Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Hidup Yang Kita Pilih


Minggu kemudian saya nonton konser lagi sesudah 5 tahun lamanya. Lama juga ya 5 tahun nggak nonton konser hahaha. Sebenernya artisnya sempet ke sini sih 2 tahun lalu, tapi waktu itu kan saya punya bayi. Boro-boro nonton konser, nonton bioskop aja nggak kepikiran sama sekali. Makara waktu itu skip.

Sekarang alasannya Bebe udah gede, udah bisa ditinggal dengan manis (meski ibu ngakunya kerja lol), dan nggak nangis sama sekali. Akhirnya saya nonton. Sepanjang nonton rasanya campur aduk. Terakhir saya nonton 5 tahun yang kemudian itu juga saya udah nggak liputan sih, udah beli tiket sendiri. Tapi kemarin rasanya kaya “goyang” gitu sama pilihan hidup hahahaha.

Karena lagi nonton konser terus kepikiran Bebe besoknya sekolah hari pertama.

Sebebnya saya ada di tengah-tengah. Di satu sisi, saya punya teman-teman seumuran saya yang masih concert goers banget. Salah satu temen orang Singapur, udah nonton konser kemarin itu 6-7 kali. KONSER YANG SAMA LOH. Set listnya sama. Dari Singapur ia masih kejar hingga Bangkok, Hong Kong, beberapa kota di Australia, Indonesia, dan nanti Malaysia.

Ada juga satu orang lagi yang bahkan ngejarnya hingga ke Amerika! Orang-orang ini belinya juga selalu VIP, sewa bis kecil buat ikut ke bandara, dan nginep di hotel sekitar venue konser.

Saya juga pernah begitu. Meskipun ya nggak ke 6 negara juga ya. Dan jika kalian menduga itu semua alasannya kami kaya raya, nggak juga sih. NABUNG LAH! Pernah saya ceritain di sini: Mengubah Mimpi.

Poinnya adalah, ternyata sesudah puluhan konser dalam dua tahun, saya hingga pada titik yang dibilang orang “mau gini-gini aja nih hidup?” Kemudian saya merasa harus move on, menikah, punya anak, dan hidup saya berubah hanya dalam hitungan bulan.

Sekarang saya masih bisa nonton konser, jauh lebih bisa dan beberapa tahun lalu. Tapi kan mikirin Bebe masa ditinggal terus. Atau masa bela-belain Bebe di rumah aja sama mbak yang lebih murah supaya uang daycare bisa ditabung untuk nonton konser. Kan nggak begitu.

Padahal jika dipikir lagi, apa coba definisi “gini-gini aja hidup”? Gimana sih hidup yang “gini-gini aja” itu?

Apakah hidup kaya temen saya? Usia hampir 30, nggak menikah apalagi punya anak, nabung ya buat nonton konser di mana-mana. Atau temen saya yang lain, seumuran juga, nggak menikah apalagi punya anak, nabung ya buat traveling aja.

Apa lantas hidup mereka “gini-gini aja” hanya alasannya mereka memutuskan untuk tidak menikah dan punya anak?

Kenapa mereka suka direcokin orang dengan “mau hingga kapan main terus!”

Ya hingga nanti-nanti lah. Artisnya juga manggung hingga nanti-nanti kan. Tempat liburan yang dituju juga masih banyak yang belum kesampaian. Nggak apa-apa banget kan kaya gitu. Ya yang penting kan kerja dan menghasilkan uang untuk hidup dan bahagia. Apalagi coba.

Kalau saya, saya ternyata dengan sadar menentukan untuk menikah di usia ideal masyarakat Indonesia untuk wanita perkotaan, 25 tahun. Saya menentukan untuk punya anak, saya menentukan untuk cari uang dan tiba-tiba prioritas segalanya untuk anak.

Tapi alasannya saya melaksanakan ini, nggak berarti kalian semua juga harus melaksanakan ini. Karena kadang saya nyesel juga kenapa sih saya buru-buru settle down dengan nikah dan punya anak secepat itu hahahaha. Makanya kemarin pas seru-seruan nonton konser rada mikir, ini gitu hidup yang saya mau? Kan mending kerja buat diri sendiri seneng-seneng aja!

Kalau udah gitu kan balik lagi, ini pilihan saya dulu, tanggung jawab dong dengan pilihan itu. Satu hal, jika pun dulu saya nggak menentukan menikah, mungkin saya menyesal juga dengan pilihan tidak menikah. Kita nggak pernah tau dan kemungkinan penyesalan selalu ada, apapun jalan yang kita pilih.

It's not that I'm not happy, I AM. Cuma kan maklum jika kadang mikir "eh jika dulu gini gimana ya?" Biasalaahh. Wajar terjadi. HAHAHA.

(Baca: Memaknai Pilihan)

Kalian yang nggak mau menikah dan menentukan untuk menyenangkan diri sendiri seumur hidup tanpa harus membaginya dengan dana pendidikan juga jadinya nggak apa-apa banget! Nggak usah dengerin kata orang alasannya orang yang ngomong itu nggak bayarin tiket senang-senang kalian.

Dan jangan mau dibilang "gitu-gitu aja". Buktikan dengan kalian sendirian, kalian punya pengalaman yang jauh lebih banyak dan menyenangkan dibanding orang yang judge kalian dengan "gitu-gitu aja". Bikin bucket list dan selesaikan satu-satu.

Jangan takut dibilang “anak tuh bisa bikin hidup lebih semangat”. Iya bener banget kok statement itu. Tapi nggak berarti yang nggak punya anak hidupnya jadi nggak semangat kan. Semangat kan bisa dateng dari mana aja. Lagian apa kabar atuh orang yang udah bertahun-tahun perjuangan punya anak tapi nggak bisa? Apa hidupnya jadi kurang semangat?

Bos di kantornya JG ada yang masih muda udah jadi GM. Makara general manager di korporasi sebesar itu, perempuan, udah pernah tinggal di sekian negara. Nggak nikah dan nggak punya anak. Tapi dengan pencapaiannya, nggak mungkin dong beliau hidup tanpa semangat?

“Anak ngasih arti lain sama kehidupan”. Iya bener juga kok. Cuma ya jangan jadi judge orang-orang yang tidak mau menikah dan punya anak sebagai egois dan hidupnya tidak berarti. Semua orang mengartikan sendiri hidupnya. Nggak butuh orang lain untuk mengartikan hidup kita.

Cuma kadang berat di orangtua ya. Orangtua meski udah nggak bayarin apa-apa tapi suka teteeppp pengen anak-anaknya nikah. Karena seolah kiprah mereka tunai sudah saat bawah umur menikah. Sabar-sabarin aja hahaha.

(Baca: Menjaga Perasaan (Siapa?))

Asal satu hal, jika nyesel jangan ngerugiin orang lain!

Saya pernah denger dongeng suami yang tergila-gila main game lagi dan kesudahannya nelantarin anak istri. Padahal sebelum nikah udah nggak main game. Suatu hari beli komputer gres yang harganya puluhan juta dan mulai lah beliau main game lagi. Nggak perlu kerja memang alasannya anak orang kaya. Tapi anak dan istri nggak diperhatikan lagi.

Nah jika gitu tandanya udah merugikan orang lain dong. Jangan gitu-gitu amat lah gengs.

Hidup seimbang aja bisa kok. Misalnya saya, saya berencana nonton konser setahun sekali (kalau konsernya ada lol). Ada juga temen saya yang anaknya dua, punya “jatah” liburan sendirian (tanpa anak dan suami) sekali setahun. Fair lah. Menyeimbangkan kehidupan jadi ibu dan jadi diri sendiri itu penting dong. Masa kerja capek-capek semua full demi anak? Hahaha.

Judge saja saya silakan.

Makara ya, apa pilihan hidup kalian? Pernah nyesel nggak?

-ast-

Posting Komentar