sini kali, sama kaya kalian, kenapa dibeda-bedakan sih? Bikin nggak nyaman banget.

Iri alasannya ialah mereka kaya? Karena mereka berkuasa? Ya kalian ke mana aja hingga nggak sanggup kaya dan berkuasa?

Lagian stereotyping banget sih bilang "Cina = kaya". Karena bila ia kaya dan ia keturunan Chinese maka kita bilang “ah pantes kaya, Cina sih”. Tapi bila orang Jawa kaya keluarga Sutowo kaya raya kita nggak bilang apa-apa, nggak bilang "ah pantes kaya, Jawa sih". Padahal mereka KAYA RAYA BANGET LOH. Berkuasa dan kuat juga.

Dan orang itu sanggup jadi kaya alasannya ialah kerja bukan alasannya ialah rasnya apa! Pun demikian dengan Ahok sanggup jadi pemimpin yang disukai banyak orang alasannya ialah ia KERJA.

*fyuh asing nulisnya capek banget gue*


Banyak yang jadi pengen pindah negara

Pindah ke Eropa gitu yang lebih tenang atau pindah ke mana pun yang orang rasisnya nggak sebanyak di sini dan di Amerika. T_______T Banyak yang jadi nyeletuk "duh rasanya pengen pindah negara aja" saking hopeless-nya sama negara ini.

Gue sama JG pengen banget sih dan hidup dari nol sebagai minoritas dan bukan pribumi. Terutama pengen Bebe sekolah di luar dari kecil aja supaya nggak sekolah di sini. Ingin membesarkan Bebe di lingkungan yang lebih kondusif.

Pengen pindah tapi keinginan yang terbatas keinginan KARENA NGGAK USAHA APA-APA. Nggak perjuangan dan sebenernya takut nggak sanggup survive alasannya ialah niscaya berat banget. Dasar pribumi! Kurang usaha!

Dan ya, yang paling kerasa dari hidup gue sendiri justru ini:

Batal sekolahkan Bebe di sekolah Islam

Sejak Bebe lahir, kami sudah punya incaran sekolah. Kebetulan sekolahnya sekolah Islam, SDIT lah. Sekolahnya bagus, inklusi, kami cocok sekali dengan metode belajarnya. Maka dana pendidikan pun dihitung menurut sekolah ini.

(Baca: Tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

Sampai tahun kemudian pas urusan Pilkada ini lagi panas-panasnya, kami pribadi diskusi dan tetapkan nggak jadi menyekolahkan Bebe ke sekolah Islam. Mulailah lagi pencarian SD Bebe. Kali ini goalsnya jelas, nggak homogen.

Karena sekolah Islam sudah niscaya semua muridnya Islam. Pilkada ini menyadarkan kami bahwa selain agama, penting sekali mengajarkan Bebe bila ia ialah bab dari dunia yang heterogen. Karena tidak semua orang sama dengan kita, dan tidak sama bukan berarti salah.

Malah pas lagi pusing-pusingnya cari sekolah, sempet kepikiran apa sekolahin di sekolah Kristen aja gitu ya supaya ia ngerasain jadi minoritas? Itu sebelum tau bahwa banyak juga ya SD yang nggak tanya agama anak apa. Ada dan itu cukup bikin lega sih.

Karena gue pernah tuh interview orang, ia SD di sekolah Islam populer di Jakarta tapi cuma hingga kelas 3, kelas 4 ia pindah dan hingga kuliah selalu di sekolah Katolik. Dia dipindahkan alasannya ialah ibunya melihat kecenderungan ia jadi judge agama lain sebagai agama yang salah. Ibunya nggak mau dan alhasil sekolahlah ia sebagai murid minoritas hingga ia kuliah. Sampai kini ia muslim, begitu pun dengan ibunya.

Mengingatkan diri untuk selalu mengajari anak wacana perbedaan

Ya, ngajarin Bebe mendapatkan perbedaan dan menghargai pilihan hidup orang lain itu jadi peer paling berat sih.

Gue paling jelasin wacana ukuran manusia, warna kulit, disabilitas, dan tidak ngasih gender pada warna atau mainan. Kaprikornus ya gue selalu bilang sama ia hal-hal yang ia tau aja misal "iya ada anak yang badannya kecil, ada yang badannya besar, tidak apa-apa. Kecil tidak apa-apa, besar juga tidak apa-apa".

Atau dikala ia mau beli buku mewarnai Princess ya gue beliin aja. Toh hingga kini juga warna favorit JG pink. Menyetarakan hal-hal dari yang paling sederhana dengan impian ia sanggup mendapatkan bahwa semua orang tidak sama.

Dan ya, pada dasarnya gue nggak mau ia jadi rasis dan judgmental. Bahwa sesuatu yang kita yakini benar, dihentikan hingga menyakiti orang lain.

*

Oke gitu aja sih. Kalian gimana? Ada imbas apa Pilkada sama kehidupan? Nggak ada banget nih yakin? :)

-ast-

Detail ►

#Familytalk: Homeschooling, Yay Or Nah?


Kalau 20 tahun kemudian (alias pas saya SD) terus saya atau ada temen saya bilang ke orang tuanya. “Bu, saya nggak mau sekolah ah!”. Hampir niscaya si ibu menghela nafas kecewa atau ngamuk. Si anak akan dijudge sebagai anak pemalas dan (mungkin) juga dianggap bodoh.

Kalau zaman kini nggak ya ternyata. Pernyataan tidak mau sekolah bisa ditanggapi dengan pertanyaan serta pencarian minat dan bakat, kemudian homeschooling deh!

Baca punya Isti:

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Full Day School Idaman)

Coba jikalau saya tidak harus melewati semua pelajaran eksak itu. Coba jikalau saya dari kecil menulis dan terus menggambar. Mungkin saya kini sudah jadi senior editor di BuzzFeed (LHOH KOK CEMEN). Mungkin sudah jadi senior editor di Huffington Post lah katakan. Atau sudah kerja dari rumah aja jualan desain di Creative Market atau Etsy. 

Sekarang nulis juga nanggung di blog doang lol. Desain juga masih panjang perjalanan sebab kurang pengalaman. Saya nggak mau Bebe ibarat itu.

Ada temen kantor saya yang mahir banget gambar, namanya Sarah. Sarah ini emang desainer di kantor saya. Ini pola gambarnya. Instagramnya posting gambar semua bisa dilihat di sini.


Gambarnya halusss banget padahal ga pake alat mahal-mahal. Pake bolpen biasa gitu hikssss. Terus saya tanya, ia berguru gambar dari umur berapa? Dia jawab dari umur 4 tahun! EMPAT TAHUN. Dia seumuran sama saya jadi ia sudah menggambar selama 24 tahun! Tanpa putus! Kuliah desain!

Jadinya masuk akal kan gambarnya halus banget? Pengalamannya 24 tahun loh!

Orang-orang kaya gini yang bikin saya menyesal. Kalau kemampuan berguru saya sama kaya dia, dengan minat tanpa talenta menggambar, dan saya gres mulai sekarang, saya gres akan bisa sehalus itu 24 tahun lagi. WHY GOD WHY.

Atau Valentino Rossi, *jangan kira saya ngerti yah, ini diceritain JG* ia di sekolah dicap anak "nakal" sebab nggak pernah mau belajar. Tapi ia fokus satu hal yaitu balap, ia udah balap dari umur 4 tahun juga!

Nah, jadi pada dasarnya kiprah saya kini yaitu mencari minat dan talenta Bebe. Untuk dikembangkan semenjak dini. Untuk memilih nantinya ia perlu sekolah apa nggak. Soalnya kan kali aja ternyata Bebe suka belajar, ada loh ya orang yang hobinya memang belajar, berguru apapun ia suka. Ya udah jikalau gitu mah sekolah formal aja.

Kalau nggak tahu bakatnya apa?

Ya dicari pelan-pelan. Kalau hingga masuk usia sekolah belum tau bakatnya apa, saya sih kayanya mau sekolah dulu aja. Bisa ada orang ketiga juga (guru, sekolah) yang bantu saya untuk nemuin minat dan bakatnya. Kalau di tengah-tengah mau berhenti sebab sudah ketemu juga ya boleh.

*ngomong kaya simpel yah sebab belum terjadi aja sih*

Kalau minat dan talenta berubah di tengah jalan?

Nah ini nih yang jadi pertanyaan beberapa orang. Minat dan talenta waktu kecil kan nggak mencerminkan pilihan dikala cukup umur yah, jikalau berubah atau menyesal gimana?

Sungguh saya pun tak tahu hahahaha. Mungkin ya diasah lagi pelan-pelan, lagipula seumur hidup kan pencarian dan pembelajaran, jadi nggak apa-apa ya harusnya jikalau di tengah jalan mau berguru hal baru.

Ada yang bisa bantu jawab kah untuk poin ini?

Kalau galau mau kuliah di mana?

Kalau hingga lulus Sekolah Menengan Atas belum nemu juga minat dan talenta gimana dong, kuliah di mana dong? Nah, ambillah jeda waktu setahun. Kasih masa tenggang dulu *macam provider telco* Magang atau jadi volunteer, lihat dunia lebih luas.

Dulu saya judge orang yang nunda kuliah dengan "hih sayang banget waktunya! keburu bau tanah loh!". Sekarang mah wah, lebih sayang lagi kuliah hal yang nggak kita suka sih. Mending tunda dulu.

(Baca: Homeschooling. Yes or No?

Kalau yang sering baca blog saya niscaya taulah ya saya sih pro homeschooling dan sekolah full day. Beberapa kali saya juga bilang jikalau saya nggak sanggup homeschooling. Tapi ternyata sesudah baca aneka macam pengalaman orang-orang yang homeschooling, kayanya saya sanggup deh. Hahahaha. Pede aja ya kan.

Ini jaga-jaga aja sih jikalau Bebe ternyata nggak mau sekolah atau ia nggak senang di sekolah. Saya takut ia sekolah di bawah tekanan kan kasihan. Opsi sekolah full day tetap jadi opsi utama, dana pendidikannya tetap diusahakan bisa sempurna waktu sempurna jumlah. Tapi saya juga mencari dan berguru banyak soal homeschooling ini.

Apa yang bikin percaya diri untuk homeschooling?

Belum sih belum, belum 100% percaya diri sih. Tapi yang menarik dari konsep homeschooling ini yaitu anak bisa berguru sesuai minat dan talenta dia. Soalnya saya ngalamin ini banget.

Saya dari kecil suka menulis. Suka menggambar tapi rasanya kurang bakat. Kaprikornus anggap minat dan talenta saya menulis dan menggambar hanya minat saja (tidak atau kurang berbakat).

Karena ibu saya baik sekali, saya diarahkan semenjak kecil untuk kuliah yang mendukung minat dan talenta saya. Ibu saya tidak murka jikalau nilai saya kecil. Ibu bahkan tidak murka waktu nilai Fisika saya di rapot 4. Saya hanya disuruh les sebab ibu takut saya tidak naik kelas.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah)

Asal jangan menunda tapi terus bobo bobo aja di rumah ya. Tunda tapi terus cari sebenernya apa yang dicari dalam hidup.

Kalau nggak mau kuliah?

Tergantung alasannya apa hahahaha. Karena kuliah itu mengubah seseorang banget, bukan cuma urusan susah cari kerja nantinya. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab ngeband sih no ya, kecuali bandnya semenjak Sekolah Menengan Atas udah go international gitu. Kalau tiba-tiba nggak mau kuliah sebab mau bisnis misalnya, ya kuliahlah, ambil manajemen, bisnis, atau finance.

Apalagi ya. Huh hingga ngos-ngosan banget nulis ini.

Kalau ada yang kurang kabar-kabariii. Kalau ada pertanyaan, tulis komen. Kalau pertanyaannya menarik nanti saya edit postingan dan saya tambahin di sini.

Happy weekend!

-ast-


Detail ►

Agar Anak Mau Ditinggal Kerja


Beberapa hari lalu, saya nanya di Instagram ada wangsit nggak untuk nulis blogpost apa? Kemudian pada ngasih wangsit gitu banyak. Makasih banget! Hari ini saya mau bahas satu pertanyaan dari mbak Nilasari:


JAWABANNYA: PERNAAAHHHH. SERING MALAH. HAHAHAHA.

Dulu waktu Bebe masih di daycare lama, ada masa-masanya Bebe ngamuk terus tiap ditinggal. Setiap pagi yang dianter kan saya dulu ke kantor tuh, nah beliau dari rumah udah nggak mau duduk di carseat, ngekepin saya terus. Atau kalaupun mau di car seat, begitu nyampe kantor beliau kejer nangis “ibu aja ibu aja”.

(Baca review daycare usang Bebe, recommended buat bayi!)

Seringnya saya nggak tega jadi ikut deh anter ke daycare. Menjauh dulu dari kantor terus balik lagi pake ojek. Nah dianter ke daycare juga bukannya jadi nggak drama, cuma MENUNDA AJA LOL. Alias saya pergi dari daycare juga beliau ngamuk kejer.

Kadang jikalau saya lagi tega banget, ya udah semoga aja di kendaraan beroda empat nangis kejer. Kalau lagi setengah tega, ya saya anter ke daycare tapi cuma nyampe pintu depan terus ya udah semoga aja beliau gedor-gedor pintu ngamuk. Kalau lagi nggak tega banget, saya masuk dulu ke dalem, mandiin dulu, suapin makan dulu, gelendotan dulu. Hanya untuk menunda nangisnya beliau aja. Ya iya abisan di mobil, di pintu depan, atau disuapin dulu sama aja nangis kejer kok!

Tapi Bebe cuma kaya gitu jikalau abis liburan aja. Abis weekend atau long weekend, Seninnya niscaya kejer. Apalagi jikalau abis libur panjang lebaran gitu weee kejernya 100 kali lipat hahahaha. Tapi ya gimana lagi ya kan. Ditinggal aja. Toh saya hingga kantor juga paling beberapa jam inget tadi Bebe nangis terus lupa lagi lol.

(Baca: Drama daycare Bebe pasca liburan taun lalu)

NAH, tapi sehabis pindah ke daycare baru, Bebe nggak nangis sama sekali. Udah masuk bulan keempat dan Bebe bahkan belum pernah nangis alasannya saya tinggal. Saya bahkan cuma nganter ke daycare hari pertama aja itu pun beliau nggak nangis sama sekali. KOK BISA?

Ibu: “Be, kau kok kini nggak pernah nangis jikalau pergi sekolah? Dulu di daycare usang nangis terus”

Bebe: “Daycare usang nggak seru, banyak baby saya nggak suka”

JENG JENG.

Setelah dikorek-korek, penyebabnya yaitu si Bebe males di daycare usang alasannya nggak ada anak seumurannya! Iya kan saya udah dongeng ya jikalau Bebe jadi anak paling bau tanah di daycare, sisanya bayi-bayi setaunan gitu. Males lah dia. Kalau di daycare kini ya anaknya seumuran dan banyak yang lebih tua. Makara beliau merasa seru.

Dan ya saya mungkin beruntung alasannya Bebe nggak termasuk anak yang tiap hari cranky jikalau ditinggal kerja. Tapi mungkin tips ini dapat bantu:

Komunikasikan jikalau SEMUA ibu bekerja dari Senin hingga Jumat

Bebe nggak tau ada yang namanya ibu rumah tangga. Setau beliau ya semua ibu kerja alasannya ibu bilangnya jikalau ayah-ayah dan ibu-ibu itu kerja, jikalau bawah umur main sama sekolah. Ini harus terus-terusan, tiap weekend saya selalu ngobrol jikalau kini Sabtu dan Minggu maka ibu temenin Bebe main. Besok Senin jadi ibu dan appa kerja, Bebe sekolah. Tiap Jumat juga kami selalu bilang jikalau hari ini Jumat, besok ibu nggak kerja.

INI SELALU. NGGAK PERNAH NGGAK. Biar beliau selalu inget jikalau ibu dan appa hanya akan available seharian buat beliau itu Sabtu-Minggu. Tiap Minggu juga bilang “seru ya hari ini main sama ibu, besok ibu kerja Xylo nangis nggak?” jikalau beliau bilang nggak mana pujilah dengan lebay dan berlebihan. Kalau beliau bilang iya nangis, ulanglah ceramah perihal semua ibu harus kerja.

Risikonya jikalau ada yang di luar kebiasaan, misal kerja di hari Sabtu, beliau PASTI protes. Tapi ya kan nggak sering-sering juga.

Pastikan anak nggak ngantuk pas ditinggal

Iya Bebe jikalau ngantuk pas ditinggal wihhh ngamuk banget! Ya jangankan ditinggal ya berdiri tidur atau ngantuk itu hampir niscaya moodnya masih belum elok lah.

via GIPHY

Nah kini gimana caranya pas anak ditinggal beliau dalam kondisi yang happy. Jangan selama siap-siap dicuekin terus tau-tau pergi, ya ngamuk lah dia. Saya sering nih begini, Bebe tidur, diangkat ke car seat tidur, eh pas kendaraan beroda empat berhenti saya turun beliau bangun. Nangis deh alasannya mungkin berdasarkan Bebe, saya lagi cranky berdiri tidur ibu kok malah pergiiiii?!

Makara ya, saya biasanya sogok sih. Seringnya sama buah gitu. Bebe gampang disogok buah. “Pergi yuk, di jalan ibu kupasin apel” terus udah deh beliau makan apel dengan happy. HAHAHA. Pokoknya harus happy, temukan apa yang bikin anak happy.

Atau malah pergi duluan aja pas anaknya masih tidur lol. Seperti biasa menunda kengamukan. lol

Pastikan anak happy di rumah

Ya ini alasannya ternyata Bebe bosen di daycare usang makanya beliau selalu cranky jikalau ditinggal. Coba tanya anak mungkin di rumah beliau bosen sama mbak terus? Mungkin bosen di rumah terus? Mungkin bikin rutinitas gres sepedaan atau apa ya duh saya beneran nggak tau. Bikin jadwal acara gitu mungkin?

Jangan ulur-ulur waktu pergi

Iya saya suka liat ini bawah umur daycare yang udah tau anaknya nangis. Eh alah ibunya sayang-sayang terus juga. Peluk-peluk juga. Anaknya makin mellow deh. Harus tegar juga kitanya jikalau pergi ya pergi. Gitu.

(Baca: Tips Memudahkan Anak Adaptasi di Daycare)

Kalau tetep nggak dapat juga ya gimana ya. T________T Emang anaknya sayang banget kali sama ibunya. Makanya saya maklum dan ngerti banget jikalau banyak ibu yang jadi berhenti kerja alasannya nggak tega ninggalin anak.

Huah. Nolong nggak sih ini tipsnya. Nggak tau tapi saya cuma melaksanakan ini aja. Dan satu hal lagi, percaya aja sih anak makin gede makin ngerti kok jikalau ibunya harus kerja. Kita juga harus yakin jikalau yang terbaik buat semuanya yaitu kaya gini. Karena balik lagi, saya belum mampu jadi ibu rumah tangga dan seharian ngurus anak. Nggak bakal berkualitas juga waktunya alasannya saya niscaya cranky.

JADIIII, STAY STRONG IBU-IBUUUUU!

-ast-

Detail ►