Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menormalkan Disabilitas




Siang tadi, Gesi nanya “kalian rencananya mau ngajarin gimana ke belum dewasa kalian untuk problem nanya-nanya kondisi orang lain yang berafiliasi dengan kecacatan?”

Baca dongeng Gesi di sini:


Saya bilang saya sudah ajari Bebe tapi bukan mengajari apa itu kecacatan. Saya justru menormalkan disabilitas, mengajarkan Bebe bahwa disabilitas itu hal yang normal. Karena saya ingin Bebe menganggap orang-orang disable itu juga insan dan tidak perlu dipandang dengan heran atau dikasihani.

Caranya gimana?

Awalnya dari Bebe umur 2 tahun dan suka nonton film ‘Babies’. Pernah saya ceritakan di sini (klik loh!) gimana beliau kaget ngeliat anak Afrika dan bilang “monyet” HUHU KASIAN IH BEBE MAH.

Berikutnya ada juga anak temen JG yang nangis kejer dikala liat orang kulit hitam. Takut dia. Nah akhirnya urgent banget sih berdasarkan saya untuk ngajarin perbedaan insan pada anak. Perbedaan ini bukan cuma warna kulit atau rambut tapi meliputi juga disabilitas.

Manusia berbeda dan itu tidak apa-apa. Ini jimat membesarkan anak dari dunia yang mengagungkan homogenitas. *sigh

Perbedaan Ras

Pertama saya pakai buku. Kebetulan punya buku ini di rumah, judulnya Ensiklopedia Junior Tubuh Manusia. Ini foto nyomot di Google, credit to respected owner yang namanya muncul di image ya lol.


Buku ini lengkap banget. Menjelaskan badan insan runtut banget dari lahir hingga kakek nenek. Tapi jika kalian tipe yang freaking out anak liat orang telanjang sih nggak cocok ya. Gambar-gambarnya anatomi banget soalnya perbedaan pria dan wanita ya kejembreng gambar ilustrasi insan nggak pake baju.

Ada ihwal warna kulit juga jadi berjajar orang dengan aneka macam warna kulit, rambut, bentuk mata, dll. Pengen saya foto sih tapi nanti ya di rumah. Nulis ini dadakan banget soalnya hahaha.

Dari situ saya bilang jika insan tidak semuanya ibarat kita. Ada yang rambutnya keriting, ada yang rambutnya kuning, ada yang kulitnya sangat hitam dan itu sama aja sih. Tidak ada yang lebih anggun atau lebih jelek.

Manusia berbeda dan itu tidak apa-apa.

Orang Disable

Setelah beliau khatam soal perbedaan ras, saya gres masuk ke orang disable. Dulu saya eksklusif kasih pola "ekstrem" aja, pas banget waktu itu AJ+ bikin profil Achmad Zulkarnain. Fotografer profesional tanpa tangan dan kaki dan hobi naik gunung!


Sebelum nonton, sounding dulu ya! Kalimat semacam “Kamu tau nggak sih ada orang yang nggak punya tangan dan kaki? Ya mereka orang juga sih, dapat jalan juga, dapat naik motor juga. Cuma nggak ada tangan dan kakinya."

PERTANYAAN BERIKUTNYA PASTI: “KENAPA?”

Aku jawab “Dari lahir memang begitu. Ada bayi yang lahir tangannya dua kakinya dua, ada juga bayi yang lahir tangan dan kakinya nggak ada. Ada juga yang kecelakaan jadi tangan dan kakinya dipotong dokter alasannya yakni rusak”

Terus tiap adegan kita embrace gitu semacam "tuh beliau nggak punya jari dan tetep dapat aja kan pencet kamera, sama aja sih kaya kita yang punya jari ya!"

Bebe iya iya aja. Anak tuh sepolos itu loh. Bebe bahkan nggak merasa asing atau takut ngeliat orang yang nggak ada tangan atau kakinya. Karena ya dari awal saya bilang mereka juga insan sih. Nggak pake suplemen “kasian ya”.

Embel-embel “kasian ya” ini bakal bikin panjang urusan soalnya. Karena kenapa harus dikasihani? Katanya memang insan beda-beda kok kasihan segala? Konsep "kasihan" nggak cocok sama value menormalkan disabilitas yang jadi tujuan saya.

Susah? Banget! Ini kan hal-hal yang nggak diajarin orangtua saya dulu. Kaprikornus ya saya harus dengan otak 100% alert ngajarin hal-hal kaya gini semoga nggak salah jelasin atau salah jawab. Nggak dapat jawab sambil disambi, harus dipikirin setiap katanya.

Apa nggak takut jadi kurang empati? NGGAK. Karena kasihan itu memang harus pilih-pilih kan, nggak alasannya yakni beliau disable terus otomatis harus dikasihani. Ya jika anggota badan lengkap tapi udah renta renta masih jualan alasannya yakni memang miskin gres dikasihani. Lha Achmad Zulkarnain ini beliau hepi-hepi aja hidupnya, kenapa harus kasihan kan.

Orang disable tak terlihat

Maksudnya yang anggota tubuhnya lengkap tapi ternyata misal tuli gitu. Nggak keliatan kan akhirnya bedanya di mana. Ini jelasinnya paling susah jadi saya jelasin terakhir banget.

Baru masuk ke sini sesudah beliau lancar kedua perbedaan sebelumnya. Iya, ini saya ulang-ulang lho. Nonton video AJ+ itu aja berkali-kali alasannya yakni Bebe berkali-kali minta. Mungkin beliau mikir terus ada yang lupa atau masih kepikiran. Ya saya kasih liat lagi, dengan klarifikasi yang sama.

Untuk orang disable tak terlihat ini pola paling gampangnya Ubii. Gimana menjelaskan Ubii pada Bebe?


“Kakak Ubii sudah besar, sebesar kakak A (temen sekolah). Tapi kakak Ubii belum dapat jalan alasannya yakni waktu kecil beliau sakit. Kaprikornus ya jalannya dibantu dingklik roda.”

Udah segitu dulu nih. Bebe cernanya lamaaaaa. Karena ya emang bingungin sih. Sampai pas ketemu Ubii irl beliau gres ngerti. Oh gini ya maksudnya sudah besar tapi belum dapat jalan.

Dia sering juga tanya berulang-ulang, saya yakinnya alasannya yakni beliau belum paham banget. Dia tanya macam “Kakak Ubii sudah 5 tahun ya? Belum dapat jalan ya? Tapi tidak apa-apa ya?”

Iyaaa. Bingungin buat Bebe alasannya yakni beliau sadar banget umur beliau dari 3 tahun, terus ke 4 tahun, dan beliau merasa sudah besar serta dapat melaksanakan segalanya. Kok kakak Ubii (sekarang udah 6 tahun) belum bisa?

Baru ngeh bangetnya gara-gara apa coba?

 Gara-gara saya liatin video Rumah Ramah Rubella yang paling baru! Ini bukan promo ya, kebetulan Gesi share terus saya nonton dan Bebe ada di sebelah saya. Pas Umar muncul, Bebe tanya “itu siapa?”. Saya jawab “Ibunya anak itu temennya Tante Gesi”.

Dia oohhh doang tapi beliau NYIMAK semua klarifikasi di video itu. Gimana rubella menyerang ibu hamil blablabla.


Tau dari mana beliau nyimak? Karena beliau ingat dan dapat ulang. Suka tiba-tiba nanya:

“Ibu, ada anak temen tante Gesi yang tidak dapat dengar ya?”

“Ibu, beliau tidak dapat dengar alasannya yakni waktu hamil ibunya merah-merah ya?”

YASSS!

Dan jika lagi gini saya biasanya tes sih. “Iya beliau yang tidak dapat dengar itu, tapi beliau tetap apa hayo?”


Udah lancar banget: “Manusia, insan beda dan tidak apa-apa”

Lancar banget sesudah 2 tahun lebih. Sesusah itu ngajarinnya ya. Fyuh. Susah kan punya anak itu? Siapa bilang simpel sih. Ya simpel jika mau dibiarin aja berguru hal ginian sendiri sih. Saya sih nggak mau ya. Orangtua bertanggung jawab atas persepsi anak pada dunia. Dan kita yang pertama kali mempersepsikan dunia pada mereka.

Yuk ajari anak soal disabilitas yuk! Pelan-pelan dan yang terpenting adalah, KASIH LIHAT. Beritahu mereka bahwa tidak semua orang sama. Dengan mengajari mereka, kita juga bantu ibu-ibu dengan anak disable. Mereka jadi nggak perlu menjelaskan anaknya kenapa kan. Anak kita, ya kita yang jelaskan dong.

Nah, mumpung ada Asian Para Games nih sebulan lagi. Momen banget ngajarin anak soal disabilitas. Semoga kebagian tiketnya ya! Pengen nonton banget dan ajak Bebe semoga keliatan realnya gimana sih. Can't wait!

-ast-

Posting Komentar