#Sassythursday: Kecantikan Vs Dunia
Berawal dari gue dan Nahla mengomentari salah seorang YouTubers yang sedang naik daun. Perempuan, sanggup main alat musik yang jarang sanggup dimainkan oleh perempuan. Gue mikirnya ya beliau ngetop sebab jarang kali cewek kaya dia, gue bilang ya minimal beliau punya talent.
Kata Nahla "Tapi skillnya biasa parah. Di dunia ini memang harus jadi elok ya." Kemudian kami termenung. Betapa dunia tidak adil pada wanita yang dianggap tidak cantik.
Baca punya Nahla:
Ya struggling.
In early studies, Hamermesh and his team have pointed out that more attractive people tend to make more money and pair off with more attractive spouses.Well yeah. Gue ngutip Kecantikan dan Perempuan Kedua)
Karena kebanyakan mikir soal standar elok ini, udah berbulan-bulan loh gue nggak rutin lagi pakai alis tiap hari. Sebelumnya tiap hari wajib pake cc cream lah minimal, alis, eyeliner, dan lipstik. Sekarang skin care aja udah, lipstik jikalau mau meeting.
Pertama sebab alis jadi overrated hahahahaha bosen sama orang bilang "gue nggak sanggup keluar rumah nggak pake alis". Kedua, gue nggak pengen gue jadi insecure cuma gara-gara hal kecil menyerupai alis. Gue sanggup hidup tanpa gambar alis, hidup tanpa pakai lipstik. Risikonya satu doang, dibilang pucet sama disangka sakit terus. Dan itu masih fine sih, nggak masalah.
Kaprikornus ya, gue akan makeup ketika gue ingin bermakeup. Gue nggak duduk kasus pergi ke luar rumah hanya pake skin care sebab ya, gue nggak mau dijajah sama standar kecantikan buatan entah siapa. Gue nggak mau jadi tidak percaya diri menghadapi orang hanya sebab gue belum gambar alis.
Sebaliknya, gue juga akan pakai makeup ketika gue ingin. Poinnya adalah, orang harus sanggup tetep menghargai gue, ketika gue pakai makeup atau pun ketika gue nggak pake makeup.
Gue akan pake ketika gue ingin, anggaplah menyerupai aksesoris. Dipakai ketika kita ingin pakai, bukan wajib digunakan setiap saat.
Gue akan percaya diri dengan keduanya. #sikap
Karena kini kan yang mengagungkan natural look banyak yang judge "dih pake makeup, dijajah banget sama standar elok blablabla". Sebaliknya cewek-cewek bermakeup "pake makeup dong semoga seger lalalalala"
Uh I don't give a sh*t anymore. Kalau ditanya "seru ya makeup?" gue jawab "iyaaa seru coba deh". Kalau beliau nggak mau ya udah, nggak lantas jadi maksa-maksa. Cewek harus sanggup dandan sama nggak pentingnya dengan cewek harus sanggup masak. Kehidupan nggak sesempit itu gengs.
(Baca: Cantik Tidak Sama dengan Bodoh)
Gue juga nggak percaya sama standar kecantikan. Karena elok itu relatif. DAN JELEK ITU TIDAK MUTLAK. Plis itu becanda taun 90an banget yang tidak bermakna. Cantik DAN buruk itu relatif.
Makanya ada orang yang tidak elok berdasarkan standar lebih banyak didominasi tapi suaminya ganteng. Dan itu tidak perlu dipertanyakan. Ghibah amat jadi orang. 😂
Btw topik ini jadi mengingatkan gue ke lagu "Gapapa Jelek yang Penting Sombong". Sedih sebab secara nggak pribadi lagu itu membagi dua, lo cantik/ganteng maka lo nggak punya talent juga nggak apa-apa. Tapi ketika lo jelek, lo wajib punya talent dan mengatakan talent itu.
Phew. Berat banget urusan visual ini. Padahal kita nggak sanggup milih muka bentuknya mau kaya gimana ya kan?
Ada yang pernah punya pengalaman buruk gara-gara looks?
-ast-
Posting Komentar