#Sassythursday: Mendapatkan Kekalahan
Topik yang sungguh sesuai dengan situasi dan kondisi yaahhh. Hahahaha. Tapi tenang, nggak akan mengaitkannya ke politik. Saya cuma mau kisah gimana saya dan JG sangat berbeda dalam menanggapi kekalahan.
Sialnya, kami tidak menemukan alasan niscaya kenapa kami berbeda. Kaprikornus mengajari Bebe pun samar-samar. Bagaimana semoga ia sanggup mendapatkan kekalahan tanpa harus terlalu down?
Baca punya Nahla:
Oke satu-satu.
Saya tipe yang nggak pernah terlalu kepikiran jika kalah lomba. Iya sih deg-degan banget pas pengumuman dan niscaya ada nyes "yah kalah" gitu. Tapi ya udah, nggak akan hingga 5 menit udah lupa dan lewat aja.
JG sebaliknya, saya yang lomba, saya yang kalah, sanggup ia yang down banget dan kesel. Padahal sayanya lempeng aja. Dia gremetan sendiri murung gitu hahahaha. Bisa hingga besok paginya masih "ah sebel kau kalah" gitu coba. 😂
Kami pun mencoba merunut alasan kenapa ya kok sanggup begini ya. Katanya anak harus diajari kompetisi semenjak dini. Saya sama JG kompetisi banget, dari Taman Kanak-kanak kali deh sering ikut lomba mewarnai, menggambar, dll.
Sering kalah banget tapi justru dulu katanya JG biasa aja. Makin gede aja makin nggak sanggup move on dari kekalahan. Kenapa sihhhh. Bingung hahahahaha.
Waktu kecil juga katanya JG jarang rebutan sesuatu. Main ya sama-sama aja kenapa harus rebutan. Sungguh toleran ya, saya besar hati lol. Cuma jika sama makanan aja ia pelit katanya semenjak kecil. Meh. Tetep sih sepertinya nggak ada hubungan antara pelit makanan sama sama takut mendapatkan kekalahan.
JG hingga ada di level menghindari kompetisi soalnya. Saking takut kalah dan kepikiran. Kecuali main bola katanya, kalah juga biar alasannya sadar diri nggak jago. 😂
Kalau udah gini, kemungkinannya ada di perbedaan kepribadian. Saya thinking banget sementara JG lebih ke feeling. Kaprikornus saya cenderung realistis sama segala sesuatu. "Oh kalah ya? Ok" gitu.
Sementara orang feeling kan cenderung "masokis" ya. Udah tau bikin sedih, malah diinget terus bukannya dilupain. Malah semacam menikmati kesedihan gitu. Kemudian misah-misuh sendiri hhhh. Sisi orang melankolis yang nggak akan pernah dimengerti oleh orang realistis kaya saya lol.
(Baca: Saya #TeamRealistis! People with no feeling!)
Kecuali jika dicurangi ya. Saya tipe yang confront ketidakadilan di mana pun jadi ga jangan harap saya diam. Dari urusan kurang kembalian hingga antrean. Tapi most of the time jika lomba dan memang yang menang baiklah ya saya eksklusif move on.
Juga kemungkinan saya anaknya kompetitif dan ambisius. Saya juga tipe yang nikmatin proses kompetisi, adrenalin ada dikala kompetisi, bukan cuma nunggu dikala pengumuman.
Makanya jika berhasil bikin sesuatu yang saya anggap bagus, saya besar hati sendiri. Orang nggak apresiasi ya terserah. Yang penting berdasarkan saya manis weeee 😂
Itu juga dipengaruhi sama saya yang hambar sama segala sesuatu termasuk omongan orang. Saya jarang banget tersinggung sama omongan orang atau hingga kepikiran. KECUALI orangnya memang penting dalam hidup saya.
Makanya saya bikin postingan apa juga, selama saya benar dan punya data serta fakta, saya nggak pernah takut disindirin orang. Terserah orang mau ngomong apa, I don't care hahahaha.
Dan kadang kalah bikin kita berguru banyak lho! Oh yang menang ternyata caranya begini begini begini. Dicatat dan diingat untuk diterapkan di masa depan. Malah kadang saya hingga kagum sendiri alasannya orang kok kepikiran wangsit kaya gitu! Hahaha.
Kecuali caranya licik ya biasanya saya sumpahin hahahaha. Nggak deng, biasanya jadi pengingat bahwa saya tidak akan pernah melaksanakan itu.
Karena surprisingly orang-orang licik ini banyak yang sukses. Kalau kata JG, temen-temen yang menghalalkan segala cara kok pada lebih kaya dari kita ya? Yah, gimana, mau nggak jujur? Gimana jika anak kita nggak jujur sama kita? :)))))
(Baca di sini, posting usang Tentang Kejujuran)
Ya udah itu aja. Kalian termasuk yang mana? Yang hambar pada kekalahan atau yang nangis semalaman? HAHAHA. Komen yaa! :)
-ast-
Posting Komentar