Ibu Bekerja, Demi Apa?
Beberapa hari yang kemudian saya jemput Bebe dan tiba-tiba inget sindiran utama bagi ibu bekerja “ibu tuh harusnya di rumah aja sebab ibu madrasah utama untuk anak-anaknya”.
Kenapa inget? Karena saya liat miss-miss di daycare dan gres kepikiran jikalau mereka JUGA ibu bekerja. Dulu ibu saya pernah nyeletuk sih pas tau ada mbak daycare cuti melahirkan. Ibu saya bilang “ironis ya kerja di daycare, anaknya ditinggal di rumah untuk ngurus anak orang”.
Tapi dulu saya nggak mikirin amat dan kalimat itu lewat gitu aja. Sampai kemarin baca lagi topik ibu bekerja dan saya jadi mikirin wacana konsep ibu bekerja yang sering dinyinyirin itu, mereka menyamaratakan semua ibu bekerja dengan wanita kantoran doang.
Iya disindirin level “alah sok-sokan kerja buat anak, yang ada juga buat ibunya beli tas mahal”.
Pernah mikirin nggak jikalau mbak kalian di rumah (yang udah punya anak) juga ibu bekerja? Ibu-ibu yang jualan di pasar juga ibu bekerja? Ayo coba mereka-mereka itu disindir juga, “ibu, jangan jadi pembantu di rumah saya, kembali rumah aja sebab ibu itu madrasah utama bagi anak-anak.”
Mbak di pasar langganan saya kerja, 7x24 jam. Kerjanya malem jadi hidupnya terbalik, siang tidur malem jualan. Nggak pernah makan di restoran apalagi jalan ke mall. Dia harus kerja semoga anaknya 2 di kampung dapat sekolah.
Atau mbak pulang balik di rumah saya di Bandung. Suaminya nggak pulang-pulang sebab ikut jadi pedoman apalah pokoknya dakwah lebih utama dari keluarga. Ya beliau harus kerja, jikalau nggak ngehidupin anaknya gimana?
Kalau mereka tau ibu bekerja disindirin dan dibilang "rezeki keluarga tetap 100% meski istri nggak kerja" mungkin mereka akan bilang “aduh jikalau saya nggak kerja ya kami nggak hidup". T_______T
(Baca: Orangtua "Durhaka" pada Anak?)
Lagian jikalau pun ada ibu bekerja yang kerja bukan demi anak tapi demi beli tas mahal EMANG KENAPA HAHAHAHAHAHA. Sungguhlah kan yang penting anaknya tetap terjamin ya hidupnya. Kenapa duit orang aja hingga diurusin lol.
Alesannya “kasian anaknya” OH IYA BAIQUE IBU-IBU SUPER YANG DIJAMIN MENGHASILKAN ANAK SUPER KARENA KALIAN DI RUMAH BERSAMA ANAK 24 JAM.
*MULAI TERPANCING EMOSI*
*TARIK NAPAS*
*HEMPASKAN*
via GIPHY
Lagian konsep ibu bekerja kan udah ada dari zaman dahulu kala ya. Emang kalian nggak punya temen yang baik-baik aja meskipun ibunya kerja gitu? Saya mah banyak. Banyak ibu-ibu temen saya yang dulu kerja dan kini temen sayanya baik-baik aja. Kenapa kini sesudah punya anak begitu yakin jikalau anak dari ibu bekerja akan kurang segala-galanya?
Kaprikornus ya jikalau udah punya anak, istri bekerja itu janji masing-masing pasangan aja sih. KALAU MASIH PUNYA PASANGAN.
Ini nih yang paling berpotensi nyakitin. Kalian teriak-teriak “ibu harus di rumah, tega banget ninggalin anak blablabla” pernah kepikiran nggak single mom hidupnya gimana?
Suaminya meninggal atau sebab suatu kondisi jadi bercerai sehingga mereka HARUS bekerja? Udah harus mati-matian ngehidupin keluarga eh disindirin nggak jadi madrasah utama buat anak?
WHY OH WHY.
Ibu kerja tidak apa-apa, ibu tidak kerja ya tidak apa-apa, ibu berhenti kerja sebab ingin punya lebih banyak waktu sama anak-anak, ya nggak apa-apa juga. Pilihan kalian. Kenapa juga saya harus maksa-maksa kalian kerja? Seperti kenapa juga kalian harus maksa-maksa semua ibu untuk berhenti kerja sebab kasian anaknya? Anak yang ditinggal aja nggak kenapa-napa kok lol. Suami aja nggak kenapa-napa.
Karena ya berdasarkan saya yang penting kualitasnya kan, daripada seharian di rumah sama anak terus cuma main HP diselingi uring-uringan atau keluhan berbalut “aduh tulus ikhlas, sabar sabar yang penting sama anak 24 jam” ya mending kaya saya aja cuma ketemu pagi dan malem tapi baik Bebe dan saya nggak pegang HP sama sekali dan fokus ngobrol berdua. Tanpa uring-uringan atau keluhan.
Meskipun ya boleh-boleh aja sih jikalau mau ngeluh. Cuma jangan sering-sering aja sih soalnya capek.
via GIPHY
Nggak ada yang jamin anak dari ibu bekerja akan kenapa-napa. Nggak ada yang jamin juga anak dari ibu rumah tangga akan lebih super dari anak ibu bekerja. Super dalam arti lebih bersahabat dengan keluarga, lebih pintar, lebih ini dan itu. Ada yang dapat jamin nggak hayo?
Suami juga nggak ngasih saya untuk nggak kerja sebab takut saya jadi tumpul sementara kami connected lewat diskusi segala rupa. Dari urusan finansial, hingga politik dan aturan internasional. Bukan berarti saya bilang semua ibu rumah tangga tumpul loh ya, ini masalahnya di saya dan suami aja. Kami selalu butuh sharing dengan orang lain, butuh diskusi dengan orang sampaumur dengan contoh pikir yang setara, endebrei endebrei.
Kan banyak juga ya ibu rumah tangga yang emang tetep dapat diajak diskusi soal kondisi dunia atau justru kalian termasuk pasangan yang emang nggak suka aja diskusi topik lain kecuali soal bawah umur dan keluarga.
(Baca: Parenting Tidak Butuh Teori?)
Kaprikornus iya, memang ada ibu bekerja demi uang. Mbak di rumah, ibu penjual sayur di pasar, ibu penjual serabi di pinggir jalan, single mom yang ngehidupin keluarga. Mereka kerja sebab benar-benar butuh uang.
Ada juga ibu bekerja demi tabungan. Iya sih penghasilan suami cukup banget, tapi hasilnya yang tertabung sedikit. Kalau istri ikut kerja, yang tertabung jadi lebih banyak. Buat apa? Buat masuk SD sis, 70juta aja loh uang pangkalnya kemarin saya survey. *cuci muka semoga nggak stres*
Alah, percuma sekolahnya mahal tapi orangtua kurang perhatian. Ah masaaaa. BANYAK kok yang sekolahnya mahal DAN orangtuanya perhatian. Gimana orangtuanya aja. Ada juga yang sekolahnya gratis, anaknya tuker celurit sama temen sekolahnya padahal masih SD. #truestory Pernah saya ceritakan di sini: Mendefinisikan Nakal.
Dan ya, ada juga ibu bekerja yang kerja demi kewarasan sehingga otaknya 100% pas ketemu anak. Apakah saya akan dapat waras dan menanamkan semua nilai yang saya mau jikalau saya 24 jam sama anak? Nggak lah.
Diam di rumah itu bukan untuk semua orang, jadi ibu bekerja juga bukan untuk semua orang.
Kaprikornus meski disisipi "nggak maksud banyak cincong loh ini tapi ibu itu ya sebaiknya di rumah" ITU TETEP NYINDIR SIS. GITU AJA SIH MAKASIH HAVE A NICE WEEKEND LUV!
Kalau mereka tau ibu bekerja disindirin dan dibilang "rezeki keluarga tetap 100% meski istri nggak kerja" mungkin mereka akan bilang “aduh jikalau saya nggak kerja ya kami nggak hidup". T_______T
(Baca: Orangtua "Durhaka" pada Anak?)
Lagian jikalau pun ada ibu bekerja yang kerja bukan demi anak tapi demi beli tas mahal EMANG KENAPA HAHAHAHAHAHA. Sungguhlah kan yang penting anaknya tetap terjamin ya hidupnya. Kenapa duit orang aja hingga diurusin lol.
Alesannya “kasian anaknya” OH IYA BAIQUE IBU-IBU SUPER YANG DIJAMIN MENGHASILKAN ANAK SUPER KARENA KALIAN DI RUMAH BERSAMA ANAK 24 JAM.
*MULAI TERPANCING EMOSI*
*TARIK NAPAS*
*HEMPASKAN*
Lagian konsep ibu bekerja kan udah ada dari zaman dahulu kala ya. Emang kalian nggak punya temen yang baik-baik aja meskipun ibunya kerja gitu? Saya mah banyak. Banyak ibu-ibu temen saya yang dulu kerja dan kini temen sayanya baik-baik aja. Kenapa kini sesudah punya anak begitu yakin jikalau anak dari ibu bekerja akan kurang segala-galanya?
Kaprikornus ya jikalau udah punya anak, istri bekerja itu janji masing-masing pasangan aja sih. KALAU MASIH PUNYA PASANGAN.
Ini nih yang paling berpotensi nyakitin. Kalian teriak-teriak “ibu harus di rumah, tega banget ninggalin anak blablabla” pernah kepikiran nggak single mom hidupnya gimana?
Suaminya meninggal atau sebab suatu kondisi jadi bercerai sehingga mereka HARUS bekerja? Udah harus mati-matian ngehidupin keluarga eh disindirin nggak jadi madrasah utama buat anak?
WHY OH WHY.
Ibu kerja tidak apa-apa, ibu tidak kerja ya tidak apa-apa, ibu berhenti kerja sebab ingin punya lebih banyak waktu sama anak-anak, ya nggak apa-apa juga. Pilihan kalian. Kenapa juga saya harus maksa-maksa kalian kerja? Seperti kenapa juga kalian harus maksa-maksa semua ibu untuk berhenti kerja sebab kasian anaknya? Anak yang ditinggal aja nggak kenapa-napa kok lol. Suami aja nggak kenapa-napa.
Karena ya berdasarkan saya yang penting kualitasnya kan, daripada seharian di rumah sama anak terus cuma main HP diselingi uring-uringan atau keluhan berbalut “aduh tulus ikhlas, sabar sabar yang penting sama anak 24 jam” ya mending kaya saya aja cuma ketemu pagi dan malem tapi baik Bebe dan saya nggak pegang HP sama sekali dan fokus ngobrol berdua. Tanpa uring-uringan atau keluhan.
Meskipun ya boleh-boleh aja sih jikalau mau ngeluh. Cuma jangan sering-sering aja sih soalnya capek.
Nggak ada yang jamin anak dari ibu bekerja akan kenapa-napa. Nggak ada yang jamin juga anak dari ibu rumah tangga akan lebih super dari anak ibu bekerja. Super dalam arti lebih bersahabat dengan keluarga, lebih pintar, lebih ini dan itu. Ada yang dapat jamin nggak hayo?
Suami juga nggak ngasih saya untuk nggak kerja sebab takut saya jadi tumpul sementara kami connected lewat diskusi segala rupa. Dari urusan finansial, hingga politik dan aturan internasional. Bukan berarti saya bilang semua ibu rumah tangga tumpul loh ya, ini masalahnya di saya dan suami aja. Kami selalu butuh sharing dengan orang lain, butuh diskusi dengan orang sampaumur dengan contoh pikir yang setara, endebrei endebrei.
Kan banyak juga ya ibu rumah tangga yang emang tetep dapat diajak diskusi soal kondisi dunia atau justru kalian termasuk pasangan yang emang nggak suka aja diskusi topik lain kecuali soal bawah umur dan keluarga.
(Baca: Parenting Tidak Butuh Teori?)
Kaprikornus iya, memang ada ibu bekerja demi uang. Mbak di rumah, ibu penjual sayur di pasar, ibu penjual serabi di pinggir jalan, single mom yang ngehidupin keluarga. Mereka kerja sebab benar-benar butuh uang.
Ada juga ibu bekerja demi tabungan. Iya sih penghasilan suami cukup banget, tapi hasilnya yang tertabung sedikit. Kalau istri ikut kerja, yang tertabung jadi lebih banyak. Buat apa? Buat masuk SD sis, 70juta aja loh uang pangkalnya kemarin saya survey. *cuci muka semoga nggak stres*
Alah, percuma sekolahnya mahal tapi orangtua kurang perhatian. Ah masaaaa. BANYAK kok yang sekolahnya mahal DAN orangtuanya perhatian. Gimana orangtuanya aja. Ada juga yang sekolahnya gratis, anaknya tuker celurit sama temen sekolahnya padahal masih SD. #truestory Pernah saya ceritakan di sini: Mendefinisikan Nakal.
Dan ya, ada juga ibu bekerja yang kerja demi kewarasan sehingga otaknya 100% pas ketemu anak. Apakah saya akan dapat waras dan menanamkan semua nilai yang saya mau jikalau saya 24 jam sama anak? Nggak lah.
Diam di rumah itu bukan untuk semua orang, jadi ibu bekerja juga bukan untuk semua orang.
Kaprikornus meski disisipi "nggak maksud banyak cincong loh ini tapi ibu itu ya sebaiknya di rumah" ITU TETEP NYINDIR SIS. GITU AJA SIH MAKASIH HAVE A NICE WEEKEND LUV!
PS: Kalau ada yang masih keukeuh ibu harus di rumah, ditanya aja dengan manis: mau ke obgyn laki-laki? :)
-ast-
-ast-
Posting Komentar